BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Berbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik. Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka.Sasaran penelitian ergonomi ialahmanusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya”. Ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya. 1 1.2 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui definisi lingkungan kerja 2. Untuk mengetahui faktor lingkungan kerja fisik 3. Untuk mengetahui kajian tentang pencahayaan 4. Untuk mendeskripsikan critical appraisal dari jurnal “Paparan Fisis Pencahayaan Terhadap Mata Dalam Kegiatan Pengelasan” 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Lingkungan Kerja Lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab dari keberhasilan dalam melaksanakan suatu pekerjaan, tetapi juga dapat menyebabkan suatu kegagalan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi pekerja. Faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja seperti faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis, ergonomik termasuk psikologis. Semua faktor tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan tenaga kerja. Lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh karyawan untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif. Oleh karena itu, lingkungan kerja harus ditangani atau didesain sedemikian rupa sehingga menjadi kondusif terhadap karyawan untuk melaksanakan kegiatan dalam suasana yang aman dan nyaman. 2,2 Lingkungan Kerja Fisik Adapun beberapa definisi mengenai lingkungan kerja fisik di bawah ini, yaitu: Sedarmayanti (2007) “Lingkungan kerja fisik adalah semua yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun tidak langsung”. Sarwono (2005) “Lingkungan kerja fisik adalah tempat kerja pegawai melakukan aktivitasnya”. Lingkungan kerja fisik mempengaruhi semangat dan emosi kerja para karyawan. Faktor-faktor fisik ini mencakup suhu udara di tempat kerja, luas ruang kerja, kebisingan, kepadatan, dan kesesakan. Faktor-faktor fisik ini sangat mempengaruhi tingkah laku manusia. 3 Sarwono (2005) “Peningkatan suhu dapat menghasilkan kenaikan prestasi kerja tetapi dapat pula malah menurunkan prestasi kerja.” Kenaikan suhu pada batas tertentu menimbulkan semangat yang merangsang prestasi kerja tetapi setelah melewati ambang batas tertentu kenaikan suhu ini sudah mulai mengganggu suhu tubuh yang mengakibatkan terganggunya pula prestasi kerja. Robbins (2002) “Lingkungan kerja fisik juga merupakan faktor penyebab stress kerja pegawai yang berpengaruh pada prestasi kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah: a) suhu, b) kebisingan, c) penerangan, d) mutu udara.” Faktor fisik dalam lingkungan kerja diantaranya kebisingan, getaran, suhu, pencahayaan, tekanan panas/iklim, radiasi. 2.3 Radiasi Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas, partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Ada beberapa sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya adalah televisi, lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer, dan lain-lain. Selain benda-benda tersebut ada sumber-sumber radiasi yang bersifat unsur alamiah dan berada di udara, di dalam air atau berada di dalam lapisan bumi. Beberapa di antaranya adalah Uranium dan Thorium di dalam lapisan bumi; Karbon dan Radon di udara serta Tritium dan Deuterium yang ada di dalam air. 2.3.1 Jenis Radiasi Secara garis besar radiasi terbagi menjadi: a. Radiasi Pengion Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi (terbentuknya ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. 4 Yang termasuk dalam jenis radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. Setiap jenis radiasi memiliki karakteristik khusus. Yang termasuk radiasi pengion adalah partikel alfa (α), partikel beta (β), sinar gamma (γ), sinar-X, partikel neutron. b. Radiasi Non Pengion Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek ionisasi apabila berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion tersebut berada di sekeliling kehidupan kita. Yang termasuk dalam jenis radiasi non-pengion antara lain adalah gelombang radio (yang membawa informasi dan hiburan melalui radio dan televisi); gelombang mikro (yang digunakan dalam microwave oven dan transmisi seluler handphone); sinar inframerah (yang memberikan energi dalam bentuk panas); cahaya tampak (yang bisa kita lihat); sinar ultraviolet (yang dipancarkan matahari). Ada dua macam sifat radiasi yang dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan sumber radiasi pada suatu tempat atau bahan, yaitu sebagai berikut : Radiasi tidak dapat dideteksi oleh indra manusia, sehingga untuk mengenalinya diperlukan suatu alat bantu pendeteksi yang disebut dengan detektor radiasi. Ada beberapa jenis detektor yang secara spesifik mempunyai kemampuan untuk melacak keberadaan jenis radiasi tertentu yaitu detektor alpha, detektor gamma, detektor neutron, dll. Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilaluinya melalui proses ionisasi, eksitasi dan lain-lain. Dengan menggunakan sifat-sifat tersebut kemudian digunakan sebagai dasar untuk membuat detektor radiasi. 2.3.2 Pengaruh Radiasi Terhadap Manusia Sel dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel genetic adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel somatic adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh. Berdasarkan jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas efek genetik dan efek somatik. Efek genetik atau efek pewarisan adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang 5 terkena paparan radiasi. Sebaliknya efek somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi. Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi sehingga dapat dibedakan atas efek segera dan efek tertunda. Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu dalam waktu singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi. Sedangkan efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu yang lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan kanker. Bila ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi dibedakan atas efek deterministik dan efek stokastik. Efek deterministik adalah efek yang disebabkan karena kematian sel akibat paparan radiasi, sedangkan efek stokastik adalah efek yang terjadi sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan terjadinya perubahan pada sel. Efek Deterministi (efek non stokastik) Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek deterministik dengan demikian adalah nol. Sedangkan di atas dosis ambang, peluang terjadinya efek ini menjadi 100%. Efek Stokastik Dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel tetapi mengubah sel Sel yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau 6 transformasi sel ini disebut efek stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul setelah masa laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar peluang terjadinya efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifatsifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi jaringan ganas atau kanker. Paparan radiasi dosis rendah dapat menigkatkan resiko kanker dan efek pewarisan yang secara statistik dapat dideteksi pada suatu populasi, namun tidak secara serta merta terkait dengan paparan individu. Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak contoh furnacesn Laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit. Contoh pengelasan Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker. Radiasi ultraviolet : pengelasan 2.3.3 Nilai Ambang Batas Untuk melindungi pekerja dari pengaruh sinar ultraviolet, pemerintah telah menetapkan Nilai Ambang Batas yang dikeluarkan melalui surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep- 51/MEN/1999 Masa Pemaparan Per Hari 8 jam 4 jam 2 jam 1 jam 30 menit 15 menit 10 menit 5 menit 1 menit 30 detik 10 detik 1 detik 0,5 detik 0,1 detik Iradiasi Efektif (eff) 𝛍𝐖/𝐜𝐦𝟐 0,1 0,2 0,4 0,8 1,7 3,3 5 10 50 100 300 3000 6000 30000 7 2.3.4. Pengendalian Untuk mengurangi atau mengatasi pencahayaan pada pekerja, dapat dilakukan cara sebagai berikut: a. Pengendalian engineering: Seperti intensitas atau kekuatan pencahayaan, jenis sumber cahaya, pengaturan lokasi atau sumber cahaya, efisiensi dan efektifitas sumber cahaya, luas tempat kerja, banyaknya jendela dan genting kaca, langit-langit dan dinding yang berwarna gelap dan terang, bangunan yang tinggi disekitar tempat kerja. b. Pengendalian administratif Seperti pengaturan shift kerja dan penyesuaian waktu dan istirahat c. Pengendalian personal protective equipment (PPE) Seperti Helm dengan filter cahaya, topi, kacamata, baju keselamatan, sarung tangan, sepatu dengan cap baja, proteksi pendengaran 8 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab dari keberhasilan dalam melaksanakan suatu pekerjaan, tetapi juga dapat menyebabkan suatu kegagalan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi pekerja. Lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yaitu: lingkungan kerja fisik dan non fisik. Lingkungan kerja fisik adalah semua yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu yang termasuk dalam lingkungan kerja fisik adalah radiasi. Radiasi ialah energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau gelombang. Efek radiasi terhadap manusia dibedakan atas efek deterministik dan efek stokastik. Salah satu pekerjaan yang menggunakan radiasi yaitu pekerja las. Pekerja las di Indonesia sangat minim kesadarannya untuk mengurangi risiko paparan radiasi dari alat kerjanya ke tubuh. Beberpa diantaranya bekerja di ruang terbuka dan seringkali tidak menggunakan alat pelindung diri (APD). Hal ini dapat berdampak buruk terhadap kesehatan dan keselamatan pekerja. Salah satu dampaknya yaitu berkurangnya daya penglihatan bahkan dapat berakibat lebih parah seperti terjadi kebutaan. 3.2. Saran 1. Para pekerja mampu mengetahui dan bberadaptasi dengan lingkunga kerjanya. 2. Para pekerja harus memperhatikan paparan radiasi yang berbahaya dan menghindari kontak dengan paparan radiasi tersebut. 3. Pengaruh paparan radiasi dapat berakibat pada manusia (dalam hal ini para pekerja) untuk itu perlunya perhatian dari pekerja untuk memakai APD (alat pelindung diri) 4. Perhatian khusus dari pihak pemerintah dan perusahaan agar memperhatikan keselamatan dan kesehatan para pekerja. 9 DAFTAR PUSTAKA Angelina, C et Oginawati, K. 2013. Paparan Fisis Pencahayaan Terhadap Mata Dalam Kegiatan Pengelasan. Institut Teknologi Bandung. Arief, L. 2013. Pengendalian Bahaya Radiasi Elektromagnetik Di tempat Kerja. Universitas Esa Unggul. Kawatu, P. 2012. Bahan Ajar Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Manado. Kepmenker No. KEP–51/MEN/1999. Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja. (online) http://qhseconbloc.files.wordpress.com/2011//1300 758802-kepmenakerno51th1999ttgambangbatasfaktorfisikaditempatkerja. pdf, diakses pada 12 April pukul 09.25 WITA 10 LAMPIRAN 11 ” CRITICAL APRAISSAL JOURNAL “ PAPARAN FISIS PENCAHAYAAN TERHADAP MATA DALAM KEGIATAN PENGELASAN (STUDI KASUS: PENGELASAN DI JALAN BOGOR) Judul : Paparan Fisis Pencahayaan Terhadap Mata Dalam Kegiatan Pengelasan (Studi Kasus di Jalan Bogor) Peneliti : Cory Angelina dan Katharina Oginawati Publikasi : Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB Tanggal Telaah : - I. Deskripsi Jurnal : 1. Tujuan Utama Penelitian Mengetahui karakteristik lingkungan tempat bekerjanya para pekerja berupa data fisik intensitas sinar ultraviolet yang dihasilkan dalam pengelasan yang diukur dengan alat radiometer ultraviolet-B serta tingkat kesilauan sinar yang diukur dengan alat luminasi-meter. 2. Hasil Penelitian Dari penelitian tersebut diketahui bahwa radiasi sinar ultraviolet melampaui nilai ambang batas yang ditentukan serta tingkat kesilauan yang tinggi yang diperoleh dari persamaan Skala deBoer. 3. Kesimpulan Penelitian Saat pengelasan intensitas radiasi UV-B sangat tinggi dan jauh melampaui NAB baik untuk kondisi tanpa memakai ataupun memakai kacamata hitam. Penggunaan kacamata pekerja belum dapat meredam intensitas UV-B sesuai NAB yang ditetapkan. Tingkat kesilauan dari cahaya yang ditimbulkan sangat tinggi. Terbukti dari Skala deBoer dari hasil perhitungan yang menunjukkan angka <0. Artinya cahaya tampak yang dihasilkan menyebabkan kondisi mata pekerja tidak nyaman dan kondisi yang terus menerus dapat menyebabkan kelelahan mata sehingga berpotensi kecelakaan kerja. 12 II. Telaah jurnal A. Fokus Utama Penelitian : Rata-rata pengelas informal di Bandung bekerja di ruang terbuka dan kurang peduli akan keselamatan kerjanya. Keadaan berbeda ditunjukkan oleh industri pengelasan yang ada di luar negeri yang mengutamakan keamanan kerja di ruang tertutup. Perbedaan ini tentunya akan memberikan pengaruh terhadap kesehatan mata. Untuk itu dilakukan penelitian untuk diketahui pengaruh dari sinar radiasi las di ruang terbuka terhadap kesehatan mata pekerja (welder), apakah kondisi pengelasan ini lebih buruk dengan pertimbangan kebiasaan industri informal yang kurang peduli dan tidak memahami Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) terutama dalam hal pemakaian alat pelindung diri. B. Elemen yang Mempengaruhi Tingkat Kepercayaan Suatu Penelitian 1. Gaya Penulisan : Sistematika penulisan telah tersusun cukup baik dan jelas mulai dari judul penelitian, nama penulis, abstrak (konteks, tujuan penelitian, alat/bahan dan metode, analisis statistik, hasil, dan kata kunci), pendahuluan, bahan dan metode, hasil, pembahasan, kesimpulan. Meskipun tujuan dimasukkan ke dalam pendahuluan dan kesimpulan dimasukkan dalam pembahasan dalam artian tidak ada point besar tersendiri tentang tujuan penelitian dan kesimpulan. Tata bahasa yang dipergunakakan dalam penulisan jurnal ini cukup mudah dipahami sehingga memudahkan pembaca untuk mengerti bagaimana penelitian tersebut dilaksanakan dan apa hasil yang diperoleh. 2. Penulis : Cory Angelina dan Katharina Oginawati, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB, Bandung. Gelar akademik dari penulis sudah benar karena tidak di cantumkan. Menurut penelaah, dengan melihat latar belakang penulis tersebut mempunyai kualifikasi yang cukup di bidang yang mereka teliti. 13 3. Judul : Paparan Fisis Pencahayaan Terhadap Mata Dalam Kegiatan Pengelasan (Studi Kasus di Jalan Bogor) Kelebihan dan kekurangannya: - Judul penelitian cukup jelas, akurat, tidak ambigu, dan menggambarkan apa yang akan diteliti. - Namun kekurangannya : belum memenuhi prinsip 5 W 1 H. Tidak dicantumkan tahun penelitian diadakan. 4. Abstrak : Kelebihan : Abstrak mampu menggambarkan secara jelas mengenai masalah penelitian, tujuan penelitian, metodologi dan hasil yang didapatkan. memenuhi IMRAD (Introduction, Metode, Result, Analize, Discussion). Mencantumkan kata kunci kurang dari 250 kata. Kekurangan : tidak ada pengaturan dan desain penelitian yang ditulis secara jelas sehingga penelaah perlu membaca untuk menentukan jenis penilitiannya. C. Elemen yang Mempengaruhi Kekuatan Suatu Penelitian 1. Tujuan/ Masalah Penelitian : Tujuan dari penelitian diuraikan dengan jelas. 2. Konsistensi logis : Laporan penelitian telah mengikuti langkah-langkah yang seharusnya yaitu: dimulai dari judul penelitian, nama penulis, abstrak (latar belakang, alat/bahan dan metode, analisis statistik, hasil, dan kata kunci), pendahuluan, bahan dan metode (metodologi), hasil dan pembahasan serta kesimpulan. 3. Literatur review : - Penyusunan literatur menggunakan sistim harvard. - Penulisan jurnal menggunakan analitis kritis berdasarkan literatur yang ada dengan membandingkan temuan-temuan pada penelitian sebelumnya dengan hasil yang didapatkan oleh penulis. 14 4. Theoritical kerangka : Baik kerangka konseptual maupun kerangka teori tidak digambarkan secara jelas dalam jurnal penelitian tersebut, namun pada bagian pendahuluan dan pembahasan diuraikan mengenai pengaruh paparan fisis pencahayaan sinar UV terhadap mata pada berbagai penelitian sebelumnya dijelaskan dengan cukup rinci. 5. Tujuan Tujuan dan sasaran penelitian tidak diberikan judul khusus namun tertulis dalam pendahuluan secara jelas. 6. Sampel : Sampel dalam penelitian ini dipilih secara acak (randomisasi) Kriteria pemilihan sampel Besar sampel tidak dipilih berdasarkan rumus. Tidak ada keterangan lebih rinci mengenai penentuan besar sampel. 7. Pertimbangan Ethical : Sebelum mendapatkan persetujuan lisan dari peserta (subjek penelitian), terlebih dahulu mereka diberikan penjelasan mengenai : tujuan, sasaran dan metodologi penelitian. Izin etik untuk penelitian terlebih dahulu diperoleh dari FTSL-ITB sebagai Pengelola Pendidikan, kerja sama dengan Labotarium Fisika Bangunan dan Akustik TF-ITB ITB serta izin dari Asosiasi Pengelas Jalan Bogor sebagai wakil dalam menyetujui kerja sama penelitian, dan pihak RSM. Cicendo Bandung yang terlibat dalam penelitian tersebut. 8. Definisi Operasional : Definisi operasional mengenai variabel penelitian diuraikan secara jelas dalam jurnal tersebut. 9. Metodologi : Settings and Design : kausal komparatif Lokasi dan waktu Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan daftar pedoman Pengujian reliability dan validitas instrumen dijelaskan dalam jurnal tersebut. 15 10. Data analisis/ hasil : Penyajian tabel dan grafik disertai dengan narasi yang jelas mengenai isi tabel Penjelasan ringkat tentang hasil peneitian di dalam tabel dapat dimengerti Penampilan tabel mudah dipahami dan memberikan informasi yang lengkap Penjelasan ringkas dari hasil penelitian, terutama terkait tujuan penelitian 11. Pembahasan temuan hasil penelitian Kelebihan : Bagian pembahasan mengacu kepada beberapa kriteria Hills : a. Kekuatan asosiasi Pada penelitian tersebut dikatakan bahwa saat pengelasan intensitas radiasiUV-B sangat tinggi dan jauh melampaui NAB baik untuk kondisi tanpa memakai ataupun memakai kacamata hitam. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya asosiasi yang menunjukkan bahwa antara variabel penelitian apakah tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. b. Konsistensi Sebelum adanya pengelasan, intensitas sinar ultraviolet cukup tinggi dan menggunakan kacamata pun masih menyisakan intensitas sinar ultraviolet yang besar juga dan bila masuk ke dalam mata tentu akan membahayakan kesehatan mata pekerja tersebut maupun orang lain yang beraktivitas di sana. Hal ini konsisten dengan pendapat Andryansyah (2000), dalam jurnal Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pengelasan dalam Ruang Terbatas yang menyatakan bahwa orangorang di sekitar juru las juga akan menerima resiko walaupun tidak secara langsung menatap busur tersebut. Untuk itu siapa saja yang akan mendekati daerah kerja pengelasan harus menggunakan pengaman. c. Hubungan temporal Cahaya UV sebagai radiasi diketahui menjadi faktor kausa terjadinya kelelahan mata yang berpotensi terjadinya kecelakaan kerja. 16 d. Spesifitas Tidak ada hubungan kausal dalam hal spesificity hal yang lebih khusus. e. Efek dosis respon Tidak ada efek dosis respon sebab penelitian ini bukan eksperimen sehingga tidak ada intervensi. f. Plausibility Pada penelitian ini, unsur kausalitas dalam hal biological plausibility terpenuhi sebab-sebab dijelaskan dengan ringkas dimana pekerja yang terpapar oleh sinar akibat percikan las pada mata pekerja, kondisi intensitas cahaya yang terus-menerus tinggi menyebabkan kelelahan mata. Bila terjadi terus-menerus akan mengganggu konsentrasi kerja sehingga dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan trauma mata. g. Koherensi/Kesesuaian Pada penelitian ini, unsur coherence/ kesesuaian terpenuhi dalam hal pemilihan subjek dimana dalam penelitian ini telah disebutkan bahwa pekerja yang berisiko yang diambil dan sesuai dengan penelitian ini yang mengambil sampel pada pekerja tersebut. h. Bukti Eksperimen Penelitian ini bukan merupakan experimental study. i. Analogi Dalam beberapa penelitian sebelumnya yang menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara intensitas cahaya UV dengan kesehatan mata. Pada penelitian ini, unsur kausalitas dalam hal analogi terpenuhi. Pembahasan hasil temuan dikaitkan kembali dengan berbagai hasil temuan sebelumnya dari tinjauan pustaka yang diambil, baik yang hasil temuannya berkorelasi dengan hasil yang didapatkan maupun yang tidak. Kekurangan : Kekuatan dan keterbatasan penelitian termasuk generalisasi tidak dijelaskan dalam jurnal tersebut. 17 Jurnal ini juga tidak memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. 12. Referensi : Literatur yang digunakan tidak dapat ditelaah/dinilai sebab penelitian dalam jurnal ini tidak dicantumkan waktu publikasi. 13. Kesimpulan dan Saran Kelebihan : Isi kesimpulan peneliti merupakan jawaban dari tujuan penelitian. Kesimpulan ringkas, jelas dan padat. Kekurangan : Tujuan penelitian dimasukkan dalam latar belakang, sedangkan kesimpulan dan saran dimasukkan dalam pembahasan, tidak menuliskan point besar tersendiri tentang tujuan, kesimpulan dan saran. Sebagai penutup, meskipun ditemukan berbagai kekurangan dan kelebihan dalam penelitian tersebut, namun penelitian tersebut telah memberikan kontribusi positif pada kemajuan dan pengembangan di bidang ilmu pengetahuan khususnya pada pengembangan karya ilmiah. Peneliti tidak memberikan rekomendasi kepada instansi terkait yang berhubungan dengan penelitiannya. Jurnal tidak mencantumkan saran yang merupakan harapan peneliti. 18 JOURNAL 19