Uploaded by User8904

(WORD) Metode Transportasi Kel.8

advertisement
METODE TRANSPORTASI
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Riset Operasi yang dibimbing oleh
I Gede Eka A., S.E., M.M.)
Disusun oleh:
Kelompok 8
Fadel Arislan
142.16.015
Nadya Ratna Sari Subiyantoro
142.16.028
Reny Putri Ardila
142.16.035
Titah Zakia
142.16.039
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MADANI
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
BALIKPAPAN
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 2
BAB I ................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN........................................................................................................................... 3
1.1
Latar Belakang .................................................................................................................. 3
1.2
Rumusan Masalah ............................................................................................................ 3
1.3
Tujuan Penyusunan Makalah .......................................................................................... 3
BAB II ................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 4
2.1
Metode Transportasi ......................................................................................................... 4
2.2
Metode Vogel’s Approximation ....................................................................................... 7
2.3
Modified Distribution Method ......................................................................................... 14
2.4
Metode Stepping Stone.................................................................................................. 20
BAB III ............................................................................................................................. 24
PENUTUP .................................................................................................................................... 24
3.1
Kesimpulan ...................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 25
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada umumnya, masalah transportasi berhubungan dengan distribusi suatu
produk tunggal, dari beberapa sumber penawaran terbatas, menuju beberapa tujuan,
dengan permintaan tertentu, tetapi pada biaya transport yang minimum. Karena
hanya ada satu macam barang, suatu tempat tujuan dapat memenuhi permintaannya
dari satu atau lebih sumber. Dalam metode transportasi di gunakan perhitungan
transportasi dari lokasi pabrik, di mana harus memilih beberapa lokasi dari beberapa
alternative lokasi yang ada. Letak geografis suatu pabrik mempunyai pengaruh
terhadap sistem produksi yang ekonomis. Sistem produksi yang ekonomis tentu
menjadi harapan setiap perusahaan. Sehingga perhitungan distribusi barang dari
pabrik sampai ke tempat penampungan menjadi sangat penting di lakukan, sehingga
dengan pengeluaran sumber daya yang sangat minim untuk menghasilka lapa optimal
menjadi kenyataan.
.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud metode transportasi?
2. Apa saja metode yang dipakai dalam metode transportasi?
3. Bagaimana cara menggunakan metode transportasi?
1.3 Tujuan Penyusunan Makalah
1. Sebagai bahan referensi penyelesaian tugas Riset Operasi.
2. Untuk mengetahui pengertian metode transportasi.
3. Untuk mengetahui macam-macam metode transportasi.
4. Untuk mengetahui bagaimana menggunakan metode transportasi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Metode Transportasi
Masalah transportasi merupakan masalah yang sering dihadapi dalam
pendistribusian barang. Misalkan ada m buah gudang (sumber) yang masing-masing
memiliki a1 ,a2, ….., am buah barang yang sama. Barang- barang tersebut hendak
dikirimkan ke n buah toko (tujuan) yang masing-masing membutuhkan b1, b2, …., bn
buah barang. Diasumsikan a1 + a2 +.... + am = b1 + b2 + …..+ bn.
Biasanya karena letak geografis/jarak yang berbeda, maka biaya
pengiriman dari suatu sumber ke suatu tujuan tidaklah sama. Misalkan, Cij adalah
biaya pengiriman sebuah barang dari sumber ai ke tujuan bj, masalahnya adalah
bagaimana menentukan pendistribusian barang dari sumber sehingga semua
kebutuhan tujuan terpenuhi tetapi dengan biaya yang seminimum mungkin. Agar lebih
mudah memahaminya, berikut contoh soal:
Contoh soal
Misalkan TV yang diproduksi disimpan di 3 gudang, yaitu Jakarta,
Semarang dan Surabaya, yang masing-masing memiliki daya tamping sebesar 150,
200 dan 100 unit. TV tersebut hendak dikirim ke 3 distributor yang berada di
Bandung, Yogyakarta dan Malang. Biaya pengiriman per unit TV (dalam puluhan ribu
rupiah) dari gudang ke distributor tampak dalam tabel.
Gudang
DISTRIBUTOR
Persediaan
Bandung
Yogyakarta
Malang
Jakarta
3
5
7
150
Semarang
6
4
10
200
Surabaya
8
10
3
100
Kebutuhan
100
300
50
4
Jumlah TV yang ada di ketiga gudang adalah 150 + 200 + 100 = 450 unit. Jumlah
permintaan di ketiga distributor juga 450 unit. Distribusi pengiriman TV yang berbeda
akan menghasilkan biaya pengiriman yang berbeda. Perhatikan 2 macam cara
pengiriman yang berbeda berikut ini.
Tabel a.
Gudang
Jakarta
DISTRIBUTOR
Bandung
Yogyakarta
100
50
Semarang
150
Surabaya
100
Kebutuhan
100
300
Persediaan
Malang
150
50
200
100
50
Tabel b.
Gudang
Jakarta
DISTRIBUTOR
Bandung
Yogyakarta
100
50
Semarang
150
Surabaya
100
Kebutuhan
100
300
Persediaan
Malang
150
50
200
100
50
Jumlah biaya pengiriman adalah jumlah unit yang dikirimkan dikalikan
dengan biaya pengiriman per unit. Pada distribusi tabel A, total biaya pengiriman
sebesar 100 (3) + 50 (5) + 150 (4) + 50 (10) + 100 (10) = 2650. Sebaliknya, biaya
pengiriman distribusi barang dalam tabel B adalah sebesar = 100 (5) + 50 (7) +
200 (4) + 100 (8) = 2450. Biaya pengiriman sesuai dengan tabel B lebih murah
dibanding distribusi tabel A. . Akan tetapi biaya pengiriman sebesar 2450 seperti
pada tabel B belum tentu merupakan biaya pengiriman yang termurah.
5
Untuk mencari cara pengiriman yang paling murah dengan cara coba-coba
akan terlalu lama dan tidak efisien, apalagi jika tabelnya cukup besar. Dalam bab
ini akan dibahas cara pengiriman yang paling optimal.
Misalkan Xij adalah jumlah unit barang yang dikirim dari sumber-I ke tujuanj. Masalah transportasi dapat diringkas dalam tabel berikut.
Tujuan
Persediaan
Sumber
1
2
1
X11
X12
2
X21
M
n
A1
…
X1n
A2
X22
…
X2n
…
…
…
…
Xm1
Xm2
…
Xmn
B1
B2
Am
bn
Permintaan
Masalah transportasi dapat dinyatakan dalam program bilangan bulat
sebagai berikut:
𝑚
𝑛
Meminimumkan Z = ∑𝑖=1 ∑𝑗=1 𝑐𝑖𝑗
Kendala
𝑥𝑖𝑗
∑𝑛𝑗=1 𝑥𝑖𝑗 = 𝑎𝑖
i = 1,2, …, m
∑𝑚
𝑖=1 𝑥𝑖𝑗 = 𝑏𝑗
j = 1,2, …, n
Xij bulat ≥ 0
6
2.2 Metode Vogel’s Approximation
Vogel Approximation Method atau VAM adalah metode untuk penentuan
tabel awal algoritma transportasi. Metode ini lebih rumit dibanding beberapa
metode lainnya. Pada awalnya metode ini diharapkan dapat menemukan
penyelesaian optimal soal transportasi lebih cepat dimana tabel awal hasil metode
ini diharapkan telah optimal sehingga tahap pengujian tabel awal tidak diperlukan
lagi. Namun sayang sekali, variasi soal transportasi menolak harapan itu. Tidak
ada jaminan sama sekali bahwa penentuan tabel awal dengan metode VAM pasti
menghasilkan penyelesaian optimal, maka pengujian tabel awal bagaimanpun juga
harus tetap dilakukan.
Vogel’s Approximation Method menentukan alokasi distribusi pada sel yang
memiliki Cij terkecil dan terletak pada baris atau kolom yang memiliki nilai terbesar
dari selisih dua Cij terkecil. Oleh karena itu, ada tiga tahap yang harus ditempuh
pada setiap alokasi distribusi, yaitu:
1. Penentuan selisih nilai dua Cij terkecil pada seluruh baris dan kolom.
Tahap pertama di dalam penyusunan tabel awal dengan metode VAM
adalah penentuan selisis nilai dua Cij terkecil. Proses ini dilakukan untuk
seluruh baris dan kolom. Pada baris pertama, dua Cij terkecil adalah C11 =
4 dan C12 =5; dengan demikian selisih dua Cij itu adalah [5-4] = 1. Pada
kolom pertama, dua Cij terkecil adalah C11 =4 dan C31 =5; dengan demikian,
selisih dua Cij itu adalah [4-5] =1. Pada baris ke-2, dua Cij terkecil adalah
C21 =6 dan C22 =3; dengan demikian selisih dua Cij itu adalah [6-3]=3.
Dengan cara yang sama, seluruh selisis nilai baris dan kolom itu bisa di
tentukan.
2. Pemilihan baris atau kolom yang memiliki nilai terbesar dari selisih
dua Cij terkecil.
Setelah selisih nilai dua Cij terkecil pada seluruh baris dan kolom
ditemukan, maka sebagai langkah berikutnya adalah pemilihan selisish nilai
yang terbesar sebagai dasar alokasi. Selisih nilai terbesar dari seluruh baris
7
dan kolom adalah selisih nilai dua Cij
pada kolom ke-3 antara C13 =7
dengan C33 =3, yaitu 4. Oleh karena itu kolom ke-3 adalah kolom terpilih.
3. Alokasi distribusi maksimum pada baris atau kolom terpilih yang
memiliki Cij terkecil.
Pada kolom terpilih, yaitu kolom ke-3 kemudian dialokasikan distribusi
maksimum pada sel yang memiliki Cij terkecil. Di di sini, C33 adalah Cij
terkecil. Oleh karena itu, distribusi sebesar 5500 dari Surakarta dikirim
untuk memenuhi permintaan Madiun.
Tiga langkah di atas adalah satu paket langkah untuk menyusun table awal
dengan menggunakan metode VAM. Setiap kali alokasi distribusi dilakukan, maka
tiga langkah itu harus dilakuka. Proses ini berulang hingga seluruh kapasitas
teralokasikan dan seluruh permintaan tujuan terpenuhi.
Kini, akan mengulang proses untuk menentukan alokasi distribusi menayangkan
ketiga langkah tersebut sekaligus.
CONTOH
Sumber
Tujuan
Pur
Yogyakarta
X11
Sem
X12
4
Magelang
X21
5000
5000
8
X33
2
4500
4000
X23
X32
Sumber
7
3
5
Kebutuhan
X13
X22
X31
Mad
5
6
Surakarta
Kapasitas
6000
3
5500
Tujuan
8
Matriks transportasi, VAM alokasi pertama.
Sumber
Tujuan
Pur
Yogyakarta
X11
Sem
X12
X21
4500
X31
5000
5000
3
8
X33
5
Kebutuhan
7
X23
X32
6000
2
4500
Sumber
4000
5
6
Surakarta
Mad
X13
4
Magelang
Kapasitas
3
5500
Tujuan
VAM alokasi maksimum 5500 kg. C23 adalah Ciij terkecil pada kolom ke-3
yang memiliki nilai terbesar dari selisih dua Cij terkecil.
Sumber
Tujuan
Pur
Yogyakarta
X11
Sem
X12
4
Magelang
5
X31
5
Kebutuhan
5000
5000
8
5500
6000
3
2
4500
4000
X23
X32
Sumber
7
3
6
Surakarta
Mad
X13
4500
X21
Kapasitas
5500
Tujuan
9
Pada tabel VAM alokasi kedua bisa dilihat selisih nilai terbesar dan dua
yaitu pada baris ke-2 dan ke-3. Dalam kasus semacam ini, tidak ada satu pun
pedoman untuk memilih yang bisa digunakan secara konsisten kita harus memilih
salah satu secara intuitif. Di sini, kita akan memilih baris ke-3 sebagai baris terpilih.
Selanjutnya, jelas sekali kita harus mendistribusikan sisa kapasitas Surakarta
sebesar 500 kg untuk memenuhi sebagian permintaan Semarang; pilihan ini
merupakan pilihan terbaik yang akan memberikan biaya distribusi terendah.
Pada alokasi yang ke -3 nanti, baik baris ke-3 (alokasi pertama) maupun
kolom ke-3 (alokasi kedua) tidak lagi diperhitungkan di dalam penentuan selisih
nilai dua Cij terkecil. Jadi, nilai terbesar dari selisih dua Cij terkecil adalah 3 yang
terletak pada baris ke-2. Di sini, alokasi distribusi maksimum 4000 kg ditempatkan
di sel 23 yang terletak pada baris terpilih dan memiliki Cij terkecil. Dengan
demikian seluruh, seluruh permintaan semarang akan dipenuhi oleh Yogyakarta
dan Madiun.
Selagi selisih dua Cij terkecil hanya bisa di hitung untuk selisih antara C11
=4 dan C21 =6, yaitu 2 maka alokasi keempat terjadi pada sel 11 yang memiliki Cij
terkecil.
Matriks transportasi, VAM alokasi kedua.
Sumber
Tujuan
Pur
Yogyakarta
X11
Sem
X12
4
Magelang
5
X31
5
Kebutuhan
5000
5000
8
5500
6000
3
2
4500
4000
X23
500
Sumber
7
3
6
Surakarta
Mad
X13
4500
X21
Kapasitas
5500
Tujuan
10
VAM alokasi maksimum 500 kg untuk mendistribusikan seluruh kapasitas
Surakarta. Kolom terpilih yaitu kolom ke-3 tidak lagi diperhitungkan di dalam
penentuan alokasi distribusi.
Seluruh kapasitas Yogyakarta sebesar 4000 kg didistribusikan ke
Purwokerto, lihat alokasi ke empat. Meskipun Purwokerto meminta 5000 kg.
Yogyakarta tidak mungkin memenuhi seluruh permintaan itu karena keterbatasan
kapasitas. Sisa permintaan 1000 kg yang belum terpenuhi bagaimanapun juga
harus dipenuhi oleh sumber yang lain.
Kini sel 21 merupakan pilihan alokasi terakhir yang memungkinkan kita
untuk mendistribusikan seluruh kapasitas Magelang 5000 kg dan sekaligus
memenuhi seluruh permintaan Purwokerto 5000 kg. Alokasi yang kelima
merupakan
alokasi
terakhir
yang
membuat
seluruh
kapasitas
sumber
terdistribusikan dan seluruh permintaan tujuan terpenuhi. Meskipun pedoman nilai
terbesar dari selisih nilai dua Cij terkecil tidak ada namun hal itu tidak perlu
dirisaukan karena pilihan distribusi itu merupakan satu-satunya pilihan yang
tersedia dan secara matematis benar. Sebagai langkah selanjutnya adalah
pengujian tabel awal.
Vogel’s Approximation Method untuk menentukan tabel awal ternyata
memang memerlukan langkah yang lebih panjang. Bandingkan dengan dua
metode sebelumnya. Sekali lagi, kerumitan ini tidak menjamin bahwa pasti optimal.
Akan tetapi, optimalitas tabel baru
11
Matriks transportasi, VAM alokasi ketiga
Sumber
Tujuan
Pur
Yogyakarta
X11
Sem
X12
Surakarta
X31
X23
5000
5000
8
5500
500
5
Kebutuhan
7
3
6
6000
3
2
4500
Sumber
4000
5
4500
X21
Mad
X13
4
Magelang
Kapasitas
5500
Tujuan
VAM alokasi ke-3. Cij terkecil pada baris ke-2 yang memiliki nilai terbesar
dari selisih dua Cij terkecil.
Matriks transportasi, VAM alokasi keempat
Sumber
Tujuan
Pur
Yogyakarta
4000
Sem
X12
4
Magelang
5
X31
5
Kebutuhan
5000
5000
8
5500
6000
3
2
4500
4000
X23
500
Sumber
7
3
6
Surakarta
Mad
X13
4500
X21
Kapasitas
5500
Tujuan
VAM alokasi ke-4. C11 adalah Cij terkecil pada kolom kesatu yang
memiliki nilai terbesar dari selisih dua Cij terkecil.
12
Matriks transportasi, VAM alokasi kelima
Sumber
Tujuan
Pur
Yogyakarta
4000
Sem
X12
Surakarta
X31
X23
5000
5000
8
5500
500
5
Kebutuhan
7
3
6
6000
3
2
4500
Sumber
4000
5
4000
1000
Mad
X13
4
Magelang
Kapasitas
5500
Tujuan
Alokasi kelima atau terakhir tanpa berpedoman pada nilai terbesar
selisih dua Cij terkecil.
Matriks transportasi, VAM lengkap
Sumber
Tujuan
Pur
Yogyakarta
4000
Sem
X12
4
Magelang
5
X31
5
Kebutuhan
5000
5000
8
5500
6000
3
2
4500
4000
X23
500
Sumber
7
3
6
Surakarta
Mad
X13
4000
1000
Kapasitas
5500
Tujuan
13
Bisa diketahui setelah pengujian tabel awal dengan metode Stepping Stone atau
MODI dilakukan. Matriks transportasi VAM lengkap manayangkan seluruh proses
penentuan tabel awal dengan Vogel’s Approximation Method.
Dengan demikian, biaya distribusi berdasar alokasi beban distribusi
sementara menurut VAM adalah:
Sel
Biaya ×Beban
Biaya
(1,1)
4,- × 4000
16.000,-
(2,1)
6,- × 1000
6000,-
(2,3)
3,- × 4000
12.000,-
(3,2)
2,- × 500
1000,-
(3,3)
3,- × 5500
16.500,51.500,-
2.3 Modified Distribution Method
MODI atau Modified Distribution menguji optimalitas table dengan cara
menghitung opportunity cost pada sel- tanggung bila satu alternatif keputusan
dipilih. Dalam sel yang tidak terkena alokasi distribusi. Oppurtunity Cost adalah
biaya yang harus kita hal ini, bila sel-sel kosong tersebut ternyata memiliki
opportunity cost positif maka menurut metode ini dikatakan bahwa table belum
optimal berhubung masih ada alternatif distribusi yang akan memberikan biaya
total distrubusi lebih rendah. Jadi menurut metode MODI, table akan dikatakan
optimal bila dan hanya bila opportunity cost sel-sel kosong adalah negatif atau nol.
Bila,
Ui : Angka kunci pada setiap baris i.
Vj : Angka kunci pada setiap kolom j.
Cij : Biaya distribusi yang nyata pada sel ij.
Oij : Oppurtunity Cost pada sel ij.
14
Di mana Oij = 0 untuk seluruh sel yang telah memperoleh alokasi distribusi.
Maka untuk seluruh sel berlaku:
Oij = (Ui+ Vj) – Cij
[8-4]
Dalam hal ini, [8-4] digunakan untuk:
1. Menentukan nilai Ui dan Vj untuk seluruh baris dan kolom dengan
pedoman Oij = 0 untuk seluruh sel-sel terisi.
2. Menentukan opportunity cost Oij pada seluruh sel-sel kosong.
Bila dijumpai paling sedikit satu sel kosong yang memiliki opportunity cost
positif atau Oij > 0 maka dikatakan bahwa table belum optimal sehingga harus
direvisi. Dengan kata lain, tabel dikatakan telah optimal bila dan hanya bila:
Oppurtunity cost < 0
Ui + Vj- Cij < 0
Atau
Ui + Vj < Cij
A. MODI Menguji Metode Biaya Terkecil Denebula
Pertama, penentuan nilai Ui dan Vj untuk seluruh baris dan kolom dengan
menggunakan [8-4]. Tabel 1 menayangkan tambahan atribut Ui dan Vj pada tabel
awal Denebula yang disusun menggunakan metode biaya terkecil.
Dengan berpedoman pada Oij= 0 untuk seluruh sel isi maka kita hanya
perlu menentukan sebuah angka kunci pada Ui atau Vj agar bisa menentukan nilai
Ui dan Vj yang lain. Angka kunci itu sembarang dan bisa diletakkan dimana saja,
pada baris atau kolom. Pada tabel 1 angka kunci itu adalah 0, untuk tujuan
memudahkan perhitungan, dan diletakkan pada baris pertama. Karena Oij = O
untuk seluruh sel isi, maka,
Dari [8-4],
Oij = (Ui + Vj) – Cij
Oij = 0
Cij = Ui + Vj
Karena U1= 0 dan C11 =4 maka menurut [8-5]
4 = 0 + V1
15
V1= 4 ( lihat pula tabel 1)
Dalam hal ini, sekali lagi perlu ditekankan bahwa angka 0 yang dipilih untuk
U1 adalah benar-benar angka sembarang. Pilihan itu semata-mata agar
memudahkan perhitungan. Kita bisa saja memilih angka bukan 0 dan
menempatkannya di tempat lain: alternatif semacam ini pasti akan membawa hasil
yang tidak berbeda.
Tabel 1. MODI, U1 = 0 dan C11 = 4, maka V1 = 4
Sumber
Tujuan
Pur
Yogyakarta 4000
Sem
X12
4
Magelang
1000
X31
X13
4000
5000
0
5000
8
5500
2
4500
Sumber
4000
X23
500
Ui
7
3
5
Kebutuhan
Mad
5
6
Surakarta
Kapasitas
6000
3
5500
Tujuan
Vj
4
Penentuan nilai V1 setelah U1 ditentukan terlebih dahulu sembarang
Selanjutnya, nilai V1 digunakan untuk menentukan nilai U2 Karena
sel 21 adalah sel isi di mana C21 = 6 Menurut [8-5], U2= 6-4 = 2, lihat tabel 1.
Dengan cara yang sama, kini kita bisa menentukan nilai V2. Karena U2 = 2 dan
sel 22 adalah sel isi maka V2 = 3-2 = 1, lihat tabel 2.
Setelah V2 diketahui, kini kita bisa menentukan U3 karena sel 32
adalah sel isi. Karena V2 = 1 dan C32 = 2 , maka menurut [8-5] U3= 2-1 = 1;
lihat tabel 4. Yang terakhir, karena U3 diketahui dan sel 32 adalah sel isi maka
16
V3 = 3-1 = 2; liat tabel 5. Meringkas seluruh langkah di atas maka tabel 6
menayangkan seluruh langkah pertama MODI, yaitu penentuan seluruh nilai
Ui dan Vj.
Ke-2, menentukan opportunity cost seluruh sel kosong. Dalam
kasus ini ada empat buah sel kosong. Menurut [8-4].
Tabel 2. MODI, U2 = 2 karena V1 = 4 dan C21 = 6
Sumber
Tujuan
Pur
Yogyakarta 4000
Sem
X12
4
Magelang
1000
X31
X13
4000
X23
500
5000
Sumber
4000
0
5000
2
8
5500
2
4500
Ui
7
3
5
Kebutuhan
Mad
5
6
Surakarta
Kapasitas
6000
3
5500
Tujuan
Vj
4
Penentuan nilai U2 setelah V1 diketahui
Tabel 3. MODI, V2 = 1 karena U2 = 2 dan C22 = 8
Sumber
Tujuan
Pur
Yogyakarta 4000
Sem
X12
4
Magelang
1000
6
Kapasitas
Mad
X13
5
4000
Sumber
4000
0
5000
2
7
X23
3
Ui
8
17
Surakarta
X31
500
5500
5
Kebutuhan
5000
2
4500
6000
3
5500
Tujuan
Vj
4
1
Penentuan nilai V2 setelah U2 diketahui
Tabel 4. MODI, U3 = 1 karena U2 = 1 dan C32 = 2
Sumber
Tujuan
Pur
Yogyakarta 4000
Sem
X12
4
Magelang
1000
X31
X13
4000
X23
500
5000
Sumber
4000
0
5000
2
6000
1
Kapasitas
Ui
8
5500
2
4500
Ui
7
3
5
Kebutuhan
Mad
5
6
Surakarta
Kapasitas
3
5500
Tujuan
Vj
4
1
Penentuan nilai V3 setelah U3 diketahui
Tabel 5. MODI, V3 = 2 karena U3 = 1 dan C33 = 3
Sumber
Tujuan
Pur
Yogyakarta 4000
4
Sem
X12
Mad
X13
5
Sumber
4000
0
7
18
Magelang
1000
4000
6
Surakarta
X31
3
5000
5000
2
6000
1
8
500
5
Kebutuhan
X23
5500
2
3
4500
5500
Tujuan
Vj
4
1
2
Penentuan nilai V3 setelah U3 diketahui
MODI, langkah ke-2 menentukan opportunity cost sel kosong.
O12 = U1 + V2 – C12
atau
O12 = 0 + 1 – 5 = -4
O13 = U1 + V3 – C13
atau
O13 = 0 + 2 – 7 = -5
O23 = U2 + V3 – C23
atau
O23 = 2 + 2 – 8 = -4
O31 = U3 + V1 – C31
atau
O31 = 1 + 4 – 5 = 0
B. MODI Menguji Metode Sudut Barat Laut dan VAM Denebula
Secara kebetulan tabel awal yang disusun menggunakan metode
sudut barat laut atau North West Corner (N.W.C) menghasilkan biaya
distribusi total yang sama dengan tabel awal yang disusun menggunakan
RAM dan VAM.
Dengan demikian, kita tidak perlu mengujinya satu per satu. Kita dalam
hal ini tidak akan melakukannya tahap demi tahap seperti telah dilakukan
sebelumnya, melainkan secara langsung. Tabel 5 menayangkan pengujian
MODI secara langsung, mulai dari penentuan angka kunci Ui dan Vj hingga
penghitungan opportunity cost sel-sel kosong.
Angka yang dikotaki di dalam sel kosong menunjukkan oopurtunity
cost sel itu. Ternyata opportunity cost seluruh sel kosong adalah negative, ini
berarti tidak ada kemungkinan biaya total distribusi menjadi lebih rendah; jadi
19
tabel telah optimal. Dengan demikian, alokasi distribusi yang ditayangkan
pada Tabel 5 dijamin memberikan biaya total distribusi minimum, yaitu Rp
51.500,-.
Meskipun demikian, sekali lagi ini ukan menunjukkan bahwa
penentuan tabel awal dengan VAM atau metode sudut barat laut pasti lebih
baik dibanding metode biaya terkecil. Variasi kasus transportasi mungkin akan
membuat sebuah metode penentuan tabel awal lebih superior dibanding yang
lain.
2.4 Stepping Stone
Stepping
stone
menguji
optimalitas
tabel
awal
dengan
cara
menghitung Cij sel-sel kosong yang dilewati oleh jalur stepping stone. Seperti
makna yang terkandung di dalam namanya, metode ini membuat satu jalur
tertutup untuk setiap sel kosong dimana sel-sel isi yang lain dijalur tertutup itu
dipandang sebagau batu untuk berpijak guna untuk melangkah ke batu
berikutnya.
Maksud dari pembuatan jalur tertutup ini adalah untuk membuat
percobaan guna memindahkan satu unit beban distribusi sepanjang jalur
tertutup itu. Penghitungan untuk memindahkan satu unit beban itu
menggunakan dasar jalur tertutup (+) atau (-) dimana tanda (+) pertama kali
diberikan kepada sel kosong dan selanjutnya tanda (-) diberikan kepada sel isi
berikutnya.
Pemberian tanda itu kemudian diteruskan secara bergantian kepada
sel-sel berikutnya hingga kembali ke sel kosong. Dalam hal itu, tanda (+)
menandai penambahan beban distribusi satu unit yang tentu saja akan
berakibat pada penambahan biaya distribusi sebesar Cij, sedangkan tanda [ - ]
menandai pengurangan beban distribusi satu unit yang akan berakibat pada
pengurangan biaya distribusi sebesar Cij.
Marilah kita melihat tabel awal denebula yang disusun dengan metode
sudut barat laut atau VAM, Tabel. Pertama, kita membuat jalur tertutup (+)31
→ ( - )21 → (+)22 → ( - )32. Pemindahan satu unit distrbusi sepanjang jalur
20
tersebut ternyata akan membuat biaya distribusi naik dengan +5 – 6 + 3 – 2 =
0 untuk setiap unit distribusi yang dipindahkan.
Kedua, kita membuat jalur tertutup (+)12 → ( - )22 → (+)21 → ( - )11.
Pemindahan satu unit distribusi sepanjang jalur tersebut ternyata akan
membuat biaya distribusi naik dengan +5 – 2 + 5 – 4 = +4 untuk setiap unit
distribusi yang dipindahkan, lihat Tabel 2.
Ketiga, kita membuat jalur tertutup (+)13 → ( - )33 → (+)31 → ( - )11.
Pemindahan satu unit distribusi sepanjang jalur tersebut ternyata akan
membuat biaya distribusi naik dengan +7 – 3 + 5 – 4 = +5 untuk setiap unit
distribusi yang dipindahan, lihat Tabel 3.
Percobaan diatas, yaitu pemindahaan beban satu unit distribusi ke selsel kosong yang dilalui jalur stepping stone, ternyata menghasilkan Cij positif
untuk seluruh sel kosong itu. Hal ini jelas menunjukkan bahwa pemindahan
beban distribusi ke sel-sel itu justru akan berakibat pada kenaikan biaya
distribusi total. Oleh karena itu, tabel awal yang menghasilkan biaya distribusi
total sebesar:
Tabel 1. Stepping Stone, pengujian Sel 31
Sumber
Tujuan
Pur
Yogyakarta
Sem
4000
X12
4
Magelang
1000
+
X31
5000
_
500
4000
7
X23
3
_
Sumber
X13
4000
5
Kebutuhan
Mad
5
6
Surakarta
Kapasitas
5000
8
+
5500
2
4500
6000
3
5500
Tujuan
Pertama, penghitungan opportunity cost sel 31 : +5 – 2 + 3 – 6 = 0
Tabel 2. Stepping Stone, pengujian sel 12
21
Sumber
Tujuan
Pur
Yogyakarta
4000
_
Sem
X12
+
4
Magelang
1000
+
4000
X31
4000
7
_
X23
5000
8
500
5500
2
5000
Sumber
X13
3
5
Kebutuhan
Mad
5
6
Surakarta
Kapasitas
6000
3
4500
5500
Tujuan
Kedua, penghitungan opportunity cost sel 12 : +5 – 4 + 6 – 3 = +4
Tabel 3. Stepping Stone, pengujian sel 13
Sumber
Tujuan
Pur
Yogyakarta
4000
_
Sem
X12
4
Magelang
1000
+
X13
4000
X31
_
500
5000
4000
X23
5000
8
+
5500
2
4500
+
Sumber
7
3
5
Kebutuhan
Mad
5
6
Surakarta
Kapasitas
_
6000
3
5500
Tujuan
Ketiga, penghitungan opportunity cost sel 13 : +7 – 4 + 6 – 3 + 2 – 3 = +5
Sel 11,
4000 x Rp. 4,-
=
Rp 16.000,-
Sel 21,
1000 x Rp. 6,-
=
Rp. 6.000,-
Sel 22,
4000 x Rp. 3,-
=
Rp.12.000,-
Sel 32,
500 x Rp. 2,-
=
Rp. 1.000,22
Sel 33,
5500x Rp. 3,-
=
Rp. 16.500,Rp. 51.500,-
Tersebut dikatakan telah optimal.
Kini, setelah kita mengetahui kedua metode pengujian optimaliitas
tabel awal maka kita tentunya akan bertanya: “mana yang akan saya pilih?”.
Stepping stone memang lebih sederhana dan langsung namun agak
merepotkan di dalam pembuatan jalurnya, sedangkan MODI lebih pasti namun
agak rumit dan panjang prosedurnya. Jadi, pemilihan itu benar-benar terpulang
pada pemakai dan kerumitan persoalan yang dihadapi.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Tujuan metode transportasi adalah memecahkan masalah pendistribusian barang
dari sumber ke tujuan dengan biaya total distribusi minimum.
2. Untuk menentukan jumlah pendistribusian barang dapat menggunakan metode
vogel, metode vogel yaitu menentukan alokasi distribusi pada sel yang memiliki Cij
terkecil dan terletak pada baris atau kolom yang memiliki nilai terbesar dari selisih
dua Cij terkecil.
3. Langkah selanjutnya adalah pengujian optimalitas tabel untuk mengetahui apakah
biaya distribusi total telah minimum, ada dua macam model pengujian optimalitas
yaitu: metode modi dan metode stepping stone
4. Metode MODI menguji optimalitas table dengan cara menghitung opportunity cost
pada sel- tanggung bila satu alternatif keputusan dipilih. Sedangkan metode
stepping stone menguji optimalitas tabel awal dengan cara menghitung Cij sel-sel
kosong yang dilewati oleh jalur stepping stone
5. Metode stepping-stone memang lebih sederhana dan langsung namun agak
merepotkan di dalam pembuatan jalurnya, sedangkan MODI lebih pasti namun
agak rumit dan panjang prosedurnya. Jadi, pemilihan itu benar-benar terpulang
pada pemakai dan kerumitan persoalan yan dihadapi.
24
DAFTAR PUSTAKA
Siang, Jong Jek. 2011. Riset Operasi Dalam Pendekatan Algoritmis. Edisi II. Andi.
Yogyakarta.
Siswanto. 2007. Operations Research. Jilid I. Erlangga. Jakarta.
25
Download