Uploaded by nikenaprilia24

92479468-Bab-II-Metalografi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Metalografi
Metalografi merupakan ilmu yang mempelajari karakteristik
struktur dari logam atau paduan. Mikroskop merupakan peralatan yang paling
penting untuk mempelajari struktur mikro suatu
logam.
Mikroskop
memungkinkan untuk menghitung ukuran butir, distribusi dari fasa fasanya dan inklusi yang memiliki efek yang besar terhadap sifat
logam. Fasa adalah suatu kondisi dimana komponen kimianya sama. Struktur
mikro adalah suatu struktur yang hanya bias dilihat dengan bantuan alat,
dalam
hal
ini
mikroskop
optik
yang
dijadikan
sebagi
alat
dalam pengujian ini, sedangkan struktur makro adalah suatu struktur
yang hanya bisa dilihat dengan cara visual/kasat mata.
Pengamatan metalografi dibagi menjadi dua, yaitu metalografi makro,
yaitu penyelidikan struktur logam dengan pembesaran 10 - 1000 kali, dan
metalografi
mikro,
yaitu
penyelidikan
struktur
logam
dengan
pembesaran 1000 kali. Pada analisa mikro digunakan mikroskop
optik untuk menganalisa strukturnya. Berhasil tidaknya analisa ini ditentukan
oleh preparasi benda uji, semakin sempurna preparasi benda uji, semakin jelas
gambar struktur yang diperoleh.
Pada dasarnya pengujian metalografi mencakup dua spesimen
pengujian, antara lain : p e n g u j i a n m e r u s a k a t a u D e s t r u c t i v e T e s t
(DT)
ya n g
mencakup
pengujian
tarik
dan
t e k a n , pengujian
kekerasan, pengujian impak, uji charpy dan relaksasi tegangan, uji
kelelahan dan pengujian keausan. Yang kedua adalah pengujian yang tidak
merusak atau Non Destructive Test( N D T ) ya n g m e n g g u n a k a n m e t o d e
3
4
u l t r a s o n i k , m e t o d e m a g n e t i k , m e t o d e a k u s t i k , m e t o d e radiografi
dan yang terakhir adalah pemeriksaan visual.
Logam mempunyai sifat-sifat istimewa yang menjadi dasar
penggunaanya. Salah satu sifat yang dimiliki oleh logam adalah sifat
mekanik. Sifat-sifat mekanik yang dimiliki oleh logam antara lain
kekuatan, kekerasan, ketangguhan, keuletan, mampu bentuk, dan
mampu las. Sifat-sifat mekanik tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain komposisi kimia, perlakuan yang diberikan, dan struktur
butirnya. Struktur butir yang terdapat pada suatu logam dipengaruhi oleh
perlakuan
yang
diterimao l e h
mempengaruhi
pada
logam
tersebut,
sifat
mekanik
yang
akan
logamnya,
m i s a l n y a pengerolan pada suatu logam maka struktur butir logam tersebut
akan laminar (memanjang) dan sifat kekerasannya akan naik. Contoh lain hasil
dari heat treatment, dengan mengamati struktur b u t i r n ya s e l a i n g a m b a r a n
s i f a t m e k a n i k n ya y a n g d a p a t d i k e t a h u i , f a s a ya n g a d a j u g a
d a p a t diketahui.
Metalografi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang struktur makro
dan mikro dari suatu logam, bisa juga diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
tentang sifat mekanik dan sifat fisik dari suatu material atau logam [Avner, 1964].
Sebelum kita berbicara jauh tentang ilmu metalografi ada baiknya kita
mulai dengan desain pengujian, pengujian yang ideal harus mempunyai arti
(meaningfull), dapat dipercaya (reliable), dapat dilakukan kembali (reproducible),
diketahui presisinya (of known precision), dan ekonomis (econonomical). Ada dua
masalah dalam tahap pemilihan material, antara lain [Avner, 1964] :
1. Pengaturan prosedur fisik (diuraikan dalam standar)
2. Penentuan jumlah spesimen (berdasarkan standar atau pengalaman) sebagai
contoh adalah material pelat hasil giling (rolling plate) harus dibuat dalam 3
arah pengujian, yang pertama untuk casting metal, forging metal dan yang
ketiga adalah heat treated metal yang mana kesemuanya itu harus dilakukan
dengan representataif.
5
Sebelum kita menguji suatu material logam, yang harus dipertimbangkan
adalah dalam tahap pemotongan (shearing, punching, flame cutting) tidak boleh
membuat cacat awal pada material logam uji, dimensi atau toleransi spesimen
harus tercatat dan yang terakhir adalah penandaan (marking) harus dilakukan
karena ditakutkan akan terjadi kekeliruan pada saat benda uji atau logam akan
diuji.
Karena pada dasarnya tujuan dari pengujian ini adalah untuk mendapatkan
sifat mekanik dan sifat fisik dari suatu material logam maka sangat penting sekali
kita harus mempertimbangkan design dari suatu struktur atau mesin maka yang
harus kita lakukan adalah melihat kekutan dari mesin yang akan kita coba, untuk
menjalankan fungsinya secara aman dan baik. Contoh sebuah crane harus
medukung (support) beban tanpa terjadi perpatahan atau tanpa pembengkokan
(bending) sehingga tidak mempersulit operator crane.
Kekuatan atau strength adalah kemampuan dari struktur atau komponen
untuk tahan terhadap pembebanan tanpa terjadi kerusakan (failure) yang
disebabkan oleh tegangan eksternal ataupun deformasi berlebihan. Sedangkan
mechanical propertis adalah sesuatu yang berhubungan dengan sifat elastis
ataupun plastis material terhadap suatu pembebanan yang diberikan.
Pada dasarnya sifat mekanis material melipiti: kekutan (strength),
kekakuan
(stiffness),
elastisitas,
plastisitas,
resilience
dan
ketangguhan
(toughness) [Davis, 1964]. Kekuatan diukur melalui tegangan yang terjadi pada
material dalam kondisi tertentu.
Kekakuan (stiffnes) adalah besarnya deformasi elastis yang terjadi
dibawah pembebanan dan diukur melalui modulus elastis. Elasticity (elastisitas)
adalah kemampuan suatu material untuk berdeformasi tanpa terjadinya perubahan
permanen setelah tegangan dilepaskan. Plasticity (plastisitas) adalah kemampuan
material untuk berdeformasi permanen tanpa terjadi perpatahan. Ukuran plastisitas
biasanya ditunjukan dengan besarnya keuletan (ductility). Resilience adalah energi
yang diserap material didaerah elastis. Ketangguhan (taughness) adalah energi
yang dibutuhkan untuk mematahkan material [Avner, 1964].
6
Metalografi adalah salah satu ilmu tentang logam yang mempelajari dan
menyajikan struktur mikro maupun topografi logam, fasa-fasa, ukuran butir dan
distribusinya, serta sifat-sifat logam serta paduannya dengan menggunakan
peralatan mikroskop. Metalografi merupakan pengujian dan pengamatan terhadap
strukutur butir suatu logam. Dalam pengamatan secara metalografi dapat
diperoleh gambaran struktur butiran suatu logam. Pengujian metalografi harus
menggunakan bantuan dari mikroskop optik [Van der voort, 1988].
2.2
Jenis Pengujian Mekanis
Jenis pengujian mekanis ditinjau dari karakter mesin harus mengikuti
metoda pembebanan, faktor-faktor yang mempengaruhi pembebanan adalah: jenis
beban yang diberikan, kecepatan dimana beban diberikan dan jumlah beban yang
diberikan. Ada 5 jenis pembebanan (the types of load) antar lain:
a. tarik (tension)
b. tekan (compression)
c. geser (shear)
d. puntir (torsion)
e. tekuk (bending).
Kecepatan pembebanan (the rate of load) meliputi : pembebanan yang
diberikan secara lambat/singkat (static test) dengan waktu yang relative pendek
yang meliputi menit dan jam. Pembebanan yang diberikan secara cepat (dynamic
test) (e.g impact test). Pembebanan yang diberikan sangat lambat sehingga
membutuhkan waktu yang sangat lama sampai berbulan-bulan bahkan sampai
bertahun-tahun.
Dalam pengujian semua kondisi yang mempengaruhi pengujian harus
tercatat dalam prosedur pengujian (testing prosedure) dan juga kondisi tersebut
harus terkontrol dan tetap (konstant).
7
2.3 Klasifikasi Sifat-sifat logam
1. Sifat-sifat yang ada pada logam meliputi sifat fisik dan sifat mekanik,
tetapi yang akan dibahas pada uraian kali ini hanya meliputi sifat
mekanis dari suatu logam.
Sifat mekanis terbagi menjadi dua yang sangat berpengaruh sekali
terhadap keadaan dari suatu material logam, yaitu sifat mekanik daerah plastis dan
sifat mekanis daerah elastis :
a. Sifat mekanik daerah elastis
Kekuatan elastis (yield strength) yaitu kemampuan suatu bahan untuk
menerima beban tanpa terjadi deformasi plastis, untuk logam yang getas titik yield
dicari dengan off set metode yaitu tarik garis sejajar dengan garis elatis dari titik
regangan 0,2% atau 3,5% hingga memotong kurva [Avner, 1964]. Kekakuan
(stiffness) yaitu kemampuan suatu bahan pada daerah elastis dan hanya
mengalami deformasi elastis tetapi hanya sedikit. Parameter kekakuan adalah
modulus young (E), dirumuskan sebagai berikut    /  . Resilien yaitu
kemampuan menyerap energi tanpa terjadi deformasi plastis, parameternya adalah
modulus of resilience dirumuskan sebagai berikut :
  2..   2/2.E
[Avner, 1964].
b. Sifat mekanik daerah plastis
Tensile strength adalah suatu kemampuan bahan untuk menerima beban
tanpa menjadi putus, kekuatan seiring dengan kekerasan akan mempengaruhi UTS
(Ultimate Tensile Strength), UTS besar maka kekerasannya akan meningkat.
Keuletan (ductility) adalah kemampuan suatu bahan untuk deformasi plastis tanpa
patah, keuletan dinyatakan dengan % perpanjangan dan % pengurangan luas
penampang. Ketangguhan (toughness) adalah banyaknya energi yang diperlukan
untuk mematahkan satu satuan volume suatu bahan, secara grafik adalah luas
penampang dibawah kurva    dari uji tarik [Avner, 1964]..
8
Dalam tahapan pengerjaan, sebelum material logam diuji suatu material
harus diukur terlebih dahulu. Disini pengukuran tidak hanya ditekankan pada
panjang, lebar dan tinggi dari material saja, akan tetapi meliputi sudut, volume,
massa, gaya, tekanan, interval waktu, temperatur, arus listrik, tegangan listrik dan
tahanan listrik. Setiap pengukuran kecuali perhitungan (counting) selalu terdapat
variasi kesalahan dan ini harus terkontrol atau diketahui sehingga pengujian dapat
disebut sebagi material logam yang mempunyai kepresisian dan keakuratan yang
nyata.
Error adalah suatu perbedaan antara nilai yang diobservasi dengan nilai
yang sesungguhnya. (the true value). Hal ini tidak dapat dihindari dan harus
dipertimbangkan pada setiap pengujian. Ada dua kesalahan pada setiap material
logam antara lain: 1. Systimatical error yang meliputi natural error (e.g
expansion, humidity), instrument error (i.e konstruksi alat), personal (human)
error (i.e slow reaction to push the botton). Sehingga error tersebut terakumulasi
dan berbeda dengan nilai sebenarnya. 2. Accidental error yang nilainya berada
secara random (+/-) dari nilai sebenarnya sehingga dapat terkompensasi mandiri
(self compensating). Umumnya disebabkan oleh ketidak mampuan peneliti
(observer) untuk mencocokan peralatan ukur.
Setelah kita selesai dalam tahap pengukuran benda uji kita bisa langsung
mengoperasikan pengujian benda uji, pada umumnyasistem pengujian terdiri dari
[Avner, 1964]:
1.
Recorder (perekaman data) mulai dari preparasi sampai hasil uji.
2.
Operator (pengecekan semua peralatan, pemilihan rentang beban, dan
membuat nol mesin).
3.
Observer (pengecekan peralatan ukur dan dalam urutan yang sesuai dan
pengaturan sampel hingga operasinya selesai).
4.
Computer (membantu observer dalam pembacaan hasil pengujian), dalam
suatu pengujian (investigasi) dikatakan belum selesai jika belum dibuat
suatu kesimpulan, dicek kebenarannya dan di-intrepretasikan dalam suatu
laporan pengujian (testing report).
9
2.4
Pengamatan Metalografi
Fase adalah suatu kondisi dimana komponen kimianya sama. Struktur
mikro adalah suatu struktur yang hanya bisa dilihat dengan bantuan alat, dalam
hal ini mikroskop optik yang dijadikan sebagi alat dalam pengujian ini, sedangkan
struktur makro adalah suatu struktur yang hanya bisa dilihat dengan cara
visual/kasat mata [Avner, 1964]..
Pengamatan Metalografi dibagi menjadi dua, yaitu : metalografi makro,
yaitu penyelidikan struktur logam dengan pembesaran 10 - 1000 kali, sedangkan
metalografi mikro, yaitu penyelidikan struktur logam dengan pembesaran 1000
kali.
Pengamatan metalografi dibagi menjadi 2, yaitu [Van Der Voort, 1988] :
1. Metalografi makro, yaitu penyelidikan struktur logam dengan pembesaran
10-500 kali.
2. Metalografi mikro, yaitu penyelidikan struktur logam dengan pembesaran
1000 kali.
Pada analisa mikro digunakan mikroskop optik untuk menganalisa
strukturnya. Berhasil tidaknya analisa ini ditentukan oleh preparasi benda uji,
semakin
sempurna preparasi benda uji, semakin jelas gambar struktur yang
diperoleh.
Tahapan persiapan benda uji metalografi secara umum adalah sebagai
berikut [Van Der Voort, 1988]:
1. Memilih atau mengambil spesimen
Ada tiga cara dalam memilih dan mengambil spesimen dari sifat dan
tujuan penyelidikan :

Kontrol kualitas

Analisa keruasakan

Keperluan penelitian
2. Pemotongan benda uji
Pemotongan jangan sampai merusak struktur bahan akibat gesekan alat
potong dengan benda uji. Untuk menghindari pemanasan setempat dapat
10
digunakan air sebagai pendingin. Selain itu juga perlu menghindari
perubahan bentuk spesimen akibat beban alat pemotongan.
Pada dasarnya ada tiga arah pemotongan :

Arah memanjang

Arah menyilang

Arah sejajar
Gambar 1 Berbagai Bentuk Mesin Cutting
3. Mounting
Dilakukan untuk benda uji yang kecil dan tipis sehingga memudahkan
pemegang benda uji. Proses mounting biasanya menggunakan bakelit.
Gambar 2 Mesin Mounting Beserta Produk Hasil Mounting
4. Pengampelasan
Dilakukan pada permukaan yang hendak diamati. Dimulai dari amplas
yang paling kasar (#400, #600, dan #800) sampai amplas yang paling
11
halus (#1000 dan #1200) dengan posisi tegak lurus sekitar 90o terhadap
benda uji.
Gambar 3 Berbagai Macam Goresan pada Proses Grinding
Pada proses pengampelasan memakai mesin berputar, yang digunakan
sebagai medianya adalah ampelas dengan tingkat kekasaran yang berbeda.
Selama proses pengampelasan benda uji harus dialiri secara terus-menerus
untuk menghindari terjadinya panas. Hasil yang diperoleh permukaan
spesimen dengan goresan yang searah, halus dan homogen.
Gambar 4 Mesin Grinding beserta Prosesnya
5. Polishing
Dilakukan untuk menghilangkan goresan-goresan yang masih ada bekas
pengampelasan yang halus. Pemolesan dilakukan dengan bahan poles
seperti pasta gigi atau autosol, dan aluminium oksida. Tujuan polishing
12
yaitu untuk mendapatkan permukaan spesimen yang memenuhi syarat
untuk diperiksa di bawah mikroskop.
Gambar 5 Proses Polishing
6. Etsa
Dilakukan untuk mengikis daerah batas butir sehingga struktur bahan
dapat diamati dengan jelas dengan menggunakan mikroskop optik. Pada
dasarnya ada perubahan atau perkembangan struktur mikro yang terjadi
selama proses etsa, dikarenakan :

Perbedaan warna akibat distribusi struktur mikro.

Jenis kekerasan yang berbeda.
7. Proses Pencucian
Proses pencucian benda uji dilakukan setelah proses pengampelasan,
polishing, dan setelah etsa. Proses pencucian paling bersih menggunakan
alkohol kemudian dikeringkan. Selain alkohol dapat juga menggunakan air
bersih dan aquades untuk mencuci benda uji.
8. Analisa
Proses analisa dilakukan dibwah mikroskop optik. Spesimen yang telah
memenuhi syarat diamati dibawah mikroskop optik. Berhasil atau tidaknya
dalam mengidentifikasi dan mengamati mikro struktur, lebih banyak
ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman mengenai berbagai logam
dan paduan.
13
Mikroskop cahaya pada semua cabang metalurgi fisik, kegunaan
mikroskop amat besar. Yang amat sederhana adalah mikroskop cahaya
yang terdiri dari tiga bagian pokok :
 Lensa Pemantul ( illuminator), untuk memantulkan permukaan logam.
 Lensa Objektif, yang mempunyai daya pisah.
 Lensa Mata (eye lens), untuk memperbesar bayangan yang terbentuk
oleh lensa objektif.
Pengujian mikroskop dilakukan setelah pemolesan selesai dan setelah
selesai proses etsa. Proses etsa dilakukan dengan bantuan larutan kimia
yang sesuai dapat memberikan gambaran seperti kelarutan dan ukuran
butir, distribusi fase, hasil deformasi plastis dan eksistensi dari pengotor
dan cacat-cacat. Proses kimia atau etsa permukaan, mula-mula
memperlihatkan batasan butir tetapi lebih lanjut etsa akan memperlihatkan
bayangan yang berbeda antara satu butir dengan butir yang lain. Hal ini
menunjukkan bahwa larutan etsa tidak mengikis permukaan logam
seluruhnya melainkan sepanjang bidang-bidang kristalografi tertentu.
Bagian yang memiliki orientasi yang sama kemudian terdapat dalam butir,
dankarena setiap butir memiliki orientasi yang berbeda dari butir-butir
sekitarnya, setiap butir akan menentukan sinar kelensa objektif
pada
mikroskop dan hasilnya akan timbul sinar, sementara butir-butir
disekitarnya memantulkan semua sinar kelain arah dan tampak lebih gelap.
Gambar 6 Susunan skematis sistem mikroskop Normal Microskop
14
Gambar 7 Susunan skematis sistem mikroskop Object Reflecting
Perlakuan panas pada logam merupakan ilmu yang mempelajari tentang
perubahan sifat dan struktur pada logam akibat pemberian panas pengaturan laju
pendinginan. Secara umum, perlakuan panas pada logam akan berhubungan erat
dengan tiga hal : temperatur, waktu, dan komposisi. Sama seperti membuat bala –
bala, untuk mendapatkan bala – bala dengan rasa yang enak, tingkat kekerasan
yang cukup, renyah dan gurih, dibutuhkan komposisi, temperatur, dan waktu
penggorengan yang tepat.
Logam tersusun dari atom – atom yang memiliki ikatan metalik. Setiap
atom yang berikatan metalik akan membentuk satu kristal. Kristal ini memiliki
struktur dan orientasi sendiri bergantung sumbu terbentuknya kristal tersebut, dan
setiap kristal yang berada dalam satu orientasi akan berkumpul membentuk satu
butir. Struktur kristal dipengaruhi oleh jumlah elemen paduan yang mampu
menyelinap di sela – sela ikatan atom, atau disekitar kristal satu dengan yang lain.
Selain jumlah, ukuran pun penting untuk menentukan apakah elemen paduan
tersebut menyelinap (interstisi), atau mengganti (substitusi). Atom itu tidak diam,
tapi bergerak. Atom dalam setiap logam mampu bergerak dan berpindah tempat
disebabkan oleh dua hal : Kondisi energi yang diberikan (diwakilkan oleh
temperatur) dan komposisi elemen paduan (diwakilkan oleh persen berat unsur).
Secara alamiah, suatu lingkungan yang padat akan cenderung mencari kestabilan
15
dengan mengurangi kepadatannya menuju lingkungan lain yang kurang padat. Itu
adalah proses difusi; dipengaruhi oleh gradien komposisi. Namun, untuk bisa
berpindah, butuh energi. Kombinasi dari keduanya, maka kita akan mendapatkan
ilmu pertama dari Ilmu dan Teknik Material adalah diagram fasa.
Gambar 8 Komponen Diagram Fasa
Diagram fasa dibuat oleh dua orang, yang bernama Elliot J.F. dan Benz
M.G. pada tahun 1949 (pada tahun yang sama, Indonesia masih berkutat melawan
NICA yang datang dari Belanda, belum sempat membuat hal seperti ini, sungguh
menyedihkan). Diagram ini, tidak dibuat dalam semalam, tapi selama bertahun –
tahun, dan mengalami penyempurnaan hingga tahun 1992 oleh springerlink.
Komponen dari diagram fasa ada dua : komposisi karbon (sumbu X) dan
temperatur (sumbu Y). Di tengah diagram tersebut ada “peta” dari jenis fasa yang
terbentuk. Keterangan dari tulisan yang ada disana akan dijelaskan di bawah.
16

Delta Iron (Delta Ferrite)
Gambar 9 Delta Iron (Delta Ferrite)
Delta Iron merupakan fasa yang terbentuk dan stabil pada temperatur
sekitar 1500 derajat celcius. Pada daerah ini, karbon yang bisa menjadi interstisi
didalam besi maksimal sekitar 0.09%. Tahu darimana? Garis mendatar. Delta, di
sebelah kiri, memiliki garis kelarutan karbon (lebih dari 0.025% dan kurang dari
0.5%), garis mendatar di sebelah kanan, menunjukkan kelarutan karbon
maksimal. Fasa delta ini cenderung lunak dan tidak stabil pada suhu kamar.
Struktur kristal yang terbentuk adalah BCC. Gambar di sebelah kanan
menunjukkan gambar struktur mikro Delta Iron yang di etching menggunakan
teknik metalurgi khusus pada baja stainless steel.

Ferrite (α)
Gambar 10 Ferrite (α)
Ferrite (α) merupakan fasa yang terbentuk pada temperatur sekitar 300723 derajat celcius. Pada daerah ini, kelarutan karbon maksimalnya adalah
0,025% pada temperatur 725 derajat celcius, dan turun drastis menjadi 0% pada 0
17
derajat celcius. Fasa ini biasa terjadi bersamaan dengan cementite, membentuk
pearlite pada pendinginan lambat. Fasa ini lunak, dan memberikan kemampuan
bentuk pada logam. Gambar di sebelah kiri menunjukkan struktur fasa ferrite yang
berwarna hitam, dan austenite yang berwarna putih. Hal ini menunjukkan bahwa,
selain lunak, ferrite sendiri cenderung lebih mudah berkarat dibandingkan
austenite.

Cementite (Fe3C)
Gambar 11 Cementite (Fe3C)
Cementite merupakan fasa intermetalik yang terbentuk pada logam dengan
kelarutan karbon maksimal 6,67 %. Kelarutan karbon yang tinggi memberikan
sifat keras pada fasa ini, dan berkontribusi bersama dengan ferrite untuk
menentukan kekuatan dari suatu logam. Gambar di sebelah kanan menunjukkan
fasa cementite yang didapatkan dari proses pendinginan lambat baja cor putih.

Pearlite (α + Fe3C)
Gambar 12 Pearlite (α + Fe3C)
18
Pearlite merupakan satu fasa yang terbentuk dari gabungan dua fasa,
Ferrite dan Cementite. Pearlite dianggap sebagai satu fasa sendiri, karena
memberikan kontribusi sifat yang seragam. Seperti dijelaskan di atas, di dalam
satu fasa, biasa terbentuk dalam satu butir. Namun, untuk Pearlite berbeda, karena
ada dua fasa dalam satu butir. Karena butir berukuran lebih besar dari ukuran fasa
Ferrite dan Cementite itu sendiri (ukuran terkecil yang bisa dikarakterisasi sebesar
ukuran indentasi dari uji keras mikro vickers, sekitar 50 mikron), maka Pearlite,
atas kesepakatan bersama para ahli material, digolongkan sebagai satu fasa dalam
satu butir. Pearlite memiliki morfologi mirip seperti lapisan (lamellae) antara
Ferrite (hitam) dan Cementite (putih). Pada gambar di sebelah kiri, bisa dilihat
struktur mikro dari pearlite tersebut. Perhatikan juga pembesaran yang ada di
sebelah kanan bawah, hal ini menunjukkan perbedaan gambar ini dengan gambar
pada baja cor putih. Apa perbedaannya dengan baja cor putih, pada pembesaran
yang sama? distribusi dari fasa Pearlite dan Cementite nya.

Austenite (γ)
Gamma Iron merupakan fasa yang terbentuk pada terbentuk pada
temperatur 1140 derajat celcius, dengan kelarutan karbon 2,08%. Kelarutan
karbon akan turun menjadi o,08% pada 723 derajat celcius. Fasa ustenite terlihat
jelas pada gambar di bagian Ferrite di atas, berwarna putih. Hal ini menunjukkan
bahwa fasa ini memiliki ketahanan karat yang lebih baik daripada fasa yang lain.
Austenite merupakan fasa yang tidak stabil di temperatur kamar, sehingga
dibutuhkan komposisi paduan lain yang akan berungsi sebagai penstabil fasa
austenite pada temperatur kamar, contohnya adalah mangan (Mn).

Eutectic, Hypo-eutectoid dan hyper-eutectoid
Seperti kata Human (manusia) dan Humanoid (seperti-manusia), maka
daerah pendinginan pun memiliki dua garis mendatar : eutectoic dan eutectoid
(eutectic-like). Kedua garis isotermal ini menunjukkan perubahan fasa yang
berbeda : Eutectic [L -> γ+Fe3C] dan Eutectoid [γ->α+Fe3C]. Titik eutectoid
19
terletak pada garis komposisi 0,8 % karbon, sedangkan titik eutectic terletak pada
garis komposisi 4% karbon. Biasanya, baja yang terletak pada daerah eutectoid
disebut baja karbon, sedangkan pada daerah 4% karbon disebut baja cor. Pada
baja karbon, ada baja karbon yang kandungan karbonnya rendah (dibawah 0,8%)
dan tinggi (diatas 0,8%). Dengan kesepakatan bersama, baja dengan kandungan
karbon dibawah 0,8% disebut baja karbon rendah, medium, dan tinggi, sedangkan
baja dengan kandungan karbon diatas 0,8% disebut baja saja (steel)
Download