pengalaman seksualitas remaja di sekolah menengah kejuruan

advertisement
PENGALAMAN SEKSUALITAS REMAJA
DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NUSANTARA
CIPUTAT TAHUN 2012
Skripsi diajukan sebagai tugas akhir strata-1 (S-1) untuk memenuhi
Persyaratan gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
NOVI FARDILLA
108104000001
PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012 M/1434 H
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim,..
Dari semua tlah Kau tetapkan
Hidupku dalam tangan-Mu
Dalam takdir-Mu
Rencana indah yang tlah Kau siapkan
Bagi masa depanku yang penuh harapan
Harapan kesuksesan terpangku di pundak
Sebagai janji kepada mereka… Ayah dan Ibu....
Kini ku persembahkan skripsi ini Sebagai ungkapan syukur dan terima kasihku
Untuk orangtua tercinta, Untuk dosen yang tlah berjasa
Untuk semua orang yang ku cintai, Untuk saudara tersayang
Untuk sahabat dan teman-teman yang selama ini bersama memetik ilmu
di Univesitas islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini,,
Terima kasihku tiada terhingga untuk semua
Dengan niat yang lurus, iklhas dan berani bermimpi
Dan rasa kasih sayang ini yang membuatku sangat bersemangat
Yang mengalahkan rasa takut
Diriku tiada apa-apa tanpa mereka
Dan sujud syukurku padamu Ya Rabb
Alhamdullillahirabbil’alamiin…
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli Saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang Saya gunakan dalam penulisan ini telah Saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullan Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli Saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka Saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Januari 2013
NOVI FARDILLA
ii
RIWAYAT HIDUP
Nama
: NOVI FARDILLA
Tempat, Tanggal Lahir
: Karawang, 12 November 1990
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Jl. Malaka II RT/RW 07/03 No.122 Pisang Sambo
Tirtajaya, Karawang, Jawa Barat
Anak ke
: Pertama dari dua bersaudara
Telepon
: 085778748079
Email
: [email protected]
Riwayat Pendidikan
:
1. SDN Pisang Sambo IV Karawang
tahun 1995-2001
2. Madrasah Miftahul falah Karawang
tahun 1997-2001
3. SMP Negeri 1 Tirtajaya Karawang
tahun 2001-2004
4. SMA Negeri 3 Karawang
tahun 2004-2007
5. S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2008-2012
iii
Pengalaman Organisasi
:
1. Anggota Pramuka SMP 1 Tirtajaya Karawang tahun 2001-2004
2. Anggota Paskibra SMP 1 Tirtajaya Karawang tahun 2001-2004
3. Bendahara OSIS SMP 1 Tirtajaya Karawang tahun 2002-2004
4. Sekretaris BEMJ Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahu
2010-2012
iv
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Januari 2013
Novi Fardilla, NIM : 108014000001
Pengalaman Seksualitas Remaja di Sekolah Menengah Kejuruan Nusantara
Ciputat Tahun 2012
xiv + 72 Halaman + 2 Tabel + 1 Bagan+ 5 Lampiran
ABSTRAK
Remaja cenderung melakukan perilaku seksualitas karena rasa ingin tahu yang tinggi
dan sumber informasi seksualitas yang tidak memadai. Penelitian ini bertujuan untuk
mengekplorasi pengalaman seksualitas remaja.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
deskriptif. Partisipan utama berjumlah enam orang yang meliputi dari remaja dan satu
orang partisipan pendukung yaitu guru BP SMK Nusantara Ciputat. Data yang berupa
hasil rekaman partisipan diperoleh melalui wawanara mendalam dan dianalisis
dengan tekhnik Collaizi. .
Penelitian ini mengidentifikasikan tiga tema yaitu: 1) makna seksualitas pada remaja,
yaitu suatu hubungan seksual; 2) perilaku seksual pada remaja, yaitu berpegangan
tangan, berciuman, sentuhan dan oral seks; dan 3) sumber dan informasi seksualitas
pada remaja, yaitu internet, majalah, koran, pelajaran dan teman sebaya. Hasil
penelitian ini diharapkan memberikan gambaran seksualitas pada remaja khususnya
bagi sekolah dan petugas kesehatan, agar remaja dapat meningkatkan kesehatan
seksual dan reproduksi. Diperlukan penelitian lanjutan berupa eksplorasi lebih
mendalam mengenai berbagai dimensi seksualitas pada remaja.
Kata kunci : Pengalaman, Seksualitas, Remaja
Daftar bacaan : 49 (2001-2012)
v
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOLL OF NURSING
Undergraduate Thesis, Januari 2013
Novi Fardilla, ID Number : 108104000001
Experience of adolescent sexuality in Senior High School Nusantara Ciputat
2012
xiv + 72 pages + 2 Tables + 1 chart + 5 attachments
ABSTRACT
Teens tend to perform sexual behavior because the highest of curiosity and
inadequate resources about sexuality. This study aimed to explore the experience of
adolescent sexuality.
This research is a qualitative with descriptive phenomenological approach. Major
participants of this research is six tenageers and minor participants is counselor of the
SMK Nusantara Ciputat. Data obtained through in-depth interviews and analyzed
with Collaizi techniques.
This study identified three themes, namely: 1) the meaning of sexuality in
adolescence, which is a sexual intercouse; 2) sexual behavior in adolescents, ie
handrails, kissing, touching and oral sex, and 3) sources and information on
adolescent sexuality, the internet, magazines, newspapers, lessons and peers. The
results of this study are expected to provide an overview of sexuality in teenagers,
especially for schools and health care, so tenageers can improve sexual and
reproductive health. Further research is needed in the form of more in-depth
exploration of the various dimensions of sexuality in teenagers.
Keywords : Experience, Sexuality, Teenagers
The reading list : 49 (2001-2012)
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Alhmdulillahi rabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
yang berjudul “Pengalaman seksualitas Remaja di Sekolah Menengah Kejuruan
Nusantara Ciputat tahun 2012”.
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan besar Nabi
Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan sehingga penulis tetap semangat
dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyelesaian skripsi, penulis sadar bahwa
skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof.Dr (hc). Dr. Muhammad Kamil Tadjuddin, Sp. And dan Dr. Arif
Sumantri, SKM,M.Kes, selaku Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas
kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidatullah Jakarta.
2. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan
3. Ibu Puspita Palupi, S.Kep., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat selaku pembimbing I dan
Ibu Raihanna, SKM, MMA selaku pembimbing II yang telah meluangkan
waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikannya masukan, nasihat,
vii
petunjuk dan arahan serta motivasi kepada penulis dalam menyusun skripsi
ini.
4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan dan membimbing penulis, serta
staff akademik
atas bantuannya yang telah memudahkan penulis dalam
proses belajar di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Orangtua tercinta (Bapak Ahmad Paridi dan Ibu Sarmanah) dan Adikku
Muhammad Rafik Abdillah yang telah memberikan kasih sayang yang tulus
dan selalu mendoakan serta memberikan motivasi.
6. Seluruh angkatan 2008 yang telah bersama-sama dengan penulis melewati
hari-hari baik suka maupun duka dalam menyelesaikan kuliah di PSIK UIN
Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu,
kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang.
Wassalamu’alaikum wr.wb
Tangerang, Januari 2013
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN PERSETUJUAN .................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 8
1. Tujuan Umum ................................................................................................. 8
2. Tujuan Khusus ................................................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 8
1. Manfaat Ilmiah .................................................................................................. 8
2. Manfaat Praktis ............................................................................................... 9
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 11
A. Pengalaman ........................................................................................................ 11
B. Konsep Seksualitas .............................................................................................. 12
1. Definisi seksualitas......................................................................................... 12
2. Komponen seksualitas .................................................................................... 12
3. Klasifikasi seksualitas .................................................................................... 13
4. Dimensi seksualitas ........................................................................................ 15
C. Seksualitas pada Remaja ..................................................................................... 16
D. Perilaku Seksual .................................................................................................. 17
E. Konsep Remaja ................................................................................................... 23
F. Permasalahan Seksualitas Remaja ...................................................................... 29
G. Kerangka Teori .................................................................................................... 33
BAB III KERANGKA KONSEP .................................................................................. 34
A. Kerangka Konsep ................................................................................................ 34
B. Daftar Istilah ........................................................................................................ 35
ix
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 36
A. Jenis Penelitian ..................................................................................................... 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................. 37
C. Partisipan ............................................................................................................. 37
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 38
E. Instrument Penelitian .......................................................................................... 41
F. Validasi ............................................................................................................... 41
G. Analisa Data ........................................................................................................ 43
H. Etika Penelitan .................................................................................................... 46
BAB V HASIL PENELITIAN ....................................................................................... 47
A. Gambaran umum wilayah penelitian .................................................................... 47
B. Hasil penelitian...................................................................................................... 48
1. Karakteristik partisipan ................................................................................... 48
2. Hasil analisa tematik ....................................................................................... 50
BAB VI PEMBAHASAN................................................................................................ 57
A. Interpretasi hasil penelitian dan diskusi ................................................................ 57
B. Keterbatasan penelitian ......................................................................................... 69
BAB VII PENUTUP ......................................................................................................... 71
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 71
B. Saran ...................................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... xi
LAMPIRAN
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar persetujuan partisipan
Lampiran 2
Pedoman wawancara
Lampiran 3
Analisa tematik
Lampiran 4
Surat permohonan pengambilan data
Lampiran 5
surat pengambilan data
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
Analisa data .............................................................................................. 45
Tabel 5.5
Karakteristik partisipan utama ..................................................................... 50
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Kerangka Teori ...................................................................................... 33
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masa remaja merupakan suatu periode peralihan masa kanak-kanak
menuju masa dewasa dengan kematangan fisik, kognitif, sosial dan
emosional yang cepat pada anak laki-laki untuk mempersiapkan diri
menjadi laki-laki dewasa dan anak perempuan untuk mempersiapkan diri
menjadi perempuan dewasa (Departement Kesehatan RI, 2005 & Wong,
2009). Rentang usia remaja berkisar antara 12 sampai 18 tahun (Hurlock,
2004). Depkes (2000) memaparkan bahwa batasan usia remaja antara 10
sampai 19 tahun dan belum kawin.
Depkes (2011) mengungkapkan bahwa populasi remaja di
Indonesia sebesar 63,4 juta jiwa dan berada pada jenjang sekolah
menengah pertama hingga ke perguruan tinggi. Masa remaja dikenal
dengan masa pubertas yang sangat mempengaruhi keadaan fisiologis,
psikologis maupun sosial remaja (Wong, 2009). Masa pubertas
merupakan kematangan hormonal serta organ-organ reproduksi mulai
berfungsi dan seks sekunder yang mulai muncul sehingga mempengaruhi
perubahan tubuh dan emosional (Wong, 2009 & Santrock, 2003).
Masa pubertas terbagi dalam tiga fase prapubertas, pubertas dan
pascapubertas. Prapubertas merupakan periode sekitar dua tahun sebelum
pubertas ketika remaja pertama kali mengalami perubahan fisik yang
1
2
menandakan kematangan seksual. Pubertas merupakan titik pencapaian
kematangan seksual. Pascapubertas merupakan periode satu sampai dua
tahun setelah pubertas (Wong, 2009). Pubertas merupakan periode yang
sulit bagi remaja yang mempengaruhi keadaan fisik and psikologis
remaja, sehingga membutuhkan penyesuaian diri yang baik (Badan
Kependudukan Keluarga Berencana Nasional, 2005). Pubertas merupakan
suatu rangkaian perubahan fisik dan fisiologis yang mengubah seorang
anak menjadi manusia dewasa dengan kemampuan reproduksinya dan
pubertas ini muncul dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas gonad,
selain itu pubertas juga merupakan munculnya ciri seksual sekunder (Hull
& Johnston, 2008).
Perilaku merupakan tanggapan atau reaksi individu yang terwujud
di gerakan atau sikap dan ucapan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005).
Perilaku seksual merupakan bentuk tingkah laku yang ditunjukan dengan
dorongan hasrat seksual, baik dilakukan dengan lawan jenis maupun
sesama jenis, bentuk-bentuk tingkah laku ini bermacam-macam, mulai
dari perasaan tertarik, berkencan, bercumbu hingga bersenggama
(BKKBN, 2005). Perilaku seksual ini mencakup berdandan, merayu,
mengoda, bersiul juga yang terkait dengan aktivitas dan hubungan seksual
(Persatuan Keluarga Berencana Indonesia, 2009). Perilaku seksual remaja
yang berkaitan dengan berpacaran telah menjurus pada hubungan seksual
bebas. Perilaku seksual remaja meliputi, berpegangan tangan (16%),
berpelukan (13%), mencium pipi (12%). Perilaku yang sudah menjurus
3
pada hubungan seks awal (foreplay) meliputi cium pipi (9%), necking
(mencium leher) (9%), meraba organ seksual (4%), petting (2 %) dan
hubungan seksual (1%) (BKKBN, 2005).
Godeau (2004) melakukan survey kepada 33.943 remaja pada 24
negara yang salah satunya Eropa Barat yang menunjukkan 13,2% remaja
telah melakukan hubungan seksual sejak usia 15 tahun dan tidak
menggunakan alat kontrasepsi, sementara 82% lainnya menggunakan alat
kontrasepsi. Sukmadevi (2006) melaporkan bahwa siswi SMP dan SMA
di Jawa Barat sebesar 42,3% telah melakukan hubungan seksual pertama
kali saat di bangku sekolah. Studi lain menunjukkan 63% remaja di
beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta, telah melakukan
hubungan seks pranikah, namun sebagian besar remaja memiliki
pengetahuan yang kurang sehingga mereka meyakini berhubungan seks
satu kali tidak menyebabkan kehamilan (BKKBN, 2008).
BKKBN (2005) melaporkan bahwa pengetahuan remaja mengenai
seksual dan dampak dari seks bebas masih sangat rendah, informasi
utama mereka didapatkan dari teman sebaya (65%), film porno (35%),
sekolah (19%) dan orang tua (5%), selain itu remaja tersebut mengakui
lebih nyaman berbicara mengenai seksualitas dengan temannya sebesar
81%. Kesrepro (2008) melaporkan bahwa remaja sering tidak
mendapatkan informasi yang transparan tentang masalah seksual dan
kesehatan reproduksi, sehingga mereka seringkali kurang siap dalam
melakukan hubungan seksual atau kurang mampu mencegah diri mereka
4
dari kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) dan penyakit menular
seksual (PMS), selain itu dampak-dampak dari perilaku seksual yang
negatif meliputi, pernikahan dini, kehamilan tidak diinginkan (KTD),
aborsi, depresi, AIDS, dan penyakit menular seksual.
Pernikahan dini di Indonesia dipengaruhi oleh faktor budaya dan
agama, selain itu, dipengaruhi oleh undang-undang perkawinan yang
menyebutkan perempuan yang berusia enam belas tahun diperbolehkan
untuk menikah (KPAI, 2007). Pemaparan lainnya oleh KPAI (2008)
bahwa 34,5% dari 2,5 juta pasangan hidup di Indonesia merupakan
tindakan pernikahan dini. Seiring dengan kurangnya pengetahuan remaja
mengenai seksual, juga mempengaruhi meningkatnya angka kehamilan
yang tidak diinginkan yang berakhir dengan aborsi, sebanyak 21% dari
63% remaja yang pernah berhubungan seksual melakukan aborsi
(BKBBN, 2006). Tidak semua kehamilan yang
diterima baik
kehadirannya, dua pertiga dari 75 juta kehamilan yang tidak diinginkan
di dunia berakhir dengan aborsi yang disengaja dan 20 juta diantaranya
dilakukan secara tidak aman (Kesrepro, 2007). Aborsi yang tidak aman
sering menyebabkan kematian pada remaja, angka kematian akibat aborsi
mencapai sekitar 11 % dari angka 390 per 100.000 kelahiran (Permana,
2012). Aborsi tidak aman berkontribusi 13% terhadap kematian ibu di
dunia (WHO, 2000 dalam Kesrepro, 2007).
WHO (2007) mengungkapkan bahwa jumlah penderita AIDS di
dunia ada sebanyak 33.300.000 kasus dan di Asia sebanyak 4.900.000
5
kasus. Penderita HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2002 sebanyak
110.000 tahun 2006 sebanyak 193.000 dan pada tahun 2007 sampai 2008
jumlah kasus ini menjadi 270.000 orang, hal ini merupakan ancaman
HIV/AIDS di Indonesia menyebabkan perilaku seksual dan kesehatan
reproduksi pada remaja sering terjadi, selain itu 20 sampai 25% dari
semua infeksi HIV di dunia terjadi pada remaja (Depkes RI, 2008).
Perempuan lebih rentan tertular HIV 2,5 kali dibandingkan laki-laki
(UNAINDS, 2004).
Synovate (2004) melaporkan bahwa 44% dari 450 responden di
Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan mengaku sudah mempunyai
pengalaman seksual pada usia 16 tahun sampai 18 tahun, sedangkan 16%
mengaku mempunyai pengalaman seksual sudah mereka dapat antara
usia 13 tahun sampai 15 tahun. Hull (2010) melaporkan hasil
penelitiannya di Jakarta bahwa 14% laki-laki dan 7% perempuan dari
3006 responden usia 20 tahun sampai 34 tahun yang saat ini sedang
berkencan, melakukan hubungan seksual dengan pasangan mereka.
Mengenai konsepsi pra nikah dan kelahiran dalam perkawinan, Hull
(2010) juga menegaskan bahwa dari 1.386 responden setidaknya
memiliki satu anak dan telah menikah setidaknya satu kali dan sebanyak
10 persen dari kelahiran adalah konsepsi pranikah.
Purbo (2004) memaparkan dalam penelitiannya bahwa Media
televisi seperti iklan, infotainment, hiburan/musik, dan film mempunyai
kontribusi terhadap perilaku seks di kalangan remaja. Media lain seperti
6
majalah, buku, internet, dan VCD ternyata juga mempunyai andil yang
besar terhadap perubahan perilaku seksual dikalangan remaja. Disarankan
kepada orang tua dan pendidik (guru) sejak dini memberikan bimbingan,
pengawasan dan pelajaran kepada anak-anaknya dari pengaruh buruk
media dan pemilik TV swasta hendaknya menyiarkan acara-acara yang
memiliki nilai pendidikan.
Studi pendahuluan yang dilakukan di SMK Nusantara pada
partisipan yang berusia 17 tahun dan 18 tahun mengungkapkan bahwa
mereka telah terpapar dengan tindakan pacaran pada saat mereka di
bangku sekolah dasar. Aktivitas seksual yang pernah mereka lakukan di
antaranya berpegangan tangan, merangkul, bercium pipi dan bibir.
Tindakan tersebut dilakukan tanpa paksaan dari pasangan melainkan
merupakan kesepakatan bersama kedua belah pihak.
Penelitian-penelitian mengenai seksualitas pada remaja telah
banyak dilakukan, namun penelitian yang menggali tentang pengalaman
seksualitas pada remaja belum banyak dilakukan, seiring dengan
meningkatnya berbagai masalah kesehatan reproduksi pada remaja
perempuan, oleh karena itu peneliti ingin mengekplorasikan lebih dalam
tentang bagaimana pengalaman seksualitas remaja berdasarkan ungkapan
atau cerita langsung dari mereka.
7
B.
Rumusan Masalah
Keingintahuan remaja mengenai seksualitas serta dorongan seksual
telah menyebabkan remaja untuk melakukan aktivitas seksual remaja,
yang akhirnya menimbulkan persoalan pada remaja yang berkaitan
dengan perilaku seksual. Perilaku seksual remaja salah satunya dalam
berpacaran telah menjurus pada hubungan seks bebas. Perilaku seksual
meliputi pegang tangan (16%), pelukan (13%), mencium pipi (12%).
Sedangkan perilaku yang sudah menjurus pada hubungan seks awal
(foreplay) adalah cium pipi (9%), necking (9%), meraba organ seksual
(4%), petting (2%) dan hubungan seksual (1%) (BKKBN, 2005). Kondisi
ini menunjukkan betapa sudah sangat mengkhawatirkannya perilaku
remaja saat ini.
Studi pendahuluan yang dilakukan di SMK Nusantara pada
partisipan yang berusia 17 tahun dan 18 tahun mengungkapkan bahwa
mereka telah terpapar dengan tindakan pacaran pada saat mereka di
bangku sekolah dasar. Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai
seksualitas cenderung lebih banyak meneliti terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku seksual yang terjadi pada remaja, oleh karena itu
peneliti ingin melakukan penelitian tentang pengalaman seksualitas
remaja.
8
C.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman perilaku
seksual remaja di SMK Nusantara Ciputat.
2.
Tujuan Khusus
a.
Tereksplorasinya makna seksualitas bagi remaja di SMK
Nusantara Ciputat
b.
Tereksplorasinya perilaku seksual remaja di SMK Nusantara
Ciputat
c.
Tereksplorasinya jenis dan sumber informasi tentang perilaku
seksual remaja di SMK Nusantara Ciputat
D.
Manfaat
1.
Manfaat Ilmiah
a.
Menjadi
data
mengembangkan
dasar
bagi
peneliti
selanjutnya
dalam
dan memperkaya penelitian selanjutnya
tentang seksualitas khususnya remaja
b.
Memberikan informasi kesehatan reproduksi mengenai
pendidikan tentang seksualitas dan dampaknya terhadap
kesehatan remaja
9
2.
Manfaat Praktis
a.
Institusi pendidikan
Penelitian
pendidikan
ini
untuk
keperawatan
mengembangan
serta
sebagai
kurikulum
pengembangan
instrumen pengkajian khususnya seksualitas remaja.
b.
Bagi SMK Nusantara Ciputat
Hasil penelitian ini mampu menjadi landasan program
kegiatan bimbingan, pembinaan dan konseling dalam upaya
peningkatan pengetahuan tentang seksualitas dan upaya untuk
mengurangi prilaku seksual yang menyimpang pada remaja di
SMK Nusantara Ciputat.
c.
Bagi masyarakat
Memberikan informasi terutama bagi remaja mengenai
gambaran tentang perilaku seksual dalam upaya peningkatan
kesehatan reproduksi remaja.
d.
Bagi institusi pelayanan keperawatan
Memberikan landasan dalam upaya promosi kesehatan
dan
landasan
keperawatan.
dalam
pengembangan
evidence
based
10
E.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian
ini
untuk
melihat
pengalaman
remaja
terhadap
seksualitas. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui pengalaman
seksualitas ini menggunakan metode wawancara yang dilakukan oleh
peneliti kepada partisipan, format wawancara dapat berubah sesuai
wawancara yang dilakukan dilapangan oleh peneliti, sampel penelitian ini
adalah siswa atau siswi di SMK Nusantara Ciputat. Penelitian ini akan
dilakukan di SMK Nusantara Ciputat pada bulan Agustus 2012.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif. Data yang
digunakan adalah data primer dengan melakukan wawancara secara
mendalam kepada partisipan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengalaman
Pengalaman merupakan sesuatu yang pernah dialami (dijalani,
dirasai. ditanggung) (KBBI, 2005). Pengalaman berasal dari kata dasar
alami yang artinya mengalami, melakoni, menempuh, mengarungi,
mendapat, menyelami dan merasakan. Pengalaman tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia sehari-harinya dan pengalaman juga diberikan
kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi pedoman serta
pembelajaran manusia (Endarmoko, 2006). Pengalaman juga dapat
diartikan sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan
menyimpan peristiwa-peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada
waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi
(Notoadmojo, 2005)
Pengalaman merupakan akumulasi dari setiap kejadian dan
penyikapan
terhadap
permasalahan
yang
dialami,
dalam
mengaktualisakan setiap kejadian sering orang mengalami kesulitan.
Pengalaman langkah awal dari pelaksanaan setiap rencana dimana
pengalaman merupakan referensi. Makin bannyak pengalaman yang
dimiliki seseorang, akan semakin dewasa dalam menata kehidupan
(Yudantara, 2006).
11
12
B.
Konsep Seksualitas
1.
Definisi
Seksualitas merupakan keseluruhan emosi, sikap, kesukaan
dan perilaku yang terkait dengan ekspresi seksualitas diri dan
erotisme (Stright, 2005). Seksualitas memiliki makna yang lebih
luas yang mencakup daya tarik seksual dan karakteristik yang
bersifat biologis maupun sosial, seksualitas bersentuhan dengan
wilayah sosial yang mengkonstruksi sifat, karakter, perilaku sosial
dari masing-masing jenis kelamin (Munfarida, 2009). Seksualitas
salah satu issue kesehatan yang essensial dan menjadi sesuatu yang
kurang diketahui bagi remaja sehingga pelayanan kesehatan seksual
masih dihindari dikarenakan ketidaknyamanan remaja untuk
membicarakannya dan merupakan sesuatu hal yang masih tabu
(Berg, 2001).
2.
Komponen
Komponen seksualitas menurut Imran (2004) yaitu orientasi
seksual, identitas gender (perasaan seseorang apakah dia laki-laki
atau perempuan secara psikologis), dan peran gender sosial
(pemenuhan tuntutan budaya mengenai perilaku-perilaku feminin
dan maskulin).
13
Orientasi seksual adalah ketertarikan kepada lawan jenis
dimana seseorang itu lebih tertarik secara seksual dan cenderung
mengekspresikan dirinya kedalam aktivitas seksual (Imran, 2004).
Demartoto (2006) memaparkan bahwa orientasi seksual dalam
melakukan aktivitas seksual dikategorikan menjadi dua, yaitu orang
yang secara seksual tertarik dengan lawan jenis (heteroseksual) dan
orang yang secara seksual tertarik dengan kelamin yang sejenis
(homoseksual).
Homoseksual yang terjadi Indonesia merupakan hal yang
tidak lazim terjadi. Indonesia mempunyai norma-norma yang
melarang orientasi seksual tersebut, laki-laki yang tertarik kepada
laki-laki disebut gay, sedangkan perempuan yang tertarik pada
perempuan disebut dengan lesbian (BKKBN, 2006). Peran seksual
merupakan cara bagaimana menerima dan mengembangkan peran
sesuai dengan alat kelaminnya, selain itu peran seksual ini
menentukan identitas diri apakah sesuai dengan alat kelamin atau
menyimpang (Imran, 2004).
3.
Klasifikasi Seksualitas
Melliana (2006) mengklasifikasikan seksualitas menjadi tiga
macam, yaitu seksualtitas reproduktif, seksualitas erotis dan
seksualitas gender. Seksualitas reproduktif yang berfokus pada hal
biologis dan konsep reproduksi, aspek anatomi dan fisiologi,
14
perilaku, dan sikap manusia terhadap tubuh mereka, terutama
terhadap alat kelaminnya, serta proses reproduksi. Seksualitas erotis
yang berfokus pada kenikmatan yang dihasilkan oleh alat kelamin
manusia, perilaku atau sikap antar individu dan proses fisiologi
yang dapat menciptakan kenikmatan erotis atau hal-hal yang
berpengaruh terhadap sensasi yang ditimbulkan akibat kenikmatan
erotis.
Seksualitas reproduktif berbeda dengan
seksualitas erotis,
sepasang laki-laki dan perempuan saat berhubungan seksual tidak
selalu mengalami kenikmatan erotis dari hubungan seksual mereka,
demikian pula sebaliknya, mereka dapat merasakan kenikmatan
erotis dari hubungan seksual tanpa memikirkan hal-hal yang
berhubungan dengan kemungkinan untuk berhubungan seksual,
melalui aktivitas seperti masturbasi, aktivitas antara pasangan
homoseksual, dan penggunaan alat kontrasepsi yang cukup efektif
dalam berhubungan seksual. Seksualitas gender yang terfokus pada
pembagian sosial manusia menurut jenis kelaminnya, yaitu laki-laki
dan perempuan. Pada konteks ini, seksualitas berkenaan dengan
tuntutan sosial, pola perilaku, dan perilaku individu yang akan
memperjelas perbedaan antara laki-laki dan perempuan (Melliana,
2006).
15
4.
Dimensi Seksualitas
Kesrepro (2010) dan Negara (2007) memaparkan
bahwa
seksualitas terdiri dari beberapa dimensi yaitu : 1) dimensi biologis;
2) dimensi psikososial; 3) dimensi perilaku; 4) dimensi cultural; dan
5) dimensi klinis. Dimensi biologis yang berkaitan dengan
reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga
kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan
dorongan seksual. Faktor biologi ini mengontrol perkembangan
seksual
dari
konsepsi
sampai
kelahiran
dan
kemampuan
bereproduksi setelah pubertas. Sisi biologi seksualitas juga
mempengaruhi dorongan seksual, fungsi seksual, dan kepuasan
seksual.
Dimensi psikososial yang erat kaitannya dengan bagaimana
menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual, identitas peran atau
jenis yang meliputi faktor psikis yaitu emosi, pandangan, dan
kepribadian, yang berkolaborasi dengan faktor sosial, yaitu
bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungannya secara
seksual. Dimensi sosial yang dilihat yaitu bagaimana seksualitas
muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh
lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas yang
akhirnya membentuk perilaku seksual (Kesrepro, 2010 dan Negara,
2007).
16
Dimensi perilaku yang menerjemahkan seksualitas menjadi
perilaku seksual, yaitu perilaku yang muncul berkaitan dengan
dorongan atau hasrat seksual. Dimensi kultural menunjukan
perilaku seksual menjadi budaya yang ada di masyarakat dan
menekankan pada konstruksi kultural terhadap seksualitas yang
menjadikan makna dan norma-norma seksualitas berbeda dari
budaya yang satu dengan budaya yang lain. Dimensi klinis
menangani persoalan-persoalan fisik seperti penyakit, trauma dan
masalah-masalah perasaan atau psikis, seperti kecemasan, rasa
bersalah, malu, depresi dan konflik, yang dapat mengganggu fungsi
reproduksi dan seksualitas (Kesrepro, 2010 dan Negara, 2007).
C.
Seksualitas pada Remaja
Perkembangan seksualitas remaja diawali ketika terjalinnya
interaksi antar lawan jenis, baik itu interaksi antar teman maupun
interaksi ketika berkencan (Taufik & Anganthi, 2005). Sarwono
(2005)
menjelaskan
bahwa
karakteristik
seksualitas
remaja
perempuan mencakup pada karakteristik seksual primer dan
sekunder. Karakteristik seksual primer pada remaja perempuan
terjadi pertumbuhan organ rahim dan ovarium yang memproduksi
ovum (sel telur) dan hormon untuk kehamilan. Karakteristik seksual
sekunder pada remaja perempuan juga mengalami pertumbuhan
bulu-bulu pada ketiak dan kelamin. Pertumbuhan juga terjadi pada
17
kelenjar yang bakal memproduksi air susu di buah dada, serta
pertumbuhan pada pinggul sehingga menjadi wanita dewasa secara
proporsional (Sarwono, 2005).
Remaja laki-laki mengalami pubertas pada usia antara 12
sampai 16 tahun. Cirri-ciri seks sekunder pada laki-laki sepertu
suara besar, tumbuh kumis, tumbuh jambang, tumbuh jakun,
tumbuh rambut pada ketiak, otot-otot mulai membesar (kekar) dan
dada tampak menjadi lapang. Selain itu, jua telah terjadi
spermatogenesis. Spermatogenesis adalah proses pembentukan
sperma atau sel kelamin laki-laki. Spermatogenesis terjadi di dalam
testis (buah zakar). Hal ini menunjukan bahwa testis mengalami
pubertas lebih cepat (Sarwono, 2005).
Pertumbuhan primer dan sekunder pada remaja selanjutnya
muncul hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan
seksualnya. Hal tersebut merupakan suatu yang wajar pada remaja,
karena secara alamiah dorongan seksual ini memang harus terjadi
untuk menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi
pengembangbiakan dan mempertahankan keturunan (Mu’tadin,
2010).
D.
Perilaku Seksual
Perilaku seksual merupakan perilaku yang melibatkan
sentuhan fisik dari masing-masing anggota tubuh antara laki-laki
18
dan perempuan dan segala yang mencakup tingkah laku yang
didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun
sesama jenis (Noor, 2004). Perilaku seksual tercermin dalam
bentuk-bentuk tingkah laku yang beraneka ragam, mulai dari
perasaan tertarik kepada lawan jenis seperti berkencan, bercumbu
dan senggama atau bersetubuh . Perilaku seksual tidak berdampak
buruk, jika tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang
bersangkutan atau lingkungan sosial, akan tetapi sebagian perilaku
seksual
yang
dilakukan
sebelum
waktunya
justru
akan
menimbulkan dampak psikologis yang sangat serius dan yang
paling parah bahkan akan menimbulkan depresi (Mu’tadin, 2010).
Perilaku seksual bebas atau perilaku seksual pranikah adalah
perilaku seksual yang dilakukan oleh seseorang tanpa melalui
proses pernikahan menurut agama dan kepercayaan. Remaja
diharapkan sudah menemukan orientasi seksualitasnya, karena hal
ini berkaitan dengan dampak yang akan diterima oleh remaja dari
dampak sosial maupun psikologisnya (Noor, 2004). Rasa ingin tahu
remaja
terhadap
masalah
seksual
sangat
penting
dalam
pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis,
karena dengan matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul pula
dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan
seksual.
Remaja
biasanya
sudah
mengembangkan
perilaku
seksualnya dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran atau
19
percintaan yang merupakan kesempatan para remaja melakukan
sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk melakukan aktifitas
seksual bahkan untuk melakukan hubungan seksual (Soetjiningsih,
2004).
Mu’tadin (2002) menjelaskan bahwa perilaku seksual
pranikah pada remaja tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan
dipengaruhi oleh faktor tertentu, yaitu pada diri remaja baik secara
internal maupun eksternal. Faktor internal, perilaku seksual
pranikah yang didorong oleh rasa sayang dan cinta dan didominasi
oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap
pasangannya. Faktor eksternal yang meliputi teman sebaya, media
televisi, hubungan dalam keluarga khususnya orangtua.
Perilaku seksual berbeda dengan hubungan seksual, perilaku
seksual merupakan aktivitas seksual yang dilakukan dalam upaya
memenuhi
dorongan
seksual
atau
kegiatan
mendapatkan
kesenangan organ kelamin atau seksual melalui berbagai perilaku,
sedangkan hubungan seksual adalah kontak seksual yang dilakukan
berpasangan dengan lawan jenis atau sesama jenis, contohnya
pegangan tangan, cium kening, cium basah, petting, intercourse
(PKBI,
2009).
Wahyudi
(2000)
dalam
Purnawan
(2004),
memaparkan bahwa perilaku seksual secara rinci dapat berupa:
20
a.
Berfantasi,
merupakan
perilaku
membayangkan
dan
mengimajinasikan aktivitas seksual yang bertujuan untuk
menimbulkan perasaan erotisme.
Perempuan yang sedang berada dalam fase subur lebih
condong berpikiran ke arah hal-hal erotis dan perempuan
hanya berfantasi seksual sekali seminggu (Fellicia, 2012)
b.
Berpegangan tangan, aktivitas ini tidak terlalu menimbulkan
rangsangan seksual yang kuat namun biasanya muncul
keinginan untuk mencoba aktivitas yang lain.
c.
Berciuman, yang terdiri dari berciuman bibir dan berciuman.
Ariyanto (2008) melaporkan bahwa 57% dari 138 di salah
satu Universitas ternama di Indonesia menunjukkan perilaku
seksual yang paling banyak dilakukan adalah berciuman bibir.
d.
Meraba, merupakan kegiatan bagian-bagian sensitif rangsang
seksual, seperti leher, breast, paha, alat kelamin dan lain-lain.
Arianto (2008) melaporkan bahwa 57% dari 138 partisipan
telah melakukan aktivitas seksual meraba-raba alat kelamin
dilakukan setelah 5, 6 bulan selama berkencan.
e.
Berpelukan, aktivitas ini menimbulkan perasaan tenang,
aman, nyaman disertai rangsangan seksual terutama bila
mengenai daerah sensitif.
f.
Masturbasi merupakan perilaku merangsang organ kelamin
untuk mendapatkan kepuasan seksual.
21
g.
Oral seksual, merupakan aktivitas seksual dengan cara
memasukkan alat kelamin ke dalam mulut pasangan. Arianto
(2008) melaporkan 57% dari 138 partisipan telah melakukan
aktivitas seksual oral seksual yang dilakukan setelah 6,2 bulan
selama berkencan.
h.
Petting, merupakan seluruh aktivitas non intercourse (hingga
menempelkan alat kelamin).
i.
Intercourse (hubungan seksual), merupakan aktivitas seksual
dengan memasukan alat kelamin, 6,5 % dari 138 partisipan
telah melakukan sexual intercourse dengan waktu rata-rata
yang diperlukan adalah 10,1 bulan selama berkencan
(Arianto, 2008).
Budaya seksual bebas di kalangan remaja mulai mengancam
masa depan bangsa Indonesia. Pemerintah telah menemukan
indikator bahwa makin sulitnya menemukan remaja perempuan
yang masih memiliki keperawanan (virginity) di kota-kota besar
(BKKBN, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
seksual menurut PKBI (2009) yaitu sebagai berikut :
a.
Pengalaman seksual
Makin
banyak
pengalaman
mendengar,
melihat,
mengalami hubungan seksual makin kuat stimulasi yang
dapat mendorong munculnya perilaku seksual yang meliputi
informasi media massa seperti film, internet, gambar dan
22
majalah; obrolan dari teman sebaya/pacar tentang pengalaman
seksual; melihat orang-orang yang sedang berpacaran atau
melakukan hubungan seksual.
b.
Faktor-faktor kepribadian.
Faktor-faktor harga diri seperti harga diri, kontrol diri,
tanggung jawab,
tolerance for
stress,
coping
stress,
kemampuan membuat keputusan, nilai-nilai yang dimilikinya.
Remaja yang memiliki harga diri positif, mampu mengelola
dorongan
dan
kebutuhanya
secara
adekuat,
memiliki
penghargaan yang kuat terhadap diri dan orang lain, mampu
mempertimbangkan resiko perilaku sebelum mengambil
keputusan, mampu meningkatkan diri pada teman sebaya
secara sehat proporsional, cenderung mencari penyaluran
dorongan seksualnya secara sehat dan bertangung jawab.
c.
Pemahaman dan penghayatan nilai-nilai agama
Remaja yang memiliki penghayatan yang kuat tentang
nilai-nilai tentang keagamaan, integritas yang baik (konsitensi
antara nilai sikap dan perilaku) juga cenderung menampilkan
perilaku seksual yang selaras dengan nilai-nilai yang
diyakininya serta
mencari kepuasan dan perilaku yang
produktif.
d.
Peran keluarga dalam menjalankan fungsi kontrol afeksi atau
kehangatan, pemahaman nilai moral dan keterbukaan
23
komunikasi. Keluarga yang mampu berfungsi secara optimal
membantu remaja untuk menyalurkan dorongan seksualnya
dengan cara yang selaras dengan norma dan nilai yang
berlaku serta menyalurkan energi psikis secara produktif.
e.
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
Remaja yang memiliki pengetahuan secara benar dan
proporsional
tentang
kesehatan
reproduksi
cenderung
memahami resiko perilaku serta alternatif cara yang dapat
digunakan untuk menyalurkan dorongan seksual secara sehat
dan bertanggung jawab.
E.
Remaja
1.
Pengertian
Remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kana
menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007)
adalah 12 sampai 24 tahun. Namun, jika pada usia remaja seseorang
sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa dan bukan lagi
remaja. Sebaliknya, jika usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih
tergantung pada orang tua, maka tetap digolongkan kedalam
kelompok remaja. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia
berada diantara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan
perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan emosi (Efendi &
Makhfudli, 2009).
24
Proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap
perkembangan remaja:
a.
Remaja awal (early adolescent)
Seorang remaja pada tahap ini masih merasa bingung
akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri
dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan
itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat
tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis.
Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis ia sudah
berfantasi erotik. Kepekaan
ditambah
dengan
yang berlebih-lebihan ini
berkurangnya
kendali
terhadap
ego
menyebabkan para remaja awal ini sulit dimengerti dan
dimengerti orang dewasa.
b.
Remaja madya (middle adolescent)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawankawan.
Mereka
senang
kalau
banyak
teman
yang
mengakuinya. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai
diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama
dengan dirinya. Selain itu, Mereka berada dalam kondisi
kebingungan karena tidak tahu memilih yang mana peka atau
25
tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau
pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya.
c.
Remaja akhir (late adolescent)
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode
dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal yaitu:
1)
Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi
intelek.
2)
Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan
orang-orang lain dan dalam pengalaman- pengalaman
baru.
3)
Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah
lagi.
4)
Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri
sendiri)
diganti
dengan
keseimbangan
antara
kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
5)
Tumbuh ”dinding” yang memisahkan diri pribadinya
(private self) dan masyarakat umum (Sarwono, 2010).
Remaja mengalami ketertarikan atau kebersamaan dengan
kelompok sebaya, seperti bagaimana cara berpakaian, berbicara,
berbahasa, hobi, serta sikap dan perilaku. Remaja tidak mau
berbeda dengan kelompok sebaya karena ingin diterima dan diakui
oleh kelompoknya. Kelompok sebaya berperan penting dalam
26
pembentukan sikap dan perilaku para remaja, melalui kehidupan
kelompok,
remaja
dapat
berperan,
memutuskan,
dan
mengekspresikan dirinya dalam menetukan sikapnya. Kelompok
sebaya memiliki nilai positif, perkembangan remaja pun positif, jika
tidak, remaja akan terjerumus pada perbuatan yang menyimpang
dan tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, remaja harus mampu
memilih dan memutuskan nilai-nilai yang baik dan positif bagi
diriya dan masa depannya (Martono & Joewana, 2009).
Sifat-sifat negatif remaja berangsur-angsur berkurang sejalan
dengan kematangan kepribadiannya, jika remaja berhasil mengatasi
konflik, remaja akan menjadi dewasa. Dewasa berarti memiliki jati
diri yang mantap, emosi yang stabil dan bertanggung jawab.
Artinya, kejiwaan yang sehat, selaras dan seimbang. Masa remaja
adalah masa yang sulit, karena pengaruh luar terutama tekanan
kelompok sebaya yang sangat berpengatuh besar. Tekanan
kelompok adalah pengaruh kelompok kepada seseorang terhadap
perasaannya, cara berpikir, cara bertindak, berpakaian, dan
sebagainya. Tekanan yang didapat remaja bersifat positif atau
negative, misalnya pengaruh yang positif yaitu bergabung dalam
organisasi sekolah, olahraga serta memperoleh nilai yang baik
disekolah dan pengaruh negatif antara lain merokok, membolos dari
27
sekolah, memakai narkoba, mengambil barang tanpa sepengetahuan
yang punya serta tawuran (Martono & Joewana, 2008).
Ada empat sumber tekanan terjadap kehidupan remaja,
pertama perorangan yaitu segala kenginan, kepercayaan, harapan
dan cita-cita. Kedua, keluarga yaitu kepercayaan dan harapan dari
anggota keluarganya. Ketiga, media yaitu komunikasi media massa
(tv, majalah, radio, film, internet, billiboard, dan lain-lain).
Keempat kelompok sebaya yaitu pikiran, harapan, perilaku dan
norma yang diterima dan berlaku bagi remaja (Martono & Joewana,
2008).
2.
Pubertas Remaja
Masa perkembangan remaja dimulai dengan masa pubertas
dengan usia kurang lebih antara 12 sampai 14 tahun adalah suatu
masa saat perkembangan fisik dan intelektual berkembangan sangat
cepat. Pertengahan masa remaja merupakan masa yang lebih stabil
untuk menyesuaikan diri dan berintegrasi dengan perubahan
permulaan remaja yaitu umur 14 tahun sampai umur 16 tahun dan
remaja akhir yang kira-kira berumur 18 tahun sampai umur 20
tahun ditandai dengan transisi untuk mulai bertanggung jawab,
membuat pilihan dan berkesempatan untuk mulai menjadi dewasa
(Esti, 2002).
28
Pubertas merupakan suatu rangkaian perubahan fisik yang
membuat individu matur mampu berproduksi dan hampir setiap
organ dan sistem tubuh dipengaruhi oleh perubahan ini. Remaja
yang sedang mengalami pubertas awal akan berbeda dengan
pubertas akhir dalam munculnya karakteristik tubuh bagian luar
karena perubahan tinggi, proporsi tubuh dan adanya tanda-tanda
perkembangan seksual pertama dan kedua. Pubertas umumnya
sama bagi setiap remaja, akan tetapi waktu dan kecepatan tiap-tiap
anak berbeda. Rata-rata remaja perempuan mulai terjadi perubahan
pubertas pada usia 1 sampai 2 tahun lebih awal daripada anak lakilaki, seperti pada permulaan kecepatan dan perubahan tubuh.
Beberapa remaja pada 18 tahun sampai 24 tahun sudah mengalami
pubertas (Esti, 2002).
Pubertas merupakan masa awal pematangan seksual, yaitu
suatu periode dimana seorang anak mengalami perubahan fisik,
hormonal, dan seksual serta mampu mengadakan proses reproduksi
(Nita, 2008). Perubahan fisik pada masa pubertas merupakan hasil
aktivitas hormonal dibawah pengaruh sistem saraf pusat, walaupun
semua aspek fungsi fisiologis berinteraksi secara bersama-sama,
perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertambuhan fungsi
fisik dan munculnya perkembangan karakteristik seksual sekunder.
Perubahan yang tidak tampak jelas terlihat pada perubahan
29
fisiologis dan kematangan neurogonad yang disertai dengan
kemampuan untuk bereproduksi (Wong, 2008).
Perbedaan fisik antara kedua jenis kelamin ditentukan
berdasarkan karakteristik seksual yaitu, karakteristik seksual primer
merupakan organ eksternal dan internal yang melaksanakan fungsi
reproduktif (misalnya ovarium, uterus, payudara, penis) dan
karakteristik seksual sekunder merupakan perubahan yang terjadi di
seluruh tubuh sebagai hasil dari perubahan hormonal (misalnya
perubahan suara, munculnya rambut pubertas dan bulu pada wajah,
dan penumpukan lemak) tetapi tidak berperan langsung dalam
reproduksi (Wong, 2008).
F. Permasalahan seksualitas remaja
Perkembangan teknologi yang semakin modern membuat remaja
menjadi semakin mudah dan semakin cepat untuk mendapatkan
informasi-informasi melalui layanan internet, termasuk mengenai
seksualitas. Kondisi seperti ini sangat meresahkan para orangtua untuk
melakukan pengajaran mengenai seksualitas dan para orangtua merasa
khawatir terhadap anaknya yang dapat melakukan hal-hal yang tidak
diingankan, seperti perilaku seksual yang menyimpang (Rosmansyah,
2012).
Orang tua merasa takut dan khawatir saat membicarakan masalah
seksual dengan anaknya, karena para orangtua beranggapan bahwa pada
30
saat memberikan pengajaran tentang seksualitas, dikhawatirkan anak
justru akan berperilaku yang menyimpang, seperti melakukan hubungan
seksual pranikah (Kesrepro, 2012). Banyak masalah yang terjadi pada
saat remaja, yaitu depresi remaja, kehamilan diluar nikah, pernikahan
dini, penyakit menular seksual dan aborsi.
Depresi remaja merupakan penyebab yang paling umum, adanya
depresi ini adanya proses pendewasaan yang mereka hadapi, termasuk
mestruasi yang didapatkan oleh remaja perempuan, dan mimpi basah
didapatkan oleh remaja laki-laki (Kesrepro, 2012). Selain itu putus
dengan pacar juga membuat remaja menjadi depresi, dan akan mengubah
perilaku remaja menjadi agresif terhadap perilakunya (Kesrepro, 2012).
Banyak remaja telah melakukan hubungan seksual pranikah
sehingga mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan. Kehamilan
diluar pernikahan bagi masyarakat timur merupakan sesuatu yang tabu,
karena hal ini mengindikasikan wanita yang mengalaminya dianggap
sebagai wanita yang tidak bisa menjaga kehormatannya dan keluarganya
(Kesrepro, 2012). Beberapa dampak psikologis bagi perempuan yang
hamil di luar pernikahan meliputi rendahnya kepercayaan diri, jatuhnya
nama baik keluarga, depresi dan aborsi. Turunnya kepercayaan diri yang
disebabkan karena gunjingan masyarakat berdampak pada kepercayaan
diri perempuan, walaupun kehamilan itu belum diketahui oleh masyarakat
umum, namun kebanyakan wanita hamil di luar nikah mengalami
31
perasaan malu dan kepercayaan diri yang turun secara drastis (Permana,
2012).
Jatuhnya nama baik keluarga dikarenakan seorang wanita yang
hamil sebelum nikah tidak dianggap sebagai perempuan yang baik,
kecuali
jika
kehamilannya
disebabkan
karena
kasus
perkosaan.
Kehamilan yang tidak diinginkan ini justru akan memperburuk nama baik
keluarganya di masyarakat. Depresi dan ingin bunuh diri yang berdampak
paling berbahaya yang bisa menimpa perempuan. Apalagi jika pria yang
menghamilinya justru lari dan tidak mau bertanggungjawab sehingga dia
menghadapi perasaan malu itu sendiri tanpa dibantu oleh pasangannya.
Melakukan tindakan aborsi illegal karena daripada menanggung malu
karena aib akibat perbuatan sendiri, lebih baik segera menggugurkan
kandungannya meskipun dia tahu itu merupakan dosa. Kehamilan di luar
pernikahan juga membuat remaja untuk melakukan tindakan aborsi yang
tidak aman, dikarenakan tidak ada penerimaan terhadap janin yang
dikandungnya. Angka kematian akibat aborsi mencapai sekitar 11 % dari
angka 390 per 100.000 kelahiran hidup (Permana, 2012).
Pernikahan dini berdasarkan Tafsir Al-Qur’an Tematik bahwa
pernikahan dini adalah pernikahan yang salah satu pasangannya belum
cukup umur. Menurut UU Nomor 1 Tahun 1974 Bab II tentang syaratsyarat perkawinan disebutkan pada Pasal 7 ayat (1), “Perkawinan hanya
diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak
perempuan sudah mencapai umur 16 tahun”, jadi pernikahan dini itu
32
menurut hukum di Indonesia, apabila calon pengantin pria belum
mencapai umur 19 tahun, sedangkan calon pengantin perempuan belum
mencapai umur 16 tahun.
Penyakit menular seksual disebut juga penyakit masyarakat, tidak
hanya menyerang secara fisik namun juga psikis dan biasanya orang yang
mengidap infeksi seksual akan dikucilkan dari pergaulan (penyakit
menular seksual, 2011). Hidup yang terlalu bebas dengan cara bergantiganti pacar merupakan salah satu penyebab seseorang dapat terkena
infeksi menular seksual dan remaja tidak bisa mendeteksi apakah
pasangannya itu memiliki perilaku yang sehat atau tidak, karena infeksi
menular seksual tidak dapat dilihat (penyakit menular seksual, 2011).
WHO (2007) menungkapkan bahwa jumlah penderita AIDS di
dunia ada sebanyak 33.300.000 dan di Asia sebanyak 4.900.000 kasus.
Penderita HIV/AIDS di Indonesia pada tahun 2002 sebanyak 110.000,
tahun 2006 sebanyak 193.000 dan pada tahun 2007-2008 jumlah kasus ini
menjadi 270.000 orang, hal ini merupakan ancaman HIV/AIDS di
Indonesia menyebabkan perilaku seksual dan kesehatan reproduksi pada
remaja sering terjadi (Depkes RI, 2008). Diperkirakan 20-25% dari semua
infeksi HIV di dunia terjadi pada remaja (Depkes RI, 2008).
33
G. Kerangka Teori
Remaja :
a.Perubahan fisik:
-pubertas
-pertumbuhan seks
primer
-pertumbuhan seks
sekunder
Pengalaman seksual
-makna seksualitas
-perilaku seksual
-sumber dan jenis informasi
b.Psikologis:
seksual
-rasa ingin tahu
yang besar
-perubahan emosi
-perubahan
intelegensi
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Dimodifikasi dari PKBI (2009) dan Wong (2008)
BAB III
KERANGKA KONSEP
A.
Kerangka Konsep
Berdasarkan tinjauan pustaka yang sudah diuraikan sebelumnya,
bahwa masa remaja merupakan masa yang beresiko terhadap konteks
seksualnya, karena masa remaja masa peralihan dari anak-anak ke masa
dewasa. Rasa ingin tahu remaja terhadap masalah seksualitas sangat
penting dalam pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan
jenis, karena dengan matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul pula
dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual.
Remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan
lawan jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan yang merupakan
kesempatan para remaja melakukan sentuhan fisik, mengadakan
pertemuan untuk melakukan aktifitas seksual bahkan untuk melakukan
hubungan seksual (Soetjiningsih, 2004).
Perubahan-perubahan itu selanjutnya akan membuat remaja
mempengaruhi gambaran diri remaja tersebut termasuk seksualitasnya.
Pengalaman
remaja tentang seksualitas sangat bergantung pada
informasi-informasi yang mereka dapat, pergaulan teman sebaya dan
pada saat melihat orang lain pacaran. Oleh karena itu remaja sering
menyalah gunakan informasi tersebut sehingga akan menimbulkan
34
35
prilaku seksual yang menyimpang. Oleh karena itu peneliti ingin
mengetahui pengalaman seksualitas remaja yang akhir-akhir ini selalu
digambarkan negatif oleh masyarakat sekarang.
B.
Definisi Istilah
1.
Pengalaman seksualitas remaja merupakan sesuatu yang pernah
dialami (dijalani, dirasai, ditanggung) oleh remaja terkait dengan
ekspresi sekualitas diri dan erotisme.
2.
Perilaku seksual merupakan perilaku yang melibatkan sentuhan
fisik dari masing-masing anggota tubuh antara laki-laki dan
perempuan dan segala yang mencakup tingkah laku yang didorong
oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis.
Perilaku seksual tercermin dalam bentuk-bentuk tingkah laku yang
beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik kepada lawan jenis
seperti berkencan, bercumbu dan senggama atau bersetubuh.
3.
Jenis dan sumber informasi seksualitas merupakan hal-hal yang
didapat oleh remaja tentang seksualitas yang meliputi informasi
media massa. Remaja merasa tertarik dengan hal yang berkaitan
dengan seksualitas karena tapada tahap ini remaja mempunyai rasa
keingintahuan yang tinggi, yang akhirnya remaja memutuskan
untuk mencari semua informasi tentang seksualitas.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan
desain fenomenologi deskriptif. Penelitian kualitatif ini dapat
memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat
dalam lingkup pikiran orang setempat, memperoleh penjelasan yang
kaya dan bermanfaat karena penelitian kualitatif isinya adalah narasi
kata-kata
(Siswanto,
menghasilkan
data
2005
deskritif
dalam
Prastowo,
berupa
kata-kata
2010).
Dengan
tertulis
yang
disampaikan oleh partisipan yang didapatkan dengan melakukan
wawancara mendalam (Moleong, 2004). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengalaman yang pernah dialami oleh remaja dan melalui
pendekatan ini
peneliti berharap mendapatkan informasi yang
mendalam tentang pengalaman-pengalaman seksualitas remaja.
Fenomenologi merupakan suatu ilmu yang memiliki tujuan
untuk menjelaskan suatu fenomena, penampilan dari sesuatu yang
khusus, misalnya pengalaman hidup seseorang (Streubert, 1995).
Fokus utama dalam fenomenologi adalah pengalaman nyata. Hal yang
akan dikaji adalah deskripsi mengenai bagaimana pengalaman orang
lain dan apa maknanya bagi mereka (Saryono & Mekar, 2010).
Pendekatan ini diharapkan peneliti dapat menggali informasi secara
mendalam mengenai pengalaman seksualitas remaja.
36
37
B.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di SMK I Nusantara Ciputat
Tanggerang Selatan. Berdasarkan studi pendahuluan didapatkan
hampir 70% siswa-siswi di SMK Nusantara Ciputat telah melakukan
tindakan pacaran. Penelitian ini telah dilaksanakan selama bulan
Agustus sampai bulan Oktober 2012. Peneliti mengambil data
penelitian pada saat siswa-siswi tidak sedang dalam proses belajar
disekolah, sehingga tidak mengganggu aktifitas sekolah dan partisipan
bisa lebih fokus kepada pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.
C.
Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah remaja yang duduk
di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan diwawancarai
secara
langsung
oleh
peneliti
tanpa
ada
orang
yang
mempengaruhi peneliti. Pemilihan partisipan ini dilakukan
dengan
prinsip kesesuain (appopriateness) dan kecukupan
(adequancy).
Pengumpulan
data
dilakukan
dengan
menggunakan teknik Snowball, yaitu dengan cara menghubungi
siswa dan siswi yang pernah menjadi partisipan pada saat studi
pendahuluan, dan meminta rekomendasi satu orang temannya
untuk dijadikan partisipan dalam penelitian ini, dan selanjutnya
meminta rekomendasi kembali kepada pasrtisipan satu dan
seterusnya.
38
1.
Partisipan utama
Partisipan dalam penelitian ini adalah remaja dengan
rentang usia 14 sampai 17 tahun di SMA Nusantara Ciputat
dengan jumlah 6 orang, dengan kriteria :
a.
Remaja yang dapat berkomunikasi dengan baik, sehinga
dapat menjawab pertanyaan dari peneliti
b.
Remaja yang pernah berpacaran minimal lebih dari satu
kali
2.
Partisipan Pendukung
Partisipan pendukung dalam penelitian ini adalah Guru BP
di SMA Nusantara Ciputat yang berjumlah 1 orang.
D.
Teknik Pengumpulan Data
1.
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara melakukan teknik wawancara mendalam (indept
interview) yang dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan
Oktober 2012 dengan pedoman wawancara yang telah disiapkan
sebelumnya.
2.
Tahap Pengumpulan Data
a.
Tahap persiapan pengumpulan data
Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti
mengurus izin terlebih dahulu kepada pihak sekolah dan
telah dilakukan pada saat melakukan studi pendahuluan.
39
Selanjutnya peneliti mengadakan pertemuan dengan
partisipan utama untuk menjelaskan tujuan dan manfaat
penelitian.
b.
Prosedur pengumpulan data
Pada saat melakukan pengumpulan data, sebelum
peneliti menghubungi partisipan yang telah menjadi
sampel pada saat melakukan studi pendahuluan untuk
meminta satu siswa atau siswi untuk menjadi partisipan
pertama pada penelitian ini. Peneliti menghubungi
partisipan pertama dan menjelaskan maksud dan tujuan
peneliti, selanjutnya peneliti meminta kontrak waktu untuk
melakukan wawancara.
Maleong (2001) dijelaskan bahwa wawancara adalah
percakapan dengan maksud untuk maksud tertentu. Pada
metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung
(face to face) untuk mendapatkan informasi secara jelas
dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan
permasalahan penelitian. Pada saat dilakukan wawancara
peneliti berhadapan langsung dengan partisipan untuk
mendapatkan informasi yang sangat jelas dan peneliti
dapat menggali jawaban dari partisipan. Selain itu, peneliti
menggunakan metode wawancara yang tidak terstruktur,
karena peneliti ingin mengajukan pertanyaan yang lebih
40
luas dan lebih leluasa dan ingin menggali lebih dalam
pengalaman yang dialami oleh partisipan.
Wawancara
mendalam
merupakan
wawancara
semiterstruktur dan berlangsung selama paling tidak satu
jam dan bertujuan untuk mengumpulkan deskripsi yang
mendalam dari semua responden (West & Turner, 2008).
Hal-hal
yang
mempersiapkan
harus
wawancara
diperhatikan
mendalam,
dalam
yaitu;
1)
memastikan bahwa alat-alat yang diperlukan benar-benar
telah disiapkan; 2) menghubungi partisipan; 3) menepati
waktu sesuai dengan yang telah disepakati dengan
partisipan; 4) kemukakan pertanyaan ringan sebagai
pembuka dan selanjutnya disesuaikan dengan pertanyaan
yang lebih penting; 5) upayakan menjadi pendengar yang
baik dan mengupayakan sikap-sikap adaptif; dan 6)
mengakhiri wawancara mendalam dengan apresiasi tinggi
(Pawito, 2007).
Wawancara
juga
didasarkan
oleh
pedoman
wawancara yang sebelumnya telah disiapkan peneliti,
sehingga
pertanyaan
menjadi
sistematis
menyimpang jauh dari apa yang akan diteliti.
dan
tidak
41
E.
Instrumen penelitian
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti
sendiri, bagaimana cara mendapatkan hasil yang baik tergantung
peneliti dalam mengelola atau memperdalam suatu data. Instrumen
tambahan dari penelitian ini adalah pedoman wawancara mendalam
(indepth interview) dengan menggunakan alat untuk mencatat dan alat
perekam (tape recorder/handphone)
F.
Validasi Data
1.
Kredibilitas (Creadibility)
Kredibilitas merupakan kriteria untuk memenuhi nilai
kebenaran dari data dan informasi yang dikumpulkan. Cara
memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian yaitu:
a.
Memperpanjang
engagement),
masa
pengamatan
memungkinkan
(prolonged
peningkatan
derajat
kepercayaan data yang dikumpulkan, dapat menguji
informasi
dari
responden
dan
untuk
membangun
kepercayaan para responden terhadap peneliti.
b.
Pengamatan yang terus-menerus (persistent observation)
c.
Triangulasi
1)
Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara
cross-check data dari sumber yang berupa partisipan
42
berbeda-beda. Datanya harus memperkuat atau tidak
ada kontradiksi dengan yang lainnya.
2.
Transferabilitas (Transferabitity)
Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat
diterapkan pada situasi yang lain dengan subyek lain yang
memiliki tipologi yang sama. Penelitan tentang seksualitas
dengan partisipan remaja memungkinkan untuk dilakukan
penelitian ditempat lain dengan karakteristik remaja yang sama.
3.
Dependabilitas (Defendability)
Dependabilitas yaitu apakah hasil penelitian mengacu
pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data,
membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat
interpretasi untuk menarik kesimpulan. Kriteria ini dapat
digunakan untuk menilai apakah proses penelitian kualitatif
bermutu atau tidak.
Peneliti dalam melakukan pengumpulan data kepada
semua partisipan dilakukan pemeriksaan kembali data yang
diperoleh
dengan
terus
menghubungi
partisipan
untuk
mendapatkan suatu data yang lebih mendalam dan dilakukan
pengecekan ulang kembali kepada partisipan tentang hal-hal
yang menjadi pertanyaan peneliti.
43
4.
Konfirmabilitas (Konfirmability)
Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat
dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan
data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan
lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil
penelitian
dengan
orang
yang
tidak
ikut
dan
tidak
berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat
lebih objektif (Saryono & Mekar, 2010).
Peneliti dalam mengumpulkan data dilakukan pengecekan
ulang kembali, dengan tujuan mendapatkan hasil yang akurat
dan terbukti kebenaran. Pada saat melakukan penelitian peneliti
melakukan
pertemuan
kembali
dengan
partisipan
untuk
mengulang data yang didapat peneliti.
G.
Analisa Data
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana
pengalaman remaja terhadap seksualitas. Analisa data yang akan
digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik Colaizzi
(1978). Langkah-langkah analisis data berdasarkan Colaizzi (1978)
dalam Streubert (2003), meliputi:
1.
Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran
menyeluruh tentang fenomena yang diteliti yaitu pengalaman
seksualitas remaja.
44
2.
Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir
mengenai pengalaman pengalaman seksualitas meliputi makna
seksualitas remaja, perilaku seksual remaja serta sumber dan
informasi seksualitas pada remaja. Data yang dianggap penting
kemudian dilakukan pengkodean data.
3.
Membaca semua gambaran semua informan secara berulangulang dari fenomena yang dialami partisipan mengenai
pengalaman partisipan terhadap seksualitas sampai diperoleh
pemahaman yang benar
4.
Mengulang catatan asli dan kutipan pertanyaan penting dengan
mengelompokkan kata kunci dari para partisipan mengenai
pengalaman partisipan terhadap pengalaman seksualitas
5.
Mengatur kumpulan membentuk pegertian dari kelompok tema
dengan membuat kategori-kategori.
6.
Peneliti kemudian menulis gambaran tempat dan merumuskan
tema.
7.
Selanjutnya mengintegrasi hasil analisis ke dalam bentuk
deskriptif
8.
Peneliti mengulang validasi data ke partisipan atas gambaran
yang diberikan untuk mengklarifikasi data hasil penelitian
9.
Jika data baru ditanyakan selama validasi, gabungkan sehingga
menjadi gambaran yang lengkap ( Streubert dan Carpenter,
2003).
45
Memiliki gambaran yang jelas
tentang fenomena yang diteliti
Menggabungkan data yang baru
diperoleh saat dilakukan validasi
Mencatat data yang diperoleh
(hasil wawancara)
Kembali ke responden untuk
klarifikasi data hasil penelitian
Membaca transkrip secara
berulang-ulang
Mengintegrasikan hasil analisis ke
dalam bentuk deskriptif
Mengelompokkan kata kunci
Membuat kategori-kategori
Merumuskan tema
Tabel 4.1
Teknik analisa data
Sumber: Colaizzi ,1978, dalam Streubert & Carpenter, 1999, dalam Saryono &
Mekar, 2010
H.
Etika Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti meyakinkan bahwa responden perlu
mendapat perlindungan dari hal-hal yang merugikan selama
penelitian, dengan memperhatikan aspek-aspek self determination,
privacy, anonymity, confidentially dan protection from discomport
46
(Polit, 2006). Peneliti juga membuat Informed consent sebelum
penelitian dilakukan.
a.
Self Determination
Partisipan diberi kebebasan untuk menentukan apakah
bersedia atau tidak mengikuti kegiatan penelitian dengan
sukarela, setelah semua informasi yang berkaitan dengan
penelitian dijelaskan dengan menandatangani Informed Consent
yang telah disediakan.
Pada saat peneliti memulai wawancara, sebelumnya
peneliti menanyakan apakan partisipan bersedia untuk dilakukan
wawancara atau tidak.
b.
Privacy
Peneliti juga menjaga kerahasiaan atas informasi yang
diberikan responden untuk kepentingan penelitian. Nama
responden akan dirahasiakan sebagai ganti digunakan nomor
responden.
c.
Anonymity
Pada saat peneliti menanyakan nama partisipan, peneliti
memberitahukan bahwa nama yang akan terpampang di kertas
Informed consent adalah nama inisial saja.
d.
Confidentially
Peneliti menjadi kerahasiaan identitas responden dan
informasi yang diberikan. Semua catatan dan data responden
disimpan sebagai dokumentasi penelitian.
BAB VI
PEMBAHASAN
A.
Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi
1.
Makna seksualitas pada remaja
Seksualitas memiliki makna yang lebih luas mencakup daya tarik
seksual dan karakteristik yang bersifat biologis maupun sosial, seksualitas
bersentuhan dengan wilayah sosial yang mengkonstruksi sifat, karakter,
perilaku sosial dari masing-masing jenis kelamin (Munfarida, 2009).
Seksualitas salah satu isu kesehatan yang essensial dan menjadi sesuatu
yang kurang diketahui bagi remaja sehingga pelayanan kesehatan seksual
masih
dihindari
dikarenakan
ketidaknyamanan
remaja
untuk
membicarakannya dan merupakan sesuatu hal yang masih tabu (Berg,
2001).
Perkembangan seksualitas remaja diawali ketika terjalinnya interaksi
antar lawan jenis, baik itu interaksi antar teman maupun interaksi ketika
berkencan (Taufik & Anganthi, 2005). Sarwono (2005) menjelaskan bahwa
karakteristik seksualitas remaja mencakup pada karakteristik seksual primer
dan sekunder. Seiring dengan pertumbuhan primer dan sekunder pada
remaja, selanjutnya muncul hasrat dan dorongan untuk menyalurkan
keinginan seksualnya. Hal tersebut merupakan suatu yang wajar
pada
remaja, karena secara alamiah dorongan seksual ini memang harus terjadi
untuk menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi
mempertahankan keturunan (Mu’tadin, 2010).
57
58
Hasil penelitian ini melaporkan beberapa makna seksualitas bagi
remaja merupakan suatu hubungan intim. Hal ini sesuai dengan penjelasan
Jackson dan Scoot dalam Munti (2005) menyatakan bahwa seksualitas
sebagai suatu fenomena psikologis dan biologis manusia. Selanjutnya
Munti (2005) memaparkan kembali bahwa seksualitas secara umum
memiliki makna yang lebih luas, meliputi hasrat-hasrat erotis, praktik-pratik
dan identitas-identitas erotis yang mencakup perasaan-perasaan dan
hubungan seksual. Sebuah revolusi global seksualitas dalam konteks ini
terjadi diwilayah intim.
Makna seksualitas dalam penelitian ini hanya mengarah pada aspek
biologis yaitu yang berkaitan dengan reproduksi dan alat kelamin, termasuk
bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ
reproduksi dan dorongan seksual saja bukan mencakup keseluruhan, seperti
halnya menurut Munfarida (2009) menyatakan bahwa seksualitas memiliki
makna yang lebih luas yang mencakup daya tarik seksual dan karakteristik
yang bersifat biologis maupun sosial, seksualitas bersentuhan dengan
wilayah sosial yang mengkonstruksi sifat, karakter, perilaku sosial dari
masing-masing jenis kelamin. Hal ini juga sesuai dengan beberapa dimensi
seksualitas yaitu, dimensi biologis, dimensi psikososial, dimensi perilaku,
dimensi sosial dan dimensi Kultural. Dimensi biologis yang berkaitan
dengan reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga
kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi. Dimensi
psikososial yang erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi
sebagai makhluk seksual, identitas peran atau jenis yang meliputi faktor
psikis yaitu emosi, pandangan, dan kepribadian, yang berkolaborasi dengan
59
faktor sosial, yaitu bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungannya
secara seksual.
Dimensi sosial yang dilihat yaitu bagaimana seksualitas muncul
dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam
membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk
perilaku seksual. Dimensi perilaku yang menerjemahkan seksualitas
menjadi perilaku seksual, yaitu perilaku yang muncul berkaitan dengan
dorongan atau hasrat seksual. Dimensi kultural menunjukan perilaku
seksual menjadi budaya yang ada di masyarakat dan menekankan pada
konstruksi kultural terhadap seksualitas yang menjadikan makna dan
norma-norma seksualitas berbeda dari budaya yang satu dengan budaya
yang lain. Dimensi klinis menangani persoalan-persoalan fisik seperti
penyakit, trauma dan masalah-masalah perasaan atau psikis, seperti
kecemasan, rasa bersalah, malu, depresi dan konflik, yang dapat
mengganggu fungsi reproduksi dan seksualitas (Kesrepro, 2010; Negara,
2007 & PKBI, 2000).
Seks dan seksualitas seharusnya dibedakan, seks merupakan hal yang
mencakup alat kelamin dan seksualitas merupakan segala sesuatu yang
berhubungan
dengan
keperibadian
sebagai
laki-laki
atau
sebagai
perempuan, dan seks merupakan bagian dari seksualitas (Hadiwardoyo,
2010). Seksualitas selalu terpaut dengan status manusia sebagai bagian inti
keluarga dan manusia yang memiliki fungsi seksual dalam arti yang
mendasar dan tidak hanya diindentikan pada lingkup hubungan seksual.
Seksualitas selalu ditempatkan dalalm konteks seluruh pribadi manusia
sebagai makhluk yang memiliki badan, jiwa dan roh yaitu bagaimana cara
60
menjalin hubungan dengan sesama dan cara bereaksi terhadap sesama
(Chang, 2009).
PKBI (2010) menyatakan bahwa seksualitas merupakan suatu proses
yang terjadi sepanjang kehidupan manusia, dimulai dari saat lahir sebagai
bayi hingga secara fisik menjadi mandiri, lepas dari ibunya dan akan
berakhir ketika seorang meninggal dunia. Ilmu yang mempelajari
seksualitas adalah seksologi yang terdiri dari aspek sosial budaya, biologis,
klinis, psikososial, dan perilaku. Seksualitas merupakan bagian dari
kehidupan manusia, baik pria maupun perempuan.
Pemahaman holistik tentang seksualitas merumuskan kembali
seksualitas sebagai suatu kekuatan hidup yang penting, yang bersifat
organik dan melekat kepada totalitas pribadi seseorang, filsafat holistik
menegaskan bahwa pengungkapan seksualitas dapat dilakukan dengan
berbagai cara, tidak hanya melalui alat kelamin saja, seksualitas juga dapat
diungkapkan melalui peran sosial, peran gender, dan peran keluarga.
Misalnya afeksi, kasih, dan keakraban yang bersifat non-genital (bukan alat
kelamin) memang diungkapkan juga secara erotis, sensual, dan genital
(Krabil, 2008). Hal ini sesuai dengan beberapa dimensi seksualitas yaitu,
dimensi biologis, dimensi psikososial, dimensi perilaku, dimensi sosial dan
dimensi cultural. Dimensi biologis yang berkaitan dengan reproduksi dan
alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan
secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual (Kesrepro, 2010;
Negara, 2007 & PKBI, 2000).
Makna seksualitas lainnya dalam penelitian ini merupakan suatu
rangsangan. Hal ini sejalan dengan yang dijelaskan Chang (2009)
61
mengungkap bahwa seksualitas merupakan kegiatan-kegiatan
yang
berhubungan dengan perasaan, fantasi seksual, rangsangan-rangsangan
serta hubungan persebadanan untuk kesenangan atau mengahasilkan
keturunan. Ambiguitas seksualitas terletak pada pelayanan terhadap
kelahiran, serta pelayanan terhadap perwujudan cinta kasih antara suami
istri. Sesuai dengan tahapan seksual yang meliputi hasrat, eksitasi, plateau,
orgasme dan resolusi. Eksitasi merupakan hasrat seks dengan terangsang.
Dua orang yang tertarik satu sama lain akan merasakan keterangsangan
menjalar ditubuh mereka (Kesrepro, 2008). Wujud rangsangan juga
bervariasi meliputi khayalan, bau, suara, dan fisik seperti sentuhan dan
belaian (Heffner dan Schust, 2005).
2.
Perilaku seksual pada remaja
Rasa ingin tahu remaja terhadap masalah seksual sangat penting
dalam pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis,
karena dengan matangnya fungsi-fungsi seksual maka timbul pula
dorongan-dorongan dan keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual.
Remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku seksualnya dengan lawan
jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan yang merupakan kesempatan
para remaja melakukan sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk
melakukan aktifitas seksual bahkan untuk melakukan hubungan seksual
(Soetjiningsih, 2004).
Perilaku seksual merupakan perilaku yang melibatkan sentuhan fisik
dari masing-masing anggota tubuh antara laki-laki dan perempuan dan
segala yang mencakup tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik
62
dengan lawan jenis maupun sesama jenis (Noor, 2004). Perilaku seksual
tercermin dalam bentuk-bentuk tingkah laku yang beraneka ragam, mulai
dari perasaan tertarik kepada lawan jenis seperti berkencan, bercumbu dan
senggama atau bersetubuh (Mu’tadin, 2010).
Perilaku seksual yang dilakukan oleh remaja dalam penelitian ini
meliputi berpegangan tangan, berciuman, sentuhan dan oral seks. Hal-hal
yang dasar seperti berpegangan tangan merupakan awal untuk melakukan
aktivitas yang lain. Hal itu sesuai dengan salah satu bentuk perilaku seksual
menurut Wahyudi dalam Purnawan (2004), yang menyatakan bahwa
berpegangan tangan merupakan aktivitas yang tidak terlalu menimbulkan
rangsangan seksual yang kuat namun biasanya muncul keinginan untuk
mencoba aktivitas yang lain. Irawati (2002) juga memaparkan bahwa
remaja melakukan berbagai macam perilaku seksual yang beresiko yang
terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yang dimulai dari berpegangan tangan.
Penelitian dari BKKBN (2005) memaparkan perilaku seksual remaja
meliputi, berpegangan tangan (16%), berpelukan (13%), mencium pipi
(12%). Perilaku yang sudah menjurus pada hubungan seks awal (foreplay)
meliputi cium pipi (9%), necking (mencium leher) (9%), meraba organ
seksual (4%), petting (2%) dan hubungan seksual (1%).
Hal itu
menunjukan bahwa berpegangan tangan merupakan perilaku seksual yang
sering dilakukan oleh remaja dengan persentase 16%.
Partisipan telah melakukakan perilaku seksual sejak di bangku SMP
yang meliputi cium bibir, Salah satu partisipan utama mengungkapkan
bahwa pernah, mencium dada, meraba-raba dada perempuan dan oral seks.
Hal tersebut dilakukan atas kesepakatan bersama kedua belah pihak.
63
Perilaku seksual yang terjadi dipengaruhi oleh perilaku-perilaku
teman sebayanya agar tidak merasa ditolak dan dibaikan oleh teman
sebayanya. Soetjiningsih (2006) memaparkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku seksual remaja adalah hubungan remaja dengan
orang tuanya, tekanan negatif kelompok sebaya, pemahaman tingkat agama
dan penerimaan informasi dari berbagai media tentang seksualitas yang
mempengaruhi perilaku seksual. Salah satu aspek paling kritis dalam masa
remaja adalah menyangkut pergaulan, baik pergaulan sesama jenis maupun
lawan jenis, jika tidak berhati-hati dalam bertindak, maka pergaulan remaja
akan menjurus ke hal-hal yang negatif seperti perilaku seksual yang
menyimpang.
Perilaku seksual tidak terjadi dengan sendirinya melainkan di
motivasi oleh faktor-faktor internal yang tidak dapat diamati secara
langsung (tidak kasat mata), sehingga individu tergerak untuk melakukan
perilaku seksual yang bebas. Motivasi merupakan penggerak perilaku.
Motivasi tertentu akan mendorong seseorang untuk melakukan perilaku
tertentu pula. Pada seorang remaja, perilaku seksual bebas dapat dimotivasi
oleh rasa sayang dan cinta dengan didominasi oleh perasaan kedekatan dan
gairah yang tinggi terhadap pasangannya, tanpa disertai komitmen yang
jelas atau karena pengaruh kelompok. Remaja ingin menjadi bagian dari
kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh
kelompoknya, dalam hal ini kelompoknya telah melakukan perilaku seksual
bebas. Faktor lain yang dapat mempengaruhi seorang remaja melakukan
seks bebas karena didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba
segala hal yang belum diketahui. Ini merupakan ciri-ciri remaja pada
64
umumnya. Remaja ingin mengetahui banyak hal yang hanya dapat
dipuaskan serta diwujudkannya melalui pengalaman mereka sendiri
(Sarwono, 2008).
3.
Sumber dan informasi seksualitas pada remaja
Remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dalam mencari sumber
informasi terkait dengan seksualitas cenderung didapatkan dari berbagai
macam media, diantaranya media internet, majalah, koran, telepon genggan
dan media televisi. Pada penelitian ini memaparkan bahwa remaja
mendapatkan informasi meliputi media dan teman sebaya.
Rokhmawati (2008) memaparkan bahwa paparan media massa, baik
cetak maupun elektronik mempunyai pengaruh terhadap remaja untuk
melakukan perilaku seksual yang menyimpang. Hal ini mengakibatkan
remaja cenderung menggunakan media informasi elektronik secara negatif,
padahal dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik pasal 4
menyebutkan
bahwa
informasi
yang didapatkan
bertujuan
untuk,
mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi
dunia; mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat; meningkatkan efektivitas
dan efisiensi pelayanan publik; membuka kesempatan seluas-luasnya
kepada setiap orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di
bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi
Informasi seoptimal
mungkin dan bertanggung jawab; dan memberikan rasa aman, keadilan,
dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara Teknologi
Informasi.
65
Informasi seksualitas dari media massa (baik cetak maupun
elektronik) yang cenderung bersifat pornografi dan pornoaksi dapat menjadi
referensi yang tidak mendidik bagi remaja, karena remaja yang sedang
dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru yang dilihat dan
didengarnya dari media massa tersebut, maka dari itu sumber yang lain baik
dan bertanggung jawab diperlukan oleh remaja, agar remaja tidak salah
dalam mendapatkan informasi. Orang yang memberikan informasi berupa
video porno ke dalam media elektronik internet merupakan tindakan yang
tidak boleh dilakukan, hal ini sesuai Undang-Undang Informasi dan
Transaksi Elektronik Pasal 27 ayat 1, yaitu setiap orang dengan sengaja
dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.
Media televisi seperti iklan, infotainment, hiburan/musik, dan film
mempunyai kontribusi terhadap perilaku seksual dikalangan remaja. Media
lain seperti majalah, buku, internet, dan VCD ternyata juga mempunyai
andil yang besar terhadap perubahan perilaku seksual dikalangan remaja.
Disarankan kepada orang tua dan pendidik (guru) kiranya, sejak dini
memberikan bimbingan, pengawasan dan pelajaran kepada anak-anaknya
dari pengaruh buruk media. Pemilik TV swasta hendaknya menyiarkan
acara-acara yang memiliki nilai pendidikan (Purba, 2004).
Berdasarkan hasil penelitian Kenneavy et al. (2006) media massa
adalah sumber informasi yang sangat penting dalam memberikan informasi
mengenai perilaku seksual kepada remaja. Pengaruh yang kuat antara media
massa dan perkembangan remaja juga telah dijelaskan oleh hasil penelitian
66
yang dilakukan oleh Baumgardner et al. (2004) yaitu, perilaku kekerasan
yang diperoleh dari media massa (video game, televisi, film dan internet)
merupakan kontributor utama dalam menciptakan sikap agresif dan perilaku
kekerasan dalam kehidupan sehari-hari.
Suryoputro (2006) yang memaparkan remaja mendapatkan suatu
pendapat atau saran tentang seks dari teman sebayanya, remaja cenderung
menerima, karena remaja itu mempunyai ketakutan atau kecemasan bila
tidak melakukannya akan di asingkan dalam suatu kelompok tersebut. Hal
ini sesuai dengan yang dinyatakan Gunarsa (2004) bahwa bila suatu
kelompok remaja sudah menuntut hak bertindak kolektif yang membatasi
kebebasan individu, maka hilanglah kesempatan emansipasi dalam
kelompok. Dalam kelompok-kelompok dengan kohesi yang kuat,
berkembang norma-norma kelompok
mementingkan
perannya
sebagai
tertentu, remaja akan lebih
anggota
kelompok
daripada
mengembangkan pola dirinya sendiri.
Menurut Santrock (2007) fungsi utama dari teman sebaya yaitu
memberikan sumber informasi dan perbandingan tentang dunia di luar
keluarga, sehingga hubungan dengan teman sebaya yang baik dapat
membawa anak ke perilaku yang baik dan begitu sebaliknya. Dampak
negatif dari kelompok teman sebaya dan media massa yaitu dapat
membawa remaja terlibat dalam kenakalan remaja seperti terlibat narkoba,
free seks, tawuran serta ketidakmampuan untuk membina hubungan yang
baik dengan orang lain (Santrock 2007; Goleman 2007). Pengaruh negatif
dari teman sebaya dan media massa yang besar menuntut setiap individu
67
agar dapat menguasai keterampilan-keterampilan sosial dan kemampuan
penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar (Desmita, 2009).
Bester (2007) memaparkan bahwa kurangnya waktu luang remaja
untuk berinteraksi dengan lingkingannya dapat memberikan dampak negatif
terhadap perkembangan sosial dan kepribadian remaja karena kelompok
teman sebaya akan menciptakan lingkungan sosial yang mengajar dan
mengasah tanggung jawab sosial. Meijs (2010) juga memaparkan bahwa
interaksi yang positif dengan teman sebaya dapat membantu remaja
membangun perasaan menjadi anak populer dan kemudian berdampak pada
tindakan prososial seperti kemampuan memecahkan masalah sosial,
membangun hubungan pertemanan, dan memiliki perilaku sosial yang
positif. White (2010) menyebutkan bahwa remaja yang memiliki tingkat
agresivitas tinggi dengan teman sebaya akan lebih mudah terlibat dalam
perilaku seksual Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2009)
pada remaja fase akhir, menyebutkan bahwa keterampilan sosial yang
dimiliki oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh keikutsertaannya dalam
organisasi. Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruhidawati
(2005) menunjukkan bahwa sebagian besar remaja lebih memilih
menghabiskan waktunya dengan kelompok teman sebayanya dan
menceritakan masalah yang dihadapi dengan kelompok teman sebaya
daripada dengan orang tua (Ghozali, 2004).
Informasi seksual yang benar dapat berfungsi sebagai instrument
pencegahan pernikahan dini sekaligus berfungsi sebagai alat propaganda
program keluarga berencana (KB) yang murah, namun efektif. Sebagai
contoh, penjelasan tentang bahaya pernikahan dini atau kehamilan dini dan
68
penerangan tentang usia ideal untuk menikah akan mendorong para remaja
menunda pernikahan dini karena menyadari kekeliruan yang berpotensi
mengancam kesehatan, baik bayi yang mereka lahirkan maupun mereka
sebagai orang tua (Surbakti, 2009).
Informasi dan sumber yang didapatkan semua partisipan tidak
memaparkan bahwa informasi yang mereka dapat berasal dari orangtua.
Padahal Bilamana orang tua mampu memberikan pemahaman mengenai
perilaku seksual kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya cenderung
mengontrol perilaku seksualnya itu sesuai dengan pemahaman yang
diberikan orang tuanya. Hal ini terjadi karena pada dasarnya pendidikan
seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri. Kesulitan
yang timbul kemudian adalah apabila pengetahuan orang tua kurang
memadai menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak
memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks anak. Akibatnya
anak mendapatkan informasi seks yang tidak sehat. Pendidikan seksual
yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma atau peraturan
yang berlaku di masyarakat, mencakup apa yang dilarang, apa yang
dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan
yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2008).
69
B.
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang peneliti temukan dalam proses penelitian tentang
pengalaman seksualitas remaja antara lain:
1.
Proses wawancara mendalam kepada partisipan cukup sulit untuk mendapat
kepercayaan, karena hal-hal yang ditanyakan merupakan hal yang bersifat
pribadi.
2.
Kontrak waktu kepada partisipan cukup sulit untuk melakukan proses
pengumpulan data, karena partisipan mempunyai kewajiban untuk sekolah.
3.
Membina hubungan saling percaya kepada partisipan cukup sulit, karena
pada awal wawancara, peneliti telah memaparkan bahwa yang akan peneliti
tanyakan merupakan seputar seksualitas.
4.
Proses menganalisa data dalam penelitian kualitatif cukup sulit untuk
mendapatkan tema, kategori dan sub tema yang didapat dari hasil
wawancara mendalam.
BAB VII
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penelitian ini menghasilkan 3 tema, yaitu : 1) makna seksualitas
pada remaja; 2) perilaku seksual pada remaja dan 3) sumber dan
informasi pada remaja. Makna seksualitas berdasarkan ungkapanungkapan remaja merupakan suatu hubungan seksual antara laki-laki dan
perempuan dan suatu rangsangan. Perilaku seksual yang dilakukan oleh
remaja siswa atau siswi SMK I Nusantara ciputat meliputi 1) berpegangan
tangan; 2) pelukan; 3) merangkul; 4) cium pipi; 5) berciuman bibir,
mencium dada, sentuhan bahkan sampai Oral seks. Sumber dan jenis
informasi yang didapat dan sering didapatkan oleh remaja siswa atau
siswi SMK I Nusantara Ciputat adalah media internet, televisi, majalah
dan handphone, selain itu dari pergaulan teman sebaya mereka mendapat
informasi tentang seksualitas.
71
72
B.
Saran
1.
Bagi SMK I Nusantara Ciputat
a.
Memberikan
materi khusus tentang Seksualitas mencakup
makna, perilaku seksual, dampak dan akibat perilaku seksual
menyimpang
b.
Memberikan peringatan tegas kepada siswa/siswi yang
mempunyai sarana seksualitas yang negatif, seperti video
porno dalam telepon genggam
c.
Mangadakan workshop tentang pendidikan seksual secara
rutin
d.
Meningkatkan pembelajaran yang lebih religious, seperti
acara keputerian
2.
Peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan untuk dilakukan
penelitian mengenai seksualitas dengan melakukan pendekatan
kepada partisipan dengan cara bergaul dengan remaja agar data
yang didapat lebih banyak dan akurat
3.
Institusi pendidikan
Penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan
terkait seksualitas remaja terutama pada bidang keperawatan
maternitas.
73
4.
Pelayanan kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran bagi
perawat atau tenaga kesehatan lain terutama masalah-masalah yang
berkaitan dengan kesehatan seksual remaja yang selama ini masih
dianggap tabu baik oleh masyarakat maupun tenaga kesehatan itu
sendiri dan masih belum banyak mendapatkan perhatian. Hasil
penelitian ini juga berguna bagi perawat sebagai landasan dalam
memberikan promosi kesehatan seksual remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2003
Andi Prastowo. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif.
Jogjakarta : DIVA Press. 2010
Berg, Judith. Dimensions of Sexuality in the Perimenipausal Trasitions: A Model a
Practice. Jurnal. 2001
BKKBN. Perasaan dan Harapan Remaja Memasuhi Masa Pubertas.
http://ceria.bkkbn.go.id/ceria/penelitian/detail/351. 2001, diakses pada tanggal
7 Februari 2012
Chang, William. Bioetika. Kanisius:Yogyakarta.2009
Demartoto, Argyo. Seks, Gender dan Seksualitas. Jurnal. 2006
Departemen Kesehatan. Profil Kesehatan kepulauan Riau. Jakarta: Depkes RI. 2007
___________________.Capacity Buiding Bagi Konselor Sebaya dan Pengelola
Program Kesehatan Remaja. Jakarta: Depkes RI. 2005
___________________. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI. 2011
Endarmoko, Edo. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.2006
Ghozali, LF. Pengaruh Teman Sebaya dan Media Massa terhadap Perilaku seksual
.2011
Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (alih bahasa Istiwidayati dan Soedjarwo). Jakarta :
Erlangga. 2004
Heffner, Linda J & Schust Danny J. Sistem Reproduksi ed. 2. Boston. 2005
KPAI. Perkawinan Dini Menyebabkan Tingginya Perceraian.
http://www.kpai.go.id/publikasi-mainmenu-33/beritakpai/73-perkawinandini-penyebab-tingginya-angka-perceraian.html.
2007,
diakses
pada
tanggal 23 Desember 2011
______Anak Hasil Nikah Siri Rentan Eksploitasi. http://www.kpai.go.id/homemainmenu-1/88-anak-hasil-nikah-siri-rentan-eksploitasi.html?date=2018-0201.2008, diakses pada tanggal 16 Desember 2011
Imran, Noor. Relasi Seksual dan Isu Gender. Jakarta: Fisip UI. 2004
Irawati dan Prihyugiarto Irwan. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Terhadap
Perilaku Seksual Pria Nikah Pada Remaja Di Indonesia: BKKBN. 2005
Jayadi, Ahkam. Perlindungan konsumen dan Pemberdayaan Perempuan. Di akses
dari http://www.kesrepro.info/?q=taxonomy/term/1&page=51. 2007, pada
tanggal 08 Januari 2012
Kuntari, Titik. Prinsip-Prinsip Pengobatan dalam Islam. Jurnal. Yogyakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia diakses dari
http://medicine.uii.ac.id/upload/klinik/elearning/ikm/prinsip-prinsippengobatan-dalam- islam-fkuii-tk.pdf . 2007, pada tanggal 07 Januari 2012
Krabil, Hesberger Anne. Seksualitas Pemberian Allah. PT.BPK Gunung Mulia:
Jakarta. 2008
Moleong, L J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja. 2004
Martono, Lydia Harlina, dan Satya Joewana. Pencegahan dan Penanggulangan
Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah. Jakarta: Balai Pustaka (Persero).
2006
Munfarida, Elya. Kritik dan Wacana Seksualitas Perempuan. Jurnal. 2009
Mu’tadin, Z. Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.Yogyakarta: Andi
Offset. 2002
Munti, Ratna Batara. Demokrasi Keintiman: Seksualitas di Era Global. LKIS:
Yogyakarta.2005
Melliana, Anastasia. Menjelajah Tubuh Perempuan dan Mitos Kecantikan.
Yogyakarta: LKIS. 2006
Negara, Made Oka. Mengurai Persoalan Kehidupan Seksual dan Reproduksi
Perempuan. Jurnal. 2007
PKBI. Perkembangan Seksualitas Remaja. BKKBN: Jakarta. 2009
Santrock, JW. Adolescence: Perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga. 2003
Sarwono, W. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali. 2005
Synovate. Perbandingan Antara Pengaruh Layanan Informasi dan Konseling
Terhadap
Sikap Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja.
Jurnal
Penelitian Kesehatan. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1110715.pdf.
2010
Sudibio. Tingkat Pengetahuan dan Sikap remaja SMA Santo Thomas Mengenai Seks
Bebas. Skripsi. Universitas Sumatra Utara. 2008
Soetjiningsih. Tumbuh Kembang dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto. 2004
Taufik & Anganthi, Nisa. Seksualitas Remaja: Perbedaan Seksualitas Antara Remaja
yang Tidak
Melakukan Hubungan Seksual dan Remaja yang Melakukan
Hubungan Seksual. Jurnal. 2005
UNAIDS. Mari Bergabung Menanggulangi HIV/AIDS di Indonesia.
http://data.unaids.org/Topics/Partnership-Menus/PDF/indonesiacover-id.pdf.
2004
________. International Technical Guidance on Sexuality Education: An evidenceinformed approach for schools, teacher and healtheducators. Geneva:
UNAIDS. 2009.
Purba, Robo Alexander. Dampak Media Televisi Terhadap Perilaku Seksual Remaja
Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2004. Skripsi.
2004. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/33319
diakses pada
tanggal 16 Juli 2012
Pawito. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta. 2007
Purnomo, Aloys Budi. Agama dan Kekerasan pada Perempuan. Diakses dari
http://www.kesrepro.info/?q=taxonomy/term/1&page=51. 2007, pada tanggal
07 Desember 2010
Purnawan, Iwan. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual pada Anak
Jalanan di Stasiun Kereta Api Lempuyangan Jogjakarta. Program Studi Ilmu
Keperawatan, Fakultas Kedokteran UGM. 2004
Permana,
Herri.
Seks
Remaja
dan
http://www.aborsi.org/artikel.htm
aborsi.
2012
dikutip
dari
Saryono dan Mekar, Dwi Anggraeini. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang
Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika. 2010
Sri Esti Wuryani. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo. 2002
Stright, Barbara R. Keperawatan Ibu- Bayi baru lahir. Jakarta: EGC. 2005
Suryoputro, dkk. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja di
Jawa Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan dan Layanan Kesehatan
Seksual dan Reproduksi. 2006
Yudantara, I ketut Gede. Mengubah Ketidakpastian Menjadi Kekuatan. PT Elek
Media Komputindo: Jakarta. .2006
West, Richard & Turner, H Lynn. Introducing Communication Theory : Analysis and
Aplication. Jakarta: Salemba. 2008
Wong, L Donna. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik ed 6. Jakarta: EGC. 2009
xiv
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Guru BP
Pengantar :
Dengan hormat,
Sebelumnya Saya mengucapkan terima kasih atas kesedian Bapak/Ibu Guru
SMK Nusantara Ciputat untuk menjadi partisipan dalam peneltian Saya. Jawabanjawaban yang Bapak/Ibu berikan akan menjadi data dalam penelitian Saya, dan
Bapak/Ibu bisa menjawab sesuai hal yang pernah terjadi di SMK Nusantara Ciputat
ini. Untuk memudahkan Saya dalam melakukan wawancara, Saya akan menggunakan
alat bantu yang berupa alat perekam.
A. Identitas Pewawancara
1. Nama pewawancara
:
2. Tanggal wawancara
:
3. Waktu wawancara
:
4. Tempat wawancara
:
B. Indentitas Partisipan
1. Nama
:
2. Usia
:
3. Jenis kelamin
:
4. Agama
:
5. Posisi pekerjaan
:
C. Pengalaman seksualitas siswa/siswi SMA Nusantara Ciputat
1. Berapa banyak yang Bapak/Ibu ketahui siswi SMA Nusantara Ciputat yang
melakukan pacaran?
2. Dalam 10 tahun terakhir, adakah siswi SMA Nusantara Ciputat yang
dikeluarkan dari Sekolah ini akibat tindakan seksual?
3. Apakah Bapak/Ibu pernah memanggil/mengintrogasi siswi SMA Nusantara
Ciputat, karena melakukan tindakan pacaran yang terlalu berlebihan?
4. Kalau ada, bagaimana Bapak/Ibu atau sekolah ini menyikapinya?
5. Apa yang Bapak/Ibu ketahui mengenai seksualitas?
6. Biasanya apa yang dilakukan siswi SMK Nusantara Ciputat pada saat
pacaran?
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM
Remaja
Pengantar :
Dengan hormat,
Sebelumnya Saya mengucapkan terima kasih atas kesedian Anda untuk
menjadi partisipan dalam peneltian Saya. Jawaban-jawaban yang Anda berikan tidak
ada yang salah dan bersifat bebas sehingga Anda bisa menjawab sesuai pengalaman
dan hal yang pernah terjadi pada Anda. Untuk memudahkan Saya dalam melakukan
wawancara, Saya akan menggunakan alat bantu yang berupa alat perekam.
A. Identitas Pewawancara
1. Nama pewawancara
:
2. Tanggal wawancara
:
3. Waktu wawancara
:
4. Tempat wawancara
:
B. Indentitas Partisipan
1. Nama
:
2. Usia
:
3. Agama
:
C. Pengalaman seksualitas
1. Apa yang Kamu ketahui tentang Seksualitas?
2. Apa saja yang termasuk perilaku Seksual?
3. Informasi apa yang sering Kamu dapatkan/cari mengenai seksual?
4. Biasanya, Kamu mendapatkan informasi tersebut dari mana?
5. Dari yang Kamu sebutkan mengenai perilaku seksual, yang biasanya Kamu
lakukan bersama teman/ pacar Kamu apa saja?
ANALISA TEMATIK
Informan
No
Pernyataan Signifikan
Kategori
Sub Tema
Tema
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
1
Suatu hubungan intim, yang
Hubungan Intim
Makna seksualitas
dilakukan oleh pasangan lawan jenis
√
√
√
√
pada remaja
perempuan dan laki-laki.
2
Suatu rangsangan untuk berbuat
Rangsangan
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
yang tidak-tidak, rangangan untuk
berhubungan seksual,
4
Berpegangan tangan , pegangan
Pegangan
Perilaku seksual
tangan sama tangan dia, tangan saling
tangan
pada remaja
√
√
√
menempel, bergandengan tangan
5
Mencium pipi palingan kak,,
6
Saya berciuman bibir saat pas waktu
Cium pipi
Berciuman
√
√
SMP kak
7
Saya pernah melakukan cupang,
Cium dada
√
Sentuhan
√
Oral seks
√
cupang itu melakukan ciuman, tapi
lebih dari ciuman bibir, bisa
didada,dimana saja anggota tubuh
lain
8
Saya pernah melakukan grepe, grepe
itu menyentuh dada perempuan,
9
Saya pernah melakukan spongan,
spongan itu mengisap alat kelamin
laki-laki kak,,
8
Saya dapet informasi dari majalah
Majalah
Media
Sumber
Informasi
pada remaja
dan √
seksual
√
√
√
√
√
√
9
Saya mendapatkan informasi
Koran
√
Internet
√
seksualitasnya dari koran,
10
Saya mendapatkan informasinya dari
√
√
√
√
√
√
internet,
11
Saya mendapatkan infornasi nya itu
√
Televisi
dari televisi
12
13
Dari sekolah juga bisa dapet
Pelajaran
informasi nya
sekolah
Ngobrol sama teman, sering curhat
Teman Sebaya
juga
√
√
√
√
Download