Uploaded by arief.consult

Model of PLN Power Purchase Agreement

advertisement
PERJANJIAN PEMBELIAN TENAGA LISTRIK
DARI
PLTM ………………………………..
…….. x ………… MW
ANTARA
PT PLN (PERSERO) WILAYAH …………
DAN
PT. …………..……………………
DAFTAR ISI
PASAL 1
PASAL 2
PASAL 3
PASAL 4
PASAL 5
PASAL 6
PASAL 7
PASAL 8
PASAL 9
PASAL 10
PASAL 11
PASAL 12
PASAL 13
PASAL 14
PASAL 15
PASAL 16
PASAL 17
PASAL 18
PASAL 19
PASAL 20
PASAL 21
PASAL 22
PASAL 23
PASAL 24
PASAL 25
PASAL 26
PASAL 27
PASAL 28
Definisi
Ruang Lingkup dan Pelaksanaan
Periode Perjanjian
Hak dan Tanggungjawab Para Pihak
Pengembangan Proyek
Pencapaian Tanggal Pembiayaan
Pengujian dan Komisioning
Operasi dan Pemeliharaan
Pembelian Energi Listrik dan Prosedur Transaksi
Harga Energi Listrik
Penagihan dan Pembayaran
Keterlambatan TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT
Sistem Pengukuran, Kalibrasi dan Monitoring
Asuransi
Ganti Rugi dan Pembebasan Dari Tuntutan
SEBAB KAHAR
Perpanjangan Periode Perjanjian
Pengalihan Perjanjian
Pengakhiran Perjanjian
Pajak dan Pungutan
Perlindungan Lingkungan
Bahasa dan Hukum yang Belaku
Amandemen
Penyelesaian Perselisihan
Kerahasiaan
Alamat dan Perwakilan Para Pihak
Lain – Lain
Penutup
LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C
LAMPIRAN D
LAMPIRAN E
LAMPIRAN F
LAMPIRAN G
LAMPIRAN H
DESKRIPSI PROYEK, SISTEM PENGUKURAN, FASILITAS KHUSUS
BATASAN TEKNIS
JADWAL PROYEK
DOKUMEN PENDUKUNG
PERHITUNGAN PEMBAYARAN
PERSYARATAN DAN PROSEDUR LINGKUNGAN
PROSEDUR SERAH TERIMA
KONSEKUENSI PENGAKHIRAN
PERJANJIAN PEMBELIAN TENAGA LISTRIK
ANTARA
PT PLN (PERSERO) WILAYAH …………………..
DAN
PT. .................................................
UNTUK
PLTM …………………………………..
...... x …………. MW
Nomor
PEMBELI
:
……………………………..………….
Nomor
PENJUAL
:
………………....................................
Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik ini ditandatangani pada hari ............. tanggal …………........
bulan ………........ Tahun Dua Ribu .................. (......-........- ............), antara :
PT PLN (PERSERO) WILAYAH …………………………………
Suatu Perseroan Terbatas yang didirikan dan dibentuk berdasarkan peraturan perundang
– undangan RI, dalam hal ini diwakili oleh ………………........ , selaku General Manager
PT PLN (Persero) Wilayah/Distribusi ……………............, berdasarkan Surat Kuasa Umum
No. .................. tanggal ............................, beralamat di …………….........., bertindak untuk
dan atas nama PT PLN (Persero) Wilayah/Distribusi ……………............, yang selanjutnya
disebut PEMBELI.
PT ………………………………………………………..
Suatu Perseroan Terbatas yang didirikan berdasarkan Akta Notaris [Nomor] [nama
Notaris], dalam hal ini diwakili oleh [nama Direktur Utama], selaku Direktur Utama,
berkedudukan di [alamat], bertindak untuk dan atas nama PT [Pengembang], yang
selanjutnya dalam Perjanjian ini disebut PENJUAL.
Untuk selanjutnya dalam Perjanjian ini, PEMBELI dan PENJUAL masing-masing disebut
sebagai “PIHAK“ dan secara bersama-sama disebut sebagai “PARA PIHAK”, terlebih dahulu
menerangkan hal – hal sebagai berikut:
1.
Bahwa dalam rangka diversifikasi energi dan memenuhi kebutuhan beban di daerah /
sistem ..............., PEMBELI memerlukan tambahan pasokan tenaga listrik dan bermaksud
untuk membeli tenaga listrik dari PENJUAL.
2.
Bahwa PENJUAL telah mendapat Surat Penetapan Pengelola Tenaga Air untuk
Pembangkit Listrik dari Dirjen EBTKE Nomor : ………………........ tanggal .......................
yang menetapkan PENJUAL sebagai pengelola tenaga air untuk pembangkit listrik yang
dihasilkan oleh PLTM ………………........... dengan kapasitas terpasang ............... MW
(....... x ….......... MW), yang terletak di daerah/sistem ………..............., dan PENJUAL
akan melakukan desain, pendanaan, pembangunan, serta memiliki dan mengoperasikan
Pembangkit tersebut.
3.
Bahwa PENJUAL bersedia untuk menjual dan menyerahkan tenaga listrik kepada
PEMBELI, dan PEMBELI bersedia untuk membeli dan menerima penyerahan tenaga
listrik yang dijual dan dihasilkan dari PLTM ……………………............... milik PENJUAL.
Bahwa dalam rangka pembangunan dan pengembangan PLTM ……………………., maka telah
dipenuhi ijin-ijin dan persyaratan sebagai berikut :
1.
Surat Ijin Lokasi dari Pemda Propinsi/Kabupaten ………………………………… kepada PT
…………….…………… dengan No ……………………………………, tanggal ....................
2.
Surat Penetapan Pengelola Tenaga Air untuk Pembangkit Listrik dari Dirjen EBTKE
Nomor ………….……………………, tanggal ……………….
3.
Surat Ijin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) Sementara dari Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan atas nama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
………………..……………….. tanggal ……………..
4.
Feasibility Study PLTM ……………………... dengan kapasitas terpasang ..... x …….. MW.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, PARA PIHAK sepakat untuk mengadakan Perjanjian
Pembelian Tenaga Listrik PLTM ……………..………….. dengan kapasitas daya terpasang .......
x
............
(selanjutnya
MW
di
disebut
Kabupaten/Kota
“PERJANJIAN”),
…………………..........
dengan
Provinsi
ketentuan-ketentuan
sebagaimana dirumuskan dalam PASAL-PASAL berikut :
……………….........
dan
syarat-syarat
PASAL 1
DEFINISI DAN INTERPRETASI
1. BULAN adalah periode dimulai dari jam 00.00 Waktu Indonesia Setempat pada hari
pertama suatu bulan kalender dan berakhir pada jam 24.00 pada hari terakhir bulan
kalender yang sama.
2. DEKLARASI PRODUKSI TAHUNAN (DPT) adalah jumlah yang dinyatakan akan
diproduksi (dalam MWh) oleh PENJUAL dan akan disampaikan kepada PEMBELI pada
bulan September tahun berjalan untuk produksi 1 (satu) TAHUN FISKAL berikutnya dan
dilakukan selama WAKTU PERJANJIAN ini. DEKLARASI PRODUKSI TAHUNAN terdiri
dari PROYEKSI PRODUKSI BULANAN selama 1 tahun sebagaimana dinyatakan pada
PASAL 8 ayat 4.
3. DJK adalah Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral.
4. EBTKE adalah Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi,
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
5. ENERGI LISTRIK adalah jumlah energi listrik (dalam kWh) yang dikirim dari
PEMBANGKIT milik PENJUAL ke TITIK TRANSAKSI.
6. ENERGI LISTRIK TERUKUR adalah energi listrik yang disalurkan dari PENJUAL ke
PEMBELI yang terukur dan direkam oleh SISTEM PENGUKURAN.
7. FASILITAS INTERKONEKSI adalah semua hak tanah, material, peralatan dan fasilitas
yang dipasang untuk tujuan menghubungkan PEMBANGKIT dengan JARINGAN MILIK
PEMBELI melalui TITIK INTERKONEKSI termasuk namun tidak terbatas pada
interkoneksi listrik, switching, metering, sistem proteksi, sistem komunikasi dan sistem
keselamatan sebagaimana dijelaskan pada Lampiran A.
8. FASILITAS KHUSUS adalah jaringan yang dirancang, didanai, dibangun, diuji dan
dikomisioning oleh PENJUAL dari PEMBANGKIT sampai TITIK INTERKONEKSI,
termasuk FASILITAS INTERKONEKSI, sebagaimana dijelaskan pada Lampiran G dan
akan diserahkan kepada PEMBELI sesuai Prosedur Serah Terima pada Lampiran G.
PEMBELI akan memiliki, mengoperasikan dan memelihara FASILITAS KHUSUS.
9. GWh adalah Giga Watt hour.
10. HARI KALENDER adalah suatu kurun waktu yang lamanya 24 (dua puluh empat) jam
yang dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat dan berakhir pada pukul 24.00 waktu
setempat hari yang sama.
11. HARI KERJA adalah semua hari kecuali Sabtu, Minggu dan Hari lainnya yang di Republik
Indonesia adalah Libur Resmi atau hari dimana Institusi Perbankan Indonesia
diperbolehkan untuk tidak beroperasi.
12. IJIN adalah ijin yang dikeluarkan oleh INSTITUSI PEMERINTAH (Pusat, Provinsi atau
Daerah) dan ijin lain yang diperlukan untuk mengembangkan dan membangun Proyek
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
13. IJIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (IUPTL) adalah ijin untuk melakukan
usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum.
14. INSTITUSI PEMERINTAH adalah Departemen, Kementerian, Pemerintah Daerah, Badan
Pemerintah dan Institusi yang ditunjuk untuk menjalankan fungsi pemerintahan di Wilayah
Republik Indonesia.
15. JARINGAN MILIK PEMBELI adalah jaringan distribusi listrik dan fasilitas yang terkait
yang digunakan untuk mendistribusikan Listrik PEMBELI ke konsumen setelah TITIK
INTERKONEKSI dan dimiliki oleh PEMBELI.
16. KOMISIONING adalah rangkaian kegiatan pemeriksaan dan pengujian suatu instalasi
dan peralatan baru, untuk membuktikan apakah spesifikasi dan sistem operasi instalasi
dan peralatan baru yang diperiksa dan diuji, baik individual maupun secara sistem,
sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan yang dituangkan dalam kontrak atau pabrikan
yang telah disepakati, sehingga dapat dinyatakan siap untuk operasi komersial.
17. KONTRAKTOR adalah kontraktor atau konsultan yang ditunjuk oleh PENJUAL untuk
melakukan seluruh pekerjaan sehubungan dengan, antara lain, pengoperasian,
pemeliharaan, pengelolaan, dan pengadaan barang untuk keperluan pembangunan
PEMBANGKIT milik PENJUAL
18. kV adalah kilo-Volt.
19. kW adalah kilo-Watt.
20. kWh adalah kilo-Watt-hour.
21. MW adalah Mega-Watt.
22. MWh adalah Mega-Watt-hour.
23. PEMBANGKIT adalah sebagaimana diuraikan pada Lampiran A.
24. PERIODE TAGIHAN adalah :
i. Periode yang dihitung sejak TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT
sampai dengan tanggal terakhir dari bulan pada saat TANGGAL OPERASI
KOMERSIAL PEMBANGKIT; dan
ii. Setiap Bulan kalender berturut-turut sesudah itu; dan
iii. Periode waktu dimulai dari tanggal pertama bulan terakhir PERJANJIAN sampai
dengan tanggal terakhir PERJANJIAN, atau, apabila PERJANJIAN ini diakhiri lebih
awal sesuai dengan syarat-syarat dari PERJANJIAN ini, berarti periode waktu
dimulai dari tanggal pertama bulan dimana PERJANJIAN ini diakhiri sampai dengan
tanggal yang disepakati untuk pengakhiran PERJANJIAN.
25. PERIODE PERJANJIAN adalah sebagaimana dijelaskan pada PASAL 3 PERJANJIAN
ini.
26. PIHAK LAIN adalah pihak selain PEMBELI dan PENJUAL yang memiliki hubungan
dengan pelaksanaan pembangunan, pengembangan maupun pengoperasian
Pembangkit.
27. PROTAP (Prosedur Tetap) adalah Prosedur Tetap Operasi, Transaksi dan Setelmen
yang dibuat dan disepakati PARA PIHAK.
28. PROYEKSI PRODUKSI BULANAN (PPB) adalah jumlah yang dinyatakan akan
diproduksi (dalam MWh) oleh PENJUAL untuk setiap BULAN sebagaimana tercantum
pada DEKLARASI PRODUKSI TAHUNAN.
29. RUPIAH (Rp) adalah Mata Uang resmi Republik Indonesia.
30. SERTIFIKAT UJI LAIK OPERASI adalah keterangan tertulis layak operasi yang
diterbitkan oleh Kementerian ESDM cq. DJK atas rekomendasi Lembaga Inspeksi Teknik
yang terakreditasi.
31. SISTEM PENGUKURAN adalah semua meteran, alat pengukuran dan peralatan terkait
yang digunakan untuk mengukur dan mencatat pengiriman dan penerimaan atas
ENERGI LISTRIK pada TITIK TRANSAKSI sebagaimana diuraikan pada Lampiran A.
32. TAGIHAN adalah dokumen penagihan untuk pembayaran dalam mata uang Rupiah atas
penyaluran Tenaga Listrik untuk setiap PERIODE TAGIHAN.
33. TANGGAL PEMBIAYAAN adalah tanggal di mana syarat kondisi preseden untuk
TANGGAL PEMBIAYAAN sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Lampiran D telah
tercapai dan dibuat Berita Acara Pencapaian TANGGAL PEMBIAYAAN.
34. TANGGAL PENUTUPAN PEMBIAYAAN adalah tanggal ditandatanganinya perjanjian
pembiayaan (senior debt) untuk keseluruhan dana yang diperlukan (di luar equity) bagi
pengembangan proyek yang sumber pendanaannya dari pinjaman.
Bagi PENJUAL yang menggunakan sumber pendanaan seluruhnya dari equity, maka
TANGGAL PENUTUPAN PEMBIAYAAN adalah tanggal dinyatakannya bukti kepemilikan
equity untuk keseluruhan dana pengembangan proyek berdasarkan dokumen laporan
keuangan yang teraudit dan surat pernyataan dari PENJUAL serta bukti rekening khusus
(project account) minimal 50 % (lima puluh persen) dari total biaya investasi pembangunan
PEMBANGKIT.
35. TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT adalah tanggal pertama kali
ENERGI LISTRIK yang dihasilkan PEMBANGKIT mulai disalurkan ke TITIK
INTERKONEKSI, terhitung sejak terbitnya SERTIFIKAT UJI LAIK OPERASI, yang akan
dinyatakan dalam Berita Acara TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT.
Sebagai acuan, TARGET TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT adalah
selambat lambatnya 27 (dua puluh tujuh) bulan setelah TANGGAL PEMBIAYAAN sesuai
yang ditetapkan dalam PASAL 5 ayat 7.
36. TANGGAL PENANDATANGANAN adalah tanggal dimana PERJANJIAN ini
ditandatangani
dan
semua
syarat
kondisi
preseden
untuk
TANGGAL
PENANDATANGANAN
pada
Lampiran
D
terpenuhi.
Sejak
TANGGAL
PENANDATANGANAN, kewajiban-kewajiban tertentu sesuai PASAL 3.4 diberlakukan.
37. TANGGAL MULAI KONSTRUKSI adalah tanggal saat PENJUAL menerbitkan dan
menyerahkan surat pernyataan dimulainya konstruksi kepada PEMBELI yang dibuktikan
dengan :
a. salinan Surat Perintah Kerja (SPK) dari PENJUAL kepada KONTRAKTOR untuk
memulai pembangunan PEMBANGKIT; atau
b. pekerjaan pembukaan dan persiapan lahan untuk PEMBANGKIT telah dimulai,
yang dapat diverifikasi oleh PEMBELI dengan kunjungan lapangan. PENJUAL
setiap saat harus memberikan akses ke lapangan kepada PEMBELI.
38. TAHUN FISKAL adalah periode 12 (dua belas) bulan berturut-turut dimulai dari tanggal
1 Januari jam 00:00 waktu setempat dan berakhir pada tanggal 31 Desember jam 24:00
waktu setempat.
39. TARGET TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT adalah target waktu
tercapainya TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT sebagaimana tercantum
dalam Lampiran C.
40. TITIK
INTERKONEKSI
adalah
titik
dimana
FASILITAS
INTERKONEKSI
menghubungkan JARINGAN MILIK PEMBELI dengan FASILITAS KHUSUS.
41. TITIK TRANSAKSI adalah titik fisik yang disepakati PARA PIHAK sebagai tempat
dipasang SISTEM PENGUKURAN. TITIK TRANSAKSI ditetapkan oleh PEMBELI
berdasarkan Grid Connection Study yang merupakan bagian dari laporan Pra Studi
Kelayakan atau Studi Kelayakan yang disampaikan oleh PENJUAL.
42. TAHUN berarti jangka waktu 12 (dua belas) bulan berturut-turut dengan bulan pertama
dimulai pukul 00.00 waktu Indonesia setempat pada hari pertama bulan berikutnya
setelah TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT dan berakhir pukul 24.00
waktu Indonesia setempat pada hari terakhir dari bulan kedua belas dimana Tahun
berikutnya dimulai pada hari anniversary COD.
43. GOOD UTILITY PRACTICE berarti, pada waktu tertentu, praktek-praktek, metode dan
bertindak sebagai sesuai dengan standar kehati-hatian yang berlaku untuk bidang
pembangkitan lisrik tenaga air dan Utiliti yang seharusnya diharapkan untuk mencapai
hasil yang diinginkan dengan untuk mencapai tingkat keandalan dan keamanan yang
wajar.
44. UNIT adalah gabungan peralatan utama yang terdiri dari turbin, generator dan gardu
induk termasuk peralatan bantu lainnya sehingga pembangkit dapat beroperasi sesuai
kriteria yang telah ditetapkan.
PASAL 2
TUJUAN DAN LINGKUP PERJANJIAN
1. PENJUAL akan mengembangkan dan membangun PEMBANGKIT dengan kapasitas
terpasang …. UNIT x …… MW di ……. Provinsi …… termasuk merancang, merekayasa,
pendanaan, konstruksi, pengujian dan komisioning, temasuk SISTEM PENGUKURAN
sesuai Lampiran A.
2. PENJUAL akan memelihara dan mengoperasikan PEMBANGKIT sesuai dengan
PROTAP yang sudah disepakati PARA PIHAK.
3. PENJUAL akan membangun FASILITAS KHUSUS berupa jaringan dan FASILITAS
INTERKONEKSI yang menghubungkan PEMBANGKIT ke TITIK INTERKONEKSI, yang
mencakup merancang, merekayasa, pendanaan, konstruksi, pengujian dan komisioning
sesuai dengan spesifikasi teknis pada Lampiran A.
4. PENJUAL setuju untuk menjual semua ENERGI LISTRIK yang dihasilkan dari
PEMBANGKIT dan mengirimkan ke TITIK TRANSAKSI kepada PEMBELI dan PEMBELI
setuju untuk membeli ENERGI LISTRIK yang dihasilkan dari PEMBANGKIT pada TITIK
TRANSAKSI sesuai dengan syarat dan kondisi yang dinyatakan dalam PERJANJIAN.
5. Pembelian ENERGI LISTRIK sebagaimana dinyatakan dalam ayat 4 PASAL ini harus
dilakukan berdasarkan syarat dan kondisi sebagaimana dinyatakan dalam PASAL 9
PERJANJIAN dan sesuai dengan syarat dan kondisi yang dinyatakan dalam
PERJANJIAN.
6. Pembelian ENERGI LISTRIK sebagaimana dinyatakan dalam ayat 4 PASAL ini harus
berdasarkan harga per kWh sebagaimana ditetapkan sebagai Harga ENERGI LISTRIK
pada PASAL 10 PERJANJIAN ini dan berdasarkan syarat dan kondisi yang dinyatakan
dalam PERJANJIAN.
PASAL 3
PERIODE PERJANJIAN
1. PERJANJIAN ini mulai berlaku efektif sejak TANGGAL PEMBIAYAAN selama PERIODE
PERJANJIAN, kecuali diakhiri lebih awal berdasarkan syarat dan kondisi yang
dinyatakan dalam PERJANJIAN ini dengan tunduk pada PASAL 3 ayat 4.
2. PERIODE PERJANJIAN adalah 240 (dua ratus empat puluh) bulan dimulai dari jam
00:00 waktu Indonesia setempat hari pertama bulan setelah tercapainya TANGGAL
OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT dan berakhir jam 24:00 waktu Indonesia
setempat hari terakhir bulan ke 240.
3. Pada saat berakhirnya PERJANJIAN, PARA PIHAK dapat melakukan kesepakatan baru
berdasarkan syarat dan kondisi serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
4. Kewajiban-kewajiban tertentu yang berlaku sejak TANGGAL PENANDATANGANAN dan
syarat tangguh untuk TANGGAL PEMBIAYAAN :
a. Kewajiban-kewajiban yang berlaku sejak TANGGAL PENANDATANGANAN :
Disamping melaksanakan PASAL 3 ayat 4 butir b PERJANJIAN ini, persyaratanpersyaratan dan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam PASAL 4 ayat 2 butir a,
f, k dan l, PASAL 19 ayat 1 butir a dan c, PASAL 19 ayat 6 butir a, PASAL 19 ayat 7,
dan PASAL 24, 25 dan 27 sepanjang diperlukan secara wajar sebelum TANGGAL
PEMBIAYAAN atau sebagaimana ditetapkan lain dalam PERJANJIAN ini, akan
berlaku penuh pada dan sejak TANGGAL PENANDATANGAN.
b. Syarat tangguh :
Kecuali sebagaimana diatur dalam PASAL 3 ayat 4 butir a, kewajiban-kewajiban
PARA PIHAK berdasarkan PERJANJIAN ini sepenuhnya berlaku sejak tanggal pada
saat mana Berita Acara TANGGAL PEMBIAYAAN sebagaimana diatur dalam
PASAL 6 ayat 2 telah ditandatangani secara bersama-sama oleh PARA PIHAK,
dengan ketentuan persyaratan-persyaratan tersebut telah dipenuhi dalam jangka
waktu 18 (delapan belas) bulan sejak TANGGAL PENANDATANGANAN.
PASAL 4
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK
Kewajiban dan tanggung jawab masing-masing PIHAK termasuk namun tidak terbatas pada:
1. Kewajiban dan Tanggung Jawab PEMBELI :
a. PEMBELI wajib membeli ENERGI LISTRIK yang dihasilkan dari PEMBANGKIT milik
PENJUAL
sesudah
TANGGAL
OPERASI
KOMERSIAL
PEMBANGKIT
PEMBANGKIT sebagaimana dijelaskan pada PASAL 9 dan sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam Perjanjian ini.
b. PEMBELI wajib melakukan pembayaran kepada PENJUAL atas ENERGI LISTRIK
TERUKUR sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PERJANJIAN ini.
c. PEMBELI bertanggung jawab untuk menjaga keandalan dan memelihara fasilitas
JARINGAN MILIK PEMBELI untuk menerima dan menyalurkan ENERGI LISTRIK
dari PENJUAL
Kewajiban dan Tanggung Jawab PEMBELI sebagaimana dinyatakan pada ayat 1 (a), (b)
dan (c) hanya berlaku ketika syarat kondisi TANGGAL PEMBIAYAAN pada Lampiran D
dipenuhi.
2. Kewajiban dan Tanggung Jawab PENJUAL:
a. PENJUAL bertanggung jawab atas pembiayaan, pembangunan, pengembangan,
kepemilikan dan pengoperasian serta pemeliharaan PEMBANGKIT dengan
kapasitas terpasang .... UNIT x ...... MW (termasuk Switchyard dan fasilitas-fasilitas
pendukung lainnya) dan SISTEM PENGUKURAN, sesuai uraian dalam Lampiran A,
termasuk namun tidak terbatas pada ketentuan untuk memenuhi persyaratan dan
standar yang berlaku di Indonesia.
b. PENJUAL bertanggung jawab atas pembiayaan, pembangunan, FASILITAS
KHUSUS berupa jaringan listrik sepanjang …. km dan FASILITAS INTERKONEKSI
yang menghubungkan PEMBANGKIT ke TITIK INTERKONEKSI, yang mencakup
perancangan, enjiniring, pendanaan, konstruksi, pengujian dan komisioning sesuai
dengan spesifikasi teknis pada Lampiran A.
c. PENJUAL wajib menjual dan menyalurkan semua ENERGI LISTRIK yang dihasilkan
PEMBANGKIT kepada PEMBELI sebagaimana diatur dalam PERJANJIAN ini,
kecuali ditentukan lain dikemudian hari dengan kesepakatan PARA PIHAK.
d. PENJUAL dengan usaha terbaiknya (best effort) berkewajiban untuk menjaga
keberlangsungan / kontinuitas penjualan ENERGI LISTRIK kepada PEMBELI sesuai
dengan syarat dan kondisi PASAL-PASAL pada PERJANJIAN ini, kecuali dinyatakan
lain sesuai dengan kesepakatan PARA PIHAK pada masa yang akan datang.
e. PENJUAL bertanggung jawab mengurus semua perizinan dan/atau persetujuan
pemerintah, termasuk perpanjangan dan/atau perubahannya yang diperlukan untuk
pelaksanaan pembangunan, pengoperasian, dan pemeliharaan PEMBANGKIT
termasuk pengurusan izin kepemilikan tanah.
f. PENJUAL bertanggung jawab mengelola dan membina tenaga kerja sesuai
Ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Kecelakaan kerja yang yang dialami
oleh operator atau petugas PENJUAL atau PIHAK LAIN menjadi beban dan
tanggung jawab PENJUAL.
g. PENJUAL bertanggung jawab atas semua masalah hukum (termasuk namun tidak
terbatas pada klaim, gugatan dan/atau tuntutan PIHAK LAIN baik masalah Hak atas
Kekayaan Intelektual (HAKI), perizinan, dampak lingkungan dan sebagainya) efektif
sejak TANGGAL PENANDATANGANAN serta membebaskan PEMBELI dari
tuntutan-tuntutan PIHAK LAIN yang tidak berkaitan dengan kewajiban PEMBELI
dalam PERJANJIAN ini.
h. Penunjukan KONTRAKTOR tidak membebaskan PENJUAL dari kewajiban dan
tanggung jawab sesuai PERJANJIAN ini.
i. PENJUAL bertanggung jawab untuk melaksanakan tanggung jawab sosial
(Corporate Social Responsibility / CSR) atas lingkungan Proyek.
j. PENJUAL menyampaikan Jaminan Pelaksanaan kepada PEMBELI dalam bentuk
bank garansi yang diterbitkan oleh Bank Umum atau Bank asing yang beroperasi di
Indonesia (tidak termasuk Bank Perkreditan Rakyat dan Bank yang termasuk dalam
daftar hitam/pengawasan), terdiri atas :
I. Jaminan Pelaksanaan Tahap I sebesar Rp …………,- (………….)*, yang
disampaikan oleh PENJUAL kepada PEMBELI sebelum atau pada saat
TANGGAL PENANDATANGANAN, dengan masa berlaku 19 (sembilan belas)
bulan sejak TANGGAL PENANDATANGANAN dan akan dikembalikan setelah
TANGGAL PEMBIAYAAN tercapai.
II. Jaminan Pelaksanaan Tahap II sebesar Rp ……….- (…………)**, yang
disampaikan oleh PENJUAL kepada PEMBELI pada saat TANGGAL
PEMBIAYAAN tercapai dan berlaku sejak TANGGAL PEMBIAYAAN sampai
dengan 1 (satu) bulan setelah TARGET TANGGAL OPERASI KOMERSIAL
PEMBANGKIT dan akan dikembalikan setelah TANGGAL OPERASI
KOMERSIAL PEMBANGKIT tercapai.
Jaminan Pelaksanaan Tahap II akan diperpanjang berdasarkan jadwal
perpanjangan sebagaimana dimaksud PASAL 12 dan apabila perpanjangan
tersebut diberikan maka masa berlaku Jaminan Pelaksanaan Tahap II harus
diperpanjang sampai dengan 1 (satu) bulan setelah akhir masa perpanjangan.
k. PENJUAL akan membangun dan mengoperasikan PEMBANGKIT berdasarkan skema
Build Operate and Own (BOO) dengan opsi beli bagi PEMBELI sebagaimana diatur
dalam Lampiran H.
l. Selama PERIODE PERJANJIAN, PENJUAL harus memenuhi syarat dan kondisi yang
diperlukan sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Nomor 12 Tahun 2014.
m. PENJUAL berkewajiban penuh untuk membuat perencanaan teknis, membangun
PEMBANGKIT yang dapat disinkronkan dengan JARINGAN MILIK PEMBELI.
PASAL 5
Sesuai Kepdir 305 Tahun 2010 :
*
Minimal 2 % dari nilai transaksi penjualanPEMBANGUNAN
kWh selama 1 (satu) tahun PEMBANGKIT
**
Minimal 5 % dari nilai transaksi penjualan kWh selama 1 (satu) tahun
1. Dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya IUPTL, PENJUAL harus
mencapai TANGGAL MULAI KONSTRUKSI. Dalam hal terjadi keterlambatan
pencapaian TANGGAL MULAI KONSTRUKSI maka ketentuan dalam PASAL 10 ayat 2
akan diberlakukan.
2. Tercapainya TANGGAL MULAI KONSTRUKSI ditandai dengan penerbitan dan
penyerahan surat pernyataan dimulainya konstruksi oleh PENJUAL kepada PEMBELI
yang dibuktikan dengan :
a. salinan Surat Perintah Kerja (SPK) dari PENJUAL kepada KONTRAKTOR untuk
memulai pembangunan PEMBANGKIT; atau
b. pekerjaan pembukaan dan persiapan lahan untuk PEMBANGKIT telah dimulai, yang
dapat diverifikasi oleh PEMBELI dengan kunjungan lapangan. PENJUAL setiap saat
harus memberikan akses ke lapangan kepada PEMBELI.
yang dituangkan dalam Berita Acara TANGGAL MULAI KONSTRUKSI dan
ditandatangani oleh PARA PIHAK
3. PENJUAL
melaksanakan
pembangunan
PEMBANGKIT
termasuk
SISTEM
PENGUKURAN sesuai dengan uraian sebagaimana tercantum dalam Lampiran A
PERJANJIAN ini.
4. PENJUAL harus membangun jaringan sepanjang ± ..... km termasuk FASILITAS
INTERKONEKSI sebagaimana diuraikan pada Lampiran A sesuai Standard yang berlaku
di Indonesia.
5. PARA PIHAK setuju pembangunan PEMBANGKIT akan dilakukan atau dilaksanakan
oleh PENJUAL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) PASAL ini sesuai
ketentuan batasan teknis dalam Lampiran B Perjanjian ini, yang dapat diubah,
dimodifikasi, diganti maupun disesuaikan sepanjang memenuhi persyaratan-persyaratan
teknis yang berlaku setelah disepakati PARA PIHAK.
6. PENJUAL wajib memenuhi ketentuan standard PLN yang relevan dan terkait dengan
pembangunan PEMBANGKIT.
7. Pembangunan PEMBANGKIT sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini harus
diselesaikan oleh PENJUAL sesuai TARGET TANGGAL OPERASI KOMERSIAL
PEMBANGKIT dalam jangka waktu maksimum 27 (dua puluh tujuh) bulan terhitung sejak
TANGGAL PEMBIAYAAN sesuai Lampiran C PERJANJIAN ini.
PASAL 6
PENCAPAIAN TANGGAL PEMBIAYAAN
1. PENJUAL harus mencapai TANGGAL PEMBIAYAAN dalam waktu selambat-lambatnya
18 (delapan belas) bulan dari TANGGAL PENANDATANGANAN.
2. Tercapainya TANGGAL PEMBIAYAAN ditandai dengan terpenuhinya syarat tangguh
dan kondisi sebagai berikut yang dituangkan dalam Berita Acara TANGGAL
PEMBIAYAAN dan ditandatangani oleh PARA PIHAK:
a. Seluruh dokumen pada Lampiran D butir 3 Perjanjian ini telah berlaku efektif.
b. Seluruh perizinan dan persetujuan dari Instansi Berwenang telah dipenuhi.
c. TANGGAL PENUTUPAN PEMBIAYAAN telah tercapai.
3. Dalam hal TANGGAL PEMBIAYAAN tidak tercapai, maka PERJANJIAN ini berakhir dan
PEMBELI berhak mencairkan Jaminan Pelaksanaan Tahap I dan melaksanakan
ketentuan sebagaimana dinyatakan dalam PASAL 19 PERJANJIAN ini.
PASAL 7
PENGUJIAN DAN KOMISIONING
1. Pengujian dan KOMISIONING dilakukan untuk uji sinkron PEMBANGKIT terhadap
JARINGAN MILIK PEMBELI.
2. Sebelum PEMBANGKIT dioperasikan interkoneksi dengan JARINGAN MILIK PEMBELI,
harus dilakukan pengujian dan KOMISIONING terhadap peralatan PEMBANGKIT
dengan ketentuan sebelum dilakukan pengujian dan KOMISIONING, koordinasi relay
proteksi antara PEMBANGKIT dengan JARINGAN MILIK PEMBELI sudah harus
dilakukan.
3. PENJUAL harus memberitahukan/ menyampaikan kepada PEMBELI selambatlambatnya 30 (tiga puluh) HARI KALENDER sebelum KOMISIONING, meliputi jadwal,
prosedur uji dan apabila berlaku dokumen pendukung yang resmi dari lembaga yang
berwenang terkait kandungan lokal sebagaimana ditentukan dalam PERJANJIAN ini.
4. Pengujian unjuk kerja PEMBANGKIT dan uji keandalan (reliability test) harus
dilaksanakan dengan pengawasan Badan Usaha Pemegang Izin Usaha Penunjang
Kelistrikan Bidang Inspeksi Teknik yang telah diakreditasi oleh Lembaga Akreditasi
dalam rangka KOMISIONING PEMBANGKIT.
5. Pengujian individu peralatan PEMBANGKIT dapat dilaksanakan sendiri oleh PENJUAL,
dan hasil uji tersebut disampaikan kepada PEMBELI.
6. PENJUAL dapat melaksanakan interkoneksi ke sistem PEMBELI setelah PENJUAL
mendapatkan rekomendasi laik sinkron yang dikeluarkan oleh Badan Usaha Pemegang
Izin Usaha Penunjang Kelistrikan Bidang Inspeksi Teknik yang telah diakreditasi oleh
Lembaga Akreditasi.
7. Apabila diperlukan, PEMBELI dapat menyalurkan listrik ke PENJUAL dengan tarif sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan PENJUAL telah membayar seluruh biaya yang
disyaratkan untuk penyambungan.
PASAL 8
PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN PEMBANGKIT
1. Saat operasi awal:
a. Pengoperasian PEMBANGKIT ke Sistem JARINGAN MILIK PEMBELI dilaksanakan
setelah memperoleh SERTIFIKAT UJI LAIK OPERASI yang diterbitkan oleh Badan
Usaha Pemegang Izin Usaha Penunjang Kelistrikan Bidang Inspeksi Teknik yang
terakreditasi.
b.
Setelah memperoleh SERTIFIKAT UJI LAIK OPERASI sebagaimana dimaksud
dalam butir a PASAL ini dan Surat Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik maka
PENJUAL akan melaksanakan operasi PEMBANGKIT secara komersial. Tanggal
dimulainya operasi ini ditetapkan sebagai TANGGAL OPERASI KOMERSIAL
PEMBANGKIT dan dibuat Berita Acara Operasi Komersial Pembangkit yang
ditandatangani oleh PARA PIHAK.
2. Penyelesaian lebih awal PEMBANGKIT :
Jika PENJUAL dapat menyelesaikan dan mengoperasikan PEMBANGKIT lebih awal dari
batas waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam PASAL 5 ayat 7
PERJANJIAN ini dengan pemberitahuan tertulis kepada PEMBELI 6 (Enam) bulan
sebelum pengoperasian lebih awal, maka PEMBELI harus membeli ENERGI LISTRIK
yang dihasilkan oleh PEMBANGKIT dengan dibuatkan Berita Acara Pengoperasian
Lebih Awal yang ditandatangani oleh PARA PIHAK.
3. Ketentuan Pengoperasian dan Pemeliharaan
a. PENJUAL harus mengoperasikan dan memelihara PEMBANGKIT dan seluruh
fasilitasnya sesuai dengan prosedur yang ditentukan dan disepakati PARA PIHAK
dan berdasarkan GOOD UTILITY PRACTICES.
b. PARA PIHAK melakukan penyetelan relay pengaman untuk pengaturan koordinasi
peralatan pengaman PEMBANGKIT dengan peralatan pengaman pada JARINGAN
MILIK PEMBELI sehingga dapat berinterkoneksi dengan baik pada JARINGAN
MILIK PEMBELI.
c. Untuk pemeliharaan terencana, PENJUAL harus memberitahu secara tertulis
kepada PEMBELI 15 (lima belas) HARI KALENDER sebelumnya, termasuk
perkiraan lama keluar.
d. Jika terjadi gangguan pada PEMBANGKIT yang mengakibatkan terhentinya
penyaluran ENERGI LISTRIK oleh PENJUAL, PENJUAL harus menyampaikan
pemberitahuan kepada PEMBELI sedikitnya 1 x 24 jam setelah terjadinya gangguan
yang disebabkan oleh keluar darurat yang terjadi pada PEMBANGKIT milik
PENJUAL.
e. Jika gangguan sebagaimana pada butir d diatas memerlukan perbaikan lebih dari 1 x
24 jam, PENJUAL harus memberitahukan kepada PEMBELI perkiraan waktu yang
diperlukan untuk mengoperasikan kembali PEMBANGKIT.
f. Penunjukan KONTRAKTOR tidak membebaskan PENJUAL dari kewajiban dan
tanggung jawab sesuai PERJANJIAN.
4. Tata Cara Operasi
a. 1 (satu) bulan sebelum TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT, PENJUAL
menyampaikan DEKLARASI PRODUKSI TAHUNAN kepada PEMBELI untuk sisa
TAHUN FISKAL pada tahun tersebut (tahun ke 0), dimulai pada tanggal 1 bulan
pertama setelah TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT sampai dengan
bulan Desember tahun tersebut.
DEKLARASI PRODUKSI TAHUNAN ini tidak termasuk DEKLARASI PRODUKSI
TAHUNAN dalam tabel DEKLARASI PRODUKSI TAHUNAN sebagaimana
tercantum dalam Lampiran A.
Kecuali jika TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT tercapai pada bulan
Desember tahun ke 0, maka PENJUAL menyampaikan DEKLARASI PRODUKSI
TAHUNAN untuk tahun ke 1
b. Untuk tahun berikutnya, pada setiap bulan September TAHUN FISKAL berjalan,
PENJUAL harus menyampaikan Rencana Profil Pembangkitan untuk tahun
berikutnya kepada PEMBELI.
DEKLARASI PRODUKSI TAHUNAN yang tercantum dalam Profil Pembangkitan ini
adalah sesuai contoh tabel pada Lampiran A.
5. Profil Pembangkitan
PROFIL PEMBANGKITAN terdiri dari periode bulanan selama 12 (dua belas) bulan
TAHUN FISKAL dan harus mencakup:
a.
b.
c.
Jadwal Keluar terencana dan Pemeliharaan terencana selama 1 (satu) TAHUN
FISKAL.
DEKLARASI PRODUKSI TAHUNAN yang terdiri dari PROYEKSI PRODUKSI
BULANAN untuk setiap BULAN pada TAHUN FISKAL tersebut.
Kondisi dan kinerja PEMBANGKIT yang mencakup namun tidak terbatas pada:
kesiapan PEMBANGKIT dan status terkini dari seluruh peralatan yang mempengaruhi
kesiapan pembangkitan dan penyaluran listrik
6. PENJUAL harus menyediakan dan memasang perangkat telekomunikasi sesuai dengan
standar PEMBELI sebagaimana dijelaskan pada Lampiran A. PARA PIHAK harus saling
menginformasikan secara lisan dan tulisan pada kondisi operasi dan harus melakukan
komunikasi sesuai dengan PROTAP.
7. Selama masa PERJANJIAN ini, perwakilan yang berwenang dari PEMBELI berhak setiap
waktu dan dengan alasan yang jelas sebelumnya, memiliki akses ke PEMBANGKIT milik
PENJUAL sebagaimana disebutkan dalam PERJANJIAN ini, termasuk ruang kontrol dan
FASILITAS INTERKONEKSI, untuk pembacaan dan pemeliharaan meter dan melakukan
semua ulasan inspeksi, pemeliharaan, pelayanan dan operasional yang mungkin
diperlukan untuk memfasilitasi kinerja PERJANJIAN ini.
PASAL 9
PEMBELIAN ENERGI LISTRIK DAN PROSEDUR TRANSAKSI
1. Ketentuan Pembelian Listrik dan Transaksi
a. ENERGI LISTRIK yang dikirim oleh PENJUAL pada saat pengujian dan
KOMISIONING dan uji penerimaan sebagaimana dinyatakan PASAL 7 ayat 1 dan
PASAL 8 ayat 1 PERJANJIAN ini tidak dianggap sebagai pelaksanaan jual beli dan
PEMBELI tidak mempunyai kewajiban untuk membayar ENERGI LISTRIK tersebut.
b. Dalam hal sebelum TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT tercapai
PENJUAL telah dapat menyelesaikan KOMISIONING UNIT (atau UNIT – UNIT) dan
memperoleh SERTIFIKAT UJI LAIK OPERASI serta dapat beroperasi komersial,
maka PEMBELI wajib membayar ENERGI LISTRIK TERUKUR yang dihasilkan dari
UNIT (atau UNIT – UNIT) .
c. Mulainya operasi komersial yang dinyatakan dengan Berita Acara Operasi
Komersial Pembangkit dan ditandatangani oleh PARA PIHAK sebagaimana
diuraikan pada PASAL 8 ayat 1 atau PASAL 8 ayat 2 PERJANJIAN ini harus
dianggap sebagai mulainya pembelian ENERGI LISTRIK dari PENJUAL ke
PEMBELI.
2. Kondisi Khusus untuk PENJUAL
a. PENJUAL dapat menghentikan atau mengurangi pengiriman ENERGI LISTRIK
kepada PEMBELI berdasarkan Profil Pembangkitan jika:
i. Ada pekerjaan pemeliharaan sebagaimana dijadualkan dalam Profil
Pembangkitan sebagaimana dinyatakan pada PASAL 8 ayat 5 PERJANJIAN ini.
ii. Adanya keadaan darurat /SEBAB KAHAR.
b. PENJUAL tidak dapat menghentikan atau mengurangi penyaluran ENERGI LISTRIK
kepada PEMBELI, dengan tujuan pengalihan penyaluran ENERGI LISTRIK tersebut
untuk pemakaian PENJUAL sendiri atau kepada PIHAK LAIN.
c. Sebelum memulai penghentian sementara atau pengurangan penyaluran ENERGI
LISTRIK sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 butir a PASAL ini, maka PENJUAL
d.
harus menyampaikan atau memberitahukan kepada PEMBELI sekurang-kurangnya
30 (tigapuluh) Hari Kalender sebelumnya, pemberitahuan ini harus berisi penjelasan
penyebab penghentian serta prakiraan dimulai dan jangka waktu lamanya
penghentian, kecuali jika terjadi keadaan darurat diluar kemampuan PENJUAL.
Apabila PENJUAL memerlukan energi listrik untuk pemakaian sendiri pada saat
sebelum dan selama masa konstruksi, serta selama masa operasi, jika ada,
termasuk untuk pemeliharaan atau perbaikan gangguan (pada saat mesin
PEMBANGKIT milik PENJUAL tidak dapat dioperasikan), maka PENJUAL dapat
mengajukan permohonan kepada PEMBELI untuk menyalurkan energi listrik
tersebut. Untuk penggunaan energi listrik tersebut, biaya penyambungan dan jenis
tarif yang akan dikenakan akan ditentukan oleh PEMBELI sesuai ketentuan yang
berlaku.
3. Kondisi Khusus PEMBELI
a. PEMBELI harus menyampaikan Rencana Pemeliharaan Sistem PEMBELI yang akan
mempengaruhi penyaluran ENERGI LISTRIK dari PENJUAL, kepada PENJUAL
secara tertulis sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) Hari Kalender sebelum jadwal
pemeliharaan. PEMBELI harus menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada paling
lambat .... (…..) hari dalam hal terjadi gangguan.
b. PEMBELI dapat menghentikan sementara atau mengurangi penyaluran ENERGI
LISTRIK dari PENJUAL jika :
i.
Adanya pekerjaan pemeliharaan terencana pada sistem milik PEMBELI
sebagaimana dimaksud pada ayat 3 butir a PASAL ini.
ii.
Sistem milik PEMBELI mengalami gangguan yang membutuhkan pemeliharaan
/ perbaikan.
iii.
Adanya keadaan darurat / SEBAB KAHAR
PASAL 10
HARGA ENERGI LISTRIK
1. Harga ENERGI LISTRIK
a. PEMBELI dan PENJUAL sepakat bahwa harga ENERGI LISTRIK TERUKUR pada
TITIK TRANSAKSI sebagaimana dimaksud dalam PASAL 2 ayat 6 PERJANJIAN ini
adalah :
(i) Rp ....... per kWh untuk Tahun ke-1 sampai dengan Tahun ke-8 sejak TANGGAL
OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT; dan
(ii) Rp ....... per kWh untuk Tahun ke-9 sampai dengan Tahun ke-12 sejak
TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT
sebagaimana dimaksud dalam PASAL 9 ayat (1) PERJANJIAN ini.
b. Harga ENERGI LISTRIK TERUKUR sebagaimana dimaksud dalam butir a dan b
sudah termasuk biaya pengadaan jaringan penyambungan dari PEMBANGKIT ke
JARINGAN MILIK PEMBELI dan berlaku tetap tanpa eskalasi.
2. Dalam hal terjadi keterlambatan TANGGAL MULAI KONSTRUKSI yang bukan
dikarenakan SEBAB KAHAR, maka sanksi penurunan harga diterapkan pada harga
ENERGI LISTRIK TERUKUR untuk 8 (delapan) tahun pertama sebagaimana dimaksud
dalam PASAL 10 ayat 1 butir a (i) dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Keterlambatan sampai dengan 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya IUPTL dikenakan
penurunan harga sebesar 1% (satu persen);
b. Keterlambatan lebih dari 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam) bulan sejak
diterbitkannya IUPTL dikenakan penurunan harga sebesar 2% (dua persen); dan
c. Keterlambatan lebih dari 6 (enam) bulan sejak diterbitkannya IUPTL dikenakan
penurunan harga sebesar 3% (tiga persen).
3. Dalam hal terjadi keterlambatan TANGGAL MULAI KONSTRUKSI yang bukan
dikarenakan SEBAB KAHAR melebihi 15 (lima belas) bulan sejak diterbitkannya IUPTL,
maka Penetapan PENJUAL sebagai Pengelola Tenaga Air untuk Pembangkit Listrik
akan dicabut oleh Dirjen EBTKE dan diberlakukan sanksi sebagaimana ditentukan dalam
Peraturan Menteri ESDM No. 12 Tahun 2014.
4. Penurunan harga sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 PASAL ini wajib dituangkan
dalam Amandemen PERJANJIAN.
PASAL 11
PENAGIHAN DAN PEMBAYARAN
1. PENJUAL akan menyampaikan TAGIHAN terinci untuk setiap PERIODE TAGIHAN
kepada PEMBELI dengan perhitungan sesuai dengan ketentuan Lampiran F dari
PERJANJIAN ini dan PEMBELI akan membayar kepada PENJUAL TAGIHAN sesuai
yang jatuh tempo menggunakan Rekening atas nama PENJUAL pada :
Nama
Nama Bank
Nomor Rek.
: ..........
: ……...
: ………
2. Pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) PASAL ini akan dilakukan setiap
bulan oleh PEMBELI kepada PENJUAL selambat-lambatnya 15 (lima belas) Hari Kerja
terhitung sejak PEMBELI menerima Surat Permintaan Pembayaran yang lengkap, benar
dan tidak cacat dari PENJUAL.
3. Pengajuan pembayaran kepada PEMBELI akan dilakukan oleh PENJUAL sesuai dengan
Lampiran F.
4. Dokumen Penagihan :
Surat Permintaan Pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) PASAL ini harus
dilengkapi dengan dokumen-dokumen antara lain :
a. Surat Permohonan Pembayaran
b. Kwitansi 3 (tiga) rangkap;
c. Asli Berita Acara JUMLAH ENERGI YANG DIPERHITUNGKAN
d. Berita Acara Pembayaran
e. Salinan Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik untuk pembayaran pertama kali;
5. Apabila permintaan pembayaran dari PENJUAL kepada PEMBELI belum dilengkapi baik
seluruhnya maupun sebagian dari dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud dalam
ayat (4) PASAL ini, maka PEMBELI akan memberitahukan kepada PENJUAL dalam
waktu paling lambat 5 (lima) Hari Kerja sejak surat permintaan pembayaran diterima oleh
PEMBELI.
6. Apabila PEMBELI melakukan keterlambatan pembayaran sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2), maka PEMBELI harus membayar biaya keterlambatan untuk setiap Hari Kerja
keterlambatan pembayaran sebesar 0,2 ‰ (dua per sepuluh ribu) per hari dengan batas
maksimum 1% dari nilai tagihan terhitung sejak tanggal jatuh tempo sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) PASAL ini.
7. Perselisihan Pembayaran
Dalam hal salah satu PIHAK memperselisihkan sebagian atau seluruh dari JUMLAH
ENERGI LISTRIK YANG DIPERHITUNGKAN termasuk untuk pembayaran atas
TAGIHAN yang sebelumnya tidak dipermasalahkan, maka:
a. PIHAK yang memperselisihkan dapat mengajukan permasalahan tersebut kepada
Ahli berdasarkan ketentuan pada PASAL 24 PERJANJIAN ini.
b. PEMBELI harus membayar jumlah TAGIHAN yang tidak diperselisihkan kepada
PENJUAL
c. Untuk sisa bagian TAGIHAN yang diperselisihkan akan dibayarkan setelah tercapai
kesepakatan atau ketetapan.
PASAL 12
KETERLAMBATAN TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT
1. Apabila PENJUAL mengalami keterlambatan pencapaian TANGGAL OPERASI
KOMERSIAL PEMBANGKIT yang diakibatkan karena tidak dapat diselesaikannya
pekerjaan pembangunan PEMBANGKIT, yaitu UNIT secara keseluruhan sesuai batas
waktu yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam PASAL 5 ayat 7 PERJANJIAN ini,
kecuali disebabkan karena SEBAB KAHAR, maka PENJUAL akan dikenakan biaya
keterlambatan berupa denda sebesar 1 ‰ (satu per seribu) dari jumlah perkiraan
pembayaran per tahun untuk setiap HARI KALENDER keterlambatan dengan batas
maksimum selama 365 (tiga ratus enam puluh lima) HARI KALENDER.
2. Dalam hal setelah jangka waktu 15 (lima belas) bulan sejak TARGET TANGGAL
OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT, PENJUAL tidak dapat mencapai TANGGAL
OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT, maka PEMBELI berhak untuk mengakhiri
PERJANJIAN sebagaimana diatur dalam PASAL 19.
3. Jika PENJUAL gagal mecapai TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT yang
sudah disesuaikan sebagaimana diuraikan pada ayat 2 PASAL ini, maka PERJANJIAN
berakhir.
4. Dalam hal TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT tidak tercapai karena
JARINGAN MILIK PEMBELI tidak siap dan/atau adanya KELUAR DIPERHITUNGKAN
maka TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT belum terjadi namun perhitungan
KELUAR DIPERHITUNGKAN diberlakukan.
5. Jika setelah JARINGAN MILIK PEMBELI siap dan PEMBANGKIT tidak dapat masuk
(sinkron) ke JARINGAN MILIK PEMBELI yang disebabkan oleh PENJUAL maka
perhitungan KELUAR DIPERHITUNGKAN sebagaimana dimaksud pada ayat 7 PASAL ini
dibatalkan dan TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT terjadi dan dibuat Berita
Acara TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT
PASAL 13
SISTEM PENGUKURAN, PENERAAN DAN MONITORING
1. SISTEM PENGUKURAN ENERGI LISTRIK
a. Untuk mengukur jumlah ENERGI LISTRIK (kWh) yang dijual PENJUAL kepada
PEMBELI sebagaimana dimaksud dalam PASAL 2 ayat 4 PERJANJIAN ini,
PENJUAL harus menggunakan kWh meter elektronik yang mempunyai kelas 0,2
sebagai METER UTAMA pada TITIK TRANSAKSI. PEMBELI dapat memasang
METER PEMBANDING didekat TITIK TRANSAKSI sebagai data pembanding.
Apabila terjadi perbedaan hasil pembacaan, maka PARA PIHAK dapat
mengusulkan dilakukan pemeriksaan atau peneraan untuk METER UTAMA yang
disaksikan oleh PARA PIHAK, sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam
PROTAP
b.
KWh meter yang dipasang adalah dari jenis elektronik yang dapat mengukur dan
merekam :
 Energi listrik (dalam kWh) dua arah
 Daya (dalam kW).
 Daya reaktif (kVArh)
 Tegangan dan arus
c.
kWh meter elektronik tersebut harus mempunyai kemampuan penyimpanan dan
perekaman minimum 3 (tiga) bulan dengan interval waktu perekaman 10 menit
2. Cara Pembacaan
a. Pembacaan dan pencatatan kWh meter sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
PASAL ini dilakukan bersama oleh wakil PARA PIHAK.
b. Pembacaan dan pencatatan pertama dilakukan pada tanggal mulai beroperasinya
PEMBANGKIT dan selanjutnya setiap bulan dicatat dan diunggah setiap tanggal 1
(satu).
c. Data yang diambil adalah data dari 1 (satu) BULAN sebelumnya
d. Apabila wakil dari salah satu PIHAK tidak dapat hadir, pada jadwal pembacaan
sebagaimana yang ditentukan dalam ayat (2) butir b) PASAL ini, maka pembacaan
yang dilakukan oleh PIHAK yang hadir, dianggap sah.
e. Dari hasil pembacaan dan pencatatan alat ukur sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) butir a) dan b) PASAL ini dan dari hasil rekaman data pada kWh meter elektronik
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) PASAL ini dibuatkan Berita Acara Transaksi
yang berisi ENERGI LISTRIK TERUKUR yang disalurkan dan CURTAILMENT.
f. Berita acara sebagaimana tersebut di atas, harus ditandatangani oleh wakil masingmasing PIHAK.
g. Berita Acara harus disetujui oleh Pejabat yang berwenang dari PEMBELI yang akan
digunakan untuk menghitung jumlah TAGIHAN yang harus dibayar oleh PEMBELI.
h. Berita Acara Transaksi akan dimintakan persetujuan kepada PEMBELI paling
lambat5 (lima) hari kerjasejak dari tanggalpenyampaian Berita Acara Transaksi oleh
PENJUAL.
3. Monitoring dan Peneraan
a. Alat ukur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) PASAL ini sebelum dipasang harus
ditera dan disegel terlebih dahulu oleh Balai Metrologi setempat dengan disaksikan
oleh PARA PIHAK dan dibuat Berita Acaranya.
b. Biaya peneraan alat ukur sebagaimana dimaksud dalam butir a menjadi beban dan
tanggung jawab PENJUAL
c.
d.
e.
f.
PEMBELI diperkenankan memasang alat ukur pembanding, alat ukur pembanding
tersebut tidak dapat digunakan untuk membuat tagihan kecuali ada kegagalan pada
alat pengukur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
PENJUAL melaksanakan Tera Ulang sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun
dan harus dilakukan oleh Balai Metrologi setempat serta disaksikan oleh PARA
PIHAK.
Apabila alat ukur sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) PASAL ini segel pengaman
diketemukan rusak ataupun gagal untuk mencatat dengan benar (sesuai standard)
untuk ENERGI LISTRIK yang disalurkan, maka perhitungan tenaga listrik yang
disalurkan ditetapkan berdasarkan perhitungan alat ukur pembanding milik
PEMBELI (alat ukur / kWh meter dalam kondisi baik) atau cara lain yang disepakati
PARA PIHAK sebagaimana tertuang dalam PROTAP
Apabila salah satu PIHAK menghendaki dilakukan peneraan ulang terhadap alat
ukur sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) butir d PASAL ini , maka biaya-biaya
yang diperlukan untuk peneraan tersebut menjadi beban dan tanggung jawab
PIHAK yang menghendaki dilakukannya peneraan ulang tersebut. Tera ulang
sesuai dengan ketentuan Balai Metrologi setempat.
PASAL 14
ASURANSI
1. PENJUAL atas biayanya sendiri harus mengasuransikan semua peralatan dan tenaga
kerja selama masa konstruksi dan operasi terhadap semua kerugian dan kerusakan
yang mungkin terjadi
2. PENJUAL atas biayanya sendiri harus mengasuransikan FASILITAS KHUSUS sampai
dengan diserahkan ke PEMBELI
3. PENJUAL harus menyediakan Asuransi Tanggung Gugat (Liability Insurance) terhadap
PIHAK LAIN baik berupa cidera badan (bodily injury) atau kerusakan harta benda
(property damage) sehubungan dengan pelaksanaan pembangunan pembangkit yang
dilakukan oleh PENJUAL
4. Kegagalan PENJUAL untuk mengasuransikan tidak membebaskan PENJUAL dari
kewajibannya mempertahankan cakupan asuransi sebagaimana dijelaskan.
PASAL 15
GANTI RUGI
1. Apabila dalam pelaksanaan PERJANJIAN ini baik sekarang maupun dikemudian hari
yang terjadi sebelum berakhinya PERJANJIAN ini sebagaimana dimaksud pada PASAL
3 PERJANJIAN ini atau PENGAKHIRAN PERJANJIAN sebagaimana dimaksud pada
PASAL 19 PERJANJIAN ini terdapat tuntutan dari PIHAK LAIN kepada salah satu
PIHAK, maka penyelesaian tuntutan tersebut harus diselesaikan oleh PIHAK yang
berkewajiban menyelesaikan tuntutan tersebut dan PIHAK tersebut menjamin bahwa
PIHAK yang lain tidak akan mendapat tuntutan dari PIHAK LAIN.
2. Ketentuan pada PASAL ini akan tetap berlaku meskipun PERJANJIAN ini telah berakhir.
PASAL 16
SEBAB KAHAR
1. Untuk keperluan PERJANJIAN ini, yang dimaksud dengan SEBAB KAHAR adalah
peristiwa yang terjadi karena sesuatu hal di luar kekuasaan PARA PIHAK yang tidak
dapat diramalkan sebelumnya oleh PARA PIHAK dan/atau berada diluar batas
kekuasaan PARA PIHAK yang langsung mengenai sasaran obyek PERJANJIAN ini yang
dapat mengakibatkan keterlambatan atau terhentinya pekerjaan pembangunan,
pelaksanaan PEMBANGKIT ataupun kegagalan penyerahan/penerimaan ENERGI
LISTRIK yang disebabkan oleh, antara lain dan tidak terbatas pada :
a. Terjadi peperangan;
b. Kekacauan masyarakat umum : huru-hara, pemberontakan, sabotase, kerusuhan
dan demonstrasi dengan kekerasan;
c. Bencana alam: gempa bumi, kekeringan, banjir atau bencana alam lainnya atau
penemuan benda-benda yang berhubungan dengan sejarah di lokasi;
d. Pemogokan atau larangan bekerja atau adanya kerusuhan dan penyerangan yang
dilakukan oleh para pekerja dari perusahaan lain ;
2. Jika PEMBELI atau PENJUAL gagal untuk melaksanakan seluruh atau sebagian
kewajibannya sebagaimana diatur dalam PERJANJIAN ini sebagai akibat dari suatu
SEBAB KAHAR, sebagaimana tercantum dalam ayat (1) PASAL ini, maka PIHAK
tersebut akan dibebaskan dari kewajiban dengan ketentuan bahwa PIHAK yang tidak
dapat menunaikan kewajiban tersebut akan :
a. Menyampaikan dengan segera pemberitahuan secara lisan selambat-lambatnya
dalam waktu 3 (tiga) HARI KALENDER dan diikuti dengan pemberitahuan secara
tertulis dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) HARI KALENDER
terhitung sejak kejadian dimaksud disertai dengan keterangan tertulis dari Instansi
yang berwenang mengenai terjadinya SEBAB KAHAR tersebut atau untuk kondisi
yang nyata-nyata secara awam dapat terlihat bahwa kondisi tersebut termasuk
dalam SEBAB KAHAR maka tidak perlu dibuktikan dengan keterangan tertulis dari
Instansi yang berwenang.
b. Mengambil tindakan dengan segera untuk memperbaiki/ mengatasi kejadiankejadian yang timbul karena SEBAB KAHAR tersebut dan menyampaikan buktibukti yang dapat dipertanggungjawabkan bahwa segala upaya yang layak telah
diambil untuk memperbaiki akibat SEBAB KAHAR tersebut.
c. Melaksanakan segala upaya yang wajar untuk mengurangi atau membatasi
kerugian pada PIHAK lainnya sepanjang tindakan tersebut tidak akan berpengaruh
buruk terhadap kepentingan sendiri.
d. Menyampaikan pemberitahuan secara tertulis selambat-lambatnya 3 (tiga) HARI
KALENDER kepada PIHAK lainnya mengenai berakhirnya SEBAB KAHAR.
3. Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) PASAL ini PIHAK
yang mengalami SEBAB KAHAR tidak memberitahukan kejadian SEBAB KAHAR
tersebut kepada PIHAK lainnya, kejadian tersebut dianggap bukan sebagai akibat
SEBAB KAHAR
4. Kewajiban salah satu PIHAK yang harus diselesaikan sebelum terjadinya SEBAB
KAHAR yang menyebabkan tidak dilaksanakannya kewajiban tersebut tidak dapat
dibebaskan sebagai akibat terjadinya SEBAB KAHAR
5. Dalam hal SEBAB KAHAR terjadi di luar wilayah Indonesia, maka pemberitahuan
tentang SEBAB KAHAR harus disertai dengan keterangan pejabat setempat yang
berwenang dan disahkan oleh Perwakilan Resmi Republik Indonesia setempat.
6. PEMBELI tidak wajib menerima atau membayar ENERGI LISTRIK pada saat terjadinya
SEBAB KAHAR.
PASAL 17
PERPANJANGAN PERIODE PERJANJIAN
Dalam hal terhentinya pengoperasian PEMBANGKIT sebagaimana dimaksud dalam PASAL
8 PERJANJIAN ini, yang disebabkan adanya SEBAB KAHAR sebagaimana dimaksud
dalam PASAL 16, kepada PENJUAL diberikan perpanjangan waktu yang disepakati PARA
PIHAK sebagai kompensasi dari keterlambatan tersebut
PASAL 18
PENGALIHAN PERJANJIAN
1. PENJUAL tidak dibenarkan untuk mengalihkan sebagian atau seluruh hak dan
kewajibannya berdasarkan PERJANJIAN ini kepada PIHAK LAIN manapun sampai
dengan 5 (lima) tahun setelah TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT
2. Setelah 5 (lima) tahun sejak TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT terlewati
PENJUAL dapat mengalihkan baik sebagian atau seluruh hak dan kewajibannya
berdasarkan PERJANJIAN ini kepada PIHAK LAIN, dengan persetujuan tertulis dari
PEMBELI terlebih dahulu.
3. Apabila dalam pelaksanaan PERJANJIAN PENJUAL mengalihkan baik sebagian
maupun seluruh hak dan kewajibannya kepada PIHAK LAIN tanpa persetujuan tertulis
terlebih dahulu dari PEMBELI maka PEMBELI berhak memutuskan PERJANJIAN ini
secara sepihak, kecuali apabila pengalihan tersebut diharuskan oleh pemberi pinjaman
sehubungan dengan pembiayaan pembangunan PEMBANGKIT.
PASAL 19
PENGAKHIRAN PERJANJIAN
1. Setiap peristiwa di bawah ini merupakan kegagalan PENJUAL yang dapat berakibat
pada PENGAKHIRAN PERJANJIAN ini :
a. Kegagalan PENJUAL untuk mulai melakukan konstruksi Pembangkit melewati 15
(lima belas) bulan setelah tanggal terbitnya IUPTL, yang dibuktikan dengan tidak
dilakukannya aktivitas lapangan seperti umumnya dilakukan oleh kontraktor pada
proyek sejenis.
b. Kegagalan PENJUAL mencapai TANGGAL OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT
PEMBANGKIT lebih dari 12 (dua belas) BULAN setelah TARGET TANGGAL
OPERASI KOMERSIAL PEMBANGKIT sebagaimana dimaksud dalam PASAL 12
PERJANJIAN ini.
c. Terjadinya peristiwa-peristiwa berikut : (i) penyampaian keputusan akan adanya
kepailitan, ketidakmampuan keuangan, proses likuidasi, atau likuidasi atau
peristiwa lainnya yang serupa terkait kepada PENJUAL; (ii) penunjukan wali
amanat, likuidator, kustodian, pejabat sementara untuk melaksanakan proses pada
butir (i), dimana penunjukan orang tersebut tidak dicabut atau tetap bertahan
selama lebih dari 60 (enam puluh) HARI KALENDER, atau (iii) perintah dari
pengadilan yang berhak untuk melakukan proses likuidasi, atau mengkonfirmasi
kepailitan atau ketidakmampuan keuangan, dimana perintah tersebut tidak dicabut
atau tetap bertahan selama lebih dari 60 (enam puluh) HARI KALENDER.
2. Setiap peristiwa di bawah ini merupakan Kegagalan PEMBELI yang dapat berakibat
pada PENGAKHIRAN PERJANJIAN ini:
a.
Kegagalan dari PEMBELI untuk melakukan pembayaran berdasarkan
PERJANJIAN ini dalam waktu 3 (tiga) BULAN berturut-turut .
b.
Proses likuidasi, merger, konsolidasi, penggabungan, reorganisasi, rekonstruksi
atau privatisasi PEMBELI, kecuali sepanjang hal itu tidak mempengaruhi
kemampuan dari perusahaan baru untuk melaksanakan kewajibannya berdasarkan
PERJANJIAN ini.
3. Pada saat terjadinya Kegagalan PENJUAL atau Kegagalan PEMBELI, prosedur berikut
ini harus diikuti oleh PARA PIHAK :
a.
PEMBELI dapat memberikan Surat Peringatan kepada PENJUAL atas terjadinya
kegagalan PENJUAL dan PENJUAL dapat memberikan Surat Peringatan kepada
PEMBELI atas terjadinya kegagalan PEMBELI (“Surat Peringatan Perbaikan”).
b.
Pada saat PENJUAL menerima Surat Peringatan Perbaikan atas adanya
kegagalan PENJUAL dan pada saat PEMBELI menerima Surat Peringatan
Perbaikan atas adanya kegagalan PEMBELI, PIHAK yang menerima Surat
Peringatan Perbaikan harus mempersiapkan dan menyampaikan kepada PIHAK
lainnya sesegera mungkin, dan dalam setiap peristiwa dalam waktu 30 (tiga puluh)
HARI KALENDER, sebuah program rinci (“Program Perbaikan”) untuk memperbaiki
kegagalan sebagai jawaban atas Surat Peringatan Perbaikan tersebut.
4. Dalam hal jangka waktu perbaikan sebagaimana dimaksud dalam Program Perbaikan
telah terlewati dan/atau tidak ditemukan kesepakatan antara PARA PIHAK, maka PIHAK
yang bukan subyek dari peristiwa tersebut dapat (namun tidak harus) memberikan
“Surat Peringatan Pemutusan” kepada PIHAK lainnya, menyebutkan tanggal pemutusan
PERJANJIAN yang tidak boleh kurang dari 30 (tiga puluh) HARI KALENDER setelah
tanggal Surat Peringatan Pemutusan tersebut.
5. Pada saat berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) PASAL ini
dan kecuali: (i) ada kesepakatan lain dari PARA PIHAK, atau (ii) peristiwa yang
menjadikan Surat Peringatan Pemutusan sudah diperbaiki maka PERJANJIAN ini secara
otomatis akan putus tanpa diperlukannya Surat Pemutusan Perjanjian terlebih dahulu
terhitung sejak tanggal sebagaimana dimaksud dalam Surat Peringatan Pemutusan atau
tanggal kemudian yang disepakati PARA PIHAK.
6. Pengakhiran PERJANJIAN selain karena kegagalan PENJUAL atau PEMBELI:
a.
PEMBELI berhak untuk melakukan pengakhiran PERJANJIAN ini, dengan
mengirimkan surat pemutusan kepada PENJUAL apabila kondisi-kondisi untuk
mencapai TANGGAL PEMBIAYAAN tidak/belum terpenuhi dalam waktu selambatlambatnya 18 (delapan belas) bulan setelah TANGGAL PENANDATANGANAN,
kecuali tidak terpenuhinya kondisi tersebut diakibatkan karena kondisi SEBAB
KAHAR. PERJANJIAN ini akan berakhir pada tanggal yang disebutkan tersebut
tanpa adanya kewajiban dari satu PIHAK kepada PIHAK lainnya, kecuali hak
PEMBELI untuk mencairkan Jaminan Pelaksanaan Tahap I.
7. Konsekuensi Pengakhiran dan Pembayaran Jaminan Pelaksanaan:
a.
Dalam hal pengakhiran PERJANJIAN karena kegagalan PENJUAL mencapai
TANGGAL PEMBIAYAAN, maka PEMBELI berhak mencairkan Jaminan
Pelaksanaan Tahap I.
b.
Dalam hal pengakhiran PERJANJIAN pada masa setelah TANGGAL
PEMBIAYAAN
sampai
sebelum
TANGGAL
OPERASI
KOMERSIAL
PEMBANGKIT, yang disebabkan karena Kegagalan PENJUAL, maka PEMBELI
berhak mencairkan Jaminan Pelaksanaan Tahap II.
8. Dalam hal terjadi pengakhiran PERJANJIAN ini, PARA PIHAK menyatakan sepakat
untuk mengesampingkan ketentuan PASAL 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
terhadap PERJANJIAN ini, pengakhiran dapat dilakukan secara sah dan cukup dengan
surat pemberitahuan secara tertulis tanpa perlu menunggu adanya keputusan dari
Hakim.
9. PIHAK yang mengakhiri PERJANJIAN dinyatakan terbebas dari segala tuntutan hukum
dari PIHAK lainnya akibat pengakhiran PERJANJIAN ini, oleh karena itu sepenuhnya
menjadi tanggung jawab PIHAK yang diakhiri.
10. Apabila saat PERJANJIAN ini berakhir, masih terdapat kewajiban yang belum
diselesaikan oleh salah satu PIHAK kepada PIHAK lainnya, maka PIHAK yang masih
mempunyai kewajiban tetap bertanggung jawab atas semua kewajiban yang terjadi
sebelum pemutusan PERJANJIAN ini sesuai dengan ketentuan dalam PERJANJIAN ini.
11. Pada saat PERJANJIAN ini berakhir karena kegagalan PENJUAL sebagaimana
dinyatakan dalam butir 1 PASAL ini, PEMBELI akan mengirimkan surat rekomendasi
pencabutan ijin-ijin terkait kepada Pemerintah Daerah dan Instansi terkait, serta
mengumumkan pengakhiran PERJANJIAN ini di media.
PASAL 20
PAJAK DAN PUNGUTAN
PENJUAL wajib membayar pajak sesuai dengan undang-undang dan peraturan-peraturan
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang berkaitan
dengan pembangunan dan pengoperasian PEMBANGKIT sebagaimana dimaksud dalam
PERJANJIAN ini.
PASAL 21
PERLINDUNGAN LINGKUNGAN
1. PENJUAL wajib memenuhi baku mutu lingkungan serta melakukan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. PENJUAL wajib melaporkan secara berkala, berkaitan kondisi lingkungan sejak
pembangunan PEMBANGKIT dimulai, saat KOMISIONING dan selama pengoperasian
PEMBANGKIT kepada Ditjen Ketenagalistrikan atau Pejabat Pemerintah yang
berwenang dan PEMBELI.
PASAL 22
BAHASA DAN KETENTUAN HUKUM YANG BERLAKU
1. Bahasa yang digunakan dalam PERJANJIAN ini adalah Bahasa Indonesia, dalam hal
diperlukan untuk kepentingan pembiayaan/pendanaan PENJUAL dengan biayanya
sendiri dapat menerjemahkan PERJANJIAN ini ke dalam Bahasa Inggris, namun PARA
PIHAK sepakat terjemahan tersebut tidak mengikat dan tidak memiliki kekuatan hukum.
2. PERJANJIAN ini, penafsiran dan pelaksanaan serta segala akibat yang ditimbulkannya
diatur, tunduk dan berada di bawah Ketentuan Hukum Republik Indonesia.
PASAL 23
PERUBAHAN-PERUBAHAN
1. PARA PIHAK sepakat bahwa setiap perubahan dalam PERJANJIAN ini hanya dapat
dilakukan atas persetujuan PARA PIHAK.
2. Perubahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) PASAL ini setelah disepakati, dibuat
dalam suatu addendum / amandemen atau bentuk tertulis lainnya yang ditandatangani
oleh PARA PIHAK yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari PERJANJIAN ini
PASAL 24
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Apabila timbul perselisihan di antara PARA PIHAK yang berkaitan dengan pelaksanaan
PERJANJIAN ini, maka PIHAK yang mengakui adanya perselisihan tersebut akan
memberitahukan secara tertulis tentang adanya perselisihan tersebut kepada PIHAK
lainnya dan PARA PIHAK akan berusaha menyelesaikan perselisihan tersebut secara
musyawarah dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) HARI KALENDER sejak pemberitahuan
tersebut.
2. Apabila jangka waktu penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PASAL ini
telah berakhir dan perselisihan tidak dapat diselesaikan secara musyawarah mufakat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) PASAL ini, maka PARA PIHAK akan melakukan
upaya-upaya hukum melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) berkedudukan
di Jakarta yang putusannya adalah final dan mengikat.
PASAL 25
KERAHASIAAN
1. PARA PIHAK setuju bahwa masing-masing PIHAK bersedia dan akan memastikan
bahwa para karyawannya, para petugasnya, para komisaris dan para direkturnya
bersedia, dan akan melakukan upaya-upaya wajar untuk memastikan bahwa para
agennya akan menjaga kerahasiaan atas segala informasi, dokumentasi, data atau
pengetahuan yang diungkapkan kepadanya oleh PIHAK yang lain dan ditunjukkan
secara tertulis sebagai “rahasia” (“Informasi Rahasia”), dan tidak akan mengungkapkan
kepada PIHAK LAIN atau menggunakan Informasi Rahasia atau salah satu bagian
daripadanya tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PIHAK lainnya, dengan
ketentuan bahwa Informasi Rahasia tersebut dapat diungkapkan kepada :
a. organ atau lembaga-lembaga pemerintah sesuai dengan ketentuan hukum; dan
b. lembaga(-lembaga) keuangan bona-fide, para pembeli atau para investor potensial,
serta para konsultan dan para KONTRAKTOR yang memerlukan pengungkapan
tersebut secara wajar, asalkan PIHAK LAIN tersebut harus menyetujui terlebih
dahulu untuk tidak mengungkapkan Informasi Rahasia terkait kepada PIHAK LAIN
manapun untuk tujuan apapun.
2. Pembatasan-pembatasan dalam ayat (1) PASAL ini tidak berlaku atau berhenti
keberlakuannya, terhadap salah satu bagian dari Informasi Rahasia yang: (i) menjadi
milik umum (public domain) selain karena alasan pelanggaran atas PERJANJIAN ini; (ii)
dalam kepemilikan sah PIHAK penerima atau salah seorang karyawan, petugas,
komisaris atau direktur dari PIHAK penerima pada atau sebelum saat pengungkapan;
atau (iii) diperoleh oleh PIHAK penerima dengan itikad baik dari suatu PIHAK lain yang
berhak untuk mengungkapkannya.
3. Pembatasan-pembatasan yang tercantum dalam ayat (1) PASAL ini akan terus berlaku
meskipun PERJANJIAN ini diakhiri atau berakhir.
PASAL 26
ALAMAT DAN WAKIL PARA PIHAK
1. Kecuali ditentukan lain dalam PERJANJIAN ini, setiap surat menyurat serta
pemberitahuan yang diperlukan dan diharuskan dalam melaksanakan PERJANJIAN ini
termasuk setiap tagihan, permintaan penyelesaian perselisihan atau hubungan lainnya
harus dilakukan secara tertulis dan disampaikan kepada masing-masing PIHAK yang
bersangkutan secara pribadi, faksimile, atau melalui Pos dengan alamat dan tujuan
sebagai berikut :
PEMBELI
Nama
Jabatan
Alamat
Telepon
Facsimile
Email
:
: General Manager PT PLN (Persero) Distribusi/Wilayah …….
:
:
:
:
PENJUAL
Nama
Jabatan
Alamat
Telepon
Facsimile
Email
:
:
:
:
:
:
2. Perubahan wakil dan alamat PARA PIHAK tersebut di atas dapat dilakukan dengan
pemberitahuan secara tertulis terlebih dahulu kepada PIHAK lainnya.
PASAL 27
LAIN – LAIN
1. Keseluruhan PERJANJIAN
PERJANJIAN ini merupakan keseluruhan PERJANJIAN antara PEMBELI dan PENJUAL
untuk pelaksanaan hal-hal yang diatur dalam PERJANJIAN. Seluruh perjanjian,
perundingan surat menyurat sebelum ditandatanganinya PERJANJIAN ini baik lisan
maupun tertulis yang berkaitan dengan pelaksanaan Proyek menjadi tidak berlaku dan
dianggap telah diganti dengan ketentuan-ketentuan dalam PERJANJIAN ini.
2. Pelepasan Hak
Tidak satu PIHAK pun, dapat dianggap telah melepaskan haknya berdasarkan
PERJANJIAN ini, kecuali PIHAK tersebut telah menyampaikan kepada PIHAK lainnya
pelepasan hak tersebut secara tertulis dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang
dari PIHAK yang melepaskan hak tersebut. Keterlambatan, kealpaan dalam
menggunakan haknya atau melakukan perbaikan tidak dapat diartikan sebagai
pelepasan hak atas adanya kegagalan yang timbul dari PIHAK lainnya.
3. Ketidakberlakuan sebagian.
PERJANJIAN ini tidak akan batal atau gugur demi hukum apabila salah satu ketentuan
dalam PERJANJIAN ini menjadi tidak berlaku, tidak sah, dibatalkan atau tidak dapat
diberlakukan. PARA PIHAK dengan itikad baik mengupayakan untuk membicarakan
ketentuan pengganti yang akan diberlakukan terhadap PERJANJIAN ini mencerminkan
kehendak yang sebenarnya dari PARA PIHAK sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dan/atau best practices.
4. Tidak ada Kemitraan.
Tidak ada satupun ketentuan dalam PERJANJIAN ini yang ditafsirkan menciptakan
suatu asosiasi, kemitraan atau kerjasama patungan, atau mengakibatkan suatu
perikatan atau tugas, kewajiban atau tanggung jawab kemitraan dengan PIHAK lainnya,
ataupun menciptakan tugas atau tanggung jawab kepada seseorang atau badan yang
bukan merupakan pihak dari PERJANJIAN ini. Masing-masing PIHAK bertanggung
jawab secara sendiri-sendiri dan terpisah atas kewajibannya berdasarkan PERJANJIAN
ini.
5. Biaya dan Pengeluaran.
Masing-masing PIHAK menanggung dan bertanggung jawab atas biaya dan
pengeluarannya sendiri (termasuk namun tidak terbatas pada upah dan pengeluaran
untuk para agen/suplier, para wakil, penasihat, konsultan dan akuntannya) yang
diperlukan untuk perundingan, persiapan, penandatanganan, pengiriman, pelaksanaan
dan pemenuhan ketentuan dalam PERJANJIAN ini.
6. Judul PERJANJIAN
Judul PERJANJIAN ini hanya dimaksudkan untuk kemudahan semata dan tidak
mempengaruhi intepretasi dari PERJANJIAN ini.
7. Partisipasi Pengusaha Indonesiadan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Sesuai Peraturan Menteri Perindustrian No. 04/M-IND/PER/1/2009 tentang Pedoman
Penggunaan Produksi Dalam Negeri Untuk Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan
dan perubahannya dikemudian hari baik sebelum maupun setelah TANGGAL
PELAKSANAAN PERJANJIAN ini, maka PENJUAL harus mengikat para kontraktor
untuk semaksimal mungkin menggunakan pengusaha Indonesia dalam melakukan
pembangunan Pembangkit dan memenuhi TKDN sesuai ketentuan yang berlaku.
PASAL 28
PENUTUP
PERJANJIAN ini dibuat dalam 2 (dua) rangkap asli dan 2 (dua) rangkap tembusan, 2 (dua)
rangkap asli masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama, 1 (satu) rangkap untuk
PEMBELI dan 1 (satu) rangkap untuk PENJUAL dan setelah dibubuhi meterai cukup,
ditandatangani oleh PARA PIHAK
PEMBELI,
PT PLN (PERSERO)
Wilayah/Distribusi ……………………
PENJUAL,
PT ..............................................
..........................................................
General Manager
…………………………….
Direktur
LAMPIRAN C
JADWAL PROYEK
1.
Definisi
Semua istilah dengan huruf besar yang digunakan mempunyai arti yang sama seperti
yang disebutkan dalam Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik (PPTL), kecuali apabila
tidak didefinisikan lain.
2.
Jadwal Proyek
Tabel 1
NO
TAHAPAN
1
TANGGAL
PENANDATANGANAN
2
TANGGAL PENUTUPAN
PEMBIAYAAN
3
TANGGAL PEMBIAYAAN
4
TARGET TANGGAL
OPERASI KOMERSIAL
PEMBANGKIT
WAKTU
TANGGAL
--
..........
(15 bulan sejak
TANGGAL
PENANDATANGANAN)
(18 bulan sejak
TANGGAL
PENANDATANGANAN)
(27 bulan sejak
TANGGAL
PEMBIAYAAN)
KETERANGAN
..........
..........
..........
Tabel 2
NO
1
2
TAHAPAN
IUPTL terbit
TANGGAL MULAI
KONSTRUKSI*
WAKTU
TANGGAL
--
..........
(3 bulan sejak IUPTL
terbit)
..........
KETERANGAN
*Sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 10 ayat 2 dalam PERJANJIAN ini dan Pasal 17 Permen
ESDM No. 12 Tahun 2014
C-3
Download