Uploaded by User13602

6 dan 7 - Capital Budgeting edit Linda

advertisement
BAB IV
CAPITAL BUDGETING
(PENGANGGARAN MODAL)
Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi dasar :
Mampu menganalisis kelayakan investasi dalam aset tetap (penganggaran modal) dengan
menggunakan berbagai teknik evaluasi kelayakan.
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu :
1. Menjelaskan penganggaran modal
2. Menghitung dan menggunakan berbagai criteria keputusan penganggaran modal, seperti
Payback period, NPV dan IRR.
3. Mengidentifkasi arus kas yang “relevan” dan harus dipertimbangkan dalam analisis
pengangaran modal.
4. Mengestimasi arus kas proyek dan selanjutnya membuat keputusan kelayakan dengan
menggunakan kriteria payback period, NPV dan IRR
Gambaran Umum Materi
Setiap unit bisnis akan selalui menghadapi berbagai keputusan investasi, baik dalam aset jangka
pendek maupun dalam aset jangka panjang. Bab ini akan membahas keputusan investasi dalam
aset jangka panjang, atau yang sering dikenal dengan penganggaran modal (capital budgeting).
Bagian pertama akan membahas berbagai teknik yang umumnya digunakan untuk menganalisis
kelayakan penganggaran modal (proyek). Sedang bagian bagian kedua akan membahas
mengenai estimasi arus kas yang relevan dengan keputusan penganggaran modal.
A. TEKNIK PENGANGGARAN MODAL
KONSEP DASAR PENGANGGARAN MODAL
Penganggaran modal (Capital Budgeting) merupakan keputusan investasi pada barang modal
(jangka panjang). Investasi ini menyangkut investasi pada real assets (aset berwujud). Langkahlangkah dalam keputusan investasi tersebut meliputi
1. Adanya usulan investasi
Page 1 of 17
2. Biaya dari proyek / investasi yang diusulkan
3. Arus kas yang dihasilkan dari investasi yang diusulkan
4. Menilai usulan investasi dengan berbagai kriteria penilaian investasi
5. Mengevaluasi dari usulan proyek / investasi yang diterima secara berkesinambungan
Klasifikasi Usulan Investasi :
Usulan proyek / investasi dapat terdiri dari berbagai tipe, pada umumnya diklasifikasikan dalam
tiga kategori sebagai berikut :
1. Penggantian (Replacement) yaitu usulan investasi menyangkut penggantian aset. Penggantian
ini dapat bertujuan untuk mempertahankan bisnis yang sudah ada atau untuk mengurangi
biaya/meningkatkan efisiensi atau mengganti aset yang lama dengan aset yang baru
2. Perluasan (Expansion) yaitu usulan investasi menyangkut perluasan usaha, dapat berupa
menambah jumlah produksi/perluasan daerah pemasaran atau menambah produk baru yang
dihasilkan
3. Keamanan Lingkungan (Safety/Environmental project) yaitu usulan investasi yang dilakukan
dalam rangka untuk mematuhi ketentuan Pemerintah, Aturan Perburuhan atau Kebijakan
Asuransi. Oleh karenanya pengeluaran ini dinamakan nonrevenue-producing project
KRITERIA PENILAIAN USULAN INVESTASI
Apabila jumlah biaya untuk usulan investasi (proyek) dan hasil pengembalian dari investasi
selama umur ekonomis sudah diketahui, maka usulan investasi tersebut dapat dinilai apakah
layak untuk dilaksanakan atau tidak dapat menggunakan kriteria penilaian investasi.
Kriteria penilaian usulan investasi meliputi :
1. Payback Period (PP)
2. Discounted Payback (DPP)
3. Profitability Index (PI)
4. Net Present Value (NPV)
5. Internal Rate of Return (IRR)
6. Modified Rate of Return (MIRR)
Page 2 of 17
Untuk menentukan apakah usulan proyek diterima atau dapat dilaksanakan selain melihat
hasil penilaian berdasar kriteria penilaian yang digunakan juga melihat sifat/jenis usulan
investasi yang dapat dibedakan menjadi:
1. Mutually Exclusive Projects
Yaitu usulan investasi yang terdiri dari beberapa proyek, dimana hanya satu proyek yang
dapat dilaksanakan karena masing-masing mempunyai sifat yang sama meskipun berdasar
kriteria penilaian terdapat lebih dari satu proyek yang layak untuk dilaksanakan.
2. Independent Projects
Yaitu usulan dua atau lebih proyek investasi dimana proyek yang satu dengan lainnya tidak
sama sifatnya, sehingga apabila berdasar kriteria penilaian yang digunakan usulan yang
layak diterima lebih dari satu maka dapat dilaksanakan sepanjang dana yang tersedia
mencukupi.
Payback Period
Payback period adalah kriteria penilaian usulan investasi yang mengukur periode/jangka waktu
yang diperlukan untuk menutup semua biaya investasi yang dikeluarkan.
a. Jika aliran kas yang dihasilkan dari usulan investasi tersebut secara periodik jumlahnya sama,
maka periode payback dapat dihitung:
Payback Period 
Arus Kas Keluar (Investasi Awal)
Arus Kas Masuk Per iodik
b. Tetapi jika aliran kas secara periodik besarnya tidak sama, periode payback dapat ditentukan
dengan cara:
Payback Period  Tahun sebelum sepenuhnya tertutup 
Investasi yang belum ter tutup pada awal tahun
Arus kas selama tahun ter sebut
Kriteria penerimaan/penolakan investasi berdasarkan payback period:
Jika PP < PPmax : investasi diterima
Jika PP > PPmax : investasi ditolak
Page 3 of 17
Payback period maksimal (PPmax) bisa didasarkan (a) jangka waktu proyek, atau (b)
jangka waktu pinjaman. Secara prinsip, semakin pendek payback period suatu proyek maka
semakin layak proyek tersebut.
Contoh:
Berikut adalah aliran kas dari dua usulan proyek yang bersifat mutually exclusive selama umur
proyek yang memerlukan dana investasi sama :
Tahun
0
1
2
3
4
Jasuke
Kebab Jamur
(50,000,000) (50,000,000)
15,000,000
20,000,000
15,000,000
20,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
5,000,000
Tentukan Payback Period dari kedua usulan investasi tersebut.
Untuk Investasi Jasuke:
karena Cashinflow setiap tahun pada usulan Jasuke besarnya sama maka payback period dapat
dihitung sebagai berikut :
PPJasuke 
50.000.000
 3,33 tahun
15.000.000
Untuk investasi Kebab Jamur:
Perhitungan Payback Period dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
Tahun
0
1
2
3
4
CF
(50,000,000)
20,000,000
20,000,000
15,000,000
5,000,000
PPKebabJamur  2 tahun 
Kumulatif CF
(50,000,000)
(30,000,000)
(10,000,000)
5,000,000
10.000.000
 2,67 tahun
15.000.000
Berdasarkan hasil perhitungan payback period diatas, maka proyek ”Jamur” lebih layak
untuk dipilih karena memilik payback period lebih pendek (2,67 tahun untuk Jamur dan 3,33
tahun untuk Jasuke.
Page 4 of 17
Payback period memiliki kelebihan dalam hal bahwa kriteria ini mudah untuk dihitung
dan dipahami. Namun kriteria ini juga memiliki beberapa kelamahan, antara lain:
a. Tidak memperhatikan nilai waktu dari uang
b. Mengabaikan arus kas yang diterima setelah periode payback.
Discounted Payback Period
Discounted Payback Period adalah kriteria penilaian yang digunakan untuk mengukur jangka
waktu yang diperlukan untuk menutup semua dana yang diinvestasikan dari aliran kas yang
dihasilkan setelah didiskontokan dengan tingkat biaya modal dari investasi tersebut. Kriteria ini
dirancang untuk mengatasi sebagian kelemahan dari pendekatan Payback Period dalam hal
pengabaian terhadap nilai waktu dari uang.
Kriteria penerimaan/penolakan investasi :
Jika DPP < DPPmax : investasi diterima
Jika DPP > DPPmax : investasi ditolak
Seperti halnya dengan payback period, secara prinsip semakin pendek discounted
payback period suatu proyek maka semakin layak proyek tersebut. Kriteria discounted payback
period masih mengandung satu kelemahan mendasar, yaitu mengabaikan arus kas setelah periode
pengembalian
Contoh:
Untuk usulan investasi Jasuke dan Kebab Jamur, jika biaya modal dari kedua usulan investasi
tersebut 6%, hitung discounted payback period untuk investasi Jasuke.
Penyelesaian:
Tahun
0
1
2
3
4
CF
(50.000.000)
15.000.000
15.000.000
15.000.000
15.000.000
DF
1,00
0,94
0,89
0,84
0,79
DCF
Kumulatif DCF
(50.000.000)
(50.000.000)
14.150.943
(35.849.057)
13.349.947
(22.499.110)
12.594.289
(9.904.821)
11.881.405
1.976.584
Keterangan : DF=Discount Factor; CF=Cash Flow, DCF=Discounted Cash Flow
DPPJasuke  3 tahun 
9.904.821
 3,83 tahun
11.881.405
Page 5 of 17
Hasil perhitungan atas proyek Jasuke diatas memperlihatkan bahwa kriteria discounted
payback period menghasilkan periode yang lebih lama dibanding criteria payback period, yaitu
3,83 tahun dibanding 3,33 tahun. Hal ini karena dengan mempertimbangkan nilai waktu dari
uang dalam pendekatan discounted payback period maka nilai arus kas masuk pada tahun kedua
dan sesudahnya menjadi lebih kecil.
Net Present Value (NPV)
Net Present Valu (nilai sekarang bersih) adalah metode penilaian usulan investasi yang
mengurangkan nilai sekarang dari aliran kas yang dihasilkan dari suatu investasi setelah
didiskonto dengan biaya modal (k), dengan dana yang dikeluarkan untuk investasi tersebut.
Metode ini dipandang sebagai metode terbaik untuk penilaian kelayakan investasi.
Kriteria penerimaan/penolakan investasi:
Jika NPV positif : investasi diterima
Jika NPV negatif : investasi ditolak
Berdasarkan criteria ini, maka Secara prinsip semakin positif nilai NPV suatu proyek
maka semakin baik proyek tersebut.
Untuk mencari NPV dapat dihitung dengan menggunakan konsep nilai waktu uang
sebagai berikut:
a. Arus kas tidak sama:
NPV  CF0 
n
CF1
CF2
CF3
CFn
CFt



..........
...



2
3
n
1
(1  k ) 1  k  1  k 
1  k  t 0 1  k t
b. Arus kas sama:
1

1

1  k n
NPV  CF0   CFt x

k








Contoh:
Terdapat dua usulan investasi mutually exclusive yaitu Jasuke dan Kebab Jamur pada contoh
sebelumnya, jika diketahui bahwa biaya modal sebesar 6%, maka NPV dari kedua usulan
investasi tersebut dapat dihitung sebagai berikut:
Page 6 of 17
Untuk Jasuke:
Karena aliran kas selama umur investasi untuk Jasuke adalah sama, maka NPV dari Jasuke dapat
dihitung dengan memanfaatkan Tabel bunga PVIFAk,n atau dengan perhitungan sebagai berikut :
1

1

1  k n
NPVJasuke  CF0   CFt x

k








1

1

1  0,064
NPVJasuke   Rp.50.000.000,   Rp.15.000.000, x

0,06








= - Rp 50.000.000,- + (Rp 15.000.000 x 3,47)
= - Rp 50.000.000,- + Rp 51.976.584
= Rp 1.976.584  usulan investasi diterima (NPV positif)
Untuk Kebab Jamur:
NPVKebabJamur   Rp.50 juta, 
Rp.20 jt
Rp.20 jt
Rp.15 jt
Rp.5 jt



2
3
1  0,06 1  0,06 1  0,06 1  0,064
= - Rp50 jt +Rp18.867.925 + Rp17.799.929+ Rp 12.594.289 + Rp 3.960.468
= Rp 3.222.611 usulan investasi diterima (NPV positif).
Perhitungan NPV juga dapat dilakukan dengan menggunakan Microsft Excel, dengan
cara memilih NPV pada fungsi Financial, yang ditampilkan sebagai berikut. Rate = 0,06 (6%)
dari cell C1, Value1 diambil dari cell B4 sampai B7. Selanjutnya tekan OK. Untuk menghitung
NPV maka tambahkan investasi awal, cell B3, sehingga fungsi menjadi: NPV(C1, B4:B7)+B3.
Berdasarkan kriteria NPV maka proyek Kebab Jamur lebih layak dipilih dibanding
proyek Jasuke karena memiliki nilai yang lebih besar, yaitu Rp.3.222.611 dibanding
Rp.1.976.584.
Page 7 of 17
Profitability Index (PI)
Profitability index adalah rasio antara nilai sekarang (PI) dari aliran kas yang dihasilkan oleh
suatu investasi yang didiskonto dengan biaya modal (k) terhadap aliran kas/investasi awal, yang
dapat dirumuskan sebagai berikut :
n
PI 
CFt
 1  k 
t
t 1
I0
Kriteria penerimaan/penolakan investasi :
Jika PI ≥ 1 : investasi diterima
Jika PI < 1 : investasi ditolak
Dengan menggunakan contoh usulan investasi Jasuke di atas, maka dapat dihitung Profitability
Index-nya sebagai berikut :
Tahun
0
1
2
3
4
CF
(50,000,000)
15,000,000
15,000,000
15,000,000
15,000,000
PI Jasuke 
DF
1.00
0.94
0.89
0.84
0.79
DCF
14,150,943
13,349,947
12,594,289
11,881,405
51,976,584
51.976.584
 1,04  usulan investasi diterima karena PI > 1
50.000.000
INTERNAL RATE OF RETURN (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) merupakan kriteria penilaian usulan investasi yang menggunakan
tingkat hasil pengembalian yang diharapkan investor sebagai tingkat diskonto untuk menyamakan
nilai sekarang dari aliran kas dari investasi selama umur proyek dengan nilai investasi awalnya.
Apabila dinyatakan dalam persamaan:
I0 (CF0) = PV Inflow
n
CFt
t
t 1 1  IRR 
I0  
Kriteria penerimaan/penolakan investasi :
Jika IRR ≥ biaya modal : investasi diterima
Jika IRR < biaya modal : investasi ditolak
Page 8 of 17
Menentukan IRR dari usulan investasi dilakukan dengan trial and error, yaitu dicoba dengan
IRR tertentu sehingga diperoleh NPV positif dan negative. Selanjutnya dilakukan interpolasi
kemudian dihitung IRR nya dengan rumus berikut :


NPV1
IRR  IRR1  IRR 2  IRR1 x

NPV1  NPV2 

Contoh : Pada usulan investasi Kebab Jamur di atas tentukan IRR nya.
Penyelesaian :
Dicoba dengan IRR = 5%
NPV1   Rp 50 jt 
Rp.20 jt
Rp.20 jt
Rp.15 jt
Rp.5 jt



2
3
(1  0,05 1  0,05 1  0,05 1  0,054
= -Rp 50.000.000,- + Rp 19.047.619 + Rp 18.140.590 + Rp 12.957.564 + Rp 4.113.512
= Rp 4.259.285
Dicoba dengan IRR2 = 10%
NPV2   Rp 50 jt 
Rp.20 jt
Rp.20 jt
Rp.15 jt
Rp.5 jt



2
3
(1  0,10 1  0,10 1  0,10 1  0,104
= -Rp 50.000.000,- + Rp 18.181.818 + Rp 16.528.926 + Rp 11.269.722 + Rp 3.415.067
= - Rp 604.467
Interpolasi :


4.259.285
IRR  5%  10%  5%x
4.259.285   604.467 

IRR = 5% + (5% x 0,875) = 5% + 4,38%
= 9,38 %
Usulan investasi tersebut diterima karena IRR > biaya modal (9,38% > 6%)
Perhitungan IRR juga dapat dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel, dengan
cara memilih IRR pada fungsi Financial, yang ditampilkan sebagai berikut. Value diambil dari
Page 9 of 17
cell B3 sampai B7. Guess tidak perlu diisi. Selanjutnya tekan OK. Diperoleh hasil IRR = 0,0933
atau 9,33%. Terdapat sedikit perbedaan dengan hasil dari intrapolasi yang dikarenakan faktor
pembualatan dan/atau proksimasi.
MODIFIED INTERNAL RATE OF RETURN (MIRR)
Adalah penilaian usulan investasi dengan mencari return yang menyamakan nilai
sekarang (PV) dari nilai yang akan datang aliran kas yang dihasilkan investasi (cash inflow)
dengan nilai investasi awal (cash outflow)
Apabila dinyatakan dalam persamaan tampak sebagai berikut :
PV Cost(Outflow) = PV Terminal Value
PVOutflow 
TV
1  MIRR n
n
TV   Cash Inflow 1  k 
dimana :
nt
t 0
Usulan proyek akan diterima jika MIRR > return yang disyaratkan dan ditolak jika lebih kecil
dari return yang disyaratkan.
Misalnya dari usulan proyek senilai Rp.200.000.000,- tersebut diatas biaya modalnya 10% ,
maka langkah pertama dihitung Terminal Value dari aliran kas yang dihasilkan investasi yaitu :

TV   Rp.10 jt 1  0,1

4
 Rp.50 jt1  0,1  Rp.75 jt1  0,1 
3
2
Rp.70 jt1  0,1  Rp.60 jt1  0,1
= - Rp.14.641.000 + Rp.66.550.000,- + Rp.90.750.000,- + Rp.77.000.000 + Rp.60.000.000,
= Rp.279.659.000,1
0
Page 10 of 17
Kemudian untuk mencari MIRR dapat digambarkan dalam time line berikut :
0
- Rp.200 jt
1
2
3
-Rp.10jt
Rp.50jt
4
Rp.75jt
5
Rp.70jt
Rp60.000.000
Rp77.000.000
Rp90.750.000
Rp66.550.000
-Rp14.461.000
Rp.279.659.000
PVTV= Rp.200 jt
MIRR = ?
Jika dinyatakan dalam persamaan :
Rp.200.000.000, 
Rp .279.659.000,
1  MIRR 5
Rp.200.000.000,- (1+MIRR)5 = Rp.279.659.000,(1+MIRR)5 = 1,398295
1  MIRR  5 1,543805
1+ MIRR = 1,090733
MIRR = 0,09733 = 9,07%
Page 11 of 17
B. ARUS KAS PENGANGGARAN MODAL
KONSEP DASAR ESTIMASI ALIRAN KAS
Pada penilaian usulan investasi tersebut di atas, aliran kas dari usulan investasi
diasumsikan sudah diketahui. Berikut diuraikan klasifikasi aliran kas dan langkah-langkah
menghitung aliran kas selama umur proyek.
Dalam menentukan aliran kas, usulan investasi penggantian maupun ekspansi, yang
dihitung adalah incremental nya saja. Incremental cash flow dapat didefinisikan sebagai arus kas
setelah pajak yang terjadi dengan adanya proyek investasi. Dengan kata lain, incremental cash
flow adalah selisih antara total arus kas dengan adanya usulan proyek dan arus kas tanpa usulan
proyek tersebut. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perhitungan incremental
(relevant) cash flow:
1. Sunk cost. Biaya ini merupakan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu dan tidak dapat
diperoleh kembali di masa datang terlepas apakah proyek yang sedang dipertimbangkan
diterima. Contoh, biaya studi kelayakan, biaya ijin bangunan. Arus kas seperti ini tidak
relevan dalam penganggaran modal.
2. Opportunity cost, terkait dengan aset yang dimiliki. Opportunity cost merupakan biaya
karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan akibat aset yang dimiliki
digunakan untuk kebutuhan proyek yang direncanakan. Misal Tn. Abot berencana membuka
Restoran, yang direncakanakan akan dijalankan di lahan dan gedung yang saat ini sudah
dimilikinya. Apabila lahan dan gedung disewakan, maka diperoleh uang sewa Rp.25 juta per
tahun. Ketika mengevaluasi arus kas, maka potensi uang sewa lahan dan bangunan Rp.25
juta ini harus dibebankan ke proyek restoran.
3. Beban Bunga. Dalam perhitungan biaya modal tertimbang (weighted average cost of capital
– WACC), beban bunga (biaya hutang) merupakan salah satu komponennya. Mengingat
WACC digunakan sebagai faktor diskonto dalam perhitungan NPV proyek, maka
mengurangkan beban bunga dari pendapatan perusahaan akan menyebabkan pembebaban
ganda (double counting), pertama dalam perhitungan WACC dan kedua dalam perhitungan
arus kas operasional. Untuk mengatasi hal ini maka beban beban bunga harus dikeluarkan
sebagai pengurang dalam perhitungan laba perusahaan.
Page 12 of 17
4. Externalities, merupakan dampak dari suatu proyek terhadap bagian lain perusahaan atau
lingkungan. Misal, Bank ABC berencana mendirikan cabang baru di Jl. Nginden Semolo 34.
Dampak dari pembukaan cabang baru ini adalah sebagian nasabah yang dulunya bertransaksi
di cabang Jl. Ngagel Jaya 20 berpindah. Diperkirakan terdapat 100 nasabah yang akan
berpindah dengan nilai arus kas bersih sebesar Rp.40 juta. Ketika Bank ABC menilai
kelayakan cabang Jl Nginden Semolo 34, maka arus kas yang diperolehnya akan dikurangi
sebesar Rp.40 juta.
Aliran kas dari suatu usulan investasi terdiri dari :
a.
Aliran Kas Awal (Initial Outlay = I0), yaitu jumlah kas yang digunakan untuk mendanai
usulan investasi
b.
Aliran Kas Operasional (Operational Cashflow), yaitu arus kas yang dihasilkan selama umur
proyek
c.
Aliran Kas Akhir (Terminal Cahflow), yaitu aliran kas yang dihasilkan pada akhir umur
proyek
ALIRAN KAS AWAL = Io
a. Proyek Baru
Arus kas awal untuk proyek baru terdiri dari:
1) Harga perolehan aset [-]. Harga perolehan aset mencakup semua biaya yang diperlukan
sampai dengan aset tersebut siap digunakan. Misal, untuk pembelian mesin, maka harga
perolehan mencakup harga beli (harga faktur), biaya pengiriman (termasuk asuransi jika
ada), dan biaya instalasi dan uji coba.
2) Perubahan modal kerja bersih. Modal kerja bersih merupakan selisih antar aset lancar
(piutang usaha dan persediaan) dan kewajiban lancar (hutang usaha). Keberadaan proyek
baru, sering kali membutuhkan tambahan modal kerja [-], namun terkadang bisa juga berupa
penghematan modal kerja [+].
b. Proyek Penggantian
1) Harga perolehan aset baru [-]. Perhitungan sebagaimana untuk proyek baru.
Page 13 of 17
2) Nilai bersih dari penjualan aset lama yang diganti. Nilai bersih hasil penjualan aset lama
dapat dihitung dengan:
-
Harga jual (nilai pasar) aset lama [+]
-
Dikurang beban (ditambah penghematan) pajak: tarip x (Harga Jual – Nilai Buku) [-/+]
3) Perubahan modal kerja bersih [-]. Perhitungan modal kerja bersih sebagaimana untuk proyek
baru.
Contoh :
Sebuah perusahaan ingin mengganti mesin lama dengan mesin yang baru. Mesin lama diperoleh
lima tahun yang lalu dengan harga Rp.100.000.000,- , diperkirakan berumur 10 tahun, disusut
dengan metode garis lurus tanpa nilai sisa. Mesin baru seharga Rp.90.000.000,- untuk
mengoperasikan diperlukan biaya pemasangan instalasi yang memerlukan biaya Rp.25.000.000,.
Mesin baru ini memiliki masa manfaat delapan tahun dan diperkirakan memiliki nilai residu
Rp.5.000.000. Jika penggantian dilakukan maka mesin lama akan dijual dan diperkirakan laku
seharga Rp.56.000.000,- Dengan digunakan mesin baru, perusahaan memerlukan tambahan
modal kerja sebesar Rp.10.000.000,-. Jika tingkat pajak perusahaan 30%, berapa nilai investasi
awal dari usulan penggantian mesin tersebut ?
Penyelesaian :
Harga perolehan mesin baru: Harga Beli
Biaya Instalasi
Rp. 90.000.000,Rp. 25.000.000,- +
(Rp.115.000.000,-)
Harga Jual Mesin lama
Rp. 56.000.000,-
Pajak keuntungan penjualan mesin 30% x (Rp.56 jt – Rp.50 juta*) = (Rp.
Hasil bersih penjualan aset lama
1.800.000,-)
Rp. 54.200.000,-
*) Nilai buku = Harga perolehan – Akumulasi penyusutan = 100 juta – [5 th x (100 juta /10)]
Tambahan Modal Kerja
(Rp. 10.000.000,-)
Nilai Investasi Awal = I0 = (115.000.000) + 54.200.000 + (10.000.000) = Rp.70.800.000,-
ALIRAN KAS OPERASIONAL
Untuk menentukan aliran kas operasional selama umur proyek dilakukan sebagai berikut:
Page 14 of 17
1. Tentukan peningkatan pendapatan yang diharapkan dari usulan investasi (+)
2. Hitung penghematan/peningkatan biaya operasional (+/-)
3. Hitung peningkatan /penurunan biaya depresiasi karena penggunaan aset baru (-/+)
4. Hitung peningkatan laba sebelum pajak
5. Hitung pajak yang dibebankan (-)
6. Tambahkan kembali peningkatan depresiasi, karena biaya depresiasi tidak mengakibatkan
arus kas keluar.
Secara matematis, perhitungan arus kas operasional dapat dilakukan dengan formula sederhana
sebagai berikut:
a. Menggunakan laba bersih (EAT), yang sudah memasukkan beban bunga dan depresiasi
ACF = EAT + Depresiasi + Bunga (1 – T)
dimana ACF adalah annual cash flow, EAT adalah earnings after taxes, dan T adalah tarif
efektif pajak penghasilan badan (PPh badan). Catatan: bila dalam perhitungan laba bersih,
sudah mengeluarkan beban bunga maka bagian terakhir dari persamaan diatas, Bunga (1 –
tarif pajak), dihilangkan.
b. Menggunakan laba operasional sebelum pajak, bunga, dan depresiasi (EBITD)
ACF= EBIT (1 – tarip pajak) + Depresiasi (T)
c. Menggunakan komponen pendapatan dan beban
ACF = [(Penjualan – Biaya operasional variabel - Depresiasi) (1 – t)] + Depresiasi
Contoh :
Misalnya dari contoh penggantian mesin tersebut di atas ; diharapkan dengan menggunakan
mesin baru, penjualan dapat meningkat sebesar Rp.25.000.000,- per tahun dan biaya operasional
meningkat sebesar Rp.5.000.000,- pertahun. Mesin baru diperkirakan berumur delapan tahun
disusutkan dengan metode garis lurus dengan nilai sisa Rp.5.000.000,- Karena metode
penyusutan adalah garis lurus, sehingga beban depresiasi setiap tahunnya sama besar, maka
aliran kas operasional setiap tahun selama umur proyek dapat dihitung sebagai berikut :
Penyelesaian :
Peningkatan penjualan
Rp.25.000.000,Page 15 of 17
Peningkatan biaya operasional
(Rp.5.000.000,-)
Depresiasi mesin baru Rp.13.750.000,Depresiasi mesin lama Rp.10.000.000,- Peningkatan depresiasi
(Rp. 3.750.000,-) +
Peningkatan Laba sebelum pajak
Rp.16.250.000,-
Pajak 30%
(Rp. 4.875.000,-)
Peningkatan Laba setelah pajak
Rp.11.375.000,-
Peningkatan depresiasi
Rp. 3.750.000,-
Aliran Kas Operasional per tahun
Rp.15.125.000,=============
Jika metode penyusutan yang digunakan adalah metode dipercepat (misalnya : metode saldo
menurun atau metode jumlah angka tahun), maka peningkatan depresiasi setiap tahunnya akan
berbeda, sehingga aliran kas operasional yang dihasilkan juga akan berbeda.
Berikut diberikan contoh perhitungan aliran kas operasional (dua tahun), apabila metode
penyusutan yang digunakan saldo menurun dengan tarif penyusutan duakali tarif garis lurus.
Tahun ke-1
Peningkatan Penjualan
Peningkatan Biaya Operasional
Depr. Mesin baru
*)
Rp.25.000.000,-
Rp.25.000.000,-
(Rp. 5.000.000,-)
(Rp. 5.000.000,-)
Rp. 28.750.000,-
Depr. Mesin Lama
Rp.21.562.500,-
Rp.10.000.000,-(-)
Peningkatan depresiasi
Peningkatan Laba sebelum pajak
Tahun ke-2
Rp.10.000.000,- (-)
(Rp.18.750.000,-)
Rp. 1.250.000,-
Rp. 8.437.500,-
Pajak 30%
(Rp.
Peningkatan laba setelah pajak
Rp.
875.000,-
Rp. 5.906.250,-
Peningkatan Depresiasi
Rp.18.750.000,-
Rp.11.562.500,-
Aliran Kas operasional
Rp.19.825.000,-
Rp.17.468.750,-
*)
375.000,-)
(Rp.11.562.500,-)
(Rp. 2.531.250,-)
Depresiasi mesin baru = (Harga Perolehan – Nilai Residu) / 8 tahun = (115 juta – 5 juta) / 8
Lanjutkan perhitungan di atas sampai dengan akhir umur proyek !
ALIRAN KAS AKHIR
Aliran kas akhir dapat terdiri dari :
Page 16 of 17
1. Nilai sisa/hasil penjualan aset (+)
2. Pajak/penghematan pajak atas penjualan aset (-/+)
3. Pengembalian biaya tambahan modal kerja (+)
Dengan tetap menggunakan contoh penggantian mesin dengan penyusutan garis lurus
tersebut di atas, misalnya pada akhir umur proyek mesin baru laku dijual seharga Rp.7.500.000,-;
maka nilai aliran kas akhir dapat dihitung sebagai berikut
Hasil penjualan Mesin
Rp. 7.500.000,-
Pajak 30% (Rp.7.500.000,- - Rp.5.000.000*),-) = (Rp.
750.000,-)
Pengembalian modal kerja
Rp.10.000.000,-
Aliran Kas Akhir
Rp.16.750.000,===========
*)
Nilai residu mesin baru
Dengan demikan pada akhir umur proyek (akhir tahun kedelapan), jumlah aliran kas terdiri dari:
Aliran Kas Operasional
Rp.15.125.000,-
Aliran Kas Akhir
Rp.16.750.000,Rp.31.875.000,-
Daftar Rujukan
1. Brigham, E.F., dan Houstan, J.F. 2009. Fundamental of Financial Management, 12th edition,
South-Western.
2. Van Horne, J.C., dan Wachowicz, J.M. 2009. Fundamental of Financial Management, 13th
edition, Prentice Hall.
Page 17 of 17
Download