Uploaded by sammpardede

bab 6 kelompok 1

advertisement
TUGAS MAKALAH
“ Teori-teori Modernisasi Baru“
Disusun Oleh Kelompok 1 :
Azwar Azmi Batubara (170902001)
Mahvira Annisa (170902015)
T. Aldila Zerini (170902025)
Ermin Rauni Jayanti (170902029)
Carlan Karunia Selamat Laia (170902035)
Rizky Aulia Khair (170902045)
Nadya Faradilla (170902057)
8. Mutiara Shofi (170902087)
9. Sarah Muthi Nadhirah (170902093)
10. Mazmur Tiarma Sari M (170902095)
11. Clara Cindy Angellia (170902097)
12. Rosa Agustina Sinaga (180902029)
13. Samuel Christian Pardede (180902035)
14. Nevin Natanael Tarigan (180902063)
PROGRAM STUDI ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Suatu ciri khas negara berkembang adalah pada hakikatnya semua negara itu
memperlihatkan fertilitas yang tinggi dari yang terdapat pada negara maju atau negara
industri. Ekonomi, sosial, budaya serta kependudukan tidak hanya sekedar masalah jumlah
tetapi juga menyangkut masalah pembangunan serta soal Kesejahteraan manusia secara
keseluruhan. Namun setelah memasuki dunia ke-3 ini, maka perkembangan dan pertumbuhan
juga di pengaruhi oleh kecanggihan teknologi, dimana teknologi dapat membantu
mempermudah pekerjaan serta meningkatkan pendapatan.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk membuat makalah mengenai teori-teori
modernisasi baru dan juga mengenai dunia ke-3.
BAB 2
PEMBAHASAN
Pada dasarnya dalam teori pembagian kerja menyatakan bahwa setiap negara harus
melakukan spesialisasi produksi sesuai dengan keuntungan komparatif yang dimilikinya. Hal
ini dapat dicontohkan bahwa negara-negara dikataulistiwa yang memiliki tanah yang subur,
lebih baik melakukan spesialisasi di bidang pertanian. Sedangkan negaranegara dibelahan
bumi utara sebaiknya melakukan spesialisasi pada kegiatan produksi di bidang industri,
karena iklimnya yang tidak cocok dipergunakan untuk pertanian. Namun dalam seiringnya
perjalanan waktu, tampak bahwa negara-negara industri semakin kaya, sedangkan negaranegara pertanian semakin tertinggal(miskin).
keadaan ini maka dapat terdapat 2 (dua) kelompok teori dalam melihat kemiskinan:
(1) Bahwa kemiskinan besarasal dari faktor-faktor internal atau faktor yang terdapat
di dalam negeri negara bersangkutan. Teori kelompok pertama ini dikenal dengan nama
Teori Modernisasi.
(2) Teori-teori yang lebih banyak mempersoalkan faktor-faktor eksternal penyebab
kemiskinan di lihat sebagai bekerjanya kekuatan-kekuatan luar disebut kelompok Teori
Struktural.
A.
Teori -Teori Modernisasi Menurut Pandangan Beberapa Ahli
1. Teori Harrod Domar : Tabungan Investasi
Teori ini dicetuskan oleh Evsey Domar dan Roy Harrod, yang bekerja terpisah namun
menghasilkan kesimpulan yang sama bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh
tingginya tabungan dan investasi. Jika tabungan dan investasi masyarakat rendah, maka
pertumbuhan ekonomi masyarakat atau negara tersebut juga rendah. Hal ini bisa dijumpai
pada negara maju dan berkembang, masyarakat di negara maju merupakan masyarakat yang
memiliki investasi yang tinggi yang diwujudkan dalam saham, danareksa, indeks, dan yang
lainnya. Asumsi yang mendasari teori ini bahwa masalah pembangunan pada dasarnya
adalah masalah investasi modal. Jika investasi model sudah berkembang baik, maka
pembangunan ekonomi negara tersebut juga akan berkembang baik.
2. Teori Max Weber : Etika Protestan
Teori Weber tertarik untuk membahas masalah manusia yang dibentuk oleh budaya di
sekitarnya, khususnya agama. Weber tertarik untuk mengkaji pengaruh agama, pada saat
itu adalah protestanisme yang mempengaruhi munculnya kapitalisme modern di Eropa.
Pertanyaan yang diajukan oleh Weber adalahmengapa beberapa negara di Eropa dan Eropa
mengalami kemajuan yang pesat di bawah system kapitalisme. Setelah itu, Weber melakukan
analisis dan mencapai kesimpulan bahwa salah satu penyebabnya adalah Etika Protestan.
Kepercayaan atau etika protestan menyatakan bahwa hal yang menentukan apakah mereka
masuk surga atau masuki neraka adalah keberhasilan kerjanya selama di dunia. Apabila dia
melakukan karya yangbermanfaat luas maka dapat dipastikan bahwa dia akan mendapatkan
surga setelah mati. Semangat inilah yang membuat orang protestan melakukan kerja dengan
sepenuh hati dan etos kerja yang tinggi.
3. Teori David McClelland
McClelland sangat terpengaruh oleh pandangan Weber dalam Etika Protestan dan
Semangat Kapitalisme, yang memandang bahwa semangat kapitalisme sangat dipengaruhi
oleh nilai individual yang dimiliki oleh seseorang. Dasar ini menajadi sangat penting dalam
pengembangan teorinya tentang dorongan berprestasi. McClelland berpendapat bahwa
pada dasarnya jika sebuah masyarakat menginginkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
maka yang perlu diubah adalah dorongan berprestasi individu yang ada dalam masyarakat.
McClelland menyimpulkan bahwa n-ach merupakan semacam virus yang perlu
ditularkan kepada orang-orang dimana masyarakatnya ingin mencapai pertumbuhan ekonomi
yang tinggi.
4. Teori W.W. Rostow : Lima Tahap Pembangunan
Perhatian terhadap pembangunan yang dilakukan Rostow adalah pengkajian terhadap
proses pembangunan, dimana Rostow menjabarkan menjadi Lima Tahap Pembangunan,
yaitu:

Masyarakat Tradisional

Prakondisi Tradisional

Lepas Landas

Bergerak ke Kedewasaan

Jaman Konsumsi Masal yang Tinggi
Melalui lima tahap pembangunan itu, maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
ekonomi suatu negara dapat dilihat dari sudut apakah kesemua proses tersebut sudah
dijalankan oleh suatu negara. Dan dasar pembedaan lima tahap ini merupakan pembedaan
dikotomis antara masyarakat tradisional dan masyarakat modern. Rostow menyebutkan
bahwa negara yang melindungi kepentingan usahawan untuk melakukan akumulasi
modal maka, negara sudah mulai menuju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dalam hal ini
nampak bahwa Rostow sangat terpengaruh teori Harrod Domar tentang tabungan dan
investasi.
5. Teori Bert F. Hoselitz tentang Faktor-faktor non ekonomi.
Faktor non ekonomis yang penting antara lain pemasokan tenaga ahli dan terampil.
Bahwa salah satu factor yang penting dalam pertumbuhan ekonomi, diperlukan sebuah
penyediaan tenaga terampil yang memadai, karena jika hanya didukung oleh modal dan
investasi saja, maka proses pembangunan juga tidak berjalan lancar. Salah satu hal menarik
dari pemikiran Hoselitz ini adalah penekanannya pada aspek kelembagaan yang menopang
pembangunan seperti lembaga pendidikan, mobilisasi modal. Pemasokan modal yang di
butuhkan meliputi beberapa unsur, yaitu:
a). Pemasokan modal besar dan perbankan
b). Pemasokan tenaga ahli yang terampil
Dan dari factor-faktor individual dan budaya, Hoselitz bergerak untuk mengkaji masalah
yang lebih nyata yaitu lembaga politik dan sosial.
6. Teori Inkeles-Smith tentang Manusia Modern
Inkeler dan Smith, faktor penting penopang pembangunan adalah SDM yang
kompetitif, sehingga produktivitas sarana material dapat di kembangkan.Untuk membentuk
manusia modern tersebut, maka cara yang paling efektif adalah melalui pendidikan,
pengalaman kerja dan pengenalan terhadag media massa
7. Teori Pertumbuhan Ekonomi : Harrod-Domar
Teori pertumbuhan Harrod-Domar merupakan perluasan dari analisis Keynes
mengenai kegiatan ekonomi secara nasional dan masalah tenaga kerja. Analisis Keynes
dianggap kurang lengkap karena tidak membicarakan masalahmasalah ekonomi jangka
panjang . Teori Harrod-Domar ini menganalisis syarat-syarat yang diperlukan agar
perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang. Dengan kata lain, teori
ini berusaha menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar perekonomian bisa tumbuh dan
berkembang dengan mantap. (Arsyad, 1999: 64-69).
Teori Harrod-Domar ini mempunyai beberapa asumsi yaitu :
a) Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang
modal yang terdiri dalam masyarakat digunakan secara penuh.
b) Perekonomian yang terdiri dari dua sektor yaitu rumah tangga dan sektor perusahaan,
berarti pemerintah dan perdagangan luar negeri tidak ada.
c) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan
nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol.
d) Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS) besarnya tetap,
demikian juga ratio antara modal-output (capital-output ratio = COR) dan rasio
pertambahan modal-output (incremental capitaloutput ratio = ICOR) (Arsyad,1999:
58)
Gambar 2.2
Fungsi Produksi Harrod-Domar
Dalam teori Harrod-Domar ini, fungsi produksinya berbentuk L karena sejumlah modal
hanya dapat menciptakan suatu tingkat output tertentu (modal dan tenaga kerja yang tidak
substitutif). Untuk menghasilkan output sebesar Q1 diperlukan modal K1 dan tenaga kerja
L1, dan apabila kombinasi itu berubah maka tingkat output berubah. Untuk output sebesar
Q2, misalnya hanya dapat diciptakan jika stok modal sebesar K2.
Menurut Harrod-Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi
tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengantikan barang-barang modal
(gedung-gedung, peralatan, material) yang rusak. Namun demikian, untuk menumbuhkan
perekonomian tersebut, diperlukan investasiinvestasi baru sebagai tambahan stok modal. Jika
kita menganggap bahwa ada hubungan ekonomis secara langsung antara besarnya stok modal
(K) dan output total (Y), misalnya jika 3 rupiah modal diperlukan untuk menghasilkan
(kenaikan) output total sebesar 1 rupiah, maka setiap tambahan bersih terhadap stok modal
(investasi baru) akan mengakibatkan kenaikan output total sesuai dengan rasio modal-output
tersebut.
Jika kita menetapkan COR = k, rasio kecenderungan menabung (MPS) = s yang
merupakan proporsi tetap dari output total, dan investasi ditentukan oleh tingkat tabungan,
maka kita bisa menyusun model pertumbuhan ekonomi yang sederhana sebagai berikut :
1. Tabungan (S) adalah bagian dalam jumlah tertentu, atau (s), dari pendapatan nasional (Y).
Oleh karena itu, kita pun dapat menuliskan hubungan tersebut dalam bentuk persamaan yang
sederhana :
S = sY
(2.1)
2. Investasi neto (I) didefinisikan sebagai perubahan stok modal (K) yang dapat diwakili oleh
ΔK, sehingga kita dapat menuliskan persamaan sederhana yang kedua sebagai berikut :
I = ΔK
Akan tetapi, karena jumlah stok modal, K, mempunyai hubungan langsung dengan jumlah
pendapatan nasional atau output, Y, seperti telah ditunjukkan oleh rasio modal-output, k,
maka :
𝑘
=𝑘
𝑘
Atau
∆𝑘
=𝑘
∆𝑘
Atau, akhirnya
∆𝑘 = 𝑘∆𝑘
(2.3)
3. Terakhir, mengingat tabungan nasional neto (S) harus sama dengan investasi neto (I), maka
persamaan berikutnya dapat ditulis sebagai
berikut :
S=I
(2.4)
Dari persamaan (2.1) telah diketahui bahwa S = sY dan dari persamaan (2.2) dan (2.3), telah
mengetahui bahwasannya :
I = Δk = kΔy
Dengan demikian, kita dapat menuliskan ”identitas” tabungan sama dengan investasi dalam
persamaan (2.4) sebagai berikut :
S = sY = kΔY = ΔK =1
(2.5)
sY = kΔY
(2.6)
atau bisa diringkas menjadi
Selanjutnya, apabila kedua sisi persamaan (2.6) dibagi mula-mula dengan
Y dan kemudian dengan K, maka didapat :
∆𝑘
𝑘
Sisi kiri dari persamaan (2.7), atau
∆𝑘
𝑘
=
𝑘
𝑘
(2.7)
, sebenarnya merupakan tingkat perubahan atau tingkat
pertumbuhan GDP (yaitu, angka persentase perubahan GDP) (Todaro, 2006: 128 – 129).
Persamaan (3.7), yang merupakan versi sederhana dari persamaan terkenal dalam teori
pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar, secara jelas menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan
∆𝑘
GDP ( 𝑘
) ditentukan secara bersama- sama oleh rasio tabungan nasional, s, serta rasio
modal-output nasional, k. Secara lebih spesifik, persamaan itu menyatakan bahwa tanpa
adanya intervensi pemerintah, tingkat pertumbuhan pendapatan nasional akan secara
langsung atau secara “positif” berbanding lurus dengan rasio tabungan (yakni, semakin
banyak bagian GDP yang ditabung dan diinvestasikan, maka akan lebih besar lagi
pertumbuhan GDP yang dihasilkannya) dan secara ”negatif” atau berbanding terbalik
terhadap rasio modal-output dari suatu perekonomian (yakni, semakin besar rasio modaloutput nasional atau k, maka tingkat pertumbuhan GDP akan semakin rendah).
Logika ekonomi yang terkandung dalam persamaan (3.7) diatas sangatlah sederhana.
Agar bisa tumbuh dengan pesat, setiap perekonomian harus menabung dan menginvestasikan
sebanyak mungkin bagian dari GDP-nya. Semakin banyak yang dapat ditabung dan
kemudian diinvestasikan, maka laju pertumbuhan perekonomian akan semakin cepat. Akan
tetapi, tingkat pertumbuhan aktual yang dapat dijangkau pada setiap tingkat tabungan dan
investasi–banyaknya tambahan output yang didapat dari tambahan satu unit investasi–dapat
diukur dengan kebalikan rasio modal-output, k, karena rasio yang sebaliknya ini, yakni 1/k,
adalah rasio output-modal atau rasio output-investasi. Selanjutnya, dengan mengalikan
tingkat investasi baru s = I/Y, dengan tingkat produktivitasnya, 1/k, maka akan didapat
tingkat pertumbuhan dimana pendapatan nasional atau GDP akan naik (Todaro, 2006: 129 –
130).
Singkatnya : Teori pertumbuhan ekonomi menurut harod domar adalah mengemukakan
besarnya kontribusi modal dalam pertumbuhan ekonomi dimana pertumbuhan ekonomi
dipengaruhi kecenderungan konsumsi (MPC) dan besarnya perbandingan modal (COR)
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Modernisasi merupakan suatu perubahan yang dialami masyarakat ,untuk mencapai
suatu peradaban modern setiap manusia harus memiliki ciri khas seorang manusia modern
yang mendasarkan segala sesuatunya berdasarkan rasionalitas serta akal sehat. Perubahan
dalam istilah modernsisasi ini sebenarnya sangatlah luas mulai dari perubahan pada stemis
sosial, budaya, bahkan nilai-nilai yang ada di masyarakat dan masih banyak lagi. Modernisasi
banyak dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia guna memaksimalkan
pelaksanaan fungsi sosialnya misalnya modernisasi dalam bidang teknologi. Modernisasi
dalam hal ini berhubungan dengan proses evolusi manusia yang pada awalnya masih
menggunakan teknologi yang masih bersifat tradisional atau sederhana sampai kepada tahap
perkembangan yang lebih canggih dan modern. Atau dalam hal ini bisa dikatakan bahwa
modernisasi mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan peradaban suatu bangsa.
Saran
Modernisasi hendaknya menjadi suatu faktor yang bisa memajukan peradaban suatu
bangsa. Dalam hal ini kita harus memiliki ciri dari manusia modern. Pemikiran yang maju
dan berdasarkan rasionalitas akal sehat setidaknya bisa melengkapi kekurangan yang
menggerogoti tubuh bangsa ini, salah satunya adalah kemiskinan. Setidaknya dengan adanya
modernisasi semua aspek bisa diefisiensikan guna menstabilkan kehidupan sosial agar
seluruh masyarakat bisa hidup sejahtera serta bisa melaksanakan fungsi sosialnya masing
masing tanpa ada intervensi dari pihak anapun.
Download