BAB IV CAPITAL BUDGETING (PENGANGGARAN MODAL) Kompetensi Dasar dan Indikator Kompetensi dasar : Mampu menganalisis kelayakan investasi dalam aset tetap (penganggaran modal) dengan menggunakan berbagai teknik evaluasi kelayakan. Setelah mempelajari materi ini mahasiswa mampu : 1. Menjelaskan penganggaran modal 2. Menghitung dan menggunakan berbagai criteria keputusan penganggaran modal, seperti Payback period, NPV dan IRR. 3. Mengidentifkasi arus kas yang “relevan” dan harus dipertimbangkan dalam analisis pengangaran modal. 4. Mengestimasi arus kas proyek dan selanjutnya membuat keputusan kelayakan dengan menggunakan kriteria payback period, NPV dan IRR Gambaran Umum Materi Setiap unit bisnis akan selalui menghadapi berbagai keputusan investasi, baik dalam aset jangka pendek maupun dalam aset jangka panjang. Bab ini akan membahas keputusan investasi dalam aset jangka panjang, atau yang sering dikenal dengan penganggaran modal (capital budgeting). Bagian pertama akan membahas berbagai teknik yang umumnya digunakan untuk menganalisis kelayakan penganggaran modal (proyek). Sedang bagian bagian kedua akan membahas mengenai estimasi arus kas yang relevan dengan keputusan penganggaran modal. A. TEKNIK PENGANGGARAN MODAL KONSEP DASAR PENGANGGARAN MODAL Penganggaran modal (Capital Budgeting) merupakan keputusan investasi pada barang modal (jangka panjang). Investasi ini menyangkut investasi pada real assets (aset berwujud). Langkahlangkah dalam keputusan investasi tersebut meliputi 1. Adanya usulan investasi Page 1 of 17 2. Biaya dari proyek / investasi yang diusulkan 3. Arus kas yang dihasilkan dari investasi yang diusulkan 4. Menilai usulan investasi dengan berbagai kriteria penilaian investasi 5. Mengevaluasi dari usulan proyek / investasi yang diterima secara berkesinambungan Klasifikasi Usulan Investasi : Usulan proyek / investasi dapat terdiri dari berbagai tipe, pada umumnya diklasifikasikan dalam tiga kategori sebagai berikut : 1. Penggantian (Replacement) yaitu usulan investasi menyangkut penggantian aset. Penggantian ini dapat bertujuan untuk mempertahankan bisnis yang sudah ada atau untuk mengurangi biaya/meningkatkan efisiensi atau mengganti aset yang lama dengan aset yang baru 2. Perluasan (Expansion) yaitu usulan investasi menyangkut perluasan usaha, dapat berupa menambah jumlah produksi/perluasan daerah pemasaran atau menambah produk baru yang dihasilkan 3. Keamanan Lingkungan (Safety/Environmental project) yaitu usulan investasi yang dilakukan dalam rangka untuk mematuhi ketentuan Pemerintah, Aturan Perburuhan atau Kebijakan Asuransi. Oleh karenanya pengeluaran ini dinamakan nonrevenue-producing project KRITERIA PENILAIAN USULAN INVESTASI Apabila jumlah biaya untuk usulan investasi (proyek) dan hasil pengembalian dari investasi selama umur ekonomis sudah diketahui, maka usulan investasi tersebut dapat dinilai apakah layak untuk dilaksanakan atau tidak dapat menggunakan kriteria penilaian investasi. Kriteria penilaian usulan investasi meliputi : 1. Payback Period (PP) 2. Discounted Payback (DPP) 3. Profitability Index (PI) 4. Net Present Value (NPV) 5. Internal Rate of Return (IRR) 6. Modified Rate of Return (MIRR) Page 2 of 17 Untuk menentukan apakah usulan proyek diterima atau dapat dilaksanakan selain melihat hasil penilaian berdasar kriteria penilaian yang digunakan juga melihat sifat/jenis usulan investasi yang dapat dibedakan menjadi: 1. Mutually Exclusive Projects Yaitu usulan investasi yang terdiri dari beberapa proyek, dimana hanya satu proyek yang dapat dilaksanakan karena masing-masing mempunyai sifat yang sama meskipun berdasar kriteria penilaian terdapat lebih dari satu proyek yang layak untuk dilaksanakan. 2. Independent Projects Yaitu usulan dua atau lebih proyek investasi dimana proyek yang satu dengan lainnya tidak sama sifatnya, sehingga apabila berdasar kriteria penilaian yang digunakan usulan yang layak diterima lebih dari satu maka dapat dilaksanakan sepanjang dana yang tersedia mencukupi. Payback Period Payback period adalah kriteria penilaian usulan investasi yang mengukur periode/jangka waktu yang diperlukan untuk menutup semua biaya investasi yang dikeluarkan. a. Jika aliran kas yang dihasilkan dari usulan investasi tersebut secara periodik jumlahnya sama, maka periode payback dapat dihitung: Payback Period Arus Kas Keluar (Investasi Awal) Arus Kas Masuk Per iodik b. Tetapi jika aliran kas secara periodik besarnya tidak sama, periode payback dapat ditentukan dengan cara: Payback Period Tahun sebelum sepenuhnya tertutup Investasi yang belum ter tutup pada awal tahun Arus kas selama tahun ter sebut Kriteria penerimaan/penolakan investasi berdasarkan payback period: Jika PP < PPmax : investasi diterima Jika PP > PPmax : investasi ditolak Page 3 of 17 Payback period maksimal (PPmax) bisa didasarkan (a) jangka waktu proyek, atau (b) jangka waktu pinjaman. Secara prinsip, semakin pendek payback period suatu proyek maka semakin layak proyek tersebut. Contoh: Berikut adalah aliran kas dari dua usulan proyek yang bersifat mutually exclusive selama umur proyek yang memerlukan dana investasi sama : Tahun 0 1 2 3 4 Jasuke Kebab Jamur (50,000,000) (50,000,000) 15,000,000 20,000,000 15,000,000 20,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 5,000,000 Tentukan Payback Period dari kedua usulan investasi tersebut. Untuk Investasi Jasuke: karena Cashinflow setiap tahun pada usulan Jasuke besarnya sama maka payback period dapat dihitung sebagai berikut : PPJasuke 50.000.000 3,33 tahun 15.000.000 Untuk investasi Kebab Jamur: Perhitungan Payback Period dapat dihitung dengan cara sebagai berikut : Tahun 0 1 2 3 4 CF (50,000,000) 20,000,000 20,000,000 15,000,000 5,000,000 PPKebabJamur 2 tahun Kumulatif CF (50,000,000) (30,000,000) (10,000,000) 5,000,000 10.000.000 2,67 tahun 15.000.000 Berdasarkan hasil perhitungan payback period diatas, maka proyek ”Jamur” lebih layak untuk dipilih karena memilik payback period lebih pendek (2,67 tahun untuk Jamur dan 3,33 tahun untuk Jasuke. Page 4 of 17 Payback period memiliki kelebihan dalam hal bahwa kriteria ini mudah untuk dihitung dan dipahami. Namun kriteria ini juga memiliki beberapa kelamahan, antara lain: a. Tidak memperhatikan nilai waktu dari uang b. Mengabaikan arus kas yang diterima setelah periode payback. Discounted Payback Period Discounted Payback Period adalah kriteria penilaian yang digunakan untuk mengukur jangka waktu yang diperlukan untuk menutup semua dana yang diinvestasikan dari aliran kas yang dihasilkan setelah didiskontokan dengan tingkat biaya modal dari investasi tersebut. Kriteria ini dirancang untuk mengatasi sebagian kelemahan dari pendekatan Payback Period dalam hal pengabaian terhadap nilai waktu dari uang. Kriteria penerimaan/penolakan investasi : Jika DPP < DPPmax : investasi diterima Jika DPP > DPPmax : investasi ditolak Seperti halnya dengan payback period, secara prinsip semakin pendek discounted payback period suatu proyek maka semakin layak proyek tersebut. Kriteria discounted payback period masih mengandung satu kelemahan mendasar, yaitu mengabaikan arus kas setelah periode pengembalian Contoh: Untuk usulan investasi Jasuke dan Kebab Jamur, jika biaya modal dari kedua usulan investasi tersebut 6%, hitung discounted payback period untuk investasi Jasuke. Penyelesaian: Tahun 0 1 2 3 4 CF (50.000.000) 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 DF 1,00 0,94 0,89 0,84 0,79 DCF Kumulatif DCF (50.000.000) (50.000.000) 14.150.943 (35.849.057) 13.349.947 (22.499.110) 12.594.289 (9.904.821) 11.881.405 1.976.584 Keterangan : DF=Discount Factor; CF=Cash Flow, DCF=Discounted Cash Flow DPPJasuke 3 tahun 9.904.821 3,83 tahun 11.881.405 Page 5 of 17 Hasil perhitungan atas proyek Jasuke diatas memperlihatkan bahwa kriteria discounted payback period menghasilkan periode yang lebih lama dibanding criteria payback period, yaitu 3,83 tahun dibanding 3,33 tahun. Hal ini karena dengan mempertimbangkan nilai waktu dari uang dalam pendekatan discounted payback period maka nilai arus kas masuk pada tahun kedua dan sesudahnya menjadi lebih kecil. Net Present Value (NPV) Net Present Valu (nilai sekarang bersih) adalah metode penilaian usulan investasi yang mengurangkan nilai sekarang dari aliran kas yang dihasilkan dari suatu investasi setelah didiskonto dengan biaya modal (k), dengan dana yang dikeluarkan untuk investasi tersebut. Metode ini dipandang sebagai metode terbaik untuk penilaian kelayakan investasi. Kriteria penerimaan/penolakan investasi: Jika NPV positif : investasi diterima Jika NPV negatif : investasi ditolak Berdasarkan criteria ini, maka Secara prinsip semakin positif nilai NPV suatu proyek maka semakin baik proyek tersebut. Untuk mencari NPV dapat dihitung dengan menggunakan konsep nilai waktu uang sebagai berikut: a. Arus kas tidak sama: NPV CF0 n CF1 CF2 CF3 CFn CFt .......... ... 2 3 n 1 (1 k ) 1 k 1 k 1 k t 0 1 k t b. Arus kas sama: 1 1 1 k n NPV CF0 CFt x k Contoh: Terdapat dua usulan investasi mutually exclusive yaitu Jasuke dan Kebab Jamur pada contoh sebelumnya, jika diketahui bahwa biaya modal sebesar 6%, maka NPV dari kedua usulan investasi tersebut dapat dihitung sebagai berikut: Page 6 of 17 Untuk Jasuke: Karena aliran kas selama umur investasi untuk Jasuke adalah sama, maka NPV dari Jasuke dapat dihitung dengan memanfaatkan Tabel bunga PVIFAk,n atau dengan perhitungan sebagai berikut : 1 1 1 k n NPVJasuke CF0 CFt x k 1 1 1 0,064 NPVJasuke Rp.50.000.000, Rp.15.000.000, x 0,06 = - Rp 50.000.000,- + (Rp 15.000.000 x 3,47) = - Rp 50.000.000,- + Rp 51.976.584 = Rp 1.976.584 usulan investasi diterima (NPV positif) Untuk Kebab Jamur: NPVKebabJamur Rp.50 juta, Rp.20 jt Rp.20 jt Rp.15 jt Rp.5 jt 2 3 1 0,06 1 0,06 1 0,06 1 0,064 = - Rp50 jt +Rp18.867.925 + Rp17.799.929+ Rp 12.594.289 + Rp 3.960.468 = Rp 3.222.611 usulan investasi diterima (NPV positif). Perhitungan NPV juga dapat dilakukan dengan menggunakan Microsft Excel, dengan cara memilih NPV pada fungsi Financial, yang ditampilkan sebagai berikut. Rate = 0,06 (6%) dari cell C1, Value1 diambil dari cell B4 sampai B7. Selanjutnya tekan OK. Untuk menghitung NPV maka tambahkan investasi awal, cell B3, sehingga fungsi menjadi: NPV(C1, B4:B7)+B3. Berdasarkan kriteria NPV maka proyek Kebab Jamur lebih layak dipilih dibanding proyek Jasuke karena memiliki nilai yang lebih besar, yaitu Rp.3.222.611 dibanding Rp.1.976.584. Page 7 of 17 Profitability Index (PI) Profitability index adalah rasio antara nilai sekarang (PI) dari aliran kas yang dihasilkan oleh suatu investasi yang didiskonto dengan biaya modal (k) terhadap aliran kas/investasi awal, yang dapat dirumuskan sebagai berikut : n PI CFt 1 k t t 1 I0 Kriteria penerimaan/penolakan investasi : Jika PI ≥ 1 : investasi diterima Jika PI < 1 : investasi ditolak Dengan menggunakan contoh usulan investasi Jasuke di atas, maka dapat dihitung Profitability Index-nya sebagai berikut : Tahun 0 1 2 3 4 CF (50,000,000) 15,000,000 15,000,000 15,000,000 15,000,000 PI Jasuke DF 1.00 0.94 0.89 0.84 0.79 DCF 14,150,943 13,349,947 12,594,289 11,881,405 51,976,584 51.976.584 1,04 usulan investasi diterima karena PI > 1 50.000.000 INTERNAL RATE OF RETURN (IRR) Internal Rate of Return (IRR) merupakan kriteria penilaian usulan investasi yang menggunakan tingkat hasil pengembalian yang diharapkan investor sebagai tingkat diskonto untuk menyamakan nilai sekarang dari aliran kas dari investasi selama umur proyek dengan nilai investasi awalnya. Apabila dinyatakan dalam persamaan: I0 (CF0) = PV Inflow n CFt t t 1 1 IRR I0 Kriteria penerimaan/penolakan investasi : Jika IRR ≥ biaya modal : investasi diterima Jika IRR < biaya modal : investasi ditolak Page 8 of 17 Menentukan IRR dari usulan investasi dilakukan dengan trial and error, yaitu dicoba dengan IRR tertentu sehingga diperoleh NPV positif dan negative. Selanjutnya dilakukan interpolasi kemudian dihitung IRR nya dengan rumus berikut : NPV1 IRR IRR1 IRR 2 IRR1 x NPV1 NPV2 Contoh : Pada usulan investasi Kebab Jamur di atas tentukan IRR nya. Penyelesaian : Dicoba dengan IRR = 5% NPV1 Rp 50 jt Rp.20 jt Rp.20 jt Rp.15 jt Rp.5 jt 2 3 (1 0,05 1 0,05 1 0,05 1 0,054 = -Rp 50.000.000,- + Rp 19.047.619 + Rp 18.140.590 + Rp 12.957.564 + Rp 4.113.512 = Rp 4.259.285 Dicoba dengan IRR2 = 10% NPV2 Rp 50 jt Rp.20 jt Rp.20 jt Rp.15 jt Rp.5 jt 2 3 (1 0,10 1 0,10 1 0,10 1 0,104 = -Rp 50.000.000,- + Rp 18.181.818 + Rp 16.528.926 + Rp 11.269.722 + Rp 3.415.067 = - Rp 604.467 Interpolasi : 4.259.285 IRR 5% 10% 5%x 4.259.285 604.467 IRR = 5% + (5% x 0,875) = 5% + 4,38% = 9,38 % Usulan investasi tersebut diterima karena IRR > biaya modal (9,38% > 6%) Perhitungan IRR juga dapat dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel, dengan cara memilih IRR pada fungsi Financial, yang ditampilkan sebagai berikut. Value diambil dari Page 9 of 17 cell B3 sampai B7. Guess tidak perlu diisi. Selanjutnya tekan OK. Diperoleh hasil IRR = 0,0933 atau 9,33%. Terdapat sedikit perbedaan dengan hasil dari intrapolasi yang dikarenakan faktor pembualatan dan/atau proksimasi. MODIFIED INTERNAL RATE OF RETURN (MIRR) Adalah penilaian usulan investasi dengan mencari return yang menyamakan nilai sekarang (PV) dari nilai yang akan datang aliran kas yang dihasilkan investasi (cash inflow) dengan nilai investasi awal (cash outflow) Apabila dinyatakan dalam persamaan tampak sebagai berikut : PV Cost(Outflow) = PV Terminal Value PVOutflow TV 1 MIRR n n TV Cash Inflow 1 k dimana : nt t 0 Usulan proyek akan diterima jika MIRR > return yang disyaratkan dan ditolak jika lebih kecil dari return yang disyaratkan. Misalnya dari usulan proyek senilai Rp.200.000.000,- tersebut diatas biaya modalnya 10% , maka langkah pertama dihitung Terminal Value dari aliran kas yang dihasilkan investasi yaitu : TV Rp.10 jt 1 0,1 4 Rp.50 jt1 0,1 Rp.75 jt1 0,1 3 2 Rp.70 jt1 0,1 Rp.60 jt1 0,1 = - Rp.14.641.000 + Rp.66.550.000,- + Rp.90.750.000,- + Rp.77.000.000 + Rp.60.000.000, = Rp.279.659.000,1 0 Page 10 of 17 Kemudian untuk mencari MIRR dapat digambarkan dalam time line berikut : 0 - Rp.200 jt 1 2 3 -Rp.10jt Rp.50jt 4 Rp.75jt 5 Rp.70jt Rp60.000.000 Rp77.000.000 Rp90.750.000 Rp66.550.000 -Rp14.461.000 Rp.279.659.000 PVTV= Rp.200 jt MIRR = ? Jika dinyatakan dalam persamaan : Rp.200.000.000, Rp .279.659.000, 1 MIRR 5 Rp.200.000.000,- (1+MIRR)5 = Rp.279.659.000,(1+MIRR)5 = 1,398295 1 MIRR 5 1,543805 1+ MIRR = 1,090733 MIRR = 0,09733 = 9,07% Page 11 of 17 B. ARUS KAS PENGANGGARAN MODAL KONSEP DASAR ESTIMASI ALIRAN KAS Pada penilaian usulan investasi tersebut di atas, aliran kas dari usulan investasi diasumsikan sudah diketahui. Berikut diuraikan klasifikasi aliran kas dan langkah-langkah menghitung aliran kas selama umur proyek. Dalam menentukan aliran kas, usulan investasi penggantian maupun ekspansi, yang dihitung adalah incremental nya saja. Incremental cash flow dapat didefinisikan sebagai arus kas setelah pajak yang terjadi dengan adanya proyek investasi. Dengan kata lain, incremental cash flow adalah selisih antara total arus kas dengan adanya usulan proyek dan arus kas tanpa usulan proyek tersebut. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perhitungan incremental (relevant) cash flow: 1. Sunk cost. Biaya ini merupakan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu dan tidak dapat diperoleh kembali di masa datang terlepas apakah proyek yang sedang dipertimbangkan diterima. Contoh, biaya studi kelayakan, biaya ijin bangunan. Arus kas seperti ini tidak relevan dalam penganggaran modal. 2. Opportunity cost, terkait dengan aset yang dimiliki. Opportunity cost merupakan biaya karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan akibat aset yang dimiliki digunakan untuk kebutuhan proyek yang direncanakan. Misal Tn. Abot berencana membuka Restoran, yang direncakanakan akan dijalankan di lahan dan gedung yang saat ini sudah dimilikinya. Apabila lahan dan gedung disewakan, maka diperoleh uang sewa Rp.25 juta per tahun. Ketika mengevaluasi arus kas, maka potensi uang sewa lahan dan bangunan Rp.25 juta ini harus dibebankan ke proyek restoran. 3. Beban Bunga. Dalam perhitungan biaya modal tertimbang (weighted average cost of capital – WACC), beban bunga (biaya hutang) merupakan salah satu komponennya. Mengingat WACC digunakan sebagai faktor diskonto dalam perhitungan NPV proyek, maka mengurangkan beban bunga dari pendapatan perusahaan akan menyebabkan pembebaban ganda (double counting), pertama dalam perhitungan WACC dan kedua dalam perhitungan arus kas operasional. Untuk mengatasi hal ini maka beban beban bunga harus dikeluarkan sebagai pengurang dalam perhitungan laba perusahaan. Page 12 of 17 4. Externalities, merupakan dampak dari suatu proyek terhadap bagian lain perusahaan atau lingkungan. Misal, Bank ABC berencana mendirikan cabang baru di Jl. Nginden Semolo 34. Dampak dari pembukaan cabang baru ini adalah sebagian nasabah yang dulunya bertransaksi di cabang Jl. Ngagel Jaya 20 berpindah. Diperkirakan terdapat 100 nasabah yang akan berpindah dengan nilai arus kas bersih sebesar Rp.40 juta. Ketika Bank ABC menilai kelayakan cabang Jl Nginden Semolo 34, maka arus kas yang diperolehnya akan dikurangi sebesar Rp.40 juta. Aliran kas dari suatu usulan investasi terdiri dari : a. Aliran Kas Awal (Initial Outlay = I0), yaitu jumlah kas yang digunakan untuk mendanai usulan investasi b. Aliran Kas Operasional (Operational Cashflow), yaitu arus kas yang dihasilkan selama umur proyek c. Aliran Kas Akhir (Terminal Cahflow), yaitu aliran kas yang dihasilkan pada akhir umur proyek ALIRAN KAS AWAL = Io a. Proyek Baru Arus kas awal untuk proyek baru terdiri dari: 1) Harga perolehan aset [-]. Harga perolehan aset mencakup semua biaya yang diperlukan sampai dengan aset tersebut siap digunakan. Misal, untuk pembelian mesin, maka harga perolehan mencakup harga beli (harga faktur), biaya pengiriman (termasuk asuransi jika ada), dan biaya instalasi dan uji coba. 2) Perubahan modal kerja bersih. Modal kerja bersih merupakan selisih antar aset lancar (piutang usaha dan persediaan) dan kewajiban lancar (hutang usaha). Keberadaan proyek baru, sering kali membutuhkan tambahan modal kerja [-], namun terkadang bisa juga berupa penghematan modal kerja [+]. b. Proyek Penggantian 1) Harga perolehan aset baru [-]. Perhitungan sebagaimana untuk proyek baru. Page 13 of 17 2) Nilai bersih dari penjualan aset lama yang diganti. Nilai bersih hasil penjualan aset lama dapat dihitung dengan: - Harga jual (nilai pasar) aset lama [+] - Dikurang beban (ditambah penghematan) pajak: tarip x (Harga Jual – Nilai Buku) [-/+] 3) Perubahan modal kerja bersih [-]. Perhitungan modal kerja bersih sebagaimana untuk proyek baru. Contoh : Sebuah perusahaan ingin mengganti mesin lama dengan mesin yang baru. Mesin lama diperoleh lima tahun yang lalu dengan harga Rp.100.000.000,- , diperkirakan berumur 10 tahun, disusut dengan metode garis lurus tanpa nilai sisa. Mesin baru seharga Rp.90.000.000,- untuk mengoperasikan diperlukan biaya pemasangan instalasi yang memerlukan biaya Rp.25.000.000,. Mesin baru ini memiliki masa manfaat delapan tahun dan diperkirakan memiliki nilai residu Rp.5.000.000. Jika penggantian dilakukan maka mesin lama akan dijual dan diperkirakan laku seharga Rp.56.000.000,- Dengan digunakan mesin baru, perusahaan memerlukan tambahan modal kerja sebesar Rp.10.000.000,-. Jika tingkat pajak perusahaan 30%, berapa nilai investasi awal dari usulan penggantian mesin tersebut ? Penyelesaian : Harga perolehan mesin baru: Harga Beli Biaya Instalasi Rp. 90.000.000,Rp. 25.000.000,- + (Rp.115.000.000,-) Harga Jual Mesin lama Rp. 56.000.000,- Pajak keuntungan penjualan mesin 30% x (Rp.56 jt – Rp.50 juta*) = (Rp. Hasil bersih penjualan aset lama 1.800.000,-) Rp. 54.200.000,- *) Nilai buku = Harga perolehan – Akumulasi penyusutan = 100 juta – [5 th x (100 juta /10)] Tambahan Modal Kerja (Rp. 10.000.000,-) Nilai Investasi Awal = I0 = (115.000.000) + 54.200.000 + (10.000.000) = Rp.70.800.000,- ALIRAN KAS OPERASIONAL Untuk menentukan aliran kas operasional selama umur proyek dilakukan sebagai berikut: Page 14 of 17 1. Tentukan peningkatan pendapatan yang diharapkan dari usulan investasi (+) 2. Hitung penghematan/peningkatan biaya operasional (+/-) 3. Hitung peningkatan /penurunan biaya depresiasi karena penggunaan aset baru (-/+) 4. Hitung peningkatan laba sebelum pajak 5. Hitung pajak yang dibebankan (-) 6. Tambahkan kembali peningkatan depresiasi, karena biaya depresiasi tidak mengakibatkan arus kas keluar. Secara matematis, perhitungan arus kas operasional dapat dilakukan dengan formula sederhana sebagai berikut: a. Menggunakan laba bersih (EAT), yang sudah memasukkan beban bunga dan depresiasi ACF = EAT + Depresiasi + Bunga (1 – T) dimana ACF adalah annual cash flow, EAT adalah earnings after taxes, dan T adalah tarif efektif pajak penghasilan badan (PPh badan). Catatan: bila dalam perhitungan laba bersih, sudah mengeluarkan beban bunga maka bagian terakhir dari persamaan diatas, Bunga (1 – tarif pajak), dihilangkan. b. Menggunakan laba operasional sebelum pajak, bunga, dan depresiasi (EBITD) ACF= EBIT (1 – tarip pajak) + Depresiasi (T) c. Menggunakan komponen pendapatan dan beban ACF = [(Penjualan – Biaya operasional variabel - Depresiasi) (1 – t)] + Depresiasi Contoh : Misalnya dari contoh penggantian mesin tersebut di atas ; diharapkan dengan menggunakan mesin baru, penjualan dapat meningkat sebesar Rp.25.000.000,- per tahun dan biaya operasional meningkat sebesar Rp.5.000.000,- pertahun. Mesin baru diperkirakan berumur delapan tahun disusutkan dengan metode garis lurus dengan nilai sisa Rp.5.000.000,- Karena metode penyusutan adalah garis lurus, sehingga beban depresiasi setiap tahunnya sama besar, maka aliran kas operasional setiap tahun selama umur proyek dapat dihitung sebagai berikut : Penyelesaian : Peningkatan penjualan Rp.25.000.000,Page 15 of 17 Peningkatan biaya operasional (Rp.5.000.000,-) Depresiasi mesin baru Rp.13.750.000,Depresiasi mesin lama Rp.10.000.000,- Peningkatan depresiasi (Rp. 3.750.000,-) + Peningkatan Laba sebelum pajak Rp.16.250.000,- Pajak 30% (Rp. 4.875.000,-) Peningkatan Laba setelah pajak Rp.11.375.000,- Peningkatan depresiasi Rp. 3.750.000,- Aliran Kas Operasional per tahun Rp.15.125.000,============= Jika metode penyusutan yang digunakan adalah metode dipercepat (misalnya : metode saldo menurun atau metode jumlah angka tahun), maka peningkatan depresiasi setiap tahunnya akan berbeda, sehingga aliran kas operasional yang dihasilkan juga akan berbeda. Berikut diberikan contoh perhitungan aliran kas operasional (dua tahun), apabila metode penyusutan yang digunakan saldo menurun dengan tarif penyusutan duakali tarif garis lurus. Tahun ke-1 Peningkatan Penjualan Peningkatan Biaya Operasional Depr. Mesin baru *) Rp.25.000.000,- Rp.25.000.000,- (Rp. 5.000.000,-) (Rp. 5.000.000,-) Rp. 28.750.000,- Depr. Mesin Lama Rp.21.562.500,- Rp.10.000.000,-(-) Peningkatan depresiasi Peningkatan Laba sebelum pajak Tahun ke-2 Rp.10.000.000,- (-) (Rp.18.750.000,-) Rp. 1.250.000,- Rp. 8.437.500,- Pajak 30% (Rp. Peningkatan laba setelah pajak Rp. 875.000,- Rp. 5.906.250,- Peningkatan Depresiasi Rp.18.750.000,- Rp.11.562.500,- Aliran Kas operasional Rp.19.825.000,- Rp.17.468.750,- *) 375.000,-) (Rp.11.562.500,-) (Rp. 2.531.250,-) Depresiasi mesin baru = (Harga Perolehan – Nilai Residu) / 8 tahun = (115 juta – 5 juta) / 8 Lanjutkan perhitungan di atas sampai dengan akhir umur proyek ! ALIRAN KAS AKHIR Aliran kas akhir dapat terdiri dari : Page 16 of 17 1. Nilai sisa/hasil penjualan aset (+) 2. Pajak/penghematan pajak atas penjualan aset (-/+) 3. Pengembalian biaya tambahan modal kerja (+) Dengan tetap menggunakan contoh penggantian mesin dengan penyusutan garis lurus tersebut di atas, misalnya pada akhir umur proyek mesin baru laku dijual seharga Rp.7.500.000,-; maka nilai aliran kas akhir dapat dihitung sebagai berikut Hasil penjualan Mesin Rp. 7.500.000,- Pajak 30% (Rp.7.500.000,- - Rp.5.000.000*),-) = (Rp. 750.000,-) Pengembalian modal kerja Rp.10.000.000,- Aliran Kas Akhir Rp.16.750.000,=========== *) Nilai residu mesin baru Dengan demikan pada akhir umur proyek (akhir tahun kedelapan), jumlah aliran kas terdiri dari: Aliran Kas Operasional Rp.15.125.000,- Aliran Kas Akhir Rp.16.750.000,Rp.31.875.000,- Daftar Rujukan 1. Brigham, E.F., dan Houstan, J.F. 2009. Fundamental of Financial Management, 12th edition, South-Western. 2. Van Horne, J.C., dan Wachowicz, J.M. 2009. Fundamental of Financial Management, 13th edition, Prentice Hall. Page 17 of 17