PENGALAMAN SEKSUALITAS REMAJA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NUSANTARA CIPUTAT TAHUN 2012 Skripsi diajukan sebagai tugas akhir strata-1 (S-1) untuk memenuhi Persyaratan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) NOVI FARDILLA 108104000001 PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2012 M/1434 H PERSEMBAHAN Bismillahirrahmanirrahim,.. Dari semua tlah Kau tetapkan Hidupku dalam tangan-Mu Dalam takdir-Mu Rencana indah yang tlah Kau siapkan Bagi masa depanku yang penuh harapan Harapan kesuksesan terpangku di pundak Sebagai janji kepada mereka… Ayah dan Ibu.... Kini ku persembahkan skripsi ini Sebagai ungkapan syukur dan terima kasihku Untuk orangtua tercinta, Untuk dosen yang tlah berjasa Untuk semua orang yang ku cintai, Untuk saudara tersayang Untuk sahabat dan teman-teman yang selama ini bersama memetik ilmu di Univesitas islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini,, Terima kasihku tiada terhingga untuk semua Dengan niat yang lurus, iklhas dan berani bermimpi Dan rasa kasih sayang ini yang membuatku sangat bersemangat Yang mengalahkan rasa takut Diriku tiada apa-apa tanpa mereka Dan sujud syukurku padamu Ya Rabb Alhamdullillahirabbil’alamiin… LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini Saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli Saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang Saya gunakan dalam penulisan ini telah Saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullan Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli Saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka Saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, Januari 2013 NOVI FARDILLA ii RIWAYAT HIDUP Nama : NOVI FARDILLA Tempat, Tanggal Lahir : Karawang, 12 November 1990 Agama : Islam Status : Belum Menikah Alamat : Jl. Malaka II RT/RW 07/03 No.122 Pisang Sambo Tirtajaya, Karawang, Jawa Barat Anak ke : Pertama dari dua bersaudara Telepon : 085778748079 Email : [email protected] Riwayat Pendidikan : 1. SDN Pisang Sambo IV Karawang tahun 1995-2001 2. Madrasah Miftahul falah Karawang tahun 1997-2001 3. SMP Negeri 1 Tirtajaya Karawang tahun 2001-2004 4. SMA Negeri 3 Karawang tahun 2004-2007 5. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008-2012 iii Pengalaman Organisasi : 1. Anggota Pramuka SMP 1 Tirtajaya Karawang tahun 2001-2004 2. Anggota Paskibra SMP 1 Tirtajaya Karawang tahun 2001-2004 3. Bendahara OSIS SMP 1 Tirtajaya Karawang tahun 2002-2004 4. Sekretaris BEMJ Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahu 2010-2012 iv FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Skripsi, Januari 2013 Novi Fardilla, NIM : 108014000001 Pengalaman Seksualitas Remaja di Sekolah Menengah Kejuruan Nusantara Ciputat Tahun 2012 xiv + 72 Halaman + 2 Tabel + 1 Bagan+ 5 Lampiran ABSTRAK Remaja cenderung melakukan perilaku seksualitas karena rasa ingin tahu yang tinggi dan sumber informasi seksualitas yang tidak memadai. Penelitian ini bertujuan untuk mengekplorasi pengalaman seksualitas remaja. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Partisipan utama berjumlah enam orang yang meliputi dari remaja dan satu orang partisipan pendukung yaitu guru BP SMK Nusantara Ciputat. Data yang berupa hasil rekaman partisipan diperoleh melalui wawanara mendalam dan dianalisis dengan tekhnik Collaizi. . Penelitian ini mengidentifikasikan tiga tema yaitu: 1) makna seksualitas pada remaja, yaitu suatu hubungan seksual; 2) perilaku seksual pada remaja, yaitu berpegangan tangan, berciuman, sentuhan dan oral seks; dan 3) sumber dan informasi seksualitas pada remaja, yaitu internet, majalah, koran, pelajaran dan teman sebaya. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan gambaran seksualitas pada remaja khususnya bagi sekolah dan petugas kesehatan, agar remaja dapat meningkatkan kesehatan seksual dan reproduksi. Diperlukan penelitian lanjutan berupa eksplorasi lebih mendalam mengenai berbagai dimensi seksualitas pada remaja. Kata kunci : Pengalaman, Seksualitas, Remaja Daftar bacaan : 49 (2001-2012) v FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOLL OF NURSING Undergraduate Thesis, Januari 2013 Novi Fardilla, ID Number : 108104000001 Experience of adolescent sexuality in Senior High School Nusantara Ciputat 2012 xiv + 72 pages + 2 Tables + 1 chart + 5 attachments ABSTRACT Teens tend to perform sexual behavior because the highest of curiosity and inadequate resources about sexuality. This study aimed to explore the experience of adolescent sexuality. This research is a qualitative with descriptive phenomenological approach. Major participants of this research is six tenageers and minor participants is counselor of the SMK Nusantara Ciputat. Data obtained through in-depth interviews and analyzed with Collaizi techniques. This study identified three themes, namely: 1) the meaning of sexuality in adolescence, which is a sexual intercouse; 2) sexual behavior in adolescents, ie handrails, kissing, touching and oral sex, and 3) sources and information on adolescent sexuality, the internet, magazines, newspapers, lessons and peers. The results of this study are expected to provide an overview of sexuality in teenagers, especially for schools and health care, so tenageers can improve sexual and reproductive health. Further research is needed in the form of more in-depth exploration of the various dimensions of sexuality in teenagers. Keywords : Experience, Sexuality, Teenagers The reading list : 49 (2001-2012) vi KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr.wb Alhmdulillahi rabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengalaman seksualitas Remaja di Sekolah Menengah Kejuruan Nusantara Ciputat tahun 2012”. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan sehingga penulis tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyelesaian skripsi, penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof.Dr (hc). Dr. Muhammad Kamil Tadjuddin, Sp. And dan Dr. Arif Sumantri, SKM,M.Kes, selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta. 2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan 3. Ibu Puspita Palupi, S.Kep., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat selaku pembimbing I dan Ibu Raihanna, SKM, MMA selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikannya masukan, nasihat, vii petunjuk dan arahan serta motivasi kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan dan membimbing penulis, serta staff akademik atas bantuannya yang telah memudahkan penulis dalam proses belajar di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Orangtua tercinta (Bapak Ahmad Paridi dan Ibu Sarmanah) dan Adikku Muhammad Rafik Abdillah yang telah memberikan kasih sayang yang tulus dan selalu mendoakan serta memberikan motivasi. 6. Seluruh angkatan 2008 yang telah bersama-sama dengan penulis melewati hari-hari baik suka maupun duka dalam menyelesaikan kuliah di PSIK UIN Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Wassalamu’alaikum wr.wb Tangerang, Januari 2013 Penulis viii DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................................................. i LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................ ii RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................ iii KATA PENGANTAR .................................................................................................... iv ABSTRAK ......................................................................................................................... v DAFTAR ISI ................................................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 7 C. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 8 1. Tujuan Umum ................................................................................................. 8 2. Tujuan Khusus ................................................................................................ 8 D. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 8 1. Manfaat Ilmiah .................................................................................................. 8 2. Manfaat Praktis ............................................................................................... 9 E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 11 A. Pengalaman ........................................................................................................ 11 B. Konsep Seksualitas .............................................................................................. 12 1. Definisi seksualitas......................................................................................... 12 2. Komponen seksualitas .................................................................................... 12 3. Klasifikasi seksualitas .................................................................................... 13 4. Dimensi seksualitas ........................................................................................ 15 C. Seksualitas pada Remaja ..................................................................................... 16 D. Perilaku Seksual .................................................................................................. 17 E. Konsep Remaja ................................................................................................... 23 F. Permasalahan Seksualitas Remaja ...................................................................... 29 G. Kerangka Teori .................................................................................................... 33 BAB III KERANGKA KONSEP .................................................................................. 34 A. Kerangka Konsep ................................................................................................ 34 B. Daftar Istilah ........................................................................................................ 35 ix BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 36 A. Jenis Penelitian ..................................................................................................... 36 B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................. 37 C. Partisipan ............................................................................................................. 37 D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 38 E. Instrument Penelitian .......................................................................................... 41 F. Validasi ............................................................................................................... 41 G. Analisa Data ........................................................................................................ 43 H. Etika Penelitan .................................................................................................... 46 BAB V HASIL PENELITIAN ....................................................................................... 47 A. Gambaran umum wilayah penelitian .................................................................... 47 B. Hasil penelitian...................................................................................................... 48 1. Karakteristik partisipan ................................................................................... 48 2. Hasil analisa tematik ....................................................................................... 50 BAB VI PEMBAHASAN................................................................................................ 57 A. Interpretasi hasil penelitian dan diskusi ................................................................ 57 B. Keterbatasan penelitian ......................................................................................... 69 BAB VII PENUTUP ......................................................................................................... 71 A. Kesimpulan ........................................................................................................... 71 B. Saran ...................................................................................................................... 72 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... xi LAMPIRAN x DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lembar persetujuan partisipan Lampiran 2 Pedoman wawancara Lampiran 3 Analisa tematik Lampiran 4 Surat permohonan pengambilan data Lampiran 5 surat pengambilan data xi DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Analisa data .............................................................................................. 45 Tabel 5.5 Karakteristik partisipan utama ..................................................................... 50 xii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Teori ...................................................................................... 33 xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode peralihan masa kanak-kanak menuju masa dewasa dengan kematangan fisik, kognitif, sosial dan emosional yang cepat pada anak laki-laki untuk mempersiapkan diri menjadi laki-laki dewasa dan anak perempuan untuk mempersiapkan diri menjadi perempuan dewasa (Departement Kesehatan RI, 2005 & Wong, 2009). Rentang usia remaja berkisar antara 12 sampai 18 tahun (Hurlock, 2004). Depkes (2000) memaparkan bahwa batasan usia remaja antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin. Depkes (2011) mengungkapkan bahwa populasi remaja di Indonesia sebesar 63,4 juta jiwa dan berada pada jenjang sekolah menengah pertama hingga ke perguruan tinggi. Masa remaja dikenal dengan masa pubertas yang sangat mempengaruhi keadaan fisiologis, psikologis maupun sosial remaja (Wong, 2009). Masa pubertas merupakan kematangan hormonal serta organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan seks sekunder yang mulai muncul sehingga mempengaruhi perubahan tubuh dan emosional (Wong, 2009 & Santrock, 2003). Masa pubertas terbagi dalam tiga fase prapubertas, pubertas dan pascapubertas. Prapubertas merupakan periode sekitar dua tahun sebelum pubertas ketika remaja pertama kali mengalami perubahan fisik yang 1 2 menandakan kematangan seksual. Pubertas merupakan titik pencapaian kematangan seksual. Pascapubertas merupakan periode satu sampai dua tahun setelah pubertas (Wong, 2009). Pubertas merupakan periode yang sulit bagi remaja yang mempengaruhi keadaan fisik and psikologis remaja, sehingga membutuhkan penyesuaian diri yang baik (Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional, 2005). Pubertas merupakan suatu rangkaian perubahan fisik dan fisiologis yang mengubah seorang anak menjadi manusia dewasa dengan kemampuan reproduksinya dan pubertas ini muncul dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas gonad, selain itu pubertas juga merupakan munculnya ciri seksual sekunder (Hull & Johnston, 2008). Perilaku merupakan tanggapan atau reaksi individu yang terwujud di gerakan atau sikap dan ucapan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Perilaku seksual merupakan bentuk tingkah laku yang ditunjukan dengan dorongan hasrat seksual, baik dilakukan dengan lawan jenis maupun sesama jenis, bentuk-bentuk tingkah laku ini bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, bercumbu hingga bersenggama (BKKBN, 2005). Perilaku seksual ini mencakup berdandan, merayu, mengoda, bersiul juga yang terkait dengan aktivitas dan hubungan seksual (Persatuan Keluarga Berencana Indonesia, 2009). Perilaku seksual remaja yang berkaitan dengan berpacaran telah menjurus pada hubungan seksual bebas. Perilaku seksual remaja meliputi, berpegangan tangan (16%), berpelukan (13%), mencium pipi (12%). Perilaku yang sudah menjurus 3 pada hubungan seks awal (foreplay) meliputi cium pipi (9%), necking (mencium leher) (9%), meraba organ seksual (4%), petting (2 %) dan hubungan seksual (1%) (BKKBN, 2005). Godeau (2004) melakukan survey kepada 33.943 remaja pada 24 negara yang salah satunya Eropa Barat yang menunjukkan 13,2% remaja telah melakukan hubungan seksual sejak usia 15 tahun dan tidak menggunakan alat kontrasepsi, sementara 82% lainnya menggunakan alat kontrasepsi. Sukmadevi (2006) melaporkan bahwa siswi SMP dan SMA di Jawa Barat sebesar 42,3% telah melakukan hubungan seksual pertama kali saat di bangku sekolah. Studi lain menunjukkan 63% remaja di beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, telah melakukan hubungan seks pranikah, namun sebagian besar remaja memiliki pengetahuan yang kurang sehingga mereka meyakini berhubungan seks satu kali tidak menyebabkan kehamilan (BKKBN, 2008). BKKBN (2005) melaporkan bahwa pengetahuan remaja mengenai seksual dan dampak dari seks bebas masih sangat rendah, informasi utama mereka didapatkan dari teman sebaya (65%), film porno (35%), sekolah (19%) dan orang tua (5%), selain itu remaja tersebut mengakui lebih nyaman berbicara mengenai seksualitas dengan temannya sebesar 81%. Kesrepro (2008) melaporkan bahwa remaja sering tidak mendapatkan informasi yang transparan tentang masalah seksual dan kesehatan reproduksi, sehingga mereka seringkali kurang siap dalam melakukan hubungan seksual atau kurang mampu mencegah diri mereka 4 dari kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) dan penyakit menular seksual (PMS), selain itu dampak-dampak dari perilaku seksual yang negatif meliputi, pernikahan dini, kehamilan tidak diinginkan (KTD), aborsi, depresi, AIDS, dan penyakit menular seksual. Pernikahan dini di Indonesia dipengaruhi oleh faktor budaya dan agama, selain itu, dipengaruhi oleh undang-undang perkawinan yang menyebutkan perempuan yang berusia enam belas tahun diperbolehkan untuk menikah (KPAI, 2007). Pemaparan lainnya oleh KPAI (2008) bahwa 34,5% dari 2,5 juta pasangan hidup di Indonesia merupakan tindakan pernikahan dini. Seiring dengan kurangnya pengetahuan remaja mengenai seksual, juga mempengaruhi meningkatnya angka kehamilan yang tidak diinginkan yang berakhir dengan aborsi, sebanyak 21% dari 63% remaja yang pernah berhubungan seksual melakukan aborsi (BKBBN, 2006). Tidak semua kehamilan yang diterima baik kehadirannya, dua pertiga dari 75 juta kehamilan yang tidak diinginkan di dunia berakhir dengan aborsi yang disengaja dan 20 juta diantaranya dilakukan secara tidak aman (Kesrepro, 2007). Aborsi yang tidak aman sering menyebabkan kematian pada remaja, angka kematian akibat aborsi mencapai sekitar 11 % dari angka 390 per 100.000 kelahiran (Permana, 2012). Aborsi tidak aman berkontribusi 13% terhadap kematian ibu di dunia (WHO, 2000 dalam Kesrepro, 2007). WHO (2007) mengungkapkan bahwa jumlah penderita AIDS di dunia ada sebanyak 33.300.000 kasus dan di Asia sebanyak 4.900.000 5 kasus. Penderita HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2002 sebanyak 110.000 tahun 2006 sebanyak 193.000 dan pada tahun 2007 sampai 2008 jumlah kasus ini menjadi 270.000 orang, hal ini merupakan ancaman HIV/AIDS di Indonesia menyebabkan perilaku seksual dan kesehatan reproduksi pada remaja sering terjadi, selain itu 20 sampai 25% dari semua infeksi HIV di dunia terjadi pada remaja (Depkes RI, 2008). Perempuan lebih rentan tertular HIV 2,5 kali dibandingkan laki-laki (UNAINDS, 2004). Synovate (2004) melaporkan bahwa 44% dari 450 responden di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan mengaku sudah mempunyai pengalaman seksual pada usia 16 tahun sampai 18 tahun, sedangkan 16% mengaku mempunyai pengalaman seksual sudah mereka dapat antara usia 13 tahun sampai 15 tahun. Hull (2010) melaporkan hasil penelitiannya di Jakarta bahwa 14% laki-laki dan 7% perempuan dari 3006 responden usia 20 tahun sampai 34 tahun yang saat ini sedang berkencan, melakukan hubungan seksual dengan pasangan mereka. Mengenai konsepsi pra nikah dan kelahiran dalam perkawinan, Hull (2010) juga menegaskan bahwa dari 1.386 responden setidaknya memiliki satu anak dan telah menikah setidaknya satu kali dan sebanyak 10 persen dari kelahiran adalah konsepsi pranikah. Purbo (2004) memaparkan dalam penelitiannya bahwa Media televisi seperti iklan, infotainment, hiburan/musik, dan film mempunyai kontribusi terhadap perilaku seks di kalangan remaja. Media lain seperti 6 majalah, buku, internet, dan VCD ternyata juga mempunyai andil yang besar terhadap perubahan perilaku seksual dikalangan remaja. Disarankan kepada orang tua dan pendidik (guru) sejak dini memberikan bimbingan, pengawasan dan pelajaran kepada anak-anaknya dari pengaruh buruk media dan pemilik TV swasta hendaknya menyiarkan acara-acara yang memiliki nilai pendidikan. Studi pendahuluan yang dilakukan di SMK Nusantara pada partisipan yang berusia 17 tahun dan 18 tahun mengungkapkan bahwa mereka telah terpapar dengan tindakan pacaran pada saat mereka di bangku sekolah dasar. Aktivitas seksual yang pernah mereka lakukan di antaranya berpegangan tangan, merangkul, bercium pipi dan bibir. Tindakan tersebut dilakukan tanpa paksaan dari pasangan melainkan merupakan kesepakatan bersama kedua belah pihak. Penelitian-penelitian mengenai seksualitas pada remaja telah banyak dilakukan, namun penelitian yang menggali tentang pengalaman seksualitas pada remaja belum banyak dilakukan, seiring dengan meningkatnya berbagai masalah kesehatan reproduksi pada remaja perempuan, oleh karena itu peneliti ingin mengekplorasikan lebih dalam tentang bagaimana pengalaman seksualitas remaja berdasarkan ungkapan atau cerita langsung dari mereka. 7 B. Rumusan Masalah Keingintahuan remaja mengenai seksualitas serta dorongan seksual telah menyebabkan remaja untuk melakukan aktivitas seksual remaja, yang akhirnya menimbulkan persoalan pada remaja yang berkaitan dengan perilaku seksual. Perilaku seksual remaja salah satunya dalam berpacaran telah menjurus pada hubungan seks bebas. Perilaku seksual meliputi pegang tangan (16%), pelukan (13%), mencium pipi (12%). Sedangkan perilaku yang sudah menjurus pada hubungan seks awal (foreplay) adalah cium pipi (9%), necking (9%), meraba organ seksual (4%), petting (2%) dan hubungan seksual (1%) (BKKBN, 2005). Kondisi ini menunjukkan betapa sudah sangat mengkhawatirkannya perilaku remaja saat ini. Studi pendahuluan yang dilakukan di SMK Nusantara pada partisipan yang berusia 17 tahun dan 18 tahun mengungkapkan bahwa mereka telah terpapar dengan tindakan pacaran pada saat mereka di bangku sekolah dasar. Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai seksualitas cenderung lebih banyak meneliti terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual yang terjadi pada remaja, oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian tentang pengalaman seksualitas remaja. 8 C. Tujuan 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman perilaku seksual remaja di SMK Nusantara Ciputat. 2. Tujuan Khusus a. Tereksplorasinya makna seksualitas bagi remaja di SMK Nusantara Ciputat b. Tereksplorasinya perilaku seksual remaja di SMK Nusantara Ciputat c. Tereksplorasinya jenis dan sumber informasi tentang perilaku seksual remaja di SMK Nusantara Ciputat D. Manfaat 1. Manfaat Ilmiah a. Menjadi data mengembangkan dasar bagi peneliti selanjutnya dalam dan memperkaya penelitian selanjutnya tentang seksualitas khususnya remaja b. Memberikan informasi kesehatan reproduksi mengenai pendidikan tentang seksualitas dan dampaknya terhadap kesehatan remaja 9 2. Manfaat Praktis a. Institusi pendidikan Penelitian pendidikan ini untuk keperawatan mengembangan serta sebagai kurikulum pengembangan instrumen pengkajian khususnya seksualitas remaja. b. Bagi SMK Nusantara Ciputat Hasil penelitian ini mampu menjadi landasan program kegiatan bimbingan, pembinaan dan konseling dalam upaya peningkatan pengetahuan tentang seksualitas dan upaya untuk mengurangi prilaku seksual yang menyimpang pada remaja di SMK Nusantara Ciputat. c. Bagi masyarakat Memberikan informasi terutama bagi remaja mengenai gambaran tentang perilaku seksual dalam upaya peningkatan kesehatan reproduksi remaja. d. Bagi institusi pelayanan keperawatan Memberikan landasan dalam upaya promosi kesehatan dan landasan keperawatan. dalam pengembangan evidence based 10 E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini untuk melihat pengalaman remaja terhadap seksualitas. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui pengalaman seksualitas ini menggunakan metode wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada partisipan, format wawancara dapat berubah sesuai wawancara yang dilakukan dilapangan oleh peneliti, sampel penelitian ini adalah siswa atau siswi di SMK Nusantara Ciputat. Penelitian ini akan dilakukan di SMK Nusantara Ciputat pada bulan Agustus 2012. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif. Data yang digunakan adalah data primer dengan melakukan wawancara secara mendalam kepada partisipan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman Pengalaman merupakan sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai. ditanggung) (KBBI, 2005). Pengalaman berasal dari kata dasar alami yang artinya mengalami, melakoni, menempuh, mengarungi, mendapat, menyelami dan merasakan. Pengalaman tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-harinya dan pengalaman juga diberikan kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi pedoman serta pembelajaran manusia (Endarmoko, 2006). Pengalaman juga dapat diartikan sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa-peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi (Notoadmojo, 2005) Pengalaman merupakan akumulasi dari setiap kejadian dan penyikapan terhadap permasalahan yang dialami, dalam mengaktualisakan setiap kejadian sering orang mengalami kesulitan. Pengalaman langkah awal dari pelaksanaan setiap rencana dimana pengalaman merupakan referensi. Makin bannyak pengalaman yang dimiliki seseorang, akan semakin dewasa dalam menata kehidupan (Yudantara, 2006). 11 12 B. Konsep Seksualitas 1. Definisi Seksualitas merupakan keseluruhan emosi, sikap, kesukaan dan perilaku yang terkait dengan ekspresi seksualitas diri dan erotisme (Stright, 2005). Seksualitas memiliki makna yang lebih luas yang mencakup daya tarik seksual dan karakteristik yang bersifat biologis maupun sosial, seksualitas bersentuhan dengan wilayah sosial yang mengkonstruksi sifat, karakter, perilaku sosial dari masing-masing jenis kelamin (Munfarida, 2009). Seksualitas salah satu issue kesehatan yang essensial dan menjadi sesuatu yang kurang diketahui bagi remaja sehingga pelayanan kesehatan seksual masih dihindari dikarenakan ketidaknyamanan remaja untuk membicarakannya dan merupakan sesuatu hal yang masih tabu (Berg, 2001). 2. Komponen Komponen seksualitas menurut Imran (2004) yaitu orientasi seksual, identitas gender (perasaan seseorang apakah dia laki-laki atau perempuan secara psikologis), dan peran gender sosial (pemenuhan tuntutan budaya mengenai perilaku-perilaku feminin dan maskulin). 13 Orientasi seksual adalah ketertarikan kepada lawan jenis dimana seseorang itu lebih tertarik secara seksual dan cenderung mengekspresikan dirinya kedalam aktivitas seksual (Imran, 2004). Demartoto (2006) memaparkan bahwa orientasi seksual dalam melakukan aktivitas seksual dikategorikan menjadi dua, yaitu orang yang secara seksual tertarik dengan lawan jenis (heteroseksual) dan orang yang secara seksual tertarik dengan kelamin yang sejenis (homoseksual). Homoseksual yang terjadi Indonesia merupakan hal yang tidak lazim terjadi. Indonesia mempunyai norma-norma yang melarang orientasi seksual tersebut, laki-laki yang tertarik kepada laki-laki disebut gay, sedangkan perempuan yang tertarik pada perempuan disebut dengan lesbian (BKKBN, 2006). Peran seksual merupakan cara bagaimana menerima dan mengembangkan peran sesuai dengan alat kelaminnya, selain itu peran seksual ini menentukan identitas diri apakah sesuai dengan alat kelamin atau menyimpang (Imran, 2004). 3. Klasifikasi Seksualitas Melliana (2006) mengklasifikasikan seksualitas menjadi tiga macam, yaitu seksualtitas reproduktif, seksualitas erotis dan seksualitas gender. Seksualitas reproduktif yang berfokus pada hal biologis dan konsep reproduksi, aspek anatomi dan fisiologi, 14 perilaku, dan sikap manusia terhadap tubuh mereka, terutama terhadap alat kelaminnya, serta proses reproduksi. Seksualitas erotis yang berfokus pada kenikmatan yang dihasilkan oleh alat kelamin manusia, perilaku atau sikap antar individu dan proses fisiologi yang dapat menciptakan kenikmatan erotis atau hal-hal yang berpengaruh terhadap sensasi yang ditimbulkan akibat kenikmatan erotis. Seksualitas reproduktif berbeda dengan seksualitas erotis, sepasang laki-laki dan perempuan saat berhubungan seksual tidak selalu mengalami kenikmatan erotis dari hubungan seksual mereka, demikian pula sebaliknya, mereka dapat merasakan kenikmatan erotis dari hubungan seksual tanpa memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan kemungkinan untuk berhubungan seksual, melalui aktivitas seperti masturbasi, aktivitas antara pasangan homoseksual, dan penggunaan alat kontrasepsi yang cukup efektif dalam berhubungan seksual. Seksualitas gender yang terfokus pada pembagian sosial manusia menurut jenis kelaminnya, yaitu laki-laki dan perempuan. Pada konteks ini, seksualitas berkenaan dengan tuntutan sosial, pola perilaku, dan perilaku individu yang akan memperjelas perbedaan antara laki-laki dan perempuan (Melliana, 2006). 15 4. Dimensi Seksualitas Kesrepro (2010) dan Negara (2007) memaparkan bahwa seksualitas terdiri dari beberapa dimensi yaitu : 1) dimensi biologis; 2) dimensi psikososial; 3) dimensi perilaku; 4) dimensi cultural; dan 5) dimensi klinis. Dimensi biologis yang berkaitan dengan reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual. Faktor biologi ini mengontrol perkembangan seksual dari konsepsi sampai kelahiran dan kemampuan bereproduksi setelah pubertas. Sisi biologi seksualitas juga mempengaruhi dorongan seksual, fungsi seksual, dan kepuasan seksual. Dimensi psikososial yang erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual, identitas peran atau jenis yang meliputi faktor psikis yaitu emosi, pandangan, dan kepribadian, yang berkolaborasi dengan faktor sosial, yaitu bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungannya secara seksual. Dimensi sosial yang dilihat yaitu bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seksual (Kesrepro, 2010 dan Negara, 2007). 16 Dimensi perilaku yang menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku seksual, yaitu perilaku yang muncul berkaitan dengan dorongan atau hasrat seksual. Dimensi kultural menunjukan perilaku seksual menjadi budaya yang ada di masyarakat dan menekankan pada konstruksi kultural terhadap seksualitas yang menjadikan makna dan norma-norma seksualitas berbeda dari budaya yang satu dengan budaya yang lain. Dimensi klinis menangani persoalan-persoalan fisik seperti penyakit, trauma dan masalah-masalah perasaan atau psikis, seperti kecemasan, rasa bersalah, malu, depresi dan konflik, yang dapat mengganggu fungsi reproduksi dan seksualitas (Kesrepro, 2010 dan Negara, 2007). C. Seksualitas pada Remaja Perkembangan seksualitas remaja diawali ketika terjalinnya interaksi antar lawan jenis, baik itu interaksi antar teman maupun interaksi ketika berkencan (Taufik & Anganthi, 2005). Sarwono (2005) menjelaskan bahwa karakteristik seksualitas remaja perempuan mencakup pada karakteristik seksual primer dan sekunder. Karakteristik seksual primer pada remaja perempuan terjadi pertumbuhan organ rahim dan ovarium yang memproduksi ovum (sel telur) dan hormon untuk kehamilan. Karakteristik seksual sekunder pada remaja perempuan juga mengalami pertumbuhan bulu-bulu pada ketiak dan kelamin. Pertumbuhan juga terjadi pada 17 kelenjar yang bakal memproduksi air susu di buah dada, serta pertumbuhan pada pinggul sehingga menjadi wanita dewasa secara proporsional (Sarwono, 2005). Remaja laki-laki mengalami pubertas pada usia antara 12 sampai 16 tahun. Cirri-ciri seks sekunder pada laki-laki sepertu suara besar, tumbuh kumis, tumbuh jambang, tumbuh jakun, tumbuh rambut pada ketiak, otot-otot mulai membesar (kekar) dan dada tampak menjadi lapang. Selain itu, jua telah terjadi spermatogenesis. Spermatogenesis adalah proses pembentukan sperma atau sel kelamin laki-laki. Spermatogenesis terjadi di dalam testis (buah zakar). Hal ini menunjukan bahwa testis mengalami pubertas lebih cepat (Sarwono, 2005). Pertumbuhan primer dan sekunder pada remaja selanjutnya muncul hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan seksualnya. Hal tersebut merupakan suatu yang wajar pada remaja, karena secara alamiah dorongan seksual ini memang harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi pengembangbiakan dan mempertahankan keturunan (Mu’tadin, 2010). D. Perilaku Seksual Perilaku seksual merupakan perilaku yang melibatkan sentuhan fisik dari masing-masing anggota tubuh antara laki-laki 18 dan perempuan dan segala yang mencakup tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis (Noor, 2004). Perilaku seksual tercermin dalam bentuk-bentuk tingkah laku yang beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik kepada lawan jenis seperti berkencan, bercumbu dan senggama atau bersetubuh . Perilaku seksual tidak berdampak buruk, jika tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang bersangkutan atau lingkungan sosial, akan tetapi sebagian perilaku seksual yang dilakukan sebelum waktunya justru akan menimbulkan dampak psikologis yang sangat serius dan yang paling parah bahkan akan menimbulkan depresi (Mu’tadin, 2010). Perilaku seksual bebas atau perilaku seksual pranikah adalah perilaku seksual yang dilakukan oleh seseorang tanpa melalui proses pernikahan menurut agama dan kepercayaan. Remaja diharapkan sudah menemukan orientasi seksualitasnya, karena hal ini berkaitan dengan dampak yang akan diterima oleh remaja dari dampak sosial maupun psikologisnya (Noor, 2004). Rasa ingin tahu remaja terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis, karena dengan matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul pula dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual. Remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran atau 19 percintaan yang merupakan kesempatan para remaja melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk melakukan aktifitas seksual bahkan untuk melakukan hubungan seksual (Soetjiningsih, 2004). Mu’tadin (2002) menjelaskan bahwa perilaku seksual pranikah pada remaja tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan dipengaruhi oleh faktor tertentu, yaitu pada diri remaja baik secara internal maupun eksternal. Faktor internal, perilaku seksual pranikah yang didorong oleh rasa sayang dan cinta dan didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya. Faktor eksternal yang meliputi teman sebaya, media televisi, hubungan dalam keluarga khususnya orangtua. Perilaku seksual berbeda dengan hubungan seksual, perilaku seksual merupakan aktivitas seksual yang dilakukan dalam upaya memenuhi dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ kelamin atau seksual melalui berbagai perilaku, sedangkan hubungan seksual adalah kontak seksual yang dilakukan berpasangan dengan lawan jenis atau sesama jenis, contohnya pegangan tangan, cium kening, cium basah, petting, intercourse (PKBI, 2009). Wahyudi (2000) dalam Purnawan (2004), memaparkan bahwa perilaku seksual secara rinci dapat berupa: 20 a. Berfantasi, merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme. Perempuan yang sedang berada dalam fase subur lebih condong berpikiran ke arah hal-hal erotis dan perempuan hanya berfantasi seksual sekali seminggu (Fellicia, 2012) b. Berpegangan tangan, aktivitas ini tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksual yang kuat namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba aktivitas yang lain. c. Berciuman, yang terdiri dari berciuman bibir dan berciuman. Ariyanto (2008) melaporkan bahwa 57% dari 138 di salah satu Universitas ternama di Indonesia menunjukkan perilaku seksual yang paling banyak dilakukan adalah berciuman bibir. d. Meraba, merupakan kegiatan bagian-bagian sensitif rangsang seksual, seperti leher, breast, paha, alat kelamin dan lain-lain. Arianto (2008) melaporkan bahwa 57% dari 138 partisipan telah melakukan aktivitas seksual meraba-raba alat kelamin dilakukan setelah 5, 6 bulan selama berkencan. e. Berpelukan, aktivitas ini menimbulkan perasaan tenang, aman, nyaman disertai rangsangan seksual terutama bila mengenai daerah sensitif. f. Masturbasi merupakan perilaku merangsang organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual. 21 g. Oral seksual, merupakan aktivitas seksual dengan cara memasukkan alat kelamin ke dalam mulut pasangan. Arianto (2008) melaporkan 57% dari 138 partisipan telah melakukan aktivitas seksual oral seksual yang dilakukan setelah 6,2 bulan selama berkencan. h. Petting, merupakan seluruh aktivitas non intercourse (hingga menempelkan alat kelamin). i. Intercourse (hubungan seksual), merupakan aktivitas seksual dengan memasukan alat kelamin, 6,5 % dari 138 partisipan telah melakukan sexual intercourse dengan waktu rata-rata yang diperlukan adalah 10,1 bulan selama berkencan (Arianto, 2008). Budaya seksual bebas di kalangan remaja mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Pemerintah telah menemukan indikator bahwa makin sulitnya menemukan remaja perempuan yang masih memiliki keperawanan (virginity) di kota-kota besar (BKKBN, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual menurut PKBI (2009) yaitu sebagai berikut : a. Pengalaman seksual Makin banyak pengalaman mendengar, melihat, mengalami hubungan seksual makin kuat stimulasi yang dapat mendorong munculnya perilaku seksual yang meliputi informasi media massa seperti film, internet, gambar dan 22 majalah; obrolan dari teman sebaya/pacar tentang pengalaman seksual; melihat orang-orang yang sedang berpacaran atau melakukan hubungan seksual. b. Faktor-faktor kepribadian. Faktor-faktor harga diri seperti harga diri, kontrol diri, tanggung jawab, tolerance for stress, coping stress, kemampuan membuat keputusan, nilai-nilai yang dimilikinya. Remaja yang memiliki harga diri positif, mampu mengelola dorongan dan kebutuhanya secara adekuat, memiliki penghargaan yang kuat terhadap diri dan orang lain, mampu mempertimbangkan resiko perilaku sebelum mengambil keputusan, mampu meningkatkan diri pada teman sebaya secara sehat proporsional, cenderung mencari penyaluran dorongan seksualnya secara sehat dan bertangung jawab. c. Pemahaman dan penghayatan nilai-nilai agama Remaja yang memiliki penghayatan yang kuat tentang nilai-nilai tentang keagamaan, integritas yang baik (konsitensi antara nilai sikap dan perilaku) juga cenderung menampilkan perilaku seksual yang selaras dengan nilai-nilai yang diyakininya serta mencari kepuasan dan perilaku yang produktif. d. Peran keluarga dalam menjalankan fungsi kontrol afeksi atau kehangatan, pemahaman nilai moral dan keterbukaan 23 komunikasi. Keluarga yang mampu berfungsi secara optimal membantu remaja untuk menyalurkan dorongan seksualnya dengan cara yang selaras dengan norma dan nilai yang berlaku serta menyalurkan energi psikis secara produktif. e. Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Remaja yang memiliki pengetahuan secara benar dan proporsional tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksual secara sehat dan bertanggung jawab. E. Remaja 1. Pengertian Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kana menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12 sampai 24 tahun. Namun, jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa dan bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua, maka tetap digolongkan kedalam kelompok remaja. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada diantara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan emosi (Efendi & Makhfudli, 2009). 24 Proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja: a. Remaja awal (early adolescent) Seorang remaja pada tahap ini masih merasa bingung akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan ditambah dengan yang berlebih-lebihan ini berkurangnya kendali terhadap ego menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti dan dimengerti orang dewasa. b. Remaja madya (middle adolescent) Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawankawan. Mereka senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya. Selain itu, Mereka berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau 25 tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya. c. Remaja akhir (late adolescent) Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu: 1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. 2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman- pengalaman baru. 3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. 4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. 5) Tumbuh ”dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (Sarwono, 2010). Remaja mengalami ketertarikan atau kebersamaan dengan kelompok sebaya, seperti bagaimana cara berpakaian, berbicara, berbahasa, hobi, serta sikap dan perilaku. Remaja tidak mau berbeda dengan kelompok sebaya karena ingin diterima dan diakui oleh kelompoknya. Kelompok sebaya berperan penting dalam 26 pembentukan sikap dan perilaku para remaja, melalui kehidupan kelompok, remaja dapat berperan, memutuskan, dan mengekspresikan dirinya dalam menetukan sikapnya. Kelompok sebaya memiliki nilai positif, perkembangan remaja pun positif, jika tidak, remaja akan terjerumus pada perbuatan yang menyimpang dan tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, remaja harus mampu memilih dan memutuskan nilai-nilai yang baik dan positif bagi diriya dan masa depannya (Martono & Joewana, 2009). Sifat-sifat negatif remaja berangsur-angsur berkurang sejalan dengan kematangan kepribadiannya, jika remaja berhasil mengatasi konflik, remaja akan menjadi dewasa. Dewasa berarti memiliki jati diri yang mantap, emosi yang stabil dan bertanggung jawab. Artinya, kejiwaan yang sehat, selaras dan seimbang. Masa remaja adalah masa yang sulit, karena pengaruh luar terutama tekanan kelompok sebaya yang sangat berpengatuh besar. Tekanan kelompok adalah pengaruh kelompok kepada seseorang terhadap perasaannya, cara berpikir, cara bertindak, berpakaian, dan sebagainya. Tekanan yang didapat remaja bersifat positif atau negative, misalnya pengaruh yang positif yaitu bergabung dalam organisasi sekolah, olahraga serta memperoleh nilai yang baik disekolah dan pengaruh negatif antara lain merokok, membolos dari 27 sekolah, memakai narkoba, mengambil barang tanpa sepengetahuan yang punya serta tawuran (Martono & Joewana, 2008). Ada empat sumber tekanan terjadap kehidupan remaja, pertama perorangan yaitu segala kenginan, kepercayaan, harapan dan cita-cita. Kedua, keluarga yaitu kepercayaan dan harapan dari anggota keluarganya. Ketiga, media yaitu komunikasi media massa (tv, majalah, radio, film, internet, billiboard, dan lain-lain). Keempat kelompok sebaya yaitu pikiran, harapan, perilaku dan norma yang diterima dan berlaku bagi remaja (Martono & Joewana, 2008). 2. Pubertas Remaja Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa pubertas dengan usia kurang lebih antara 12 sampai 14 tahun adalah suatu masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembangan sangat cepat. Pertengahan masa remaja merupakan masa yang lebih stabil untuk menyesuaikan diri dan berintegrasi dengan perubahan permulaan remaja yaitu umur 14 tahun sampai umur 16 tahun dan remaja akhir yang kira-kira berumur 18 tahun sampai umur 20 tahun ditandai dengan transisi untuk mulai bertanggung jawab, membuat pilihan dan berkesempatan untuk mulai menjadi dewasa (Esti, 2002). 28 Pubertas merupakan suatu rangkaian perubahan fisik yang membuat individu matur mampu berproduksi dan hampir setiap organ dan sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan ini. Remaja yang sedang mengalami pubertas awal akan berbeda dengan pubertas akhir dalam munculnya karakteristik tubuh bagian luar karena perubahan tinggi, proporsi tubuh dan adanya tanda-tanda perkembangan seksual pertama dan kedua. Pubertas umumnya sama bagi setiap remaja, akan tetapi waktu dan kecepatan tiap-tiap anak berbeda. Rata-rata remaja perempuan mulai terjadi perubahan pubertas pada usia 1 sampai 2 tahun lebih awal daripada anak lakilaki, seperti pada permulaan kecepatan dan perubahan tubuh. Beberapa remaja pada 18 tahun sampai 24 tahun sudah mengalami pubertas (Esti, 2002). Pubertas merupakan masa awal pematangan seksual, yaitu suatu periode dimana seorang anak mengalami perubahan fisik, hormonal, dan seksual serta mampu mengadakan proses reproduksi (Nita, 2008). Perubahan fisik pada masa pubertas merupakan hasil aktivitas hormonal dibawah pengaruh sistem saraf pusat, walaupun semua aspek fungsi fisiologis berinteraksi secara bersama-sama, perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertambuhan fungsi fisik dan munculnya perkembangan karakteristik seksual sekunder. Perubahan yang tidak tampak jelas terlihat pada perubahan 29 fisiologis dan kematangan neurogonad yang disertai dengan kemampuan untuk bereproduksi (Wong, 2008). Perbedaan fisik antara kedua jenis kelamin ditentukan berdasarkan karakteristik seksual yaitu, karakteristik seksual primer merupakan organ eksternal dan internal yang melaksanakan fungsi reproduktif (misalnya ovarium, uterus, payudara, penis) dan karakteristik seksual sekunder merupakan perubahan yang terjadi di seluruh tubuh sebagai hasil dari perubahan hormonal (misalnya perubahan suara, munculnya rambut pubertas dan bulu pada wajah, dan penumpukan lemak) tetapi tidak berperan langsung dalam reproduksi (Wong, 2008). F. Permasalahan seksualitas remaja Perkembangan teknologi yang semakin modern membuat remaja menjadi semakin mudah dan semakin cepat untuk mendapatkan informasi-informasi melalui layanan internet, termasuk mengenai seksualitas. Kondisi seperti ini sangat meresahkan para orangtua untuk melakukan pengajaran mengenai seksualitas dan para orangtua merasa khawatir terhadap anaknya yang dapat melakukan hal-hal yang tidak diingankan, seperti perilaku seksual yang menyimpang (Rosmansyah, 2012). Orang tua merasa takut dan khawatir saat membicarakan masalah seksual dengan anaknya, karena para orangtua beranggapan bahwa pada 30 saat memberikan pengajaran tentang seksualitas, dikhawatirkan anak justru akan berperilaku yang menyimpang, seperti melakukan hubungan seksual pranikah (Kesrepro, 2012). Banyak masalah yang terjadi pada saat remaja, yaitu depresi remaja, kehamilan diluar nikah, pernikahan dini, penyakit menular seksual dan aborsi. Depresi remaja merupakan penyebab yang paling umum, adanya depresi ini adanya proses pendewasaan yang mereka hadapi, termasuk mestruasi yang didapatkan oleh remaja perempuan, dan mimpi basah didapatkan oleh remaja laki-laki (Kesrepro, 2012). Selain itu putus dengan pacar juga membuat remaja menjadi depresi, dan akan mengubah perilaku remaja menjadi agresif terhadap perilakunya (Kesrepro, 2012). Banyak remaja telah melakukan hubungan seksual pranikah sehingga mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan. Kehamilan diluar pernikahan bagi masyarakat timur merupakan sesuatu yang tabu, karena hal ini mengindikasikan wanita yang mengalaminya dianggap sebagai wanita yang tidak bisa menjaga kehormatannya dan keluarganya (Kesrepro, 2012). Beberapa dampak psikologis bagi perempuan yang hamil di luar pernikahan meliputi rendahnya kepercayaan diri, jatuhnya nama baik keluarga, depresi dan aborsi. Turunnya kepercayaan diri yang disebabkan karena gunjingan masyarakat berdampak pada kepercayaan diri perempuan, walaupun kehamilan itu belum diketahui oleh masyarakat umum, namun kebanyakan wanita hamil di luar nikah mengalami 31 perasaan malu dan kepercayaan diri yang turun secara drastis (Permana, 2012). Jatuhnya nama baik keluarga dikarenakan seorang wanita yang hamil sebelum nikah tidak dianggap sebagai perempuan yang baik, kecuali jika kehamilannya disebabkan karena kasus perkosaan. Kehamilan yang tidak diinginkan ini justru akan memperburuk nama baik keluarganya di masyarakat. Depresi dan ingin bunuh diri yang berdampak paling berbahaya yang bisa menimpa perempuan. Apalagi jika pria yang menghamilinya justru lari dan tidak mau bertanggungjawab sehingga dia menghadapi perasaan malu itu sendiri tanpa dibantu oleh pasangannya. Melakukan tindakan aborsi illegal karena daripada menanggung malu karena aib akibat perbuatan sendiri, lebih baik segera menggugurkan kandungannya meskipun dia tahu itu merupakan dosa. Kehamilan di luar pernikahan juga membuat remaja untuk melakukan tindakan aborsi yang tidak aman, dikarenakan tidak ada penerimaan terhadap janin yang dikandungnya. Angka kematian akibat aborsi mencapai sekitar 11 % dari angka 390 per 100.000 kelahiran hidup (Permana, 2012). Pernikahan dini berdasarkan Tafsir Al-Qur’an Tematik bahwa pernikahan dini adalah pernikahan yang salah satu pasangannya belum cukup umur. Menurut UU Nomor 1 Tahun 1974 Bab II tentang syaratsyarat perkawinan disebutkan pada Pasal 7 ayat (1), “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 tahun”, jadi pernikahan dini itu 32 menurut hukum di Indonesia, apabila calon pengantin pria belum mencapai umur 19 tahun, sedangkan calon pengantin perempuan belum mencapai umur 16 tahun. Penyakit menular seksual disebut juga penyakit masyarakat, tidak hanya menyerang secara fisik namun juga psikis dan biasanya orang yang mengidap infeksi seksual akan dikucilkan dari pergaulan (penyakit menular seksual, 2011). Hidup yang terlalu bebas dengan cara bergantiganti pacar merupakan salah satu penyebab seseorang dapat terkena infeksi menular seksual dan remaja tidak bisa mendeteksi apakah pasangannya itu memiliki perilaku yang sehat atau tidak, karena infeksi menular seksual tidak dapat dilihat (penyakit menular seksual, 2011). WHO (2007) menungkapkan bahwa jumlah penderita AIDS di dunia ada sebanyak 33.300.000 dan di Asia sebanyak 4.900.000 kasus. Penderita HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2002 sebanyak 110.000, tahun 2006 sebanyak 193.000 dan pada tahun 2007-2008 jumlah kasus ini menjadi 270.000 orang, hal ini merupakan ancaman HIV/AIDS di Indonesia menyebabkan perilaku seksual dan kesehatan reproduksi pada remaja sering terjadi (Depkes RI, 2008). Diperkirakan 20-25% dari semua infeksi HIV di dunia terjadi pada remaja (Depkes RI, 2008). 33 G. Kerangka Teori Remaja : a.Perubahan fisik: -pubertas -pertumbuhan seks primer -pertumbuhan seks sekunder Pengalaman seksual -makna seksualitas -perilaku seksual -sumber dan jenis informasi b.Psikologis: seksual -rasa ingin tahu yang besar -perubahan emosi -perubahan intelegensi Bagan 2.1 Kerangka Teori Dimodifikasi dari PKBI (2009) dan Wong (2008) BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep Berdasarkan tinjauan pustaka yang sudah diuraikan sebelumnya, bahwa masa remaja merupakan masa yang beresiko terhadap konteks seksualnya, karena masa remaja masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa. Rasa ingin tahu remaja terhadap masalah seksualitas sangat penting dalam pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis, karena dengan matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul pula dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual. Remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan yang merupakan kesempatan para remaja melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk melakukan aktifitas seksual bahkan untuk melakukan hubungan seksual (Soetjiningsih, 2004). Perubahan-perubahan itu selanjutnya akan membuat remaja mempengaruhi gambaran diri remaja tersebut termasuk seksualitasnya. Pengalaman remaja tentang seksualitas sangat bergantung pada informasi-informasi yang mereka dapat, pergaulan teman sebaya dan pada saat melihat orang lain pacaran. Oleh karena itu remaja sering menyalah gunakan informasi tersebut sehingga akan menimbulkan 34 35 prilaku seksual yang menyimpang. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui pengalaman seksualitas remaja yang akhir-akhir ini selalu digambarkan negatif oleh masyarakat sekarang. B. Definisi Istilah 1. Pengalaman seksualitas remaja merupakan sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung) oleh remaja terkait dengan ekspresi sekualitas diri dan erotisme. 2. Perilaku seksual merupakan perilaku yang melibatkan sentuhan fisik dari masing-masing anggota tubuh antara laki-laki dan perempuan dan segala yang mencakup tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Perilaku seksual tercermin dalam bentuk-bentuk tingkah laku yang beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik kepada lawan jenis seperti berkencan, bercumbu dan senggama atau bersetubuh. 3. Jenis dan sumber informasi seksualitas merupakan hal-hal yang didapat oleh remaja tentang seksualitas yang meliputi informasi media massa. Remaja merasa tertarik dengan hal yang berkaitan dengan seksualitas karena tapada tahap ini remaja mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi, yang akhirnya remaja memutuskan untuk mencari semua informasi tentang seksualitas. BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif. Penelitian kualitatif ini dapat memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran orang setempat, memperoleh penjelasan yang kaya dan bermanfaat karena penelitian kualitatif isinya adalah narasi kata-kata (Siswanto, menghasilkan data 2005 deskritif dalam Prastowo, berupa kata-kata 2010). Dengan tertulis yang disampaikan oleh partisipan yang didapatkan dengan melakukan wawancara mendalam (Moleong, 2004). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman yang pernah dialami oleh remaja dan melalui pendekatan ini peneliti berharap mendapatkan informasi yang mendalam tentang pengalaman-pengalaman seksualitas remaja. Fenomenologi merupakan suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk menjelaskan suatu fenomena, penampilan dari sesuatu yang khusus, misalnya pengalaman hidup seseorang (Streubert, 1995). Fokus utama dalam fenomenologi adalah pengalaman nyata. Hal yang akan dikaji adalah deskripsi mengenai bagaimana pengalaman orang lain dan apa maknanya bagi mereka (Saryono & Mekar, 2010). Pendekatan ini diharapkan peneliti dapat menggali informasi secara mendalam mengenai pengalaman seksualitas remaja. 36 37 B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di SMK I Nusantara Ciputat Tanggerang Selatan. Berdasarkan studi pendahuluan didapatkan hampir 70% siswa-siswi di SMK Nusantara Ciputat telah melakukan tindakan pacaran. Penelitian ini telah dilaksanakan selama bulan Agustus sampai bulan Oktober 2012. Peneliti mengambil data penelitian pada saat siswa-siswi tidak sedang dalam proses belajar disekolah, sehingga tidak mengganggu aktifitas sekolah dan partisipan bisa lebih fokus kepada pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. C. Partisipan Partisipan dalam penelitian ini adalah remaja yang duduk di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan diwawancarai secara langsung oleh peneliti tanpa ada orang yang mempengaruhi peneliti. Pemilihan partisipan ini dilakukan dengan prinsip kesesuain (appopriateness) dan kecukupan (adequancy). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik Snowball, yaitu dengan cara menghubungi siswa dan siswi yang pernah menjadi partisipan pada saat studi pendahuluan, dan meminta rekomendasi satu orang temannya untuk dijadikan partisipan dalam penelitian ini, dan selanjutnya meminta rekomendasi kembali kepada pasrtisipan satu dan seterusnya. 38 1. Partisipan utama Partisipan dalam penelitian ini adalah remaja dengan rentang usia 14 sampai 17 tahun di SMA Nusantara Ciputat dengan jumlah 6 orang, dengan kriteria : a. Remaja yang dapat berkomunikasi dengan baik, sehinga dapat menjawab pertanyaan dari peneliti b. Remaja yang pernah berpacaran minimal lebih dari satu kali 2. Partisipan Pendukung Partisipan pendukung dalam penelitian ini adalah Guru BP di SMA Nusantara Ciputat yang berjumlah 1 orang. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan teknik wawancara mendalam (indept interview) yang dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan Oktober 2012 dengan pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya. 2. Tahap Pengumpulan Data a. Tahap persiapan pengumpulan data Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus izin terlebih dahulu kepada pihak sekolah dan telah dilakukan pada saat melakukan studi pendahuluan. 39 Selanjutnya peneliti mengadakan pertemuan dengan partisipan utama untuk menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian. b. Prosedur pengumpulan data Pada saat melakukan pengumpulan data, sebelum peneliti menghubungi partisipan yang telah menjadi sampel pada saat melakukan studi pendahuluan untuk meminta satu siswa atau siswi untuk menjadi partisipan pertama pada penelitian ini. Peneliti menghubungi partisipan pertama dan menjelaskan maksud dan tujuan peneliti, selanjutnya peneliti meminta kontrak waktu untuk melakukan wawancara. Maleong (2001) dijelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud untuk maksud tertentu. Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secara jelas dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Pada saat dilakukan wawancara peneliti berhadapan langsung dengan partisipan untuk mendapatkan informasi yang sangat jelas dan peneliti dapat menggali jawaban dari partisipan. Selain itu, peneliti menggunakan metode wawancara yang tidak terstruktur, karena peneliti ingin mengajukan pertanyaan yang lebih 40 luas dan lebih leluasa dan ingin menggali lebih dalam pengalaman yang dialami oleh partisipan. Wawancara mendalam merupakan wawancara semiterstruktur dan berlangsung selama paling tidak satu jam dan bertujuan untuk mengumpulkan deskripsi yang mendalam dari semua responden (West & Turner, 2008). Hal-hal yang mempersiapkan harus wawancara diperhatikan mendalam, dalam yaitu; 1) memastikan bahwa alat-alat yang diperlukan benar-benar telah disiapkan; 2) menghubungi partisipan; 3) menepati waktu sesuai dengan yang telah disepakati dengan partisipan; 4) kemukakan pertanyaan ringan sebagai pembuka dan selanjutnya disesuaikan dengan pertanyaan yang lebih penting; 5) upayakan menjadi pendengar yang baik dan mengupayakan sikap-sikap adaptif; dan 6) mengakhiri wawancara mendalam dengan apresiasi tinggi (Pawito, 2007). Wawancara juga didasarkan oleh pedoman wawancara yang sebelumnya telah disiapkan peneliti, sehingga pertanyaan menjadi sistematis menyimpang jauh dari apa yang akan diteliti. dan tidak 41 E. Instrumen penelitian Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, bagaimana cara mendapatkan hasil yang baik tergantung peneliti dalam mengelola atau memperdalam suatu data. Instrumen tambahan dari penelitian ini adalah pedoman wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakan alat untuk mencatat dan alat perekam (tape recorder/handphone) F. Validasi Data 1. Kredibilitas (Creadibility) Kredibilitas merupakan kriteria untuk memenuhi nilai kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian yaitu: a. Memperpanjang engagement), masa pengamatan memungkinkan (prolonged peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, dapat menguji informasi dari responden dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti. b. Pengamatan yang terus-menerus (persistent observation) c. Triangulasi 1) Triangulasi Sumber Triangulasi sumber dilakukan dengan cara cross-check data dari sumber yang berupa partisipan 42 berbeda-beda. Datanya harus memperkuat atau tidak ada kontradiksi dengan yang lainnya. 2. Transferabilitas (Transferabitity) Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain dengan subyek lain yang memiliki tipologi yang sama. Penelitan tentang seksualitas dengan partisipan remaja memungkinkan untuk dilakukan penelitian ditempat lain dengan karakteristik remaja yang sama. 3. Dependabilitas (Defendability) Dependabilitas yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Kriteria ini dapat digunakan untuk menilai apakah proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak. Peneliti dalam melakukan pengumpulan data kepada semua partisipan dilakukan pemeriksaan kembali data yang diperoleh dengan terus menghubungi partisipan untuk mendapatkan suatu data yang lebih mendalam dan dilakukan pengecekan ulang kembali kepada partisipan tentang hal-hal yang menjadi pertanyaan peneliti. 43 4. Konfirmabilitas (Konfirmability) Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif (Saryono & Mekar, 2010). Peneliti dalam mengumpulkan data dilakukan pengecekan ulang kembali, dengan tujuan mendapatkan hasil yang akurat dan terbukti kebenaran. Pada saat melakukan penelitian peneliti melakukan pertemuan kembali dengan partisipan untuk mengulang data yang didapat peneliti. G. Analisa Data Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana pengalaman remaja terhadap seksualitas. Analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik Colaizzi (1978). Langkah-langkah analisis data berdasarkan Colaizzi (1978) dalam Streubert (2003), meliputi: 1. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena yang diteliti yaitu pengalaman seksualitas remaja. 44 2. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai pengalaman pengalaman seksualitas meliputi makna seksualitas remaja, perilaku seksual remaja serta sumber dan informasi seksualitas pada remaja. Data yang dianggap penting kemudian dilakukan pengkodean data. 3. Membaca semua gambaran semua informan secara berulangulang dari fenomena yang dialami partisipan mengenai pengalaman partisipan terhadap seksualitas sampai diperoleh pemahaman yang benar 4. Mengulang catatan asli dan kutipan pertanyaan penting dengan mengelompokkan kata kunci dari para partisipan mengenai pengalaman partisipan terhadap pengalaman seksualitas 5. Mengatur kumpulan membentuk pegertian dari kelompok tema dengan membuat kategori-kategori. 6. Peneliti kemudian menulis gambaran tempat dan merumuskan tema. 7. Selanjutnya mengintegrasi hasil analisis ke dalam bentuk deskriptif 8. Peneliti mengulang validasi data ke partisipan atas gambaran yang diberikan untuk mengklarifikasi data hasil penelitian 9. Jika data baru ditanyakan selama validasi, gabungkan sehingga menjadi gambaran yang lengkap ( Streubert dan Carpenter, 2003). 45 Memiliki gambaran yang jelas tentang fenomena yang diteliti Menggabungkan data yang baru diperoleh saat dilakukan validasi Mencatat data yang diperoleh (hasil wawancara) Kembali ke responden untuk klarifikasi data hasil penelitian Membaca transkrip secara berulang-ulang Mengintegrasikan hasil analisis ke dalam bentuk deskriptif Mengelompokkan kata kunci Membuat kategori-kategori Merumuskan tema Tabel 4.1 Teknik analisa data Sumber: Colaizzi ,1978, dalam Streubert & Carpenter, 1999, dalam Saryono & Mekar, 2010 H. Etika Penelitian Pada penelitian ini, peneliti meyakinkan bahwa responden perlu mendapat perlindungan dari hal-hal yang merugikan selama penelitian, dengan memperhatikan aspek-aspek self determination, privacy, anonymity, confidentially dan protection from discomport 46 (Polit, 2006). Peneliti juga membuat Informed consent sebelum penelitian dilakukan. a. Self Determination Partisipan diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak mengikuti kegiatan penelitian dengan sukarela, setelah semua informasi yang berkaitan dengan penelitian dijelaskan dengan menandatangani Informed Consent yang telah disediakan. Pada saat peneliti memulai wawancara, sebelumnya peneliti menanyakan apakan partisipan bersedia untuk dilakukan wawancara atau tidak. b. Privacy Peneliti juga menjaga kerahasiaan atas informasi yang diberikan responden untuk kepentingan penelitian. Nama responden akan dirahasiakan sebagai ganti digunakan nomor responden. c. Anonymity Pada saat peneliti menanyakan nama partisipan, peneliti memberitahukan bahwa nama yang akan terpampang di kertas Informed consent adalah nama inisial saja. d. Confidentially Peneliti menjadi kerahasiaan identitas responden dan informasi yang diberikan. Semua catatan dan data responden disimpan sebagai dokumentasi penelitian. BAB VI PEMBAHASAN A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi 1. Makna seksualitas pada remaja Seksualitas memiliki makna yang lebih luas mencakup daya tarik seksual dan karakteristik yang bersifat biologis maupun sosial, seksualitas bersentuhan dengan wilayah sosial yang mengkonstruksi sifat, karakter, perilaku sosial dari masing-masing jenis kelamin (Munfarida, 2009). Seksualitas salah satu isu kesehatan yang essensial dan menjadi sesuatu yang kurang diketahui bagi remaja sehingga pelayanan kesehatan seksual masih dihindari dikarenakan ketidaknyamanan remaja untuk membicarakannya dan merupakan sesuatu hal yang masih tabu (Berg, 2001). Perkembangan seksualitas remaja diawali ketika terjalinnya interaksi antar lawan jenis, baik itu interaksi antar teman maupun interaksi ketika berkencan (Taufik & Anganthi, 2005). Sarwono (2005) menjelaskan bahwa karakteristik seksualitas remaja mencakup pada karakteristik seksual primer dan sekunder. Seiring dengan pertumbuhan primer dan sekunder pada remaja, selanjutnya muncul hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan seksualnya. Hal tersebut merupakan suatu yang wajar pada remaja, karena secara alamiah dorongan seksual ini memang harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi mempertahankan keturunan (Mu’tadin, 2010). 57 58 Hasil penelitian ini melaporkan beberapa makna seksualitas bagi remaja merupakan suatu hubungan intim. Hal ini sesuai dengan penjelasan Jackson dan Scoot dalam Munti (2005) menyatakan bahwa seksualitas sebagai suatu fenomena psikologis dan biologis manusia. Selanjutnya Munti (2005) memaparkan kembali bahwa seksualitas secara umum memiliki makna yang lebih luas, meliputi hasrat-hasrat erotis, praktik-pratik dan identitas-identitas erotis yang mencakup perasaan-perasaan dan hubungan seksual. Sebuah revolusi global seksualitas dalam konteks ini terjadi diwilayah intim. Makna seksualitas dalam penelitian ini hanya mengarah pada aspek biologis yaitu yang berkaitan dengan reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual saja bukan mencakup keseluruhan, seperti halnya menurut Munfarida (2009) menyatakan bahwa seksualitas memiliki makna yang lebih luas yang mencakup daya tarik seksual dan karakteristik yang bersifat biologis maupun sosial, seksualitas bersentuhan dengan wilayah sosial yang mengkonstruksi sifat, karakter, perilaku sosial dari masing-masing jenis kelamin. Hal ini juga sesuai dengan beberapa dimensi seksualitas yaitu, dimensi biologis, dimensi psikososial, dimensi perilaku, dimensi sosial dan dimensi Kultural. Dimensi biologis yang berkaitan dengan reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi. Dimensi psikososial yang erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual, identitas peran atau jenis yang meliputi faktor psikis yaitu emosi, pandangan, dan kepribadian, yang berkolaborasi dengan 59 faktor sosial, yaitu bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungannya secara seksual. Dimensi sosial yang dilihat yaitu bagaimana seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seksual. Dimensi perilaku yang menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku seksual, yaitu perilaku yang muncul berkaitan dengan dorongan atau hasrat seksual. Dimensi kultural menunjukan perilaku seksual menjadi budaya yang ada di masyarakat dan menekankan pada konstruksi kultural terhadap seksualitas yang menjadikan makna dan norma-norma seksualitas berbeda dari budaya yang satu dengan budaya yang lain. Dimensi klinis menangani persoalan-persoalan fisik seperti penyakit, trauma dan masalah-masalah perasaan atau psikis, seperti kecemasan, rasa bersalah, malu, depresi dan konflik, yang dapat mengganggu fungsi reproduksi dan seksualitas (Kesrepro, 2010; Negara, 2007 & PKBI, 2000). Seks dan seksualitas seharusnya dibedakan, seks merupakan hal yang mencakup alat kelamin dan seksualitas merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keperibadian sebagai laki-laki atau sebagai perempuan, dan seks merupakan bagian dari seksualitas (Hadiwardoyo, 2010). Seksualitas selalu terpaut dengan status manusia sebagai bagian inti keluarga dan manusia yang memiliki fungsi seksual dalam arti yang mendasar dan tidak hanya diindentikan pada lingkup hubungan seksual. Seksualitas selalu ditempatkan dalalm konteks seluruh pribadi manusia sebagai makhluk yang memiliki badan, jiwa dan roh yaitu bagaimana cara 60 menjalin hubungan dengan sesama dan cara bereaksi terhadap sesama (Chang, 2009). PKBI (2010) menyatakan bahwa seksualitas merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang kehidupan manusia, dimulai dari saat lahir sebagai bayi hingga secara fisik menjadi mandiri, lepas dari ibunya dan akan berakhir ketika seorang meninggal dunia. Ilmu yang mempelajari seksualitas adalah seksologi yang terdiri dari aspek sosial budaya, biologis, klinis, psikososial, dan perilaku. Seksualitas merupakan bagian dari kehidupan manusia, baik pria maupun perempuan. Pemahaman holistik tentang seksualitas merumuskan kembali seksualitas sebagai suatu kekuatan hidup yang penting, yang bersifat organik dan melekat kepada totalitas pribadi seseorang, filsafat holistik menegaskan bahwa pengungkapan seksualitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, tidak hanya melalui alat kelamin saja, seksualitas juga dapat diungkapkan melalui peran sosial, peran gender, dan peran keluarga. Misalnya afeksi, kasih, dan keakraban yang bersifat non-genital (bukan alat kelamin) memang diungkapkan juga secara erotis, sensual, dan genital (Krabil, 2008). Hal ini sesuai dengan beberapa dimensi seksualitas yaitu, dimensi biologis, dimensi psikososial, dimensi perilaku, dimensi sosial dan dimensi cultural. Dimensi biologis yang berkaitan dengan reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual (Kesrepro, 2010; Negara, 2007 & PKBI, 2000). Makna seksualitas lainnya dalam penelitian ini merupakan suatu rangsangan. Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan Chang (2009) 61 mengungkap bahwa seksualitas merupakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan perasaan, fantasi seksual, rangsangan-rangsangan serta hubungan persebadanan untuk kesenangan atau mengahasilkan keturunan. Ambiguitas seksualitas terletak pada pelayanan terhadap kelahiran, serta pelayanan terhadap perwujudan cinta kasih antara suami istri. Sesuai dengan tahapan seksual yang meliputi hasrat, eksitasi, plateau, orgasme dan resolusi. Eksitasi merupakan hasrat seks dengan terangsang. Dua orang yang tertarik satu sama lain akan merasakan keterangsangan menjalar ditubuh mereka (Kesrepro, 2008). Wujud rangsangan juga bervariasi meliputi khayalan, bau, suara, dan fisik seperti sentuhan dan belaian (Heffner dan Schust, 2005). 2. Perilaku seksual pada remaja Rasa ingin tahu remaja terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis, karena dengan matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul pula dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual. Remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan yang merupakan kesempatan para remaja melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk melakukan aktifitas seksual bahkan untuk melakukan hubungan seksual (Soetjiningsih, 2004). Perilaku seksual merupakan perilaku yang melibatkan sentuhan fisik dari masing-masing anggota tubuh antara laki-laki dan perempuan dan segala yang mencakup tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik 62 dengan lawan jenis maupun sesama jenis (Noor, 2004). Perilaku seksual tercermin dalam bentuk-bentuk tingkah laku yang beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik kepada lawan jenis seperti berkencan, bercumbu dan senggama atau bersetubuh (Mu’tadin, 2010). Perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja dalam penelitian ini meliputi berpegangan tangan, berciuman, sentuhan dan oral seks. Hal-hal yang dasar seperti berpegangan tangan merupakan awal untuk melakukan aktivitas yang lain. Hal itu sesuai dengan salah satu bentuk perilaku seksual menurut Wahyudi dalam Purnawan (2004), yang menyatakan bahwa berpegangan tangan merupakan aktivitas yang tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksual yang kuat namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba aktivitas yang lain. Irawati (2002) juga memaparkan bahwa remaja melakukan berbagai macam perilaku seksual yang beresiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yang dimulai dari berpegangan tangan. Penelitian dari BKKBN (2005) memaparkan perilaku seksual remaja meliputi, berpegangan tangan (16%), berpelukan (13%), mencium pipi (12%). Perilaku yang sudah menjurus pada hubungan seks awal (foreplay) meliputi cium pipi (9%), necking (mencium leher) (9%), meraba organ seksual (4%), petting (2%) dan hubungan seksual (1%). Hal itu menunjukan bahwa berpegangan tangan merupakan perilaku seksual yang sering dilakukan oleh remaja dengan persentase 16%. Partisipan telah melakukakan perilaku seksual sejak di bangku SMP yang meliputi cium bibir, Salah satu partisipan utama mengungkapkan bahwa pernah, mencium dada, meraba-raba dada perempuan dan oral seks. Hal tersebut dilakukan atas kesepakatan bersama kedua belah pihak. 63 Perilaku seksual yang terjadi dipengaruhi oleh perilaku-perilaku teman sebayanya agar tidak merasa ditolak dan dibaikan oleh teman sebayanya. Soetjiningsih (2006) memaparkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja adalah hubungan remaja dengan orang tuanya, tekanan negatif kelompok sebaya, pemahaman tingkat agama dan penerimaan informasi dari berbagai media tentang seksualitas yang mempengaruhi perilaku seksual. Salah satu aspek paling kritis dalam masa remaja adalah menyangkut pergaulan, baik pergaulan sesama jenis maupun lawan jenis, jika tidak berhati-hati dalam bertindak, maka pergaulan remaja akan menjurus ke hal-hal yang negatif seperti perilaku seksual yang menyimpang. Perilaku seksual tidak terjadi dengan sendirinya melainkan di motivasi oleh faktor-faktor internal yang tidak dapat diamati secara langsung (tidak kasat mata), sehingga individu tergerak untuk melakukan perilaku seksual yang bebas. Motivasi merupakan penggerak perilaku. Motivasi tertentu akan mendorong seseorang untuk melakukan perilaku tertentu pula. Pada seorang remaja, perilaku seksual bebas dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan didominasi oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya, tanpa disertai komitmen yang jelas atau karena pengaruh kelompok. Remaja ingin menjadi bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh kelompoknya, dalam hal ini kelompoknya telah melakukan perilaku seksual bebas. Faktor lain yang dapat mempengaruhi seorang remaja melakukan seks bebas karena didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahui. Ini merupakan ciri-ciri remaja pada 64 umumnya. Remaja ingin mengetahui banyak hal yang hanya dapat dipuaskan serta diwujudkannya melalui pengalaman mereka sendiri (Sarwono, 2008). 3. Sumber dan informasi seksualitas pada remaja Remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam mencari sumber informasi terkait dengan seksualitas cenderung didapatkan dari berbagai macam media, diantaranya media internet, majalah, koran, telepon genggan dan media televisi. Pada penelitian ini memaparkan bahwa remaja mendapatkan informasi meliputi media dan teman sebaya. Rokhmawati (2008) memaparkan bahwa paparan media massa, baik cetak maupun elektronik mempunyai pengaruh terhadap remaja untuk melakukan perilaku seksual yang menyimpang. Hal ini mengakibatkan remaja cenderung menggunakan media informasi elektronik secara negatif, padahal dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik pasal 4 menyebutkan bahwa informasi yang didapatkan bertujuan untuk, mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia; mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat; meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik; membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab; dan memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi. 65 Informasi seksualitas dari media massa (baik cetak maupun elektronik) yang cenderung bersifat pornografi dan pornoaksi dapat menjadi referensi yang tidak mendidik bagi remaja, karena remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru yang dilihat dan didengarnya dari media massa tersebut, maka dari itu sumber yang lain baik dan bertanggung jawab diperlukan oleh remaja, agar remaja tidak salah dalam mendapatkan informasi. Orang yang memberikan informasi berupa video porno ke dalam media elektronik internet merupakan tindakan yang tidak boleh dilakukan, hal ini sesuai Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 27 ayat 1, yaitu setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. Media televisi seperti iklan, infotainment, hiburan/musik, dan film mempunyai kontribusi terhadap perilaku seksual dikalangan remaja. Media lain seperti majalah, buku, internet, dan VCD ternyata juga mempunyai andil yang besar terhadap perubahan perilaku seksual dikalangan remaja. Disarankan kepada orang tua dan pendidik (guru) kiranya, sejak dini memberikan bimbingan, pengawasan dan pelajaran kepada anak-anaknya dari pengaruh buruk media. Pemilik TV swasta hendaknya menyiarkan acara-acara yang memiliki nilai pendidikan (Purba, 2004). Berdasarkan hasil penelitian Kenneavy et al. (2006) media massa adalah sumber informasi yang sangat penting dalam memberikan informasi mengenai perilaku seksual kepada remaja. Pengaruh yang kuat antara media massa dan perkembangan remaja juga telah dijelaskan oleh hasil penelitian 66 yang dilakukan oleh Baumgardner et al. (2004) yaitu, perilaku kekerasan yang diperoleh dari media massa (video game, televisi, film dan internet) merupakan kontributor utama dalam menciptakan sikap agresif dan perilaku kekerasan dalam kehidupan sehari-hari. Suryoputro (2006) yang memaparkan remaja mendapatkan suatu pendapat atau saran tentang seks dari teman sebayanya, remaja cenderung menerima, karena remaja itu mempunyai ketakutan atau kecemasan bila tidak melakukannya akan di asingkan dalam suatu kelompok tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Gunarsa (2004) bahwa bila suatu kelompok remaja sudah menuntut hak bertindak kolektif yang membatasi kebebasan individu, maka hilanglah kesempatan emansipasi dalam kelompok. Dalam kelompok-kelompok dengan kohesi yang kuat, berkembang norma-norma kelompok mementingkan perannya sebagai tertentu, remaja akan lebih anggota kelompok daripada mengembangkan pola dirinya sendiri. Menurut Santrock (2007) fungsi utama dari teman sebaya yaitu memberikan sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar keluarga, sehingga hubungan dengan teman sebaya yang baik dapat membawa anak ke perilaku yang baik dan begitu sebaliknya. Dampak negatif dari kelompok teman sebaya dan media massa yaitu dapat membawa remaja terlibat dalam kenakalan remaja seperti terlibat narkoba, free seks, tawuran serta ketidakmampuan untuk membina hubungan yang baik dengan orang lain (Santrock 2007; Goleman 2007). Pengaruh negatif dari teman sebaya dan media massa yang besar menuntut setiap individu 67 agar dapat menguasai keterampilan-keterampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar (Desmita, 2009). Bester (2007) memaparkan bahwa kurangnya waktu luang remaja untuk berinteraksi dengan lingkingannya dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan sosial dan kepribadian remaja karena kelompok teman sebaya akan menciptakan lingkungan sosial yang mengajar dan mengasah tanggung jawab sosial. Meijs (2010) juga memaparkan bahwa interaksi yang positif dengan teman sebaya dapat membantu remaja membangun perasaan menjadi anak populer dan kemudian berdampak pada tindakan prososial seperti kemampuan memecahkan masalah sosial, membangun hubungan pertemanan, dan memiliki perilaku sosial yang positif. White (2010) menyebutkan bahwa remaja yang memiliki tingkat agresivitas tinggi dengan teman sebaya akan lebih mudah terlibat dalam perilaku seksual Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2009) pada remaja fase akhir, menyebutkan bahwa keterampilan sosial yang dimiliki oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh keikutsertaannya dalam organisasi. Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruhidawati (2005) menunjukkan bahwa sebagian besar remaja lebih memilih menghabiskan waktunya dengan kelompok teman sebayanya dan menceritakan masalah yang dihadapi dengan kelompok teman sebaya daripada dengan orang tua (Ghozali, 2004). Informasi seksual yang benar dapat berfungsi sebagai instrument pencegahan pernikahan dini sekaligus berfungsi sebagai alat propaganda program keluarga berencana (KB) yang murah, namun efektif. Sebagai contoh, penjelasan tentang bahaya pernikahan dini atau kehamilan dini dan 68 penerangan tentang usia ideal untuk menikah akan mendorong para remaja menunda pernikahan dini karena menyadari kekeliruan yang berpotensi mengancam kesehatan, baik bayi yang mereka lahirkan maupun mereka sebagai orang tua (Surbakti, 2009). Informasi dan sumber yang didapatkan semua partisipan tidak memaparkan bahwa informasi yang mereka dapat berasal dari orangtua. Padahal Bilamana orang tua mampu memberikan pemahaman mengenai perilaku seksual kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya cenderung mengontrol perilaku seksualnya itu sesuai dengan pemahaman yang diberikan orang tuanya. Hal ini terjadi karena pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri. Kesulitan yang timbul kemudian adalah apabila pengetahuan orang tua kurang memadai menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks anak. Akibatnya anak mendapatkan informasi seks yang tidak sehat. Pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma atau peraturan yang berlaku di masyarakat, mencakup apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2008). 69 B. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan yang peneliti temukan dalam proses penelitian tentang pengalaman seksualitas remaja antara lain: 1. Proses wawancara mendalam kepada partisipan cukup sulit untuk mendapat kepercayaan, karena hal-hal yang ditanyakan merupakan hal yang bersifat pribadi. 2. Kontrak waktu kepada partisipan cukup sulit untuk melakukan proses pengumpulan data, karena partisipan mempunyai kewajiban untuk sekolah. 3. Membina hubungan saling percaya kepada partisipan cukup sulit, karena pada awal wawancara, peneliti telah memaparkan bahwa yang akan peneliti tanyakan merupakan seputar seksualitas. 4. Proses menganalisa data dalam penelitian kualitatif cukup sulit untuk mendapatkan tema, kategori dan sub tema yang didapat dari hasil wawancara mendalam. BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini menghasilkan 3 tema, yaitu : 1) makna seksualitas pada remaja; 2) perilaku seksual pada remaja dan 3) sumber dan informasi pada remaja. Makna seksualitas berdasarkan ungkapanungkapan remaja merupakan suatu hubungan seksual antara laki-laki dan perempuan dan suatu rangsangan. Perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja siswa atau siswi SMK I Nusantara ciputat meliputi 1) berpegangan tangan; 2) pelukan; 3) merangkul; 4) cium pipi; 5) berciuman bibir, mencium dada, sentuhan bahkan sampai Oral seks. Sumber dan jenis informasi yang didapat dan sering didapatkan oleh remaja siswa atau siswi SMK I Nusantara Ciputat adalah media internet, televisi, majalah dan handphone, selain itu dari pergaulan teman sebaya mereka mendapat informasi tentang seksualitas. 71 72 B. Saran 1. Bagi SMK I Nusantara Ciputat a. Memberikan materi khusus tentang Seksualitas mencakup makna, perilaku seksual, dampak dan akibat perilaku seksual menyimpang b. Memberikan peringatan tegas kepada siswa/siswi yang mempunyai sarana seksualitas yang negatif, seperti video porno dalam telepon genggam c. Mangadakan workshop tentang pendidikan seksual secara rutin d. Meningkatkan pembelajaran yang lebih religious, seperti acara keputerian 2. Peneliti selanjutnya Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan untuk dilakukan penelitian mengenai seksualitas dengan melakukan pendekatan kepada partisipan dengan cara bergaul dengan remaja agar data yang didapat lebih banyak dan akurat 3. Institusi pendidikan Penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan terkait seksualitas remaja terutama pada bidang keperawatan maternitas. 73 4. Pelayanan kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran bagi perawat atau tenaga kesehatan lain terutama masalah-masalah yang berkaitan dengan kesehatan seksual remaja yang selama ini masih dianggap tabu baik oleh masyarakat maupun tenaga kesehatan itu sendiri dan masih belum banyak mendapatkan perhatian. Hasil penelitian ini juga berguna bagi perawat sebagai landasan dalam memberikan promosi kesehatan seksual remaja. DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2003 Andi Prastowo. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif. Jogjakarta : DIVA Press. 2010 Berg, Judith. Dimensions of Sexuality in the Perimenipausal Trasitions: A Model a Practice. Jurnal. 2001 BKKBN. Perasaan dan Harapan Remaja Memasuhi Masa Pubertas. http://ceria.bkkbn.go.id/ceria/penelitian/detail/351. 2001, diakses pada tanggal 7 Februari 2012 Chang, William. Bioetika. Kanisius:Yogyakarta.2009 Demartoto, Argyo. Seks, Gender dan Seksualitas. Jurnal. 2006 Departemen Kesehatan. Profil Kesehatan kepulauan Riau. Jakarta: Depkes RI. 2007 ___________________.Capacity Buiding Bagi Konselor Sebaya dan Pengelola Program Kesehatan Remaja. Jakarta: Depkes RI. 2005 ___________________. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI. 2011 Endarmoko, Edo. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.2006 Ghozali, LF. Pengaruh Teman Sebaya dan Media Massa terhadap Perilaku seksual .2011 Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (alih bahasa Istiwidayati dan Soedjarwo). Jakarta : Erlangga. 2004 Heffner, Linda J & Schust Danny J. Sistem Reproduksi ed. 2. Boston. 2005 KPAI. Perkawinan Dini Menyebabkan Tingginya Perceraian. http://www.kpai.go.id/publikasi-mainmenu-33/beritakpai/73-perkawinandini-penyebab-tingginya-angka-perceraian.html. 2007, diakses pada tanggal 23 Desember 2011 ______Anak Hasil Nikah Siri Rentan Eksploitasi. http://www.kpai.go.id/homemainmenu-1/88-anak-hasil-nikah-siri-rentan-eksploitasi.html?date=2018-0201.2008, diakses pada tanggal 16 Desember 2011 Imran, Noor. Relasi Seksual dan Isu Gender. Jakarta: Fisip UI. 2004 Irawati dan Prihyugiarto Irwan. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pria Nikah Pada Remaja Di Indonesia: BKKBN. 2005 Jayadi, Ahkam. Perlindungan konsumen dan Pemberdayaan Perempuan. Di akses dari http://www.kesrepro.info/?q=taxonomy/term/1&page=51. 2007, pada tanggal 08 Januari 2012 Kuntari, Titik. Prinsip-Prinsip Pengobatan dalam Islam. Jurnal. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia diakses dari http://medicine.uii.ac.id/upload/klinik/elearning/ikm/prinsip-prinsippengobatan-dalam- islam-fkuii-tk.pdf . 2007, pada tanggal 07 Januari 2012 Krabil, Hesberger Anne. Seksualitas Pemberian Allah. PT.BPK Gunung Mulia: Jakarta. 2008 Moleong, L J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja. 2004 Martono, Lydia Harlina, dan Satya Joewana. Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah. Jakarta: Balai Pustaka (Persero). 2006 Munfarida, Elya. Kritik dan Wacana Seksualitas Perempuan. Jurnal. 2009 Mu’tadin, Z. Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.Yogyakarta: Andi Offset. 2002 Munti, Ratna Batara. Demokrasi Keintiman: Seksualitas di Era Global. LKIS: Yogyakarta.2005 Melliana, Anastasia. Menjelajah Tubuh Perempuan dan Mitos Kecantikan. Yogyakarta: LKIS. 2006 Negara, Made Oka. Mengurai Persoalan Kehidupan Seksual dan Reproduksi Perempuan. Jurnal. 2007 PKBI. Perkembangan Seksualitas Remaja. BKKBN: Jakarta. 2009 Santrock, JW. Adolescence: Perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga. 2003 Sarwono, W. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali. 2005 Synovate. Perbandingan Antara Pengaruh Layanan Informasi dan Konseling Terhadap Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja. Jurnal Penelitian Kesehatan. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1110715.pdf. 2010 Sudibio. Tingkat Pengetahuan dan Sikap remaja SMA Santo Thomas Mengenai Seks Bebas. Skripsi. Universitas Sumatra Utara. 2008 Soetjiningsih. Tumbuh Kembang dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto. 2004 Taufik & Anganthi, Nisa. Seksualitas Remaja: Perbedaan Seksualitas Antara Remaja yang Tidak Melakukan Hubungan Seksual dan Remaja yang Melakukan Hubungan Seksual. Jurnal. 2005 UNAIDS. Mari Bergabung Menanggulangi HIV/AIDS di Indonesia. http://data.unaids.org/Topics/Partnership-Menus/PDF/indonesiacover-id.pdf. 2004 ________. International Technical Guidance on Sexuality Education: An evidenceinformed approach for schools, teacher and healtheducators. Geneva: UNAIDS. 2009. Purba, Robo Alexander. Dampak Media Televisi Terhadap Perilaku Seksual Remaja Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2004. Skripsi. 2004. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/33319 diakses pada tanggal 16 Juli 2012 Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta. 2007 Purnomo, Aloys Budi. Agama dan Kekerasan pada Perempuan. Diakses dari http://www.kesrepro.info/?q=taxonomy/term/1&page=51. 2007, pada tanggal 07 Desember 2010 Purnawan, Iwan. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual pada Anak Jalanan di Stasiun Kereta Api Lempuyangan Jogjakarta. Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran UGM. 2004 Permana, Herri. Seks Remaja dan http://www.aborsi.org/artikel.htm aborsi. 2012 dikutip dari Saryono dan Mekar, Dwi Anggraeini. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika. 2010 Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo. 2002 Stright, Barbara R. Keperawatan Ibu- Bayi baru lahir. Jakarta: EGC. 2005 Suryoputro, dkk. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja di Jawa Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan dan Layanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi. 2006 Yudantara, I ketut Gede. Mengubah Ketidakpastian Menjadi Kekuatan. PT Elek Media Komputindo: Jakarta. .2006 West, Richard & Turner, H Lynn. Introducing Communication Theory : Analysis and Aplication. Jakarta: Salemba. 2008 Wong, L Donna. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik ed 6. Jakarta: EGC. 2009 xiv PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM Guru BP Pengantar : Dengan hormat, Sebelumnya Saya mengucapkan terima kasih atas kesedian Bapak/Ibu Guru SMK Nusantara Ciputat untuk menjadi partisipan dalam peneltian Saya. Jawabanjawaban yang Bapak/Ibu berikan akan menjadi data dalam penelitian Saya, dan Bapak/Ibu bisa menjawab sesuai hal yang pernah terjadi di SMK Nusantara Ciputat ini. Untuk memudahkan Saya dalam melakukan wawancara, Saya akan menggunakan alat bantu yang berupa alat perekam. A. Identitas Pewawancara 1. Nama pewawancara : 2. Tanggal wawancara : 3. Waktu wawancara : 4. Tempat wawancara : B. Indentitas Partisipan 1. Nama : 2. Usia : 3. Jenis kelamin : 4. Agama : 5. Posisi pekerjaan : C. Pengalaman seksualitas siswa/siswi SMA Nusantara Ciputat 1. Berapa banyak yang Bapak/Ibu ketahui siswi SMA Nusantara Ciputat yang melakukan pacaran? 2. Dalam 10 tahun terakhir, adakah siswi SMA Nusantara Ciputat yang dikeluarkan dari Sekolah ini akibat tindakan seksual? 3. Apakah Bapak/Ibu pernah memanggil/mengintrogasi siswi SMA Nusantara Ciputat, karena melakukan tindakan pacaran yang terlalu berlebihan? 4. Kalau ada, bagaimana Bapak/Ibu atau sekolah ini menyikapinya? 5. Apa yang Bapak/Ibu ketahui mengenai seksualitas? 6. Biasanya apa yang dilakukan siswi SMK Nusantara Ciputat pada saat pacaran? PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM Remaja Pengantar : Dengan hormat, Sebelumnya Saya mengucapkan terima kasih atas kesedian Anda untuk menjadi partisipan dalam peneltian Saya. Jawaban-jawaban yang Anda berikan tidak ada yang salah dan bersifat bebas sehingga Anda bisa menjawab sesuai pengalaman dan hal yang pernah terjadi pada Anda. Untuk memudahkan Saya dalam melakukan wawancara, Saya akan menggunakan alat bantu yang berupa alat perekam. A. Identitas Pewawancara 1. Nama pewawancara : 2. Tanggal wawancara : 3. Waktu wawancara : 4. Tempat wawancara : B. Indentitas Partisipan 1. Nama : 2. Usia : 3. Agama : C. Pengalaman seksualitas 1. Apa yang Kamu ketahui tentang Seksualitas? 2. Apa saja yang termasuk perilaku Seksual? 3. Informasi apa yang sering Kamu dapatkan/cari mengenai seksual? 4. Biasanya, Kamu mendapatkan informasi tersebut dari mana? 5. Dari yang Kamu sebutkan mengenai perilaku seksual, yang biasanya Kamu lakukan bersama teman/ pacar Kamu apa saja? ANALISA TEMATIK Informan No Pernyataan Signifikan Kategori Sub Tema Tema P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 1 Suatu hubungan intim, yang Hubungan Intim Makna seksualitas dilakukan oleh pasangan lawan jenis √ √ √ √ pada remaja perempuan dan laki-laki. 2 Suatu rangsangan untuk berbuat Rangsangan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ yang tidak-tidak, rangangan untuk berhubungan seksual, 4 Berpegangan tangan , pegangan Pegangan Perilaku seksual tangan sama tangan dia, tangan saling tangan pada remaja √ √ √ menempel, bergandengan tangan 5 Mencium pipi palingan kak,, 6 Saya berciuman bibir saat pas waktu Cium pipi Berciuman √ √ SMP kak 7 Saya pernah melakukan cupang, Cium dada √ Sentuhan √ Oral seks √ cupang itu melakukan ciuman, tapi lebih dari ciuman bibir, bisa didada,dimana saja anggota tubuh lain 8 Saya pernah melakukan grepe, grepe itu menyentuh dada perempuan, 9 Saya pernah melakukan spongan, spongan itu mengisap alat kelamin laki-laki kak,, 8 Saya dapet informasi dari majalah Majalah Media Sumber Informasi pada remaja dan √ seksual √ √ √ √ √ √ 9 Saya mendapatkan informasi Koran √ Internet √ seksualitasnya dari koran, 10 Saya mendapatkan informasinya dari √ √ √ √ √ √ internet, 11 Saya mendapatkan infornasi nya itu √ Televisi dari televisi 12 13 Dari sekolah juga bisa dapet Pelajaran informasi nya sekolah Ngobrol sama teman, sering curhat Teman Sebaya juga √ √ √ √