Uploaded by Indah Riyansa

124982030-Case-Asfiksia-Neonatorum-AJENG

advertisement
STATUS MEDIK
I.
IDENTIFIKASI
A. IDENTITAS PASIEN
No. CM
: 191924
Nama Pasien
: By. Ny. E
Umur
: 3 hari
Jenis Kelamin
: laki-laki
Alamat
: P. Tidung RT 06/03
Tempat/tanggal lahir
: Jakarta / 5 Agustus 2007
B. STATUS BAYI BARU LAHIR
Nama pasien
: By. Ny. E
Rw. Kehamilan ibu
: G1P0A0
Jenis persalinan
: Spontan - LBK
Warna ketuban
: Hijau lumpur
Bayi
: - TTL
APGAR SCORE
: 5 Agustus 2007
- Jam
: 12.55
- Kelamin
: laki- laki
: 3/4
C. IDENTITAS ORANG TUA
Ayah:
Nama
: Tn. A
Umur
: 32 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Nelayan
1
Penghasilan
: Tak tentu
Pendidikan Terakhir : SMP
Ibu:
Nama
: Ny. E
Umur
: 22 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Penghasilan
:-
Pendidikan terakhir
: SMP
D. SUSUNAN KELUARGA
Pasien merupakan anak pertama dari pasangan ini.
II.
ANAMNESA
Dilakukan secara alloanamnesa pada tanggal 7 Agustus 2007
A. KELUHAN UTAMA
Sulit bernafas sejak lahir
B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien lahir pada tanggal 5 Agustus 2007, pukul 12.55 WIB dengan
persalinan spontan, ketuban pecah dini 14 jam, ketuban hijau kental, dari ibu
dengan G1P0A0 dan kehamilan 36 minggu. Saat lahir pasien memiliki BB
2750 gr, PB: 46cm, LK: 33 cm, LD: 30 cm, LLA: 12 cm, dan Apgar Score
3/4. Namun saat lahir pasien sulit bernafas, tidak menangis, dan dypsnoe (+),
refleks kurang dan tubuh kebiruan.
Setelah itu pasien berada dalam
pengawasan.
2
C. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Riwayat penyakit DM, hipertensi, gangguan jantung, TBC, asthma pada
keluarga disangkal.
D. RIWAYAT KEHAMILAN DAN PERSALINAN
Pasien merupakan anak pertama (G1P0A0). Selama hamil, ibu pasien tidak
rutin memeriksakan kandungannya ke bidan. Selama kehamilan, ibu tidak
pernah merasakan keluhan dan kandungan dalam keadaan baik. Pada tanggal
4 Agustus 2007, ibu pasien merasakan ingin melahirkan dan keluar air
ketuban dari pukul 23.00. Lalu ibu dibawa ke dukun beranak dan oleh dukun
beranak ibu dipaksa mengedan terus. Karena partus tidak ada kemajuan, lalu
ibu dibawa ke bidan terdekat. Oleh bidan ibu dirujuk ke RS Koja dan
melahirkan pada tanggal 5 Agustus pukul 12.55 WIB secara spontan dan
didapatkan bayi laki-laki dengan ketuban hijau kental, BB 2750 gr, PB: 46cm,
LK: 33cm, LD: 30cm, LLA: 12cm dan Apgar score 3/4.
RIWAYAT IMUNISASI
Pasien belum mendapat imunisasi.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesan Sakit
: sakit berat
Kesadaran
: lethargi
Keaktivan
: gerakan kurang aktif, ekstremitas dalam keadaan fleksi
simetris, refleks kurang..
Tangisan
:-
Berat Badan
: 2750 gr
Berat Badan Lahir
: 2750 gr
Panjang Badan
: 46
cm
3
Lingkar Kepala
: 33
cm
Lingkar Dada
: 30
cm
Lingkar Lengan Atas : 12
cm
Tanda Vital
Heart Rate
: 100 x/menit
Respiratory Rate
: 68x/menit
Suhu axilla
: 36,2 C
Kulit
Turgor
: Baik
Kelembaban : Kering
Warna
: Pucat
Tekstur
: Halus, terdapat pengelupasan kulit
Perfusi
: >3 detik
Bentuk
: normocephali
Ubun-ubun
: agak cekung
Kepala
Wajah
Simetris
Pucat (+)
Ikterik (-)
Sianosis(+)
Rambut
Warna
: hitam
Bentuk
: lurus
Distribusi
: merata, tidak mudah dicabut
4
Mata
Exopthalmus -/Edema palpebra -/Simetris
Pupil Bulat Isokor
Telinga
Normotia
Serumen -/Sekret -/Membran timpani sulit dinilai
Hidung
Tidak ada deviasi
Nafas cuping hidung (-)
Sekret- /Mukosa hiperemis- /Concha oedem- /-
Bibir
Bentuk normal, tidak sumbing
Kering (-)
Cyanosis (+)
Pucat (-)
Mulut dan Tenggorokan
Mukosa normal
Lidah kotor (-)
Lidah tremor (-)
5
Deviasi lidah (-)
Uvula tidak hiperemis
Faring tidak hiperemis
Leher
KGB submental, submandibular, retroaurikular, cervical, supraclavicular
tidak teraba membesar.
Kaku kuduk (-)
Thoraks

Paru-paru
Inspeksi
: Bentuk thoraks simetris saat statis dan dinamis
Terdapat retraksi sela iga pada kedua paru
Palpasi
:-
Perkusi
:-
Auskultasi
: Suara nafas vesikuler
Rhonki -/- , wheezing -/-

Jantung
Inspeksi
: Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
: Ictus cordis teraba
Perkusi
:-
Auskultasi
: S1S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
6
Abdomen
Inspeksi
: abdomen membuncit
Kulit perut warna pucat (+)
Palpasi
: Supel
Tidak teraba massa
Perkusi
Auskultasi
Genitalia Eksterna
:-
: bising usus (+) normal
: Testis turun ke dalam, scrotum menggantung
Ekstremitas Atas
Akral dingin
Ptechiae -/Edema -/Cyanosis +/+
Ekstremitas Bawah
Akral dingin
Ptechiae -/Edema -/Cyanosis +/+
Perfusi >3 detik
7
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 6 Agustus 2007

Hasil pemeriksaan darah
Golongan darah : A (+)
Hb
: 15,7 g/dl
(12-14 g/dl)
Ht
: 44%
( 40-48 % )
Leukosit
: 14.300/ul
(5000-10.000 /ul )
Trombosit
: 277.000 /ul
(150.000-400.000)
VER(MCV)
: 96
(82-93)
HER(MCH)
: 35
(27-31)
KHER(MCHC) : 36
(32-36)
Hitung jenis
:
Basofil
:2
Eosinofil
:0
Batang
:0
Segmen
: 72
Limfosit
: 19
Monosit
:7
Imunoserologi
CRP

:5
Hasil IT rasio : 0,15
GDS
(<5)
(N : <0,2)
: 61 mg/dl
8
V.
RESUME
Pasien bayi laki-laki, umur 3 hari, lahir pada tanggal 5 Agustus 2007, pukul
12.55 WIB, dengan persalinan normal, kehamilan 36 minggu, ketuban pecah
dini 14 jam. Saat lahir memiliki BB 2750 gr, PB: 46cm, LK: 33cm, LD:
30cm, LLA: 12cm, dan Apgar Score 3/4 . Saat lahir pasien sulit bernafas,
tidak menangis, dypsnea(+), refleks kurang dan tubuh kebiruan. Setelah itu
pasien berada dalam pengawasan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

Keadaan Umum
Kesan Sakit
: sakit berat
Kesadaran
: lethargi
Keaktivan
: Gerakan kurang aktif, ekstremitas dalam keadaan fleksi
Simetris, refleks kurang.
Tangisan

:-
Tanda vital
Heart rate
: 100x/menit
Respiratory Rate : 68x/menit
Suu axilla

: 36,2 C
Ukuran Antropometrik
Berat Badan
: 2750 gr
Berat Badan Lahir
: 2750 gr
Panjang Badan
: 46
cm
Lingkar Kepala
: 33
cm
Lingkar Dada
: 30
cm
Lingkar Lengan Atas : 12
cm
Kepala
: normocephali
Bibir
: cyanosis (+)
9
Rambut
: hitam, lurus, merata, tidak mudah dicabut
Wajah
: pucat
Paru-paru
: terdapat retraksi sela iga pada kedua paru
Jantung
: S1S2 reguler, murmur(-), gallop(-)
Abdomen
: buncit, warna kulit pucat
Ekstremitas
: akral dingin pada ekstremitas atas dan bawah, cyanosis(+)
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan :
Tanggal 6 Agustus 2007

Hasil pemeriksaan darah
Golongan darah : A (+)
Hb
: 15,7 g/dl
(12-14 g/dl)
Ht
: 44%
( 40-48 % )
Leukosit
: 14.300/ul
(5000-10.000 /ul )
Trombosit
: 277.000 /ul
(150.000-400.000)
VER(MCV)
: 96
(82-93)
HER(MCH)
: 35
(27-31)
KHER(MCHC)
: 36
(32-36)
Hitung jenis
:
Basofil
:2
Eosinofil
:0
Batang
:0
Segmen
: 72
Limfosit
: 19
Monosit
:7
10

Imunoserologi
CRP
VI.
:5

Hasil IT rasio : 0,15

GDS
(<5)
(N : <0,2)
: 61 mg/dl
DIAGNOSA KERJA
NCB-SMK
Asfiksia berat-sedang
VII.
PENATALAKSANAAN
Dilakukan resusitasi → bayi merintih, nafas spontan, kulit kemerahan
Suhu adekuat (inkubator)
O2 1 L/menit
O2 headbox 3 L/menit
Loading NaCl 25 cc/jam
IVFD D 10% → 6 cc/jam
Tripenem 2x75 mg iv
Dexametason 2x0,5 mg iv
Ranitidin 2x2,5 mg iv
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
11
IX.
Ad fungsionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
FOLLOW UP
5 Agustus 2007 (lahir)
S : bayi laki-laki, lahir pada tangal 5 agustus 2007, pk.12.55, persalinan
spontan, G1P0A0, kehamilan aterm, ketuban hijau lumpur, BB 2750 gr, PB
46 cm, AS ¾, A(+), C(-).
O :KU/kes
: sakit berat, lethargi, dypsnea(+)
Heart Rate
: 100x/menit
Respiratory Rate
: 68x/menit
Suhu axilla
: 36,2 C
Kepala
: normocephali
Jantung
: S1S2 reguler, murmur(-), gallop(-)
Paru-paru
: Retraksi sela iga (+), suara nafas vesikuler,
rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen
: buncit,supel, BU(+) N
Ekstremitas atas
: akral dingin, cyanosis +/+
Ekstremitas bawah
: akral dingin, cyanosis+/+
Genitalia
: kedua testis turun ke skrotum
skrotum menggantung
A : NCB-SMK
Asfiksia berat-sedang
P : Dilakukan resusitasi→ bayi nafas spontan , kulit kemerahan
Puasa
Loading NaCl 25cc / jam
D10% 6cc/jam
02 nasal 1 L/menit
02 headbox 3 L/menit
12
Tripenem 2x75 mg iv
Dexametason 2x0,5 mg iv
Ranitidin 2x2,5 mg iv
Tanggal 6 Agustus 2007
S : bayi menangis (+), kurang aktif,muntah (-),kembung (-), BAK(+), BAB(-)
O: HR : 130x/menit
Rr : 45x/menit
S
: 36,3 C
Mata
: CA-/- , SI-/-
Thoraks
: C S1S2 reg, m(-), g(-)
P Snvesikuler, Rh-/-, wh -/-
Abdomen : supel
Ekstremitas: akral hangat, cyanosis (-)
Laboratorium :

Hasil pemeriksaan darah
Golongan darah : A (+)
Hb
: 15,7 g/dl
(12-14 g/dl)
Ht
: 44%
( 40-48 % )
Leukosit
: 14.300/ul
(5000-10.000 /ul )
Trombosit
: 277.000 /ul
(150.000-400.000)
VER(MCV)
: 96
(82-93)
HER(MCH)
: 35
(27-31)
KHER(MCHC) : 36
(32-36)
13
Hitung jenis
:
Basofil
:2
Eosinofil
:0
Batang
:0
Segmen
: 72
Limfosit
: 19
Monosit
:7

Imunoserologi
CRP
:5

Hasil IT rasio : 0,15

GDS
(<5)
(N : <0,2)
: 61 mg/dl
A: NCB-SMK
Asfiksia sedang-berat
P: Puasa
IVFD 4:1 NaCl +KCl 2 meq/buret→ 6Cc/jam
Tripenem 2x75 mg
Ranitidin 2x2,5 mg
Dexametason 2x0,5 mg
O2 nasal 1 L/menit
Headbox aff.
Tanggal 7 agustus 2007
S: Bayi menangis (+), kurang aktif(+),muntah(-), BAK(+), BAB (+)
14
O: HR: 104x/menit
Rr : 35x/menit
S : 36,2 C
Mata : CA-/-, SI -/Thoraks: C S1S2reg, m(-), g(-)
P Snvesikuler, Rh-/-, wh -/- , retraksi (-)
Abdomen: supel
Ekstremitas: Akral hangat
A:
NCB-SMK
Asfiksia sedang-berat
P : IVFD 4:1 NaCl : KCL 2 meq/buret→ 6 cc/jam
Tripenem 2x75 mg
Ranitidin 2x2,5 mg
Dexametason 2x0,5 mg
O2 inkubator→ 3 L/menit
Coba minum→ 4x20cc
Tanggal 8 agustus 2007
S: bayi aktif(+), menangis(+), muntah(-), BAB(+), BAK(+) wrn kuning,ampas(+)
O: HR : 112x/menit
Rr : 52x/menit
S
Mata
: 37 C
: CA-/-, SI-/-
Thoraks : C S1S2reg, m(-), g(-)
P Snvesikuler, Rh-/-, wh-/-
15
Abdomen : supel
Ekstremitas : akral hangat, cyanosis(-)
A : NCB-SMK
asfiksia (perbaikan)
P : infus aff→adsyte
Winning
Tripenem 2x75 mg
Ranitidin 2x2,5 mg
Dexametason 2x0,5 mg
Minum 8x40cc
Tanggal 9 agustus 2007
S: Bayi aktif(+),muntah(+), minum(+), BAB(+), BAK(+)
O: HR : 106x/menit
Rr : 46x/menit
S
: 36,2 C
Mata : CA-/-, SI -/Thoraks : C S1S2reg, m(-),g(-)
P Snvesikuler, Rh-/-, wh -/Abdomen
: supel
Ekstremitas : akral hangat, cyanosis(-)
A : NCB-SMK
Asfiksia (perbaikan)
P : Tripenem 2x70 mg
16
Ranitidin 2x2,5 mg
Dexametason 2x0,5 mg
Minum 8x40cc
Tanggal 10 agustus 2007
S: Bayi menangis kuat(+), aktif(+), muntah(-), BAB(+), BAK(+)
O: HR: 101x/menit
Rr : 37x/menit
S : 35,8 C
Mata : CA-/-, SI -/Thoraks : C S1S2reg, m(-), g(-)
P Snvesikuler , Rh -/-, wh -/Abdomen
: supel
Ekstremitas : akral hangat, cyanosis(-)
A: NCB-SMK
Asfiksia (perbaikan)
P: Tripenem 2x70 mg
Ranitidin 2x2, 5 mg
Dexametason 2x0,5 mg
(Pasien pulang)
17
X.
ANALISA KASUS
Pada kasus ini pasien didiagnosis NCB-SMK dan asfiksia berat-sedang sesuai
dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan masa gestasi, sehingga dapat
disimpulkan :
Diagnosis sebagai NCB-SMK sesuai dengan kurva Lubchenko, dimana pada
pasien ini didapatkan berat badan lahir yaitu 2750 gram, dengan masa gestasi 36
minggu.
Diagnosis asfiksia sesuai dengan literatur bahwa resiko peningkatan terjadinya
asfiksia dapat dari komplikasi kehamilan ibu yaitu ketuban pecah dini yakni 14
jam sebelum melahirkan dan proses kelahiran yang lama (partus tak maju).
Literatur juga menyebutkan bahwa tanda asfiksia sedang-berat antara lain
terdapatnya heart rate yang kurang, gangguan nafas , gerakan yang kurang aktif,
serta adanya sianosis.
Pada pasien ini terdapat riwayat persalinan dari ibu dengan ketuban pecah dini 14
jam sebelum kelahiran.Pada awal kelahiran juga didapatkan adanya gangguan
nafas
(dyspnoe), tidak langsung menangis saat lahir dan dirangsang taktil (refleks
kurang), frekuensi nafas >60x/menit, dan pergerakan yang kurang aktif. Pasien
juga terlihat lethargi. Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya sianosis yang
merupakan tanda distress jalan nafas.
Adapun penilaian apgar score ¾ sbb:
3: Hr<100
(nilai=1)
Ekstremitas fleksi sedikit ( nilai=1)
Refleks kurang
(nilai=1)
18
4: Hr>100
(nilai=2)
Tubuh dan ekstremitas kemerahan (nilai=2)
Menurut literatur penatalaksanaan pada pasien ini sudah cukup sesuai dengan
penatalaksaan dalam literatur. Untuk pasien ini dilakukan resusitasi terlebih
dahulu sampai bayi terlihat bernafas spontan dan kulit kemerahan. Lalu dijaga
suhu aksila antara 36,5 – 37,2, perawatan incubator dengan O2 nasal ataupun
headbox, dan pemberian nutrisi disesuaikan dengan keadaan umum bayi. Pada
pasien ini penatalaksanaan suportif adalah dengan dilakukan pengawasan secara
cermat dengan mengobservasi akan tejadinya gangguan sirkulasi dan pernafasan.
Bayi ditempatkan dalam incubator dengan headbox 3L/menit, O2 nasal 1L/menit,
serta bayi dipuasakan untuk sementara.
Dengan ditempatkannya bayi pada inkubator, maka akan terjaga kelembaban serta suhu
yang optimum pada pasien ini. Untuk pemberian cairan parenteral diberikan IVFD D10%
6cc/jam sesuai dengan kebutuhan cairan. Selain itu diberikan juga :
dexametason 2x0,5 mg iv → untuk mencegah atau menekan timbulnya inflamasi
ranitidin 2x2,5 mg iv → AH2,supaya tidak kembung,karena bayi dipuasakan.
tripenem 2x75 mg iv→ Antibiotik
19
ASFIKSIA NEONATORUM
DEFINISI
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan hipoksia,
hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita asfiksia
ini merupakan factor yang terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir
terhadap kehidupan ekstra uterus.
Penilaian statistic dan pengalaman klnis atau patologi anatomis menunjukkan
bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir.
Hal ini dibuktikan oleh drage dan berendes (1966) yang mendapatkan bahwa skor apgar
yang rendah sebagai manifesasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan memperlihatkan
angka kematian yang tinggi.
ETIOLOGI
Towel (1966) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada
bayi yang terdiri dari :
1. Faktor ibu
Hipoksia ibu. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
Hipoksia ibu ini dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika
atau anastesi dalam.
20
Gangguan aliran darah uterus, mengurangnya aliran darah pada uterus akan
menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan demikian pula ke
janin. Hal ini sering ditemukan pada keadaan (a) gangguan kontraksi uterus, misalnya
hipoertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat, (b) hipotensi
mendadak pada ibu karena perdarahan, (c) hipertensi pada penyakit eklampsia, dll.
2. Faktor Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya
solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain.
3. Faktor Fetus
Kompresi umbilicus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh
darah umbilicus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan
aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, tali pusat
melilit leher. Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, dll
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu
: (a) pemakaian obat anestesi/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung
dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin, (b) trauma pada persalinan, (c)
kelainan congenital pada bayi.
PATOFISIOLOGIS
Perubahan spontan bayi baru lahir tergantung pada kondisi janin pada kehamilan
dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat
sementara pada bayi (asfiksia transient). Proses ini dianggap sangat perlu untuk
merangsang kemeroseptor. Pusat pernafasan agar terjadi primary gasping yang kemudian
akan berlanjut dengan pernafasan teratur. Sifat asfiksia ini tidak mempunyai pengaruh
buruk karena reaksi adaptasi bayi dapat mengatasinya.
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama
kehamilan/persalinan akan terjadi asfiksia yang
lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian.
Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversible atau tidak tergantung kepada berat
dan lamanya asfiksia.
21
Pada tingkat pertama gangguan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan
asidosis respiratorik. Bila gangguan berlanjut, dalam tubuh bayi akan terjadi proses
metabolisme anaerobic yang
berupa glikolisis, glikogen tubuh, sehingga sumber
glikogen tubuh, terutama pada jantung dan hati akan berkurang. Asam organic yang
terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan timbulnya asidosis metabolik. Pada
tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskular yang
disebabkan oleh
beberapa keadaan diantaranya : (a) hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan
mempengaruhi fungsi jantung, (b) terjadinya asidosis metabolic akan mengakibatkan
menurunnya sel jaringan, termasuk otot jantung, sehingga menimbulkan kelemahan
jantung, (c) pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap
tingginya resistensi pembuluh darah paru, sehingga sirkulasi darah ke paru dan demikian
pula ke system sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan
karidovaskular yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan
sel otak yang
terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi
selanjutnya.
Maclaurin (1970) menggambarkan secara skematus perubahan yang
penting
dalam tubuh selama proses asfiksia disertai hubungannya dengan gambaran klinis
Time
Clinical events
 pO2 __________ pCO2 
Onset
of asphyxia
Primeary gasping
 pH
Aerobic metabolism
Aerobic metabolism
Primary …… … skin
Glycolisis
Especially in
apnea
cyanosis
Heart & liver
 Pulmonary vascular
resistence
actic acid 
glycogen
Especially heart rate 
Cardiac
secondary gasping
22
 Blood pH
metabolic
acidosis
 Pulmonary
loss of
subsrate
secondary ………. Skin
apnea
white
cardiac intra
 cellular pH
Blood flow
Heart rate 
 Cerebral
brain intra cellular
pH 
blood pressure 
Skema perubahan-perubahan yang terjadi selama proses asphyxia (Maclaurin, 1970)
Pada skema tersebut secara sederhana disimpulkan keadaan-keadaan pada asfiksia
yang perlu mendapat perhatian sebaiknya yaitu : (1) menurunnya tekanan O2 darah
(PaO2), (2) meningginya tekanan CO2 darah (PaCO2), (3) menurunnya pH (akibat
asidosis respiratorik dan metabolic), (4) dipakainya sumber glikogen tubuh untuk
metabolisme anaerobic, (5) terjadinya perubahan system kardiovaskular. Mengenal
dengan tepat perubahan tersebut di atas sangat penting, karena hal itu merupakan
manifestasi daripada tiingkat asfiksia yang terjadi. Tindakan yang dilakukan pada bayi
asfiksia hanya akan berhasil dengan baik bila perubahan yang terjadi dapat dikoreksi
secara adekuat.
MANIFESTASI KLINIS
Dalam praktek menentukan tingkat asfiksia bayi dengan tepat membutuhkan
pengalaman dan observasi klinis yang cukup.
Cara yang dianggap paling ideal dan telah banyak digunakan adalah denan
menggunakan skor apgar.
Patokan yang dinilai adalah : (1) menghitung frekuensi jantung, (2) melihat usaha
bernafas, (3) menilai tonus otot; (4) menilai refleks rangsangan, (5) memperhatikan
warna kulit. Setiap criteria diberi angka tertentu dan penilaian itu sekarang lazim disebut
23
skor Apgar (lihat tabel. Skor Apgar ini biasanya dinilai 1 menit setelah bayi lahir
lengkap, yaitu pada saat bayi telah diberi lingkungan yang baik serta telah dilakukan
pnegisapan lender dengan sempurna. Skor Apgar 1 menit ini menunjukkan beratnya
asfiksia yang
diderita dan baik sekali sebagai pedoman untuk menentukan cara
resusitasi. Skor apgar perlu pula dinilai setelah 5 menit bayi baru lahir, karena hal ini
mempunyai korelasi yang erat dengan morbiditas dan mortalitas normal.
SKOR APGAR
Tanda
Frekuensi
0
1
2
Kurang dari
Lebih dari
jantung
100/menit
100/menit
Usaha bernafas Tidak ada
Lambat, tidak
Menangis kuat
Tidak ada
Jumlah Nilai
teratur
Tonus otot
Lumpuh
Ekstremitas
Gerakan aktif
fleksi sedikit
Refleks
Tidak ada
Gerakan sendi
Menangis
Warna
Biru/pucat
Tubuh
Tubuh dan
kemerahan,
ekstremitas
ekstremias biru kemerahan
Atas dasar pengalaman klinis di atas, asfiksia neonatorum dapat dibagi dalam :
1. Vigorous baby, skor apgar 7-10. dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memerlukan tindakan istimewa
24
2. Mild-moderate asphyxia (asfiksia sedang). Skor Apgar 4-6. pada pemeriksaan fisis
akan terlhat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurag baik atau baik,
sianosis, refleks iritabiitas tidak ada
3. (a) Asfiksia berat. Skor apgar 0-3. pada pemeriksaan fisis ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100/menit, tons otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang
pucat, refleks iritabilitas tidak ada. (b) asfiksia berat dengan henti jantung.
Dimaksudkan dengan henti jantung ialah keadaan (1) bunyi jantung fetus menghilang
tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap, (2) bunyi jantung bayi menghilang
post partum. Dalam hal ini pemeriksaan fisis lainnya sesuai dengan yang ditemukan
pada penderita asfiksia berat.
TINDAKAN PADA ASFIKSIA NEONATORUM
Tujuan utama mengatasi asfiksia ialah untuk mempertahankan kelangsungan
hidup bayi dan membatasi gejala sisa (sekuele) yang mungkn timbul di kemudian hari.
Tindakan yang dikerjakan pada bayi lazim disebut resusitasi bayi baru lahir.
Prinsip dasar resusitasi yang perlu diingat ialah :
1. Memberikan lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernafasan
tetap bebas serta merangsag timbulnya pernafasan, yaitu agar oksigenasi dan
pengeluaran CO2 berjalan lancer
2. Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi yang menunjukkan usaha
pernafasan lemah
3. Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi
4. Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik
Cara resusitasi terbagi atas tindakan umum dan tindakan khusus
Tindakan umum berupa :
1. Pengawasan suhu
2. Pembersihan jalan nafas
3. Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan
Sedangkan tindakan khusus dilakukan bila tindakan umum tidak memperoleh hasil yang
memuaskan, barulah dilakukan tindakan khusus. Cara yang
dikerjakan disesuaikan
25
dengan beratnya asfiksia yang timbul pada bayi yang dimanifestasikan oleh tinggi
rendahnya skor Apgar.
Asfiksia berat (skor Apgar 0-3)
Resusitasi aktif dalam hal ini harus segera dikerjakan. Langkah utama ialah
memperbaiki ventilasi paru dengan memberikan O2 dengan tekanan dan intermiten. Caa
yang terbaik ialah dengan melakukan intubasi endotrakeal. Setelah kateter diletakkan
dalam trakea, )2 diberikan dengan tekanan tidak lebih dari 30 cm H2O. Hal ini untuk
mencegah kemungkinan terjadinya inflasi paru berlebihan sehingga dapat terjadi rupture
alveoli. Tekanan positif ini dilakukan dengan meniupkan udara yang mengandung O2
tinggi ke dalam kateter secara mulut ke pipa atau ventilasi kantong ke pipa. Bila
diragukan akan timbulnya infeksi, terhadap bayi yang mendapat tindakan ini dapat
diberikan antibiotika profilaksis. Keadaan asfiksia berat ini hamper selalu disertai
asidosis yang membutuhkan koreksi segera, karena itu bikarbonas natrikus diberikan
dengan dosis 2-4 mEq/KgBB.
Disamping itu diberikan pula glukosa 15-20% dengan dosis 2-4 ml/kgBB. Kedua
obat ini disuntikkan secara intravena dengan perlahan-lahan melalui vena umbilikalis.
Perlu diperhatikan bahwa reaksi optimal obat=-obatan ini akan tampak jelas apabila
pertukaran gas (ventilasi) pru sedikit banyak telah berlangsung.
Asfiksia sedang (skor Apgar 4-6)
Dalam hal ini dapat dicoba melakukan stimulasi agar timbul refleks pernafasan.
Bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernafasan spontan, ventilasi aktif harus
segera dimulai. Ventilasi aktif yang sederhana dapat dilakukan secara frog breathing.
Cara ini dikerjakan dengan meletakkan kateter O2 intranasal dan O2 dialirkan dengan
aliran 1-2 1/menit. Agar saluran nafas bebas bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi
kepala. Secara ritmis dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut, disertai
gerakan dagu ke atas dan ke bawah dalam frekuensi 20 kali/menit. Tindakan ini
dilakukan dengan memperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi
memperlihatkan gerakan pernafasan spontan, usahakanlah mengikuti gerakan tersebut.
26
Ventilasi ini dihentikan bila setelah 1-2 meit tidak dicapaihasil yang diharapkan. Dalam
hal ini segera dilakukan ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung.
Ventilasi ini dapat dikerjakan dengan 2 cara, yaitu ventilasi mulut ke mulut atau
ventilasi kantong ke masker. Sebelum ventilasi dikerjakan, ke dalam mulut bayi
dimasukkan “plastic pharyngeal airway” yang berfungsi mendorong pagkal lidah ke
depan agar jalan nafas tetap berada dalam keadaan bebas. Pada ventilasi mulut ke mulut,
sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2 sebelum melakukan peniupan.
Ventilasi dilakukan secara teratur dengan frekuensi 20-30 kali/menit dan diperhatikan
gerakan pernafasan spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil
bila setelah dilakukan beberapa saat terjadi penurunan frekuensi jantung atau perburukan
tonus oto. Intubasi endotrakeal harus segera dikerjakan dan bayi diperlakukan sebagai
penderita asfiksia berat.
Bikarbona natrikus dan glukosa dapat diberikan pada bayi, apabila 3 menit setelah
lahir tidak memperlihatkan pernafasan teratur, walaupun ventilasi telah dilakukan dengan
adekuat.
SKOR APGAR BAYI I MENIT I
Tanda
0
1
2
Jumlah Nilai
Frekuensi
Tidak ada
< 100 x/menit
> 100/menit
2
Tidak ada
Lambat tidak
Menangis kuat
1
Gerakan aktif
1
Gerakan
Reaksi
1
sedikit
melawan
Tubuh
Kemerahan
jantung
Usaha bernafas
teratur
Tonus otot
Lumpuh
Ekstremitas
fleksitel sedikit
Refleks
Warna
Tidak ada
Biru/Pucat
1
kemerahan,
ekstremitas
27
tidak
6
Asfaksia ringan
sampai sedang
Skor apgar bayi I menit V : 8  6/8
SKOR APGAR BAYI II MENIT I
Tanda
0
1
2
Jumlah Nilai
Frekuensi
Tidak ada
< 100 x/menit
> 100/menit
2
Tidak ada
Lambat tidak
Menangis kuat
1
Gerakan aktif
1
Gerakan
Reaksi
1
sedikit
melawan
Tubuh
Kemerahan
jantung
Usaha bernafas
teratur
Tonus otot
Tidak ada
Ekstremitas
fleksitel sedikit
Refleks
Warna
Tidak ada
Tidak ada
0
kemerahan,
ekstremitas
tidak
5
28
Asfaksia ringan
sampai sedang
PRESENTASI KASUS
ASFIKSIA NEONATORUM
Pembimbing :
Dr. Yahya G. Lubis, Sp.A
Disusun Oleh :
Ajeng Pita Nila Kurnia
030.02.008
29
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
PERIODE 30 JULI – 7 OKTOBER 2007
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2007
30
31
32
33
Download