Kelompok 3 | Mikrobiologi 2007 Herynda Cempaka Sari Fida Farhana Andriani Oktadianti Aldina S Suwanto Desy Suryani Astri Elia Arkasha Hawa Firdausi Galih Mara Santika Bastian Saputra 10407020 10407021 10407022 10407023 10407024 10407025 10407026 10407027 10407028 10407029 SEJARAH Insect Virus merupakan virus yang mempunyai host berupa insect atau serangga. Pertama kali ditemukan pada abad ke-20 pada silkworm (Bombyx mori) dan menyebabkan jaundice disease. Jaundice disease sendiri sudah ada sejak abad ke-16 namun saat itu virus pun belum ditemukan oleh manusia sehingga agen penyebabnya diperkirakan merupakan protozoa. Agen penyebab jaundice disease ini merupakan insect virus paling terkenal dan paling banyak dipelajari dari antara ratusan kasus viral disease pada insect yang saat ini sudah ditemukan. Secara umum, symptom akibat insect virus pada serangga dapat berupa: • tidak nafsu makan • perilaku berubah • diarrhea • perubahan warna tubuh serangga • pergerakan yang lambat • laju reproduksi berkurang • kematian • serangga muntah Selain dari gejala-gejala diatas, adanya insect virus dapat diamati dengan : light microscopy (CPEs), electron microscopy, serology, molecular biology approach (DNA analysis by restriction endonuclease, molecular probes, etc), Viral particles in the ovary of mexican been beetle Viral particles in the nucleus of midgut epithelial cells of Diarhroatica speciosa MANFAAT • Agen untuk Biological Control. Insect virus ini hanya menyerang serangga saja tanpa mengganggu tanaman dan disebut-sebut sebagai “Cinderellas of Virology”. • Insect virus memiliki target yang amat spesifik dan tidak mempengaruhi food chain. • Sejak tahun 1969, penggunaan insect virus untuk mengontrol hama tanaman sudah diteliti di Rhodes University, Afrika Selatan. • Contohnya kontrol akan hama Cryptophlebia leucotreta yang menyerang citrus fruit di Afrika Selatan dan menyebabkan kerugian besar. Virus yang dipakai adalah Cryptophlebia leucotreta granulovirus (CLGV) • Insect virus saat ini dimanfaatkan dalam program intergrated pest management bersama dengan mikroba-mikroba yang pathogenic terhadap serangga. DIVERSITY Insect virus sejauh ini telah ditemukan menyerang anggotaanggota dari 13 ordo insecta. Insect virus ada yang merupakan DNA virus, ada yang merupakan RNA virus. Klasifikasi insect virus mengacu pada International Committee on Taxonomy of Viruses, 1991. Sejauh ini insect virus yang ditemukan telah diklasifikasikan dalam 12 famili dan 1 unclassified family. 1 Parvoviridae Isometric, without envelope 2 Iridoviridae DNA Insect Virus 3 Baculoviridae Helicoidal, enveloped 4 Polydnaviridae 5 Poxviridae Complex, enveloped 6 Ascovirus 7 Picornaviridae 8 Caliciviridae 9 Nodaviridae Isometric, without envelope 10 Reoviridae RNA 11 Birnaviridae Insect Virus Unclassified RNA virus Helicoidal, enveloped 12 Rhabdoviridae Parvoviridae Parvovirus • salah satu genus virus (densovirus) dalam famili parvoviridae • ditemukan menyerang serangga dari jenis Diptera, Orthoptera, Blattodea, Odonata, dan Lepidoptera (Kawase, 1985) • pertama kali diisolasi dari belatung spesies Galleria mellonella Karakteristik Densovirus Densovirus (DNV) memiliki ciri: • merupakan virus yang tidak ber amplop • memiliki asam nukleat ssDNA, • dikarakterisasi melaluli efek yang timbulkan pada inti sel inangnya. Akibat serangan DNV Infeksi terjadi karena hipertropi pada sel nukleus nukelus berubah menjadi eosinofilik (nukleus menjadi lebih padat;dense nuclei). warna nukleus pudar Nukleus berisi partikel isometrik. Paralisis terjadi pada sel inang. virus bersifat sangat virulen dan infektif pada spesies tipe GmDnv ditemukan pada industri belatung sifat virulensi tinggi tidak berlaku pada hewan vertebrata (Bergoin and Tijssen, 1998). • Densovirus dapat menginduksi perkembangan sayap pada kloning asexual dari rosy apple aphid, spesies Dysaphis plantaginea. Iridoviridae Ciri-ciri •besar •Tidak memiliki envelope •Nonoccluded dsDNA viruses •Merupakan virus icosahedral yang bereplikasi pada sitoplasma sel inang Description and Significance • Namanya diadaptasi dari nama Dewi Yunani ‘Iris’ yang merupakan dewi pelangi. Alasannya larva yang terinfeksi virus ini dan pellet virus ini memiliki warna seperti pelangi. • Inangnya kebanyakan hidup pada lingkungan akuatik atau lingkungan lembab. Virion Structure of an Iridovirus • Terdiri dari kapsid dan membran lipid internal. • Tidak memiliki amplop. • Kapsidnya bulat dan memiliki simetri icosahedral. • Diameter kapsid antara 120-140 nm.. • Larva yang terinfeksi virus ini dan pellet virus menghasilkan iridescence biru keunguan. Reproductive Cycle of an Iridoviridae in a Host Cell • Iridovirus memasuki sel inang dengan mekanisme endositosis dan terjadi uncoating diikuti replikasi virus. • Viral DNA ditransport ke dalam nukleus dan transkripsi diinisiasi oleh RNA polimerase II dari sel inang. • DNA progeny ditransport ke sitoplasma dan concatamers besar akan diproduksi di sitoplasma. • Concatemers akan dipackage ke dalam virion yang akan lepas dari sel inang melalui mekanisme budding atau cell lysis. Reproductive Cycle of an Iridoviridae in a Host Cell Viral Ecology & Pathology • Iridoviruses dari blackfly (Simulium spp.) ditemukan dalam 2 bentuk : – convert (inapparent) – patent (lethal) • Rasio bentuk yang convert dan patent bergantung pada kondisi lingkungan dan densitas dari host bersangkutan. • fat bodies dan haemocytes merupakan initial site replikasi pada infeksi insect iridovirus yang lethal. Setelah itu akan terjadi systemic infection. • Serangga yang terserang menjadi flaccid dan descent 710 hari setelah infeksi. Waktu sampai serangga mati dapat mencapai 3 minggu atau lebih. Larvae of the grass grub Costelytra zealandica displaying blue colouration of the hindgut due to iridovirus infection. Pellet of purified Tipula iridescent virus crane fly larvae (Tipula spp) Baculoviridae Baculovirus • Family:Baculoviridae • Genus:Granulovirus (GV) Nucleopolyhedrovirus (NPV) • Double-stranded DNA viruses (dsDNA) • Berbentuk Batang • Patogen terhadap insekta dan arthropoda. • Baculovirus dapat ditemukan dimanapun serangga terinfeksi berada. Hujan dan angin dapat membawa baculoviruses dari satu tempat ke tempat lain. • Partikel virus terdapat di dalam inclusion bodies yang disebut polihedra (NPV) atau granula (GV) • Infeksi baculovirus terjadi ketika serangga inang memakan polihedra atau granula • NPV menginfeksi lebih dari 500 species serangga. Umumnya, ditemukan pada Lepidoptera, Hymenoptera, Diptera, Thysanura, Trichoptera and Crustacea (shrimp). Paling banyak ditemukan pada Lepidoptera • GV diketahui hanya menginfeksi golongan lepidoptera An electron photomicrograph of NPV polyhedra Baculovirus Structure Terdapat 2 bentuk: Budded Virus (BV) dan ODV (Occlusion Derived Virus) Keduanya memiliki amplop yang disintesis di membran sel Amplop BV mengandung phosphatidylserine; amplop ODV mengandung phosphatidylcholine dan phosphatidylethanolamine Diagram of a NPV life cycle Siklus hidup baculovirus meliputi 2 bentuk virus yang berbeda, yaitu : • Occlusion derived virus (ODV) berada pada matriks protein (polyhedrin or granulin) dan bertanggungjawab dalam infeksi primer terhadap inang. • Budded virus (BV) dihasilkan dari sel inang yang terinfeksi selama infeksi sekunder. • Larva serangga yang terinfeksi dengan NPV biasanya mati 2-12 hari setelah infeksi virus tergantung pada dosis, suhu, dan keadaan larva pada saat infeksi. • Saat serangga mati, Integumen mengalami lisis dan disintegrasi sehingga sangat rapuh. Apabila robek, dalam tubuh ulat akan keluar cairan hemolimfa yang mengandung jutaan polyhedra dan jatuh ke zona makan (daun, sampah daun) sehingga dapat termakan oleh larva serangga lainnya Wilting Disease • Serangga yang terinfeksi baculovirus : berkilau seperti minyak, rapuh, dan mengandung cairan bervirus. • Beberapa serangga terkadang mengalami pembengkakan membran integumen disertai dengan perubahan warna tubuh menjadi pucatkemerahan, terutama pada bagian perut • Serangga dalam keadaan stres, dekomposisi, bahkan gerakannya menjadi lambat atau tidak bergerak sama sekali, dan tidak bisa makan. Biological Control Agent • Baculoviruses merupakan virus yang menginfeksi serangga (lepidoptera, hymenoptera, coleoptera). • Baculoviruses hanya menginfeksi arthropoda yang spesifik sehinggab idak berbahaya bagi tumbuhan, mamalia, burung, ikan, atau serangga non-target. • Satu NPV yang telah dirumuskan untuk mengendalikan serangga adalah MNPV dari ngengat gipsi, Lymantria dispar, atau LdMNPV sebagai Gypcheck. • Partikel virus biasanya tidak dipengaruhi oleh pestisida, namun beberapa senyawa klorin dapat menghancurkan virus jika diaplikasikan dalam waktu bersamaan. • Dari 10 kombinasi pestisida-virus, hasilnya menunjukkan 9 kombinasi tersebut menyebabkan serangga tetap hidup. Jacques dan Morris (1981) • Insektisida spektrum sempit • Baik NPV dan GV harus bereplikasi di dalam sel hidup • Produksi isolat NPV sebagai insektisida mikroba dilakukan dengan kultur jaringan serangga atau koloni serangga. Polydnaviridae Polydnavirus • Terdapat pada tawon sebagai inangnya • Replikasi virus terjadi saat replikasi dna tawon • Tidak menyebabkan efek patogen terhadap tawon Bersimbiosis mutualisme dengan tawon yakni : • Ketika tawon menginjeksikan telurnya ke ulat sebagai inang dari tawon, virus juga ikut masuk ke dalam tubuh ulat dan berperan dalam menurunkan sistem imun dan memperlambat pertumbuhan dari ulat sehingga telur dari tawon dapat bertahan hidup • Ekspresi gen dari polydnavirus dalam inang parasit, misalnya ulat, mengganggu perkembangan dan metabolisme inang sehingga menguntungkan utnuk pertumbuhan dan bertahan hidupnya larva parasit dari tawon. Polydnavirus terbagi menjadi 2 : • Bracovirus • Icnovirus Bracovirus • Berasal dari famili dari tawon parasit “Braconidae“ • Serangga yang diserang semut, ulat daun, larva kumbang, rayap, dll. Icnovirus • Berasal dari famili dari tawon parasit “Ichneumonoidea“ • Serangga yang diserang ulat daun, larva kumbang, kupu - kupu, dll. Poxviridae Poxviridae • dsDNA, beramplop, menyerang invertebrata maupun vertebrata. • Entomopoxvirus, terselubung dalam spheroid (matriks protein) sebagai perlindungan dari lingkungan. • Mampu menginfeksi Coleoptera, Lepidoptera, Orthoptera, Hymenoptera, dan Diptera. • Serangga yang sel lemaknya terinfeksi akan menunjukkan pembengkakan dan pemutihan, yang kemudian menyebabkan proliferasi dan hipertropi. • Kematian tidak terjadi secara cepat, larva dapat hidup 12 sampai 72 hari setelah infeksi. • EPV telah ditemukan di beberapa ordo serangga yang anggotanya merupakan spesies hama, dan mungkin dapat berguna sebagai biological control agents. • Dipercaya bahwa EPV dapat dimanipulasi melalui teknik-teknik molekuler untuk meningkatkan kecepatan pembunuhan dan karakteristikkarakteristik lain yang diinginkan. Entomopoxvirus pada kumbang tanah Othnonius batesi. Ascoviridae • Ascovirus yang pertama kali diteliti oleh Adams et.al (1979) pada cotton bollworm, H. zea, dan pada clover cutworm, Scotogramma trifolii. Sejak saaat itu, ascovirus mulai dapat diisolasi dari larva H. virescens (Carner and Hudson, 1983) dan spesies noctuid lainnya (Federici et al., 1991) • Larva yang telah terinfeksi ascovirus biasanya dapat bertahan selama 2-5 minggu setelah infeksi, mengalami sedikit pengingkatan berat, dan kemudian mati • Dapat ditransmisi oleh endoparasitic wasps, yang menujukkan interaksi simbiotik dengan wasp host Cotton bollworm Clover cutworm Cytopathology • Infeksi ascovirus dimulai dengan terjadinya hypertrophy pada inti sel yang terinfeksi. • Hypertrophy pada nukleus terus berlanjut, dan menyebabkan terjadinya cellular hypertophy • Setelah fragmentasi membran inti, lembaran-lembaran membran sitoplasmik bergabung sepanjang sel, dan mempartisi sel menjadi cluster of vesicles (vesicles yang mengandung virion dibentuk dari pembelahan host cell) • Setelah pembentukan vesicle selesai, vesicle berpisah satu sama lain dan berkumpul di dalam jaringan tempat vesicle tersebut dibentuk. • Seiring berkembangnya penyakit, basement membrane dari jaringan yang terifeksi akan terganggu dan kemudian vesicle dikeluarkan ke hemolymph (Federici et al., 1991) Picornaviridae • Small RNA-containing viruses (SRVs) • Nonenveloped • Nonoccluded • Menginfeksi serangga, contoh: - ulat sutra - Drosophila sp. - jangkerik • Picornavirus yang paling dikenal : cricket paralysis virus (CrPV) Drosophila C virus (DCV) CrPV dan DCV paling sering dipelajari karena mudah ditumbuhkan pada kultur jaringan Cricket paralysis virus (CrPV) • Inang pada subphylum Hexapoda ordo Orthoptera, Hymenoptera, Lepidoptera, Hemiptera and Diptera infeksi pada permukaan telur Infeksi pada embrio bereplikasi dengan cepat • Menyebabkan paralysis (kelumpuhan) serangga. • Morfologi: o o o o o memiliki kapsid not enveloped simetris ikosahedral diameter kapsid 27-30 nm memiliki 12 kapsomer Capsid structures, detailed structural and computational analysis are found in the Protein Data Bank (PDB) Cricket paralysis virus (CrPV) • Nucleic Acid single molecule of linear RNA (ssRNA) positive sense ukuran ssRNA 9–10 kb • Virions are assembled in the cytoplasm of the cells • CrPV has one of the broadest natural host ranges known for insect viruses. It has been detected in 22 species in 5 insect orders (Christian and Scotti, 1998) Drosophila C virus (DCV) • DCV, on the other hand, seems to be limited to a few Drosophila species • Both field and lab populations typically show 30-40% infection by DCV • The "C" is for Charolles, the town in France where a strain of this virus was first isolated • DCV is a small, single-stranded RNA virus • It is transmitted when potential hosts feed on contaminated food • Early infection causes 30% of the larvae to die before pupation Picornavirus lainnya… • The honey bee (Apis mellifera) viruses Menyebabkan: paralisis akut pada lebah infeksi pada telur • Picornavirus juga telah diisolasi dari larva nyamuk. o terjadi lekukan dan rongga dada yang menggembung Unclassified RNA Virus: Tetravirus Tetraviruses • Telah diisolasi hanya dari Lepidoptera – emperor pine moths (ngengat pada pohon pinus) – emperor gum moth (ngengat pada pohon karet) – Helicoverpa armigera • The Tetraviridae family of viruses are so named because they have a T=4 symmetry (T refers to the triangulation number) • These viruses were named according to their hosts, e.g: Nudaurelia virus Helicoverpa armigera virus Nudaurelia virus • Nudaurelia merupakan ngengat • Infeksi virus terjadi pada tahapan larva • Symptoms: – discolouration of the larvae – flaccidity – liquefication of the internal organs • Morphology o Virions consist of a capsid o Virus capsid is not enveloped o The capsid is isometric and has a diameter of 40 nm Capsid structures, detailed structural and computational analysis are found in the Protein Data Bank (PDB) Helicoverpa armigera virus Helicoverpa armigera sehat Helicoverpa armigera terinfeksi Tetravirus • The infection varied markedly with the age at larvae • Symptoms: o cessation of feeding o growth retardation o eventual lethality • The applications of Tetravirus as biological insecticide Nodaviridae NODAVIRUS • Anggota dari family Nodaviridae • ssRNA dengan polaritas positif • Genome bipartite • Bersimetri ikosahedral • Kapsidnya terdiri 32 kapsomer • Berdiameter 30 nm • Tidak memilki amplop • Nodavirus terbagi menjadi 2 genus : Alfanodavirus, menginfeksi serangga Betanodavirus, menginfeksi ikan Jalur Replikasi Nodavirus Nodavirus pada serangga Contoh alfanodavirus yang sering dipelajari : • Nodamura Viruse (NoV) Menginfeksi : Lepidoptera (butterflies and moth) dan Aedes • Black beetle Virus (BBV) Menginfeksi : Heteronychus arator • Flock House Virus (PHV) Menginfeksi : Galleria mellonella (Wax moth) dan Costelytra zealandica Heteronychus arator Galleria mellonella Costelytra zealandica Nodamura viruse (NoV) Pertama ditemukan pada nyamuk yang hidup di dekat desa Jepang Nodamura, Menignfeksi serangga (ngengat,nyamuk) dan mamalia (babi) Menginfeksi nyamuk, kutu, dan larva ngengat tanpa membunuhnya Menginfeksi Lebah dan Wax moth dan membunuhnya Menyebabkan luka pada sitoplasma dari otot, saraf, dan kelenjar ludah Larva Wax moth akan mengalami paralisis, 4-6 hari inokulasi, dan mati pada 7-14 hari setelah inokulasi. Dapat ditransmisikan oleh nyamuk Black beetle Virus (BBV) Black beetle virus diisolasi pertama kali dari Heteronychus arator di New Zealand Dapat menginfeksi spesies-spesies dari Lepidoptera dan Coleoptera Tidak ditemukan dapat menginfeksi suckling mice Biasa dipakai dalam penelitian virus dengan menggunakan sel dari Drosophila melanogaster Flock House Virus (PHV) Diisolasi pertama kali dari Costelytra zealandica di new zealand Dapat bereplikasi pada serangga, nematoda, tumbuhan, dan yeast. Secara in vivo PHV dapat bereplikasi pada 4 jenis genus nyamuk ; Aedes, Culex, Anopheles and Armigeres, dan bereplikasi paling baik pada aedes Tidak menyebabkan efek apapun pada sel mamalia dan dan bukan merupakan patogen bagi manusia Reoviridae REOVIRIDAE • Family : Reoviridae Genus : Cypovirus • Cy=cytoplasmic, po=polyhedorsis • Membentuk struktur polyhedron (kristal protein) di dalam sitoplasma inang. • Polyhedron : lapisan pelindung virus sehingga virus bersifat highly infectious polyhedron Karakteristik Cypovirus • 0.1 – 10 um • Bentuk icosahedral • 12 segmen dengan spikes pada masing-masing segmen • Mempunyai satu lapis capsid • Tidak beramplop Jenis Host Serangga • Drosophila F • Drosophila S • Hyposoter exiguae • Diadromus pulchellus • Dacus oleae • Musca domestica (cari ini serangga apaan) Daftar Pustaka • Adams, J. R. and Bonami, J. R. 1991. Atlas of Invertebrate Viruses. CRC Press, Boca Raton. 684 pp. • Boucias, D.G. and Pendland, J.C. 1998. Principles of Insect Pathology. Kluwer Academic Publ., Boston. 548 pp. • Hajek, A.E. 2004. Natural Enemies: An Introduction to Biological Control. Cambridge University Press, UK. 394 pp. • Lacey, L.A. 1997. Manual of Techniques in Insect Pathology. Academic Press (Elsevier), NY. 409 pp. • Miller, L.K. 1997. The Baculoviruses. Plenum Press, New York. 447 pp. • Miller, L.K. and Ball, L.A. [Eds.] 1998. The Insect Viruses. Plenum Press, New York. 413 pp. • Navon, A. and Ascher, K.R.S. 2000. Bioassays of Entomopathogenic Microbes and Nematodes. CABI Publ., NY, 324 pp. • Tanada, Y. and Kaya, H.K. 1993. Insect Pathology. Academic Press, San Diego. 666 pp.