PEMULIAAN TANAMAN UNTUK KEBERLANJUTAN SISTEM PERTANIAN KEPULAUAN DI MALUKU Oleh : Dr. Ir. Edizon Jambormias, M.Si. Pemulia Tanaman dan Staf Pengajar Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Pattimura email: [email protected] DISAMPAIKAN PADA RAPAT SENAT TERBUKA DAN DIES NATALIS UNIVERSITAS PATTIMURA KE - 54 Ambon, 20 April 2017 Assalamu alaikum, Salam Sejahtera bagi kita semua, Shaloom! Yth. Gubernur Maluku Ysh. Rektor Universitas Pattimura Ysh. Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Provinsi Maluku Ysh. Pimpinan TNI dan Polri dalam Wilayah Maluku Ysh. Penjabat Walikota Ambon Ysh. Pimpinan DPRD Provinsi Maluku Ysh. Pimpinan DPRD Kota Ambon Ysh. Koordinator Kopertis Wilayah XII Ysh. Para Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta Kota Ambon Ysh. Para tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat Ysh. Dewan Penyantun Universitas Pattimura Ysh. Para Anggota Senat Universitas Pattimura Ysh. Para Pejabat di Lingkungan Universitas Pattimura Ysh. Para Dosen dan Pegawai Universitas Pattimura Ysh. Ikatan Alumni Universitas Pattimura Ysh. Para Tamu Undangan dan Wisudawan beserta Orang Tua yang berbahagia Segala puji dan syukur patut kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Pengasih serta Maha Penyayang atas segala limpahan karunia dan kasihNya yang tak terhitung dan tak terhingga kepada kita sekalian, sehingga pada hari ini kita berkumpul di ruangan yang megah ini, dalam rangka Dies Natalies ke - 54 dan Wisuda Sarjana Universitas Pattimura Ambon. Pada kesempatan yang berbahagia ini, di hadapan Senat Universitas Pattimura, perkenankan saya, menyampaikan Orasi Ilmiah dalam rangka Dies Natalies ke-54 Universitas Pattimura Ambon ini, dengan judul: Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku Orasi ilmiah ini merupakan selayang pandang pemikiran saya sebagai Dosen dan Peneliti bidang Pemuliaan Tanaman pada Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Pattimura mengenai kontribusi pemuliaan tanaman bagi masa depan sistem pertanian Kepulauan di Maluku khususnya menyongsong beroperasinya Blok Marsela dan menghadapi dampak negatif perubahan iklim bagi penyediaan pangan untuk manusia pulau-pulau kecil di Kepulauan Maluku. Tema pemuliaan tanaman dalam mendukung sistem pertanian di pulau-pulau kecil menyongsong pengelolaan Blok Marsela dan menghadapi Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 1 perubahan iklim terasa penting untuk dibicarakan secara serius. Kehadiran Blok Marsela tidak hanya memberikan berkah, tetapi juga membuka peluang bisnis termasuk bisnis hasil pertanian. Sebaliknya ancaman perubahan iklim semakin nyata dan juga memberikan dampak bagi ketersediaan pangan yang perlu untuk disiasati dari sekarang. Namun, sebelum mengulas tema ini lebih jauh, dirasakan perlu untuk mengenal pemuliaan tanaman sebagai salah satu solusi dalam sistem pertanian kepulauan, sistem pertanian kepulauan itu sendiri, dan kontribusi pemuliaan tanaman bagi sistem pertanian kepulauan memberikan kedaulatan pangan di Maluku, khususnya menyongsong beroperasinya Blok Marsela dan menghindarkan manusia pulau-pulau kecil dari kelaparan akibat perubahan iklim. Semoga apa yang akan saya sampaikan ini membuka kesadaran kita tentang bahaya besar kelaparan yang dapat terjadi ketika kita mengikuti arus deras globalisasi yang perlahan-lahan membawa kita meninggalkan pertanian kepulauan dan berada pada “zona nyaman” ketergantungan terhadap suplay pangan dari luar Maluku. Mungkin, ketika pangan sudah tidak lagi tersedia akibat dampak perubahan iklim, barulah manusia menyadari bahwa semua teknologi ciptaannya dan segala pengetahuan miliknya tidak dapat menyelamatkannya dari bahaya kelaparan. Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku Oleh Edizon Jambormias Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 2 Pendahuluan Apa itu pemuliaan tanaman? Pemuliaan tanaman mungkin menandai lahirnya budidaya tanaman ketika manusia pra sejarah yang nomaden mulai hidup menetap. Sebelum menetap, kebutuhan hidup manusia pra sejarah dipenuhi dengan cara berburu, mencari ikan dan mengumpulkan bahan-bahan makanan dari tanaman liar berupa biji-bijian, umbi-umbian dan buah-buahan. Periode ini dikenal sebagai periode pengumpulan makanan dari alam dan akan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya apabila sumber makanan, khususnya berupa hasil tumbuhan tidak lagi tersedia. Lambat laun manusia purba itu mulai menyadari bahwa biji yang jatuh di atas tanah dapat tumbuh menjadi tumbuhan baru dan akan menghasilkan biji pula. Mereka mulai menetap dan membuang biji disekitar tempat pemukiman mereka dengan tujuan untuk mengambil hasil panen pada musim berikutnya. Periode mulai berlangsungnya domestikasi tanaman ini melahirkan periode menetap yang menandai munculnya pertanian primitif awal. Koleksi biji dari hutan yang ditanam di sekitar tempatnya menetap ini terus berlangsung. Saat melihat bahwa biji-bijian yang tumbuh sebagai tanaman-tanaman baru itu berbeda penampilannya (beragam), manusia pra sejarah ini lalu membuang tanaman-tanaman yang jelek dan mempertahankan tanaman-tanaman yang unggul. Tanpa sadar manusia pra sejarah ini telah melakukan seleksi untuk memilih suatu varietas unggul dari dalam suatu keragaman genetik. Koleksi, keragaman genetik, dan seleksi untuk memperoleh varietas unggul baru inilah yang dikenal sebagai pemuliaan tanaman. Sentuhan ilmu dan teknologi ke dalam kegiatan pemuliaan tanaman ini selanjutnya melahirkan pemuliaan tanaman sebagai suatu bidang ilmu terapan. Kontribusi terbesar pemuliaan tanaman adalah melahirkan revolusi hijau yang berhasil memerangi kelaparan di banyak negara-negara sedang berkembang pada abad ke-19. Pemuliaan tanaman dapat berperan penting untuk mendukung sistem pertanian kepulauan1 di Maluku melalui penyediaan varietas ungul baru yang sesuai dengan lingkungan pulau-pulau kecil. Sistem pertanian kepulauan berkembang dari sistem pertanian lokal yang sesuai dengan karakteristik pulau-pulau kecil yang unik dan khas, baik sifat ekologis, geokultural maupun sosial ekonomi (Watloly, 2013). Sistem ini 1 Sistem pertanian kepulauan pertama kali dikemukakan oleh almarhum Prof. Dr. J.L. Nanere, M.Sc. dalam orasi guru besarnya untuk mendeskripsikan suatu sistem pertanian pulau-pulau kecil dengan karakteristik yang unik dan khas di Maluku Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 3 telah berhasil memelihara keragaman genetik yang besar, khususnya tanaman-tanaman perkebunan dan buah-buahan dalam sistem dusung di Maluku Tengah [Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), Seram Bagian Barat (SBB), dan Seram Bagian Timur SBT)], maupun tanaman-tanaman pangan, sayur-sayuran, dan buah-buahan umur pendek (annual dan biennial) maupun umur panjang (perennial) di Pulau Buru dan Maluku Tenggara [Kota Tual, Kabupaten Maluku Tenggara (Malra), Kepulauan Aru, Maluku Tenggara Barat (MTB) dan Maluku Barat Daya(MBD)]. Budidaya tanaman dalam sistem pertanian kepulauan mengandalkan pengolahan tanah minimum (minimum tillage) atau tanpa pengolahan tanah (no tillage) dan tanpa input dari luar (without external input) atau dengan input luaran rendah (low external input). Namun sayangnya, perkembangan pertanian berbasis revolusi hijau yang mengandalkan pupuk dan pestisida sintetik, secara perlahan menggeser dan mereduksi sistem pertanian kepulauan. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan daya saing sistem pertanian kepulauan, maka revolusi hijau lestari yang digagas untuk merevolusi revolusi hijau (Poerwanto et al., 2012), dapat digunakan untuk memberikan inovasi pada sistem pertanian kepulauan. Revolusi hijau lestari menganut paradigma bahwa suatu varietas baru yang diciptakan pemulia tanaman harus sesuai dengan lingkungan spesifik suatu lokasi dan tindak agronomis pengelolaan lingkungan ditekan seminimum mungkin. Dengan demikian, pekerjaan pemuliaan tanaman dalam sistem pertanian kepulauan adalah merakit varietas-varietas baru spesifik lokasi yang sesuai dengan sistem pertanian kepulauan itu sendiri. Konteks ini terasa sangat penting khususnya untuk mempersiapkan sistem pertanian kepulauan yang dapat menciptakan kedaulatan pangan di Maluku, mendukung program tol laut pemerintah, dan lebih khusus lagi adalah untuk mensuplai pangan bagi Pengelolaan Blok Marsela yang sudah di ambang pintu. Blok Marsela merupakan suatu blok pengelolaan gas bumi yang ada di bumi Provinsi Maluku, yaitu di antara Kabupaten MTB dan MBD. Selain proyek liquefied natural gas (LNG), sudah hampir disepakati antara pemerintah dan Inpex bahwa pengembangan blok ini juga meliputi proyek petrokimia dan pabrik pupuk yang diperkirakan akan berlangsung 7-10 tahun ke depan dan menyerap sedikitnya 12000 tenaga kerja (Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, 2016). Serapan tenaga kerja di atas belum termasuk tenaga teknis LNG yang mencapai 39000 tenaga kerja langsung dan 370000 tenaga kerja tidak langsung (Ristekdikti, 2017). Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 4 Jumlah ini belum termasuk ribuan tenaga kerja dari industri-industri non minyak dan gas yang bakal hadir di Maluku sebagai dampak dari hadirnya tiga proyek besar ini. Besarnya tenaga kerja ini membutuhkan kebutuhan pangan yang besar untuk mensuplai karbohidrat, protein, vitamin, mineral dan serat melalui ketersediaan tanaman pangan, sayur-sayuran, buahbuahan, daging dan telur bagi Blok Marsela. Pemuliaan tanaman berperan menyumbang ketersediaan tanaman pangan, buah-buahan dan sayursayuran melalui kesiapan industri hulu agribisnis, yaitu penyediaan varietas unggul dan produksi benih. Pemanasan global (global warming) merupakan tantangan besar lainnya yang menuntut kesiapan sistem pertanian kepulauan menghadapi perubahan iklim (climate changes), dimana peningkatan suhu menyebabkan lingkungan pertanian optimal dapat berubah menjadi bercekaman. Pengaruh ini akan sangat terasa bagi pulau-pulau kecil yang cenderung rentan (vulnerable) terhadap gangguan dari luar. Bila keadaan ini terjadi, maka berbagai plasma nutfah dari berbagai spesies tanaman harus berevolusi untuk dapat beradaptasi terhadap lingkungan baru yang bercekaman. Evolusi memerlukan waktu untuk menapis berbagai plasma nutfah baru yang adaptif, tetapi belum tentu bernilai ekonomis. Oleh sebab itu, juga diperlukan usaha-usaha revolusioner melalui pemuliaan tanaman untuk merakit varietas atau spesies tanaman-tanaman baru yang dapat beradaptasi pada lingkungan bercekaman baru yang timbul sebagai akibat dari perubahan iklim. Perakitan suatu varietas unggul baru memerlukan sumber daya manusia yang kompeten dalam bidang pemuliaan tanaman dan infra struktur pendukung program pemuliaan tanaman serta produksi benih (termasuk bibit). Konsekuensinya, pemulia tanaman dalam sistem pertanian kepulauan harus memiliki kompetensi untuk merekayasa tanaman menjadi varietas baru dan dapat memproduksi benih tanaman secara biologis (dari tanaman itu sendiri) maupun melalui teknologi enkapsulasi (dalam bioteknologi tanaman). Agar memiliki kompetensi seperti itu, maka seorang pemulia tanaman harus menguasai ilmu-ilmu dasar dan terapan seperti genetika, sitogenetika, genetika populasi, genetika kuantitatif, konservasi genetika tanaman, pemuliaan tanaman, bioteknologi tumbuhan, ilmu dan teknologi benih, rekayasa genetika tanaman, fitopatologi tanaman, entomologi tanaman, fisiologi tanaman dan agronomi. Demikian pula harus tersedia infrastruktur kebun koleksi, kebun percobaan dan laboratorium-laboratorium yang bertalian dengan ilmu-ilmu di atas untuk mendukung pendidikan pemuliaan tanaman di Maluku. Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 5 Tujuan penulisan ini adalah mendisikripsikan secara umum mengenai sistem pertanian kepulauan di Maluku, pemuliaan tanaman dalam kaitannya dengan revolusi hijau dan revolusi hijau lestari, inovasi pemuliaan tanaman bagi sistem pertanian kepulauan, metode seleksi yang dapat menghasilkan varietas baru pada generasi awal untuk pulau-pulau kecil yang rentan, kesiapan sistem pertanian kepulauan mendukung pengelolaan Blok Marsela, kesiapan sistem pertanian kepulauan menghadapi munculnya lingkungan bercekaman karena perubahan iklim global, dan pengembangan pendidikan dan infrastruktur yang diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan pemuliaan tanaman untuk menghasilkan suatu varietas atau spesies baru yang sesuai dengan sistem pertanian kepulauan. Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku Apa itu sistem pertanian kepulauan? Sistem pertanian kepulauan merupakan suatu sistem yang mengintegrasikan pengelolaan komponen fisik dan biofisik gugus pulau dan telah menerapkan revolusi hijau lestari yang produktif dan menjamin keberlanjutan ekologis (ecological sustainability), sosial (social sustainability) dan ekonomis (economic sustainability) pulau-pulau kecil di wilayah kepulauan. Gugus pulau ini melibatkan konektivitas antara pulau-pulau kecil berbasis kedekatan aksesibilitas dan kesamaan sumber daya alam, sosial, dan budaya dengan suatu atau beberapa pusat ekonomi wilayah. Pengelolaan agroekosistem yang menganut prinsip pertanian berkelanjutan dengan input luaran rendah (low external input sustainable agriculture, LEISA) (Reijntjes et al., 1992; Sopandie, 2012) menjadi karakter utama sistem pertanian kepulauan. Teknologi biointensifikasi, yaitu suatu teknologi pertanian intensif yang menggunakan bahan-bahan biologis dan pengelolaan lingkungan untuk membentuk kembali ekosistem pertanian alami yang produktif dan berkelanjutan (Jambormias, 2016) dapat digunakan sepenuhnya dalam sistem pertanian kepulauan berbasis LEISA. Bentuk-bentuk teknologi biointensifikasi ini diantaranya adalah: penanaman pupuk hijau yang mampu menyediakan hara dalam periode singkat (± 1 tahun) selama pemberaan, pengembangan budidaya lorong (alley cropping) melalui Kebun Intensif Hayati (bio-intensive gardening, BIG), pengembangan budidaya lorong melalui agroforestry dan integrasi tanaman ternak (agropasture), pengembangan budidaya lorong di lahan miring (Sloping Agricultural Land Technology, SALT) untuk tanaman perennial, dan Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 6 pengembangan teknologi rounders type (Reijntjes et al., 1992; Jumin et al., 2014). Secara umum sebagai suatu sistem pertanian dalam keadaan lingkungan yang alami, maka sistem pertanian kepulauan memiliki karakteristik sebagai berikut: (a) umumnya tindak agronomis pengolahan tanah menganut prinsip tanpa olah tanah atau dengan olah tanah minimum untuk mereduksi erodibilitas, (b) sangat rendah menerima input (pupuk dan pestisida sintetik) dari luar yang menghasilkan cemaran beracun bagi tanaman, (c) budidaya lorong memerlukan tanaman-tanaman annual atau biennial yang beradaptasi dengan cekamanan naungan dari tanaman perennial, (d) hasil panen tanaman yang dibudidaya dapat disimpan lama untuk tujuan transportasi, (e) kondisi tanaman annual atau biennial yang ternaungi tanaman perennial berada dalam keadaan lembab sehingga mudah terserangan hama dan penyakit, (f) terjadi kompetisi antara tanaman dan rumput makanan ternak dengan gulma untuk memperoleh cahaya dan hara, (g) dan postur atau ideotipe tanaman budidaya sedapat mungkin sesuai dengan perilaku petani dalam sistem pertanian kepulauan di Maluku. Pemuliaan Tanaman dalam Revolusi Hijau dan Revolusi Hijau Lestari Pemuliaan tanaman memberikan kontribusi sangat besar bagi umat manusia ketika melahirkan revolusi hijau. Suatu revolusi yang berhasil mematahkan ramalan Thomas Robert Malthus dalam An Essay on the Principle of Population di tahun 1798 tentang bencana kelaparan di dunia pada abad ke-19, dan hingga saat ini merupakan lokomotif utama yang menggerakkan gerbong agribisnis melalui penyediaan varietas unggul baru. Pemulia tanaman Norman Borlaug mengawali sukses pemuliaan tanaman dalam revolusi hijau pada tahun 1960 dengan menghasilkan suatu varietas gandum ajaib berdaya hasil tinggi. Varietas yang ditanam secara ekstensif di Meksiko, India dan Pakistan ini berhasil mengatasi kelaparan di negaranegara yang masuk kategori sedang berkembang saat itu, khususnya di Asia, Afrika dan Amerika Latin. Keberhasilan penerima hadiah Nobel tahun 1970 di bidang pangan ini menginspirasi para pemulia tanaman di International Rice Research Institute (IRRI), Los Banos, Filipina, yang berhasil merakit varietas padi ajaib IR5 dan IR8 berdaya hasil tinggi yang merupakan tonggak sejarah revolusi hijau (Adnyana, 2005). Saat ini, para pemulia tanaman telah berhasil melahirkan berbagai varietas padi dan gandum berdaya hasil tinggi yang menyelamatkan banyak negara dari kelaparan. Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 7 Varietas-varietas ajaib yang berhasil dilepas pemulia tanaman di era revolusi hijau, termasuk di Indonesia saat ini, sebagian besar diantaranya merupakan varietas-varietas yang membutuhkan persyaratan agronomis sangat ketat, khususnya penyediaan air irigasi dan hara tanaman yang mahal (Wattimena, 2011, Poerwanto dan Wattimena, 2012). Akibatnya, untuk mencapai produktivitas maksimum suatu varietas, ekosistem tanaman dieksploitasi secara radikal agar sesuai dengan persyaratan tumbuh varietas unggul. Kondisi ini juga telah terjadi di Maluku, khususnya di tempat-tempat yang petaninya adalah transmigran dari Pulau Jawa seperti di Pulau Buru dan Kabupaten SBB. Malahan hutan sagu ikut tergerus dengan hadirnya revolusi hijau. Revolusi hijau lestari merupakan bentuk inovasi revolusi hijau yang dapat mengatasi kelemahan revolusi hijau. Dalam sistem revolusi hijau lestari, varietas unggul yang diciptakan pemulia tanaman adalah varietas unggul spesifik lokasi yang sesuai dengan suatu agroekosistem. Bila pada era revolusi hijau pemulia tanaman menganut pola: “to fit the environment to the variety” (high yielding variety yang berinput tinggi), maka pada revolusi hijau lestari terjadi pendekatan sebaliknya yaitu: “to fit the variety to the environment” (specific high yielding variety) (Wattimena, 2011, Poerwanto dan Wattimena, 2012). Artinya bahwa program pemuliaan tanaman tidak lagi hanya bertumpu pada paradigma bahwa suatu varietas unggul baru memerlukan rekayasa lingkungan agronomis secara radikal agar sesuai dengan persyaratan tumbuhnya, tetapi harus beralih pada suatu paradigma baru yaitu merekayasa varietas unggul baru spesifik yang sesuai dengan suatu lingkungan. Pemuliaan tanaman untuk merevolusi revolusi hijau ini secara umum meliputi: pemuliaan tanaman yang menggunakan pendekatan ideotipe, pemuliaan tanaman untuk lingkungan bercekaman dan input rendah (biotik, abiotik, dan toleransi terhadap tumpang sari), pemuliaan tanaman untuk lingkungan spesifik lokasi, dan pemuliaan tanaman partisipatif dengan melibatkan sumberdaya genetik lokal dan pemanfaatan bioteknologi dalam pemuliaan tanaman (Sujiprihati dan Syukur, 2012). Prosedur pemuliaan tanaman umumnya meliputi beberapa tahapan, dimulai dari eksplorasi keragaman genetik hingga pelepasan varietas unggul baru (Gambar 1). Eksplorasi keragaman genetik bertalian dengan upaya untuk mencari sumber-sumber keragaman genetik baru, termasuk sumber-sumber pangan dan non-pangan baru. Bahan genetik yang diperoleh umumnya dikoleksi untuk menyelamatkan keragaman genetik tersebut dari kemungkinan kepunahan bila sudah tidak disukai oleh Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 8 manusia. Genotipe-genotipe dalam koleksi ini dapat digabungkan keunggulannya atau digunakan untuk merakit kombinasi gen atau keragaman genetik baru melalui hibridisasi, mutasi, bioteknologi dan rekayasa genetika. Seleksi dilakukan untuk memilih kombinasi atau keragaman yang baru sesuai tujuan pemuliaan tanaman. Akhir seleksi tersebut kemudian dilanjutkan dengan serangkaian pengujian dan evaluasi untuk menilai keunggulan serta stabilitas dan adaptasi varietas yang baru. Setelah diperoleh keunggulannya secara pasti, varietas itu dimurnikan lebih lanjut untuk menghasilkan varietas unggul yang baru. Eksplorasi / Introduksi Koleksi Plasma Nutfah Seleksi • • • • Hibridisasi Mutasi Bioteknologi Rekayasa Genetika Pengujian dan Evaluasi Pemurnian Varietas Unggul Gambar 1. Prosedur umum Program Pemuliaan Tanaman (Sutjahjo, 2016) Inovasi Pemuliaan Tanaman Mendukung Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku Revolusi hijau lestari dengan andalan varietas unggul spesifik lokasi lebih menjamin keberlanjutan ekologis, ekonomis, maupun sosial, sehingga lebih sesuai dengan sistem pertanian kepulauan. Program pemuliaan tanaman dalam sistem pertanian kepulauan berperan untuk menapis plasma nutfah lokal dan merakit varietas unggul spesifik lokasi Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 9 baru yang diharapkan sesuai dengan sistem pertanian kepuluan. Oleh sebab itu, sesuai dengan karakteristik budidaya tanaman dalam sistem pertanian kepulauan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan pemuliaan tanaman untuk sistem pertanian kepulauan adalah: (1) menghasilkan varietas yang sesuai dengan lingkungan tanpa olah tanah atau olah tanah minimum, (2) meningkatkan efisiensi tanaman dalam memafaatkan hara tanaman tersedia, khususnya resistensi atau toleransi tanaman terhadap defisiensi nitrogen, fosfor dan kalium, (3) meningkatkan toleransi tanaman terhadap kondisi cekaman naungan (pencahayaan rendah), (4) meningkatkan umur simpan hasil panen untuk transportasi dan pemasaran, (5) meningkatkan resistensi atau toleransi tanaman terhadap hama dan penyakit utama yang ada saat ini maupun yang muncul kelak karena perubahan iklim, (6) meningkatkan kemampuan kompetisi rumput makanan ternak dengan gulma, (7) meningkatkan kompetisi tanaman dengan gulma, (8) menghasilkan varietas tanaman ideotipe yang sesuai dengan perilaku petani dalam sistem pertanian kepulauan, dan (9) menghasilkan varietas tanaman yang beradaptasi spesifik dengan lingkungan bercekaman akibat perubahan iklim, khususnya terhadap peningkatan suhu. Secara umum pemuliaan tanaman dalam sistem pertanian kepulauan meliputi beberapa strategi, yaitu (1) menggunakan landraslandras lokal (local landraces) yang telah beradaptasi dengan kondisi lingkungan lokal dari hasil koleksi plasma nutfah milik petani, (2) mengintroduksi varietas baru yang sesuai atau diperkirakan sesuai dengan sistem pertanian kepulauan, dan (3) merakit kombinasi baru dari landraslandras lokal dan varietas introduksi. Landras-landras yang sudah ada di tingkat petani umumnya telah beradaptasi dengan kondisi lokal yang dapat dimurnikan lebih lanjut untuk menghasilkan varietas unggul baru. Di Maluku diperkirakan tersedia berbagai plasma nutfah lokal tanaman pangan dan non pangan secara in situ dari berbagai spesies. Rumphius (1627-1702) dalam buku Herbarium Ambionense (1741-1750, 7 volume) melaporkan ± 1200 spesies di Ambon, diantaranya belimbing, durian, cengkeh dan aren (Veldkamp, 2011; Baas & Veldkamp, 2013). Leunufna & Evans (2014) menyebutkan bahwa pada ekologi sabana di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), yang merupakan habitat bagi kerbau Moa, domba kisar dan kambing lakor, ditemukan berbagai spesies seperti koli (palmae), jeruk kisar, jagung dalam berbagai variasi warna endosperm biji, yang ditanam dalam sistem penanaman berganda dengan singkong, labu, kacang-kacangan (Vigna sp., Arachis sp., Phaseolus sp), Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 10 umbi-umbian seperti Dioscorea esculenta, dan dua kultivar sukun. Di Pulau Ambon, Pulau Seram dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya, ditemukan beberapa varietas sagu, pisang (banana and plantain), spesies dan kultivar umbi-umbian Dioscorea sp., keladi (Xanthosoma sagittifolium) dan talas (Colocasia esculenta), ubi jalar, jagung, sukun, dll. Ada pula sayur-sayuran seperti kubis, ganemo, ketimun pahit (Momordica charantia), ketimun (Cucumis sativus), bayam air, bayam, pepaya, labu, terung, tomat, kacang hijau, kacang sayap (Psopocarpus tetragonolobus), kacang panjang, kapri, bambu, dll.. Disamping itu untuk tanaman rempah dan obat-obatan ditemukan pula bawang merah (Allium cepa), bawang merah syalot (Allium ascalonicum), bawang garlic (Allium sativum), cabe, jahe dan temulawak; tanaman buah-buahan seperti manggis, duku, langsat, kokosan, salak dan nangka. Selain yang dikemukakan Leunufna & Evans (2014) di atas, sudah umum ditemukan tanaman perkebunan seperti cengkeh dan pala serta beberapa buah-buahan seperti gandaria, mangga (lokal maupun introduksi), jambu, kecapi, atong, tomi-tomi, lobi-lobi, advokat, lechi, lengkeng, dan lain-lain. Berbagai spesies tanaman di atas, walaupun sangat banyak, namun tingkat keanekaragaman genetiknya yang dapat mendukung program pemuliaan tanaman belum banyak diteliti. Laporan awal keanekaragaman genetik di Maluku setelah Rumphius, adalah pada tanaman umbi-umbian, yang merupakan kerjasama Fakultas Pertanian UNPATTI dengan United States Agency for International Development (USAID). Bila Rumphius pada saat itu melaporkan sedikitnya 17 varietas Dioscorea sp., 7 varietas Xanthosoma sp, dan beberapa varietas Colocasia sp. di Ambon, maka hasil penelitian ini memperlihatkan sedikitnya 70 dan 36 varietas Dioscorea sp. di temukan di wilayah Maluku Bagian Tengah dan Maluku Bagian Tenggara, serta 7 dan 16 varietas Xanthosoma sagittifolium dan Colocasia esculenta masing-masing ditemukan pada wilayah yang sama (Lalopua, 1989). Demikian pula pernah dilaporkan varietas jagung lokal Hulaliu di dalam skripsi mahasiswa Fakultas Pertanian Unpatti di era tahun 1980-an. Selain itu ditemukan pula sedikitnya terdapat delapan varietas lokal kacang hijau berdasarkan warna dan tekstur kulit biji di Kabupaten MTB (Jambormias et al., 2003), serta 14 aksesi kacang tunggak, tujuh aksesi Phaseolus lunatus, dan enam aksesi kacang gude di Kabupaten MTB (Hetharie et al., 2011). Hasil wawancara dengan petani di Kabupaten MTB pada tahun 2009, diperkirakan terdapat sedikitnya 18 varietas lokal padi gogo di Pulau Larat dan spesies Jeruk Selwasa di Kabupaten MTB. Selain itu, penelitian keanekaragaman genetik padi di Pulau Buru memperlihatkan Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 11 penggunaan varietas unggul nasional yang tinggi (11 varietas), varietas unggul nasional asal Pulau Buru (Way Apo Buru), dan varietas lokal (4 varietas termasuk Fulan Telo Gawa) (Jambormias et al., 2008). Saat ini, Prof. Dr. Simon Hadi Teguh Raharjo, pemulia tanaman pada Fakultas Pertanian Unpatti, sedang mengoleksi beberapa varietas ubi kayu dan ubi jalar dalam satu kebun sederhana di pekarangan Fakultas Pertanian UNPATTI. Pada tanaman perkebunan, Dr. Ir. Ilyas Marzuki, M.Si. telah berhasil melepas beberapa varietas asal Maluku yaitu varietas Pala Banda dan Pala Makian, varietas cengkeh Tuni dan varietas Sagu Molat. Perakitan kombinasi genetik yang baru dalam pemuliaan tanaman dapat dilakukan melalui persilangan intra- atau interspesies, persilangan dengan genetic bridge, mutasi gen dan kromosom, dan rekayasa genetika. Perakitan keragaman genetik melalui persilangan yang melibatkan plasma nutfah asal Maluku telah dilakukan oleh Jambormias (2013a) pada tanaman kacang hijau. Hasil persilangan dialel dari perkaitan kombinasi baru ini menghasilkan tiga kombinasi persilangan dengan daya gabung umum yang tinggi, masing-masing dua populasi dari hasil persilangan dua varietas lokal dan satu populasi dari persilangan varietas unggul dan lokal asal Kabupaten MTB. Analisis segregasi transgresif pada Generasi F2, F3 dan F4 dari ketiga populasi ini telah berhasil memperoleh 45 galur segregan transgresif (Jambormias et al., 2013a, 2013b, 2014, 2015 dan Jambormias, 2014). Galur-galur segregan transgresif ini perlu diuji lebih lanjut stabilitas dan adaptasinya sebelum dilepas sebagai varietas unggul baru. Segregasi Transgresif dan Heterosis untuk Seleksi Generasi Awal Seleksi generasi awal merupakan metode seleksi untuk memperoleh varietas unggul baru secara cepat sehingga dapat digunakan untuk pemuliaan tanaman dalam sistem pertanian kepulauan di Maluku, khususnya bila terjadi perubahan lingkungan bercekaman karena pengaruh perubahan iklim. Salah satu metode seleksi generasi awal adalah metode seleksi segregasi transgresif (Jambormias, 2014). Segregasi transgresif adalah segregasi alel-alel suatu gen yang menghasilkan genotipe homozigot dengan kombinasi alel-alel aditif baru yang secara fenotipik memperlihatkan keragaan yang melampaui kedua tetuanya (Poehlman dan Sleper, 1996). Namun, segregasi transgresif sulit diperoleh pada generasi awal karena adanya fenomena heterosis (keunggulan hibrid) pada F1 yang terbawa pada generasi selanjutnya (F2, F3, dst.) dan berpenampilan sama atau lebih baik dari segregan transgresif (Yadav et al., 1998, Kuczyńska et Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 12 al., 2007, Bernardo, 2003, Jambormias et al., 2011). Heterosis berasal dari fenomena berkumpulnya gen-gen heterozigot pada Generasi F1 yang mengendalikan sifat-sifat penting pada suatu tanaman dari persilangan dua atau lebih galur inbrida yang juga dapat dimanfaatkan dalam seleksi generasi awal. Pengetahuan daya gabung umum dan daya gabung khusus pada Generasi F1 persilangan dapat digunakan untuk membedakan fenomena segregasi transgresif dan heterosis. Bila daya gabung umum dua varietas yang disilangkan tinggi, maka peluang memperoleh segregasi transgresif semakin besar (Kuczyńska et al., 2007), karena dapat diprediksi pada Generasi F1 dan diperoleh pada generasi F2, F3 dan F4 (Chahota et al., 2007). Bila terdapat pengaruh non-aditif seperti heterosis, maka penggunaan informasi kekerabatan antar individu (Falconer dan Mackay, 1996) dapat digunakan untuk menyeleksi famili-famili seragam dan berkeragaan tinggi sebagai galur-galur segregasi transgresif pada generasi awal (Jambormias dan Riry, 2009, Jambormias et al., 2011). Kesulitan seleksi sifat tunggal yang mengabaikan sifat-sifat yang lain sudah dapat direduksi melalui analisis dan pengembangan metode seleksi segregasi transgresif sifat berganda (Jambormias, 2014, Jambormias et al., 2015). Fenomena segregasi transgresif dimanfaatkan dalam seleksi varietas unggul baru melalui pembentukan galur pada tanaman menyerbuk sendiri, sedangkan heterosis untuk pembentukan varietas hibrida pada tanaman menyerbuk silang (Gambar 2) dan klon pada tanaman membiak vegetatif dan perennial. Seleksi yang memanfaatkan fenomena segregasi transgresif telah menghasilkan varietas unggul IPB 3S, IPB 4S pada tanaman padi; varietas Rajabasa, Ratai dan Detam1 pada kedelai; Numbu, Badik dan Higari pada Sorgum; serta Guri3/Agritan dan Suri 3/Agritan pada Gandum (Sutjahjo, 2016). Penerapan metode seleksi segregasi transgresif sifat berganda juga telah berhasil memfiksasi galur-galur segregan transgresif pada Generasi F4 yang melibatkan varietas lokal kacang hijau asal Kabupaten MTB dengan daya hasil berkisar antara 1.812.18 t/ha. Daya hasil ini melampaui varietas unggul kacang hijau di Indonesia yang mencapai 1.6 t/ha (Jambormias, 2014). Sebaliknya varietas hibrida nasional yang dihasilkan saat ini, misalnya pada jagung, mempunyai daya hasil melampuai varietas komposit. Daya hasil varietas unggul jagung komposit berkisar antara 7-9.4 t/ha dengan produksi ratarata 5-7.8 t/ha, sedangkan varietas hibrida silang tunggal mencapai daya hasil 8.9-13.5 t/ha dengan rata-rata produksi 7.2-11.5 t/ha (Aqil dan Arvan, 2014). Pada tanaman perennial seperti tanaman perkebunan dan buahPemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 13 buahan, varietas hibrida dapat dibentuk oleh pemulia tanaman atau dapat terbentuk secara alami, khususnya pada tanaman yang menyerbuk silang. Seleksi Blok Penghasil Tinggi (BPT) diikuti seleksi individu akan dapat menghasilkan klon-klon unggul yang baru. Gambar 2. Pemanfaatan heterosis untuk Produksi Varietas Hibrida Jagung (Griffiths et al., 2015). Tanaman di Tengah (a) dan Hasil Tongkolnya (b) adalah Varietas Hibrida, Disilangkan dari 2 Galur Inbrida (kiri dan kanan) yang Kerdil dan ‘Ompong’ Karena Mengalami Tekanan Inbreeding Kesiapan Sistem Pertanian Kepulauan Mendukung Pengelolaan Blok Marsela Tiga strategi pemuliaan tanaman dalam sistem pertanian kepulauan yang telah disebutkan sebelumnya dapat diterapkan secara menyeluruh atau secara parsial dalam rangka meningkatkan peran sistem pertanian kepulauan mendukung Blok Marsela dan Program Tol Laut Pemerintah. Khusus untuk Blok Marsela, kebutuhan karbohidrat, protein nabati, vitamin dan mineral yang berasal dari produksi buah-buahan, tanaman pangan penghasil karbohidrat, tanaman pangan penghasil protein dan sayur-sayuran tergolong sangat tinggi. Kebutuhan terbesar adalah tanaman penghasil karbohidrat yang mencapai 138299 ton, diikuti tanaman pangan penghasil protein 35855 ton, tanaman buah-buahan 30733 ton, dan sayursayuran 7683 ton (Tabel 1). Dengan asumsi bahwa produksi tanaman Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 14 pangan saat ini hanya mampu memenuhi kebutuhan penduduk Maluku saat ini pula, maka perlu pembukaan lahan baru untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi tenaga kerja Blok Marsela. Perencanaan pembukaan lahan baru sangat bergantung pada produktivitas varietas dari suatu spesies tanaman. Tabel 1. Kebutuhan Pangan Sesuai Angka Kecukupan Gizi untuk Jumlah Tenaga Kerja Blok Marsela pada Awal Pembukaan LNG, Langsung Setelah Operasi, dan Tak Langsung Setelah Melalui Industri Petrokimia D]dan Pabrik Pupuk Komoditas Tanaman Pangan Penghasil Karbohidrat Buah-buahan Sayur-sayuran Tanaman Pangan Penghasil Protein Daging (termasuk ikan dan telur) Total Jumlah Tenaga Kerja (laki-laki dewasa) Kebutuhan Pangan (t/tahun) Tak Awal Langsung Total Langsung 3942 12812 121545 138299 876 2847 27010 30733 219 712 6753 7683 1022 3321 31512 35855 329 1068 10129 11525 6388 20760 196948 224095 12000 39000 370000 421000 Catatan: perhitungan angka kecukupan gizi tenaga kerja laki-laki dewasa berusia 20-39 tahun dengan Bobot Badan 56 kg menurut Budianto (2009) Penggunaan varietas unggul spesifik lokasi berdaya hasil tinggi dapat meningkatkan efisiensi usaha tani dalam sistem pertanian kepulauan. Varietas seperti ini umumnya berasal dari hasil pemuliaan tanaman varietas lokal karena varietas ini cenderung telah beradaptasi spesifik dengan lingkungan lokal termasuk gugus pulau dalam sistem pertanian kepulauan. Andaikan tanaman pangan penghasil karbohidrat dan protein masingmasing adalah padi gogo dan kacang hijau, dan bila varietas yang digunakan adalah varietas lokal kedua spesies tanaman asal Kabupaten MTB, masing-masing dengan daya hasil ± 1 ton/ha, maka untuk produksi tanaman penghasil karbohidrat dan protein saja, diperlukan 3942 dan 1022 ha lahan pada awal pembukaan Blok Marsela dan 138299 ha dan 35855 ha ketika Blok Marsela telah beroperasi penuh. Luasan lahan ini untuk dapat menghasilkan 3942 dan 1022 ton padi dan kacang hijau pada awal Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 15 pembukaan Blok Marsela serta 138299 dan 35855 ton ketika padi dan kacang hijau Blok Marsela telah beroperasi penuh. Namun pemuliaan tanaman padi gogo dan kacang hijau, khususnya melalui seleksi setelah persilangan, dapat meningkatkan hasil biji padi gogo mencapai 2-4 t/ha dan kacang hijau mencapai 1.5-2 t/ha dalam 3-4 tahun. Efisiensi usaha tani tercapai melalui penghematan lahan, benih yang lebih sedikit, dan penurunan biaya usaha tani. Misalnya ketika Blok Marsela telah beroperasi penuh, kebutuhan lahan usaha tani bagi padi gogo dan kacang hijau masing-masing menurun dari 138299 ha dan 35855 ha menjadi 3457569150 ha dan 17928-23903 ha ketika Blok Marsela telah beroperasi penuh. Komoditas pertanian yang perlu dikembangkan, baik untuk tujuan pemuliaan dan produksi benih dalam rangka mendukung Blok Marsela adalah tanaman pangan, sayur-sayuran dan buah-buahan. Selain kedua komoditas tanaman yang telah dijelaskan sebelumnya, tanaman pangan lainnya yang perlu mendapat perhatian dalam pemuliaan tanaman dan produksi benih adalah jagung, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar, dan singkong. Hanya kedelai yang perlu diintroduksi dari luar Maluku dan digunakan langsung untuk produksi benih. Tanaman pangan perenial seperti sagu, perlu dilakukan seleksi dan pemanfaatan teknologi hasil pertanian untuk memperoleh pati sagu berkualitas. Komoditas sayursayuran yang perlu mendapat perhatian dalam pemuliaan tanaman adalah bawang merah, kentang, tomat, terung, cabe dan cabe rawit. Komoditas terakhir, yaitu buah-buahan yang dapat dikembangkan adalah klon-klon unggul dari dalam keragaman genetik spesies lokal seperti jeruk, durian, langsat dan duku, gandaria, advokat, salak, belimbing, manggis, jambu manis, lechi, klengkeng, pepaya, nenas, semangka dan melon. Tanaman introduksi seperti mangga dan rambutan dapat langsung digunakan dalam produksi benih. Khusus tanaman buah-buahan perennial, penanaman tanaman sebaiknya sudah mulai dilakukan saat ini, terutama untuk klonklon introduksi seperti mangga dan rambutan, agar dapat berproduksi tepat waktu. Kedaulatan pangan dapat dicapai ketika benih untuk usaha tani dapat tersedia tepat waktu dengan viabilitas dan vigor benih yang tinggi. Oleh sebab itu, perlu pengembangan pusat pemuliaan (breeding center) di Provinsi Maluku untuk melakukan koleksi plasma nutfah, perakitan varietas unggul baru dan dapat memproduksi benih penjenis (breeder seed). Tersedianya benih penjenis dapat mendukung produsen benih di Maluku untuk memproduksi kelas benih dasar, benih pokok dan benih sebar yang dapat menjamin ketersediaan benih di Maluku. Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 16 Kesiapan Sistem Pertanian Kepulauan Menghadapi Perubahan Iklim Global Problema utama penggunaan varietas-varietas yang seragam, termasuk landras-landras, adalah terjadinya perubahan adaptasi tanaman ketika terjadi perubahan iklim. Analisis InterGovernmental Panel on Climate Change menyebutkan suhu udara meningkat ± 5oC dalam 100 tahun terakhir (Numberi, 2009). Di Indonesia, diperkirakan pada tahun 2100, akan terjadi peningkatan suhu mencapai kisaran 30-35oC (skenario emisi CO2 rendah) hingga 35-40oC (skenario emisi CO2 tinggi) (Utomo, 2015). Walau umumnya tanaman yang ditanam dapat bertahan hidup hingga suhu 40-45oC, tetapi peningkatan suhu yang melampaui batas suhu tinggi dari stadia pertumbuhan suatu spesies tanaman (Tabel 2), dapat menyebabkan terjadinya kegagalan panen (Sopandie, 2014). Terlihat bahwa jika suhu mencapai kisaran 30-35oC, maka manusia tidak lagi dapat makan roti dan mie gandum. Demikian pula tomat, Brassica, kacang musim dingin, kacang tanah dan padi yang gagal berproduksi. Manusia hanya dapat memperoleh sumber pangan dari jagung, jewawut dan kacang tunggak. Bila suhu mencapai 35-40oC, maka manusia mengalami kelaparan serius karena hanya bergantung pada jagung dan kacang tunggak. Selain itu, pengaruh ikutan perubahan iklim adalah munculnya lingkungan bercekaman dimana hujan yang turun tidak menentu, kekeringan yang masif ketika musim kering atau banjir yang berlebihan ketika musim hujan, perubahan pola serangan hingga munculnya predator hama atau patogen baru, erodibilitas tinggi yang berdampak pada munculnya lahan-lahan miskin hara, dan intrusi air laut ke darat yang menciptakan lahan-lahan salin terutama di ekosistem pesisir. Tanaman juga akan gagal beradaptasi pada lingkungan yang bercekaman seperti ini. Oleh sebab itu, untuk tujuan jangka panjang menghadapi perubahan iklim, juga perlu dirumuskan tujuan pemuliaan tanaman pada lingkungan bercekaman yang baru. Kesiapan sistem pertanian kepulauan untuk menghadapi perubahan pola adaptasi tanaman karena terjadinya perubahan iklim global dapat dilakukan melalui dua skenario, yaitu (1) eksplorasi dan perakitan varietas atau spesies baru tanaman pangan yang tahan atau toleran terhadap lingkungan bercekaman khususnya panas, dan (2) pengembangan teknologi yang dapat merubah bagian tanaman non pangan menjadi sumber pangan baru yang dapat dimakan. Skenario pertama adalah eksplorasi plasma nutfah yang jalur fotosintesisnya adalah Crassulaceae Acid Metabolism fakultatif (CAM fakultatif) atau perakitan varietas atau spesies tanaman pangan baru yang jalur fotosintesisnya adalah CAM fakultatif atau Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 17 inducible-CAM melalui fusi protoplas atau rekayasa genetika (Wattimena, 2012). Tanaman CAM dapat tumbuh pada kondisi kering dan panas hingga 35-50oC. Tanaman pangan CAM fakultatif adalah tanaman dengan jalur fotosintesis C3-CAM atau C4-CAM. Tanaman CAM fakultatif berfotosintesis sebagai tanaman CAM ketika lingkungan bercekaman (peningkatan suhu, kekeringan atau banjir) dan berfotosintesis sebagai tanaman C3 atau C4 bila lingkungan normal (Wattimena, 2011, 2012, Poerwanto dan Wattimena, 2012). Saat ini terdapat 23 tanaman CAM fakultatif, dan 19 diantaranya terinduksi saat kekeringan (Herrera, 2009). Diantaranya adalah tanaman-tanaman C3-CAM seperti Clusia pratensis (perenial), Calandrinia polyandra (tanaman annual sukulen) dan Talinum triangulare (tanaman herba), maupun tanaman C4-CAM seperti Portulaca oleracea (tanaman annual) (Winter dan Holtum, 2014). Hanya Portulaca sp. yang dapat mengunduksi CAM pada cekaman kekeringan sehingga dapat dijadikan model untuk transformasi tanaman C4 menjadi CAMfakultatif (Wattimena, 2012). Tabel 2. Batas Suhu Tinggi Beberapa Tanaman (Sopandie, 2014) Tanaman Gandum Jagung Jewawut Tomat Brassica Pulses musim dingin Kacang Tanah Kacang Tunggak Padi Batas Suhu Tinggi 26 45 35 30 29 25 34 41 34 Stadia Pertumbuhan Pasca pembungaan Reproduktif Seedling Emergence Pembungaan Pembungaan Produksi pollen Pembungaan Hasil Biji Skenario yang kedua adalah membuat seluruh bagian tanaman untuk dapat dijadikan sebagai bahan pangan yang dapat dimakan. Strategi ini untuk menjalankan amanat Tuhan sebagaimana tertulis dalam Kitab Kejadian 3:18, yaitu: “semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkan bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu”. Tumbuhan hijau terdiri atas Thallophyta (alga, mikroalga), bryophyta (lumut), Pteridophyta (paku-pakuan) dan spermatophyta (tumbuhan berbiji). Semua bagian tumbuhan apa saja harus dapat diolah menjadi pangan dan papan. Bagian yang beracun dapat difermentasi Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 18 (biodetoksifikasi) dengan bantuan mikroorganisme menjadi tidak beracun. Bagian yang tidak dapat dicerna seperti polisakarida, dapat diuraikan secara bioenzimatik menjadi disakarida dan monosakarida yang mudah dicerna. Bahkan selulosa sekalipun, penguraian bioenzimatiknya menghasilkan fruktosa dan glukosa. Semua bagian tumbuhan ini dapat diproses menjadi sumber pangan baru, yaitu dalam bentuk dried chip dan tepung, yang merupakan bahan pangan bagi manusia (Wattimena, 2012). Kearifan lokal pembuatan tepung dari biji mangga varietas lokal (mangga telur) oleh penduduk di Pulau Kisar merupakan bukti nyata kecerdasan manusia Maluku memproses sumber pangan baru dalam menyiasati kelangkaan pangan. Rekayasa untuk menghasilkan varietas atau spesies tanaman CAM fakultatif, bila tidak dapat menghasilkan produk pangan yang dapat dimakan langsung, setidaknya menghasilkan karbohidrat sebagai sumber bahan pangan baru. Tanaman Euphorbia tirucalli, suatu spesies CAM fakultatif C3-CAM yang tumbuh di daerah kering di Kolombia, mampu menghasilkan biomassa 22-25 t/ha/tahun dari ukuran populasi 14000 tanaman/ha (Loke et al., 2011). Pada saat ini perlu dilakukan eksplorasi di Maluku untuk mengoleksi tanaman-tanaman pangan CAM dan CAM fakultatif, atau yang dapat direkayasa menjadi tanaman pangan CAM fakultatif. Tanamantanaman CAM dan CAM fakultatif dapat pula digunakan sebagai sumber gen untuk rekayasa tanaman pangan CAM fakultatif baru yang menghasilkan biomassa yang tinggi sebagai bahan pangan baru untuk menyiasati perubahan iklim. Beberapa tanaman pertanian golongan CAM yang sudah ada saat ini adalah nenas, buah naga, lidah buaya, anggrek dan Agave tequila. Anggrek termasuk CAM fakultatif C3 (Dwianti, 2016). Pendidikan Pemuliaan Tanaman dan Infrastuktur Pendukungnya Pemulia tanaman merupakan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu pemuliaan tanaman. Kehadiran pemulia tanaman dalam sistem pertanian kepulauan mutlak diperlukan saat ini, karena bertalian dengan konservasi keanekaragaman genetik, perekayasaan varietas baru dan penyediaan benih varietas unggul yang bermutu. Keberadaan benih bermutu adalah lokomotif penting untuk dapat menggerakkan gerbong sistem agribisnis kepulauan. Sutjahjo (2016) memperkirakan kebutuhan 1 pemulia tanaman di antara 3000 petani. Selain itu, kehadiran pemulia tanaman dalam sistem pertanian kepulauan merupakan kebutuhan yang mendesak untuk mempertahankan keberlanjutan ekologis, sosial dan ekonomis, serta mendukung Blok Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 19 Marsela dan membudayakan kesiapan menghadapi perubahan iklim global. Untuk menyiasati kebutuhan ini, Fakultas Pertanian UNPATTI telah mengusulkan pembukaan Program Studi (PS) Strata 1 (S1) Pemuliaan Tanaman. Saat ini usulan tersebut telah disetujui oleh Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, dan tinggal menunggu izin penyelenggaraannya. Kehadiran program studi ini diharapkan mendapat dukungan dari pemerintah, khususnya pemerintah Provinsi Maluku dan lebih khusus lagi UNPATTI. PS Pemuliaan Tanaman mempunyai visi keilmuan, yaitu: “Sebagai Pusat Pengembangan Pembelajaran dan Riset Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi Berbasis Wilayah Kepulauan yang Produktif dan Lestari”. PS ini merupakan satu-satunya PS Strata 1 (S1) dalam bidang pemuliaan tanaman dan bioteknologi yang ada di Indonesia saat ini. PS ini berperan menyiapkan sumber daya manusia yang mampu merencanakan, merancang, menganalisis, dan menerapkan IPTEKS untuk PERBAIKAN TANAMAN (crop improvement) di wilayah kepulauan dan kontinental. Spesifikasi dan keunggulan PS ini terletak pada kompetensi lulusan yang dapat menghasilkan varietas unggul baru dan memproduksi benih bersertifikat untuk mendukung pertanian berkelanjutan di wilayah kepulauan dan kontinental. Visi ini akan terjawab karena dukungan dari staf dosen dan peneliti yang memadai dan kompeten (Tabel 3). Ruang lingkup PS Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Unpatti meliputi: • Konservasi Genetika Tanaman: eksplorasi dan konservasi plasma nutfah pada lingkungan tropis di wilayah kepulauan dan kontinental. • Genetika & Pemuliaan Tanaman: merakit dan mengembangkan varietas unggul pada kondisi lingkungan tropis di wilayah kepulauan dan kontinental. • Bioteknologi Tanaman: merekayasa genetik tanaman dan mikroba yang ramah lingkungan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi kebutuhan masa kini dan yang akan datang di wilayah kepulauan dan kontinental. • Produksi Benih: memproduksi benih bersertifikat yang menjamin hak kepemilikan pemulia tanaman atas suatu varietas dan mendukung agronomi tanaman di wilayah kepulauan dan kontinental. Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 20 Tabel 3. Sumber Daya Penyelenggara Pendidikan dan Riset Pemuliaan Tanaman pada Program Studi Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Unpatti Nama Prof. Dr. Ir. S. H. T. Raharjo Prof. Dr. Ir. A. Tatipata, MS. Dr. Ir. H. Hetharie, M.Si. Dr. Ir. H. Kesaulya, M.Si. Dr. Ir. J. Effendy, M.Sc. Dr. Ir. E. Jambormias, M.Si. Dr. Ir. F. Matulesy, MP. Ir. M.L. Hehanussa, M.Si. Jemly F. Parera, SP., M.Si. Jane K.J. Laisina, M.Si.*) J.J.G. Kailola, SP., M.Si.**) *) **) Bidang Ilmu Bioteknologi Tanaman Ilmu Benih Bidang Keahlian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Agronomi Ilmu Tanaman Pemuliaan & Bioteknologi Tanaman Pemuliaan & Bioteknologi Tanaman Ilmu Tanaman Agronomi Bioteknologi Agronomi Agronomi Pemuliaan & Bioteknologi Tanaman Bioteknologi Tanaman & Mikrobiologi Ilmu & Teknologi Benih Genetika & Bioteknologi Tanaman Pemuliaan Tanaman & Genetika Kuantitatif Fisiologi dan Kultur jaringan Tanaman Kultur Jaringan Tanaman Bioteknologi Tanaman Pemuliaan & Bioteknologi Tanaman Kultur Jaringan Tanaman Studi lanjut S3 pada Program Studi Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman Sekolah Pascasarjana IPB Studi lanjut S3 pada Program Studi Agronomi Sekolah Pascasarjana IPB Jenderal Urip Sumodiharjo di awal kemerdekaan Indonesia pernah megatakan: “suatu Negara zonder tentara bukanlah suatu Negara”, maka sesungguhnya “suatu Fakultas Pertanian tanpa Kebun Percobaan bukanlah Fakultas Pertanian”. Artinya, obsesi pengembangan pemuliaan tanaman dalam merevolusi sistem pertanian kepulauan menjadi suatu agroekosistem yang tangguh tidak akan terwujud bila tidak tersedia kebun percobaan. Kebun ini penting bukan saja sebagai lokus penelitian dan pengembangan ilmu, tetapi juga sebagai breeding center untuk koleksi sumber daya genetik lokal dan introduksi. Breeding center ini juga Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 21 berperan sebagai lokus produksi benih penjenis (breeder seed) dalam mendukung produksi benih. Sejalan dengan itu diperlukan pula upaya-upaya untuk memperkuat laboratorium-laboratorium yang sudah ada seperti: Genetika Tanaman dan Pemuliaan Tanaman, Kultur Jaringan Tanaman, Teknologi Benih, Fisiologi Tanaman, Fitapatologi Tumbuhan dan Entomologi Tumbuhan, serta pengadaan laboratorium-laboratorium seperti Bioteknologi, Genetika Molekuler Tanaman dan Rekayasa Genetika Tanaman untuk mendukung riset-riset pemuliaan tanaman, khsususnya untuk menjawab tujuan pemuliaan tanaman dalam sistem pertanian kepulauan yang lestari, dan menghasilkan tanaman-tanaman pangan CAM fakultatif untuk menghadapi dampak perubahan iklim global di pulaupulau kecil yang bakal terjadi. Penutup Sistem pertanian kepulauan merupakan suatu sistem pertanian lokal khas pulau-pulau kecil yang rentan terhadap ancaman perubahan iklim. Pemuliaan tanaman dengan andalan utama varietas unggul berdaya hasil tinggi dalam revolusi hijau dengan dukungan sarana irigasi dan teknologi pemupukan yang mahal dan kurang mendukung keberlanjutan ekologis dan sosial, tidaklah tepat diterapkan secara penuh dalam sistem pertanian kepulauan. Oleh sebab itu, Program pemuliaan tanaman untuk sistem pertanian kepulauan tidak lagi bertumpu untuk merekayasa lingkungan agronomis sedemikian rupa sehingga sesuai dengan persyaratan tumbuh suatu varietas unggul nasional, tetapi merakit varietas unggul nasional baru yang sesuai dengan teknologi revolusi hijau lestari di lingkungan pertanian kepulauan. Kehadiran varietas baru dapat melahirkan produsen benih untuk memproduksi benih bersertifikat sebagai lokomotif yang menggerakkan gerbong agribisnis di pulau-pulau kecil. Oleh sebab itu, pengembangan sistem pertanian kepulauan tidak lagi berupa gagasan dan wacana-wacana, tetapi sudah harus dalam bentuk aksi nyata sebagai berikut: 1. Pengadaan Breeding Center yang dikelola Fakultas Pertanian Unpatti untuk tujuan koleksi plasma nutfah, riset dan pengembangan varietas unggul baru spesifik lokasi berdaya hasil tinggi di Maluku, dan menyediakan sumber benih/bibit penjenis bagi produsen benih di Maluku. 2. Dukungan penuh stakeholders pertanian di Maluku bagi Fakultas Pertanian Unpatti membuka Program Studi Pemuliaan Tanaman dalam Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 22 rangka menyiapkan sumber daya manusia yang dapat merakit varietas unggul baru dan menyediakan sumber benih benih/bibit penjenis bagi produsen benih maupun sebagai pelaku produsen benih di Maluku dalam mendukung kedaulatan pangan di Maluku melalui sistem pertanian kepulauan. 3. Riset dasar mengenai kekayaan plasma nutfah berbagai spesies tanaman di Maluku dengan berpijak dari laporan Rumphius (16271702) dalam buku Herbarium Ambionense (1741-1750) dan Leunufna & Evans (2014). Fokus riset adalah tanaman CAM fakultatif yang tahan panas dan dapat menghasilkan produksi untuk meningkatkan kemampuan sistem pertanian kepulauan menghadapi perubahan iklim. 4. Melakukan riset untuk seleksi varietas unggul baru dari dalam populasi hasil koleksi pada breeding center atau merakit keragaman genetik dan melakukan seleksi generasi awal untuk memperoleh varietas unggul spesifik lokasi berdaya hasil tinggi pada tanaman-tanaman C3 dan C4 yang dapat mendukung kedaulatan pangan saat ini dan menyongsong pengoperasian Blok Marsela pada 10 tahun yang akan datang serta merekayasa tanaman CAM fakultatif untuk menghasilkan biomassa sumber pangan baru dalam menghadapi perubahan iklim global yang sudah di depan mata. Varietas-varietas unggul baru yang kelak berhasil dilepas melalui program pemuliaan tanaman pada Fakultas Pertanian Unpatti dapat diberi nama Unpatti. Misalnya varietas padi gogo dapat diberi nama PG Unpatti1, PG Unpatti-2, dst. Varietas kacang hijau dapat diberi nama KH Unpatti1, KH Unpatti-2, dst. Jika keberhasilan seperti ini dapat diraih, selain untuk mengharumkan nama Unpatti, meningkatkan dan mempertahankan akreditasi Unpatti, dan meningkatkan animo mahasiswa untuk belajar kembali di Fakultas Pertanian Unpatti, juga dapat meningkatkan pendapatan universitas melalui produksi benih varietas unggul baru yang dapat mendukung pengembangan Universitas Pattimura sebagai suatu Badan Layanan Umum di Indonesia. Jika mungkin, pengadaan mini breeding center pada lahan kosong di belakang Perpustakaan Unpatti dapat menjadi langkah awal pemuliaan tanaman dan produksi benih tanaman pangan seperti padi, jagung dan kacang-kacangan di Universitas Pattimura secara khusus dan Maluku secara umum. Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 23 DAFTAR PUSTAKA Adnyana, M.A., 2005. Lintasan dan marka jalan menuju ketahanan pangan berkelanjutan. Analisis kebijakan pertanian 3(3):326-3448. Aqil, M., R.Y. Arvan, 2014. Deskripsi Varietas Unggul Jagung. Balai penelitian Tanaman Serealia, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Maros. Baas, P., J.F. Veldkamp, 2013. Dutch pre-colonial botany and Rumphius’s Ambonese Herbal. Alertonia 13:9-19. Bernardo, R., 2003. On the effectiveness of early generation selection in self pollinated crops. Crop Sci. 43:1558-1560. Budianto, A.K., 2009. Dasar-dasar Ilmu Gizi. UMM Press, Malang. Chahota, R.K., N. Kishore, K.C. Dhiman, T.R. Sharma, S.K. Sharma, 2007. Predicting transgressive segregants in early generation using single seed descent method-derived micro-macrosperma genepool of lentil (Lens culinaris Medikus). Euphytica. 156:305-310. Dwianti, M., 2016. Tumbuhan C3, C4 dan CAM. Disampaikan pada saat kunjungan SDIT Alam Harapan Umat Purbalingga, Purbalingga. Falconer, D.S., T.F.C. Mackay, 1996. Introduction to Quantitative Genetics (Ed 4). Adison-Wesley Longman, Harlow UK. Griffiths, .J.F., S.R. Wessler, S.B. Carroll, J. Doebley, 2015. Introduction to Genetic Analysis. 8th Ed. W.H. Freeman & Company. New York. Hetharie, H., S.H.T. Raharjo, M. L. Hehanussa, J. D. Siwalette, E. Jambormias, 2011. Eksplorasi dan karakterisasi plasma nuftah kacang-kacangan minor di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Zuriat 22(2). Herrera, A., 2009. Crassulacean acid metabolism and fitness under water deficit stress: if not for carbon gain, what is facultative CAM goog for? Annals of Botany 103:645-653. Jambormias E., 2014. Analisis Genetik dan Segregasi Transgresif Berbasis Informasi Kekerabatan untuk Potensi Hasil dan Panen Serempak Kacang Hijau. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 24 Jambormias, E., 2016. Penguatan Sistem Arin dengan Biointensifikasi dan Pemuliaan Tanaman untuk Produktivitas dan Keberlanjutan Pertanian di Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Makalah Seminar. Disampaikan dalam Seminar Nasional tentang Mewujudkan Kedaulatan Pangan pada Lahan Sub Optimal melalui Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi. Kerjasama Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian RI dengan Pemerintah Provinsi Maluku, Universitas Pattimura Ambon, Perhimpunan Agronomi Indonesia, dan Balai Riset dan Standardisasi Industri, 12-13 Oktober 2016, Ambon. Jambormias, E., E.L. Madubun, F.J.D. Hitijahubessy, 2003. Daya hasil, keragaman genetik alami dan heritabilitas sifat-sifat kuantitatif kacang hijau (Vigna radiata L. Wilczek) varietas lokal Jamdena. J. Pertan. Kepul. 2(2):100-105. Jambormias E., J. Riry, 2009. Penyesuaian data dan penggunaan informasi kekerabatan untuk mendeteksi segregan transgresif sifat kuantitatif pada tanaman menyerbuk sendiri (suatu pendekatan dalam seleksi). J. Budidaya Pertan. 5(1):11-18. Jambormias, E., J.M. Tutupary, J.R. Patty, 2013a. Analisis dialel sifat berganda pada kacang hijau (Vigna radiata L. Wilczek). Agrinimal 3(1):23-29. Jambormias, E., J.R. Patty, J.K.J. Lasina, A. Tutupary, E.L. Madubun, R.E. Ririhena, 2014. Analisis genetik dan segregasi transgresif sifat berganda pada Generasi F2 persilangan kacang hijau Mamasa lere Butnem x Lasafu Lere Butsiw. J. Budidaya Pertan. 10(2):52-58. Jambormias E., S.H. Sutjahjo, M. Jusuf, Suharsono, 2011. Using information from relatives and path analysis to select for yield and seed size in soybean (Glycine max L. Merrill). SABRAO J. Breed. Genet. 43(1):44-58. Jambormias, E., S.H. Sutjahjo, A.A. Mattjik, Y. Wahyu, D. Wirnas, 2013b. Indikator dan kriteria seleksi pada generasi awal untuk perbaikan hasil biji kacang hijau berumur genjah. J. Agron. Indon. 41(3):221227. Jambormias, E., S.H. Sutjahjo, A.A. Mattjik, Y. Wahyu, D. Wirnas, A. Siregar, J.A. Patty, J.K. Laisina, E.L. Madubun, R.E. Ririhena, 2015. Transgressive segregation analysis of multiple traits in mungbean (Vigna radiata L. Wilczek). SABRAO J. of Breed. And Genet. 47(2):201-213. Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 25 Jambormias, E., S. Raharjo, A. Umasangaji, C. Leiwakabessy, 2008. Keragaman Genetik Plasma Nutfah Padi Gogo Berbasis Pengetahuan Lokal Petani di Buru Utara, Kabupaten Buru. Makalah. Disampaikan pada Seminar Hasil-hasil Penelitian, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah, Provinsi Maluku tanggal 10 Januari 2008, Ambon. Jumin, H.B., 2014. Dasar-dasar Agronomi. Rineka Cipta, Jakarta. Kuczyńska A., M. Surma, T. Adamski, 2007. Methods to predict transgressive segregation in barley. J. Appl. Genet. 48(4):321-328. Lalopua, J.R., R.E. Wattimena, A. Walsen, S.H.T. Raharjo, 1989. Penelitian Tanaman Umbian pada Fakultas pertanian Universitas Pattimura. Disampaikan pada Seminar Pengembangan Potensi Tanaman Umbian, Kerjasama Fakultas Pertanian Universitas Pattimura dengan United States Agency for International Development, tanggal 31 Oktober 1989 di Ambon. Loke, J., L.A. Mesa, J.Y. Franken, 2011. Euphorbia tirucalli Biology Manual: Feedstock Production, Bioenergy Converstion, Application, Economics. Version 2. FACT, Foundation Fuels from Agriculture in Communal Technology, The Netherland. Leunufna, S., M. Evans, 2014. Ensuring food security in the small islands of Maluku: A community genebank approach. J. of Marine and Cultures 3:135-133. Panjaitan, L.B., 2016. Proyek Blok Masela Hampir Capai Kesepatan. http://ekonomi.metrotvnews.com/energi/Wb77z1nb-menko-luhutproyek-blok-masela-hampir-capai-kesepakatan Numberi, F., 2009. Perubahan Iklim. Implikasinya terhadap Kehidupan di Laut, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Fortuna, Jakarta. Poehlman, J.M., D.A. Sleper, 1996. Breeding Field Crops. 4th Ed.: Iowa State University Press, Iowa. Poerwanto, R., A. Sulaeman, G.A. Wattimena, 2012. Sejarah dan Perkembangan Revolusi Hijau, Revolusi Bioteknologi, dan Revolusi Hijau Lestari. Dalam Merevolusi Revolusi Hijau (Pemikiran Guru Besar IPB). IPB Press, Bogor. Poerwanto, R., G.A. Wattimena, 2012. Belajar dari Revolusi Hijau. Dalam Merevolusi Revolusi Hijau (Pemikiran Guru Besar IPB). IPB Press, Bogor. Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 26 Poerwanto, R., Sobir, A. Kurniati, S.W. Ardhie, 2012. Diversifikasi Pangan. Dalam Merevolusi Revolusi Hijau (Pemikiran Guru Besar IPB). IPB Press, Bogor. Reijntjes, C., B. Haverkort, Waters-Bayer, 1992. Pertanian Masa Depan. Pengantar untuk Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah. Kanisius, Yogyakarta. Ristekdikti, 2017. Politeknik Negeri Ambon Diminta Siapkan SDM Blok Marsela. http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/index.php/2017/02/26/politekn ik-negeri-ambon-diminta-siapkan-sdm-berkualitas-proyek-blokmasela/ Sopandie, D., 2012. Fisiologi Adaptasi Tanaman terhadap Cekaman Abiotik pada Agroekosistem Tropika. IPB Press, Bogor. Sujiprihati, S., M. Syukur, 2012. Pemuliaan Tanaman dalam Merevolusi Revolusi Hijau. Dalam Merevolusi Revolusi Hijau (Pemikiran Guru Besar IPB). IPB Press, Bogor. Sutjahjo, S.H, 2016. Peranan Pemuliaan Tanaman dalam Peningkatan Produktivitas Pertanian melalui Pemanfaatan Fenomena Heterosis dan Segregan Transgresif. Orasi Ilmiah Guru Besar Institut Pertanian Bogor, 27 Agustus 2016. Veldkamp, J.S., 2011. Georgius Everhardus Rumphius (1627-1702), the blid seer of Ambon. Gardens’ Bulletin Singapore 63(1&2):1-15. Watloly, A., 2013. Cermin Eksistensi Masyarakat Kepulauan dalam Pembangunan Bangsa. Perspektif Indogenous Orang Maluku. PT. Intimedia Ciptanusantara, Jakarta. Utomo, Y.W., 2015. Tahun 2100, Suhu Harian Indonesia Bisa Capai 40 Derajat Celcius. http://sains.kompas.com/read/2015/06/18/09280181/Tahun.2100.S uhu.Harian.Indonesia.Bisa.Capai.40.Derajat.Celsius. Wattimena, G.A., 2011. Bekerjanya Teori Darwin pada Tumbuhan Menghasilkan Kearifan dan kedaulatan Pangan Lokal. Prosiding Permama 2011 1(1):1-10. Wattimena, G.A., 2012. Sumber Pangan Baru. Dalam Merevolusi Revolusi Hijau (Pemikiran Guru Besar IPB). IPB Press, Bogor. Winter, K., J.A.M. Holtum, 2014. Facultative crassulacean acid metabolism (CAM) plants: powerful tools for unravelling the functional elements of CAM photosynthesis. J. of Exp. Bot. 65(13):3425-3441. Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 27 Yadav, B., C.S. Tyagi, D. Singh, 1998. Genetics of transgressive segregation for yield and yield components in wheat. Ann. appl. Biol. 133:227-235. Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 28 RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak bungsu dari enam bersaudara, lahir di Desa Watmasa Kabupaten Maluku Tenggara Barat tanggal 07 Agustus 1968, dari ayah Markus Jambormias (alm) dan ibu Juliana Rangkoratat (alm). Penulis menikah dengan Paulina Tiwery dan dikaruniakan dua anak, Markus Jambormias dan Julian James Jambormias. Pada tahun 1992, penulis memperoleh sarjana Agronomi dari Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Penulis diterima pada Program Studi Agronomi Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada tahun 2001 dan memperoleh magister sains pada tahun 2004. Penulis memperoleh kesempatan untuk melanjutkan ke program doktor pada mayor Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman di perguruan tinggi yang sama pada tahun 2009. Dengan bantuan beasiswa Program Agri-4 NUFFIC UNPATTI dan Hibah Doktor DIKTI tahun 2013, Penulis melakukan penelitian mengenai segregasi transgresif pada kacang hijau, melahirkan metode seleksi segregasi transgresif pada tanaman menyerbuk sendiri, dan memperoleh doktor pada tahun 2014. Penulis bekerja sebagai Pengajar dan Peneliti sejak tahun 1999 pada Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Penulis mengajar mata ajaran pemuliaan tanaman, genetika, statistika dan rancangan percobaan, serta melakukan penelitian dalam bidang pemuliaan tanaman dan genetika kuantitatif. Sejak tahun 1992 Penulis sudah terlibat dalam 18 kegiatan penelitian yang dilakukan sendiri, dibiayai oleh DIKTI, Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Pemerintah Provinsi Maluku, atau NUFFIC Belanda; menyajikan 9 makalah ilmiah yang dibawakan secara oral maupun poster dalam Seminar Nasional dan Seminar Internasional; 8 buku ajar, modul kuliah atau modul Penuntun Praktikum; dan 5 karya Pengabdian Masyarakat. Sejak tahun 1998 Penulis telah mempublikasikan 19 karya ilmiah, 2 diantaranya pada jurnal internasional bereputasi (terindeks scopus), 2 pada jurnal nasional terakreditasi, 11 pada jurnal nasional, dan 4 artikel yang dicetak di prosiding. Beberapa karya ilmiah ini yang mendapat perhatian adalah: 1. “Using information from relatives and path analysis to select for yield and seed size in soybean (Glycine max L. Merrill), disajikan sebagai makalah poster pada Simposium dan Kongres Nasional VI PERIPI tanggal 17-19 November 2009, dan memperoleh penghargaan sebagai salah satu dari 16 makalah terbaik kategori Jurnal Berkala Internasional. Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 29 Artikel ini telah terbit pada SABRAO Journal of Breeding and Genetics Vol. 43 No. 1, Juni 2011. 2. “Transgressive segregation analysis of multiple traits in mungbean (Vigna radiata L. Wilczek)”, disajikan sebagai makalah oral pada Seminar Nasional PERIPI tanggal 6-7 November 2012, dan memperoleh penghargaan sebagai salah satu dari delapan makalah terbaik kategori Jurnal Berkala Internasional. Artikel ini telah terbit pada SABRAO Journal of Breeding and Genetics Vol. 47 No 2, June 2015. 3. “Indikator dan kriteria seleksi pada generasi awal untuk perbaikan hasil biji kacang hijau berumur genjah”, disajikan sebagai makalah oral pada Seminar Nasional Hasil Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, tanggal 22 Mei 2013 di Balittkabi Malang, dan telah terbit pada Jurnal Agronomi Indonesia Vol. 41 No. 3, Desember 2013. 4. Beberapa artikel lainnya yang terbit dalam 5 tahun terakhir adalah: a. “Modifikasi rancangan bersekat dan pendugaan parameter genetik pada generasi awal tanaman menyerbuk sendiri”, pada Jurnal Budidaya Pertanian Vol. 9 No. 2, Desember 2013; “Perluasan indeks seleksi nilai fenotipe untuk indeks seleksi nilai pemuliaan” pada Buletin Agrohorti Vol. 2 No. 1, Januari 2014. b. Selang kepercayaan heritabilitas berdasarkan nilai tengah untuk data rancangan percobaan. Jurnal Budidaya Pertanian, Vol. 10 No. 1, Juni 2014. c. Analisis Genetik dan Segregasi Transgresif Sifat Berganda pada Generasi F2 Persilangan Kacang Hijau Mamasa Lere Butnem × Lasafu Lere Butsiw. Jurnal Budidaya Pertanian, Vol. 10 No. 2 Desember 2014. Penulis hingga saat ini terlibat dalam organisasi profesi Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia (PERIPI) dan The Society for the Advancement of Breeding Research in Asia and Oceania (SABRAO). Pemuliaan Tanaman untuk Keberlanjutan Sistem Pertanian Kepulauan di Maluku – Edizon Jambormias - 2017 30