TUGAS MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT Dosen Pembimbing: Ns.Lisavina Juwita, S.Kep, M. Kep Disusun oleh : Kelompok 5 Alviola Boby M Indah Dianatus Sholeha Resma Masda Syahri Shan Febri Joalia PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN STIKES FORT DE KOCK BUKITTINGGI 2017/2018 1 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Maka dari pada itu, makalah ini akan menjelaskan semua yang berhubungan dengan “Proses ,efek kondisi terhadap pasein dan transportasi Keperawatan Gawat Darurat”. Hal itu bertujuan untuk memudahkan dan memahami “Proses ,efek kondisi terhadap pasein dan transportasi Keperawatan Gawat Darurat” Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan baik dalam bentuk penyajian , kelengkapan isi, dan lain-lainnya. Untuk itu dengan senang hati kami akan menerima segala saran, kritik dari para pembaca guna memperbaikan makalah ini di kemudian hari. Kami mengharapkan partisipasi dari para pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna bagi setiap orang yang membacanya. Bukittinggi, 25 Februari 2019 Penulis 2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..............................................................................................................i DAFTAR ISI ............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ..............................................................................................................1 B. Rumusan masalah .........................................................................................................2 C. Tujuan ...........................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN A. Prose Keperawatan Gawat Darurat...............................................................................3 B. Efek Kondisi Kegawat Terhadap Pasien dan Keluaraga..............................................8 C. Transportasi Pasien Gawat Darurat .............................................................................10 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan...................................................................................................................11 B. Saran.............................................................................................................................12 DAFTAR PUSTAKA 3 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Proses keperawatan sebagai alat bagi perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan yang dilakukan pada pasien memiliki arti penting bagi kedua belah pihak yaitu perawat dan klien. Sebagai seorang perawat proses keperawatan dapat digunakan sebagai pedoman dalam pemecahan masalah klien, dapat menunjukkan profesi yang memiliki profesionalitas yang tinggi, serta dapat memberikan kebebasan kepada klien untuk mendapatkan pelayanan yang cukup sesuai dengan kebutuhannya, sehingga dapat dirasakan manfaatnya baik dari perawat maupun klien, manfaat tersebut antara lain dapat meningkatkan kemandirian pada perawat dalam melaksanakan tugasnya karena didalam proses keperawatan terdapat metode ilmiah keperawatan yang berupa langkah-langkah proses keperawatan, akan dapat meningkatkan kepercayaan diri perawat dalam melaksanakan tugas, karena klien akan merasakan kepuasan setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan, akan dapat selalu meningkatkan kemampuan intelektual dan teknikal dalam tindakan keperawatan karena melalui proses keperawatan dituntut mampu memecahkan masalah yang baru sesuai dengan masalah yang dialami klien, sehingga akan timbul perasaan akan kepuasan kerja. Dengan proses keperawatan, rasa tanggung jawab dan tanggung gugat bagi perawat itu dapat dimiliki dan dapat digunakan dalam tindakan-tindakan yang merugikan atau menghindari tindakan yang legal. Semua tatanan perawatan kesehatan secara hukum perlu mencatat observasi keperawatan, perawatan yang diberikan, dan respons pasien. Berfungsi sebagai alat komunikasi dan sumber untuk membantu dalam menentukan keefektifan perawatan dan untuk membantu menyusun prioritas keperawatan berkesinambungan. 4 2. Rumusan Masalah a. Bagaimana Proses keperawatan Gawat Darurat ? b. Bagaimana Efek kondisi Kegawat Daruratan terhadap Pasien dan Keluarga ? c. Bagaimana Transportasi pasien Gawat Darurat? 3. Tujuan a. Untuk Mengetahui Proses keperawatan Gawat Darurat ? b. Untuk Mengetahui Efek kondisi Kegawat Daruratan terhadap Pasien dan Keluarga ? c. Untuk Mengetahui Transportasi pasien Gawat Darurat? 5 BAB II PEMBAHASAN A. Prinsip Proses Keperawatan Pasien Gawat Darurat 1. Life support Perlu di prioritaskan kondisi yang memerlukan tindakan segera. Terkadang tindakan dilakukan bersamasaan dengan pengkajian. Penulisan dapat dilakukan setelah keselamatan terjamin atau sudah teratasi 2. Ringkas dan mudah dimengerti oleh karnanyaharus dibuat singkat dan jelas 3. Mayor kondisi dan holistik Diprioritaskan pada kondisi-kondisi utama yang mengganggu kehidupan atau kebutuhan dasar pasien dan keluarga dari segi fisik ,psiko dan sosial 4. Aktual atau benar Keakuratan dalam pengkajian dan perumusan diagnosa keperawatan dan tindakan keperawatan merupakan hal utama yang harus diingat. Proses keperawatan Perawat Pasien Gawat Darurat 1. Pengkajian Berdasarkan pada sistem triage. Setelah primarisurve dan intervensi krisis selesai, perawat harus mengkaji riwayat diberikan oleh pasien adalah faktor kritikal dalam penentuan perawatan yang sesuai. Jika pasien tidak dapat meberikan informasi, keluarga atau teman bisa menjadi sumber data sekunder. AMPLE memonic dapat digunakan sebagai penggingat informasi komponen penting yang harus didata: A. Allergie ( alergi ) M. medication ( pengobatan : termasuk frekuensi, dosis, dan rute ) p. Past medical histori ( riwayat medi, lalu seperti diabetes, masalah kardivaskuler atau pernapasan ) L. Oral inteks ( obat terakhir yang dikomsumsi ) E. event s ( kejadian-kejadian ) keluhan utama, deskripsi gejala, mekanisme troma 6 Setelah primary surve dan riwayat pasien lengkap, surve umum, tanda-tanda vital dan pengkajian fisik head to toe harus dilakukan. 2. Analisa dan perencanaan Analisa yang tepat akan menunjang perumusan diagnosa keperawatan yang tepat serta intervensi sesuai protokol triage. Dibawah ini adalah masalah – masalah diagnosa keperawatan atau kolaborasi yang secara sering ditemukan pada pasien gawat darurat : a. Tidak efektif nya bersihan jalan nafas berhubungan dengan opstruksi trakeo bronkial, sekret paru b. Kecemasan berhubungan dengan penyakit mengancam jiwa atau troma seperti amputasi, laserasi berat c. Tidak efktifnya pola napas berhubungan dengan troma dada, overdosis obat, gangguan neurologis d. Penurunan curah jantung penurunan aliran balik vena, gangguan jantung disebakan oleh listrik atau penyebab mekanik seperti tampona nadi jantung e. Tridak efektifnya koping individu berhubungan dengan amputasi tiba-tiba f. Keputusasaan berhubungan dengan troma tulang spinal menyebabkan paraplegia g. Nyeri berhubungan dengan troma, iskemia h. Ketidak berdayaan berhubungan dengan hilangnya kontrol ketika tes dianostik multiple i. Sindrom troma perkosaan berhubungan dengan penganiayaan seksual menyebabkan penghinaan, marah dan takut akan kehamilan j. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan interuksi aliran arteri dan vena disebabkan oleh troma 3. Evaluasi Yang dilakukan diruang gawat darurat meliputi evaluasi tentang pelaksanaan triage, keadaan dan status kesehatan pasien, dokumentasi dilakukan setiap tindakan selesai atau selama perawatan diunit gawat darurat dan evaluasi dengan cara sujebtif , objektif , analisa dan planning ( SOAP ). 7 B. Penerapan Asuhan Keperawatan Gawat Darurat 1. Dasar – dasar keperawatan diruang gawat darurat Berikut ini adalah alasan perlunya penerapan asuhan keperawat gawat darurat, yaitu : a. Pasein atau keluarga Pasein gawat darurat umum nya dalam kondisi akut atau berat, sehingga perawat harus dapat memahami reaksi yang di timbulkan, antara lain 1. Ketakutan Banyak hal yang dapat menimbulkan rasa takut pada pasien dan keluarga, misalnya takut akan kematian, pengobatan yang diberikan, akan penyakitnya, lingkungan gawat darurat yang sibuk, banyak pasien gawat dan lain-lain. Untuk mengatasi masalah tersebut perawat harus dapat berkerja lebih empati, memiliki keterampilan yang cukup dan harus dapat meningkatkan rasa nyaman dan rasa aman pada pasien dan keluarga. 2. Tidak sabar atau marah Datang ke instalasi gawat darurat, pasien atau keluarga menganggap kondisi harus segera ditolong dan membutuhkan perhatian yang penuh ,jika hal ini tidak terpenuhi, pasien atau keluarga akan tidak sabat atau kurang terkontrol emosinya sehingga menyebabkan kemarahan. Perawat harus menyadari kemungkinan ini, dengan antisipasi sebagai berikut : a. Memberi penjelasan tentang kondisi pasien b. Penanganaan yang dilakukan c. Pemeriksaan pendukung seperti : CT Scan , laboratorium, radiologi dan lain-lain yang harus menunggu hasil pemeriksaan. d. Penjelasan adanya pasien lain yang lebih memerlukan pertolongan segera e. Namun langkah awal pasien harus ditanggani dengan penuh perhatian dan kesigapan 3. Kesedihan Kesedihan disebabkan oleh kehilangan anggota tubuh, kehilangan orang yang dicintai, adanya pembatasan pengunjung, rasa tidak diperhatikan keluarga. Dalam hal ini tim kesehatan harus berempati terhadap kondisi tersebut dan di izinkan satu orang menunggu pasien. 8 b. Perawat Berkerja diruang gawat darurat membutuhkan penanganaan cepat dan tepat, kerja yang terus menerus, jumlah pasien yang relatif banyak, mobilitas tinggi, alat-alat modern dan kondisi keluarga dapat menimbulkan : 1. Stres yang tinggi akibatnya kerja perawat dan tim kesehatan lainnya tidak lancar 2. Rasa empati terhadap pasien menurun, sehingga asuhan keperawatan yang diberikan sebagian ditujukan kepada masalah fisik. C.Transportasi pasien Gawat Darurat Manusia sebagai makhluk yang unik antara satu dengan yang lainnya. Sehingga dalam pengangkatan korban gawat darurat-pun diperlukan ilmu dan keterampilan yang terstandar serta art atau seni korban merasa nyaman. Oleh karena itu pengangkatan korban gawat darurat membutuhkan cara-cara tersendiri. Setiap hari banyak korban gawat darurat diangkat dan ditransportasikan. Pada sisi lain banayk pula petugas kesehatan yang menderita cedera karena salah mengangkat, mungkin karena mereka tidak tahu atau mungkin pula karena mereka tidak mau tahu cara mengangkat yang benar. I. Menentukan perlunya rujukan. Kebanyakan korban gawat darurat trauma dapat dilakukan tindakan di rumah sakit setempat. Dalam menentukan rujukan penting diketahui kemampuan petugas kesehatan dan rumah sakit yang akan menerima rujukan. Bila sudah diputuskan dirujuk jangan menunda-nunda rujukan dengan melakukan tindakan diagnostik (misal: DPL, CT Scan dsb). Waktu sangatlah penting dari mulai kejadian sampai dilakukan terapi difinitip. II. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan rujukan. Kegiatan melakukan rujukan dipengaruhi beberapa faktor diantaranya : jarak antara rumah sakit pusat rujukan dengan korban saat akan dirujuk, kesiapan tenaga terampil utnuk mendampingi korban gawat darurat, peralatan di dalam ambulan yang akan membawa dan keadaan korban gawat darurat sebelum dann selama transportasi. III. Permasalahan transportasi untuk rujukan. 9 Beberapa kesulitan melakukan rujukan pada korban gawat darurat diantaranya adalah korban. Dalam keadaan gelisah dan tidak kooperatif akan sangat sulit bila memerlukan komunikasi sehingga kadang-kadang korban gawat darurat harus diikat kuat. Pemberian sedativa pada korban gawat darurat akanmempersulit memantau tingkat kesadaran korban, padahal beberapa korban yang dilakukan intubasi biasanya diberi sedatif. IV. Mekanika tubuh saat mengangkat. Tulang yang paling kuat di tubuh manusia adalah tulang panjang, dan yang paling kuat diantaranya adalah tulang paha (femur). Otot-otot yang ber-aksi pada tulang-tulang tersebut juga palig kuat. Dengan demikian maka pengangkatan harus dilakukan dengan tenaga terutama pada paha, dan bukan dengan membungkuk. Angkatlah korban dengan paha, bukan dengan punggung. Diantara kelompok otot, maka kelompok fleksor lebih kuat dibandingkan kelompok ekstensor. Dengan demikian pada saat mengangkat tandu, tangan harus menghadap ke depan, dan bukan ke belakang. Semakin dekat beban ke sumbu tubuh, semakin ringan pengangkatan. Dengan demikian maka usahakan agar tubuh sedekat mungkin ke beban (tandu) yang akan diangkat. Kaki menjadi tumpuan utama saat mengangkat. Jarak antara kedua kaki yang paling baik saat mengangkat adalah berjarak sebahu kita. Kenali kemampuan diri sendiri. Bila merasa tidak mampu, mintalah pertolongan petugas lain, dan jangan memaksakan mengangkat karena akan membahayakan korban gawat darurat, pasangan dan kita sendiri. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengangkat korban gawat darurat. Kita perlu memperhatikan beberapa hal dalam mengangkat korban gawat darurat. Situasi ini perlu kita waspadai agar tidak terdapat korban berikutnya serta tidak ada lagi penambahan luka baru pada korban. 1. Kenali kemampuan diri dan kemampuan pasangan kita. 2. Nilailah beban yang akan diangkat secara bersama, dan bila tidak merasa mampu jangan paksakan. Selalu komunikaasi secara teratur dengan pasangan kita. 3. Kedua kaki berjarak sebahu kita, satu kaki sedikit didepan kaki sebelahnya. 10 4. Berjongkok, jangan membungkuk, saat mengangkat punggung harus selalu dijaga lurus. 5. Tangan yang memegang menghadap ke depan. 6. Jarak antara kedua tangan yang memegang (misalnya tandu) minimal 30 cm. 7. Tubuh sedekat mungkin ke beban yang harus diangkat. Bila terpaksa, jarak maksimal tangan kita ke tubuh kita adalah 50 cm. 8. Jangan memutar tubuh saat mengangkat. 9. Hal-hal tersebut juga berlaku saat menarik atau mendorong korban gawat darurat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengangkat korban gawat darurat. Pemindahan korban gawat darurat dapat secara emergensi dan non emergensi. Pemindahan korban gawat darurat dalam keadaan emergensi contohnya: a. Ada api atau bahaya api atau ledakan. b. Ketidakmampuan menjaga korban gawat darurat terhadap bahaya lain pada TKP (benda jatuh dsb) c. Usaha mencapai korban gawat darurat lain, yang lebih urgen. d. Ingin RJP korban gawat darurat, yang tidak mungkin dilakukan di tempat tersebut. Adapun cara pemindahan korban gawat darurat non emergensi, selalu ingat kemungkinan patah ulang leher (servikal) bila korban gawat darurat trauma. 11 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa : a. Istilah penatalaksanaaan kedaruratan secara tradisional mengacu pada perawatan yang diberikan pada pasien dengan kebutuhan urgen dan kritis b. Tujuan utama penatalaksanaan medis kedaruratan adalah untuk: mempertahankan hidup, mencegah keadaan memburuk sebelum penanganan pasti dapat diberikan, dan memulihkan pasien agar dapat hidup berguna c. Peran perawat gawat darurat: Care giver/pemberi asuhan, client advocate, , collaborator, dan coordinator. d. Fungsi perawat : independen, dependen dan kolaborasi. e. Pemahaman terhadap aspek hukum dalam keperawatan gawat darurat bertujuan meningkatkan kualitas penanganan pasien dan menjamin keamanan serta keselamatan pasien B. Saran Seluruh perawat agar meningkatkan pemahamannya terhadap berbagai cara pendokumentasian keperawatan sehingga dapat dikembangkan dalam tatanan layanan keperawatan. 12 DAFTAR PUSTAKA Sartono, 2014, Basic Trauma Cardiac Life Supoort . Gadar .Medik Indonesia : Bekasi Kristanty , Paula , 2009 Asuhan Keperawatan Gawat Darurat .CV. Trans Info Media : Jakarta 13