LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK MAGNET Tegangan, Muatan dan Energi didalam suatu Rangkaian Kelompok 1 (Shift Sore) Nama Anggota : 1. Arizaldy 2. Mimo Putra Ardiansyah 3. Nessa Aqila Prodi : Pendidikan Fisika Dosen : Syafriani, S.Si., M.Si., Ph.D. Asisten Dosen : 1. Edi Kurnia, S.Si. 2. Zurian Affandi, S.Si. LABORATORIUM GELOMBANG DAN OPTIK LISTRIK MAGNET FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERISTAS NEGERI PADANG 2016 TEGANGAN, MUATAN DAN ENERGI DIDALAM SUATU RANGKAIAN A. Tujuan Percobaan 1. Menentukan besar arus listrik yang mengalir di dalam rangkaian dengan tegangan tetap 2. Menentukan besar arus listrik yang mengalir di dalam rangkaian dengan hambatan tetap 3. Menyelidiki pengaruh tegangan terhadap kuat arus dengan tahanan tetap 4. Menyelidiki pengaruh tegangan terhadap kuat arus dengan tegangan sumber tetap 5. Menentukan besar muatan listrik 6. Menentukan besar energi dalam suatu rangkaian 7. Menyelidiki pengaruh tegangan terhadap besar energi dengan tahanan tetap 8. Menyelidiki pengaruh tahanan terhadap besar energi dengan tegangan sumber tetap 9. Menyelidiki pengaruh kuat arus terhadap besar energi 10. Menyelidiki pengaruh waktu terhadap besar energi B. Alat dan bahan 1. Laptop 2. Stopwatch 3. Aplikasi Java 4. Aplikasi percobaan topik 1 Komponen yang ada dalam aplikasi topik 1: a. Multimeter b. Power supply c. Resisitor d. Kabel penghubung e. Voltmeter f. Ampermeter C. Kajian Teori 1. Hukum ohm Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkaian, dibutuhkan beda potensial. Salah satu cara untuk menghasilkan beda potensial George Simon Ohm(1787-1854) menentukan dengan eksperimen bahwa arus pada kawat logam sebanding dengan bada potensail V yang diberikan ke ujung-ujungnya. I~π (1) Sebagai contoh, jika kita menghubungkan kawat ke baterai 6 volt, aliran arus akan dua kali lipat dibandingkan jika dihubungkan ke baterai 3 volt. Tepatnya berapa besar aliran arus pada kawat tidak hanya bergantung pada tegangan, tetapijuga pada hambatan yang diberikan pada kawat terhadap aliran electron. Makin tinggi hambatan ini, makin kecil arus untuk suatu tegangan V. kita kemudian mendefinisikan hambatan sehingga arus berbanding terbalik dengan hambatan. π πΌ=π (2) Dimana R adalah hambatan kawat atau suatu alat lainnya, V adalah beda potensial yang melintasi alat tersebut, dan I adalah arus yang mengalir padanya. (Giancoli, 2001: 67-68) 2. Arus listrik Jika terminal-terminal baterai dihubungkan dengan jalur penghantar yang kontinu, kita dapatkan rangkaian listrik. Pada diagram rangkaian, seperti gambar 1 I R V Gambar 1. Rangkaian baterai dengan kawat Garis yang lebih panjang pada symbol ini menyatakan terminal positif dan yang lebih pendek terminal negatif. Arus listrik pada kawat didefinisikan sebagai jumlah total muatan yang melewatinya per satuan waktu pada suatu titik. Dengan demikian, arus rata-rata I didefinisikan sebagai: πΌ= βπ βπ‘ (3) Dimana βπ ad alah jumlah muatan yang melewati konduktor pada suatu lokasi selama jangka waktu βπ‘. Arus listrik diukur dalam coulomb perdetik,satuannya ini diberi nama khusus ampere. (Giancoli, 2001: 65) Untuk jumlah muatan yang mengalir konstan, kuat arus yang ditimbukan adalah; π π= π‘ (4) Dengan I adalah arus listrik dalam ampere, q adalah muatan dalam coulomb, dan t adalah waktu dalam detik. Arus listrik merupakan kuantisasi makrokopis yaitu kuantisasi yang dapat diukur dengan alat ukur. Kuantisasi mikroskopis yang berhubungan vektor J. jika kuat arus I, terdistribusi merata dalam penghantar dengan luas penampang A, maka besarnya rapat arus adalah; J= π π΄ (5) Hubungan antara I dan j secara umum yaitu i=∫π΄ π. ππ΄ (6) dengan dA adalah elemen luas permukaan, dan integral diambil untuk seluruh permukaan A. Untuk memahami arus listrik secara mikroskopis, tinjau sebuah kawat penghantar, sperti dalam gambar 2. Μ πΈ′ A Gambar 2. Kawat penghantar (Ramli, 2006: 42-43) 3. Tegangan Tegangan adalah gaya listrik (Electromagnetic force) yang menggerakkan arus dalam sebuah rangakain listrik. Satuan dari tegangan adalah Volt dengan simbol E. Tegangan kecil biasanya diukur dalam orde milivolt dengan siimbol mV. Sementara untuk satuan listrik yang lebih kecil diungkapakan dalam orde mikro dengan simbol οV. Kapanpun arus listrik mengalir melalui sebuah resistor maka akan terdapat beda potensial pada resistor tersebut. Beda potensial merupakan perbedaan level tegangan antara dua titik dalam sebuah rangkaian. Beda potensial dan tegangan sumber keduanya menggunakan satuan Volt namun kedua besaran ini bukanlah kuantitas yang sama. Secara prinsip, tegangan sumber merupakan gaya penggerak yang menyebabkan arus listrik mengalir melalui sebuah resistor. Dengan kata lain tegangan sumber adalah penyebab dan beda potensial adalah efek yang ditimbulkan. (Yohandri dan Asrizal, 2014: 12) 4. Resistor Resistor adalah salah satu komponen dasar dalam rangkaian elektronika yang berguna untuk membatasi atau menghambat aliran arus dalam suatu rangkaian. Sesuai dengan namanya, resistor memiliki sifat resistif dan jumlah arus yang melaluinya berbanding terbalik dengan nilai resistansinya. Beberapa aplikasi resistor dalam rangkaian antara lain pembagi arus,pembagi tegangan,penurunan tegangan,pembatas arus dan sebaginya. Berdasrkan nilainya, resistor dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu resistor tetap,resistor tidak tetap dan resistor tidak linier. Resistor tetap nilainya tidak dapat diubah,sementara resistor tidak tetap nilainya dapat divariasikan dalam suatu rentang tertentu. Resistor linear memiliki nilai tahanan yang tidak linier karena nilainya dipengaruhi oleh parameter lain seperti suhu,intensitas cahaya dan sebagianya. (Yohandri dan Asrizal, 2015: 25) Kode warna resisitor Gambar 3. Kode warna resistor Simbol dari resistor adalah sebagai berikut: Gambar 4. Symbol resistor Cara menghitung resisitor 1. Resistor dengan 4 cincin kode warna Maka cincin ke 1 dan ke 2 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke 3 merupakan faktor pengali kemudian cincin kode warnake 4 menunjukan nilai toleransi resistor. 2. Resistor dengan 5 cincin kode warna Maka cincin ke 1, ke 2 dan ke 3 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke 4 merupakan faktor pengali kemudian cincin kode warna ke 5 menunjukan nilai toleransi resistor. 3. Resistor dengan 6 cincin warna Resistor dengan 6 cicin warna pada prinsipnya sama dengan resistor dengan 5 cincin warna dalam menentukan nilai resistansinya. Cincin ke 6 menentukan coefisien temperatur yaitu temperatur maksimum yang diijinkan untuk resistor tersebut. Sumber listrik arus searah (DC) adalah alat/benda yang menjadi sumber listrik arus searah (DC) dan menghasilkan arus DC secara permanent. Sumber listrik arus searah (DC) yang paling banyak dikenal adalah sumber listrik DC yang membangkitkan listrik secara kimia. Gambar 5. Power supply Multimeter adalah alat ukur yang dipakai untuk mengukur tegangan listrik, arus listrik, dan tahanan (resistansi). Itu adalah pengertian multimeter secara umum, sedangkan pada perkembangannya multimeter masih bisa digunakan untuk beberapa fungsi seperti mengukur temperatur, induktansi, frekuensi, dan sebagainya. Ada juga orang yang menyebut multimeter dengan sebutan AVO meter, mungkin maksudnya A (ampere), V(volt), dan O(ohm). Gambar 6. Multimeter analog dan digital D. Prosedur kerja 1. Sebelum memulai praktikum, pastikan aplikasi “Percobaan 1 Elektrostatika” untuk praktikum ini sudah ada dan dapat dijalankan dengan baik ! 2. Menghidupkan laptop kemudian membuka percobaan topik 1 selanjutnya membuka Percobaan 1 Elektrostatika ! Percobaan pertama: a. Menetapkan nilai tegangan yang diinginkan, misalnya 3 V. b. Menggunakan nilai tahanan 10 Ohm. c. Membaca arus yang terukur pada ampermeter dalam aplikasi yang digunakan. d. Memasukkan hasil pengukuran pada tabel 1a. e. Mengulangi langkah b, c, dan d dengan memvariasikan nilai tahanan sebanyak 4 data. Percobaan kedua: a. Menetapkan nilai tahanan yang diinginkan, misalnya 20 Ohm. b. Menggunakan nilai tegangan sumber 1 Volt. c. Membaca arus yang terukur pada ampermeter dalam aplikasi yang digunakan. d. Memasukkan hasil pengukuran pada tabel 1b. e. Mengulangi langkah b, c, dan d dengan memvariasikan nilai tegangan sumber sebanyak 4 data. Percobaan ketiga: a. Menetapkan nilai tahanan yang diinginkan, misalnya 30 Ohm. b. Menggunakan nilai tegangan sumber 1 Volt. c. Membaca arus yang terukur pada ampermeter dalam aplikasi yang digunakan. d. Memasukkan hasil pengukuran pada tabel 2. e. Mengulangi langkah b, c, dan d dengan memvariasikan nilai tegangan sumber sebanyak 4 data. Percobaan keempat: a. Menetapkan nilai tegangan yang diinginkan, misalnya 5 V. b. Menggunakan nilai tahanan 10 Ohm. c. Membaca arus yang terukur pada ampermeter dalam aplikasi yang digunakan. d. Memasukkan hasil pengukuran pada tabel 3. e. Mengulangi langkah b, c, dan d dengan memvariasikan nilai tahanan sebanyak 4 data. Percobaan kelima: a. Menggunakan nilai arus listrik yang akan digunakan sesuai dengan yang dinginkan dengan cara menetapkan nilai tegangan dan tahanan yang ada pada aplikasi yang digunakan. Misalkan, untuk mendapatkan kuat arus 0,1 A digunakan tegangan 1 Volt dan tahanan 10 Ohm. b. Menetapkan lamanya waktu arus yang mengalir dalam rangakaian, misalkan 30 s. c. Menghitung jumlah muatan yang mengalir dalam rangkaian rangkaian selama waktu yang ditetapkan. d. Memasukkan hasil pengukuran pada tabel 4. e. Mengulangi langkah a, b, c, dan d dengan memvariasikan nilai kuat arus sebanyak 4 data. Percobaan keenam: a. Menetapkan nilai tegangan sumber yang digunakan, misalkan 1 Volt. b. Menetapkan nilai tahanan yang digunakan, misalkan 10 Ohm. c. Dengan nilai tegangan dan tahanan tersebut diperoleh kuat arus sebesar 0,1 A. d. Menetapkan lamanya waktu untuk arus listrik mengalir dalam rangkaian, misalkan 20 s. e. Memasukkan data yang diperoleh kedalam tabel 5. Percobaan ketujuh: a. Menggunakan nilai tegangan sumber yang diinginkankan, misalkan 1 Volt. b. Menetapkan nilai tahanan yang digunakan, misalkan 10 Ohm. c. Dengan nilai tegangan dan tahanan tersebut diperoleh kuat arus sebesar 0,1 A. d. Menetapkan lamanya waktu untuk arus listrik mengalir dalam rangkaian, misalkan 20 s. e. Memasukkan data yang diperoleh kedalam tabel 6. f. Mengulangi langkah a, b, c, d, dan e dengan memvariasikan nilai tegangan sumber sebanyak 4 data. Percobaan kedelapan: a. Menetapkan nilai tegangan sumber yang digunakan, misalkan 3 Volt. b. Menggunakan nilai tahanan yang diinginkankan, misalkan 10 Ohm. c. Dengan nilai tegangan dan tahanan tersebut diperoleh kuat arus sebesar 0,3 A. f. Menetapkan lamanya waktu untuk arus listrik mengalir dalam rangkaian, misalkan 10 s. d. Memasukkan data yang diperoleh kedalam tabel 7. e. Mengulangi langkah a, b, c, d, dan e dengan memvariasikan nilai tahanan sebanyak 4 data. Percobaan kesembilan: a. Menggunakan nilai tegangan sumber yang diinginkankan, misalkan 1 Volt. b. Menetapkan nilai tahanan yang digunakan, misalkan 25 Ohm. c. Dengan nilai tegangan dan tahanan tersebut diperoleh kuat arus sebesar 0,025 A. d. Menetapkan lamanya waktu untuk arus listrik mengalir dalam rangkaian, misalkan 30 s. e. Memasukkan data yang diperoleh kedalam tabel 8. f. Mengulangi langkah a, b, c, d, dan e dengan memvariasikan nilai tegangan sumber sebanyak 4 data. Percobaan kesepuluh: a. Menetapkan nilai tegangan sumber yang diinginkankan, misalkan 5 Volt. b. Menetapkan nilai tahanan yang digunakan, misalkan 25 Ohm. c. Dengan nilai tegangan dan tahanan tersebut diperoleh kuat arus sebesar 0,2 A. d. Menetapkan lamanya waktu untuk arus listrik mengalir dalam rangkaian, misalkan 10 s. e. Memasukkan data yang diperoleh kedalam tabel 9. f. Mengulangi langkah d dan e dengan memvariasikan lamanya waktu untuk arus mengalir sebanyak 4 data. E. Tabel Data Tabel 1a. Besar arus listrik yang mengalir di dalam rangkaian dengan tegangan tetap NO V(volt) 1 2 3 3 4 R(β¦) Iu(A) IH (A) % πΎππ (%) 10 0,3 0,3 0 15 0,2 0,2 0 20 0,15 0,15 0 25 0,125 0,12 4 Tabel 1b. Besar arus listrik yang mengalir di dalam rangkaian dengan tahanan tetap NO V(volt) 1 1 2 2 3 3 4 4 R(β¦) 20 Iu(A) IH (A) % πΎππ (%) 0,05 0,05 0 0,1 0,1 0 0,15 0,15 0 0,2 0,2 0 Tabel 2. Pengaruh tegangan terhadap kuat arus dengan tahanan tetap NO V(volt) 1 1 2 2 3 3 4 4 R(β¦) 10 Iu(A) IH (A) % πΎππ (%) 0,1 0,1 0 0,2 0,2 0 0,3 0,3 0 0,4 0,4 0 Tabel 3. Pengaruh hambatan terhadap kuat arus NO V(volt) 1 2 3 4 5 R(β¦) Iu(A) IH (A) % πΎππ (%) 10 0,5 0,5 0 15 0,325 0,325 1,54 20 0,25 0,25 0 25 0,2 0,2 0 Tabel 4. Besar muatan listrik dalam suatu rangakaian NO I(A) 1 0,1 2 0,2 3 0,3 4 0,4 t(s) Qu(C) QH (C) % πΎππ (%) 3 3 0 6 6 0 9 9 0 12 12 0 30 Tabel 5. Besar energi dalam suatu rangkaian NO V(volt) R(β¦) I(A) t(s) E (Joule) 1 1 10 0,1 30 3 Tabel 6. Pengaruh tegangan terhadap besar energy dalam suatu rangkaian NO V(volt) 1 1 2 2 3 3 4 4 R(β¦) I(A) t(s) 0,1 0,2 10 0,3 E (Joule) 2 20 0,4 8 18 32 Tabel 7. Pengaruh tahanan terhadap besar energi NO 1 2 3 4 R(β¦) V(volt) 3 I(A) 10 0,3 15 0,2 20 0,15 25 0,1 t(s) E (Joule) 9 10 6 4,5 3,6 Tabel 8. Pengaruh kuat arus terhadap besar energi NO V(volt) 1 1 2 2 3 3 4 4 R(β¦) I(A) t(s) 0,025 25 0,075 0,1 E (Joule) 0,47 30 0,15 4,2 7,5 16,9 Tabel 9. Pengaruh waktu terhadap besar energi NO V(volt) R(β¦) I(A) 1 2 3 4 5 25 0,2 t(s) E (Joule) 10 10 20 20 30 30 40 40 F. Pengolahan data Tabel 1a. Menentukan besar arus listrik yang mengalir didalam rangkaian dengan nilai tegangan tetap πΌπ» = π π %πΎππ = | πΌπ’ − πΌβ | π₯100% πΌπ’ Data 1 πΌπ’ = 0,3 π΄ πΌπ» = 3 π£πππ‘ 20 Ω πΌπ» = 0,3 π΄ %πΎππ = | 0,3−0,3 0,3 | π₯100% %πΎππ = 0 % Data 2 πΌπ’ = 0,2 π΄ πΌπ» = 3 π£πππ‘ 15 Ω πΌπ» = 0,2 π΄ %πΎππ = | 0,2−0,2 0,2 | π₯100% %πΎππ = 0 % Data 3 πΌπ’ = 0,15 π΄ πΌπ» = 3 π£πππ‘ 20 Ω πΌπ» = 0,15 π΄ %πΎππ = | 0,15−0,15 0,15 | π₯100% %πΎππ = 0 % Data 4 πΌπ’ = 0,12 π΄ πΌπ» = 3 π£πππ‘ 25 Ω %πΎππ = | 0,12−0,12 0,12 | π₯100% πΌπ» = 0,12 π΄ %πΎππ = 0 % Tabel 1b. Menentukan besar arus listrik yang mengalir di dalam rangkaian dengan nilai tahanan tetap π πΌ −πΌβ %πΎππ = | π’πΌ πΌπ» = π π’ Data 1. πΌπ’ = 0,05 π΄ πΌπ» = 1 π£πππ‘ 20 Ω πΌπ» = 0,05 π΄ 0,05−0,05 %πΎππ = | 0,05 | π₯100% %πΎππ = 0 % Data 2. πΌπ’ = 0,1 π΄ πΌπ» = 2 π£πππ‘ 20 Ω πΌπ» = 0,1 π΄ 0,1−0,1 %πΎππ = | 0,1 | π₯100% %πΎππ = 0 % Data 3. πΌπ’ = 0,15 π΄ πΌπ» = 3 π£πππ‘ 20 Ω πΌπ» = 0,15 π΄ 0,15−0,15 %πΎππ = | 0,15 | π₯100% %πΎππ = 0 % Data 4. πΌπ’ = 0,2 π΄ πΌπ» = 4 π£πππ‘ 20 Ω πΌπ» = 0,2 π΄ 0,2−0,2 %πΎππ = | 0,2 %πΎππ = 0 % | π₯100% | π₯100% Tabel 2. Menyelidiki pengaruh tegangan terhadap kuat arus π πΌ −πΌβ %πΎππ = | π’πΌ πΌπ» = π π’ Data 1. πΌπ’ = 0,1 π΄ πΌπ» = 1 π£πππ‘ 10 Ω πΌπ» = 0,1 π΄ 0,1−0,1 %πΎππ = | 0,1 | π₯100% %πΎππ = 0 % Data 2. πΌπ’ = 0,2 π΄ πΌπ» = 2 π£πππ‘ 10 Ω πΌπ» = 0,2 π΄ 0,2−0,2 %πΎππ = | 0,2 | π₯100% %πΎππ = 0 % Data 3. πΌπ’ = 0,3 π΄ πΌπ» = 3 π£πππ‘ 10 Ω πΌπ» = 0,3 π΄ 0,3−0,3 %πΎππ = | 0,3 | π₯100% %πΎππ = 0 % Data 4. πΌπ’ = 0,4 π΄ πΌπ» = 4 π£πππ‘ 10 Ω 0,4−0,4 %πΎππ = | 0,4 | π₯100% | π₯100% πΌπ» = 0,4 π΄ %πΎππ = 0 % Tabel 3. Menyelidiki pengaruh tegangan terhadap kuat arus V = 8 Volt π πΌ −πΌπ» % πΎππ = | π’πΌ IH = π π’ | × 100% Data 1 Iu = 0,5 A 5 0,5−0,5 % πΎππ = | IH = 10 = 0,5 A | × 100% = 0% 0,5 Data 2 Iu = 0,33 A 5 0,325−0,33 % πΎππ = | IH = 15 = 0,33 A | × 100% = 1,54% 0,33 Data 3 Iu = 0,25 A 5 0,25−0,25 % πΎππ = | IH = 20 = 0,25 A 0,25 | × 100% = 0% Data 4 Iu = 0,2 A 5 0,32−0,32 % πΎππ = | IH = 25 = 0,2 A 0,32 | × 100% = 0% Tabel 4. Menentukan besar muatan listrik ππ» = πΌ. π‘ Data 1. 7 ππ’ = 2 πΆ = 3,5 πΆππ’ππππ ππ’ −πβ %πΎππ = | ππ’ | π₯100% 3,5−3 ππ» = 0,1π₯30 %πΎππ = | ππ» = 3 πΆππ’ππππ %πΎππ = 14% 3,5 | π₯100% Data 2 ππ’ = 15 2 πΆ = 7,5 πΆππ’ππππ 7,5−6 ππ» = 0,2π₯30 %πΎππ = | ππ» = 6 πΆππ’ππππ %πΎππ = 20 % 7,5 | π₯100% Data 3 ππ’ = 22 2 πΆ = 11 πΆππ’ππππ 11−9 ππ» = 0,3π₯30 %πΎππ = | ππ» = 9 πΆππ’ππππ %πΎππ = 18% 11 | π₯100% Data 4 ππ’ = 30 2 πΆ = 15 πΆππ’ππππ 15−12 ππ» = 0,4π₯30 %πΎππ = | ππ» = 12 πΆππ’ππππ %πΎππ = 20 % 15 | π₯100% Tabel 5. Menentukan besar energi dalam suatu rangkaian πΈ= Data 1. π2 π .π‘ πΈ = πΌ 2 . π . π‘ πΈ = π. πΌ. π‘ πΈ= π2 π .π‘ 1 πΈ = πΌ 2 . π . π‘ πΈ = π. πΌ. π‘ πΈ = 10 . 30 πΈ = 0,12 π₯10π₯30 πΈ = 1π₯0,1π₯30 πΈ = 3 π½ππ’ππ πΈ = 3 π½ππ’ππ πΈ = 3 π½ππ’ππ Tabel 6. Menyelidiki pengaruh tegangan terhadap besar energi Diket: R = 10 Ohm, t = 20 s E= π2 π t Data 1 12 E= 10 20 = 2 Joule Data 2 22 E= 10 20 = 8 Joule Data 3 32 E= 10 20 = 18 Joule Data 4 42 E= 10 20 = 32 Joule Tabel 7. Menyelidiki pengaruh tahanan terhadap besar energi π2 πΈ= .π‘ π V= 3 volt Data 1. R=10 β¦ 32 πΈ= . 10 10 πΈ= 9 . 10 10 πΈ = 9 π½ππ’ππ Data 2. R=15 β¦ 32 . 10 15 9 πΈ= . 10 15 πΈ= πΈ = 6 π½ππ’ππ Data 3. R=20 β¦ 32 . 10 20 9 πΈ= . 10 20 πΈ= πΈ = 4,5 π½ππ’ππ Data 4. R=25 β¦ 32 . 10 25 9 πΈ= . 10 25 πΈ= πΈ = 3,6 π½ππ’ππ Tabel 8. Menyelidiki pengaruh kuat arus terhadap besar energi πΈ = πΌ 2 . π . π‘ R= 25 β¦ Data 1. πΈ = 0,0252 . 25.30 πΈ = 6,25π₯10−4 π₯750 πΈ = 4687,5π₯10−4 πππ’ππ πΈ = 0,47 πππ’ππ Data 2 πΈ = 0,0752 . 25.30 πΈ = 5,625π₯10−3 π₯750 πΈ = 4218,75π₯10−3 πππ’ππ πΈ = 4,2 πππ’ππ Data 3 πΈ = 0,12 . 25.30 πΈ = 1π₯10−2 π₯750 πΈ = 750π₯10−2 πππ’ππ πΈ = 7,5 πππ’ππ Data 4. πΈ = 0,152 . 25.30 πΈ = 225π₯10−4 π₯750 πΈ = 168750π₯10−4 πππ’ππ πΈ = 16,9 πππ’ππ Tabel 9. Menyelidiki pengaruh waktu terhadap terhadap besar energi Diket: V = 4 Volt, I = 0,4 A, R = 10 Ohm E = I2 .R.t Data 1 E = 0,22 .25.10 = 10 Joule Data 2 E = 0,22 .25.20 = 20 Joule Data 3 E = 0,22 .25.30 = 30 Joule Data 4 E = 0,22 .25.40 = 40 Joule G. Pembahasan Pada praktikum ini, kami melakukan prakikum tentang “Tegangan, Muatan dan Energi dalam rangkaian. Dimana ada 9 percobaan yang dilakukan untuk mencapai 10 tujuan praktikum yaitu sebagai berikut : Pada percobaan pertama bagian (a), kami melakukan pengukuran kuat arus dengan tegangan sumber 3 V. Adapun tahanan yang divariasikan adalah 10; 15; 20 dan 25 Ohm. Sehingga arus listrik yang terukur adalah 0,3; 0,2; 0,15; 0,125 A. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan nilai kuat arus adalah 0,3; 0,2; 0,15; 0,12 A. Dengan demikian didapat persentase kesalahan kuat arus hasil pengukuran dan perhitungan adalah 0%; 0%; 0%; 4%. Pada Percobaan pertama bagian (b), kami melakukan pengukuran kuat arus dengan memvariasikan tegangan sumber 1; 2; 3; 4 V. Adapun tahanan yang digunakan 20 Ohm. Sehingga arus listrik yang terukur adalah 0,05; 0,1; 0,15; 0,2 A. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan nilai kuat arus adalah 0,05; 0,1; 0,15; 0,2 A. Dengan demikian didapat persentase kesalahan kuat arus hasil pengukuran dan perhitungan adalah 0%; 0%; 0%; 0%. Pada Percobaan kedua, kami melakukan pengukuran kuat arus dengan memvariasikan tegangan sumber 1; 2; 3; 4 V. Adapun tahanan yang digunakan 10 Ohm. Sehingga arus listrik yang terukur adalah 0,1; 0,2; 0,3; 0,4. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan nilai kuat arus adalah 0,1; 0,2; 0,3; 0,4. Dengan demikian didapat persentase kesalahan kuat arus hasil pengukuran dan perhitungan adalah 0%; 0%; 0%; 0%. I (A) Grafik hubungan V-I 0,45 0,4 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0 Iu (A) 0 1 2 3 4 5 V (Volt) Dari data yang diperoleh, dapat dilihat hubungan antara tegangan sumber dengan kuat arus adalah berbanding lurus yang sesuai dengan teori yang ada yaitu semakin besar tegangan sumber maka jumlah arus listrik yang mengalir semakin besar pula. Pada Percobaan ketiga, kami melakukan pengukuran kuat arus dengan tegangan sumber 5 V. Adapun tahanan yang divariasikan adalah 10; 15; 20; 25 Ohm. Sehingga arus listrik yang terukur adalah 0,5; 0,325; 0,25; 0,2 A. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan nilai kuat arus adalah 0,5; 0,33; 0,25; 0,2 A. Dengan demikian didapat persentase kesalahan kuat arus hasil pengukuran dan perhitungan adalah 0%; 1,54%; 0%; 0%. Grafik hubungan R-I 0,6 0,5 I (A) 0,4 0,3 Iu (A) 0,2 0,1 0 0 5 10 15 20 25 30 R (Ohm) Dari data yang diperoleh, terlihat bahwa pengaruh tahanan terhadap kuat arus adalah berbanding terbalik. Diamana, semakin besar nilai hambatan yang dipakai maka arus yang mangalir semakin kecil. Hal ini juga sesuai dengan teori yang ada. Pada percobaan keempat, kuat arus yang digunakan adalah 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 A dalam waktu 30 s. Sehingga, muatan yang mengalir adalah sebesar adalah sebesar 7; 15; 22; 30 Coulomb. Sedangkan, berdasarkan hasil perhitungan didapat didapat muatan yang mengalir 3; 6; 9; 12 Coulomb. Untuk yang berdasarkan hasil pengukuran, muatan yang sebenarnya adalah setengah dari muatan diatas yaitu 3,5; 7,5; 11; 15 Coulomb. Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan, diperoleh persentase kesalahan yaitu 14%; 20%; 18%; 20%. Pada percobaan kelima, kami menggunakan tegangan 1 V dan tahanan 10 Ohm, sehingga kuat arus yang terukur 0,1 A dalam waktu 30 s. Dalam percobaan ini kami menggunakan tiga rumus yang berbeda untuk perhitungan energi listrik, dimana ketiganya didapatkan energi sebesar 3 Joule. Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulakan bahwa hasil percobaan sesuai dengan teori yang ada. Percobaan keenam, kami menggunakan tegangan 1; 2; 3; 4 V dengan tahanan 10 Ohm. Sehingga, arus listrik yang mengalir 0,1; 0,2; 0,3; 0,4 A dalam waktu 20 s. Adapun energi listrik yang didapat berdasarkan pengolahan data adalah 2; 8; 18; 32 Joule. Grafik hubungan V-E 35 30 E (Joule) 25 20 15 E (Joule) 10 5 0 0 1 2 3 4 5 V (Volt) Dari data yang diperoleh terlihat bahwa pengaruh tegangan terhadap besar energi dalam suatu rangkaian adalah berbanding lurus. Artinya, semakin besar nilai tegangan sumber, maka besar energi yang mengalir dalam suatu rangkaian semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan teori yang ada. Percobaan ketujuh, kami menggunakan tegangan sebesar 3 V, denagn variasi tahanan 10; 15; 20; 25 Ohm. Sehingga arus listrik yang terukur adalah 0,3; 0,2; 0,15; 0,1 A dalam waktu 10 s. Setelah dilakukan pengolahan data didapat jumlah energi yang mengalir dalam rangkaian adalah 9; 6; 4,5; 3,6 Joule. Dari data yang diperoleh terlihat bahwa pengaruh tahanan terhadap besar energi dalam suatu rangkaian adalah berbanding terbalik. Artinya, semakin besar nilai tahanan, maka besar energi yang mengalir dalam suatu rangkaian semakin kecil. Hal ini sesuai dengan teori yang ada. E (Joule) Grafik hubungan R-E 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 E (Joule) 0 5 10 15 20 25 30 R (Ohm) Percobaan kedelapan, kami menggunakan variasi tegangan sumber 1; 2; 3; 4 V dengan tahanan tetap yaitu 25 Ohm. Sehingga, arus listrik yang terukur adalah 0,025; 0,075; 0,1; 0,15 A yaitu selama 30 s. Sehingga, berdasarkan pengolahan data didapat jumlah energi yang mengalir dalam rangkaian adalah 0,47; 4,2; 7,5; 16,9 Joule. E (Joule) Grafik hubungan I-E 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 E (Joule) 0 0,05 0,1 0,15 0,2 I (A) Dari data yang diperoleh terlihat bahwa pengaruh kuat arus terhadap besar energi dalam suatu rangkaian adalah berbanding lurus. Artinya, semakin besar nilai kuat arus yang mengalir, maka besar energi yang mengalir dalam suatu rangkaian semakin besar pula. Hal inipun sesuai dengan teori yang ada. Percobaan kesembilan, kami menggunakan tegangan sumber sebesar 5 V, dengan tahanan 25 Ohm, sehingga arus listrik yang mengalir dalam rangakaian adalah 0,2 A. Kemudian kami memvariasikan waktunya yaitu 10; 20; 30; 40 s. Sehingga, setelah dilakukan pengolahan data didapat besar energi yang mengalir dalam rangkaia adalah 10; 20; 30; 40 Joule. E (Joule) Grafik hubungan t-E 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 E (Joule) 0 10 20 30 40 50 t (s) Dari data yang diperoleh terlihat bahwa pengaruh waktu terhadap besar energi dalam suatu rangkaian adalah berbanding lurus. Artinya, semakin lama waktu yang digunakan arus untuk mengalir, maka besar energi yang mengalir dalam suatu rangkaian semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan teori yang ada. H. Kesimpulan 1. Arus listrik yang mengalir didalam rangkaian dengan tegangan tetap adalah 0,3 A untuk tahanan 10 β¦, secara lengkap dapat dilihat pada tabel 1a. 2. Arus listrik yang mengalir didalam rangkaian dengan tahanan tetap adalah 0,05 A untuk tegangan 1 volt, secara lengkap dapat dilihat pada tabel 1b. 3. Hubungan tegangan dengan arus listrik adalah berbanding lurus pada tahanan tetap. Dimana semakin besar tegangan maka arus listrik akan semakin besar. 4. Hubungan tahanan dengan arus listrik adalah berbanding lurus pada tegangan sumber tetap. Dimana semakin besar tegangan maka arus listrik akan semakin besar. 5. Muatan listrik yang mengalir didalam rangkaian dengan waktu tetap adalah 7 coulomb untuk arus listrik 0,1 A. 6. Energi yang mengalir didalam rangkaian adalah 3 joule untuk tegangan sumbernya 1 volt,tahanan 10 β¦, dan arus listrik 0,1 A. 7. Hubungan tegangan dengan energi adalah berbanding lurus pada tahanan tetap. Dimana semakin besar tegangan maka energi yang mengalir pada rangkaian akan semakin besar. 8. Hubungan tahanan dengan energi adalah berbanding terbalik pada tegangan tetap. Dimana semakin besar tahanan maka energi yang mengalir pada rangkaian semakin kecil. 9. Hubungan kuat arus dengan energi adalah berbanding lurus pada tahanan tetap. Dimana semakin besar kuat arus maka energi yang mengalir pada rangkaian semakin besar. 10. Hubungan waktu dengan energi adalah berbanding lurus,dimana semakin besar waktu maka energi yang mengalir pada rangkaian semakin besar. DAFTAR PUSTAKA Giancoli, Douglas. C. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Ramli. 2006. Fisika Dasar 2. Padang: FMIPA UNP. Yohandri dan Asrizal. 2014. Elektronika Dasar 2: Komponen, Rangkaian dan Aplikasi. Padang: UNP. ---------------------------.2015. Elektronika Aplikasi.Padang: FMIPA UNP. Dasar 1: Komponen, Rangkaian dan