2.2.8 Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut dengan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisa Situasi
Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, tingkat kebutuhan energi manusia
juga semakin meningkat. Kebutuhan energi dunia selama ini sebagian besar bertumpu
pada jenis bahan bakar fosil, dengan minyak sebagai prioritas utama. Pemanfaatan dan
penggunaan sumber energi dari bahan bakar fosil, seperti minyak bumi, gas dan
batubara, yang berasal dan diambil dari perut bumi secara terus-menerus, yang
jumlahnya semakin sedikit dan terbatas. Karena permintaan kebutuhan yang terus
meningkat, sedangkan jumlah produksi semakin menurun, sehingga secara tidak langsung
pengaruh harga menjadi semakin mahal dan tidak ekonomis.
Dampak dari penggunaan energi dari bahan fosil, yakni mulai dari proses
penyediaan, pengolahan, transportasi dan hingga sampai pada penggunaan, terutama terkait
dengan masalah penggunaan energi di sektor transportasi dan ketersedian energi
listrik, sampai saat ini masih memanfaatkan sumber energi dari bahan fosil, sehingga
menjadi beban bagi masalah konservasi dan kemampuan daya dukung lingkungan
sekitar atau global. Dampak terhadap masalah lingkungan, yaitu terutama terkait dengan
masalah perubahan iklim (climate change) dan efek gas rumah kaca (green house effect
gasses) yang ditimbulkan akibat penggunaan energi fosil. Pergeseran dan perubahan cara
pandang negara-negara di dunia mulai mengalihkan dan cenderung mengurangi
penggunaan
energi dari
bahan
bakar fosil
dan
mengalihkan
perhatiannya
pada
pemanfaatan sumber energi terbarukan (renewable energy source) sebagai sumber energi
pengganti masa depan ramah lingkungan.
1
Berikut tabel perkiraan yang menggambarkan peningkatan kebutuhan energi
primer dunia hingga tahun 2030. (International Energy Agency-IEA, 2007)
Million ton minyak ekivalen (Mtoe)
Pertumbuhan
ratarata/tahun
Energi
1980
2004
2010
2015
2030
2004-2030
Coal
1,785
2,773
3,354
3,666
4,441
1,8%
Oil
3,107
3,940
4,366
4,750
5,575
1,3%
Gas
1,237
2,302
2,686
3,017
3,869
2,0%
Nuclear
186
714
775
810
861
0,7%
Hydro
148
242
280
317
408
2,0%
Biomass
765
1,176
1,283
1,375
1,645
1,3%
33
57
99
136
296
6,6%
7,261
11,204
12,842
14,071
17,095
1,6%
and Waste
Other
renewables
Total
Tabel 1 Kebutuhan energi primer dunia sampai tahun 2030
Berdasarkan data yang dari badan energi dunia (International Energy AgencyIEA), bahwa permintaan kebutuhan energi dunia menunjukkan angka peningkatan yang
sangat tajam. Hingga tahun 2030 permintaan energi dunia meningkat sebesar 45% atau
rata-rata mengalami peningkatan sebesar 1,6% per tahun. Kebutuhan paling banyak
permintaan kebutuhan energi dunia sekitar 80% masih didominasi dan dipasok dari bahan
bakar fosil.
2
Gambar 1.1 Kebutuhan Global Energi Dunia sampai 2100
Sumber : Luwig-Bolkow-Systemtechnik GmbH, 2007
Peningkatan kebutuhan energi bahan bakar fosil ditandai dengan menempatkan
posisi batubara pada urutan ke kedua tertinggi sebagai pemasok sumber energi setelah
minyak. Pemakaian batubara diperkirakan mengalami peningkatan tiga kali lipat hingga
2030. Sebesar 97% pemakaian batubara adalah non OECD (Organisation for Economic
Co-Operation and Development) dengan China mengkonsumsi dua pertiga terbesar di
dunia. Posisi ketiga setelah batubara, pasokan energi dunia secara berurutan disumbang
oleh gas, biomasa, nuklir, hydropower dan sumber energi terbarukan.
Melihat lebih dari 70% bagian permukaan bumi adalah lautan. Hal ini dapat menjadi
suatu upaya dengan penyediaan energi listrik berbahan bakar alternatif yang sifatnya non
konvensional, yakni pembangkit listrik tenaga gelombang laut dengan. Pembangkit listrik
tenaga gelombang laut ini memiliki berbagai macam metode, salah satunya menggunakan
metode teknologi oscilatting water column (PLTGL-OWC). Energi gelombang merupakan
energi yang sifatnya dapat diperbaharui dan ramah lingkungan, serta selalu tersedia
sepanjang waktu.
3
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah pengkajian sumber energi yang memanfaatkan salah
satu energi terbarukan (renewable energy) yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang
Laut (PLTGL), khususnya dengan menggunakan metode teknologi Oscillating Water
Column.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diharapkan pada penulisan makalah ini antara lain adalah:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang energi baru dan yang terbarukan,
dalam hal ini adalah Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut yang merupakan
potensi energi terbarukan sehingga tidak akan habis. Sehingga dapat membantu dunia
teknologi, khusunya yang berhubungan dengan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang
Laut (PLTGL) sehingga dapat berkembang pesat.
2. Menambah khazanah informasi dalam disiplin ilmu teknik elektro, khususnya
mengenai sistem pembangkitan.
3. Menambah pengetahuan pada bidang elektro khususnya konsentrasi sistem tenaga
listrik.
.
4
BAB II
ISI
2.1 Rumusan Masalah
Sesuai dengan analisa situasi penulisan makalah ini maka permasalahannya adalah,
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan energi terbarukan (renewable energy)
2. Bagaimana memanfaatkan salah sumber energi terbarukan (renewable energy) yaitu
pembangkit listrik tenaga gelombang laut.
3. Apa saja komponen-komponen yang terdapat pada pembangkit listrik tenaga
gelombang laut.
4. Metode apa saja yang dapat diterapkan untuk mengkonversi tenaga gelombang laut
menjadi energi listrik.
5. Apa yang dimaksud dengan metode Oscillating Water Column (OWC) pada
pembangkit listrik tenaga gelombang laut.
6. Bagaimana prinsip pembangkitan listrik tenaga gelombang laut dengan metode
Oscillating Water Column (OWC).
7. Apa yang mempengaruhi dalam penentuan lokasi pembangunan pembangkit listrik
tenaga gelombang laut dengan metode Oscillating Water Column (OWC).
8. Apa kelebihan dan kekurangan pembangkit listrik tenaga gelombang laut dengan
metode Oscillating Water Column (OWC).
9. Bagaimana perkembangan pembangkit listrik gelombang laut di Indonesia dan dunia.
5
2.2 Pembahasan
2.2.1 Energi
Energi adalah daya kerja atau tenaga, energi berasal dari bahasa Yunani yaitu
energia yang merupakan kemampuan untuk melakukan usaha. Energi merupakan
besaran yang kekal, artinya enegi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan, tetapi
dapat diubah dari bentuk satu ke bentuk yang lain. Ditinjau dari asalnya energi
mempunyai bermacam-macam bentuk seperti berikut : energi potensial, energi
kinetik, energi kimia, energi kalor, energi listrik, energi bunyi ,energi nuklir ,energi
radiasi.
Sumber daya energi primer pada dasarnya semua berasal dari proses alamiah.
Sumber daya energi primer dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) jenis energi, yaitu:
[Wibawa, 2001]
a.
Energi Tak Terbarukan (unrenewable energy), yang dikenal pula dengan istilah
energi fosil, adalah jenis sumber daya energi primer yang habis dipakai, dan tidak
dapat diperbaharui lagi, baik secara alamiah maupun dengan bantuan teknologi.
Termasuk disini antara lain: minyak bumi, batubara, dan gas alam.
b.
Energi Terbarukan (renewable energy), yang dikenal pula dengan istilah energi
regeneratif, adalah jenis sumber daya energi primer yang tidak habis dipakai,
dalam artian dapat diperbaharui lagi, baik secara alamiah maupun dengan bantuan
teknologi (regenerasi). Termasuk disini antara lain: matahari, air, angin,
geothermal, biomassa, dan biogas.
2.2.2 Konversi Energi
Konversi energi dipahami sebagai proses perubahan energi dari bentuk yang
satu ke bentuk lainnya, misalnya dari energi primer berubah menjadi energi
sekunder. Bentuk energi primer seperti: batu bara, minyak bumi, gas alam, matahari,
angin, air, biomassa, sampai dengan biogas akan diubah menjadi bentuk energi
6
sekunder, agar lebih dapat dimanfaatkan atau lebih mudah diangkut atau dibawa,
misalnya: bensin dari minyak bumi, atau elektrik dari batubara.
Bentuk energi sekunder yang paling sering ditemui dan dimanfaatkan oleh
manusia adalah: energi panas, energi mekanik dan energi elektrik. Energi primer juga
dapat langsung dimanfaatkan, sebagai energi guna, untuk memenuhi kebutuhan
manusia, misalnya: energi gerak, panas dan cahaya.
2.2.3
Gelombang Laut
Gelombang laut merupakan energi dalam transisi, merupakan energi yang
terbawa oleh sifat aslinya. Prinsip dasar terjadinya gelombang laut adalah sebagai
berikut (waldopo,2008): ” Jika ada dua massa benda yang berbeda kerapatannya (
densitasnya) bergesekan satu sama lain, maka pada bidang geraknya akan terbentuk
gelombang”. Gelombang merupakan gerakan naik turunnya air laut. Hal ini seperti
ditunjukkan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1. Gambar pergerakan air laut.
Sumber : Waldopo, 2008
Gelombang
permukaan
merupakan
gambaran
yang
sederhana
untuk
menunjukkan bentuk dari suatu energi lautan. Gejala energi gelombang bersumber
pada fenomena-fenomena sebagai berikut (Pudjanarsa, 2006):
7
• Benda (body) yang bergerak pada atau dekat permukaan yang menyebabkan
terjadinya gelombang dengan periode kecil, energi kecil pula.
• Angin merupakan sumber penyebab utama gelombang lautan.
• Gangguan seismik yang menyebabkan terjadinya gelombang pasang atau tsunami.
Contoh gangguan seismik adalah: gempa bumi, dll.
• Medan gravitasi bumi dan bulan penyebab gelombang-gelombang besar, terutama
menyebabkan gelombang pasang yang tinggi.
Selanjutnya gelombang laut ditinjau dari sifat pengukurannya dibedakan
menurut ketinggian serta periode alunannya. Dari kebanyakan data yang ada, tinggi
gelombang lautan dapat diukur melalui alat ukur gelombang ataupun dengan cara
visual dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan. Karena gelombang laut
sukar untuk dijabarkan secara pasti, sehingga muncullah berbagai macam teori
pendekatan yang digunakan untuk memberikan informasi ilmiah tentang sifat
gelombang lautan pada suatu tingkat fenomena yang aktual. Suatu teori sederhana
tentang gelombang lautan dikenal sebagai teori dari Airy atau teori gelombang linier.
Selanjutnya para ahli membedakan sifat gelombang laut sebagai gelombang linier dan
gelombang non-linier.
2.2.4 Pengaruh Angin terhadap Gelombang Laut
Angin adalah sumber utama terjadinya gelombang lautan. Dengan demikian
tinggi gelombang, periode, dan arah gelombang selalu berhubungan dengan kecepatan
dan arah angin. Angin dengan kecepatan rendah akan menyebabkan kecilnya tinggi
gelombang dan rendahnya periode gelombang yang terjadi, sedangkan angin yang
kuat dan angin ribut akan menyebabkan variasi tinggi serta periode gelombang serta
mengarah ke berbagai penjuru. Pada kondisi angin yang baik, gelombang laut dapat
diobservasi secara random, baik untuk tinggi, periode, maupun arahnya. Angin
memberikan pengaruh yang besar terhadap terjadinya gelombang laut sehingga
efisiensi hampir semua pesawat konversi energi gelombang laut dipengaruhi oleh
frekuensi angin yang terjadi sepanjang tahun pada suatu zone lautan tertentu. Gambar
8
2.2 menunjukkan suatu spektrum periode gelombang untuk berbagai variasi kecepatan
angin.
Gambar 2.2 Spektrum periode gelombang untuk berbagai kecepatan angin
Sumber : Pudjanarsa, 2006
2.2.5 Komponen dasar Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL)
Konstruksi pembangkit listrik tenaga gelombang (PLTGL) terdiri dari mesin
konversi energy gelombang, turbin, generator.
A. Mesin konversi energi gelombang laut
Energi gelombang laut dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan pesawatpesawat yang nantinya bermanfaat demi kesejahteraan manusia. Upaya untuk
memanfaatkan energi gelombang laut telah banyak dilaksanakan baik dengan konsep
yang sederhana maupun yang canggih. Sejumlah percobaan telah dilaksanakan oleh
para ahli di bidang gelombang laut dan telah ditemukan beberapa konsep
pemanfaatannya, diantaranya (Pudjanarsa, 2006):
a. Konsepsi yang sederhana:
9
• Heaving and pitching bodies
• Cavity resonators
• Pressure device
• Surging wave energy conventors
• Particel motion convertors
• Float wave-power machine
• The dolphin type wave power generators
b. Konsepsi yang lebih tinggi:
• Salter’s nodding duck
• Cockerell’s rafts
• Russel rectifier
• Wave focusing techniques
B. Turbin
Turbin merupakan bagian penting dalam suatu pembangkit listrik. Pada
pembangkit listrik tenaga gelombang laut ini jenis turbin yang digunakan ada dua
jenis turbin yang banyak digunakan yaitu turbin air dan turbin udara. Dimana turbin
air menggunakan media air sebagai fluida kerjanya. Sedangkan turbin udara
mengunakan udara sebagai fluida kerjanya. Jenis turbin air biasanya digunakan pada
pembangkit listrik tenaga gelombang laut yang menggunakan teknologi buoy tipe dan
teknologi overtopping devices. Sedangkan jenis turbin udara dipakai pada pembangkit
listrik tenaga gelombang laut yang menggunakan teknologi oscilatting water column.
C. Generator
Generator juga merupakan bagian penting dalam pembangkit listrik. Generator
memilliki prinsip mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Dimana energi
mekanik pada pembangkit listrik tenaga gelombang laut berasal dari gerakan turbin.
Kemudian dari perputaran turbin inilah nantinya akan dikopel dengan generator
sehingga dapat menghasilkan daya listrik.
2.2.6 Konversi Energi Gelombang Laut Menjadi Listrik
Pada pengkonversian energi gelombang laut menjadi energi listrik terdapat tiga
metode yang dapat diterapkan, sebagai berikut :
 Energi gelombang
Energi kinetik yang ada pada gelombang laut digunakan untuk menggerakkan
turbin. Ombak naik ke dalam ruang generator, lalu air yang naik menekan udara
10
keluar dari ruang generator dan menyebabkan turbin berputar. Ketika air turun,
udara bertiup dari luar ke dalam ruang generator dan memutar turbin kembali.
 Pasang surut air laut
Bentuk lain dari pemanfaatan energi laut dinamakan energi pasang surut.
Ketika pasang datang ke pantai, air pasang ditampung di dalam reservoir.
Kemudian ketika air surut, air di belakang reservoir dapat dialirkan seperti pada
PLTA biasa. Agar bekerja optimal, kita membutuhkan gelombang pasang yang
besar dibutuhkan perbedaan kira-kira 16 kaki antara gelombang pasang dan
gelombang surut.
 Memanfaatkan perbedaan temperatur air laut (Ocean Thermal Energy)
Cara lain untuk membangkitkan listrik dengan ombak adalah dengan
memanfaatkan perbedaan suhu di laut. Pembangkit listrik bisa dibangun dengan
memanfaatkan perbedaan suhu sekurang-kurangnya 380 fahrenheit antara suhu
permukaan dan suhu bawah laut untuk membangkitkan energi. Cara ini dinamakan
Ocean Thermal Energy Conversion atau OTEC.
2.2.7 Prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut
Dalam sistem pembangkitan tenaga gelombang laut, ada beberapa peralatan
penting yang sangat berperan mulai dari awal proses pembangkitan hingga tenaga
listrik dihasilkan yang nantinya tenaga listrik tersebut akan disalurkan kepada para
konsumen. Peralatan-peralatan tersebut adalah:
a. Mesin konversi energi gelombang laut
Berfungsi untuk menyalurkan energi kinetik yang dihasilkan oleh gelombang laut
yang kemudian dialirkan ke turbin.
b. Turbin
Berfungsi untuk mengubah energi kinetic gelombang menjadi energi mekanik yang
dihasilkan oleh perputaran rotor pada turbin.
11
c. Generator
Di dalam generator ini energi mekanik dari turbin dirubah kembali menjadi energi
listrik atau boleh dikatakan generator ini sebagai pembangkit tenaga listrik. Sistem
pembangkitan pada pembangkit listrik tenaga gelombang ini dapat dijelaskan
melalui skema di bawah ini.
Gambar 2.3. Skema sistem Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang
Pertama aliran gelombang laut yang mempunyai energi kinetik masuk ke
dalam mesin konversi energi gelombang. Kemudian dari mesin konversi aliran
gelombang yang mempunyai energy kinetik ini dialirkan menuju turbin. Di dalam
turbin ini, energi kinetik yang dihasilkan gelombang digunakan untuk memutar rotor.
Kemudian dari perputaran rotor inilah energi mekanik yang kemudian disalurkan
menuju generator. Di dalam generator, energi mekanik ini dirubah menjadi energi
listrik. Dari generator ini, daya listrik yang dihasilkan dialirkan lagi menuju sistem
tranmisi (beban) melalui kabel laut. Daya listrik yang disalurkan melalui kabel laut ini
adalah daya listrik arus searah (DC).
2.2.8 Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut dengan Oscillating Water Column
(OWC)
Oscillating Water Column (OWC) adalah teknologi pembangkit listrik yang
menggunakan tenaga gelombang laut sebagai penggerak turbinnya mengubah energi
12
gelombang laut menjadi energi listrik dengan menggunakan kolom osilasi. Alat OWC
ini akan menangkap energi gelombang yang mengenai lubang pintu OWC, sehingga
terjadi fluktuasi atau osilasi gerakan air dalam ruang OWC, kemudian tekanan udara
ini akan menggerakkan baling-baling turbin yang dihubungkan dengan generator
listrik sehingga menghasilkan listrik. Hal yang harus diperhatikan pada pembuatan
ruang udara oscillating water column adalah karakteristik pada periode gelombang,
tinggi gelombang, dan panjang gelombang pade iklim daerah terkait. Oscillating
Water Column (OWC) terdiri dari dua jenis, yaitu OWC tidak terapung dan OWC
terapung.
A. OWC tidak terapung
Instalasi OWC tidak terapung terdiri dari tiga bangunan utama, yakni
saluran masukan air, reservoir (penampungan), dan pembangkit. Dari ketiga
bangunan tersebut, unsur yang terpenting adalah pada tahap pemodifikasian
bangunan saluran masukan air yang tampak berbentuk U, sebab ia bertujuan
untuk menaikkan air laut ke reservoir. Berikut gambar OWC tidak terapung,
Gambar 2.4 Oscillating Water Column (OWC) tidak terapung
13
B. OWC terapung
Sama halnya dengan OWC tidak terapung, OWC terapung memiliki juga
memiliki tiga bangunan utama, yaitu saluran masukan air, reservoir
(penampungan), dan pembangkit. OWC terapung juga memiliki prinsip yang
sama pada OWC tidak terapung, hanya saja peletakkannya yang berbeda.
Gambar 2.5 Oscillating Water Column (OWC) terapung
2.3.8.1 Prinsip kerja Teknologi Oscilatting Water Column (OWC)
Prinsip kerja alat OWC ini adalah mengubah energi gelombang laut menjadi
energi listrik berdasarkan prinsip kerja kolom isolasi. Pada teknologi OWC ini,
digunakan tekanan udara dari ruangan kedap air untuk menggerakkan turbin.
Kemudian pergerakan turbin ini digunakan untuk menghasilkan energi listrik.
Ruangan kedap air ini dipasang tetap dengan struktur bawah terbuka ke laut.
Gelombang yang datang dari arah laut akan menabrak bangunan OWC , karena
tumbukan gelombang air laut ini kemudian air laut yg terdapat pada bagian dalam
14
chamber OWC akan berisolasi naik dan turun sehingga menimbulkan peristiwa sedot
dan hisap pada ruang kedap air atau kolom udara di atasnya (prinsip kerja pompa).
Gambar 2.6 Gerakan Naik Turun Gelombang Laut
Sumber: http://www.sciencedirect.com Al Hicks, NREL
Gerakan gelombang di dalam ruangan ini merupakan gerakan compresses dan
gerakan decompresses yang ada di atas tingkat air di dalam ruangan. Gerakan ini
mengakibatkan timbulnya sebuah alternating streaming kecepatan tinggi dari udara.
Aliran udara ini didorong melalui pipa ke turbin generator yang digunakan untuk
menghasilkan listrik. Sistem OWC ini dapat ditempatkan permanen di pinggir pantai
atau bisa juga ditempatkan di tengah laut. Pada sistem yang ditempatkan di tengah
laut, tenaga listrik yang dihasilkan dialirkan menuju transmisi yang ada di daratan
15
menggunakan kabel laut. Berikut gambar sketsa pembangkit listrik tenaga gelombang
laut dengan teknologi OWC yang diletakkan di tengah laut dan di pinggir pantai,
Gambar 2.7 Sketsa OWC di tengah laut
Sumber : http://www.plengdut.com/favicon.ico
Gambar 2.8 Sketsa OWC di pinggir pantai
16
Sumber :http://www.plengdut.com/favicon.ico
2.3.8.2 Kerapatan energi yang dihasilkan PLTGL OWC
Daya total dari gelombang pecah di garis pantai dunia diperkirakan mencapai 2
hingga 3 juta megawatt. Pada tempat-tempat tertentu dengan kondisi yang sesuai,
kerapatan energi gelombang dapat mencapai harga rata-rata 65 megawatt per mil garis
pantai. Dalam menghitung besarnya energi gelombang laut dengan metode oscilatting
water column (OWC), hal yang pertama yang harus diketahui adalah ketersediaan
akan energi gelombang laut. Total energi gelombang laut dapat diketahui dengan
menjumlahkan besarnya energi kinetik dan energi potensial yang dihasilkan oleh
gelombang laut tersebut.
Energi potensial adalah energi yang ditimbulkan oleh posisi relatif atau
konfigurasi gelombang laut pada suatu sistem fisik. Bentuk energi ini memiliki
potensi untuk mengubah keadaan objek-objek lain di sekitarnya, contohnya,
konfigurasi atau gerakannya. Besarnya energy potensial dari gelombang laut dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut (University of Michigan,2008):
𝑷𝑬 = π’Ž. π’ˆ
π’š(𝒙, 𝒕)
(𝐉)
𝟐
Dimana:
 π’Ž = π’˜π†π’ˆ
m : massa gelombang (kg)
ρ : massa jenis air laut (kg/m3)
w : lebar gelombang (m) (diasumsikan sama dengan luas chamber pada OWC)
 𝒀 = π’š(𝒙, 𝒕) = 𝒂𝐬𝐒𝐧(π’Œπ’™ − πŽπ’•)
Y : persamaan gelombang (diasumsikan gelombang sinusoidal).
π‘Ž=
β„Ž
2
: amplitudo gelombang.
h : ketinggian gelombang (m)
k=
2πœ‹
πœ†
: konstanta gelombang
17
λ : panjang gelombang (m)
ω=
2πœ‹
𝑇
(rad/sec) : frekuensi gelombang.
T : periode gelombang (sec)
Maka persamaan energi potensial ini dapat ditulis sebagai berikut:
π’šπŸ
π’‚πŸ
𝑷𝑬 = π’˜π†π’ˆ
= π’˜π†π’ˆ π’”π’Šπ’πŸ (π’Œπ’™ − πŽπ’•)
𝟐
𝟐
Selanjutnya dihitung besarnya energi potensial gelombang lebih dari 1 periode,
diasumsikan bahwa gelombang hanya merupakan fungsi dari x terhadap waktu,
sehingga didapatkan persamaan y(x,t) = y(x). Jadi didapatkan:
𝒅𝑷𝑬 = 𝟎, πŸ“πŽπ†π’ˆπ’‚πŸ π’”π’Šπ’πŸ (π’Œπ’™ − πŽπ’•)𝒅𝒙
Berdasarkan persamaan 𝐾 =
2πœ‹
πœ†
dan =
𝑷𝑬 =
2πœ‹
𝑇
, maka didapatkan persamaan :
𝟏
πŽπ†π’ˆπ’‚πŸ 𝝀
πŸ’
Besarnya energi kinetik lebih dari 1 periode adalah sebanding dengan besarnya energi
potensial yang dihasilkan.
𝑷𝑬 =
𝟏
πŽπ†π’ˆπ’‚πŸ 𝝀 (𝐉)
πŸ’
Dimana energi kinetik adalah bagian energi yang berhubungan dengan gerakan
dari gelombang laut. Setelah besarnya energi potensial dan energi kinetik diketahui,
maka dapat dihitung total energi yang dihasilkan selama lebih dari 1 periode dapat
dicari dengan menggunakan persamaan:
π‘¬π’˜ = 𝑷𝑬 + 𝑲𝑬 =
𝟏
πŽπ†π’ˆπ’‚πŸ 𝝀
𝟐
Total energi yang dimaksud disini adalah jumlah besarnya energi yang
dihasilkan gelombang laut yang didapatkan melalui penjumlahan energi potensial dan
energi kinetik yang dimilikinya. Melalui persamaan di atas, maka dapat dihitung
besarnya energy density (EWD), daya listrik (PW), dan power density (PWD) yang
dihasilkan gelombang laut. Untuk menetukan besarnya energy density (EWD) yang
dihasilkan gelombang laut digunakan persamaan berikut ini.
18
𝑬𝑾𝑫 =
π‘¬π’˜ 𝟏
= π†π’ˆπ’‚πŸ
π€πŽ 𝟐
(
𝐉
)
𝐦𝟐
Energy density adalah besarnya kerapatan energy yang dihasilkan gelombang laut tiap
1 satuan luas permukaan. Untuk menentukan besarnya daya listrik (PW) yang
dihasilkan gelombang laut digunakan persamaan berikut ini.
𝑷𝑾 =
π‘¬π’˜
(𝐖)
𝑻
Dimana wave power adalah besarnya daya listrik yang mampu dihasilkan oleh
gelombang laut. Untuk menetukan besarnya power density (PWD) yang dihasilkan
gelombang laut digunakan persamaan berikut ini.
𝑷𝑾𝑫 =
𝑷𝑾
𝟏
=
π†π’ˆπ’‚πŸ (𝐖/𝐦𝟐 )
π€πŽ πŸπ‘»
2.2.8.3 Penentuan Lokasi PLTGL_OWC
Untuk menentukan lokasi PLTGL system OWC adda beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan, antara lain :
a. Tinggi Gelombang Laut
Tinggi gelombang yang dimanfaatkan untuk PLTGL sistem ini adalah
gelombang yang selalu terbentuk sepanjang tahun dengan tinggi minimal satu
sampai dua meter. Gelombang yang sesuai dengan kriteria ini adalah gelombang
Swell yang cenderung mengandung energi yang besar.
b. Arah Datang Gelombang
Mulut konektor harus sesuai dengan arah datang gelombang, jika tidak searah
maka energi gelombang yang masuk akan berkurang. Hal ini disebabkan
banyaknya energi yang hilang akibat sifat refleksi, difraksi maupun refraksi pada
gelombang.
c. Keadaan Topografi Lautan
19
Optimalisasi dari suatu desain PLGL system OWC tergantung pada topografi
kelautan atau barimetri di sekitar lokasi. Apabila kondisi dasar lautan atau
permukaannya kurang memenuhi persyaratan maka akan dilakukan pengerukan
atau penambahan.
2.2.8.4 Skema PLTGL-OWC
Contoh skema pembangkit listrik tenaga gelombang laut dengan teknologi
oscilatting water column ini ditempatkan di tengah laut dan dibuat di atas sebuah
ponton yang dipancangkan di dasar laut menggunakan kawat baja. Listrik yang
dihasilkan dialirkan melalui kabel transmisi menuju ke daratan.
Gambar 2.9 Skema oscilatting water column
Sumber : Graw, 1996
Sistem pembangkit listrik ini terdiri dari chamber berisi udara yang berfungsi
untuk menggerakkan turbin, kolom tempat air bergerak naik dan turun melalui saluran
yang berada di bawah ponton dan turbin yang terhubung dengan generator. Gerakan air
naik dan turun yang seiring dengan gelombang laut menyebabkan udara mengalir
melalui saluran menuju turbin.
20
Sistem yang berfungsi mengkonversi energi mekanik menjadi listrik ( turbin,
generator) diletakkan di atas permukaan laut dan terisolasi dari air laut dengan
meletakkannya di dalam ruang khusus kedap air, sehingga bisa dipastikan tidak
bersentuhan dengan air laut. Dengan sistem seperti ini, pembangkit listrik bisa
memanfaatkan efisiensi optimal dari energi gelombang dengan meminimalisir
gelombang-gelombang yang ekstrim. Efisiensi optimal bisa didapat ketika gelombang
dalam
kondisi
normal.
Skema
pergerakan
gelombang
laut dengan
oscilating
water
column
(OWC)
terdiri dari 2
jenis aliran,
yaitu
aliran
udara masuk
dan
aliran
udara
keluar.
Katub C
Katub D
Ruang X
Turbin
Katub A
Ruang Y
Katub B
Gambar 2.10 Skema pergerakan gelombang laut pada
oscilatting water column
21
Dari gambar 2.10 terlihat bahwa skema pergerakan gelombang laut dalam OWC terdiri
dari 2 jenis aliran udara, yaitu:
• Aliran udara keluar
Pada aliran udara keluar ini, skema pergerakan gelombang laut dapat dijelaskan
sebagai berikut: pertama diawali dari naiknya permukaan gelombang laut sehingga
menyebabkan udara di dalam chamber bergerak naik karena ada tekanan dari
gelombang laut. Kemudian udara tersebut masuk melewati katub A menuju ke ruangan
X. Setelah itu udara ini mengalir menuju ruangan Y, dimana aliran udara ini
menyebabkan turbin berputar. Pada proses ini, energi kinetik yang dihasilkan oleh
perputaran turbin dikopel dengan generator sehingga menghasilkan energi listrik.
Kemudian setelah melewati turbin, udara bertekanan ini mengalir melewati katub D
dan selanjutnya mengalir keluar dari OWC.
• Aliran udara masuk
Pada aliran udara masuk ini, skema pergerakan gelombang laut dapat
dijelaskan sebagai berikut: pertama diawali dari turunnya permukaan gelombang laut
sehingga menyebabkan udara dari luar masuk melewati katub C. Kemudian udara
tersebut masuk melewati katub C menuju ke ruangan X. Setelah itu udara bertekanan
ini mengalir menuju ruangan Y, dimana aliran udara bertekanan ini menyebabkan
turbin berputar. Pada proses ini, energi kinetik yang dihasilkan oleh perputaran turbin
dikopel dengan generator sehingga menghasilkan energi listrik. Kemudian setelah
melewati turbin, udara bertekanan ini mengalir melewati katub B dan selanjutnya
mengalir menuju kedalam chamber diikuti dengan turunnya permukaan air laut.
22
2.2.9 Potensi dan Perkembangan PLTGL-OWC di dunia dan Indonesia
Sedangkan potensial gelombang untuk membuat OWC ini harus merupakan
daerah yang memiliki potensial gelombang cukup tinggi. Perhatikan gambar pemetaan
gelombang untuk beberapa daerah pesisir berikut:
.
Gambar 2.11 Daerah Potensi Gelombang untuk OWC
Sumber : BPPT
Pemerintah Jerman merancang pilot project pembangkit listrik tenaga
gelombang. Pembangkit listrik tenaga gelombang laut (PLTGL) yang telah berjalan
adalah PLTGL Limpet dikelola oleh Wavegen, anak perusahaan Vorth Siemen yang
berbasis di Inggris. PLTGL Limpet mampu memproduksi listrik 500 kWh. Pembangkit
tersebut menggunakan teknologi Oscillating Water Column (OWC) yang mengubah
23
energi gelombang menjadi udara pendorong untuk menggerakan turbin. Sementara itu,
PLTGL yang di Jerman akan memiliki kapasitas 250 kWh. Dengan kapasitas tersebut,
PLTGL tersebut dapat mengaliri listrik ke 120 rumah. Pemerintah Jerman berharap
pembangunan PLTGL tersebut tidak mengganggu lingkungan sekitar pantai. Oleh
karena itu, EnBW menjalin kerja sama dengan proyek konservasi pantai agar
pembanguan PLTGL tidak merusak keindahan alam daerah sepanjang pantai.
Pembangkit listrik gelombang laut komersial juga dikembangkan di ‘Negeri
Kanguru’. Pusat PLTGL itu terletak di lepas pantai Australia. Pembangkit dengan
terobosan teknologi yang masih langka itu telah memasok kebutuhan listrik sekitar 500
rumah yang berada di daerah Selatan Sydney, Australia. Listrik baru bisa dihasilkan
PLTGL jika gelombang laut datang menerpa corong yang menghadap ke lautan.
Gerakan tersebut mengalirkan udara melalui dan masuk menggerakan turbin. Dari
putaran turbin tersebut, sebanyak 500 kWh daya listrik dihasilkan setiap hari dan
langsung disalurkan ke rumah-rumah . Pusat PLTGL yang di Australia merupakan
proyek percontohan. Pemerintah Australia berencana membangun PLTGL yang lebih
besar dan menghasilkan listrik lebih kuat di pantai selatan Australia. Dengan
pembangunan PLTGL, para ahli teknologi PLGL Australia pun mendapat kebanjiran
order untuk membangunan PLTGL di beberapa negara. Hawai, Spanyol, Afrika
Selatan, Cile, Meksiko, dan Amerika Serikat juga tertarik.
Gambar 2.12 Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang-OWC di Australia
24
Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Norwegia. Sehingga
Energi gelombang laut di pantai tersebut digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik,
seperti saat ini telah didirikan sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut
(PLTGL) di Yogyakarta, yaitu model Oscillating Water Column. Tujuan didirikannya
PLTGL ini adalah untuk memberikan model sumber energi alternatif yang
ketersediaan sumbernya cukup melimpah di wilayah perairan pantai Indonesia.
Yogyakarta merupakan daerah di Indonesia yang memiliki potensi gelombang laut
terbesar dibanding daerah lainnya. Pantai Selatan di daerah Yogyakarta memiliki
potensi gelombang 19 kw/panjang gelombang. Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang
Laut di daerah Yogyakarta dikembangkan oleh BPPT khususnya BPDP (Balai
Pengkajian Dinamika Pantai). Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut ini
menggunakan metode OWC (Ocillating Water Column). BPDP – BPPT pada tahun
2004 telah berhasil membangun prototype OWC pertama di Indonesia. Prototype itu
dibangun di pantai Parang Racuk, Baron, Gunung Kidul. Prototype OWC yang
dibangun adalah OWC dengan dinding tegak. Luas bersih chamber 3m x 3m. Tinggi
sampai pangkal dinding miring 4 meter, tinggi dinding miring 2 meter sampai ke
ducting, tinggi ducting 2 meter. Prototype OWC 2004 ini setelah di uji coba
operasional memiliki efisiensi 11%. Pada tahun 2006 ini pihak BPDP – BPPT kembali
membangun OWC dengan sistem Limpet di pantai Parang Racuk, Baron, Gunung
Kidul . OWC Limpet dibangun berdampingan dengan OWC 2004 tetapi dengan model
yang berbeda.
25
Gambar 2.13 Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang-OWC di Pantai Parang Racuk,
Gunung Kidul-Yogyakarta
Gambar 2.14 Potensi Gelombang di Indonesia
Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan
Jika kita perhatikan pada peta potensial gelombang tersebut, Indonesia
memiliki potensial yang cukup besar terutama di daerah selatan pulau Jawa. Perkiraan
rata-rata mingguan tinggi gelombang wilayah Indonesia lihat table , sebagai berikut :
26
Tabel 2 Perkiraan rata-rata mingguan tinggi gelombang wilayah Indonesia
Sumber : BMKG 2010
2.2.10 Keuntungan dan Kerugian Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut
Adapun keuntungan dan kerugian dalam penggunaan Pembangkit Listrik
Tenaga Gelombang Laut dengan Teknologi Oscillating Water Column (OWC)
adalah sebagai berikut :
A. Keuntungan

Sumber energi yang dapat diperbaharui

Sebagai mitigasi bencana tsunami (gelombang pasang )

Meminimalisir abrasi air laut

Pengembangan iptek (mampu bersaing dengan era globalisasi )

Meningkatkan kesejahtraan rakyat banyak (konsumen )

Energi ini bebas, tidak perlu bahan bakar, tidak ada limbah/polusi

Efisiensi cukup tinggi

Biaya tidak mahal
B. Kerugian
27

Sangat tergantung dengan karakteristik gelombang

Perlu satu lokasi yang tepat dimana gelombangnya konsisten besar.

Alatnya harus kokoh sehingga tahan terhadap kondisi cuaca yang buruk

Membutuhkan alat konversi yang handal yang mampu bertahan tingginya
tingkat korosi dan kuatnya gelombang laut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut adalah pembangkit yang memanfaatkan
energi mekanik dari gelombang laut menjadi energi listrik.
2. Komponen dasar pada Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut adalah mesin
konversi energi gelombang laut, turbin, generator.
3. Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut dengan Teknologi Oscillating Water
Column (OWC) adalah teknologi pembangkit listrik yang menggunakan tenaga
gelombang laut sebagai penggerak turbinnya mengubah energi gelombang laut
menjadi energi listrik dengan menggunakan kolom osilasi.
4. Teknologi Oscillating Water Column (OWC) terdiri dari 2 jenis, yaitu OWC tidak
terapung dan OWC terapung, dengan perbedaan pada peletakkannya.
28
5. Penentuan Lokasi PLTGL-OWC perlu mempertimbangkan mengenai tinggi
gelombang laut, arah datang gelombang, keadaan topografi lautan.
6. Keuntungan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut, antara lain sumber energi
yang dapat diperbaharui, sebagai mitigasi bencana tsunami (gelombang pasang),
meminimalisir abrasi air laut, pengembangan iptek (mampu bersaing dengan era
globalisasi), meningkatkan kesejahtraan rakyat banyak (konsumen), energi ini bebas,
tidak perlu bahan bakar, tidak ada limbah/polusi, efisiensi cukup tinggi, biaya tidak
mahal.
7. Kerugian Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut, antara lain sangat tergantung
dengan karakteristik gelombang, perlu satu lokasi yang tepat dimana gelombangnya
konsisten besar, alatnya harus kokoh sehingga tahan terhadap kondisi cuaca yang
buruk, membutuhkan alat konversi yang handal yang mampu bertahan tingginya
tingkat korosi dan kuatnya gelombang laut.
8. Perkembangan dan potensi Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut di dunia
maupun di Inddonesia sangat besar, sebab lebih dari 70% bagian permukaan bumi
adalah lautan. Selain itu, Indonesia sendiri adalah Negara kepulauan terbesar di
dunia.
3.2 Saran
Diharapkan dengan potensi gelombang laut yang sangat besar, Indonesia dapat
memanfaatkan secara optimal dengan penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan
yang energi gelombang air laut. Sehingga mengurangi pemakaian bahan bakar fosil yang
semakin hari semakin habis dan harga yang terus melambung tinggi. Selain itu, ini
merupakan salah satu upaya dalam mengurangi efek rumah kaca akibat emisi gas dari
bahan bakar fosil (global warming).
29
DAFTAR PUSTAKA
o
Pudjanarsa, A. 2006. Mesin Konversi Energi. Yogyakarta : ANDI.
o
Waldopo, dkk. 2008. Perairan Darat dan Laut. Semarang
o
Navarro, D, dkk. 2007. California Ocean Wave Assessment. California : Electric Power
Research Institute.
o
Kadir, A.1997. Pembangkit Tenaga Listrik. Jakarta : Universitas Indonesia.
o
Wijaya, I.W.2010. Teknologi Oscillating Water Column di Perairan Bali. Bali :
Universitas Udayana.
o
Nawawi,R.A.2011. Pembangkit Tenaga Listrik Tenaga Gelombang Laut (online).
(http://rendyafriansyah132.wordpress.com/divisi-elektro/09/11/pembangkit-listrik
tenaga-gelombang-laut/, diakses 06 Juni 2013).
o
Niken.2009. Pembangkit Listrik Tenaga Ombak (online).
(http://niken11.wordpress.com/2009/09/11/pembangkit-listrik-tenaga-ombak/,
diakses 06 Juni 2013).
30
Download