Uploaded by Sugeng Saputro

S1-2015-268817-introduction

advertisement
GEOLOGI DAN MINERALISASI DAERAH CIBURIAL DAN SEKITARNYA(WILAYAH IUP EKSPLORASI
PT. ANTAM TBK),
KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN
1
DYMAS BAGUS M
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.
Latar belakang
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa,
kekerasannya berkisar antara 2,5-3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung
pada jenis dan kandungan logam yang berpadu dengan emas. Mineral pembawa
emas umumnya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue mineral). Gangue
mineral tersebut umumnya kuarsa, karbonat, serisit, mineral lempung, dan
sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi
dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Bentuk emas dalam endapan
berupa emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas
dengan unsur-unsur belerang, antimon dan selenium (Sudarsono, 2003).
Mineralisasi emas pada daerah magmatik dipengaruhi oleh
larutan
hidrotermal yang mengalir melewati bidang permeabilitas (sekunder maupun
primer) batuan, sehingga terjadi proses alterasi yang merubah komposisi kimiawi,
mineralogi dan tekstur batuan asal yang dilaluinya. Tipe
alterasi
dan
mineralisasi pada suatu daerah mempunyai sifat dan karakteristik tersendiri
yang sering dicirikan dengan adanya himpunan mineral tertentu. Keberadaan
zona alterasi dan mineralisasi ini akan membantu
dalam perencanaan
pengembangan eksplorasi bijih emas. Salah satu indikator yang berpengaruh
terhadap kehadiran urat-urat kuarsa pembawa mineral bijih berharga adalah
struktur rekahan (kekar dan sesar). Pembentukan
emas
pada daerah busur
magmatik menarik diteliti dikarenakan sebagian besar/hampir seluruh wilayah
kepulauan Indonesia dilalui oleh busur magmatik yang di buktikan dengan
adanya deretan jalur gunung api dan sebagian besar pertambangan emas yang
telah di eksploitasi tidak terlepas dari pengaruh aktivitas magmatik atau
aktivitas vulkanik.
Pada tahun 1992 ditemukan endapan emas tipe epitermal sulfidasi rendah
di Cibaliung yang terletak 70 km ke arah barat dari kompleks Bayah Dome
(Harijoko et al., 2004 dan Carlile et al., 2005). Bayah Dome dan Cibaliung
tersusun atas andesit basaltik berumur Oligosen-Plistosen yang diterobos oleh
GEOLOGI DAN MINERALISASI DAERAH CIBURIAL DAN SEKITARNYA(WILAYAH IUP EKSPLORASI
PT. ANTAM TBK),
KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN
2
DYMAS BAGUS M
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
dike dan secara tidak selaras ditumpangi tuf Cibaliung (Angeles et al., 2002).
Cibaliung terletak pada bagian tengah busur magmatik Neogen Sunda-Banda
(Carlile dan Mitchel dalam Angeles et al., 2002). Keterdapatan mineralisasi
endapan emas epitermal di Cibaliung dicirikan oleh keberadaan urat-urat kuarsa
pembawa bijih emas (Harijoko et al., 2007).
Daerah Cibaliung memiliki karakteristik geologi yang menarik dan berpotensi
memiliki deposit endapan emas. Daerah ini memiliki zona ubahan hidrotermal
sistem endapan tipe epitermal dengan batuan samping berupa batuan vulkanik
berupa andesit basaltik. Adanya zona ubahan hidrotermal yang cukup luas pada
daerah IUP operasi produksi PT Antam Tbk di daerah ini, maka menarik untuk
dikaji lebih lanjut baik aspek geologi maupun ubahan hidrotermal yang terbentuk
pada daerah IUP eksplorasi yang terletak di sekeliling IUP operasi produksi.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka penulis meneliti lebih lanjut mengenai
“Geologi Dan Mineralisasi Daerah Ciburial Dan Sekitarnya (Wilayah IUP
Eksplorasi PT. Antam Tbk), Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten”. Penelitian
ini bekerjasama dengan Tim Eksplorasi PT Antam Tbk. di daerah Cibaliung baik
dalam hal pekerjaan lapangan maupun analisa sampel penelitian.
I.2.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kondisi geologi dan kontrolnya terhadap pembentukan alterasi
hidrotermal di daerah peneltian.
2. Mengetahui karakteristik mineralogi dan geokimia batuan teralterasi dan
mineral bijih yang berasosiasi dengan mineralisasi.
3. Memberikan arahan eksplorasi mengenai daerah prospek endapan
hidrotermal di daerah penelitian.
I.3.
Ruang Lingkup
I.3.1. Ruang Lingkup Wilayah
Wilayah penelitian meliputi Desa Ciburial dan sekitarnya, Kabupaten
Pandeglang, Propinsi Banten. Lokasi berada pada peta RBI Lembar Cibaliung
nomor 1109-232 dengan koordinat lintang 06o37’30” LS – 06o45’ LS dan bujur
GEOLOGI DAN MINERALISASI DAERAH CIBURIAL DAN SEKITARNYA(WILAYAH IUP EKSPLORASI
PT. ANTAM TBK),
KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN
3
DYMAS BAGUS M
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
105o37’30”BT-105o45’ BT dan RBI lembar Cinyurup
1109-214 dengan
koordinat lintang 06o45’ LS – 06o52’30” LS dan bujur 105o37’30”BT-105o45’
BT.
I.3.2. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian yang dilakukan adalah berupa pemetaan geologi,
persebaran zona alterasi, karakteristik mineralisasi, dan geokimia bijih pada
endapan epitermal sulfidasi rendah melalui kombinasi studi terhadap data
lapangan (primer), data geologi sekunder serta data laboratorium.
I.4.
Letak, Luas, dan Kesampaian Daerah Penelitian
Daerah penelitian terletak pada Wilayah Izin Usah Pertambangan PT.
Antam Tbk di daerah Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten, 150 km
ke arah baratdaya Jakarta. Lokasi proyek dapat diakses menggunakan jalur darat
dengan jarak tempuh 230 km dan membutuhkan waktu kurang lebih 4-5 jam dari
Jakarta. Proyek Cibaliung ini berada dalam Kuasa Pertambangan (KP) yang
dipegang oleh PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk. Lokasi penelitian berada
disebelah timur IUP Operasi Produksi PT. Cibaliung Sumber Daya (Gambar 1.1)
Gambar I.1. Peta lokasi daerah daerah penelitian yang berada di Proyek Cibaliung.
GEOLOGI DAN MINERALISASI DAERAH CIBURIAL DAN SEKITARNYA(WILAYAH IUP EKSPLORASI
PT. ANTAM TBK),
KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN
4
DYMAS BAGUS M
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
I.5.
Peneliti Terdahulu
Studi pustaka merupakan tahapan yang dilakukan sebelum melakukan
penelitian baik di lapangan maupun di laboratorium. Pada tahap ini dilakukan
pencarian informasi tentang berbagai hal yang bersangkutan dengan penelitian
yang didapat dari sejumlah seumber, baik dari peneliti terdahulu, literatur buku,
dan jurnal-jurnal ilmiah terbaru. Informasi tersebut seperti geologi daerah
penelitian, pengertian tentang mineralisasi dan karakteristik endapan mineral,
serta dasar-dasar inklusi fluida. Berdasarkan informasi tersebut, maka selanjutnya
dapat ditarik suatu hipotesis dari rumusan masalah yang telah diajukan. Penelitian
terdahulu yang digunakan sebagai referensi dalam pembuatan laporan penelitian
ini diantaranya:
1. Sudana dan Santosa (1992)
Berdasarkan peta geologi regional lembar Cikarang (Sudana dan Santosa,
1992) daerah penelitian tersusun atas dua formasi batuan, Formasi Honje dan
Formasi Bojongmanik. Formasi Honje terususun atas breksi gunungapi, tuf, lava
andesit basal, dan kayu terkersikan. Formasi Bojongmanik tersusun atas
perselingan batupasir dan batulempung menyerpih bersisipan napal, konglomerat,
batugamping dan lignit. Hubungan kedua formasi menjari dengan umur formasi
Miosen Tengah-Pliosen. Struktur geologi pada daerah penelitian adalah sesar dan
lipatan, dengan sumbu lipatan berarah barat daya-tenggara pada Formasi Honje
dan baratdaya-timurlaut Formasi Bojongmanik. Lipatan yang terjadi di daerah
penelitian melibatkan satuan batuan yang berumur Tersier, yang di duga telah
berlangsung sejak Miosen Tengah-Pliosen (Sudana dan Santosa, 1992).
2. Angeles et al. (2001) dan (2002)
Angeles et al. (2002) menyatakan dalam papernya bahwa endapan emas
Cibaliung terletak di bagian tengah busur magmatik Sunda-Banda. Mineralisasi
emas perak di daerah tersebut terdapat pada sekuen andesit basaltik dimana
terdapat batuan intrusi berupa dike andesit-diorit, yang terpotong oleh breksi
diatrem. Batuan induk mineralisasi secara tidak selaras ditindih oleh tufa dasit.
Endapan emas ini terbentuk pada zona struktur dengan tren timur laut dengan
dimensi lebar 3,5 km panjang 6 km. Mineralisasi emas-perak yang terbentuk
GEOLOGI DAN MINERALISASI DAERAH CIBURIAL DAN SEKITARNYA(WILAYAH IUP EKSPLORASI
PT. ANTAM TBK),
KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN
5
DYMAS BAGUS M
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
menunjukkan karakteristik urat kuarsa dari tipe epitermal sulfidasi rendah sistem
adularia-serisit.
3. Harijoko et al. (2004)
Harijoko et al. (2004) menyatakan bahwa endapan Cibaliung merupakan
jenis endapan epitermal sulfidasi rendah yang terletak sekitar 70 km barat dari
kompleks kubah Bayah dan sekitar 5 km di sebelah barat daerah penelitian. Urat
kuarsa terdapat pada andesit basaltik dari Formasi Honje sebagai batuan induk.
Untuk mengklarifikasi waktu mineralisasi dan vulkanisme di daerah Cibaliung,
digunakan
dua metode penanggalan radiometrik.
Pertama,
penanggalan
menggunakan metode 40Ar/39Ar pada enam sampel adularia untuk menjelaskan
umur mineralisasi. Kedua, menggunakan metode K-Ar pada dua sampel batuan
induk, andesit dan tufa Cibaliung, untuk mengetahui waktu vulkanisme.
Penanggalan
mengguanakan
metode
40Ar/39Ar
mengindikasikan
umur
mineralisasi dalam kisaran 11,18-10,65 Ma sedangkan metode penanggalan K-Ar
yang digunakan untuk mengetahui umur vulkanisme mengindikasikan umur dari
andesit dan tuf Cibaliung masing-masing 11,4 ± 0,8 Ma dan 4,9 ± 0,6 Ma. Hasil
ini menunjukkan bahwa mineralisasi emas epitermal di daerah Cibaliung
berkaitan dengan aktivitas gunung berapi yang menghasilkan Formasi Honje,
sedangkan tuf Cibaliung memainkan peran penting dalam preservasi endapan di
Cibaliung.
4. Carlile et al. (2005)
Carlile et al. (2005) menyatakan bahwa endapan epitermal Cibaliung yang
terletak di bagian barat daya Jawa Barat tersusun atas perluasan dua jalur sistem
multifase epitermal sulfidasi rendah Au-Ag pada urat kuarsa-adularia. Carlile et
al., (2005) juga menyatakan sejarah eksplorasi hingga eksploitas endapan emas
Cibaliung. Endapan ini ditemukan pada tahun 1992 oleh penambang lokal yang
mengikuti bongkah-bongkah kuarsa sepanjang sungai sampai pada sumbernya dan
dibukanya jalur Cikoneng (Cikoneng shoots). Kegiatan penambangan secara
resmi berjalan setelah 12 tahun sejak penemuan endapan emas tersebut oleh
penambang lokal dan lebih dari 9 tahun telah melibatkan 3 perusahaan eksplorasi.
GEOLOGI DAN MINERALISASI DAERAH CIBURIAL DAN SEKITARNYA(WILAYAH IUP EKSPLORASI
PT. ANTAM TBK),
KABUPATEN PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN
6
DYMAS BAGUS M
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5. Harijoko et al. (2007)
Harijoko et al. (2007) menyebutkan bahwa mineralisasi emas endapan
epitermal sulfidasi rendah yang terdapat di Cibaliung berumur Miosen Tengah.
Batuan induk untuk endapan epitermal ini berupa lava andesit basaltik pada
Formasi Honje (Miosen Tengah) dan ditutupi oleh tuf Cibaliung (Pliosen). Studi
mineral bijih, alterasi hidrotermal, geologi, inklusi fluida, isotop dan penentuan
umur dilakukan untuk mengkarakterisasi endapan dan memahami mekanisme
pengawetan endapan. Mineral bijih yang terdapat pada endapan epitermal ini
tersusun atas endapan elektrum, naumannite, sulfida mineral Ag-Se-Te,
kalkopirit, pirit, spalerit dan galena. Mineral bijih tersebut terbentuk pada urat
kuarsa yang menunjukkan tekstur colloform - crustiform. Endapan bijih tersebut
tertutupi oleh campuran zona ilit / smektit yang bergradasi menjadi zona smektit
ke arah luar. Suhu mineralisasi berdasarkan studi inklusi fluida pada kuarsa
berada pada rentang suhu 170o C - 220° C pada tiap-tiap kedalaman dimana urat
kuarsa masih ditemukan.
I.6.
Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat remapping dan berada disekitar daerah
eksplorasi (near mine exploration). Data-data sekunder penelitian menggunakan
data dari peneliti terdahulu yang disebutkan sebelumnya. Oleh karena itu
perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terdapat pada lokasi daerah
dimana penelitian ini terfokus pada daerah sekeliling lokasi penambangan (IUP
Eksploitasi). Penelitian ini belum dipublikasikan sebelumnya oleh peneliti lain.
Download