1. KURIKULUM Pengertian Kurikulum Menurut Kerr, J. F (1968): Kurikulum adalah semua pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan secara individu ataupun secara kelompok, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pengertian Kurikulum Menurut Inlow (1966): Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil pembelajaran yang sudah ditentukan. Pengertian Kurikulum Menurut Beauchamp (1968): Kurikulum adalah dokumen tertulis yang mengandung isi mata pelajaran yang diajar kepada peserta didik melalui berbagai mata pelajaran, pilihan disiplin ilmu, rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian Kurikulum Menurut UU No. 20 Tahun 2003: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Jadi dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupaka suatu rancangan pembelajaran yang telah ditulis oleh seorang pendidik dan akan diterapkan dalam suatu pembelajaran di sekolah. Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum dapat (paling tidak sedikit) meramalkan hasil pendidikan/pengajaran yang diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus dialami oleh peserta didik. Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang sesuai dengan sepanjang masa, kurikulum harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang senantiasa cenderung berubah. Menurut Sudjana (1993 : 37) pada umumnya perubahan struktural kurikulum menyangkut komponen kurikulum yakni: a. Perubahan dalam tujuan. Perubahan ini didasarkan kepada pandangan hidup masyarakat dan falsafah bangsa. b. Perubahan isi dan struktur. Perubahan ini meninjau struktur mata pelajaran -mata pelajaran yang diberikan kepada siswa termasuk isi dari setiap mata pelajaran. c. Perubahan strategi kurikulum. Perubahan ini menyangkut pelaksanaan kurikulum itu sendiri yang meliputi perubahan teori belajar mengajar, perubahan sistem administrasi, bimbingan dan penyuluhan, perubahan sistem penilaian hasil belajar. d. Perubahan sarana kurikulum. Perubahan ini menyangkut ketenagaan baik dari segi kualitas dan kuantititas, juga sarana material berupa perlengkapan sekolah seperti laboraturium, perpustakaan, alat peraga dan lain-lain. e. Perubahan dalam sistem evaluasi kurikulum. Perubahan ini menyangkut metode/cara yang paling tepat untuk mengukur/menilai sejauh mana kurikulum berjalan efektif dan efesien, relevan dan produktivitas terhadap program pembelajaran sebagai suatu system dari kutikulum. 2. Kurikulum 1952 (Rencana Pelajaran Terurai) Mengapa Kurikulum 1947 diganti dengan Kurikulum 1952? Setelah Rentjana Pelajaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Beberapa alasan dilakukannya penyempurnaan kurikulum 1947 melalui kurikulum 1952 adalah: 1. Kurikulum 1947 masih dibayang-bayangi pendidikan jaman penjajahan, sehingga mengarah pada pola pengajaran penjajah. 2. Kurikulum 1947 belum memiliki orientasi ranah kognitif dan psikomotor namun lebih dominan ranah afektif. 3. Kurikulum 1947 belum diterapkan di sekolah-sekolah sehingga belum memberikan dampak pada terlaksananya pendidikan dan terbentuknya bangsa Indonesia hingga secara resmi dilaksanakan pada tahun 1950. Lahirnya kurikulum 1952 tidak terlepas dari sejarah kelahiran Kurikulum 1947. Bahkan dapat dikatakan bahwa Kurikulum 1952 adalah pembaharuan dari Kurikulum 1947. Dikatakan demikian karena saat kurikulum 1947 berlaku belum ada undang-undang pendidikan yang berlaku sebagai landasan operasionalnya. Hal ini terjadi sampai tahun 1949. Baru setelah tahun 1950 undang-undang pendidikan yang dikenal dengan Undang-undang No. 4 Tahun 1950 dapat dirampungkan. Selanjutnya undang-undang itu disahkan pada tahun 1954 sebagai UU No. 12 Tahun 1954. Dari situlah dikenal undang-undang pendidikan yang pertama kali, yaitu No. 4 Tahun 1950 jo. No. 12 Tahun 1954. Namun undang-undang itu tidak memberlakukan pelaksanaan Kurikulum 1947. Seiring dengan berlakunya undang-undang pendidikan No. 4 Tahun 1950 yang baru dilaksanakan pada tahun 1954, kurikulum yang berlaku bukan lagi kurikulum 1947, tetapi kurikulum tahun 1952. Dengan kata lain, kurikulum 1952 merupakan kurikulum pertama yang memiliki dasar hukum operasional. Landasan yuridis kurikulum 1952 tidak berbeda jauh dari kurikulum 1947. Landasan idiilnya adalah Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, sedangkan landasan konstitusionalnya adalah UUD 1945. Landasan operasional kurikulum 1952 adalah UU No. 4 Tahun 1950. Undangundang itu telah dirancang sebelum tahun 1950. Rancangan undang-undang itu yang awalnya dibahas oleh BPKNIP tahun 1948 tidak dapat dilakukan karena terjadinya clash II. Baru pada tanggal 29 Oktober 1949, RUU itu diterima oleh BPKNIP dan disahkan oleh pemerintah RI pada tanggal 2 April 1950. Seiring dengan terbentuknya kembali negara kesatuan RI setelah berada di bawah pemrintahan RIS, maka UU No. 4 Tahun 1950 disempurnakan lagi dan diterima oleh DPR pada tanggal 23 Desember 1953, pengesahannya dilakukan pemerintah RI pada tanggal 12 Maret 1954 sebagai UU No. 12 Tahun 1954. Dengan demikian maka dapat dipahami bahwa UU No. 12 Tahun 1954 sebenarnya merupakan dasar hukum bagi pelaksanaan UU No. 4 Tahun 1950. Maka landasan operasional kurikulum 1952 adalah UU No. 4 Tahun 1950 dan UU No. 12 Tahun 1954. Kurikulum 1952 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1947, dimana kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran. Karena itu, kurikulum 1952 lebih dikenal sebagai Rencana Pelajaran Terurai 1952. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harusmemperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Isi kurikulum 1952 merupakan penjabaran arah dan tujuan pedidikan sekolah menengah dan tujuan kurikulum. Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa tujuan pendidikan sekolah menengah dan tujuan kurikulum diarahkan pada penyiapan pelajar ke pendidikan tinggi serta mendidik tenaga-tenaga ahli dalam berbagai lapangan khusus, sesuai dengan bakat masing-masing dan kebutuhan masyarakat. Hal itu didasarkan pada kesadaran akan corak pendidikan masa lampau. Penjelasan itu dapat diperoleh pada penjelasan UU Nomor 4 Tahun 1950 Bab V pasal 7 ayat 3. Dalam undang-undang itu dinyatakan bahwa pada masa lampau pendidikan menengah dibedakan menjadi dua, yaitu pendidikan menengah kejuruan dan pendidikan menengah umum. Sekolah menengah umum mementingkan pelajaranpelajaran bagi perguruan tinggi, dan sekolah menengah kejuruan mendidik tenagarenaga dalam bermacam-macam pekerjaan kepandaian dan keahlian. Akibatnya adalah sebagian besar dari siswa memilih pendidikan menengah umum, dengan maksud supaya dapat meneruskan pendidikan ke sekolah yang lebih tinggi. Sementara itu, sekolah.sekolah kejuruan kurang mendapat minat. Merespon minat siswa yang rendah dalam melanjutkan ke sekolah kejuruan, pemerintah melakukan beberapa upaya. 3. Struktur Kurikulum SD 1952 Pada tahun 1952, Kementrian pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan menerbitkan buku Pedoman Kurikulum SD yang diberi nama “Rencana Pelajaran Terurai untuk Sekolah Rakyat III dan IV”, fungsinya untuk membimbing para guru dalam kegiatan mengajar di sekolah terhadap murid sekolah dasar. Organisasi kurikulum yang digunakan adalah separated subjek curriculum, sedangkan mata pelajaran yang diuraikan dalam rencana pembeljaran meliputi: Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu Alam, Ilmu Hayat. Ilmu Bumi, Sejarah. Dalam prakteknya selain pelajaran tersebut diberikan juga pembelajaran lain seperti: menyanyi, menggambar, pekerjaan tangan, dan olah raga (Wiryokusumo, 1988:97). a. Bahasa Indonesia Dalam pembelajaran terurai, pelajaran bahasa Indonesia dimulai dari kelas III, sedangkan kelas sebelumnye diberikan bahasa daerah. Disini tidakditerangkan bagaimana jika suatu daerahmenggunakan pengantar bahasa Indonesia. Pelajaran ini meliputi: bercakap-cakap, membaca, ilmu bahan, menyalin, dikte, latihan, menterjemah dan surat menyurat. b. Bahasa Daerah Pelajaran ini dimulai sejak kelas I, maksud dan tujuannya adalah agar anak dapat memahami perkataan orang dan dapat menuturkan dan perasaan sendiri demgam bahasa sederhana, baik dan jelas. Pelajaran ini meliputi: bercakap-cakap, membaca dengan huruf latin jawa, ilmu bahasa. Untuk kelas V dan VI membuat kalimat dengan kata-kata yang diterangkan, menyalin dikte dan sebagainya. c. Berhitung Pelajaran ini menggunakan jalan pengajaran konsintris Kelas I : 1 – 20 Kelas II : 1 – 100 Kelas III : 1 – 1000 Kelas IV, V, VI : 1000 ke atas Pelajaran meliputi: menambah, mengurangi, mencongak, ukuran, timbangan, uang, pecahan dan lain-lain. Pelajaran dimulai dengan hal-hal yang mudah dan sederhana kemudian makin menjadi sukar dan kompleks. d. Ilmu Alam Tujuannya: Menerangkan tentang kejadian-kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang sederhana yang berhubungan dengan ilmu alam. Kegunaannya:Untuk mencerdaskan pikiran anak, menghilangkan takhyul dan menanamkan kepercayaa kepada Tuhan. Pelajaran ini diberikan di kelas V dan VI dan diberikan satu jam dalam seminggu. e. Ilmu Hayat Pelajaran ini terdiri dari pelajaran-pelajaran ilmu tumbuh-tumbuhan, ilmu hewan, ilmu manusia yang diberikan secara terpisah-pisah. f. Ilmu Bumi Tujuan: Mempelajari hal tentang tanah dan bangsa Indonesia, dan juga bangsa-bangsa lain. Menghargai Negara, bangsa Indonesia dan Negara lain. Mempelajari hal pergaulan hidup dengan bangsa lain. Pelajaran ini mulai diberikan pada kelas III, IV, V, VI. Jalannya pelajaran: Mempersiapkan alat-alat Mempelajari peta Mengajarkan pengetahuan ilmu bumi Memilih Menyalin g. Sejarah Pelajaran ini dimulai dari kelas IV, V, VI. Maksudnya:Supaya mengenal cerita-ceritayang dikenal umum yang berhubungan dengan sejarah. Tujuannya: Memupuk rasa kebangsaan Menghidupkan harga diri bangsa indonesia Menghargai dan cinta kepada kebudayaan bangsa Indonesia dan kebudayaan internasional. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam kurikulum pendidikan yang pernah digunakan di Sekolah Dasar berdasarkan Rencana Pelajaran 1947 dan Rencana Pelajaran Terurai 1952 yaitu : (1) Sifat manusia dan kewarga negaraan yang diutamakan meliputi Perasaan bakti kepada Tuhan YME, (2) cinta pada alam, negara, bangsa, dan kebudayaan, (3) cinta dan hormat kepada ibu dan bapak, (4) berhak dan wajib ikut memajukan negaranya menurut pembawaan dan kemampuan. (5) Keyakinan bahwa orang menjadi sebagian yang tak terpisah dari keluarga dan masyarakat; (6) orang hidup dalam masyarakat harus tunduk pada tata tertib; (7) pada dasarnya manusia itu sama harganya, sebab itu berhubungan sesama anggota masyarakat harus bersifat hormat menghormati, (8) berdasar atas rasa keadilan, dengan berpegang teguh atas harga diri; (9) negara memerlukan warga negara yang rajin bekerja tahu pada wajibnya, (10) jujur dalam fikiran dan tindakannya. 4. Struktur Kurikulum SMP 1952 Sementara umtuk tingkatan SMP, kurikulum 1952 atau yang lebih dikenal dengan sebutan Rencana Pelajaran Terurai 1952 dirimci dalam tabel berikut: Tabel . Struktur Kurikulum SMP 1952 No Mata Pelajaran I Kelompok Bahasa Jumlah Jam Pelajaran dalam Seminggu I II III A III B 1. Bahasa Indonesa 5 5 6 5 2. Bahasa Inggris 4 4 4 4 3. Bahasa Daerah 2 2 2 1 11 11 12 10 Sub Jumlah II Kelompok Ilmu Pasti 1. Berhitung dan Aljabar 4 3 2 4 2. Ilmu Ukur 4 3 - 4 Sub Jumlah 8 6 2 8 III Kelompok Penget. Alam 1. Ilmu Alam / Kimia 2 3 2 2 2. Ilmu Hayat 2 2 2 2 4 5 4 4 Sub Jumlah IV Kelompok Penget. Sosial 1. Ilmu Bumi 2 2 3 3 2. Sejarah 2 2 2 2 Sub Jumlah 4 4 5 5 V Kelompok Pel. Ekonomi I. Hitung Dagang - 1 2 - II. Pengetahuan Dagang - - 2 - - 1 4 - Sub Jumlah VI Kelompok Pel. Ekspresi 1. Seni Suara 1 1 1 1 2. Menggambar 2 2 2 2 3. Pek. Tangan/Ker. Wanita 2 2 2 2 Sub Jumlah 5 5 5 5 Pendidikan Jasmani 3 3 3 3 - - - - 2 2 2 2 37 37 37 37 VII VIII Budi Pekerti IX Agama Jumlah Struktur kurikulum SMP tahun l952 mengacu pada tujuan pendidikan dan tujuan kurikulum yang tercantum dalam UU No. 4 Tahun 1950. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian adalah terkait dengan mata pelajaran bahasa dan agama, sebagaimana dicantumkan dalam Bab IV pasal 5 ayat 1 dan 2 UU Nomor 4 Tahun 1950 dikemukakan bahwa : Ayat 1 : Bahasa indonesia sebagai bahasa persatuan adalah bahasa pengantar di sekolahsekolah di seluruh Indonesia Ayat 2 : Di taman kanak-kanak dan tiga kelas yang terendah di sekolah rendah, bahasa daerah boleh dipergunakan sebagai bahasa pengantar. Berkaitan dengan pelajaran agama, dalam struktur kurikulum 1952, pelajaran agama memang diberikan jam khusus, namun dalam pelakasanaannya diserahkan kepada masing-masing orang tua. Hal itu dipertegas pada UU No. 4 Tahun 1950 Bab XII pasal 20 ayat 1 dan 2 sebagai berikut : Ayat 1 : Bahasa indonesia sebagai bahasa persatuan adalah bahasa pengantar di sekolahsekolah di seluruh Indonesia Ayat 2 : Di taman kanak-kanak dan tiga kelas yang terendah di sekolah rendah, bahasa daerah boleh dipergunakan sebagai bahasa pengantar. Pendidikan budi pekerti sebagai pendidikan moral sudah diangkat sebagai mata pelajaran pada Kurikulum 1952, tapi masih menjadi mata pelajaran yang bersifat pilihan. Oleh karena itu dalam struktur kurikulum belum disediakan jumlah jam pelajaran yang secara khusus diperuntukkan bagi pendidikan budi pekerti. Tujuan pendidikan nasional berdasarkan kurikulum 1952 adalah membentuk manusia yang susila dan cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung iawab akan kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Dalam Droses pembelajaran, guru berperan sebagai model yang menerapkan etika, moral, nilai-nilai, dan aturanaturan yang berlaku. Kedisiplinan, kerajinan, sopan-santun, dan jiwa nasionalisme ditanamkan melalui tingkah laku guru dan penegakan peraturan sekolah yang tegas. Sayangnya proses belajar mengajar berpusat pada guru. Siswa ditempatkan sebagai objek yang harus menerima informasi sebanyak-banyaknya dari guru. Peran guru dalam kelas sangat dominan. Siswa bersifat pasif menerima informasi. Hal itu sebagai dampak dari proses belajar yang mengutamakan materi dan penguasaan materi. 5. Struktur Program Rencana Pelajaran SMA 1952 Rencana pelajaran SMA yang telah berjalan dari tahun 1945 sampai dengan tahun 1951 oleh beberapa pejabat dan ahli pendidikan dianggap memiliki kekurangan. Misalnya, Menteri PP &K Mr. W0ngsonegoro, dalam konferensi para direktur SMA negeri seluruh Indonesia pada bulan Januari 1952, menyinggung tentang rencana pelajaran SMA. Ia menyatakan bahwa pelajaran yang diberikan di SMA sampai saat ini masih terlampau bersifat teoritis dan kurang praktis, dan kurang mementingkan moralnya. Sementara itu Soegarda Poer bakawat ja, Kepala ^awatan Pengajaran, juga rnenyatakan bahwa perlu mencari kekurangan-kekurangannya dan agar diadakan perubahan-perubahan rencana pelajaran SMA (Sugianto, 1971 : 56). Berdasarkan SK Menteri PP & K tanggal 13 Mei dan 26 Mei 1952, dibentuk sebuah panitia yang diberi tugas untuk membuat rancangan rencana pelajaran (kurikulum) SMA yang baru. Di antara hasil ker ja panitia tersebut adalah tersusunnya tujuan SMA pembagian SMA dan rencana pelajaran. Tujuan SMA dirumuskan sebagai berikut: SMA bertujuan mendidik murid menjadi manusia yang berbudi baik dan mempunyai kepandaian serta kecakapan yang cukup untuk dapat mengikuti pendidikan dan pengajaran di Perguruan Tinggi dan dapat pula menjadi anggota masyarakat yang berguna. Pembagian atau penjurusan di SMA ternyata tidak mengalami perubahan. SMA tetap dibagi dalam tiga bagian atau jurusan, yaitu bagian A (sastra), B (ilmu pasti-alam) dan 0 (yuridis-ekonomi). Ketiga bagian tersebut terpisah sejak awal (sejak kelas satu) dan tidak ada integrasi dari ketiga bagian tersebut selama siswa menerapuh pendidikannya di SMA. Jadi SMA menurut rencana pelajaran tersebut sudah terspesialisasi dari awal. Adapun struktur program Rencana Pelajaran (Kurikulum) SMA 1952 untuk setiap bagian adalah sebagai berikut : Dari struktur program Kurikulum SMA 1952 tersebut di atas, terlihat ada pembagian program ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok: Pokok, Penting, dan Pelengkap. Urutan kelompok tersebut menunjukkan prioritas kedudukannya ataupun tingkat kepentingannya. Hal yang cukup menarik dari pembagian kelompok mata pelajaran (program) tersebut adalah pada komposisi mata pelajarannya untuk setiap bagian. Walaupun nama kelompoknya sama, misalnya kelompok Pokok, namun komposisi mata pelajaran pada ketiga bagian SMA itu tidaklah sama. Misalnya, komposisi mata pelajaran (program) kelompok Pokok pada SMA bagian A (sastra) tidak sama dengan kelompok Pokok SMA bagian B (Ilmu pasti-alam), dan juga berbeda dengan SMA bagian C (yuridis-ekonomi). Hal ini berlaku juga untuk kelompok Penting dan Pelengkap. Tampaknya kelompok Pokok merupakan ciri utama dari bagian-bagian atau jurusan-jurusan di SMA tersebut. Mata pelajaran-mata pelajaran pada kelompok Pokok tersebut merupakan penunjang utama yang mencirikan masing-masing bagian. Misalnya kelompok Pokok pada bagian A (sastra) terdiri dari mata pelajaran-mata pelajaran utama ilmu bahasa dan sastra. Sedangkan kelompok Pokok pada bagian B (pasti alam) terdiri dari mata pelajaran-mata pelajaran utama ilmu pasti dan ilmu alam. Jika digunakan kriteria program pendidikan umum yang terdapat pada bab II, maka dalam Kurikulum SMA 1952 secara jelas tidak ada yang disebut program pendidikan umum (general education) ataupun yang dapat dikategorikan sebagai program pendidikan umum. Kelompok Pokok misalnya,jelas tidak bisa disebut atau dikategorikan sebagai programpendidikan umum, karena tidak diberikan secara sama (jenis mata pelajarannya) kepada setiap siswa di setiap bagian, dan justru kelompok Pokok ini mencerminkan suatu spesialisasi (penjurusan) tertentu. Kelompok Penting dan Pelengkap juga sama tidak tepat dikategorikan sebagai program pendidikan umum, karena komposisi mata pelajarannya untuk setiap bagian tidaklah sama, bahkan kedudukannya tidak dianggap utama. Dalam Kurikulum SMA 1952 memang ada beberapa mata pelajaran yang arahnya untuk pembinaan keharmonisan kepribadian para siswa, namun belura sepenuhnya raemenuhi kriteria sebagai pendidikan umum. Misalnya Pendidikan Agama, sekalipun memang diarahkan untuk membina kepribadian siswa, namun menurut ketentuan UU no. 4/1950, mata pelajaran Pendidikan Agama (Pelajaran Agama) bukanlah mata pelajaran yang wajib diikuti oleh semua siswa, karena siswa boleh mengikutinya ataupun tidak. Jadi mata pelajaran Pendidikan Agama pada Kurikulum SMA 1952 tidak mempunyai kedudukan yang penting dan boleh diikuti atau tidak, sehingga tidak tepat dikategorikan sebagai pendidikan umum. Dari uraian di atas terlihat bahwa dalam Kurikulum SMA 1952 tidak terdapat program mata pelajaran yang diberikan secara sama dan wajib diikuti oleh semua siswa serta diarahkan untuk pembinaan kepribadian siswa yang terpadu. Dengan demikian capat dikatakan, bahwa dalam Kurikulum SMA 1952 tidak ditemukan program pendidikan umura, karena tidak ada yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan pada bab II yang lalu. Oleh karena struktur program pendidikan umumnya sendiri tidak ada, maka pada sub bab ini tidak akan ada pembahasan tentang tujuan, struktur program, dan materi pendidikan umum pada kurikulum tersebut. 6. Sistem Penilaian Kurikulum 1952 Sistem penilaian berdasarkan Kurikulum 1952 hampir sama dengan Kurikulum 1947, yakni dilakukan melalui ulangan harian, ulangan umum catur wulan dan ujian penghabisan. Ulangan harian dan ulangan umum catur wulan dipakai sebagai dasar untuk menentukan apakah seorang siswa naik atau tinggal kelas. Apabila seorang siswa belum mencapai minimal nilai 6 dalam ulangan umum catur wulan, yang bersangkutan mengikuti ulangan perbaikan (her). Ujian Penghabisan yang kemudian diubah namanya menjadi Ujian Negara pada sekitar tahun 1958, digunakan untuk menentukan kelulusan. Seorang siswa SMP dapat dinyatakan lulus jika memiliki maksimal nilai 5 sebanyak 4 mata pelajaran atau equivalennya (nilai 4 ekuivalen dengan dua nilai 5, nilai 3 ekuivalen dengan 3 nilai 5). Namun, dalam pelaksanaannya, Kurikulum 1952 tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan. Berikut ini disajikan kelebihan dan kekurangan Kurikulum 1952 pada tabel berikut: No. KELEBIHAN KURIKULUM 1952 KELEMAHAN KURIKULUM 1952 1. Kurikulum 1952 telah mengarah pada Karena kurikulum 1952 baru mengarah sistem pendidikan nasional, walaupun pada sistem pendidikan nasional, maka belum merata pada seluruh wilayah di belum Indonesia, namun dapat mencerminkan wilayah Indonesia. mampu menjangkau seluruh suatu pemahaman dan cita-cita para praktisi pendidikan pemerataan akan pendidikan pentingnya bagi seluruh bangsa Indonesia. 2. Pada Kurikulum 1952, materi pelajaran Materi pelajaran belum orientasi masa sudah berorientasi pada kebutuhan hidup depan, para siswa, sehingga hasil pembelajaran berorientasi kebutuhan dapat berguna ketika ditengah masyarakat. dimasyarakat saat itu, dengan demikian karena yang diajarkan untuk hidup belum memiliki visi kebutuhan dimasa mendatang. 3. Karena setiap guru mengajar satu mata Kurang membangkitkan kreatifitas dan pelajaran, maka memiliki keuntungan inovasi untuk bidang pelajaran sudah terinci dalam rencana pengajarannya dengan lebih baik, dari pelajaran terurai, hal ini mempersempit pada mengajar berbagai mata pelajaran. kreatifitas dan inovasi guru baik dalam lebih menguasai guru, perencanaan, karena setiap pelaksanaan, mata maupun menentukan sumber materi pelajaran.