Uploaded by User5569

Makalah Tektonik Lempeng

advertisement
Bumi merupakan planet yang paling indah yang didalamnya terdapat
kehidupan, gunung–gunung menjulang tinggi menghiasi bumi, Manusia, hewan,
dan tumbuhan serta lingkungan alam Saling berinteraksi satu sama lainnya di atas
muka bumi ini. Permukaan bumi yang menarik tersebut, dibentuk oleh proses–
proses tektonik yang sangat lambat seperti pengangkatan, sedimentasi, erosi,
yang merubah bentuk muka bumi, perubahan tersebut terjadi seragam sepanjang
sejarah geologi (konsep Unifromitarianisme Hutton-lyell). Akan tetapi muka
bumi juga dipahat oleh proses tektonik yang sangat dasyat seperi vulkanisme,
gempa bumi, dan peristiwa-peristiwa besar lainnya seperti jatuhan meteorit yang
bisa merubah bentuk muka bumi ini (azas malapetaka / konsep katastropisme).
Charles lyell (1830), Dalam bukunya principle of geology, memberikan
gambaran yang jelas tentang evolusi bumi dengan contoh Grand Canyon di
sungai Colorado yang menoreh lembah 1 mil sepanjang 200 mil. (Malik, t.t)
Konsep Tektonik Lempeng menjelaskan bahwa kulit bumi terdiri
atas beberapa bagian lempeng yang tegar, yang bergerak satu terhadap lainnya,
di atas massa liat astenosfir yang kecepatannya rata-rata 10 cm/tahun atau 100
KM/10 juta tahun (Morgan, 1968; Hamilton, 1970, dalam Alzwar, et al., 1987).
Dalam konseptektoniklempeng tersebut, lempeng-lempeng (plate) kulit bumi
bergerak dari punggungan tengah samudera (mid oceanic ridge), dimana
dibentuknya kerak baru, menuju garis busur vulkanik lainnya dan menuju rantai
pegunungan aktif. (Zakaria, 2007)
Berdasarkan penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa litosfer (lempeng
benua, samudera dan upper mantle) mengaapung diatas asthenosfer yg lebih
plastis (isostacy)
Jenis-jenis Batas Lempeng
Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak
relatif terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan
fenomena yang berbeda di permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:
1. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan
mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar
transform (transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral
(ke kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke
kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini
adalah Sesar San Andreas di California.
2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi
ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge
dan zona retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas divergen
3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi
jika dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga
membentuk zona subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah yang
lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua lempeng
mengandung kerak benua. Palung laut yang dalam biasanya berada di zona
subduksi, di mana potongan lempeng yang terhunjam mengandung banyak
bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan air ini dilepaskan
saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan
pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik. Contoh kasus ini
dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan busur pulau
Jepang (Japanese island arc). Batas konvergen dibagi kembali menjadi
tiga, yaitu:
1. Bila 2 lempeng samudra yang saling mendekat, lempeng yang satu
akan menghunjam kebawah lempeng yang lain membentuk busur
kepulauan.
2. Bila lempeng benua dan lempeng samudra yang saling mendekat,
maka lempeng samudranya akan menghunjam kebawah lempeng b
enua, membentuk pegunungan uplift seperti Andes.
3. Bila 2 lempeng benua yang saling mendekat, terjadilah peristiwa t
umbukan (collision), membentuk pegunungan lipatan seperti Himal
aya.
Selain 3 jenis batas lempeng diatas, terdapat juga plate boundary zone, dimana
interaksi antar lempengnya belum diketahui. Dan pada umumnya, plate boundary
zone melibatkan paling tidak 2 lempeng besar dan beberapa microplate yang
bergerak dengan cukup rumit, sehingga pada daerah tersebut terdapat fitur
geologi yang kompleks dan pola gempa bumi. Contoh dari plate boundary zone
adalah daerah Mediterranean-Alpine yang merupakan batas antara lempeng
Eurasia dan Afrika, dimana terdapat kenampakan subduksi, kolisi, dan transform
fault.
Pergerakan lempeng
Kebanyakan ahli geologi modern percaya arus konveksi di astenosfer
adalah kekuatan pendorong untuk gerakan lempeng. Energi panas di pusat planet
ini dibawa ke permukaan oleh arus. Saat mereka mencapai permukaan, arus
dingin dan mulai tenggelam kembali ke tengah. Di bawah kerak, tekanan yang
diberikan pada bagian bawah piring oleh arus konveksi membantu untuk
mendorong piring bersama. Lempeng bergerak pada tingkat sekitar 1 inci (2,5
cm) per tahun. Piring tercepat bergerak lebih dari 4 inci (10 cm) per tahun.
Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer
samudera dan karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel
telah didapati sebagai sumber asli dari energi yang menggerakkan lempeng
tektonik. Pandangan yang disetujui sekarang, meskipun masih cukup
diperdebatkan, adalah bahwa kelebihan kepadatan litosfer samudera yang
membuatnya menyusup ke bawah di zona subduksi adalah sumber terkuat
pergerakan lempengan.
Pada waktu pembentukannya di mid ocean ridge, litosfer samudera pada
mulanya memiliki kepadatan yang lebih rendah dari astenosfer di sekitarnya,
tetapi kepadatan ini meningkat seiring dengan penuaan karena terjadinya
pendinginan dan penebalan. Besarnya kepadatan litosfer yang lama relatif
terhadap astenosfer di bawahnya memungkinkan terjadinya penyusupan ke
mantel yang dalam di zona subduksi sehingga menjadi sumber sebagian besar
kekuatan
penggerak-pergerakan
lempengan.
Kelemahan
astenosfer
memungkinkan lempengan untuk bergerak secara mudah menuju ke arah zona
subduksi Meskipun subduksi dipercaya sebagai kekuatan terkuat penggerakpergerakan lempengan, masih ada gaya penggerak lain yang dibuktikan dengan
adanya lempengan seperti lempengan Amerika Utara, juga lempengan Eurasia
yang bergerak tetapi tidak mengalami subduksi di manapun. Sumber penggerak
ini masih menjadi topik penelitian intensif dan diskusi di kalangan ilmuwan ilmu
bumi.
Pencitraan dua dan tiga dimensi interior bumi (tomografi seismik)
menunjukkan adanya distribusi kepadatan yang heterogen secara lateral di
seluruh mantel. Variasi dalam kepadatan ini bisa bersifat material (dari kimia
batuan), mineral (dari variasi struktur mineral), atau termal (melalui ekspansi dan
kontraksi termal dari energi panas). Manifestasi dari keheterogenan kepadatan
secara lateral adalah konveksi mantel dari gaya apung (buoyancy forces).
Bagaimana konveksi mantel berhubungan secara langsung dan tidak dengan
pergerakan planet masih menjadi bidang yang sedang dipelajari dan dibincangkan
dalam geodinamika. Dengan satu atau lain cara, energi ini harus dipindahkan ke
litosfer supaya lempeng tektonik bisa bergerak. Ada dua jenis gaya yang utama
dalam pengaruhnya ke pergerakan planet, yaitu friksi dan gravitasi. (Alzair, 2016)
Pada zona singgungan, apabila dua lempeng yang berbatasan bergerak
relatif satu sama lain, maka timbul gaya saling tekan pada bidang batas kedua
lempeng disertai timbulnya energi akibat daya dorong masing-masing lempeng.
Apabila p
ergerakan tersebut terjadi terus menerus maka dalam kurun waktu yang lama,
energi yang terakumulasi semakin besar. Pada kondisi dimana batuan atau materi
pembentuk lempeng tidak dapat lagi menahan gaya yang ditimbulkan oleh gerak
relatif tersebut maka energi yang terakumulasi tersebut akan dilepaskan dalam
bentuk gelombang gempa yang menjalar ke segala arah. Terjadinya gempa bumi
juga dapat dijelaskan dengan
Elastic Rebound Theory
(gambar 2.3)
.
Berdasarkan teori ini, diasumsikan pada suatu blok batuan pembentuk
lempeng atau blok tektonik bekerja dua gaya yang berlawanan arah. Akibat
bekerjanya kedua gaya tersebut blok batuan akan mengalami deformasi atau
perubahan bentuk. Pada saat akumulasi gaya masih tidak terlalu besar, respon
batuan akan berupa deformasi yang elastis. Tetapi jika saat akumulasi yang
bekerja melampaui batas elastisitas batuan, maka batuan akan patah atau
fracturing
dan pada saat yang bersamaan energi elastik yang terakumulasi akan dilepaskan
secara tiba-tiba dalam bentuk gelombang elastik. Elastic Rebound
Theory(Puspito, 1998). Gaya dorong penyebab deformasi menyebabkan
akumulasi energi pada batas sesar, pada kondisi elastis energi yang ada masih
dapat diimbangi oleh elastisitas bidang sesar. Sedangkan pada kondisi fracturing
akumulasi energi yang ada sudah tidak dapat dimbangi oleh elastisitas bidang
sesar, sedingga menimbulkan patahan.
Gambar 2.3 Ilustrasi Elastic Rebound Theory yang dikemukakan oleh Harry
Fielding Reid mengenai mekanisme terjadinya gempa
Berdasarkan cakupannya, skala gejala geodinamika bumi dapat dibagi menjadi
tiga sebagai
berikut:
1. Skala Global, skala yang menyangkut bumi secara keseluruhan atau
sebagian bumi dan bumi yang dapat dibandingkan sama dengan lempeng
tektonik yang terbesar. Informasi tentang pergerakan dapat diperoleh dan
disurvey pada jaring geodetik kontinental atau nasional. Gejala-gejala yang
termasuk pada skala global ini adalah gerakan antar lempeng, rotasi bumi,
gerakan kutub, gaya berat, dinamika konveksi dan sebagainya.
2. Skala Regional, gejala dinamika bumi skala regionalterjadi dalam jarak
kurang dari ukuran lempeng tektonik yang umum tetapi tidak lebih besar
dan beberapa ratus kilometer. Yang termasuk dalam skala ini adalah
deformasi regional sepanjang sesar dan geologi regional.
3. Skala Lokal, gejala dinamika bumi skala lokal membicarakan fenomena
gerakan regional lebih awal. Beberapa fenomena terjadi dalam skala lokal
diantaranya gerakan tanah, perubahan muka air tanah, dan dampak
geomagnetik dan geolistrik lokal.
Sesar
Sesar merupakan salah satu bentuk patahan dari lapisan batuan yang
mengakibatkan suatu lapisan bergerak relatif turun atau naik, ataupun bergerak
ke kanan atau ke kiri terhadap lapisan batuan yang lainya. Berdasarkan
pergerakan relatifnya, sesar dapat dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Patahan naik (Reverse Fault), menurut teori dasar sama halnya dengan
patahan turun, tapi untuk patahan naik ini bagian hanging wall nya relatif
bergerak naik terhadap bagian foot wallnya. Salah satu ciri patahan naik
adalah sudut kemiringan dari patahan itu termasuk kecil. Kemiringan
daripada bidang patahan akan mempunyai sudut kurang dari 45°(thrust
fault). Patahan naik dengan kemiringan yang kecil (<10°) disebut over
thrust fault. Patahan naik disebabkan batuan bergerak saling mendekat
sehingga terjadi gaya tekan. Contoh reserve faultyang dapat dilihat pada
gambar 2.4.
Gambar 2.4. Patahan naik
2. Sesar normal atau disebut juga sesar turun (Normal Fault), adalah sesar
dengan arah gerakan dominan pada arah vertikal, Dip Angle untuksesar ini
cukup besar bila dibandingkan dengan jenis sebelumnya. Atau bisa disebut
sebagai suatu rekahan pada lapisan bumi yang memungkinkan satu blok
batuan bergerak relatif turun terhadap blok lainya, dalam hal ini kedua
batuan saling menjauh. Dapat dilihat pada gambar 2.5.
Gambar 2.5. Patahan turun
3. Sesar geser (Strike Slip Fault), adalah sesar dengan arah gerakan domian
pada arah horisontal. Sesar ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sesar
geser menganan (Right-Lateral Strike-Slip fault), sesar geser mengiri
(Left-Lateral Strike-Slip Fault). Ilustrasi sesar geser dapat dilihat pada
gambar 2.6.
Gambar 2.6. Patahan Geser
Pada batas lempeng yang berupa sesar, sering kali ditemui gempa-gempa kecil
sebelum terjadinya sebuah gempa besar, seperti halnya dijelaskan dalam Gambar
2.7 dibawah ini:
Gambar 2.7 Karakteristik Bidang Sesar
Apabila bidang kontak dari sesar rata, maka tidak akan terjadi akumulasi
energi, kemungkinan tidak akan terjadi gempa , karena blok-blok yang berbatasan
saling melewati begitu saja. Energi yang terjadi kecil dan masih dapat diimbangi
oleh sifat elastik dari lempeng. Tetapi, bidang kontak sesar biasanya tidak rata
sehingga pada waktu terjadi kontak, blok-blok tektonik yang bertemu pada suatu
saat akan mengalami mekanisme saling menahan atau mengunci sehingga kedua
blok tertahan dan tidak dapat bergerak. Pada saat itu akan terjadi akumulasi energi
akibat adanya dua gaya yang berlawanan arah, energi yang terkumpul semakin
lama semakin besar sampai pada suatu saat akumulasi energi tersebut tidak dapat
diibangi oleh elastisitas dari bidang kontak. Blokblok lempeng yang tadi saling
mengunci akan terlepas disertai pelepasan energi yang menjadi gelombang
gempa. Setelah pelepasan energi tersebut, kedua blok lempeng akan mulai
bergerak kembali sampai pada suatu saat blok – blok lempeng itu akan
menemukan keadaan stabil lagi. (Honggorahardjo, 2009)
KESIMPULAN
Lempeng tektonik terbentuk oleh kolaborasi antara lempeng benua dan
lempeng samudera dan upper mantle yaitu lithosfer mengapung diatas
asthenosfer yang lebih plastis dan selalu aktif mencari keseimbangan pada bumi,
dimana kegiatan-kegiatan tektonika tersebut akan merubah bentuk muka bumi
baik ketinggian ekstrim sampai palung yg sangat dalam, itu semua bisa
disebabkan oleh proses tektonika ataupunnon-tektonika. Ada 3 jenis pergerakan
lempeng :
1. Transform (pergeseran).
2. Divergent (penarikan atau saling menjauhi).
3. Convergent (pertemuan atau pergesekan).
Ada 3 jenis sesar :
1. Sesar naik.
2. Sesar normal/turun.
3. Sesar geser.
Daftar Pustaka
Alzair,
Hendra.
2016.
Pengertian
lempeng
tektonik.
http://hendraalzair.blogspot.co.id/2016/05/tektonik-lempeng.html. Diakses
pada 03/10/2017
Honggorahardjo, Aris Phyrus. 2009. Pemodelan tingkat aktivitas sesar cimandiri
berdasarkan data deformasi permukaan. Skripsi. FITK, Teknik Geodesi dan
Geomatika, Institut Teknologi Bandung.
Zakaria, Zulfialdi. 2007. Aplikasi tektonik lempeng dalam sumber daya mineral,
energid an kewilayahan. Jurnal. Bulletin of Scientific Contribution Vol.5
No.2 April: 123-131
TUGAS TEKTONIKA
“Makalah Tektonik Lempeng”
Rizky Yusuf
072.14.097
TEKNIK GEOLOGI
Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA BARAT
2017
Download