Uploaded by safitrierivaa

Askep Ny.T Revisi 2.6 insyaAllah fix

advertisement
Makalah Studi Kasus Pada Klien Dengan Diagnosa Medis Ca Sinonasal
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Asuhan Keperawatan
Dewasa
Dosen pembimbing:
Ns. Niken Safitri Dyan K, M.Si.Med
(A16 – 2)
Septeana Tria Adin Adila
Niswatul Imtinan F
Safitri Eriva M.
22020116140066
22020116140055
22020016120007
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor hidung dan sinus paranasal pada umumnya jarang ditemukan, baik
yang jinak maupun yang ganas. Di Indonesia dan di luar negeri, angka
kejadian jenis yang ganas hanya sekitar 1% dari keganasan seluruh tubuh
atau 3% dari seluruh keganasan di kepaladan leher. Asal tumor primer
juga sulit untuk ditentukan, apakah dari hidungatau sinus karena biasanya
pasien berobat dalam keadaan penyakit telahmencapai tahap lanjut dan
tumor sudah memenuhi rongga hidung danseluruh sinus (Roezin A, 2007)
Keganasan pada sinonasal jarang terjadi. Umumnya ditemukan di Asia dan
Afrika daripada di Amerika Serikat. Di bagian Asia, keganasan sinonasal
adalah peringkat kedua yang paling umum setelah karsinoma nasofaring.
Pria yang terkena 1,5 kali lebih sering dibandingkan wanita, dan 80% dari
tumor ini terjadi pada orang berusia 45-85 tahun. Sekitar 60-70% dari
keganasan sinonasal terjadi pada sinus maksilaris dan 20-30% terjadi pada
rongga hidung sendiri. Diperkirakan
10-15%
terjadi pada sel-sel
udaraethmoid (sinus), dengan minoritas sisa neoplasma ditemukan di sinus
frontal dan sphenoid (Siregar, 2005)
Penanggulangan Tumor hidung dan sinus paranasal sampai saat ini masih
merupakan suatu masalah, hal ini karena etiologi yang masih belum pasti
dan tidak mudah diperiksa oleh mereka yang bukan ahli sehingga
diagnosis sering terlambat, dengan ditemukannya metastasis pada leher
sebagai gejala pertama. Dengan makin terlambatnya diagnosis maka
prognosis (angka bertahan hidup 5 tahun) semakin buruk.
Dengan melihat hal tersebut, diharapkan tenaga kesehatan khususnya
perawat dapat berperan dalam pencegahan, deteksi diri, terapi maupun
rehabilitasi dari tumor sinonasal ini. Penulis berusaha untuk menuliskan
aspek-aspek
yang
dirasakan
perlu
untuk
dipahami
melalui
tinjauan pustaka dalam makalah ini dan diharapkan dapat bermanfaat.
B. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan dan intervensi pada
pasien yang menderita Ca Sinonasal
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat mengetahui gambaran pengkajian keperawatan pada
klien dengan Ca Sinonasal sesuai kasus
2. Mahasiswa
dapat
mengetahui
gambaran
analisis
data
untuk
mengangkat diagnosa terkait Ca Sinonasal sesuai dengan kasus
3. Mahasiswa dapat mengetahui diagnosa keperawatan yang berkaitan
dan mungkin muncul dalam Ca Sinonasal
4. Mahasiswa dapat mengetahui gambaran rencana intervensi pada klien
dengan Ca Sinonasal sesuai kasus
5. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan beberapa data pada Ca
Sinonasal hingga terbentuk sebuah diagnosa keperawatan
C. Manfaat
Diharapkan
pembaca,
khususnya
mahasiswa
keperawatan
dapat
mengembangkan wawasan terkait Ca Sinonasal sehingga dapat dijadikan
bekal untuk dapat menyusun dan membuat strategi terkait asuhan
keperawatan pada Ca Sinonasal untuk kemudian dapat dijadikan acuan
dalam praktik secara klinis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Diagnosa Utama
Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak
Domain 4. Aktivitas/ Istirahat
Kelas 4. Respon Kardiovaskular/ Pulmonal
B. Definisi
Rentan mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat
mengganggu kesehatan
C. Etiologi
-
Penyalahgunaan Zat
-
Masa Tromboplastin Parsial -
Kardiomiopati dilatasi
(PTT) abnormal
Koagulasi
-
Masa
prothrombin
abnormal
-
-
(PT)
Koagulopati
intravascular
diseminata
-
Embolisme
Segmen dinding ventrikel kiri -
Hiperkolestrolemia
akinetik
-
Hipertensi
-
Aterosklerosis aortic
-
Endocarditis infektif
-
Diseksi arteri
-
Katup prostetik mekanis
-
Fiblirasi atrium
-
Stenosis mitral
-
Miksoma atrium
-
Agens farmaseutika
-
Cedera orak
-
Sindrom sick sinus
-
Neoplasma otak
-
Program pengobatan
-
Strenosis carotid
-
Aneurisma serebral
-
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis dan Keluhan
Subjektif
-
Objektif
Klien mengalami penurunan kesadaran
-
GCS
klien:
7
dengan
interpretasi somnolen
Mata klien tidak simetris karena
ada massa pada mata
Mata sebelah kiri menonjol
Refleks pupil biasanya tidak
sama kanan kiri
Klien terlihat meringis kesakitan
-
-
ketika kepalanya disentuh
Hasil CT scan: carcinoma sino
nassal kanan disertai dengan
tanda-tanda
peningkatan
tekanan intracranial
Klien memiliki riwayat medis
kanker sinonasal
F. Dampak Lanjut
Iskemik otak akibat hipoksi, hiperkapnia, hiperglikemia atau
-
ketidakseimbangan eletrolit (Arifin & Wartonah, 2008)
G. Pengkajian/Pemeriksaan
-
GCS klien: 7 dengan interpretasi somnolen
-
Mata : Mata klien tidak simetris karena ada massa pada mata, Mata
sebelah kiri menonjol, Refleks pupil biasanya tidak sama kanan kiri
-
Kepala : Klien terlihat meringis kesakitan ketika kepalanya disentuh
-
Hasil CT scan: carcinoma sino nassal kanan disertai dengan tandatanda peningkatan tekanan intracranial
-
Klien memiliki riwayat medis kanker sinonasal
H. Penatalaksanaan
-
CT Scan
I. Diagnosa Keperawatan Terkait
-
Defisit perawatan diri
-
Gangguan pola nafas
-
Gangguan perfusi jaringan perifer
-
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
J. Intervensi
NOC :
-
Perfusi Jaringan Serebral
-
Status Neurologis
NIC :
-
Pengaturan Hemodinamik
-
Pemberian Obat
-
Monitor Tanda – tanda vital
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
Tanggal Masuk
: 07 Juni 2019
Tanggal Pengkajian
: 18 Juni 2019
A. DATA DEMOGRAFI
1. Biodata Klien
a. Nama
: Ny. T
b. Nomor rekam medis : 26-94-43
c. Umur
: 46 tahun 9 bulan 29 hari
d. Jenis Kelamin
: Perempuan
e. Alamat
: Perum Griya Lestari A4/II RT01/09,
Kota Semarang
f. Agama
: Islam
g. Pendidikan
: Diploma
h. Pekerjaan
:-
i. Dx Medis
: Ca Sinonasal (T4b Nx)
2. Identitas Penanggung jawab
a. Nama
: Tn. T
b. Jenis Kelamin
: Laki – laki
c. Alamat
: Perum Griya Lestari A4/II RT01/09,
Kota Semarang
d. Agama
: Islam
e. Pekerjaan
:-
B. KELUHAN UTAMA
Klien mengalami penurunan kesadaran
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 7 Juni 2019 klien dibawa ke IGD Rumah Sakit Tugurejo
Semarang dengan keadaan tidak sadar. Sebelumnya keluarga klien
mengatakan klien mengeluh pusing dan badan lemas. Setelah
dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan TD: 124/84 mmHg, Nadi:
100x/mnt, Suhu: 36.2 C, RR: 20x/menit dan hasil laboratorium
menunjukkan Hb: 8,2 g/dL. Klien memiliki diagnosa medis Ca
Sinonasal dan membutuhkan perawatan di rumah sakit karena adanya
indikasi anemia. Klien dirawat di Ruang Amarilis 1
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga klien mengatakan klien pernah melakukan operasi polip yang
terdapat pada hidungnya, setelah beberapa bulan kemudian klien
mengalami pendarahan pada bagian hidungnya. Klien segera kembali
ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaannya. Setelah klien
mendapatkan pemeriksaan ternyata klien menderita Ca Sinonasal dan
diharuskan menjalani kemoterapi selama 3 kali, tetapi klien hanya
melakukan sekali. Klien melanjutkan perawatan dengan obat – obatan
herbal
3. Riwayat Penyakit Keluarga (genogram)
78 th
75 th
Sehat
75 th
Keterangan:
Sehat
Seha
t
74 th
: Laki-laki
DM
: Perempuan
Sehat
Sehat
Tn. T
Sehat
Sehat
Sehat
ny
55 th
49 th
47 th
45 th
51 th
47 th
46 th
Sehat
Sehat
41 th
38 th
Seha
t
37 th
: Menikah
: Anak kandung
: Meninggal
: Pasien
: Tinggal serumah
Seha
t
25 th
Sehat
Sehat
17 th
7 th
D. RIWAYAT PSIKOSOSIAL & SPIRITUAL
Klien beragama Islam. Keluarga klien berkata, “Ibadahnya rajin mbak.”
Keluarga klien menyatakan bahwa klien melakukan solat 5 waktu dengan
baik. Saat sakit klien tidak dapat melakukan ibadah dikarenakan
keadaannya yang tidak memungkinkan.
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Buruk
GCS
: 7 (E2V3M2)
Kesadaran
: Somnolen
TB
: 151 cm
BB
: 38 kg
Lila
: 20 cm
IMT
: 16, 6 kg/m2 (Moderate Malnutrisi)
2. Pemeriksaan TTV
TD
: 130/90 mmHg
Nadi
: 60x/mnt
RR
: 11x/mnt
Suhu
: 36C
3. Head to Toe
a. Rambut dan Kepala
Inspeksi
: Warna rambut hitam, kulit kepala kotor, rambut
lepek tetapi tidak rontok
Palpasi
: Tidak ada benjolan, tidak ada lesi, terdapat
nyeri tekan, klien terlihat meringis kesakitan saat
kepalanya disentuh
b. Hidung
Inspeksi
: Hidung klien mengeluarkan lendir
c. Mata
Inspeksi
: Mata tidak simetris, konjungtiva tidak anemis,
tidak ada lesi, bulu mata hitam dan merata, ada
massa pada mata dan bola mata menonjol keluar,
warna mata sebelah kanan terlihat kemerahan,
diameter mata kanan ±3cm sementara mata kiri
±2cm, tidak berbau dan tidak terdapat pendarahan
d. Telinga
Inspeksi
: Telinga simetris, tidak ada luka, keadaan telinga
bersih tanpa darah dan sekret, kulit telinga bersih
dan tidak menggunakan alat bantu pendengaran
Palpasi
: Daun telinga elastis, tidak ada massa/benjolan dan
nyeri tekan
e. Mulut
Inspeksi
: Mukosa bibir tampak kering, tidak terlihat lesi,
terdapat banyak plak pada permukaan gigi
f. Kulit
Inspeksi
: Warna kulit pucat, terdapat luka dekubitus pada
gluteal (skor tertera di pengkajian luka)
Palpasi
: Turgor kulit buruk, kulit terasa kering, tidak ada
edema
g. Leher
Inspeksi
: Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
Palpasi
: Tidak ada massa/benjolan, tidak ada nyeri tekan
h. Dada
Inspeksi
: Bentuk dada simetris, tidak ada lesi
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan
i. Paru-paru
Inspeksi
: Pergerakan dada simetris, tampak penggunaan otot
napas tambahan, RR: 11 kali/menit
Auskultasi
: Terdengar suara ronkhi
j. Jantung
Inspeksi
: Tidak terlihat IC
Palpasi
: IC teraba pada SIC V disebelah medial linea
midklavikularis sinistra
Perkusi
: Pekak diarea jantung
Auskultasi
: Bunyi jantung normal, tidak ada suara tambahan
k. Abdomen
Inspeksi
: Bentuk perut datar, tidak ada lesi
Palpasi
: Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada
massa/benjolan
Perkusi
: Timpani
l. Genetalia
Fungsi genetalia tidak terganggu, tidak terpasang kateter
4. Pengkajian Luka
ITEM
1. Ukuran Luka
2. Kedalaman
3. Tepi Luka
4. GOA
5. TIpe Eksudat
6. Jumlah Eksudat
7. Warna Kulit
Sekitar Luka
8. Jaringan yang
Edema
PENGKAJIAN
1= PXL < 4 cm
2= PXL 4 < 16 cm
3= PXL 36 < 80
5= PXL > 80
1= stage 1
2= stage 2
3= stage 3
4=stage 4
5= necrosis wound
1= samar, tidak jelas terlihat
2= batas tepi terlihat, menyatu dengan dasar luka
3= jelas, tidak menyatu dengan dasar luka
4= jelas, tidak menyatu dengan dasar luka, tebal
5= jelas, fibrotic, parut tebal atau hyperceratonic
1= tidak ada
2= goa < 2 cm di area manapun
3= goa 2-4 cm < 50% pinggir luka
4= goa 2-4 cm> 50 % pinggir luka
5= goa> 4 cm di area manapun
1= tidak ada
2= bloody (thin, bright red)
3= serosanguineous (thin, watery pale red to pink)
4= serous (thin, watery, clear)
5= Purulent (thin or thick, opaque tan to yellow)
1= kering
2= moist
3= sedikit
4= sedang
5= banyak
1= pink atau normal
2= merah terang jika ditekan
3= putih atau pucat atau hipopigmentasi
4= merah gelap atau abu-abu
5= hitam atau hiperpigmentasi
1= no swelling atau edema
2= non pitting edema< 4 cm di sekitar luka
3= non pitting edema> 4 cm di sekitar luka
4= pitting edema< 4 cm di sekitar luka
18/06/2019
2
20/06/2019
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
2
3
3
1
1
5= Krepitasi atau pitting edema> 4 cm di sekitar luka
1= kulit utuh atau stage 1
2= terang 100% jaringan granulasi
3= terang 50% jaringan granulasi
4= granulasi 25%
5= tidak ada jaringan granulasi
1= 100% epitelisasi
2= 75-100% epitelisasi
3= 50-75% epitelisasi
4= 25-50%
5= < 25% epitelisasi
9. Jaringan
Granulasi
10. Epitelisasi
Skor Total
1
1
1
1
14
14
Paraf dan Nama Petugas
F. PENGKAJIAN DASAR MANUSIA
1. Kebutuhan Aktifitas dan Latihan
a. Sebelum sakit
Keluarga Klien mengatakan bahwa Klien dapat melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain
b. Saat sakit
 Keluarga Klien mengatakan bahwa saat sakit Klien hanya
berbaring di tempat tidur karena mengalami penurunan
kesadaran, seluruh aktivitas dibantu oleh keluarga
 Klien bedrest
2. Kebutuhan Personal Hygiene
No Keterangan
1.
Bathing
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Keluarga Klien mengatakan Keluarga Klien mengatakan
Klien mandi 2x sehari secara bahwa Klien mandi dibasuh
mandiri, pagi hari dan sore air menggunakan washlab
hari.
dengan bantuan keluarga
sebanyak kurang lebih 2x
sehari
2.
Oral
Keluarga Klien mengatakan Keluarga Klien mengatakan
hygiene
bahwa Klien menggosok gigi bahwa kelurga Klien belum
dua kali sehari biasanya pada dapat menggosok gigi Klien
pagi hari dan sore hari
3.
Keramas
selama di rumah sakit
Keluarga Klien mengatakan Klien belum keramas saat di
bahwa Klien keramas 2 hari rumah sakit
sekali dengan menggunakan
shampoo
4.
Dressing
Keluarga Klien mengatakan Keluarga Klien mengatakan
bahwa
Klien
mengganti bahwa dirinya mengganti
pakaiannya 2x sehari secara mengganti pakaian Klien
mandiri
sebanyak 2x setelah tubuh
Klien dibasuh dengan air
menggunakan washlab
5.
Perpindahan Keluarga Klien mengatakan Keluraga Klien mengatakan
bahwa
Klien
melakukan bahwa
Klien
aktivitas secara mandiri dan melakukan
Klien dapat berjalan tanpa kecil
alat bantu.
hanya
perpindahaan
dengan
dibantu
keluarga selama di rumah
sakit.
Klien
sehingga
tidak
bedrest
dapat
melakukan aktivitas
6.
7.
Jenis
air Keluraga Klien mengatakan Keluraga Klien mengatakan
yang
bahwa Klien menggunakan bahwa Klien dimandikan
digunakan
air dingin biasa.
Kulit
Kulit Klien tidak ikterik, Kulit Klien tidak ikterik,
menggunakan air hangat.
lembab, tidak ada lesi, tidak kering, terdapat lesi pada
ada edema dan elastisitas bagian belakang, tidak ada
tugor kulit normal.
edema,
elastisitas
tugor
kulit buruk.
8.
Kuku
Keluraga Klien mengatakan Keluraga Klien mengatakan
bahwa Klien memotong kuku bahwa
keluarga
2 kali seminggu, jika kuku pernah
memotong
sudah panjang.
kuku
Klien selama di Rumah
Sakit.
3. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
belum
No
Keterangan
1
Sebelum Sakit
Jumlah waktu Keluraga
istirahat
Saat Sakit
Klien Klien
mengalami
dan mengatakan bahwa Klien penurunan kesadaran
tidur
malam dapat tidur teratur ± 8 jam
(jam)
perhari dan Klien tidur dari
pukul 22.00 sampai pukul
05.00
2
Waktu
tidur
(jam)
3
Waktu bangun
(jam)
4
Masalah tidur
Klien mengalami
22.00 WIB
penurunan kesadaran
Klien mengalami
05.00 WIB
penurunan kesadaran
Tidak ada gangguan tidur
Klien
mengalami
penurunan kesadaran
5
Faktor
Klien bangun sekitar pukul Diberikan rangsangan
mempermudah 05.00 WIB ketika adzan
6
bangun tidur
subuh.
Perasaan
Terlihat lebih segar dan Terlihat lemas
setelah bangun bugar.
7
Keluhan
Tidak ada keluhan
Sesak napas
dan batuk
berdahak
4. Kebutuhan Cairan dan Nutrisi
Keterangan
Sebelum Sakit
Saat Sakit
MAKAN
Frekuensi
3x sehari
2-3 sendok/3x dalam sehari
Porsi
1 piring
6x200cc
Jenis
Sedikit nasi, sayur dan
Cair
buah
Diet
Perlu pengkajian lanjut
Tambahan
Perlu pengkajian lanjut
Cair
 1000 kalori energi
 35 gram protein
Keluhan
Tidak ada keluhan
Kemampuan
makan
berkurang
MINUM
Frekuensi
Klien minum 8-10 gelas Klien hanya minum air 1-2
air putih dalam sehari.
sedot air dan susu dalam
sehari
Jenis
Air putih
Air putih dan susu
Keluhan
Tidak ada keluhan.
Kemampuan
minum
berkurang
5. Kebutuhan Oksigenasi
RR Klien 11x/menit. Klien terpasang masker oksigen NRM 10 liter
6. Kebutuhan Eliminasi
a. Buang Air Besar (BAB)
Keterangan
Frekuensi
Sebelum Sakit
1x sehari tiap pagi hari
Setelah Sakit
Keluarga
klien
berkata,
“Belum BAB mbak dari
pertama kali kesini. Udah 2
minggu lebih.”
Konsistensi
Padat
-
Warna
Kuning kecoklatan
-
Bau
Bau khas tanpa ada darah
-
maupun lendir
Keluhan
Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
b. Buang Air Kecil
Keterangan
Sebelum Sakit
Setelah Sakit
Klien BAK 2x dalam sehari
Frekuensi
Klien BAK 5-6x sehari
Warna
Kuning
dengan kapasitas 2 pampers
penuh
Kuning
Bau
Bau khas
Bau khas
Keluhan
Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
7. Kebutuhan Persepsi, Sensori, dan Kognitif
a. Persepsi
 Orientasi klien dengan tempat dan lingkungannya tidak dapat
terkaji karena klien mengalami penurunan kesadaran
 Klien tidak bisa membuka mata dan berbicara dengan jelas.
Kemampuan berbicara dan penglihatan menurun
 Klien terlihat menggunakan alat bantu pernafasan berupa
masker oksigen NRM 10 liter.
b. Sensori
Klien terlihat mengernyit saat kepalanya diangkat/disentuh
c. Kognitif
 Keluarga klien mengatakan bahwa mereka tidak/belum
mengatakan mengenai penyakit yang diderita klien kepada
klien
 Klien belum mengetahui jika dirinya menderita penyakit Ca
Sinonasal
 Keluarga klien mengatakan bahwa klien pernah melakukan
kemoterapi sekali dan merasa trauma sehingga tidak
melanjutkannya lagi
8. Kebutuhan Termoregulasi
Sebelum dan saat sakit klien tidak mengalami demam, suhu badan
Klien 36,5 0C.
9. Kebutuhan Konsep Diri
Pola
Emosional
: Sebelum sakit
Klien mempunyai hubungan yang baik dengan
keluarganya. Klien juga dapat mengontrol emosinya
dengan baik
Saat sakit
 Keluarga Klien berkata, “Iya mbak emang
orangnya pendiem. Nggak pernah ngeluh sama
kondisinya, sabar. Dia nggak mau ngerepoti
orang lain.”
 Emosional klien masih terkontrol dengan baik.
Klien mempunyai hubungan yang dekat dengan
anggota keluarga
Citra Diri
: Sebelum sakit
Klien memiliki rasa percaya diri yang baik di hadapan
orang lain
Saat sakit
 Klien terlihat mencoba menutupi badannya saat
perawat datang membantu untuk mengganti baju.
 Keluarga klien berkata, “Malu, mbak.”
Identitas
Diri
: Sebelum sakit
Klien merupakan istri dan ibu dengan 3 orang anak.
Saat sakit
Klien merupakan istri dan ibu dengan 3 orang anak
Gambaran
Diri
: Sebelum sakit
Klien mensyukuri dengan keadaan tubuhnya
Saat sakit
Klien mengalami penurunan kesadaran sehingga tidak
dapat melakukan pengkajian
Peran
: Sebelum sakit
Klien berperan sebagai istri bagi suami dan ibu bagi
anaknya
Saat sakit
Peran klien sebagai istri dan ibu terganggu
Ideal Diri
: Sebelum sakit
Klien menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya.
Saat sakit
Klien mengalami penurunan kesadaran sehingga tidak
dapat melakukan pengkajian
Harga Diri : Sebelum sakit
Klien mempunyai harga diri yang baik
Saat sakit
Klien mengalami penurunan kesadaran sehingga tidak
dapat melakukan pengkajian
10. Kebutuhan Stres dan Koping
 Keluarga klien mengatakan bahwa klien
mendiskusikan
masalah dengan keluarga, karena sumber kekuatan dan
motivasi klien adalah keluarga
 Keluarga klien mengatakan bahwa klien selalu meminta
pendapat kepada keluarga terhadap keputusan yang akan
diambil
11. Kebutuhan Seksual dan Reproduksi
Klien memiliki 3 orang anak berjenis kelamin satu perempuan dan dua
laki-laki
12. Kebutuhan Komunikasi dan Informasi
a. Komunikasi
a) Sebelum sakit : Klien tidak mengalami gangguan dalam
berkomunikasi. Klien berkomunikasi dengan
menggunakan Bahasa Jawa dan Bahasa
Indonesia
b) Saat sakit
: Klien mengalami penurunan kesadaran
sehingga komunikasi terganggu
b. Informasi
a) Sebelum sakit
Klien paham mengenai kondisinya dan dapat menerima
informasi dengan baik
b) Saat sakit
 Klien paham mengenai kondisinya
 Keluarga klien mengatakan, “Dia suka dengerin
omongan orang gitu mbak. Disuruh jangan makan ini ya
nggak makan, disuruh jangan makan itu ya nggak
makan. Jadi cuma makan buah-buahan.”
 Klien tidak mencari tahu lebih lanjut informasi yang
didapatkan
G. KEBUTUHAN SPIRITUAL
Spiritual
: Sebelum sakit
 Klien bergama Islam
 Klien mengatakan melakukan ibadah sholat lima
waktu
Saat sakit
 Klien beragama Islam. Keluarga klien berkata,
“Ibadahnya rajin mbak.”
 Saat sakit klien tidak dapat melakukan ibadah
dikarenakan
keadaannya
yang
tidak
memungkinkan (penurunan kesadaran)
H. KEBUTUHAN REKREASI
Rekreasi
Sebelum sakit
Koping dari klien biasanya bersenda gurau dengan keluarga
dan makan diluar bersama.
Saat sakit
Klien tidak melakukan rekreasi apapun karena masih dirawat
di Rumah Sakit
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal Pemeriksaan:
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai
Normal
Interpretasi
Leukosit
13.14
3.6 – 11
Nilai Lekosit : High
Eritrosit
3.56
3.8 – 5.2
Nilai Eritrosit : Low
Hb
10.00
11.7 –
15.5
Nilai Hb
Hematokrit
30.00
35 – 47
Nilai Hematokrit: Low
Trombosit
445
150 –
440
Nilai Trombosit: High
: Low
Rasional
Adanya diagnosa Ca Sinonasal menyebabkan
sistem imunitas tubuh menurun sehingga
produksi sel darah putih meningkat.
Jumlah sel darah merah menurun, sehingga
menyebabkan pasien mengalami anemia.
Dimana anemia merupakan salah satu kelainan
yang disebabkan oleh penyakit kanker.
(Rujiroindakul, 2017)
Anemia yang dialami pasien karena efek
samping penyakit kanker menyebabkan
penurunan Hb dimana Hb terdapat pada sel
darah merah yang berfungsi mengikat oksigen
ke seluruh tubuh.
Penurunan nilai Hct (Hematokrit) merupakan
indikator anemia (Herawati & Andrajati,
Pedoman Interpretasi Data Klinik, 2011).
Peningkatan trombosit (trombositosisi) sangat
berhubungan dengan kanker (Herawati &
Andrajati, Pedoman Interpretasi Data Klinik,
2011). Trombosit digunakan oleh sel tumor
untuk memudahkan bermetastasis lewat jalur
hematogen,
tumbuh
membesar
dan
Neutrofil
93.90
50 – 70
Nilai Neutrofil: High
Limfosit
2.10
25 – 40
Nilai Limfosit: Low
CT Scan
Carsinoma
Sino
Nassal
Kanan
(T4b Nx)
Massa tumor sinonasal kanan yang tampak
mendestruksi dinding medial sinus maksilla
dan selullae ethmoid kanan, dan tampak
mendesak dan meluas ke kavum orbita kanan,
mendesak muskulus rectus media kanan,
nervus opticus dan bulbus occuli kanan ke
antero lateral, meluas ke sinus ethmoid dan
sphenoid kiri dengan imfiltrasi massa ke
intracranial (lobus frontal kanan) disertai
dengan tanda – tanda peningkatan tekanan
intracranial (TIK)
angiogenesis. Sel tumor berikatan dengan
trombosit dan membetuk coating agar tidak
dapat
terdeteksi
oleh
sistem
imun.
Bertambahnya jumlah megakariosit yang
diproduksi dan dimatangkan karena proses
metastastasis kanker menyebabkan peningkatan
jumlah trombosit yang beredar dalam sirkulasi.
Keadaan ini disebabkan trombosit adalah hasil
fragmentasi dari membran megakariosit.
Adanya kerusakan jaringan atau benda asing
yang masuk, sehinggan neutrophil meningkat
Kegagalan reaksi limfosit lokal disebabkan oleh
keadaan immunosupresif penderita akibat
kanker, sehingga meningkatkan kecepatan
pertumbuhan tumor dan resiko metastasis
(Hanafi, Oktaviyanti, & Istiana, 2015)
J. TERAPI
Jenis Terapi
Dosis
Rute
Indikasi & Cara Kerja
Futrolit
1 Botol
(500 mL)
Infus
D5%
1 botol
Infus
Indikasi:
1. Memenuhi kebutuhan cairan
dan elektrolit pada preoperasi, saat operasi dan
pasca operasi
2. Memenuhi
sebagian
kebutuhan
karbohidrat,
dehidrasi isotonik, kehilangan
cairan ekstraseluller
3. Sebagai larutan pembawa
Cara Kerja:
Memenuhi kebutuhan cairan dasar
dan menstabilkan keseimbangan
air dan elektrolit, menjaga
kelanjutan homeostasis
Indikasi:
Digunakan untuk infus vena
perifer sebagai sumber kalori
dimana penggantian cairan
dan kalori dibutuhkan
Cara Kerja:
Glukosa merupakan sumber
kalori dan cairan untuk
penderita yang tidak bisa
Kontra
indikasi
Gagal ginjal, intoleransi
fruktosa
dan
sorbitol,
defisiensi
fruktosa
1,6difosfatase, keracunan metil
alkohol dan terapi syok,
anuria, retensi natrium, gagal
jantung kongestif
Hiperhidrasi,
diabetes
mellitus,
pasca
operasi,
gangguan
penggunaan
glukosa,
sindroma
malabsorpsi
glukosagalaktosa
Efek Samping
Respons febril seperti demam dan rasa
terbakar di kulit, trombosis vena atau
flebitis yang meluas dari tempat injeksi,
mudah lelah, kram pada otot, mual, diare,
ekstravasasi dan hypervolemia
1. Adanya respons febris, infeksi pada
tempat penyuntikan, nekrosis jaringan,
trombosis vena atau flebitis yang
meluas dari tempat penyuntikan. Hal
ini dapat terjadi karena larutan infus
atau teknik pemberiannya sehingga
sebaiknya disuntikkan pada vena yang
besar dan menggunakan jarum suntik
yang kecil
2. Hipernatremia
mendapatkan asupan oral
yang adekuat sedangkan
natrium klorida merupakan
garam
utama
untuk
mempertahankan
tonisitas
plasma
Inj Ranitidine
2x50 mg
IV
Inj
Dexamethasone
3x5 mg
IV
Hipersensitif
terhadap Takikardi agitasi, gangguan penglihatan,
Indikasi:
Tukak lambung dan tukak ranitidine
alopesia, nefritis interstisial, sakit kepala
duodenum, refluks esofagitis,
dispepsia episodik kronis,
tukak akibat AINS, tukak
duodenum karena H.pylori,
sindrom
Zollinger-Ellison,
kondisi
lain
dimana
pengurangan asam lambung
akan bermanfaat
Cara Kerja:
Menduduki reseptor histamin
tipe 2 (H-2) di sel parietal
sehingga histamin tidak dapat
merangsang
reseptor
histamin di sel parietal
akibatnya
rangsangan
pelepasan asam lambung
berkurang
1. Hipersensitif
terhadap 1. Retardasi/keterlambatan pertumbuhan,
Indikasi:
Sebagai
anti
inflamasi,
Dexamethasone
osteoporosis, tukak lambung, glaukoma
menangani
penyakit
autoimun, anti shock, terapi
pendukung
kemoterapi
kanker
Cara Kerja:
Mengurangi
peradangan
dengan menghambat migrasi
leukosit dan pembalikan
peningkatan
permeabilitas
kapiler dengan obat ini
menekan respon imun normal
2. Memiliki riwayat tukak
lambung,
penderita
osteoporosis,
diabetes
melitus, infeksi jamur
sistemik,
glaukoma,
psikosis, psikoneurosis
berat, penderita TBC
aktif, herpes zoster,
herpes simplex, infeksi
virus
lain,
cushing
syndrome dan penderita
dengan gangguan fungsi
ginjal
2.
3.
4.
5.
6.
7.
dan katarak subkapsular, fraktur
kompresi vertebra
Cushing syndrome, disfungsi pankreas
dan
pankreatitis,
gangguan
gastrointestinal, peningkatan nafsu
makan, peningkatan kerapuhan kulit.
Meningkatnya kerentanan terhadap
infeksi
Sediaan
dexamethasone
topikal,
memiliki efek samping, seperti: Atrofi
kulit,
iritasi
lokal,
folikulitis,
tertundanya
penyembuhan
luka,
penyerapan sistemik dan toksisitas
dengan pembalut oklusif pada aplikasi
ke area tubuh yang luas dan kulit yang
rusak.
Sediaan Dexamethasone topikal untuk
mata, memiliki efek samping, seperti :
Ulkus
kornea,
glaukoma
dan
penurunan kemampuan visual.
Sediaan inhalasi
Dexamethasone,
memiliki efek samping, seperti : Suara
serak,
kandidiasis
mulut
dan
tenggorokan.
Dexamethasone
injeksi
artikular
memiliki efek samping, misalnya :
Nekrosis aseptik pada kerusakan tulang
dan sendi.
Inj Ceftriaxone
2x2
IV
Hipersensitif
Indikasi:
Infeksi yang disebabkan oleh sefalosporin
bakteri patogen yang sensitif
terhadap Ceftriaxone antara
lain:
 Sepsis
 Meningitis
 Infeksi
yang
berhubungan
dengan
perut (peritonitis/radang
selaput perut, infeksi
8. Secara umum beberapa gejala-gejala
efek samping Dexamethasone ini
disebut sebagai Cushing sindrom, yaitu
gejala-gejala seperti muka tembem,
penebalan
seperti
selulit
pada
punggung dan perut, hipertensi,
penurunan
toleransi
terhadap
karbohidrat dan gejala-gejala lainnya.
Untuk
mengukur
kaitan
Dexamethasone dengan Cushing’s
Syndrome dilakukan Dexamethasone
Suppression Test
9. Efek samping yang bisa berpotensi
fatal,
misalnya:
supresi
HPA
(kegagalan
kardiovaskular
saat
diberikan dengan injeksi intravena
cepat)
terhadap Mual, muntah, & diare, stomatitis, glotitis
seperti: sakit kepala dan pusing, reaksi pd
kulit seperti: eosinofilia, trombositopenia,
leukopenia,
granulositopenia,
anemia
hemolitik, dan peningkatan sementara
SGOT/SGPT dan BUN






Tablet MST
Continus
2x10 mg
PerOral
dari saluran empedu dan
saluran pencernaan)
Infeksi
tulang,
persendian,
jaringan
lunak kulit dan yang
disebabkan oleh lukaluka
Profilaksis
infeksi
perioperatif
Infeksi pada penderita
dengan
mekanisme
kerusakan daya tahan
Infeksi
ginjal
dan
saluran kencing
Infeksi
saluran
pernafasan,
terutama
pneumonia dan telinga,
hidung dan tenggorokan
Infeksi
kelamin,
termasuk gonorrhoeae
Cara Kerja:
Menghambat sintesis dinding
sel bakteri sehingga terjadi
kebocoran sel bakteri dan
bakteri lisis
Depresi pernapasan, penyakit Hipoventilasi, mual, muntah, konstipasi,
Indikasi:
Penatalaksanaan nyeri kronik obstruksi
jalan
napas, somnolen, konfusi, halusinasi, euforia
Cefixime
2x200 gr
Peroral
pada pasien yang perlu
analgesik opioid
Cara Kerja:
Morfin bertindak sebagai
agonis dari reseptor mu dan
reseptor opioid kappa yang
kemudian
diturunkan
menjadi analgesia
Indikasi:
Pengobatan infeksi-infeksi
yang
disebabkan
oleh
mikroorganisme yang rentan
antara lain:
1. Infeksi saluran kemih
tanpa komplikasi yang
disebabkan
oleh
Escherichia coli dan
Proteus mirabilis.
2. Otitis
media
yang
disebabkan
oleh
Haemophilus influenzae
(strain β- laktamase
positif dan negatif),
Moraxella (Branhamella)
catarrhalis
(sebagian
besar adalah β-laktamase
positif)
dan
Streptococcus pyogenes.
penyakit hati akut, ileus
paralitik,
penggunaan
bersama dengan MAOI (atau
dalam waktu 2 minggu
sesudah
menggunakan
MAOI) atau obat lain yang
bekerja pada SSP
Penderita dengan riwayat
shock
atau
hipersensitif
terhadap beberapa bahan dari
Cefixime
Shock, rasa tidak nyaman di rongga mulut,
pusing,
defekasi
tidak
normal,
hipersensitivitas (ruam atau demam),
gangguan fungsi ginjal, nyeri perut,
dispepsia, mual dan muntah, anoreksia
karena defisiensi vitamin K
3. Faringitis dan tonsilitis
yang disebabkan oleh
Streptococcus pyogenes.
4. Bronkitis
akut
dan
bronkitis kronis dengan
eksaserbasi akut yang
disebabkan
oleh
Streptococcus
pneumoniae
dan
Haemophilus influenzae
(strain
β-laktamase
positif dan negatif)
Cara Kerja:
Mekanisme kerjanya yaitu
menghambat sintesis dinding
sel
ANALISIS DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
ANALISIS DATA
Nama Klien
: Ny. T
No. Rekam Medik : 269443
Ruang Rawat
: Amarilis 1 Kamar 117 A
No
Data
1. DS:
- Keluarga klien mengatakan memiliki riwayat kemoterapi 3 tahun lalu
dan tidak melanjutkan kembali
DO:
- GCS klien: 7 dengan interpretasi somnolen
- Mata klien tidak simetris karena ada massa pada mata
- Mata sebelah kiri menonjol
- Refleks pupil biasanya tidak sama kanan kiri
- Klien terlihat meringis kesakitan ketika kepalanya disentuh
- Hasil CT scan: carcinoma sino nassal kanan disertai dengan tandatanda peningkatan tekanan intracranial
- Klien memiliki riwayat medis kanker sinonasal
2.
DS:
DO:
-
Masalah
Risiko
Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan
Otak (00201)
Ketidakefektifan
Keluarga klien mengatakan bahwa hidung klien selalu mengeluarkan Bersihan Jalan
sekret
Napas (00081)
Klien terlihat menggunakan alat bantu pernafasan berupa masker
oksigen NRM 10 liter
Hidung klien tampak berlendir
Suara nafas klien terdengar crackles
GCS klien: 7 dengan interpretasi somnolen
Etiologi
Massa tumor dengan infiltrasi
massa ke cranial (lobus frontal
kanan)
Mukus Berlebihan
3.
Sekret klien bening
Klien tidak memiliki kemampuan untuk batuk
RR: 11x/menit
Klien memberikan respon mengangguk ketika ditanya dokter
mengenai sesak yang dirasakan
DS :
-
Ketidakseimbangan
Keluarga klien mengatakan bahwa klien hanya makan 2-3 sendok/3x Nutrisi : Kurang
dalam sehari
dari kebutuhan
Keluarga klien mengatakan bahwa klien hanya minum air dan susu tubuh (00002)
sebanyak 2 sedot dalam sehari
Asupan diet kurang, Klien tidak
mampu memasukkan, mencerna,
dan mengabsorbsi makanan karena
faktor biologi (penurunan
kesadaran)
DO :
- BB : 38 kg
- Lila : 20 cm
- IMT : 16, 6 kg/m2 (Moderate Malnutrisi)
4.
DS :
DO :
-
Kerusakan
Keluarga klien mengatakan bahwa tidak tahu cara menangani luka Integritas Kulit
dekubitus klien
(00046)
Terdapat luka dekubitus pada gluteal
Ukuran, warna
Klien bedrest
Klien mengalami penurunan kesadaran
Skor pengkajian luka klien: 14
Kurangnya Mobilisasi
Lembap
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Klien
: Ny. T
No. Rekam Medik
: 269443
Ruang Rawat
: Amarilis 1, Kamar 117 A
No
1
2
3
4
Diagnosa Keperawatan
Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak (00201) b.d Massa tumor dengan infiltrasi massa
ke cranial (lobus frontal kanan)
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d Mukus berlebihan (00081)
Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh b.d Asupan diet kurang, Klien tidak
mampu memasukkan, mencerna, dan mengabsorbsi makanan karena faktor biologi (penurunan
kesadaran) (00002)
Kerusakan Integritas Kulit b.d Kurangnya mobilisasi dan Lembap (00046)
Tgl Ditemukan
Tgl Teratasi
17 Juni 2019
17 Juni 2109
17 Juni 2019
18 Juni 2019
17 Juni 2019
21 Juni 2019
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Klien
: Ny. T
No. Rekam Medik
: 269443
Ruang Rawat
: Amarilis 1, Kamar 117 A
Tgl
No. Dx Tujuan dan Kriteria Hasil
17/6/19 00201 Perfusi jaringan: serebral
(0406)
- Penurunan
tingkat
kesadaran dari skala 2
besar menjadi skala 4
ringan dalam rentang
waktu 3x24 jam
- Tanda-tanda vital klien
stabil
T: 37,5
TD: 120/70
N: 80x/menit
RR: 20x/menit dalam
rentang waktu 3x24 jam
Rencana Tindakan
Pengaturan Hemodinamik (4150)
a. Tinggikan kepala tempat tidur
b. Jaga keseimbangan cairan dengan
pemberian cairan IV
Manajemen Obat (2380)
a. Monitor efektifitas cara
pemberian obat
b. Monitor efek samping obat
c. Ajarkan pasien dan/ atau keluarga
mengenai metode pemberian obat
yang sesuai
Monitor Tanda-Tanda Vital (6680)
a. Monitor tekanan darah, nadi,
suhu, dan status pernafasan
Status neurologi (0909)
- Fungsi
sensorik
dan
dengan tepat
motorik kranial klien
meningkat dari skala 1
sangat terganggu menjadi
3 cukup terganggu dalam
Rasional
Pengaturan Hemodinamik (4150)
1. Memposisikan klien semifowler bertujuan untuk
memperbaiki venous return
2. Memberikan cairan futrolit kepada klien melalui
IV disertai dengan pemantauan output cairan
berdasarkan BAK dan turgor kulit klien
Manajemen Obat (2380)
1. Memonitor perkembangan klien sebelum dan
setelah diberikan obat
2. Memonitor adanya efek samping yang terjadi
setelah diberikan obat seperti muntah dan tidur
terus menerus
3. Menyampaikan kepada keluarga mengenai cara
dan waktu pemberian obat kepada klien
Monitor Tanda-Tanda Vital (6680)
1. Memonitor bed site monitor yang dipasang
pada tubuh klien
2. Melakukan pemeriksaan tekanan darah, nadi
dan suhu secara manual setelah bed site
rentang waktu 3x24 jam
monitor dilepas
Fungsi
sensorik
dan
motorik
spinal
klien
meningkat dari skala 1
sangat terganggu menjadi
3 cukup terganggu dalam
rentang waktu 4x24 jam
- Tekanan intrakranial klien
berubah dari skala 1
sangat terganggu menjadi
skala 2 banyak terganggu
dalam rentang waktu 7x24
jam
- Komunikasi yang tepat
dengan situasi meningkat
dari skala 1 sangat
terganggu menjadi
3
cukup terganggu dalam
rentang waktu 3x24 jam
- Reaktivitas pupil klien
berubah dari skala 1
sangat terganggu menjadi
skala 3 cukup terganggu
dalam rentang waktu 7x24
jam
Status
Pernafasan: Terapi Oksigen (3320) (Jannah,
Terapi Oksigen (3320)
1. Membersihkan mulut, hidung dan sekresi
Kapatenan Jalan Nafas 2017)
a. Bersihkan mulut hidung dan
trakea dengan tepat bertujuan agar menjaga
(0410)
-
17/6/19 00081
-
-
-
-
Frekuensi
pernafasan
klien membaik dari skala
1 deviasi berat dari
kisaran rentang normal
menjadi skala 3 deviasi
sedang
dari
kisaran
normal dalam rentang
waktu 3 x 24 jam
Kedalaman inspirasi klien
membaik dari skala 2
deviasi yang cukup berat
dari
kisaran
normal
menjadi skala 4 deviasi
ringan dari kisaran normal
dalam rentang waktu 3x24
jam
Dipsnea saat istirahat
rentang
waktu
klien
membaik dari skala 1
sangat
berat menjadi
skala 3 cukup dalam
rentang waktu 3x24 jam
Penggunaan otot bantu
nafas klien membaik dari
skala 2 berat menjadi
skala 2 ringan dalam
rentang waktu 3x24 jam
sekresi trakea dengan tepat
kebersihan dan mencegah adanya kotoran
b. Siapkan peralatan oksigen dan
menumpuk yang dikhawatirkan semakin
berikan
melalui
sistem
menghambat klien untuk bernafas
humidifier
2. Menyiapkan
peralatan
oksigen
dan
c. Berikan oksigen tambahan
memberikannya melalui sistem humidifier
seperti yang diperintahkan
bertujuan untuk mengantisipasi apabila klien
d. Monitor aliran oksigen
membutuhkan alat bantu pernapasan
Pengaturan Posisi (0840) (Jannah,
3. Memberikan oksigen tambahan seperti yang
2017)
diperintahkan bertujuan untuk mengatasi defisit
a. Posisikan
klien
untuk
oksigen
mengurangi dypsnea misalnya 4. Memonitor aliran oksigen bertujuan untuk
posisi semifowler
melihat keefektifan aliran oksigen pada klien
b. Monitor status oksigenasi klien Pengaturan Posisi (0840)
sebelum dan setelah perubahan 1. Memposisikan klien semifowler bertujuan agar
posisi
mengurangi dispnea yang dialami oleh klien
c. Tinggikan kepala tempat tidur 2. Memonitor status oksigenasi klien sebelum dan
(posisi semifowler)
setelah perubahan posisi bertujuan untuk
Pemberian Obat (2300) (Jannah,
mengevaluasi
apakah
intervensi
yang
2017)
dilakukan efektif atau tidak untuk mengurangi
a. Beritahukan klien dan keluarga
sesak yang dirasakan klien
klien mengenai jenis obat, 3. Meninggikan kepala tempat tidur bertujuan
alasan pemberian obat, hasil
untuk mengurangi sesak yang dirasakan klien
yang diharapkan dan efek Pemberian Obat (2300)
lanjutan yang akan terjadi 1. Memberitahukan klien dan keluarga klien
sebelum pemberian obat
mengenai jenis obat, alasan pemberian obat,
b. Bantu klien dalam pemberian
hasil yang diharapkan dan efek lanjutan yang
obat
akan terjadi sebelum pemberian obat bertujuan
c. Berikan obat obatan sesuai
agar memenuhi hak mereka sebagai
dengan teknik dan cara yang
tepat
17/6/19 00002
Status Nutrisi (1004)
Terapi Intravena (IV) (4200)
- Asupan
gizi
klien
a. Berikan cairan IV pada klien
meningkat dari skala 1
b. Berikan pengobatan IV sesuai
sangat menyimpang dari
yang diresepkan dan monitor
rentang normal menjadi
untuk hasilnya
skala
3
cukup
c. Monitor
kecepatan
aliran
menyimpang dari rentang
intravena dan area intravena
normal selama 3 x 24 jam
selama pemberian infus
- Asupan
cairan
klien
d. Monitor tanda-tanda vital
meningkat dari skala 1
e. Catat asupan dan output
sangat menyimpang dari
dengan tepat
rentang normal menjadi
skala
3
cukup
menyimpang dari rentang
normal selama 3 x 24 jam
penanggung jawab untuk tahu apa yang
dilakukan kepada anggota keluarganya (klien)
2. Membantu klien dalam pemberian obat
bertujuan agar keluhan/gejala yang dialami
klien berkurang atau tidak semakin memburuk
3. Memberikan obat-obatan sesuai dengan teknik
dan cara yang tepat bertujuan untuk menjaga
keselamatan klien
Terapi Intravena (IV) (4200)
1. Memberikan cairan IV pada klien bertujuan
untuk mempertahankan penyerapan nutrisi
klien dikarenakan klien mengalami penurunan
kesadaran
(somnolen)
yang
otomatis
menurunkan kemampuan untuk makan dan
minum melalui mulut
2. Memberikan pengobatan IV sesuai yang
diresepkan dan monitor untuk hasilnya
bertujuan untuk mengurangi keluhan dan gejala
penyakit yang dialami pasien dan melihat
keefektifan pengobatan
3. Memonitor kecepatan aliran intravena dan area
intravena selama pemberian infus bertujuan
agar mencegah timbulnya masalah lain yang
berkaitan dengan masalah gangguan fungsi
ginjal dan hematologi
4. Memonitor Vital Sign pada klien bertujuan
untuk memantau keadaan umum klien
5. Mencatat asupan dan output dengan tepat
17/6/19 00046
Integritas Jaringan Kulit & Perawatan Luka Tekan (3520)
- Bersihkan luka dengan cairan yang
Membran Mukosa (1101)
- Lesi pada kulit Klien
tidak
berbahaya,
lakukan
membaik dari skala 3
pembersihan
dengan
gerakan
(sedang) menjadi skala 4
sirkuler dari bagian dalam ke luar
(ringan) dalam rentang - Berikan salep jika di butuhkan
waktu 3 x 24 jam
(Syapitri, Siregar, & Ginting,
2017)
- Monitor tanda dan gejala infeksi di
area luka
- Ubah posisi setiap 1 - 2 jam sekali
untuk mencegah penekanan
- Gunakan tempat tidur khusus anti
dekubitus (Rustina, Safitri, &
Harti, 2015)
- Ajarkan
keluarga
mengenai
perawatan luka
bertujuan untuk memantau keseimbangan
cairan pada klien
Perawatan Luka Tekan (3520)
1. Memberikan luka dengan cairan yang tidak
berbahaya bertujuan agar tidak memperburuk
kondisi luka (muncul luka baru). Sedangkan
melakukan pembersihkan dengan gerakan
sirkuler dari bagian dalam ke luar bertujuan
agar bakteri tidak menyebar dan menginfeksi
bagian yang sudah dibersihkan
2. Memberikan salep jika dibutuhkan bertujuan
untuk
membantu
mempercepat
proses
penyembuhan luka
3. Memonitor tanda dan gejala infeksi di area
luka bertujuan untuk mengevaluasi apakah
intervensi yang sudah diberikan sudah berhasil
atau perlu diganti
4. Mengubah posisi setiap 1-2 jam sekali untuk
mencegah penekanan bertujuan agar ada
sirkulasi udara disekitar luka
5. Menggunakan tempat tidur khusus anti
dekubitus bertujuan agar tidak menimbulkan
luka dekubitus baru di bagian belakang tubuh
klien
6. Mengajarkan keluarga klien untuk perawatan
luka bertujuan agar keluarga dapat melakukan
perawatan luka secara mandiri
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
CATATAN TINDAKAN
Nama Klien
: Ny. T
No. Rekam Medik
: 269443
Ruang Rawat
: Amarilis 1, Kamar 117 A
Tgl
No. Dx
Jam
Tindakan Keperawatan dan Hasil (Evaluasi Formatif)
-
17/6/19
2,4
16.00
18/6/19
1,2,4
09.00
18/6/19
1,2
19.25
18/6/19
1,2
22.30
Sibin pasien
Mengkaji luka pasien
TD : 100/60 mmHg
HR : 80 x / menit
Injeksi Obat
Monitor KU dan TTV
TD : 152/90 mmHg
HR : 62x/menit
RR : 20x/menit
Bantu sibin pasien
Ciptakan lingkungan yang nyaman (memposisikan pasien)
Injeksi Obat
Monitor KU dan TTV
TD : 180/90 mmHg
HR : 68x/menit
RR : 20x/menit
Injeksi Obat
Monitor KU dan TTV
TD : 156/102 mmHg
Paraf
19/6/19
1,2,4
10.30
19/6/19
1,2
22.00
20/6/19
1,2
15.00
20/6/19
1,2
19.00
20/6/19
2
22.00
21/6/19
1,4
12.00
-
HR : 80x/menit
Pemberian obat oral
Monitor KU dan TTV
TD : 123/97 mmHg
HR : 64x/menit
RR : 23x/menit
spO2 : 100 %
Pemasangan bed site monitor
Pendkes mengenai kemoterapi
Sibin pasien
Monitor KU dan TTV melalui bed site monitor
TD : 123/98 mmHg
HR : 64x/menit
Pemberian obat oral
Monitor KU dan TTV melalui bed site monitor
TD : 139/91 mmHg
HR : 92x/menit
RR : 20x/menit
Mengajari teknik relaksasi untuk mengatasi nyeri
Monitor KU dan TTV melalui bed site monitor
TD : 130/90 mmHg
HR: 90x/ menit
RR : 20x/menit
Injeksi obat
Pemberian obat oral
-
Pendkes mengenai luka
Monitor KU dan TTV melalui bed site monitor
21/6/19
1,2,3
19.30
22/6/19
1,2
08.00
22/6/19
1,2,3
10.00
-
TD : 149/90 mmHg
HR : 78x/menit
Mengantarkan pasien kemoterapi
Menjemput pasien dari ruang kemoterapi
Monitor KU dan TTV
TD : 140/100 mmHg
HR : 85x/menit
RR : 20x/menit
Monitor efek samping kemoterapi
Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman
Memposisikan pasien semi fowler
Menganjurkan pasien relaksasi
Memotivasi pasien untuk makan dan minum
Memberikan injeksi obat
Monitor KU dan TTV
TD : 154/103 mmHg
HR : 80x/menit
RR : 22x/menit
Mengantarkan pasien kemoterapi
Menjemput pasien kemoterapi
Monitor KU dan TTV
TD : 160/90 mmHg
HR : 88x/menit
RR : 20x/menit
Monitor efek samping kemoterapi
Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman
Memposisikan pasien semi fowler
Menganjurkan pasien relaksasi
22/6/19
1
11.00
-
Memotivasi pasien untuk makan dan minum
-
Monitor KU dan TTV
TD : 152/100 mmHg
HR : 80x/menit
RR : 22x/menit
EVALUASI KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien
: Ny. T
No. Rekam Medik
: 269443
Ruang Rawat
: Amarilis 1, Kamar 117 A
Tgl
No. Dx
18/6/19
00032
Jam
Evaluasi Sumatif / SOAP
Paraf
Perfusi jaringan: serebral (0406)
S : Keluarga klien mengatakan klien sudah dapat sadar dan berbicara dengan keluarga
O : Klien terlihat sudah dapat membuka matanya dan merespon terhadap nyeri
A : Masalah perfusi jaringan serebral belum teratasi sepenuhnya
P : Menganjurkan klien untuk melanjutkan kemoterapi
Status Pernafasan: Kapatenan Jalan Nafas
S : Keluarga klien mengatakan bahwa lendir yang keluar dari hidung klien sudah
berkurang
O : RR pasien 20x / mnt
A : Masalah pernafasan teratasi
P : Lanjutkan intervensi yang diberikan
Status Nutrisi
S : keluarga klien mengatakan klien muntah setelah program kemoterapi
O : lila : 22 cm
A : masalah asupan nutrisi pasien belum teratasi
P : Konsultasikan ke dokter mengenai terapi yang harus di berikan
Integritas Jaringan Kulit & Membran Mukosa
S : Keluarga pasien mengatakan mengerti mengenai perawatan luka
O : Luka terlihat masih memerah
A : luka dekubitus pada gluteal belum teratasi
P : Konsultasikan ke dokter mengenai luka
RESUME KEPERAWATAN
Tgl/Jam Pengkajian : 17 Juni 2019/22.00 WIB
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
-
Nama
: Ny. T
-
Nomor rekam medis
: 26-94-43
-
Usia
: 46 tahun 9 bulan 29 hari
-
Jenis kelamin
: Perempuan
-
Pekerjaan
:-
-
Agama
: Islam
-
Alamat
: Perum Griya Lestari A4/II RT01/09,
Kota Semarang
-
Diagnosa medis
: Ca Sinonasal
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Klien mengalami penurunan kesadaran
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 7 Juni 2019 klien dibawa ke IGD Rumah Sakit Tugurejo Semarang dengan keadaan tidak sadar. Sebelumnya
keluarga klien mengatakan klien mengeluh pusing dan badan lemas. Klien memiliki diagnosa medis Ca Sinonasal.
3. Resume Asuhan Keperawatan
NO
1
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Risiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan
Otak b.d Massa tumor dengan infiltrasi
massa ke cranial (lobus frontal kanan)
(00201)
DAR (DATA, ACTION, RESPOND)
DATA
DS:
- Keluarga klien mengatakan memiliki riwayat kemoterapi 3 tahun lalu dan
tidak melanjutkan kembali
DO:
- GCS klien: 7 dengan interpretasi somnolen
- Mata klien tidak simetris karena ada massa pada mata
- Mata sebelah kiri menonjol
- Refleks pupil biasanya tidak sama kanan kiri
- Klien terlihat meringis kesakitan ketika kepalanya disentuh
- Hasil CT scan: carcinoma sino nassal kanan disertai dengan tanda-tanda
peningkatan tekanan intracranial
- Klien memiliki riwayat medis kanker sinonasal
ACTION
Membantu memposisikan klien semifowler, memberikan obat untuk klien,
memonitor TTV klien
2
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d
Mukus berlebihan (00081)
RESPON
S : Keluarga klien mengatakan klien sudah dapat sadar dan berbicara dengan
keluarga
O : Klien terlihat sudah dapat membuka matanya dan merespon terhadap nyeri
DATA
DS:
- Keluarga klien mengatakan bahwa hidung klien selalu mengeluarkan
sekret
DO:
- Klien terlihat
- menggunakan alat bantu pernafasan berupa masker oksigen
- Hidung klien tampak berlendir
- Suara nafas klien terdengar crackles
- GCS klien: 7 dengan interpretasi somnolen
- Sekret klien bening
- Klien tidak memiliki kemampuan untuk batuk
- RR: 11x/menit
- Klien memberikan respon mengangguk ketika ditanya dokter mengenai sesak
yang dirasakan
ACTION
- Memposisikan pasien semifowler 45
-
Memberikan pasien oksigen NRM 10L/mnt dengan reservoir mask
RESPOND
S: : Keluarga klien mengatakan bahwa lendir yang keluar dari hidung klien sudah
berkurang
O : RR pasien 20x / mnt
3
Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang dari
DATA
DS :
kebutuhan tubuh b.d Asupan diet kurang,
- Keluarga klien mengatakan bahwa klien hanya makan 2-3 sendok/3x dalam
sehari
Klien tidak mampu memasukkan,
- Keluarga klien mengatakan bahwa klien hanya minum air dan susu sebanyak
mencerna, dan mengabsorbsi makanan
2 sedot dalam sehari
karena faktor biologi (penurunan kesadaran) DO :
- BB : 38 kg
(00002)
- Lila : 20 cm
- IMT
: 16, 6 kg/m2 (Moderate Malnutrisi)
ACTION
- Memberikan infus futrolit
4
Kerusakan Integritas Kulit b.d Kurangnya
Mobilisasi dan Lembap (00046)
RESPOND
- S: Klien mengeluh pusing, lemas, mual dan muntah
- O: Klien mengonsumsi OAT FDC, klien terlihat meringis kesakitan, skala
nyeri dari 5 menjadi 4 (VAS), masih mengeluhkan pusing.
DATA
DS :
- Keluarga klien mengatakan bahwa tidak tahu cara menangani luka dekubitus
klien
DO :
- Terdapat luka dekubitus pada gluteal
- Ukuran, warna
- Klien bedrest
- Klien mengalami penurunan kesadaran
- Skor pengkajian luka klien: 14
ACTION
- Memberikan edukasi mengenai perawatan luka pada keluarga.
RESPOND
S : Keluarga pasien mengatakan mengerti mengenai perawatan luka
O : Luka terlihat masih memerah
PEMBAHASAN
Dalam pembahasan akan diuraikan hubungan antara teori dan kerjadian
yang nyata saat melakukan pengkajian terhadap klien dengan masalah
keperawatan gangguan perfusi jaringan serebral akibat adanya kenaikan tekanan
intrakranial. Selama melakukan asuhan keperawatan banyak dijumpai beberapa
faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung yang dijumpai yaitu
adanya keterbukaan dari penanggung jawab klien sehingga terbina hubungan
saling percaya yang akhirnya mempermudah untuk mendapatkan informasi
mengenai kondisi penyakit klien. Sedangkan faktor penghambat yang dijumpai
yaitu durasi implementasi kepada klien yang terbatas sehingga mempersulit untuk
monitor kondisi klien dan hasil belum maksimal.
Pengkajian yang dilakukan pada Ny. T dilakukan secara menyeluruh mulai
dari riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat kesehatan
keluarga, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Hal ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh (Roezin A A. (., 2007) bahwa gejala tumor di dalam
sinus maksila biasanya timbul setelah tumor besar, sehingga mendesak atau
menembus dinding tulang meluas ke rongga hidung, rongga mulut, pipi, orbita
atau intrakranial. Gejala nasal berupa obstruksi hidung unilateral dan rinorea.
Sekretnya sering bercampur darah atau terjadi epistaksis.
Hasil pengkajian CT Scan pada Ny. T menunjukan bahwa klien telah
mengalami masa tumor malignan pada sinonasal kanan yang telihat sudah
menyebar ke sinus maksila kanan (rongga pipi), rongga sinus ethmoid kanan dan
tampak mendesak serta meluas ke rongga orbita kanan sehingga mata klien
terlihat menonjol keluar. Massa meluas ke rongga sinus ethmoid dan sphenoid
kiri, dengan imfiltrasi massa ke intracranial (lobus frontal kanan) disertai dengan
tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial.
Dari hasil analisa data yang dilakukan kepada Ny. T, masalah keperawatan
utama yang ditemukan adalah resiko ketidakefektifan perfusi otak, sehingga kami
menentukan diagnose keperawatan yang utama adalah resiko ketidakefektifan
perfusi otak berhubungan dengan massa tumor dengan infiltrasi massa ke cranial
(lobus frontal kanan). Masalah keperawatan yang kami temukan pada Ny. T
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Dewanto, 2009) bahwa menurunya
perfusi otak dapat menimbulkan ancaman yang nyata atau potensial pada status
perfusi klien. Risko ketidakefektifan perfusi otak diakibatkan adanya massa rumor
yang menekan intracranial sehingga klien mengalami penurunan kesadaran.
Definisi dari risiko gangguan perfusi jaringan adalah rentan mengalami
penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat menganggu kesehatan (NANDA,
2018).
Kelompok
menegakkan
diagnosa
tersebut
berdasarkan
batasan
karakteristik di dalamnya berupa cedera otak yang dialami oleh Ny.T. Mengapa
demikian? Dalam hasil pengkajian ditemukan beberapa manifestasi klinik klien
yang mengarah pada cidera otak. Cidera otak adalah cidera mekanik yang secara
langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang mengakibatkan gangguan
neurologis. Secara etiologi cidera dibagi menjadi dua yaitu cidera primer dan
sekunder. Dalam kasus Ny.T terjadi cidera secara sekunder dimana cidera akibat
gangguan fungsi saraf yang secara klinis dapat berwujud kehilangan kesadaran
dan tanda lain berupa pendarahan dan peningkatan tekanan intrakranial. Dalam
menentukan derajat beratnya cidera, kami menggunakan Glasgow Coma Scale
(GCS) oleh Jennet dan Teasdale pada tahun 1974 dan mendapatkan hasil yaitu 7.
Hasil tersebut termasuk dalam Cedera Kepala Berat dengan kriteria GCS < 9.
Menurut (Affandi & Panggabean, 2016) gejala klinis dari TIK antara lain
adalah nyeri kepala, muntah, kejang, perubahan status mental dan penurunan
kesadaran.Dari hasil pengkajian pada Ny. T didapati klien mengalami nyeri pada
kepala, muntah dan penurunan kesadaran, tanpa disertai dengan kejang. Hal
tersebut tidak terjadi dikarenakan klien tidak memiliki riwayat kejang
sebelumnya, sehingga kejang tidak terjadi pada pasien.
Gangguan perfusi jaringan serebral merupakan masalah aktual yang
memerlukan tindakan untuk memberikan rasa nyaman. Bila gangguan perfusi
jaringan serebral tidak segera ditangani akan menimbulkan kecemasan dan
berpengaruh terhadap emosional responden. Bila tekanan darah meningkat cukup
tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, akan menyebabkan hialinisasi
pada otot pembuluh darah serebral yang akan berakibat kematian. Hal ini
berbahaya karena pembuluh serebral tidak dapat berkonstriksi dan berdilatasi
dengan leluasa untuk mengatasi fluktuasi tekanan darah sistemik. Bila terjadi
penurunan tekanan darah sistemik, maka tekanan perfusi jaringan ke otak tidak
adekuat. Hal ini mengakibatkan iskemik serebral. Jika terjadi kenaikan tekanan
darah sistemik, maka tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi.
Akibatnya terjadi hiperemia, edema dan kemungkinan terjadi perdarahan otak
(Dewi, Sofia & Familia, Digi, 2010)
Dari hasil pengkajian pada kelurga Ny. T, didapati bahwa keluarga
mengatakan Ny. T mengalami pendarahan pada hidungnya (rinorea) sejak 3 bulan
yang lalu. Pada pengkajian riwayat kesehatan masa lalu diperoleh data klien
pernah melakukan operasi polip pada bagian hidungnya 3 tahun yang lalu, hal ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Dhingra, 2010) bahwa munculnya
tumor jinak sinonasal : Inverted Papilloma biasanya ditandai dengan massa merah
atau
keabu-abuan,
seperti
polip
nasal.
Inverted
papilloma
memiliki
kecenderungan untuk timbul lagi setelah operasi pengangkatan dan mungkin
berkaitan dengan karsinoma sel skuamosa 10-15% dari kasus tumor ini.
Secara khusus tujuan dilakukannya implementasi terhadap klien bertujuan
untuk memberikan pengaruh positif terhadap kondisi yang menganggu
kenyamanan, membantu mengurangi stres, mencegah penyakit dan meringankan
rasa sakit. Dari efek yang di timbulkan tersebut diharapkan terjadi penurunan
tekanan darah pada responden. Hal ini sesuai dengan implementasi yang
dilakukan kelompok kami yaitu dengan memonitor hemodinamik klien guna
mengetahui tindakan apa selanjutnya yang akan dilakukan disertai dengan
pendekatan farmakologis untuk mencegah kondisi klien memburuk (klien
mengalami gangguan penurunan kesadaran).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulam
Berdasarkan penjelasan yang ada pada bab sebelumnya, penulis
menyimpulkan hal – hal seperti di bawah ini, yakni sebagai berikut :
1. Permasalahan yang terjadi pada pasien, Ny. T adalah Risiko
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Otak b.d Massa tumor dengan
infiltrasi massa ke cranial (lobus frontal kanan) sebagai diagnosa
prioritas utama, sedangkan ketidakefektifan bersihan jalan nafas,
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan kerusakan integritas kulit
sebagai diagnosa tambahan lainnya.
2. Penyusunan rencana intervensi ditujukan kepada pasien, Ny.T dan
keluarga yang bersangkutan. Intervensi yang dilakukan pada Ny.T dan
keluarga di antaranya adalah memonitor TTV (TD, Nadi, RR),
memberikan oksigen tambahan (menggunakan masker reservoir),
Memposisikan klien untuk mengurangi sesak (posisi semifowler), dan
pengajaran perawatan luka, bantuan penambahan berat badan
(monitoring BB pasien dan mual/ muntah) terkait diagnosa yang telah
disusun untuk Ny.T
3. Berdasarkan respon dan perkembangan pasien, intervensi yang
dilakukan masih belum teratasi terkait masalah keperawatannya, oleh
sebab itu, diperlukan intervensi kolaborasi dan mandiri yang tentunya
masih dibawah pengawasan perawat dan tenaga kesehatan lainnya
dalam mengatasi permasalan utama yang diderita oleh Ny.T
REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA
Agussalim. (2006). Tumor Sinonasal. (Universitas Sumatera Utara) Diambil
kembali dari [cited on June 22th 2019]. Available from
:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789
/24571/.../Chapter%20II.pdf
Annisa , R., Fauzi, Z. A., & Fridayenti . (2015, Oktober ). Perbedaan Kadar SGPT
Pada Pasien Tuberkulosis Paru Sebelum dan Sesudah Fase Intensif Di
Poliklinik Paru RSUD Arifin Achmad PekanBaru . JOM FK, II (2).
Dipetik
Juni
18,
2019,
dari
https://media.neliti.com/media/publications/184750-ID-perbedaan-kadarsgpt-pada-pasien-tuberku.pdf
Badan POM RI . (2015). AntiTuberkulosis. Dipetik Juni 21, 2019, dari
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/52-tuberkulosis-danleprosi/521-antituberkulosis
Hanafi, A. M., Oktaviyanti, I. K., & Istiana. (2015). HUBUNGAN REAKSI
LIMFOSIT DENGAN DERAJAT KEGANASAN KANKER SERVIKS
DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE JANUARI-DESEMBER
2013. Berkala Kedokteran, 11(1), 41 - 49.
Herawati , F., Andrajati, R., & Umar , F. (2016). Pedoman Interpretasi Data
Klinik . ResearchGate .
Herawati, F., & Andrajati, R. (2011). Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Hilger, P. A., & Adam, G. L. (t.thn.). Penyakit Hidung dan Tumor-Tumor Ganas
Kepala Leher dalam : BOEIS Buku Ajar Penyakit THT : edisi 6 Effendi H,
Santoso RAK,editor. hal : 235-7, 429-44 . Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Jannah, M. L. (2017). INTERVENSI KEPERAWATAN DALAM UPAYA
PENINGKATAN KEEFEKTIFAN POLA NAFAS PADA PASIEN CHF.
Kementrian Kesehatan RI. (2015, Maret 24). Tuberkulosis Temukan Obati sampai
sembuh. hal. 1-7.
Oncology, A. S. (2011). Nasal Cavity and Paranasal Sinus Cancers. USA. .
Diambil kembali dari [cited on June 23th 2019]. Available from :
http://www.
cancer.net/cancer-types/nasal-cavity-and-paranasal-sinuscancer
Roezin
A, A. (2007). Tumor Hidung dan Sinonasal. dalam
: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala &
Leher: edisi 6 . Soepardi EA,Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD,
editor. 2007. hal : 178-81. . Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Rujiroindakul, D. (2017, Agustus 09). Bumrungrad International Hospital.
Rustina, Safitri, W., & Harti, A. S. (2015). Pengaruh Penggunaan Kasur Anti
Dekubitus Terhadap Derajat Dekubitus pada Pasien Tirah Baring.
Sadewo, S. W., Salam , A., & Rialita, A. (2016, Agustus ). Gambaran Status
Anemia pada Pasien Tuberkulosis Paru di Unit Pengobatan Penyakit ParuParu Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2010-2012. Journal Cerebellum,
II(3),
595
597.
Dipetik
Juni
18,
2019,
dari
https://media.neliti.com/media/publications/193104-ID-gambaran-statusanemia-pada-pasien-tuber.pdf
Siregar, B. H. (2005). Head and Neck, Breast, Soft Tissue, Skin Tumor. hal : 4-19
. Makassar: Oncology Surgery Dept. of Hasanuddin University.
Surakardja, I. (2000). Onkologi Klinik hal : 85-103. Surabaya: Fakultas
kedokteran Universitas Airlangga/RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Suryatama, H. (2015). Waspadai Kasus Tuberkulosis Paru Pada Pasien Diabetes
Mellitus.
Diambil
kembali
dari
https://www.omnihospitals.com/articles/index/87
Syapitri, H., Siregar, L. M., & Ginting, D. (2017). METODE PENCEGAHAN
LUKA DECUBITUS PADA PASIEN BEDREST TOTAL MELALUI
PERAWATAN KULIT. Idea Nursing Journal, III(2), 15 - 22.
LAMPIRAN
Hasil CT Scan
Download