Uploaded by indahburdang

217KEPXVI112015

advertisement
LEMBAR PENGESAHAN
Keputusan Direktur Utama No 217/KEP/XVI/11/2015
Tentang
PANDUAN SURVEILANS
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
Disusun oleh
:
( Dr. Faisal Syarifuddin, Sp.
PD )
Ketua Komite PPI
Disetujui oleh
:
( Dr. Umi Sjarqiah, Sp. KFR )
Autorized Person
Ditetapkan oleh
:
( Dr. Prastowo Sidi Pramono,
Sp. A )
Direktur Utama
KEPUTUSAN
DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA
PUTIH
Nomor : 217/KEP/XVI/11/2015
Tentang
PANDUAN SURVEILANS
DI RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
Direktur
Utama
Rumah
Sakit
Islam
Jakarta
Cempaka
Putih
(RSIJCP) :
Menimbang
: 1.
bahwa
salah satu program Pencegahan dan
Pengendalian
Infeksi
adalah
kegiatan
surveilans yang merupakan suatu proses yang
dinamis, sistematis, terus menerus, dalam
pengumpulan,identifikasi,analisis
dan
interpretasi dari data kesehatan di rumah
sakit.
2.
bahwa agar Kegiatan Surveilans pada program
PPI di rumah sakit dapat menurunkan laju
infeksi maka diperlukan Panduan Surveilans.
3.
bahwa
agar
mempunyai
ditetapkan
Panduan Surveilans
kekuatan
melalui
hukum,
Keputusan
tersebut
perlu
Direktur
Utama.
Mengingat
: 1.
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
2.
Undang- Undang No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
3.
Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya
Kesehatan
HK.02.04/I/2790/11
No.
tentang
Standar
Akreditasi Rumah Sakit
4..
Undang-Undang No 29 Tahun 20004 tentang
Praktik Kedokteran.
5.
Keputusan
Menkes
RI
No.
270/Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman
Manajerial
Infeksi
di
Pencegahan
Rumah
dan
Pengendalian
Sakit
dan
Fasilitas
RI
No.
Kesehatan Lainnya.
7.
Keputusan
Menkes
382/Menkes/SK/III/2007 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di
Rumah
Kesehatan
Sakit
dan
Fasilitas
Lainnya.
8.
Keputusan
Menkes
RI
No.
129/Menkes/SK/II/2008
tentang
Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
9.
Permenkes
RI
No.
1691/Menkes/PER/VIII/2001
tentang
Keselamatan Pasien.
10. Buku Standar Akreditasi Rumah Sakit, yang
diterbitkan oleh Direktorat
Upaya
Kementrian
Jenderal Bina
Kesehatan
RI
dengan
Komisi Aktreditasi Rumah Sakit (KARS) Tahun
2011.
11. Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah
No.
235/KEP/I.0/D/2013
tanggal
12
Desember 2013 tentang Penetapan Direksi
RSIJCP masa Jabatan 2013 – 2017.
11. Keputusan
Direktur
Utama
RSIJCP
148/Kep/XII/SK/12/2011
tanggal
No.
28
Desember 2011 tentang Pemberlakuan SK
BPH
RSIJ
tentang
Struktur
&
Pedoman
Organisasi RSIJCP.
12. Keputusan
Direktur
Utama
No.
066/Kep/XII/4/2014 tanggal 28 April 2014
tentang Pengangkatan Pejabat RSIJCP Periode
1 Mei 2014 s.d. 30 April 2016.
MEMUTUSKAN
Menetapkan
: KEPUTUSAN
DIREKTUR
UTAMA
TENTANG PANDUAN SURVEILANS
RSIJCP,
DI RSIJCP,
dengan ketentuan sebagai berikut:
Pertama
: Memberlakukan Panduan Surveilans di RSIJCP
dipergunakan untuk mendukung kegiatan rumah
sakit sebagaimana terlampir.
Kedua
: Setiap IPCN agar menjadikan Panduan Surveilans
di RSIJCP ini sebagai acuan dalam melakukan
tugasnya.
Ketiga
: Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya.
Apabila
di
kekeliruan
kemudian
dalam
hari
surat
ternyata
keputusan
terdapat
ini,
akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 15
Safar
1437 H.
27 November 2015 M.
dr. Prastowo
Pramono,Sp.A.
Direktur Utama
Sidi
KATA PENGANTAR
Assalmu’alaikum
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas selesainya
Panduan Surveilans di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih.
Salah satu program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah
kegiatan surveilans. Hasil kegiatan surveilans ini dapat digunakan
sebagai data infeksi di rumah sakit. Untuk melaksanakan kegiatan
surveilans tersebut diperlukan petunjuk pelaksanaan Surveilans. Tujuan
penulisan Panduan Surveilans ini adalah sebagai petunujuk bagi
Infection Prevention Control Nurse ( IPCN ) dalam melaksanakan
surveilans.
Panduan Surveilans ini akan dievaluasi secara berkala dan akan
diperbaiki bila ditemukan hal- hal yang dianggap tidak sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya.
Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan untuk
kesempurnaan
Panduan
Surveilans
Rumah
Sakit
Islam
Jakarta
Cempaka Putih di kemudian hari.
Salam hormat dan terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang
telah membantu penyusunan Panduan Surveilans ini.
Wassalamu’alaikum
wb
Penyusun
wr
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................1
KEPUTUSAN.............................................................................................3
DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH.....3
KATA PENGANTAR....................................................................................5
DAFTAR ISI...............................................................................................6
BAB I........................................................................................................7
DEFINISI...................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................24
Lampiran
Keputusan Direktur Utama RSIJCP
Nomor
: 217/Kep/XVI/11/2015
Tentang
: Panduan Surveilans
BAB I
DEFINISI
Beberapa pengertian yang digunakan dalam panduan ini, sebagai
berikut :
1. Surveilans Infeksi Rumah Sakit adalah suatu proses yang dinamis,
sistematis, terus-menerus, dalam pengumpulan, identifikasi, analisis
dan interpretasi dan data kesehatan yang penting pada suatu
populasi spesifik yang didiseminasikan secara berkala kepada pihakpihak
yang
memerlukan untuk digunakan dalam perencanaan, penerapan dan
evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
2.
“Healthcare associated infections” (HAIs) : An infection occurring in a
patient during the process of care in a hospital or other healthcare
facility which was not present or incubating at the time of admission.
This includes infections acquired in the hospital but appearing after
discharge, and also occupational infections among staff of the
facility. (Center for Diseases Control, 2007).
3.
Infeksi Rumah Sakit (IRS) atau Healthcare associated infections
(HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di
RS atau fasilitas pelayanan kesehatan lain, yang tidak ditemukan
dan tidak dalam masa inkubasi saat pasien masuk RS. Infeksi
Rumah Sakit juga mencakup infeksi yang didapat di RS tetapi baru
muncul setelah keluar RS dan juga infeksi akibat kerja pada tenaga
kesehatan.Ruang lingkup Pedoman Surveilans ini adalah khusus
untuk infeksi rumah sakit (IRS) yang terjadi pada pasien.
4.
Infeksi nosokomial adalah suatu keadaan saat tubuh kemasukan
bibit penyakit (kuman) sehingga menimbulkan gejala demam atau
Panduan Surveilance
7
panas tubuh sebagai suatu reaksi tubuh menolak antigen agar dapat
melumpuhkan atau mematikan kuman tersebut.
5.
Phlebitis adalah peradangan akut lapisan internal vena yang ditandai
rasa sakit dan nyeri di sepanjang vena, kemerahan, bengkak dan
hangat dapat dirasakan di sekitar daerah penusukan.
6.
IADP (Infeksi Aliran Darah Primer) adalah ditemukannya organisme
dari hasil kultur darah semi kualitatif atau kuantitatif disertai tanda
klinis yang jelas serta tidak ada hubungannya dengan infeksi di
tempat lain atau dokter yang merawat telah menyatakan terjadi
infeksi.
7.
ILO
(Infeksi Luka Operasi) adalah infeksi yang terjadi pada luka
operasi bersih tercemar dengan atau tanpa hasil kultur, dalam
waktu 30 hari setelah tindakan operasi tanpa pemasangan inplant,
atau dalam waktu 1 tahun dengan pemasangan inplant dan infeksi
diduga ada kaitannya dengan prosedur operasi.
8.
ISK (Infeksi Saluran Kemih) adalah infeksi yang terjadi di saluran
kemih (uretra dan permukaan kandung kemih) atau melibatkan
bagian yang lebih dalam dari organ-organ pendukung saluran kemih
(ginjal,
ureter,
kandung
kemih,
uretra
dan
jaringan
sekitar
retroperitoneal atau rongga perinefrik).
9.
HAP (Hospital Acquired Pneumonia) adalah infeksi saluran nafas
bawah yang mengenai parenkim paru setelah pasien dirawat di
rumah sakit > 48 jam tanpa dilakukan intubasi dan sebelumnya
tidak menderita infeksi saluran nafas bawah. HAP dapat diakibatkan
tirah baring lama (koma/tidak sadar, trakeastomi, refluk gaster,
Endotracheal Tube/ETT).
Panduan Surveilance
8
10. VAP (Ventilator Associated Pneumonia) adalah infeksi saluran atas
nafas bawah yang mengenai parenkim paru setelah pemakaian
ventilasi mekanik, lebih dari 48 jam, dan sebelumnya tidak
ditemukan tanda-tanda infeksi saluran nafas. BAB II
RUANG LINGKUP
Adapun ruang lingkup dalam panduan ini, meliputi :
A. KRITERIA KASUS INFEKSI
1. Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)
2. Hospital Acquired Pneumonia (HAP)
3. Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
4. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
5. Infeksi Luka Operasi (ILO)
6. Plebitis
B. PENATALAKSANAAN SURVEILANS
Methode yang dipakai dalam surveilans Infeksi Rumah Sakit ini
adalah methode
target surveilans aktif dengan melakukan kunjungan ke ruangan
rawat inap,
Kemudian dilakukan identifikasi keadaan klinik pasien ada
tidaknya tanda-tanda
Infeksi dan faktor-faktor risiko dilakukan pemeriksaan
laboratorium sebagai
pemeriksaan penunjang. Biasanya penemuan kasus dimulai
dengan menelusuri
Daftar pasien yang mempunyai risiko untuk mendapatkan data
Infeksi Rumah
Sakit seperti pasien diebetes atau pasien dengan penyakit
imunosupresi kuat.
Selanjutnya, mengunjungi laboratorium untuk melihat laporan
biakan
Mikrobiologi. Hal ini dapat membantu Komite/ Tim PPI
menentukan pasien mana
Panduan Surveilance
9
yang perlu ditelaah lebih lanjut. Di ruangan melakukan observasi
klinis pasien,
laporan keperawatan dan lembar pemberian antibiotika. Untuk
mendapatkan
data yang lebih akurat dapat melakukan wawancara dengan
dokter, perawat dan
Pasien sendiri maupun keluarganya.
Panduan Surveilance
10
BAB III
TATA LAKSANA
A. KRITERIA KASUS INFEKSI
1. Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)
Keterangan :

Yang dimaksud mikroba pathogen yang bukan termasuk flora
norma umum kulit adalah S. aureus, Enterococcus sp, E coli
Psudomonas spp, Klebsiella spp, Candida spp dan lain-lain.

Yang dimaksud flora kulit adalah mikroba kontaminan kulit
yang umum, misalnya dipteroid (Corynebacterium spp),
Bacillus spp, propionibacterium spp, CNS termasuk
Staphilococcus, epidermidis, treptococcus viridians, aerococcus
spp, Mikrococcus spp.

Hasil kultur darah pada criteria 2-3, arti “≥2” kultur darah : 2
spesimen darah diambil dari lokasi yang berbeda dan dengan
jeda waktu lebih dari 2 hari.
2. Hospital Acquired Pneumonia (HAP)
HAP
adalah
infeksi
saluran
nafas
bawah
yang
mengenai
parenkim paru setelah pasien dirawat di rumah sakit > 48 jam
tanpa dilakukan intubasi dan sebelumnya tidak menderita
infeksi saluran nafas bawah. HAP dapat diakibatkan tirah baring
lama
(koma/tidak
sadar,
trakeastomi,
refluk
gaster,
Endootracheal Tube/ETT).
Populasi berisiko untuk terjadinya pneumonia IRS dibedakan
berdasarkan jenis pneumonianya :
-
Popolasi berisiko VAP adalah semua pasien yang terpasang
ventilasi mekanik, sehingga kejadiannnya terutama terfokus
pada area spesifik yaitu ICU, NICU/PICU, HCU. Sehingga yang
Panduan Surveilance
11
digunakan sebagai numerator dalam menghitung laju infeksi
adalah kasus VAP per periode tertentu (1 bulan, 6 bulan, 1
tahun),
sedangkan
denominatornya
adalah
jumlah
hari
pemasangan alat ventilasi mekanik periode waktu tertentu.
-
Populasi berisiko HAP adalah pasien tirah baring lama yang
dirawat di rumah sakit, sehingga yang digunakan sebagai
numerator adalah jumlah kasus HAP per periode tertentu (1
bulan, 6 bulan, 1 tahun), sedangkan denominatornya adalah
jumlah hari rawat pasien tirah baring per periode (1 bulan, 6
bulan, 1 tahun).
3. Ventilator Associated Pneumonia (VAP)
VAP adalah infeksi saluran nafas bawah yang mengenai parenkim
paru setelah pemakaian ventilasi mekanik > 48 jam, dan
sebelumnya tidak ditemukan tanda-tanda infeksi saluran nafas.
Keterangan :
a. Dasar Diagnosis Pneumonia :
1) Pneumonia (PNEU) ditentukan berdasarkan kriteria klinis,
radiologi dan laboratorium. (Lihat gambar 4.2. Diagram Alur
Pneumonia dan Gambar 4.3. Diagram Alur Kriteria Pilihan
Pneumonia pada Bayi dan Anak).
b. Tanda dan Gejala Klinis Pneumonia :
Bukti klinis pneumonia adalah bila ditemukan minimal 1 dari
tanda dan gejala berikut :
1) Demam (> 38 derajat Celsius) tanpa ditemui penyebab
lainnya.
Panduan Surveilance
12
2) Leukopenia (< 4000 WBC/mm3) atau leukositosis (>12.000
SDP/mm3).
3) Untuk penderita berumur > 70 tahun, adanya perubahan
status mental yang tidak ditemui penyebab lainnya.
Dan minimal disertai 2 tanda berikut :
1) Timbulnya onset baru sputum purulen atau perubahan sifat
sputum.
2) Munculnya tanda atau terjadinya batuk yang memburuk atau
dyspnea (sesak napas) atau tachypnea (nafas frekuen).
3) Ronchi basah atau suara napas bronchial.
4) Memburuknya pertukaran gas, misalnya desaturasi O2
(PaO2/F1O2<240), peningkatan kebutuhan oksigen, atau
perlunya peningkatan ventilator.
c. Tanda Radiologis Pneumonia
Bukti adanya Pneumonia secara radiologis adalah bila
ditemukan > 2 fhoto serial didapatkan minimal 1 tanda berikut :
1) Infiltrat baru atau progresif yang menetap
2) Konsolidasi
3) Kavitasi
4) Pneumatoceles pada bayi berumur < 1 tahun
d. Kriteria Pneumonia
Ada 3 tipe spesifik pneumonia :
1) Pneumonia klinis (PNEU 1)
2) Pneumonia dengan gambaran laboratorium spesifik (PNU2),
dan
3) Pneumonia pada pasien imunokompromis (PNU3).
Gambar 4.2 dan 4.3 merupakan diagram alur untuk algoritme
pneumonia yang dapat digunakan dalam sebagai pengumpulan
data.
Panduan Surveilance
13
4) > 5% sel yang didapat dari BAL mengandung bakteri
intraseluler pada pemeriksaan mikroskopik langsung.
5) Pemeriksaan histopatologik menunjukkan 1 dari bukti berikut
:
a) Pembentukan abses atau focus konsolidasi dengan
sebutkan PMN yang banyak pada bronchioles dan alveoli.
b) Kultur kuantitatif positif dari parenkim paru-paru.
c) Bukti adanya invasi oleh hifa jamur atau pseudohifa pada
parenkim paru-paru.
e. Kriteria PNU2-2 :
Pneumonia dengan hasil laboratorium yang spesifik untuk
infeksi virus, Legionella, Chlamydia, mycoplasma, dan pathogen
tidak umum lainnya.
Dapat diidentifikasi sebagai PNU2-2, bila ditemukan bukti-bukti
berikut :
1) Tanda dan gejala klinis pneumonia (B. 3.a)
2) Tanda radiologis pneumonia (B.3.b)
3) Minimal 1 dari tanda laboratorium berikut :

Kultur positif untuk virus atau Chlamydia dari sekresi
pernafasan.

Deteksi antigen atau antibody virus positif dari sekresi
pernafasan.

Didapatkan peningkatan liter 4x atau lebih IgG dari paired
sera
terhadap
pathogen
(misalnya
influenza
virus,
Chlamydia).

PCR positif untuk Chlamydia atau Mycoplasma.

Tes micro-IF positif untuk Chlamydia.

Kultur positif atau visualisasi micro-IF untuk Legionella
spp, dari sekresi pernafasan atau jaringan.

Terdeteksinya antigen Legionella pneumophilla serogrup 1
dari urine dengan pemeriksaan RIA atau EIA.
Panduan Surveilance
14

Pada pemeriksaan indirect IFA, didapatkan peningkatan
titer 4x atau lebih antibody dari paired sera terhadap
Legionella pneumophilla serogrup I dengan titer > 1 : 128.
f. Kriteria PNU3 :
Pneumonia pada pasien Immunocompromised
Dapat diidentifikasi sebagai PNU3, bila ditemukan bukti-bukti
berikut :
4) Tanda dan gejala klinis pneumonia (B.3.a) ditambah dengan
kemungkinan gejala dan tanda :

Hemoptysis

Nyeri dada pleuritik
5) Tanda radiologis pneumonia (B.3.b)
6) Minimal 1 dari tanda laboratorium berikut :

Kultur pasangan positif dan cocok dari kultur darah dan
sputum terhadap Candida spp.

Bukti adanya jamur atau Pnemocystis carinii dari
specimen terkontaminasi minimal SNB (BAL atau sikatan
bronchus terlindung) dari 1 cara berikut :
a. Pemeriksaan mikroskopik langsung
b. Kultur jamur positif

Apapun yang masuk dalam kriteria laboratorium untuk
PNU2.
4. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Keterangan :
a. Tes
konfirmasi
merupakan
memastikan adanya ISK:
Panduan Surveilance
15
tes-tes
yang
membantu
1) Tes konfirmasi mayor merupakan pemeriksaan kultur
yang
menghasilkan
jumlah
koloni
yang
sedikit
kemungkinan terjadi akibat kontaminasi.
2) Tes konfirmasi minor merupakan pemeriksaan atau bukti
ISK dengan keakuratan yang kurang sebagai tanda
adanya ISK.
3) Tes konfirmasi minor dapat berupa : tes-tes kultur
kuantitatif dengan jumlah koloni yang merupakan adanya
infeksi,
pemeriksaan
urine
untuk
melihat
adanya
kemungkinan ISK tanpa melakukan kultur, dan diagnosa
dokter yang merawat.
b. Urine aliran dengan (midstream) adalah spesiemen urine yang
diambil dengan cara membuang urine pertama, dan aliran
pancar tengah yang akhirnya dijadikan bahan pemeriksaan.
c. Spesiemen untuk kultur urine harus didapatkan dengan
tehnik yang benar, misalnya clean catch collection adalah
tehnik pengambilan urine pancar tengah yang terutama
dilakukan
terhadap
pasien
wanita,
dengan
cara
membersihkan dulu jalan keluarnya urine yang diambil
secara
spontan.
Hal
ini
dilakukan
untuk
mengurangi
kontaminasi sampel dari flora yang biasa terdapat pada
muara dan urethra sekitarnya.
d. Pada
bayi,
spesiemen
diambil
dengan
cara
katetrisasi
kandung kemih atau aspirasi supra pubik.
e. ISK lain : adalah ISK yang melibatkan jaringan lebih dalam
dari sistem urinaria, misalnya ginjal, ureter, kandung kemih,
urethra dan jaringan sekitar retroperitonial atau rongga
perinefrik.
Panduan Surveilance
16
Infeksi Luka Operasi (ILO)
5. Phlebitis
Phlebitis dalam klasifikasi HAIs oleh CDC, dikelompokkan dalam
CVS-VASC (Arterial or Venous Infection).
a. Kriteria Phlebitis
Infeksi arteri atau vena harus memenuhi minimal 1 dari
kriteria berikut :
1. Hasil kultur positif dari arteri atau vena yang diambil saat
operasi.
2. Terdapat bukti infeksi dari arteri atau vena yang terlihat
saat operasi atau berdasarkan bukti hispatologik.
3. Pasien minimal mempunyai 1 gejala dan tanda berikut,
tanpa diketemukan penyebab lainnya :
a. Demam (> 38 derajat Celsius), sakit, eritema atau
panas pada vaskuler yang terlibat, dan
b. Kultur semikuantitatif dari ujung kanula intravaskuler
tumbuh > 15 koloni mikroba dan
c. Kultur darah tidak dilakukan atau hasil negatif
B. PENATALAKSANAAN SURVEILANS
1. Pengumpul Data
Tim PPI bertanggung jawab surveilans. Karena tim tersebut yang
memiliki keterampilan dalam mengidentifikasi infeksi di RS
sesuai dengan kriteria. Sedangkan pelaksana pengumpul data
adalah IPCN atau IPCLN.
Panduan Surveilance
17
Mekanisme pelaksanaan surveilans adalah :
a. Ketua
tim/penanggung
jawab
shift/perawat
melakukan
rekapitulasi data tiap shift untuk menilai indicator surveilans
sesuai dengan format yang telah ditentukan.
b. Penanggung jawab infeksi nosokomial di ruangan /IPCLN
setiap
hari
merekap
dilaporkan/dituliskan
data
oleh
surveilans
yang
tim/penanggung
telah
jawab
shift/perawat. Apabila ada kecurigaan terjadi infeksi, /IPCLN
segera
melaporkan
ke
IPCN
untuk
ditindaklanjuti
(investigasi).
c. Pada akhir bulan Kepala Ruangan/IPCLN segera melaporkan
hasil rekapitulasi penilaian indikator surveilans kepada IPCN.
2. Sumber data
Sumber dapat diperoleh dari :
a. Rekam medis
b. Catatan keperawatan
c. Catatan hasil penunjang (laboratorium dan radiologi)
d. Farmasi
e. Pasien/keluarga pasien
3. Numerator
Angka kejadian infeksi
4. Denominator
Denominator ditentukan oleh jenis infeksi di rumah sakit
Panduan Surveilance
18
Jumlah kasus Pneumonia
Insiden rate HAP = __________________________________________
1000
Jumlah lama hari rawat
X
5. Pengolahan dan penyajian data
Tim PPI bertanggung jawab atas pengumpulan data tersebut
di atas, karena
mereka yang memiliki keterampilan dalam mengidentifikasi
Infeksi Rumah
Sakit sesuai dengan kriteria yang ada. Sedangkan pelaksana
pengumpul data
adalah IPCN yang dibantu IPCLN.
Banyak sumber data diperlukan dalam pelaksanaan sueveilans
Infeksi Rumah
Sakit tergantung dari jenis pelayanan medik yang diberikan
oleh suatu rumah
Sakit. Komite/Tim PPI harus memiliki akses yang luas atas
sumber data serta
Perlu mendapatkan kerja sama dari semua bagian/unit di
rumah sakit
Tersebut, agar dapat melaksanakan surveilans dengan baik
atau
melaksanakan penyelidikan suatu KLB.
6. Perhitungan
Panduan Surveilance
19
Perhitungan dilakukan dalam satu bulan. Kurun waktu harus
jelas dan sama antara numerator dan denominator sehingga laju
tersebut mempunyai arti.
Surveilans merupakan kegiatan yang membutuhkan waktu dan
menyita hampir separuh waktu kerja, seorang IPCN sehingga
dibutuhkan penuh waktu/full time.
Dalam hal ini bantuan computer akan sangat membantu
terutama akan meningkatkan efesien pada saat analisis.
7. Analisis dan Interprestasi
Data insiden rata dianalisa, apakah ada perubahan yang
signifikan seperti penurunan maupun peningkatan infeksi RS,
kemudian dibandingkan dengan jumlah kasus dalam kurun
waktu bulan yang sama pada tahun yang lalu, jika terjadi
perubahan yang signifikan dicari faktor-faktor penyebabnya dan
dilanjutkan dengan alternative pemecahannya. Hasil analisa data
disajikan dalam bentuk table, diagram dan grafik.
8.
Pelaporan dan Rekomendasi
Prinsip pelaporan surveilans di Rumah Sakit Islam
Jakarta Cempaka Putih :
a. Laporan infeksi nosokomial yang terjadi di RS Islam
Jakarta dibuat secara
Sistematik, singkat, tepat waktu dan informatif.
b. Laporan pemantauan 5 waktu kebersihan tangan
dilaporkan tiap bulan.
c. Laporan HAis dilaporkan tiap bulan.
d. Laporan pola kuman dilaporkan persemester (tiap 6
bulan).
e. Laporan HAis disertai analisa masalah dan penyelesaian
masalah
dilaporkan ke Direksi tiap bulan, setelah itu
rekomendasinya
Panduan Surveilance
20
diteruskan ke Komite Mutu dan Manajemen RIsiko
(KMMR).
f. Laporan pola kuman dilaporkan ke Direksi tiap 6 bulan
dan kemudian
Rekomendasinya diteruskan ke Tim Farmasi Therapi,
Komite
Medik serta ke Komite Mutu dan Manajemen Risiko
(KMMR).
g. Laporan dipresentasikan dalam rapat koordinasi dengan
Komite Mutu
dan Manajemen Risiko (KMMR).
Panduan Surveilance
21
BAB IV
DOKUMENTASI
1.
Formulir Harian Indikator Mutu
2.
Formulir Rekap Indikator Mutu
3.
Formulir Pelaporan Infeksi Nosokomial
4.
Formulir Surveilans Harian Infeksi Rumah Sakit
5.
Formulir Surveilans Bulanan Infeksi Rumah Sakit
6.
Audit Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Gizi
7.
Audit Pemantauan Alat Pelindung Diri
8.
Audit Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
9.
Audit Infeksi
10.
Audit Ruang Isolasi
11.
Form monitoring dekontaminasi alat
12.
Form monitoring sterilisasi
Ditetapkan di : Jakarta
pada tanggal : 15
1437 H.
Safar
27 November 2015 M.
dr. Prastowo
Pramono,Sp.A.
Direktur Utama
Panduan Surveilance
22
Sidi
DAFTAR PUSTAKA
Menkes RI (2011) Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Menkes RI (2011) Petunjuk Praktis Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Menkes RI (2011) Panduan Penyusunan Dokumen Akreditasi
Panduan Surveilance
23
Lampiran :
Panduan Surveilance
24
Panduan Surveilance
25
Panduan Surveilance
26
Download