Uploaded by User9452

Asal Mula Burung Cenderawasih

advertisement
Asal Mula Burung Cenderawasih
Siapa yang tidak mengenal burung cenderawasih, burung dengan bulunya yang
kuning emas dan coklat, dengan leher hijau zamrud itu layak disebut sebagai "Bird of
Paradise". Tahukan kamu bahawa bulu indah tersebut adalah bulu milik Cenderawasih
Jantan. Keindahan warna bulu tersebut digunakan untuk menarik perhatian Cenderawasih
betina untuk berkembang biak. Saat ini populasi burung Cenderawasih sudah sangat langka.
Yang disebabkan oleh ulah manusia seperti menebang pohon dihutan yang merupakan tempat
tinggal mereka. tak kalah juga maraknya pemburuan liar burung burung langka yang dijual
belikan untuk kesenangan pribadi oknum kolektor burung.
Selain sebagai maskot atau identitas provinsi papua, masyarakat di Papua juga
menggunakan bulu burung Cenderawasih sebagai hiasan atau pelengkap pakaian adat
mereka. Begitu kental hubungan antara burung cenderawasih dengan masyarakat Papua,
sehingga sebagian dari masyarakat papua meyakini, bahwa burung cenderawasih merupakan
titisan dari bidadari surga. Namun tidak demikian dengan masyarakat FakFak yang meyakini
yang meyakini bahwa burung Cenderawasih merupakan jelmaan dari seorang anak laki-laki
berasal dari Fakfak bernama Kweiya.
Cerita Rakyat Indonesia mengenai Asal - Usul Burung
Cenderawasih
Pada zaman dahulu didaerah pegunungan Bumberi, Kabupaten Fakfak, Provinsi
Papua Barat tinggallah seorang perempuan tua dengan anjing perempuan kesayangannya.
Setiap hari perempuan tua tersebut mencari makan bersama anjingnya kehutan. Pada suatu
hari mereka berjalan amat jauh memasuki hutan untuk mencari makanan. Karena hutan
disekitar tempat tinggal mereka sudah tidak ada makanan yang bisa mereka bawa pulang.
Setelah perjalanan yang jauh mereka akhirnya tiba disuatu tempat yang banyak ditumbuhi
oleh pohon merah yang sedang berbuah lebat (sejenis pohon pandan khas daerah papua).
Tanpa berlama - lama perempuan tua itu pun memetik buah merah yang sudah matang dan
diberikannya kepada sang anjing yang sudah terlihat sangat lapar. Maklum saja, mereka
sudah berjalan jauh dari rumah untuk mencari makanan. Si anjing pun melahap buah tersebut
untuk mengisi perutnya yang kosong.
Sungguh tak disangka, beberapa saat setelah memakan buah merah tersebut si anjing
terlihat gelisah, dia bergerak, berlarian kesana kemari. Sang Perempuan tua terdiam dan
bingung melihat apa yang anjingnya lakukan. Ketika disadari ternya perut si anjing kian
membesar, dan seperti ada yang bergerak - gerak dari dalam perut si anjing. Tak lama
kemudian si anjing pun melahirkan seekor anak anjing yang mungil dan lucu. Melihat
kejadian tersebut sang nenek juga bermaksud untuk memakan buah merah tersebut dan
mendapatkan keturunan.
"Sungguh ajaib buah merah ini, apakah buah ini bisa memberikanku keturunan seperti
yang dialami si anjing?" pikir sang perempuan tua itu.
Sang Perempuan tua kemudian memetik beberapa buah merah lalu memakannya.
Berharap kejadian yang sama akan terjadi juga dengannya. Beberapa buah merah telah sang
Peremuan tua makan, tiba-tiba kejadian yang sama terjadi juga terhadapnya. Perutnya kian
lama kian membesar dan seperti ada yang bergerak - gerak didalamnya.
"Ohh,,,betapa beruntungnya aku, sebentar lagi aku akan menjadi seorang ibu. Aku
harus segera pulang kerumah" ujar sang perempuan tua.
Tepat sesuai dengan dugaan sang perempuan tua, sesampainya dirumah perutnya
yang sedari perjalanan tadi semakin membesar dan membesar kini terasa mulai mulas.
Beberapa saat kemudian sang perempuan tua melahirkan seorang bayi laki - laki yang lucu.
"Oooee...ooee". Tangis sang bayi meraung -raung. Bayi laki - laki tersebut diberi
nama Kweiya.
Sepuluh tahun kemudian, Kweiya telah tumbuh menjadi pemuda yang gagah. Dia
sangat rajin membantu ibunya untuk membuka hutan kemudian dijadikan ladang sayurmayur. Hal ini dia lakukan agar sang ibu tidak lagi berkeliling kedalam hutan untuk mencari
makanan. Kweiya hanya bisa menebang satu pohon saja setiap harinya, karena dia hanya
menggunakan kapak yang terbuat dari batu. Sedangkan ibunya yang sudah tua hanya bisa
membantunya dengan membakar daun - daun dari pohon yang ditebang. Daun - daun yang
dibakar setiap harinya menimbulkan asap tebal yang membumbung tinggi ke atas. Tidak
disangka asap tebal tersebut membuat seorang pria tua yang sedang mengail disungai
penasaran.
"Darimana asal asap tebal itu? Siapakah gerangan yang membakar hutan?" gumam
pria tua tersebut.
Dengan penasaran dan berbagai macam yang dia pikirkan, pria tua itu memberanikan
diri memasuki hutan untuk mencari dari mana asap itu keluar. Setelah menempuh perjalanan
yang melelahkan, sampailah pria tua itu pada sumber dimana asap itu keluar. Terlihat seorang
pemuda tampan yang tengah menebang pohon besar dibawah terik matahari. Pria tua berjalan
menghampiri pemuda yang tak menyadari kedatangannya tersebut.
"Weing weinggiha pohi (selamat pagi) anak muda", sapa pria tua tersebut. "Siapa
kamu dan mengapa kamu menebang hutan disini?" tanya pria tua tersebut.
Sontak pemuda itu terkejut. Kemudian dia menyadari bahwa ada seorang Pria tua
yang datang menghapirinya.
"Nama saya Kweiya, Saya sedang membantu ibu saya untuk membuatkannya kebun
sayur", jawab Kweiya.
Melihat Kweiya yang menebang pohon menggunakan kapak batu, si pria tua
memberikan kapak besinya untuk digunakan menebang pohon.
"Agar lebih cepat menebang pohon, ambilah kapak besi ini", kata pria tua itu.
"Terima kasih pak", jawab Kweiya.
Dalam waktu singkat Kweinya telah merobohkan beberapa pohon besar. Kemudian
dia bergegas pulang kerumah, sesampainya dirumah Kweinya menceritakan hasil
pekerjaannya kepada ibunya. ibunya sangat terheran.
"Alat apa yang kau gunakan nak, sehingga kamu bisa dengan cepat menebang pohon pohon itu?", tanya ibu Kweiya.
Kweiya terdiam sejenak.
"Aku tidak tahu juga ibu, nampaknya tanganku terasa sangat ringan ketika memegang
kapak. Sehingga aku bisa menebang pohon dengan cepat", jawab Kweiya yang tak ingin
ibunya tahu tentang kapak besi yang diberikan pria tua tersebut.
Mendengar jawaban dari Kweiya, sang ibu pun percaya mengenai hal tersebut.
Sementara itu Kweiya meminta ibunya untuk memasak makanan yang banyak besok.
Rupanya Kweiya mempunyai ide untuk mengajak pria tua yang baik tersebut pulang kerumah
untuk makan bersama dan mengenalkannya kepada ibunya.
"Bu, besok Kweiya minta ibu memasak makanan yang banyak ya?", pinta Kweiya.
"Iya nak", jawab sang ibu.
Keesokan harinya seperti yang diminta anaknya, sang ibu memasak makanan yang
banyak dirumah. Ketika perjalanan pulang kerumah, Kweiya membungkus sang pria tua
dengan pohon tebu beserta daunnya, Kweiya ingin memberikan kejutan kepada ibunya.
Bungkusan tebu tersebut lantas Kweiya letakkan didepan pintu rumah. Kweiya kemudian
masuk kedalam rumah. Kemudian dia meminta ibunya untuk mengambilkan tebu didepan
rumah karena dia sangat haus.
"Ibu..aku sangat haus sekali, tolong ambilkan tebu didepan pintu itu", ujar Kweiya.
Ibu Kweiya menuruti permintaan sang anak, berjalanlah ia mengambil tebu didepan
pintu. Betapa terkejutnya sang ibu melihat ada seorang pria tua diantara batang tebu tersebut.
Seketika itu juga sang ibu berlari ketakutan masuk kedalam rumah.
"Siapakah pria tua itu, nak?. Kenapa dia berada didalam bungkusan tebu?", tanya ibu
Kweiya.
"Maafkan aku, bu", ucap Kweiya. "Aku tak bermaksud menakuti ibu, pria tua inilah
yang menolongku menebang pohon dihutan. Aku mohon ibu mau menerimanya sebagai
teman hidup", lanjut Kweiya sambil tersenyum.
Sang ibu terdiam, kemudian beliau mengangguk tanda bahwa dia menerima
permintaan anaknya. Sejak saat itulah pria tua itu tinggal bersama mereka.
Beberapa tahun kemudian, sang ibu melahirkan dua anak laki - laki dan seorang anak
perempuan. Kweiya selalu menganggap mereka seperti adik kandung sendiri, Namun tidak
dengan kedua saudara laki-laki Kweiya, mereka sangat iri kepada Kweiya karena ibunya
selalu memberikan perhatian lebih kepadanya.
Pada suatu hari ketika kedua orang tua mereka sedang berkebun, kedua saudara lakilaki Kweiya memukuli Kweiya hingga luka - luka. Kweiya tak ingin membalas dendam
dengan kedua saudaranya tersebut, meskipun Kweiya sangat kesal. Untuk menghilangkan
rasa kesalnya Kweiya menyendiri di slah satu sudut pondok untuk memintal benang dari kulit
binatang. Benang tersebut nantinya akan Kweiya buat menjadi sayap.
Selepas pulang dari kebun, sang ibu tidak melihat Kweiya ada dirumah. Dengan rasa
cemas sang ibu pun bertanya kepada kedua anaknya yang lain.
"Dimanakah saudara kalian Kweiya, anak-anakku?", tanya ibunya.
"Tidak tahu, ibu", jawab mereka berdua serentak.
Keduanya ternyata takut menceritakan perkelahian antara mereka dengan Kweiya
yang membuat Kweiya pergi dari rumah. Namun adik bungsu mereka yang melihat kejadian
tersebut menceritakan perkelahian antara mereka berdua dengan Kweiya kepada kepada sang
ibu. Betapa sedih dan kecewanya sang ibu mendengar cerita tersebut. Sang ibu pun berteriak
memanggil Kweiya untuk pulang kerumah. Bukan suara Kweiya yang menjawab panggilan
sang ibu, melainkan suara burung yang menyahut.
"Ek..ek..ek..ek..", suara si burung.
Ternyata suara tersebut berasal dari gesekan benang yang Kweiya jahitkan pada
ketiak tangannya. Kemudian selanjutnya Kweiya melompat keatas bubungan rumah dan
melompat ke dahan pohon besar. Rupanya Kweiya sudah menjelma menjadi seekor burung
nan elok dengan bulu - bulu yang indah menghiasi tubuhnya. Melihat anaknya sudah menjadi
seekor burung sang ibu menangis tersedu - sedu. Sambil menangis sang ibu bertanya kepada
Kweiya.
"Duhai anakku, apakah engkau tidak menyisakkan sehelai benangpun untuk ibumu?",
tanya sang ibu kepada Kweiya.
"Benang untuk ibu aku simpan di payung tikar", jawab Kweiya.
Sang ibu berlari meuju payung tikar dan mencari benang yang disimpan oleh
anaknya. Benang tersebut berada disisipan payung tikar, dan kemudian sang ibu mulai
menjahitkan benang tersebut keketiak tangannya. Sang ibu yang menjelma menjadi burung
kemudian menyusul anaknya ke dahan pohon besar.
"Wong...wong..wong.! Ko..ko..kok..!Wong..wik!, kedua burung itu saling bersiul
bersahutan.
Kedua adiknya yang menyaksikan hal tersebut pasrah ditinggalkan ibu dan kakaknya.
Mereka berdua berlari masuk kedalam rumah bertengkar dan saling menyalahkan. Mereka
berdua saling adu lempar abu tungku, seketika itu juga wajah dan tubuh mereka berubah
menjadi merah, hitam dan abu-abu. Mereka berdua berlari menuju hutan menyusul kakak dan
ibunya.
Sejak saat itulah burung cenderawasih yang muncul di Kabupaten Fakfak memiliki
warna yang berbeda antara burung jantan dan betina. Burung Jantan cenderung memiliki bulu
yang lebih panjang. Dan didalam kekeayaan alam hutan rimba kabupaten Fakfak terdapat
berbagai jenis burung yang kalah menarik dibandingkan dengan burung cenderawasih.
Nama : Fatimah Azzahra
Kelas : VIIG
Mapel : Seni Budaya
Download