Subsistem Penanganan Pasca Panen (Hilir) pada PT Agro Dwipa Investindo tahun 2013. Kegiatan pasca penen dimulai pada tahap pengangkutan, sortasi, grading, pengemasan, penyimpanan serta pengiriman 1. Pengangkutan Pengangkutan adalah kegiatan membawa bunga dari greenhouse ke tempat pengemasan secara hati-hati agar bunga tidak mengalami kerusakan. Bungabunga yang sudah dipindahkan ke ruang pengemasan kemudian dikumpulkan berdasarkan varietasnya dan wilayah produksi green house. Mengingat mawar adalah salah satu jenis bunga potong yang sangat rentan dan memiliki sifat tidak tahan lama, maka setelah bunga mawar dipanen perlu segera dipindahkan ke ruang penyimpanan bunga mawar yang dengan suhu yang telah diatur sehingga kesegaran bunga mawar yang telah dipanen tetap terjaga. Gambar 1. Pengangkutan hasil panen pada PT Agro Dwipa Investindo tahun 2013 2. Sortasi Pada saat awal proses pemanenan kegiatan sortasi dan grading sangat menentukan dalam pembentukan serta penentuan harga yang akan ditawarkan. Sortasi adalah memisahkan individu, satuan atau populasi dari suatu populasi tanaman berdasarkan kriteria performance tertentu yang meliputi jenis, ukuran, warna kondisi kesehatan dan lain sebagainya. Bunga mawar yang telah dipanen dibersihkan dari daun dan duri dengan mengggunakan kain dengan menyisakan tiga sampai empat tangkai dari bunga mawar. Setelah semua dilakukan mawarmawar tersebut dipisahkan dari bentuk fisik yang dilihat dari ukuran standar batang yang dimilikinya. Gambar 2. Perautan daun mawar pada PT Agro Dwipa Investindo tahun 2013 3. Grading Setelah dilakukannya proses sortasi pada bunga mawar yang telah dipanen, mawarmawar tersebut kemudian dipisahkan berdasarkan standar panjang yang telah ditentukan oleh PT ADI. Standar panjang tangkai bunga mawar potong yang telah ditetapkan oleh PT ADI adalah Grade A dengan ukuran 70 – 80 cm, Grade B dengan ukuran 50 – 60 cm, dan Grade C dengan ukuran 40 cm (PT Agro Dwipa Investindo, 2013). Penetapan Grade yang telah ditetapkan oleh PT ADI berdasarkan ukuran panjang dan ukuran tangkai bunga mawar yang ditetapkan oleh ASBINDO. Gambar 3. Penyusunan bunga mawar potong hasil grading pada PT Agro Dwipa Investindo tahun 2013 4. Packaging Proses pengemasan bunga mawar potong dilakukan untuk menjaga kondisi fisik bunga mawar agar tidak megalami kerusakan pada saat pengangkutan ke kantor pusat dan pengiriman kepada konsumen atau pelanggan. Bunga mawar yang telah melalu tahap sorasi dan grading, kemudian dikemas dengan menggunakan kertas putih polos. Untuk jumlah bunga mawar pada setiap ikatnya berisi 20 tangkai lalu diberi nama sesuai dengan jenis, ukuran bunga mawar dan tanggal panen. Gambar 4. Pembungkusan hasil grading pada PT Agro Dwipa Investindo tahun 2013 5. Penyimpanan Bunga mawar yang telah dikemas dan telah diberi nama dan dipisahkan berdasarkan jenis dan ukuran standa bunga mawar kemudian disimpan dalam cool storage dengan suhu yang berkisar antara 160 -18o C sebelum kemudian dipasarkan kepada konsumen. Bungabunga yang telah siap untuk disimpan akan diletakan di dalam aquarium yang telah diisi oleh air berkisar ± 5 cm hingga bagian bawah tangkai bunga terendam air guna menjaga kesegaran bunga yang telah dikemas. Untuk menjaga kebersihan dan mencegah kebusukan pada batang bunga mawar maka diperlukan penggantian air pada akuarium secara berkala yaitu setiap empat hari sekali dan tangkai bunga bagian bawah dipotong berkisar 1 cm guna mempermudah penyerapan air sehingga dapat air dapat terserap secara optimal. Gambar 5. Penyusunan bunga mawar di dalam ruang pendingin pada PT Agro Dwipa Investindo tahun 2013 6. Pengiriman Proses kegiatan terakhir didalam penanganan pasca penen merupakan proses pengiriman bunga mawar. Bunga mawar yang telah dikemas dan telah disimpan kedalam ruangan penyimpanan berupa cool storage dikirimkan ke kantor pusat PT ADI di Jakarta. Setelah itu, didistribusikan kepada konsumen dan pelanggan. Kegiatan pengambilan bunga mawar PT ADI dilakukan setiap hari Selasa, Kamis dan minggu, sedangkan untuk pengiriman bunga kepada konsumen dilakukan setiap hari tergantung pada pemesanan. Pada saat pengambilan atau pendistribusian bunga mawar, PT ADI menggunakan mobil cool box untuk menjaga kesegaran bunga. Dalam kegiatan proses pengiriman, bunga tersebut harus dijaga tingkat kesegarannya dan mendapatkan perlakuan khsusus agar tidak mengalami kerusakan pada saat pengiriman. Bunga-bunga yang akan dikirimkan dan sebelum diangkut kedalam cool box bunga mawar diletakan pada ember besar yang berisi air dengan ketinggian berkisar 5-10 cm dan disusun dengan rapi, setelah sampai ke kantor pusat akan dilakukan perlakuan yang sama dengan menyimpannya ke dalam cool storage sehingga kesegaran bunga akan tetap terjaga. Gambar 6. Pengangkutan bunga mawar potong pada PT Agro Dwipa Investindo tahun 2013 Analisis Aspek Finansial Produksi Bunga Mawar Potong pada PT Agro Dwipa Investindo tahun 2013 Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengukur jumlah dana yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha dan jumlah dana yang diperoleh dari hasil usaha. Hasil pengukuran tersebut kemudian dianalisis dengan kriteria penilaian investasi. PT Agro Dwipa Investindo ingin membandingkan hasil panen bunga mawar potong dengan penggunaan greenhouse tradisional (skenario I), greenhouse modern (skenario II) dan kombinasi keduanya (skenarioIII). Biaya investasi, biaya operasional dan penerimaan pada ketiga skenario tersebut akan berbeda. Akurasi hasil analisis kelayakan finansial kedtiga skenario tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. Arus Penerimaan (Inflow) Penerimaan Penjualan Penerimaan pada pengembangan bunga mawar potong pada PT Agro Dwipa Investindo diperoleh dari peningkatan penjualan produksi. Penerimaan yang diperoleh PT ADI terdiri dari penjualan hasil panen bunga mawar potong yang telah dikelompokkan menjadi Grade A, Grade B dan Grade C. Seluruh Grade yang dihasilkan PT ADI diserap baik oleh pasar karena dibandingkan dengan bunga mawar potong yang dihasilkan petani lain, bunga mawar potong PT ADI memiliki kualitas yang lebih baik. Penerimaan yang diperoleh pada skenario pertama dapat dilihat pada Tabel 8. Bunga mawar dijual dalam bentuk ikat di mana satu ikat berisi 20 tangkai mawar potong. Menurut Pak Fachrun selaku kepala kebun, pada Greenhouse bambu kualitas yang paling banyak dihasilkan adalah Grade B yaitu sebanyak 50 persen, sedangkan untuk Grade A sebanyak 40 persen dan Grade C sebanyak 10 persen. Tabel 1. Penerimaan penjualan bunga mawar potong skenario I pada PT Agro Dwipa Investindo Penerimaan bunga mawar potong dengan menggunakan greenhouse modern (skenario II) lebih tinggi jika dibandingkan dengan greenhouse tradisional. Hal tersebut karena adanya perbedaan tingkat kegagalan panen pada kedua skenario tersebut. Pada skenario I tingkat kegagalan mencapai 10 persen, sedangkan pada skenario II tingkat kegagalan hanya sebesar 3 persen. Selain itu, persentase hasil panen yang diperoleh juga berbeda. Pada skenario I, persentase hasil panen yang paling besar terdapat pada Grade B yaitu mencapai 50 persen dari total panen, sedangkan pada skenario II terdapat pada Grade A sebesar 70 persen dari total panen. Periode I pada skenario memiliki penerimaan paling kecil dibandingkan kedua periode setelahnya, hal tersebet dikarenan pada tahun pertama di periode satu terdapat persiapan lahan budidaya, dari pembangunan greenhouse, pembuatan bedengan hingga penanaman. Penerimaan PT ADI pada skenario II dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Penerimaan penjualan bunga mawar potong skenario II pada PT Agro Dwipa Investindo Penerimaan bunga mawar potong dengan menggunakan skenario III, di mana GH 2, GH 4 dan GH 5menggunakan greenhouse bambu sedangkan untuk GH 6 dan GH 7 menggunakan greenhouse besi memiliki penerimaan lebih rendah dibandingkan skenario II dan lebih tinggi dibandingkan skenario I. Tingkat kegagalan panen pada skenario III sebesar lima persen. Selain itu, persentase hasil panen juga berbeda dengan kedua skenario sebelumnya. Pada skenario III, persentase hasil panen yang paling besar adalah Grade A yaitu sebesar 52 persen, Grade B sebesar 40 persen dan untuk Grade C sebesar 8 persen. Penerimaan PT ADI dengan menggunakan skenario III dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Penerimaan penjualan bunga mawar potong skenario III pada PT Agro Dwipa Investindo a. Nilai Sisa (Salvage Value) Barang modal yang digunakan dalam kegiatan operasional akan mengalami penyusutan yang dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Nilai sisa (salvage value) pada pengembangan produksi bunga mawar potong pada PT Agro Dwipa Investindo terbagi menjadi dua antara lain nilai sisa yang dihitung secara joint cost dan nilai sisa yang dihitung pada saat reinvestasi dilakukan. Secara keseluruhan greenhouse yang dimiliki oleh PT ADI ada tujuh greenhouse dengan total tanaman yang ada sebanyak 66 134 tanaman dan yang akan dikembangkan sebanyak 50 489 tanaman. Dari total tanaman dan jumlah tanaman yang akan dikembangkan diperoleh besaran joint cost sebesar 76 persen. Pada kegiatan ini, nilai sisa PT ADI diasumsikan habis atau nol. b. Arus Pengeluaran (Outflow) Biaya investasi Biaya investasi adalah biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan d an pada saat tertentu untuk memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian. Salah satu biaya yang dikeluarkan dalam biaya investasi adalah bibit bunga mawar potong. Tanaman pada PT ADI diperoleh sendiri dengan menggunakan teknik okulasi. Bibit bunga mawar potong yang dibutuhkan dalam memulihkan kondisi perusahaan sebanyak 50 489 tanaman mawar. Stump mawar yang dibutuhkan lebih banyak dari jumlah tanaman yang akan dikembangkan yaitu sebanyak 55 538 stump mawar karena tingkat kegagalan dalam kegiatan okulasi mencapai 10 persen. Dalam 1 batang bunga mawar dapat diperoleh paling sedikit lima mata entres, oleh karena itu dibutuhkan 11 108 batang yang memiliki mata entres. Setiap tenaga kerja yang melakukan okulasi diberi nilai Rp 300 per tanaman. Perincian biaya okulasi dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perincian biaya okulasi yang dikeluarkan PT Agro Dwipa Investindo Biaya investasi lainnya antara lain biaya pembangunan greenhouse, media tanam, peralatan pertanian serta biaya investasi bersama yang diperhitungkan sebagai biaya joint cost sebesar 76 persen. Nilai joint cost diperoleh dari jumlah tanaman bunga yang akan dikembangan dibagi dengan total keseluruhan tanaman yang ada di lokasi budidaya. Greenhouse yang terbuat dari bambu mengeluarkan biaya sebesar Rp82 535 per meter, sedangkan untuk greenhouse modern yang terbuat dari besi dan kaca sebesar Rp450 000 per meter. Perincian biaya investasi skenario I dapat dilihat pada Tabel 5 Tabel 5. Biaya Investasi bunga mawar potong skenario I pada PT Agro Dwipa Investindo Biaya Operasional 1. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan setiap tahun tanpa dipengaruhi oleh kuantitas produksi yang dihasilkan. Tabel berikut menjelaskan biaya tetap pada pengembangan bunga mawar potong pada PT Agro Dwipa Investindo. Biaya tetap pada skenario I dan skenario II memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut terdapat pada biaya pemeliharaan. Pada greenhouse bambu, biaya pemeliharaan mencapai 50 persen dari biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan greenhouse tersebut, sedangkan pada greenhouse modern, biaya yang dikeluarkan hanya sebesar 3 persen dari biaya investasi greenhouse modern, yaitu sebesar Rp81 000 000 per tahun. Terdapat beberapa biaya tetap yang dihitung dengan menggunakan joint cost, antara lain sewa kantor dan listrik yang berlokasi di Jakarta, gaji tenaga kerja diluar karyawan yang memiliki tanggung jawab terhadap greenhouse, biaya sosial, pajak kendaraan dan pajak bumi dan bangunan. Sewa lahan dihitung Rp10 000 per meter sehingga total biaya per tahun sebesar Rp60 000 000. Tabel 6. Biaya tetap budidaya bunga mawar potong skenario I pada PT Agro Dwipa Investindo Biaya tetap dari tahun kedua hingga kelima pada skenario I dan skenario II memiliki jumlah yang sama, namun pada tahun pertama jumlah biaya tetapnya lebih rendah karena biaya tenaga kerja tetap untuk setiap greenhouse baru dikeluarkan pada bulan keempat yaitu pada saat dimulainya kegiatan produksi. 2. Biaya Variabel Biaya variabel yang dikeluarkan berbanding lurus terhadap peningkatan jumlah produksi. Pada skenario I dan skenario II, memiliki biaya variabel yang sama, karena jumlah tanaman mawar potong dan luas setiap greenhouse yang akan dibangun memiliki jumlah yang sama. Tabel 7 menunjukkan biaya variabel pada pengembangan bunga mawar potong pada PT ADI. Tabel 7. Biaya variabel budidaya bunga mawar potong pada PT Agro Dwipa Investindo Biaya variabel yang dikeluarkan pada tahun pertama lebih rendah dibandingkan dengan tahun kedua hingga kelima karena pada tahun pertama biaya 60 variabel dikeluarkan pada bulan keempat, pada saat dimulainya kegiatan penanaman dan perawatan bunga mawar potong, sehingga pada tahun pertama biaya variabel yang dikeluarkan sebesar Rp177 871 723.