PERSENTASE KEPATUHAN CUCI TANGAN (HAND HYGIENE) PERAWAT DI RSUD DR. MOEWARDI MELAMPAUI TARGET Hand hygiene merupakan salah satu cara untuk mengurangi infeksi yang berkaitan dengan perawatan kesehatan. Penelitian menjelaskan bahwa hand hygiene yang dilakukan oleh semua pegawai rumah sakit dapat mencegah terjadinya Hospital Acquired Infections (HAIs) sebesar 15-30 % Pencegahan dan pengendalian infeksi mutlak harus dilakukan oleh seluruh orang yang terlibat dalam perawatan pasien, khususnya dokter dan perawat. Untuk itu RSUD Dr. Moewardi melakukan penilaian bulanan terhadap kepatuhan cuci tangan dokter dan perawat. Penilaian ini berdasarkan dilakukan atau tidaknya cuci tangan dalam five moments for hand hygiene (lima momen cuci tangan) yang ditetapkan oleh WHO. Lima momen tersebut adalah: 1. Sebelum bersentuhan dengan pasien 2. Sebelum melakukan prosedur bersih/steril 3. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien risiko tinggi 4. Setelah bersentuhan dengan pasien 5. Setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien Dari penilaian yang dilakukan selama bulan Januari hingga Juni tahun 2017, didapatkan bahwa terdapat perbedaan persentase kepatuhan cuci tangan pada dokter dan perawat. Dari target yang telah ditetapkan (85%), persentase dokter cuci tangan dibandingkan dengan perawat sedikit lebih rendah. Rata-rata persentase perawat telah melampaui target yang telah ditetapkan. KEPATUHAN CUCI TANGAN 100 95 90 Target 85 Dokter 80 Perawat 75 70 Januari Februari Maret April Mei Juni Presentase yang mencolok berada di bawah target terlihat pada kepatuhan dokter. Adanya sarana dan prasarana yang telah dilengkapi tidak serta merta memotivasi kepatuhan petugas kesehatan, terutama dokter dengan beban kerja yang tinggi merasa lebih repot dan menyita waktu dengan penerapan hand hygiene untuk setiap tindakan yang berbeda pada satu pasien. Misalnya momen satu saat sebelum bersentuhan dengan pasien dan momen lima setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien, seringkali dokter menggabungkan kedua momen tersebut untuk menghemat waktu. Hal ini dapat dipahami karena jarak pemeriksaan dari satu pasien ke pasien yang lain sangat berdekatan seperti saat visite pasien. Meskipun masih terlihat tidak stabil, namun persentase cuci tangan pada perawat sudah melampaui target disetiap bulannnya. Hal ini sangat baik mengingat perawat merupakan tenaga kesehatan yang sering berinteraksi dengan pasien. Tingginya persentase menunjukkan bahwa program tersebut telah berjalan. Namun tindakan seperti audit, candid camera, reward and punishment tetap perlu dilakukan untuk memantau dan upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan hand hygiene karena umumnya tindakan ini berjangka pendek sehingga harus dilakukan secara terus-menerus. Faktor lain yang mungkin menyebabkan belum tercapainya target bulanan adalah masih adanya petugas yang menerapkan hand hygiene hanya sekedar menghindari teguran, dan menjalankan kewajiban rutin tanpa menyadari betapa besar manfaatnya untuk mencegah dan mengendalikan infeksi. Hasil akhir yang diharapkan dari meningkatnya kepatuhan dokter dan perawat dalam cuci tangan ini adalah menurunnya angka infeksi nosokomial yang terjadi pada pasien pengunjung RSUD Dr. Moewardi. Karena kebersihan tangan merupakan salah satu indikator keselamatan pasien yang harus dijalankan oleh petugas di rumah sakit, maka meningkatnya kepatuhan petugas dalam cuci tangan juga berarti meningkatnya kualitas pelayanan di RSUD Dr. Moewardi.