EJAAN BAHASA INDONESIA Pengertian Ejaan Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambanglambang bunyi bahasa dan bagaimana hubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan, penggabungan) dalam suatu bahasa Adapun motif lahirnya EBI adalah 1. Menyesuaikan ejaan bahasa Indonesia dengan perkembangan bahasa Indonesia 2. Membina ketertiban dalam penulisan huruf Loading… dan tanda baca 3. Memulai usaha pembakuan bahasa Indonesia secara menyeluruh 4. Mendorong pengembangan bahasa indonesia Pemenggalan Kata ● ● Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya: sa-at, bu-ah Huruf diftong ai, au, dan oi tidak pernah diceraikan sehingga pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu. Misalnya: au-la bukan a-u-la sau-da-ra bukan sa-u-da-ra am-boi bukan am-bo-i ● Pemenggalan Kata Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan-huruf konsonan, di antara dua buah huruf vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan. Misalnya: ba-pak ba-rang su-lit la-wan de-ngan ke-nyang mu-ta-khir Jika di tengah kata ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan-huruf konsonan tidak pernah diceraikan. Misalnya: man-di som-bong swas-ta cap-lok Ap-ril bang-sa makh-luk Loading… ● Pemenggalan Kata ● ● Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua. Misalnya: in-stru-men ul-tra in-fra bang-krut ben-trok ikh-las Imbuhan akhiran dan imbuhan awalan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris. Misalnya: makan-an me-rasa-kan mem-bantu pergi-lah Pemenggalan Kata ● ● ● Catatan: Bentuk dasar pada kata turunan sedapat-dapatnya tidak dipenggal. Akhiran -i tidak dipenggal. Pada kata yang berimbuhan sisipan, pemenggalan kata dilakukan sebagai berikut. Misalnya: te-lun-juk si-nam-bung ge-li-gi Pemenggalan Kata ● Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan (1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan kaidah di atas. Misalnya: bio-grafi bi-o-gra-fi foto-grafi fo-to-gra-fi intro-speksi in-tro-spek-si kilo-gram ki-lo-gram kilo-meter ki-lo-me-ter pasca-panen pas-ca-pa-nen Keterangan: Nama orang, badan hukum, dan nama diri yang lain disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan kecuali jika ada pertimbangan khusus. Pemakaian Huruf Kapital ● Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya: Dia mengantuk. Apa maksudnya? Kita harus bekerja keras. Pekerjaan itu belum selesai. ● Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya: Adik bertanya, "Kapan kita pulang?" Bapak menasihatkan, "Berhati-hatilah, Nak!" "Kemarin engkau terlambat," katanya. " Besok pagi," kata Ibu, dia berangkat. Pemakaian Huruf Kapital ● Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: Allah Alkitab Islam Yang Maha Kuasa Quran Kristen Yang Maha Pengasih Weda Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya. Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat. ● Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Mahaputra Yamin Sultan Hasanudin Haji Agus Salim Imam Syafii Nabi Ibrahim Pemakaian Huruf Kapital ● Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya: Dia baru saja diangkat menjadi sultan. Tahun ini ia pergi naik haji. ● Loading… Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik Perdana Menteri Nehru Profesor Supomo Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian Gubernur Irian Jaya Pemakaian Huruf Kapital ● Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat. Misalnya: Siapa gubernur yang baru dilantik itu? Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal. ● Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya: Amir Hamzah Dewi Sartika Wage Rudolf Supratman Halim Perdanakusumah Ampere Pemakaian Huruf Kapital ● Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: mesin diesel 10 volt 5 ampere ● Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya: bangsa Indonesia suku Sunda bahasa Inggris Pemakaian Huruf Kapital ● Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya: mengindonesiakan kata asing keinggris-inggrisan ● Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya: bulan Agustus hari Natal bu1an Maulid perang Candu hari Galungan tahun Hijriah hari Jumat tarikh Masehi hari Lebaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Pemakaian Huruf Kapital ● Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama. Misalnya: Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia. ● Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya: Asia Tenggara Kali Brantas Banyuwangi Lembah Baliem Bukit Barisan Ngarai Sianok Cirebon Pegunungan Jayawijaya Danau Toba Dataran Tinggi Dieng Selat Lombok Gunung Semeru Tanjung Harapan Jalan Diponegoro Teluk Benggala Jazirah Arab Terusan Suez Pemakaian Huruf Kapital ● Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya: berlayar ke teluk mandi di kali menyeberangi selat pergi ke arah tenggara ● Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis. Misalnya: garam inggris gula jawa kacang bogor pisang ambon Pemakaian Huruf Kapital ● Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan. Misalnya: Republik Indonesia Majelis Permusyawaratan Rakyat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972 ● Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi. Misalnya: menjadi sebuah republik beberapa badan hukum kerja sama antara pemerintah dan rakyat menurut undang-undang yang berlaku Pemakaian Huruf Kapital ● Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Rancangan Undang-Undang Kepegawaian ● Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata u1ang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judu1 karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Bacalah majalah Bahasa dan Sastra. Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan. la menyelesaikan makalah " Asas-Asas Hukum Perdata". Pemakaian Huruf Kapital Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. ● Misalnya: Dr. doktor M.A. master of arts S.H. S.S. Prof. Tn. Ny. Sdr. sarjana hukum sarjana sastra profesor tuan nyonya saudara Pemakaian Huruf Kapital Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. ● ● ● ● ● ● ● ● Misalnya: "Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto. Adik bertanya, "Itu apa, Bu?" Surat Saudara sudah saya terima. "Silakan duduk, Dik!" kata Ucok. Besok Paman akan datang. Mereka pergi ke rumah Pak Camat. Para ibu mengunjungi Ibu Hasan. Pemakaian Huruf Kapital ● Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga. ● Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya: Sudahkah Anda tahu? Surat Anda telah kami terima. Pemakaian Huruf Miring ● Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya: majalah Bahasa dan Kesusastraan buku Negarakertagama karangan Prapanca surat kabar Suara Karya ● Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya: Huruf pertama kata abad ialah a. Dia bukan menipu, tetapi ditipu. Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital. Buatlah kalimat dengan berlepas tangan. Pemakaian Huruf Miring ● Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana. Politik divide et impera pernah merajalela di negeri ini. Weltanschauung antara lain diterjemahkan menjadi 'pandangan dunia'. ● Tetapi: Negara itu telah mengalami empat kali kudeta. ● Catatan: Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di bawahnya. Penulisan Kata ● Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: Ibu percaya bahwa engkau tahu. Kantor pajak penuh sesak. Buku itu sangat tebal. ● Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya: bergeletar dikelola penetapan menengok mempermainkan Penulisan Kata ● Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.) Misalnya: bertepuk tangan menganak sungai ● garis bawahi sebar luaskan Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V; Pasal E, Ayat 5.) Misalnya: menggarisbawahi dilipatgandakan menyebarluaskan penghancurleburan Penulisan Kata ● Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: adipati mahasiswa caturtunggal poligami aerodinamika mancanegara dasawarsa pramuniaga antarkota multilateral dekameter prasangka anumerta narapidana demoralisasi purnawirawan elektroteknik subseksi infrastruktur swadaya inkonvensional telepon kolonialisme tritunggal introspeksi transmigrasi kosponsor utramodern audiogram nonkolaborasi dwiwarna reinkarnasi awahama Pancasila ekawarna saptakrida bikarbonat panteisme ekstrakurikuler semiprofesional biokimia paripurna Penulisan Kata Catatan: Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda hubung (-). ● ● Misalnya: non-Indonesia pan-Afrikanisme Jika kata maha sebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar, gabungan itu ditulis terpisah. ● Misalnya: Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita. Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. Bentuk Ulang ● Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anak-anak gerak-gerik mondar-mandir biri-biri huru-hara undang-undang buku-buku lauk-pauk tukar-menukar porak-poranda sayur-mayur terus-menerus hati-hati ramah-tamah berjalan-jalan mata-mata menulis-nulis kura-kura sia-sia kuda-kuda kupu-kupu laba-laba dibesar-besarkan centang-perenang tunggang-langgang bumiputera-bumiputera hulubalang-hulubalang Gabungan Kata ● Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar mata pelajaran orang tua simpang empat kambing hitam meja tulis persegi panjang kereta api cepat luar biasa model linear rumah sakit umum ● Loading… Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Misalnya: alat pandang-dengar buku sejarah-baru ibu-bapak kami orang-tua muda anak-istri saya mesin-hitung tangan watt-jam Gabungan Kata ● Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: acapkali manakala adakalanya manasuka akhirulkalam mangkubumi alhamdulillah matahari astagfirullah olahraga bagaimana padahal barangkali paramasastra beasiswa peribahasa belasungkawa puspawarna bilamana radioaktif bismillah saptamarga Gabungan Kata bumiputra saputangan daripada saripati darmabakti sebagaimana darmasiswa sediakala darmawisata segitiga dukacita sekalipun halalbihalal silaturahmi hulubalang sukacita kacamata sukarela kasatmata sukaria kepada syahbandar keratabasa titimangsa kilometer wasalam Kata Ganti -ku, kau-, -mu, dan -nya ● Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan -nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa yang kumiliki boleh kauambil. Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan. Kata Depan di, ke, dan dari ● Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. Misalnya: Kain itu terletak di dalam lemari. Bermalam semalam di sini. Di mana Siti sekarang? Mereka ada di rumah. Kata Depan di, ke, dan dari Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan. Ke mana saja ia selama ini? Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan. Mari kita berangkat ke pasar. Saya pergi ke sana-sini mencarinya. Ia datang dari Surabaya kemarin. ● • • • • • • • • Catatan: Kata-kata yang dicetak miring di bawah ini ditulis serangkai. Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad. Kami percaya sepenuhnya kepada kakaknya. Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting. Ia masuk, lalu keluar lagi. Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966. Bawa kemari gambar itu. Kemarikan buku itu. Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu. Kata si dan sang ● Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil. Surat itu dikirimkan kepada si pengirim. Partikel ● Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik. Jakarta adalah ibukota Republik Indonesia. Apakah yang tersirat dalam surat itu? Siapakah gerangan dia? Apatah gunanya bersedih hati? ● Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus. Hendak Pulang pun sudah tak ada kendaraan. Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku. Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi. Partikel ● Catatan: Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun ditulis serangkai. Misalnya: Adapun sebab-sebabnya belum diketahui. Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu. Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemonstrasi. Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaan dapat dijadikan pegangan. Walaupun miskin, ia selalu gembira. Partikel ● Partikel per yang berarti 'mulai', 'demi', dan 'tiap' ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya: Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April. Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu. Harga kain itu Rp2.000,00 per helai. Singkatan ● ● Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya: A.S. Kramawijaya Muh. Yamin Suman Hs. Sukanto S.A. M.B.A. master of business administration M.Sc. master of science S.E. sarjana ekonomi S.Kar. sarjana karawitan S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat Bpk. Bapak Sdr. Saudara Kol. Kolonel Singkatan ● Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama, dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya: DPR Dewan Perwakilan Rakyat PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara SMTP sekolah menengah tingkat pertama PT perseroan terbatas KTP kartu tanda pengenal Singkatan ● Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: dll. dan lain-lain dsb. dan sebagainya dst. dan seterusnya hlm. halaman sda. sama dengan atas Yth. Yang terhormat Tetapi: a.n. atas nama d.a. dengan alamat u.b. untuk beliau u.p. untuk perhatian Singkatan ● Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya: Cu kuprum TNT trinitrotoluen cm sentimeter kVA kilovolt-ampere l liter kg kilogram Rp rupiah Akronim ● ● Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya: ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia LAN Lembaga Administrasi Negara PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan SIM surat izin mengemudi Akronim ● Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Misalnya: Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia Kowani Kongres Wanita Indonesia Sespa Sekolah Staf Pimpinan Administrasi Akronim ● Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: pemilu pemilihan umum radar radio detecting and ranging rapim rapat pimpinan rudal peluru kendali tilang bukti pelanggaran Akronim ● Catatan: Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut. (1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia. (2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim. Angka dan Lambang Bilangan ● Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (l.000.000) ● ● Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas. Misalnya: 0,5 sentimeter 1 jam 20 menit 5 kilogram pukul 15.00 4 meter persegi tahun 1928 10 liter 17 Agustus 1945 Rp5.000,00 50 dolar Amerika US$3.50* 10 paun Inggris $5.10* 100 yen Y100 10 persen 2.000 rupiah 27 orang *Tanda titik di sini merupakan tanda desimal. Angka dan Lambang Bilangan ● Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Misalnya: Jalan Tanah Abang I No.15 Hotel Indonesia, Kamar 169 ● Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252 Surah Yasin: 9 Angka dan Lambang Bilangan ● Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. Bilangan utuh Misalnya: dua belas 12 dua puluh dua 22 dua ratus dua puluh dua 222 Bilangan pecahan Misalnya: setengah 1/2 tiga perempat 3/4 seperenam belas 1/16 tiga dua pertiga 32/3 seperseratus 1/100 satu persen 1% satu permil 10/00 satu dua persepuluh 1,2 Angka dan Lambang Bilangan Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut. ● Misalnya: Paku Buwono X Paku Buwono ke-10 Paku Buwono kesepuluh Bab II Bab ke-2 Abad XX Abad ke-20 Abad kedua puluh Tingkat V Tingkat ke-5 Tingkat kelima Angka dan Lambang Bilangan Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut. (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5.) ● Misalnya: tahun '50-an atau tahun lima puluhan uang 5000-an atau uang lima ribuan uang lima 1000-an atau uang lima seribuan Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua ● kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan. ● ● ● ● Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali. Ayah memesan tiga ratus ekor ayam. Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko. Kendaraan yang ditempah untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100 bemo. Angka dan Lambang Bilangan Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat. ● Misalnya: Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu. Pak Darmo mengundang 250 orang tamu. Bukan: 15 orang tewas dalam kecelakaan itu. 250 orang tamu diundang Pak Darmo. Dua ratus lima puluh orang diundang Pak Darmo. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. ● Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah. Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang. Angka dan Lambang Bilangan Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. ● ● ● ● ● Misalnya: Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai. Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah. Bukan: Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai. Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. ● ● ● Misalnya: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah) Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah. Pemakaian Tanda Baca ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● ● TANDA TANDA TANDA TANDA TANDA TANDA TANDA TANDA TANDA TANDA TANDA TANDA TANDA TANDA TANDA TITIK KOMA TITIK KOMA TITIK DUA HUBUNG PISAH ELIPSIS TANYA SERU KURUNG KURUNG SIKU PETIK PETIK TUNGGAL GARIS MIRING PENYINGKAT ATAU APOSTROF Tanda Titik ● Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya: Ayahku tinggal di Solo. Biarlah mereka duduk di sana. Dia menanyakan siapa yang akan datang. Hari ini tanggal 6 April 1973. Marilah kita mengheningkan cipta. Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini. Tanda Titik ● Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya: a. IlI. Departemen Dalam Negeri A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa B. Direktorat Jenderal Agraria 1. ... b.1. Patokan Umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi 1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel 1.2.3 Grafik ● Catatan: Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf. Tanda Titik ● Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Misalnya: pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik) ● Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu. Misalnya: 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik) 0.0.30 jam (30 detik) Tanda Titik ● Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Misalnya: Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara, Welte- vreden: Balai Poestaka. ● Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200 orang. Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa. ● Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah. Misalnya: Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung. Lihat halaman 2345 dan seterusnya. Nomor gironya 5645678. Tanda Titik ● Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Misalnya: Acara Kunjungan Adam Malik Bentuk dan Kebudayaan (Bab I UUD'45) Salah Asuhan ● Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat. Misalnya: Jalan Diponegoro 82 Jakarta 1 April 1991 Yth. Sdr. Moh. Hasan Jalan Arif 43 Palembang Kantor Penempatan Tenaga Jalan Cikini 71 Jakarta Tanda Koma ● • • • ● • • ● • • Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta. Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko. Satu, dua, ...tiga! Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahu1ui oleh kata seperti tetapi atau melainkan. Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan. Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Misalnya: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang. Karena sibuk, ia lupa akan janjinya. Tanda Koma ● Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya. Misalnya: Saya tidak akan datang kalau hari hujan. Dia lupa akan janjinya karena sibuk. Dia tahu bahwa soal itu penting. ● Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, dan akan tetapi. Misalnya: ...Oleh karena itu, kita harus berhati-hati. ...Jadi, soalnya tidak semudah itu. ● Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat. Misalnya: O, begitu? Wah, bukan main! Hati-hati, ya, nanti jatuh. Tanda Koma ● • • ● • • • • Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.). Misalnya: Kata Ibu, "Saya gembira sekali." "Saya gembira sekali," kata Ibu, "karena kamu lulus." Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagianbagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya: Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta. Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor Surabaya, 10 Mei 1960 Kuala Lumpur, Malaysia Tanda Koma ● Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. • Misalnya: Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat. ● 9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. • ● Misalnya: W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4 10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya: E. Ratulangi, S.E. Ny. Khadijah, M.A. Tanda Koma ● Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya: 12,5 m Rp12,50 ● • • • ● • Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Eab V, Pasal F.) Misalnya: Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali. Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih. Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara. Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit tanda koma: Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia. Tanda Koma ● • • • • • ● • • Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca─di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh. Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih. Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa. Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya: "Di mana Saudara tinggal?" tanya Karim. "Berdiri lurus-lurus! " perintahnya. Tanda Titik Koma ● Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagianbagian kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya: Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga. ● • • Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk. Misalnya: Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur. Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran "Pilihan Pendengar" . Tanda Titik Dua ● • • ● • • Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Misalnya: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. Fakultas itu mempunyai jurusan ekonomi umum dan jurusan ekonomi perusahaan. Tanda Titik Dua ● Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya: a. Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : S. Handayani Bendahara : B. Hartawan b. Tempat Sidang : Ruang 104 Tempat Acara : Bambang S. Hari : Senin Waktu : 09.30 ● Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya: Ibu : (meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini, Mir! " Amir : "Baik, Bu." (mengangkat kopor dan masuk) Ibu : "Jangan lupa. Letakkan baik-baik!" (duduk di kursi besar) Tanda Titik Dua ● • • • • Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Misalnya: Tempo, I(1971), 34:7 Surah Yasin:9 Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit. Tjokronegoro, Sutomo. 1968. Tjukupkah Saudara Membina Bahasa Persatuan Kita? Djakarta: Eresco. Tanda Hubung ● Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris. Di samping cara-cara lama itu ada ju-ga cara yang baru. ● Catatan: Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris seperti berikut ini. Beberapa pendapat mengenai masalah i-tu telah disampaikan.... Walaupun sakit, mereka tetap tidak ma- u beranjak .... Tanda Hubung ● Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris (kecuali akhiran –i). Kini ada cara yang baru untuk meng- ukur panas. Kukuran baru itu memudahkan kita mengukur kelapa. Senjata ini merupakan alat pertahan- an yang canggih. ● Tanda Hubung Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Misalnya: anak-anak berulang-ulang kemerah-merahan ● ● Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satusatu dan bagian-bagian tanggal. Misalnya: p-a-n-i-t-i-a 8-4-1973 Tanda Hubung ● Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata. Misalnya: ber-evolusi dua puluh lima-ribuan (20 5000) tanggung jawab dan kesetiakawanan-sosial Bandingkan dengan: be-revolusi dua-puluh-lima-ribuan (1 2500) Tanda Hubung ● Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, dan (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap. Misalnya: se- Indonesia se-Jawa Barat hadiah ke-2 tahun 50-an mem-PHK-kan hari-H sinar-X Menteri-Sekretaris Negara ● Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Misalnya: di-smash pen-tackle-an Tanda Pisah ● • ● • Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu─saya yakin akan tercapai─diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya: Rangkaian temuan ini─evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom─telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta. Tanda Pisah ● Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti 'sampai'. Misalnya: 1910─1945 Tanggal 5─10 April 1970 Jakarta─Bandung ● Catatan: Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. Tanda Elipsis ● Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Misalnya: Kalau begitu ...ya, marilah kita bergerak. ● Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan ...akan diteliti lebih lanjut. ● Catatan: Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat. Misalnya: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati .... Tanda Tanya ● • • ● • • Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya: Kapan ia berangkat? Saudara tahu, bukan? Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya: la dilahirkan pada tahun 1683 (?) Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang. Tanda Seru ● • • • • Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu! Bersihkan kamar itu sekarang juga! Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak istrinya. Merdeka! Tanda Kurung ● Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya: • ● • • Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama dan tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962. Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri. Tanda Kurung ● • • ● • Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Misalnya: Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a). Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan. Misalnya: Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal. Tanda Kurung Siku ● Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. • ● • Loading… Misalnya: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Misalnya: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 35-38] tidak dibicarakan) perlu dibentangkan di sini. Tanda Petik ● • • ● • • • Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain. Misalnya: "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!” Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah bahasa Indonesia." Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya: Bacalah "Bola Lampu " dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat. Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA " diterbitkan dalam Tempo. Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu. Tanda Petik ● • • ● • Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya: Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja. Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai". Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Misalnya: Kata Tono, "Saya juga minta satu." Tanda Petik ● Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. • • Misalnya: Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam". Bang Komar sering disebut "pahlawan", ia sendiri tidak tahu sebabnya. ● Catatan: Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris. Tanda Petik Tunggal ● • • ● Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Misalnya: Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?" "Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, Ibu, 'Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Bapak Hamdan. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.) Misalnya: feed-back 'balikan' Tanda Garis Miring ● Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Misalnya: No. 7/PK/1973 Jalan Kramat II/10 tahun anggaran 1985/1986 ● Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap. Misalnya: mahasiswa/mahasiswi harganya Rp150,00/lembar Tanda Penyingkat atau Apostrof ● Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Misalnya: Ali 'kan kusurati. ('kan = akan) Malam 'lah tiba. ('lah = telah) 1 Januari '88 ('88 = 1988) Penulisan Unsur Serapan ● ● ● Aturan atau pedoman yang terkait dengan penulisan unsur serapan cukup luas karena berkenaan dengan beberapa bahasa sumber. Lihat pada buku Pedoman EYD Lihat pada buku Pedoman Pembentukan Istilah Latar Belakang Lahirnya EBI EBI ditetapkan pada tanggal 26 November 2015 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Anies Baswedan yang menjabat saat itu dan resmi diundangkan pada tanggal 30 November 2015 oleh Direktur Jenderal Peraturan PerundangUndangan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Penetapan tersebut memberikan arti, bahwa EYD sudah tidak berlaku untuk dijadikan sebagai pedoman penulisan. Maka dari itu, perubahan ini harus kita pahami secara saksama agar bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa yang bisa bersaing secara global. Adapun yang dilakukan perubahan yaitu pengetahuan, teknologi, dan Indonesia dalam beragam ranah maupun tulisan semakin luas. menjadi alasan, sehingga dampak kemajuan ilmu seni, penggunaan bahasa pemakaian, baik secara lisan Perubahan ejaan ini bukan berarti mengubah secara keseluruhan isi dari EYD. Adapun beberapa perbedaan yang mendasar dari Ejaan yang Disempurnakan dengan Ejaan Bahasa Indonesia: 1. Penambahan huruf vokal diftong ei, di EYD hanya ada tiga yaitu ai, au, dan ao; 2. Penulisan huruf kapital pada EYD digunakan dalam penulisan nama orang tidak termasuk julukan, sedangkan pada EBI huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan. 3. Penulisan huruf tebal tidak dipakai dalam cetakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata; untuk keperluan itu digunakan huruf miring pada EYD, sedangkan pada EBI Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring. 4. Penggunaan partikel pun, pada EYD ditulis terpisah kecuali yang sudah lazim digunakan, maka penulisannya ditulis serangkai, sedangkan pada EBI partikel pun tetap ditulis terpisah, kecuali mengikuti unsur kata penghubung, maka ditulis serangkai. 5. Penggunaan bilangan, pada EBI, bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf, sesangkan pada EYD tidak ada hal yang mengaturnya. 6. Penggunaan titik koma (;) pada EYD digunakan dalam perincian tanpa penggunaan kata dan, sedangkan dalam EBI penggunaan titik koma (;) tetap menggunakan kata dan. 7. Penggunaan tanda titik koma (;) pada EBI dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa, sedangkan pada EYD tidak ada hal yang mengaturnya. 8. Penggunaan tanda hubung (-) pada EBI tidak dipakai di antara huruf dan angka, jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf, sedangkan pada EYD tidak ada hal yang mengaturnya. Misalnya: LP2M LP3I. 9. Tanda hubung (-) pada EBI digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan, sedangkan pada EYD tidak ada hal yang mengaturnya. Misalnya: pasca-, -isasi. 10. Penggunaan tanda kurung [( )] dalam perincian pada EYD hanya digunakan pada perincian ke kanan atau dalam paragraf, tidak dalam perincian ke bawah, sedangkan pada EBI tidak ada hal yang mengaturnya. 11. Penggunaan tanda elipsis ( ... ) dalam EYD dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, sedangkan dalam EBI tanda elipsis digunakan untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.