INVENTARISASI BALE BANJAR KAJA, SESETAN, KECAMATAN DENPASAR SELATAN, DENPASAR-BALI DOSEN PEMBIMBING: GUSTI AYU MADE SUARTIKA, ST., MEng.Sc., Ph.D. MAHASISWA: PUTU PRILIA WIDARIYATHI 1605521066 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR REGULER FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2018/2019 DAFTAR ISI DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2 BAB. I .................................................................................................................................. 3 BAB. II ................................................................................................................................ 4 2.1 Sejarah Bale Banjar Kaja Sesetan ..................................................................... 4 2.1.1 Sejarah Desa Sesetan ..................................................................................... 4 2.1.2 Sejarah Bale Banjar Kaja Sesetan .................................................................. 4 2.2 Pengertian Banjar s/d Bale Banjar .................................................................... 5 2.2.1 Pengertian Banjar ........................................................................................... 5 2.2.2 Pengertian Bale Banjar .................................................................................. 5 2.3 Lokasi Bale Banjar Kaja Sesetan ...................................................................... 6 2.4 Fungsi Bale Banjar Kaja Sesetan ...................................................................... 7 2.5 Site Plan, Tampak, Foto-Foto dari Tampak s/d Perspektif ............................ 9 BAB. III............................................................................................................................. 12 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 13 BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara historis masyarakat Bali memiliki sistem nilai, norma dan hukum yang hidup dan dinamik dalam desa adat yang kini bernama desa pakraman. Dalam desa pakraman masyarakat Bali dikendalikan dan dibentuk oleh sistem nilai, sistem moral, sistem hukum dan sistem budaya yang menjadi kesepakatan bersama dan merupakan ekspresi kolektif suatu masyarakat. Jadi bisa dikatakan, tindakan sosial masyarakat Bali sangat dipengaruhi oleh sistem nilai yang terkonstruksi ketika menjadi krama desa pakraman. Artinya, secara sosial-kultural religius, masyarakat Bali dibentuk di dalam sebuah wadah bernama desa pakraman. Desa pakraman merupakan organisasi desa adat yang tersebar ribuan jumlahnya di seluruh pelosok Bali. Setiap desa pakraman memiliki beberapa organisasi kemasyarakatan yang lebih kecil disebut banjar adat. Dimana banjar adat ini mengatur tata kehidupan dan perilaku sosial warga banjarnya berdasarkan awig-awig yang berlaku di desa pakramannya. Setiap banjar adat memiliki sebuah bale banjar adat yang berfungsi untuk mewadahi kegiatan warga banjar terutama untuk kegiatan bermusyawarah. Sebuah bale banjar adat biasanya terdiri dari beberapa bangunan suci, bale adat, bale pertemuan, bale kulkul dan dapur. Bale banjar adat bagi masyarakat Bali bermakna sebagai pusat aktifitas sekaligus sebagai simbol politis spiritual pemersatu, sebagai simbol identitas pengenal dan semangat warga. Pada awalnya bale banjar adat bagi masyarakat Bali memiliki arti sebagai tempat untuk berkumpul dan bermusyawarah. Sejalan dengan perkembangan kehidupan perkotaan, bale banjar adat mengalami berbagai perubahan fungsi, bentuk maupun tampilan pada perwujudan bangunannya. Penelitian ini menyoroti permasalahan bale banjar dari segi perubahan fungsi bale banjar adat di kota Denpasar, Bali. Saat ini banyak bale banjar adat yang memiliki fungsi ganda yaitu bukan lagi sekedar tempat bermusyawarah tetapi merupakan tempat berbagai macam kegiatan tambahan seperti kegiatan ekonomi, pendidikan, kesehatan, kesenian, dll. Tujuan inventarisasi ini yaitu mengidentifkasi perkembangan fungsi bale banjar adat dan sejarah awal terbentuknya bale banjar. Bale banjar yang dijadikan obyek studi kasus pada tugas ini adalah bale banjar yang berada di desa pakraman Sesetan yaitu Bale Banjar Kaja. BAB. II EXISTING BALE BANJAR KAJA SESETAN 2.1 Sejarah Bale Banjar Kaja Sesetan 2.1.1 Sejarah Desa Sesetan Dari beberapa informasi dan menurut cerita-cerita dari tokoh masyarakat serta didukung oleh bukti-bukti peninggalan yang ditemukan, diceritakan bahwa pada waktu Pemerintahan Dalem Waturenggong, kira-kira abad ke-15 M, Kelurahan Sesetan sekarang ini menjadi satu kesatuan dengan Kelurahan Pedungan. Kelurahan Pedungan awalnya bernama Desa Peduwungan. Nama ini bermula dari sebilah keris sakti. Keris itu dimiliki oleh wakil Dalem Waturenggong di wilayah Badung yang bernama Arya Waringin. Keris sakti dibuatkan tempat yang disebut Pelinggih dan diberi nama Pura Peduwungan, dan sekarang terletak di Banjar Kepisah. Dari nama Peduwungan ini akhirnya menjadi Desa Pedungan. Pada saat itu, mata pencaharian penduduk di Desa Peduwungan sebagai petani dan beberapa orang penduduk yang tinggal di Desa Peduwungan melakukan kegiatan pertanian di bagian Timur Desa Peduwungan, yang akhirnya menetap di tempat itu. Karena menurut mereka, tempat di timur itu adalah tempat yang subur dan sangat baik untuk bercocok tanam. Dan tempat itu diberi nama Kesetan atau Sepihan yang artinya Pecahan dari Desa Peduwungan, kemudian lama kelamaan seiring dengan perjalanan waktu dan karena proses perubahan kata, maka kata Kesetan berubah menjadi Sesetan. 2.1.2 Sejarah Bale Banjar Kaja Sesetan Begitu terbentunya Desa Sesetan, maka mulai lah masyarakat yang menjadi penduduk disana yang pada awalnya mulai mendirikan tempat suci yaitu Pura Khayangan Tiga dan mereka mulai hidup berkelompok dibawah suatu wadah yang disebut banjar, yang pembangian penamaannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi di banjar tersebut. Maka dari itu, Nama Bale Banjar Kaja Sesetan diambil dari nama arah mata angin dalam bahasa bali yaitu “Kaja”, dimana kata “Kaja” memiliki arti Utara. Pengambilan nama banjar tersebut sesuai dengan letak atau posisi secara geografi dari banjar yang letaknya dibagian utara atau kaja pada Desa Pakraman Sesetan. Maka dari itu, jadilah masyarakat pada saat itu memberikan bale banjar tersebut dengan nama Bale Banjar Kaja Sesetan. Bale Banjar Kaja ini kurang lebih dibanguan selama 2 tahunan dan diadakan upacara melaspas pada tahun 1928 yang dilakukan oleh Sulinggih yang berasal dari Gria Yhang Batu. Pada tahun 1928 itulah Bale Banjar Kaja ini mulai digunakan oleh krama banjar tersebut sebagai tempat pertemuan dan melaksanakan upacara agama. Setelah berdiri selama kurang lebih 63 tahun, kemudian dilakukan renovasi pada bale banjar dan diresmikan kembali pada tahun 1992 oleh Bapak Wali Kota Denpasar yaitu Bapak Suena. Perenovasian bale banjar dengan menambahkan massa bangunan keatas menjadi dua lantai serta menambahkan ruangan khusus yang digunakan sebagai sekretariat STT. Alasan dilakukannya renovasi pada bale banjar karena adanya penambahan pada fungsi bale banjar yaitu sebagai sarana pendidikan TK (Taman Kanak-Kanak) yang dijadikan sebagai pelung bisnis penghasilan bagi bale banjar tersebut. Banjar Kaja tersebut juga memiliki tradisi sakral yang telah diwariskan secara turun-temurun yaitu tradisi Omed-Omedan. Tradisi ini pada awalnya adalah sebuah permainan yang dilakukan oleh semua krama adat Banjar Kaja. Namun seiring dengan berjalannya waktu tradisi ini kemudian diwariskan dan dilanjutkan oleh pemuda-pemudi yang tergabung dalam STT untuk melakukan tradisi tersebut setiap tahunnya. 2.2 Pengertian Banjar s/d Bale Banjar 2.2.1 Pengertian Banjar Banjar, adalah pembagian wilayah administratif di Provinsi Bali, Indonesia di bawah Kelurahan atau Desa, setingkat dengan Rukun Warga. Banjar merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat. Dahulu fungsi Banjar sebatas mengurusi pengaturan sistem pengairan di antara sawah-sawah para penduduk yang menjadi anggota Banjar lalu sekarang fungsi Banjar pun berkembang mengurus hal-hal administratif seperti pembuatan KTP (bagi penduduk asli), Kipem (bagi pendatang), juga mengurus hal-hal seputar pengaturan upacara-upacara adat. Kini perkembangan fungsi itu menjadikan dipisahkannya Banjar menjadi 2 jenis berdasarkan fungsi yang diaturnya: 1. Banjar Dinas Mengurus hal-hal yang bersifat administratif, seperti pembuatan KTP, Kipem. Juga mengatur pelaksanaan program-program pemerintah Republik Indonesia bagi masyarakat sekitar, misalnya kegiatan Posyandu, PKK, sampai dengan kegiatan pemungutan suara ketika jadwal pelaksanaan Pilkada s.d Pilpres tiba. 2. Banjar Adat Mengurus hal-hal seputar kegiatan adat, misalnya penjadwalan aneka upacara adat seperti upacara perkawinan, upacara kematian, juga mengatur pengadaan aneka pertunjukan kesenian tradisional yang bersifat ritual. 2.2.2 Pengertian Bale Banjar “Konsep banjar ada di abad ke 10-11 bersamaan dengan munculnya desa pakraman mirip dengan munculnya subak. Orang Bali sudah mengenal sistem hidup menetap yang sebelumnya masih nomaden. Banjar termasuk desa (wanua). Bali itu mengenal budaya air (subak). Banjar mulai mengenal sistem dengan warga menetap dimana, warganya bertani. Banjar sebagai satu kesatuan sosial, kesatuan setempat dengan orang-orang yang bertempat di tempat tertentu berdasarkan sepakat. Sebagai suatu organisasi karena kesamaan wilayah. Untuk memperkokoh organisasi satu kesatuan banjar ini maka dibangun bale banjar. Dalam perjalanannya, bale banjar mirip seperti rumah kedua bagi masyarakat. Berkomunikasi antar warga di banjar, bermain anak-anak, melakukan kegiatan penggilingan padi di bale banjar sehingga pada jaman dahulu bale banjar ramai dikunjungi sehari-harinya” (Nyoman Geria, Budayawan Bali. 10 Januari 2017) Berdasarkan wawancara di atas sebelum mengenal adanya bale banjar, terlebih dahulu terbentuk banjar sebagai suatu kesatuan sosial dalam wilayah atau teritori yang sama. Bale banjar sendiri memiliki fungsi yaitu Menurut Windhu (1985), bangunan bale banjar fungsi utamanya untuk tempat musyawarah. Kegiatan-kegiatan adat agama dan bentuk sosial lainnya juga dilakukan di bale banjar bila melibatkan sebagian atau seluruh anggota banjar. 2.3 Lokasi Bale Banjar Kaja Sesetan Bale Banjar Kaja berlokasi di Jl. Raya Sesetan No.54, Sesetan, Denpasar Sel., Kota Denpasar, Bali 80114. Untuk jumlah kependudukan pada wilayah Banjar Kaja ini terdapat 540 KK. Gambar Peta Lokasi Banjar Kaja Sesetan Sumber : Dokumen Pribadi Banjar Kaja sendiri memiliki batas-batas wilayah banjar yaitu : Batas Utara : Banjar Sanglah, Dauh Puri Kelod Batas Timur : Subak Panjer, Subak Sesetan (Jl. Tukad Banyu Poh) Batas Selatan : Lingkungan Banjar Tengah Batas Barat : Lingkungan Bumi Sari dan Lingkungan Banjar Pembungan Lingkungan Banjar Kaja Kelurahan Sesetan merupakan satu dari 14 lingkungan yang ada di kelurahan sesetan yang terdiri dari 10 lingkungan banjar adat dan 4 lingkungan pemekaran yang tujuannya mempermudah warga dalam hal administrasi. Diantaranya : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Lingkungan Banjar Kaja Lingkunngan Banjar Tengah Lingkungan Banjar Pembungan Lingkungan Banjar Gaduh Lingkungan Alas Arum Lingkungan Banjar Lantang Bejuh 7. Lingkungan Banjar Dukuh Sari 8. Lingkungan Banjar Puri Agung 9. Lingkungan Banjar Pegok 10. Lingkungan Taman Suci 11. Lingkungan Taman Sari 12. Lingkungan Karya Dharma 13. Lingkungan Banjar Suwung Batan Kendal 14. Lingkungan Kampung Bugis Penduduk Lingkungan Banjar Kaja dapat di kelompokan lagi menjadi : 1. Krama Banjar Adat Banjar Kaja 2. Warga Administrasi : Warga Lingkungan luar adat yang telah memiliki KTP Lingk. Kaja Kelurahan Sesetan. 3. Warga Tidak Tetap : Warga yang tinggal sementara di Lingkungan yang tidak memiliki KTP Lingk. Kaja Kelurahan Sesetan dan sebagai Identitas Sementara Wajib mempunyai KIPEM. 2.4 Fungsi Bale Banjar Kaja Sesetan 2.4.1 Fungsi di masa lalu Bale Banjar Kaja memiliki fungsi utama sama seperti kebanyakan banjar-banjar lainnya yang ada di desa Sesetan. Pada umumnya bale banjar berfungsi sebagai ruang komunal untuk interaksi sosial sama halnya dengan fungsi yang diwadahi oleh banjar kaja sendiri, dimana banjar kaja memiliki aktivitas utama yang terwadahi dan cukup sakral ialah sangkep. Fungsi Melalui sangkep inilah tugas utama banjar dalam menjalankan keteraturan, ketentraman, dan keharmonisan di wilayahnya dilaksanakan dengan berdasarkan pada kebersamaan dan kemufakatan. 2.4.2 Fungsi di masa kini Pada saat ini fungsi dari Bale Banjar Kaja sudah cukup berkembang, fungsi- fungsi tersebut antara lain : a) Fungsi Utama Sebagai tempat atau pusat berbagai kegiatan upacara keagamaan di wilayah bersangkutan, Sebagai tempat pertemuan dan tempat sangkep (rapat) banjar, Sebagai tempat musyawarah b) Fungsi Pendukung Pelestarian kesenian Bali seperti seni sekaa gamelan yang bernama Sekaa Ambeg Jaya Semara dan sekaa santi yang diberinama Sekaa Swara Dharma Kerti, Begitu juga yang berhubungan dengan kegiatan PKK, Posyandu, Sekaa Teruna-Teruni (perkumpulam muda-mudi), dan senam lansia, Sebagai tempat pengadaan sosialisasi kepada masyarakat, Tempat pembuatan ogoh-ogoh untuk menyambut hari raya Nyepi, Bahkan saat pemilu difungsikan sebagai tempat pemungutan suara (TPS). Serta Bale Banjar Kaja pada saat ini pun sudah terdapat penambahan fungsi sebagai tempat pendidikan TK (Taman Kanak-Kanak). Penambahan fungsi pada bale banjar sebagai TK ini merupakan peluang sebagai fungsi bisnis selain dari fungsi sosial yang diterapkan pada bale banjar tersebut. TK tersebut diberinama TK Kumara Adi 1 yang sudah berdiri sejak tahun 1980 an. Bangunan TK sendiri diletakan pada lantai dua pada bangunan bale banjar. Penambahan fungsi sebagai sarana pendidikan TK ini pada awalnya bertujuan untuk memberikan wadah atau tempat bagi anak-anak yang berusia 4-6 tahun yang termasuk dalam karma banjar kaja untuk memperoleh fasilitas pendidikan. Karena pada saat itu diwilayah desa sesetan masih kurang adanya fasilitas sekolah bagi anak-anak, maka dari itu, masyarakat karma banjar kaja sepakat untuk membangun sebuah fasilitas pendidikan bagi anak-anak di bale banjar kaja tersebut. 2.4.3 Fungsi dimasa mendatang Rencananya pada masa mendatang fungsi bale banjar ini ingin dikembalikan seperti semula sebagai fungsi sosial. Dimana Bale Banjar Kaja ini ingin difokuskan kembali sebagai suatu wadah untuk melakukan interaksi sosial dengan masyarakat dan melaksanakan upacara agam. Perubahan tersebut dilakukan dengan cara memindahkan fungsi TK yang ada sekarang ke satu tempat tersendiri sehingga fasilitas dari TK tersebut lebih bias dikembangkan dengan baik di lahan yang tersendiri. Selain itu, ada rencana kedepannya untuk melakukan renovasi kembali pada bale banjar. Akan dilakukannya renovasi ini dilihat juga dari usia bangunan bale banjar yang sudah memasuki usia 30 tahun sehingga krama banjar tersebut ingin melakukan renovasi terkait juga dengan perubahan fungsi yang dilakukan sebagai fungsi sosial. Renovasi akan dilakukan dengan memperlebar bale banjar. Perlebaran bale banjar ini bertujuan agar saat melaukan rapat (sangkep) banjar semua krama adat banjar tersebut bisa ditampung didalamnya dan menyediakan halaman yang cukup luas untuk persiapan sebagai tempat melakukan puja wali atau upacara agama di Bale Banjar Kaja tersebut. Sehingga tidak akan lagi menggunakan jalan raya sebagai tempat melakukan upacara agama maka hal tersebut tidak akan lagi mengganggu arus lalu lintas. 2.5 Site Plan, Tampak, Foto-Foto dari Tampak s/d Perspektif Site Paln Bale Banjar Kaja Gambar Site Plan Banjar Kaja Sesetan Sumber : Observasi Lapangan Foto Pura atau Merajan Banjar Sumber : Observasi Lapangan Foto Wantilan dan panggung Sumber : Observasi Lapangan Pada Bale Banjar Kaja memiliki tempat suci yang digunakan sebagai tempat sembahyang bagi karma adat banjar kaja. Didalam pura ini terdapat bale piasan, serta 4 buah pelinggih. Bale Banjar Kaja memiliki wantilan dan panggung yang digunakan sebagai tempat pementasan acara dan sebagai tempat latihan sekaa gong. Selain itu, digunakan juga sebagai tempat senam para lansia. Foto Bale Kulkul Sumber : Observasi Lapangan Foto Ruang Sekretariat STT Sumber : Observasi Lapangan Bale kulkul yang terdapat di Bale Banjar Kaja ini sama seperti bale kulkul pada umumnya. Bale kulkul ini difungsikan sebagai alat komunikasi tradisional masyarakat setempat. Diarea Bale Banjar Kaja ini terdapat ruangan khusus untuk secretariat Sekaa Taruna Teruni (STT) Banjar Kaja. Foto Tampak Luar Ruang Kelas Sumber : Observasi Lapangan Ruang kelas TK berada di lantai dua pada bangunan bale banjar. Foto Pos Jaga Baya Sumber : Observasi Lapangan Pos Jaga Baya ini terletak di dalam wantilan Bale Banjar Kaja. Serta ruangannya bersifat semi permanen. Foto Halaman Bale Banjar Sumber : Observasi Lapangan Halaman bale banjar untuk hari-hari bias digunakan sebagai halaman bermain bagi anak-anak TK pada waktu istirahat. Di halaman tersebut diletakan berbagai macam jenis permainan. Foto Toilet Sumber : Observasi Lapangan Terdapat toilet umum. Toilet ini diperuntukan bagi Taman KanakKanak (TK) serta bale banjar. Foto Pelinggih Tugu Karang Sumber : Observasi Lapangan Pada bagian luar bale banjar terdapat 1 buah pelinggih yaitu tugu karang. Foto Tampak Depan Banjar Kaja Sesetan Sumber : Observasi Lapangan Foto Perspektif Banjar Kaja Sesetan Sumber : Observasi Lapangan BAB. III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Desa pakraman merupakan organisasi desa adat yang tersebar ribuan jumlahnya di seluruh pelosok Bali. Setiap desa pakraman memiliki beberapa organisasi kemasyarakatan yang lebih kecil disebut banjar adat. Dimana banjar adat ini mengatur tata kehidupan dan perilaku sosial warga banjarnya berdasarkan awig-awig yang berlaku di desa pakramannya. Banjar pada satu daerah memiliki fungsi sebagai tempat melaksanakan upacara-upacara pada desa adat, mengurus mengenai pernikahan dan perceraian di lingkungan banjar, ikuti dalam upacara ngaben, memelihara bangunan banjar desa. Contohnya seperti banjar dan bale banjar yang dibahas dalam makalah ini adalah Banjar Kaja Sesetan yang berada di wilayah Sesetan, sejarah bele banjar ini tidak terlepas dari sejarah lokasi berdirinya bale banjar tersebut yaitu di Jl. Raya Sesetan No.54, Sesetan, Denpasar Selatan. Bale banjar ini juga memiliki fungsi sebagai ruang komunal untuk interaksi sosial dan juga sebagai tempat karma banjar melakukan aktivitas yang berhubungan dengan kebudayaan dan adat setempat. 3.2 Saran Melihat banyaknya bangunan tradisional pada daerah Bali khususnya pada wilayah Denpasar Selatan maka saran yang dapat diberikan kepada masyarakat khususnya para arsitek yang memiliki peran besar dalam pembangunan wilayah ialah untuk menjaga bangunan-bangunan tradisional bali seperti bale banjar sebagai suatu warisan budaya yang berharga sehingga kedepannya bangunan-bangunan tersebut tetap dapat difungsikan dengan baik dan tetap dapat digunakan oleh masyarakat hingga waktu kedapannya. DAFTAR PUSTAKA Suryawati, Putu.(2018). Reaktualisasi Fungsi Bale Banjar Di Kota Denpasar. Jurnal Universitas Hindu Indonesia. Gantini, Christina., Prijotomo, Josef., Saliya, Yuswadi.(2012). Guna dan Fungsi Pada Arsitektur Bale Banjar Adat di Denpasar, Bali. Jurnal Universitas Katolik Parahyangan, Bandung. Adhika, I Made.(1994). Peran Banjar dalam Penataan Komunikasi di Kota Denpasar. Tesis S2, Perencanaan Wilayah dan Kota-ITB. Suwidja, B.A., Mayun, I.B., Purna, Made.(1990). Wariga Krimping. Departemen Pendidikan dan Kebudayan: Jakarta http://banjarkajasesetan.blogspot.com/2014/, diakses pada tanggal 22 Maret 2019. http://www.balimediainfo.com/2015/01/sejarah-asal-usul-adanya-banjar-di-bali.html, diakses pada tanggal 22 Maret 2019 http://sejarahharirayahindu.blogspot.com/2011/12/banjar.html, diakses pada tanggal 22 Maret 2019 https://www.balitoursclub.net/banjar-di-bali/, diakses pada tanggal 22 Maret 2019