KEPERAWATAN MATERNITAS II ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA OVARIUM Oleh : (kelompok 2 B11-B) 1. Elwis Sarce Somalinggi (183222961) 2. Gusti Ayu Kade Widya Astuti (183222962) 3. I Gede Putu Widi Widiana (183222963) 4. I Gede Wisma Prayoga (183222964) 5. I Gusti Ayu Putu Dian Wulandari (183222965) 6. I Komang Ranandika (183222966) 7. I Made Dwi Arianta (183222967) 8. I Made Hendra Wirawan (183222968) PROGRAM ALIH JENJANG S1 KEPERAWATAN STIKES WIRAMEDIKA PPNI BALI DENPASAR 2018 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kanker ovarium merupakan tumor dengan histogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare, 2002). Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat. Kanker ovarium disebut sebagaisilent killer. Karena ovarium terletak di bagian dalam sehingga tidak mudah terdeteksi, 70-80% kanker ovarium baru ditemukan pada stadium lanjut dan telah menyebar (metastasis) kemana-mana Kanker ini menyerang pada wanita terlebih pada usia diatas 50 tahun. Selain itu, wanita di negara industri lebih beresiko. Dan di Indonesia sendiri beberapa tahun ini temuan kasus keganasan salah satunya kanker ovarium sering ditemukan dan menjadi penyebab kematian bagi seseorang. Sehingga wanita Indonesia perlu waspada akan penyakit ini terutama yang tinggal di area perindustrian karena di Indonesia juga banyak perusahaan-perusahaan industri. Sehingga penting dirasa untuk mempelajari lebih luas lagi mengenai kanker ovarium khususnya bagi mahasiswa keperawatan yang nantinya menjadi tenaga kesehatan. Oleh karena itu pada penyusunan makalah ini akan dibahas mengenai proses terjadinya kanker ovarium sebagai salah satu penyakit keganasan. B. Rumusan masalah 1. Bagaimanakah konsep dasar teori ca ovarium? 2. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan ca ovarium? 3. Bagaimanakah contoh asuhan keperawatan pada pasien dengan ca ovarium? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui konsep dasar teori ca ovarium 2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan ca ovarium 3. Untuk mengetahui contoh asuhan keperawatan pada pasien dengan ca ovarium 2 BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru Kanker ovarium adalah salah satu kanker ginekologi yang paling sering dan penyebab kematian kelima akibat kanker pada perempuan. (Price, 2005;1297) Kanker ovarium memiliki 5 stadium yaitu : (Smeltzer, 2001;1570) Stadium I : Pertumbuhan kanker terbatas pada ovarium Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan perluasan pelvis Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan metastasis diluar pelvis atau nodus inguinal atau retroperitoneal positif Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua sisi ovarium dengan metastasis jauh 2. Etiologi Penyebab pasti kanker ovarium tidak diketahui namun multifaktorial. Risiko berkembangnya kanker ovarium berkaitan dengan lingkungan, endokrin dan faktor genetik (Price, 2005;1297). Faktor lingkungan Kebiasaan makan, kopi dan merokok, adanya asbestos dalam lingkungan, dan penggunaan bedak talek pada daerah vagina, semua itu dianggap mungkin menyebabkan kanker. Faktor endokrin Faktor risiko endokrin untuk kanker ovarium adalah perempuan yang nulipara, menarke dini, menopause yang lambat, kehamilan pertama yang lambat, dan tidak pernah menyusui. Penggunaan kontrasepsi oral tidak meningkatkan resiko dan mungkin 3 dapat mencegah. Terapi pengganti astrogen (ERT) pascamenopause untuk 10 tahun atau lebih berkaitan dengan peningkatan kematian akibat kanker ovarium Faktor genetik Kanker ovarium herediter yang dominan autosomal dengan variasi penetrasi telah ditunjukkan dalam keluarga yang terdapat penderita kanker ovarium. Bila terdapat dua atau lebih hubungan tingkat pertama yang menderita kanker ovarium, seorang perempuan memiliki 50% kesempatan untuk menderita kanker ovarium. 3. Patofisologi Kanker ovarium bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan abdomen dan pelvis dan sel-sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen dan pelvis. Selsel ini mengikuti sirkulasi alami cairan peritoneal sehingga implantasi dan pertumbuhan keganasan selanjutnya dapat timbul pada semua permukaan intraperitoneal. Limfatik yang disalurkan ke ovarium juga merupakan jalur untuk penyebaran sel-sel ganas. Semua kelenjar pada pelvis dan kavum abdominal pada akhirnya akan terkena. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intraperitoneal dan limfatik muncul tanpa gejala atau spesifik. Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan berat pada pelvis, sering berkemih dan disuria, dan perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina sekunder akibat hiperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen; beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi. Gejala-gejala keadaan akut pada abdomen dapat timbul mendadak bila terdapat perdarahan dalam tumor,ruptur, atau torsi ovarium. Namun, tumor ovarium paling sering terdeteksi selama pemeriksaan pelvis rutin. Pathway (pohon masalah terlampir) 4 4. Klasifikasi Lebih dari 30 neoplasma ovarium telah diidentifikasi. Tumor ovarium dikelompokkan dalam 3 kategori besar ( Price, 2005;1297) yaitu : (Price, 2005;1297) Tumor-tumor epitel Tumor-tumor epitel menyebabkan 60% dari semua neoplasma ovarium dan diklasifikasikan sebagai neoplasma jinak, perbatasan ganas dan ganas Tumor stroma gonad Tumor-tumor sel germinal Terdapat tiga ketegori utama tumor sel germinal yaiyu : tumor jinak (kista dermoid), tumor ganas (bagian dari kista dermoid), tumor sel germinal primitive ganas (sel embrionik dan ekstraembrionik) Dua pertiga persen kanker ovarium adalah tumor sel germinal primitive ganas. Penting untuk mendiagnosis jenis tumor dengan tepat. 5. Gejala klinis Adapun tanda dan gejala yang ditimbulkan pada pasien dengan kanker ovarium adalah sebagai berikut : Haid tidak teratur Darah menstruasi yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada payudara Menopause dini Dispepsia Tekanan pada pelvis Sering berkemih dan disuria Perubahan fungsi gastrointestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina skunder akibat hyperplasia endometrium bila tumor menghasilkan estrogen (Smeltzer, 2001;1570) 5 6. Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas akan memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering bilateral. Massa yang besar yang memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada cul-de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan 7. Pemeriksaan penunjang Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam menegakkan diagnosis suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan gambaran dengan septa internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites . Walaupun ada pemeriksaan yang lebih canggih seperti CT scan, MRI (magnetic resonance imaging), dan positron tomografi akan memberikan gambaran yang lebih mengesankan, namun pada penelitian tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dari ultrasonografi. Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering disertai keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda tumor untuk jenis sel germinal, antara lain alpha-fetoprotein (AFP), lactic acid dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL), plasental-like alkaline phosphatase (PLAP) dan human chorionic gonadotrophin(hCG). 8. Diagnosis/kriteria diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat, pemeriksaan fisik ginekologi, serta pemeriksaan penunjang Riwayat Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan. Keluhan yang timbul berhubungan dengan peningkatan massa tumor, penyebaran tumor pada permukaan serosa dari kolon dan asites. Rasa tidak nyaman dan rasa penuh diperut, serta cepat merasa kenyang sering berhubungan dengan kanker ovarium. Gejala lain yang sering timbul adalah mudah lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek akibat efusi pleura dan asites yang masif. 6 Dalam melakukan anamnesis pada kasus tumor adneksa perlu diperhatikan umur penderita dan faktor risiko terjadinya kanker ovarium. Pada bayi yang baru lahir dapat ditemukan adanya kista fungsional yang kecil (kurang dari 1-2 cm) akibat pengaruh dari hormon ibu. Kista ini mestinya menghilang setelah bayi berumur beberapa bulan. Apabila menetap akan terjadi peningkatan insiden tumor sel germinal ovarium dengan jenis yang tersering adalah kista dermoid dan disgerminoma. Dengan meningkatnya usia kemungkinan keganasan akan meningkat pula. Secara umum akan terjadi peningkatan risiko keganasan mencapai 13% pada premenopause dan 45% setelah menopause. Keganasan yang terjadi bisa bersifat primer dan bisa berupa metastasis dari uterus, payudara, dan traktus gastrointestinal. Pemeriksaan fisik ginekologi Dengan melakukan pemeriksaan bimanual akan membantu dalam memperkirakan ukuran, lokasi, konsistensi dan mobilitas dari massa tumor. Pada pemeriksaan rektovaginal untuk mengevaluasi permukaan bagian posterior, ligamentum sakrouterina, parametrium, kavum Dauglas dan rektum. Adanya nodul di payudara perlu mendapat perhatian, mengingat tidak jarang ovarium merupakan tempat metastasis dari karsinoma payudara. Hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas akan memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering bilateral. Massa yang besar yang memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada cul-de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan. Pemeriksaan penunjang Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam menegakkan diagnosis suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan gambaran dengan septa internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites . Walaupun ada pemeriksaan yang lebih canggih seperti CT scan, MRI (magnetic resonance imaging), dan positron tomografi akan memberikan gambaran yang lebih mengesankan, namun pada penelitian tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dari ultrasonografi. Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering disertai 7 keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda tumor untuk jenis sel germinal, antara lain alpha-fetoprotein (AFP), lactic acid dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL), plasental-like alkaline phosphatase (PLAP) dan human chorionic gonadotrophin(hCG). 9. Kemungkinan komplikasi Torsi Rupture kista Perdarahan Keganasan 10. Penatalaksanaan Adapun tindakan yang dilakukan pada penanganan kanker ovarium antara lain : (Smeltzer, 2001;1570) Pentahapan/pengklasifikasian tumor merupakan aktivitas penting yang digunakan untuk mengarahkan pengobatan Intervensi bedah untuk kanker ovarium adalah histerektomi abdominal total dengan pengangkatan tuba falopii dan ovarium serta omentum (salpingo-oofarektomi bilateral dan omentektomi) adalah prosedur standar unruk penyakit tahap dini Terapi radiasi dan implantasi fosfor 32 (32P) interperitoneal, isotop radioaktif, dapat dilakukan setelah pembedahan Kemoterapi dengan preparat tunggal atau multiple tetapi biasanya termasuk cisplantin, sikofosfamid, atau karboplatin juga digunakan Paklitaksel (Taxol) merupakan preparat yang berasal dari pohon cemara pasifik, bekerja dengan menyebabkan mikrotubulus di dalam sel-sel untuk berkumpul dan mencegah pemecahan struktur yang mirip benang ini. Secara umum, sel-sel tidak dapat berfungsi ketika mereka terlilit dengan mikrotubulus dan mereka tidak dapat membelah diri. Karena medikasi ini sering menyebabkan leucopenia, pasien juga harus minum G-CSF (factor granulosit koloni stimulating) Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada penderita dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat menyebabkan pecahnya dinding kista akibat bagian yang diduga asites ternyata kista yang memenuhi rongga perut. 8 Pengeluaran cairan asites hanya dibenarkan apabila penderita mengeluh sesak akibat desakan pada diafragma 9 B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Pengkajian yang dilakukan meliputi : A. Identitas pasien B. Status kesehatan saat ini, yang meliputi : Alasan kunjungan/keluhan utama, faktor pencetus, lamanya keluhan, timbulnya keluhan, upaya yang telah dilakukan Riwayat Keperawatan, meliputi : Riwayat obstetrik : riwayat menstruasi (menarche, banyaknya, HPHT, Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu) Riwayat keluarga berencana : apakah melaksanakan KB, Jenis kontrasepsi yang digunakan, sejak kapan menggunakan kontrasepsi, masalah yang terjadi Riwayat kesehatan : penyakit yang pernah dialami ibu, pengobatan yang didapat, riwayat penyakit keluarga Kebutuhan dasar Khusus a. Pola nutrisi : kaji frekuensi makan, nafsu makan, jenis makanan rumah, makanan yang tidak disukai b. Pola eliminasi : kaji pola BAK (frekuensi, warna, keluhan saat BAK), pola BAB (frekuensi, warna, keluhan saat BAB) c. Pola personal hygiene : kaji oral hygiene, kebersihan rambut, kebersihan tubuh d. Pola istirahat dan tidur : Kaji lama tidur, kebiasaan sebelum tidur, keluhan saat tidur e. Pola aktivitas dan latihan f. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan g. Pola perceptual h. Pola persepsi diri i. Pola seksual dan reproduksi j. Pola peran-hubungan k. Pola manajemen koping stress l. Sistem nilai dan keyakinan 10 Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umun pasien, kesadaran, tekanan darah, respirasi, berat badan Mata : Meliputi pemeriksaan kelopak mata, gerakan mata, konjungtiva, sclera, pupil, akomodasi. Hidung : meliputi pemeriksaan reaksi alergi, sinus,dll. Mulut dan tenggorokan : kaji adanya mual, kesulitan menelan Dada dan aksila : kaji adanya pembesaran mammae Pernafasan : kaji jalan nafas, suara nafas, kaji adanya penggunaan otot bantu pernafasan Sirkulasi jantung : kaji kecepatan denyut apical, irama, kelainan bunyi jantung, sakit dada Abdomen : kaji adanya asites Genitourinaria : kaji adanya massa pada rongga pelvis Ekstremitas : kaji turgor kulit Data penunjang Laboratorium USG Rontgen Terapi yang didapat 2. Diagnosa keperawatan Nyeri kronis berhubungan dengan nekrosis jaringan pada ovarium akibat penyakit kanker ovarium Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan pada vesika urinaria Nausea berhubungan dengan ovarium (kanker bermetastasis dg invasi ke abdomen) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan Risiko perdarahan berhubungan dengan hyperplasia endometrium 11 Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (metastase sel kanker ke bagian tubuh yang lain) 3. Rencana keperawatan No Diagnosa keperawatan 1 Nyeri kronis b/d nekrosis jaringan pada ovarium akibat penyakit kanker ovarium Tujuan Intervensi NOC : Paint Management 1. Lakukan Pain level Pain control pengkajian nyeri Comfort level secara Kriteria hasil : komprehensif Mampu termasuk lokasi, mengontrol nyeri karakteristik, Melaporkan bahwa durasi, frekuensi nyeri berkurang kualitas dan faktor dengan prepitasi menggunakan 2. Lakukan teknik manajemen nyeri pengurangan nyeri Mampu mengenali nyeri (skala, nonfarmakologis intensitas, (nafas dalam) frekuensi dan 3. Kontrol tanda nyeri) lingkungan yang Menyatakan rasa dapat nyaman setelah mempengaruhi nyeri berkurang nyeri seperti suhu, pencahayaan dan § kebisingan Analgesic Administration 4. Cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi 5. Cek riwayat alergi 6. Berikanan analgesik sesuai ketentuan 7. Hindari aspirin atau senyawanya Rasional 1. Menentukan tindakan selanjutnya 2. Sebagai analgesik tambahan 3. Untuk menambah kenyamanan pasien 4. Agar tidak terjadi kesalahan dalam memberikan obat 5. Untuk mengetahui riwayat alergi pasien terhadap obat 6. Untuk mengurangi rasa sakit 7. Karena aspirin meningkatkan kecenderungan pendarahan 12 2 Gangguan NOC eliminasi urine b/d Urinary elimination penekanan pada Urinary vesika urinaria Contiunence Kriteria Hasil Kandung kemih kosong secara penuh Tidak ada residu urine > 100-200 cc Intake cairan dalam rentang normal Bebas dari ISK Tidak ada spasme bladder Balance cairan seimbang 1. Catat keluaran urine, selidiki penurunan / penghentian aliran urine tiba-tiba 2. Kaji pola berkemih (frekuensi dan jumlahnya). Bandingkan haluaran urine dan masukan cairan serta catat berat jenis urine 3. Observasi dan catat warna urine. Perhatikan ada / tidaknya hematuria 4. Observasi adanya bau yang tidak enak pada urine (bau abnormal) 5. Dorong peningkatan cairan dan pertahankan pemasukan akurat 6. Awasi tanda vital. Kaji nadi perifer, turgor kulit, pengisian kapiler, dan membran mukosa 7. Kolaborasi : Siapkan untuk tes diagnostik, prosedur penunjang sesuai indikasi 8. Kolaborasi : Pantau nilai BUN dan kreatinin 1. Penurunan aliran urine tiba-tiba dapat mengindikasikan adanya obstruksi / disfungsi pada traktus urinarius 2. Identifikasi kerusakan fungsi vesika urinaria akibat metastase sel-sel kanker pada bagian tersebut 3. Penyebaran kanker pada traktus urinarius (salah satunya di vesika urinaria) dapat menyebabkan jaringan di vesika urinaria mengalami nekrosis sehingga urine yang keluar berwarna merah karena bercampur dengan darah 4. Identifikasi tanda - tanda infeksi pada jaringan traktus urinarius 5. Mempertahankan hidrasi dan aliran urine baik 6. Indikator keseimbangan cairan dan menunjukkan tingkat hidrasi 7. Pemeriksaan diagnostik dan penunjang misalnya pemeriksaan retrograd dapat 13 8. 3 Nausea berhubungan dengan kanker ovarium (kanker bermetastasis dg invasi ke abdomen),efek kemoterapi NOC Nausea and Vomiting Control Nausea &vomiting severity Kriteria hasil Pasien dapat menghindari faktor penyebab nausea dengan baik Pasien melakukan acupressure point P6 untuk mencegah mengurangi mual Pasien mengatakan tidak mual Pasien mengatakan tidak muntah Tidak ada peningkatan sekresi saliva Nausea Management 1. Lakukan pengkajian lengkap rasa mual termasuk frekuensi, durasi, tingkat mual, dan faktor yang menyebabkan pasien mual. 2. Evaluasi efek mual terhadap nafsu makan pasien, aktivitas seharihari, dan pola tidur pasien 3. Ajnurkan makan sedikit tapi sering dan dalam keadaan hangat 4. Anjurkan pasien mengurangi jumlah makanan yang bisa 1. 2. 3. 4. 5. 6. digunakan untuk mengevaluasi tingkat infiltrasi kanker pada traktus urinarius sehingga dapat menjadi dasar untuk intervensi selanjutnya Kadar BUN dan kreatinin yang abnormal dapat menjadi indikator kegagalan fungsi ginjal sebagai akibat komplikasi metastase sel-sel kanker pada traktus urinarius hingga ke organ ginjal. Mengidentifikasi keefektifan intervensi yang diberikan Mengidentifikasi pengaruh mual terhadap kualitas hidup pasien. Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan menegah mual Untuk menghindari terjadinya mual Untuk menghindari efek mual Membantu mengurangi efek mual dan menegah muntah 14 4 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek kemoterapi NOC Adaptation to Physical Disability Body Image Kriteria Hasil Mampu beradaptasi dengan keterbatasan fungsional Puas dengan penampilan tubuh Mampu menyesuaikan dengan perubahan fungsi tubuh menimbulkan mual. 5. Berikan istirahat dan tidur yang adekuat untuk mengurangi mual 6. Lakukan akupresure point P6 3 jari dibawah pergelangan tangan pasien. Lakukan selama 2-3 menit setiap 2 jam selama kemoterapi. 7. Kolaborasi pemberian antiemetik : ondansentron 4 mg IV jika mual 7. Menurangi mual dengan aksi sentralnya pada hipotalamus Body Image Enhancement 1. Bantu klien untuk mengenali tindakan yang akan meningkatkan penampilannya 2. Fasilitasi hubungan klien dengan individu yang mengalami perubahan citra tubuh yang serupa 3. Identifikasi dukungan kelompok yang tersedia untuk klien 4. Fasilitasi lingkungan dan aktifitas yang akan meningkatkan 1. Untuk meningkatkan percaya diri klien 2. Untuk meningkatkan percaya diri dan semangat klien 3. Untuk mengetahui kekuatan pribadi klien 4. Agar klien bisa melakukan aktivitas 5. Memantau kondisi klien 15 harga diri klien 5. Monitor tingkat harga diri klien dari waktu ke waktu dengan tepat 4 Ansietas berhubungan perubahan status kesehatan NOC Anxiety level Kriteria Hasil Kecemasan pada klien berkurang Anxiety Reduction 1. Mendengarkan penyebab kecemasan klien dengan penuh perhatian 2. Observasi tanda verbal dan non verbal dari kecemasan klien Calming Technique 3. Menganjurkan keluarga untuk tetap mendampingi klien 4. Mengurangi atau menghilangkan rangsangan yang menyebabkan kecemasan pada klien 1. Klien dapat mengungkapkan penyebab kecemasannya sehingga perawat dapat menentukan tingkat kecemasan klien dan menentukan intervensi untuk klien selanjutnya. 2. Mengobservasi tanda verbal dan non verbal dari kecemasan klien dapat mengetahui tingkat kecemasan yang klien alami. 3. Dukungan keluarga dapat memperkuat mekanisme koping klien sehingga tingkat ansietasnya berkurang 4. Pengurangan atau penghilangan rangsang penyebab kecemasan dapat 16 5 6 Risiko perdarahan berhubungan dengan hyperplasia endometrium Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (metastase sel kanker ke bagian tubuh yang lain) meningkatkan ketenangan pada klien dan mengurangi tingkat kecemasannya untuk mengetahui kondisi perdarahan pasien kadar Hb mempengaruhi kondisi pasien untuk memantau kondisi pasien secara tepat untuk membantu mengurangi pendarahan untuk mempercepat pemulihan kondisi pasien NOC Blood lose severity Blood koagulation Kriteria Hasil: Tidak ada hematuria dan hematemesis Kehilangan darah yang terlihat Tekanan darah dalam batas normal sistol dan diastole Tidak ada perdarahan pervagina Tidak ada distensi abdominal Hemoglobin dan hematrokrit dalam batas normal Plasma, PT, PTT dalam batas normal Bleeding precautions 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan 2. Catat nilai Hb dan HT sebelum dan sesudah terjadìnya perdarahan 3. Monitor TTV 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake makanan yang banyak mengandung vitamin K 5. Kolaborasi dalam pemberian produk darah 1. NOC Immune Status Knowledge : Infection control Risk control Kriteria Hasil Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain 2. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan 3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan 4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat 1. untuk mencegah terjadinya penularan penyakit 2. agar tangan tetap steril terbebas dari bakteri 3. untuk mencegah terjadinya infeksi nosocomial 4. sebagai alat pelindung diri dari infeksi 2. 3. 4. 5. 17 mempengaruhi penularan serta penatalaksanaanny a Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi Jumlah leukosit dalam batas normal pelindung 5. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat 6. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local 7. Monitor hitung granulosit, WBC 5. untuk mencegah kontaminasi 6. untuk mengetahui tanda dan gejala infeksi 7. granulosit dan WBC dapat digunakan sebagai indikator terjadinya infeksi 4. Impelmentasi Melaksanakan tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang sudah dirumusakan untuk memenuhi kebutuhan pasien 5. Evaluasi Melakukan evaluasi terhadap kondisi pasien setelah di berikan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan sebelumnya, apakah dari tujuan yang direncakan dapat tercapai atau tidak 18 BAB III PENUTUP A. Simpulan Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun biologis yang beraneka ragam. Penyebab pasti dari penyakit ini tidak diketahui.Kanker ovarium cepat menyebar per intraperitoneum melalui pertambahan ukuran setempat atau penyebaran benih permukaan, dan terkadang melalui aliran limfe dan aliran darah. Metastasis ke ovarium dapat terjadi dari kanker payudara, kolon, lambung, dan pankreas. B. Saran Telatnya diagnosa kanker ovarium karena tanda dan gejala yang samar-samar membuat kanker ini disebutsilent killer. Namun kita dapat mencegah terjadinya kanker ovarium dengan pola hidup yang bersih dan sehat. Selain itu, dengan mengatur pola makan kita akan mengurangi resiko terjadinya kanker. 19 DAFTAR PUSTAKA Garcia, Agustin. 2010. Kanker Ovarium, (online) Dalam : (http://emedecine.medscape.com./article/433779-overview), Diakses pada tanggal 4 November 2018 Nurarif, Amin Huda & Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta : Nuha Medika PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan : DPP PPNI Price. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6. Jakarta : EGC Smeltzer. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Volume 3. Jakarta : EGC 20