2011 TEORI PEMBANGUNAN NEGARA SOSIOLOGI PERUBAHAN EKONOMI Alma Karimah (0806463776) Rahardhika Arista (0806317666) April 22, 2011 [TEORI PEMBANGUNAN NEGARA] Alma Karimah (0806463776)| Rahardhika Arista Utama (0806317666) 2 April 22, 2011 [TEORI PEMBANGUNAN NEGARA] TEORI-TEORI POLITIK TERKAIT PEMBANGUNAN NEGARA DUNIA KETIGA DAN DESENTRALISASI Tulisan ini disusun sebagai ulasan kritis terhadap dua bab buku Society, State and Market karya Martinussen yang membahas isu seputar politik di negara-negara dunia ketiga. Pembahasan diawali dengan ringkasan mengenai teori-teori politik dan negara dalam kontkes dunia ketiga, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai desentralisasi dan politik di level lokal. Berikut akan diulas satu buah teori utama dan lima teori alternatif yang membahas mengenai politik dan perubahannya serta isu seputar pembentukan negara. Pembahasan akan ditekankan pada fenomena politik di tingkat makro, secara khusus mengenai peran politik di masyarakat, interaksi antara proses politik dengan keteraturan sosial, hal-hal yang menentukan faktor pembentukan negara, bentuk rezim serta perubahan politik. Pemikiran Almond dan Coleman dalam Teori Modernisasi Politik Klasik Teori ini dapat ditandai dengan pemahaman optimisnya yang khas mengenai konsepsi modernisasi sebagai sesuatu yang secara mutual mendorong pertumbuhan ekonomi, stabilitas sosial-politik, integrasi nasional dan juga demokratisasi. Lebih lanjut, teori ini menyatakan bahwa negara-negara berkembang memang tertinggal, namun sedang berada dalam suatu perjalanan menuju proses modernisasi sebagai dampak positif dari pengaruh barat yang kuat baik pada masa kolonialisme maupun setelah merdeka. Teori ini dikritik karena dianggap mengandung kombinasi angan-angan dengan muatan nilai yang mengagungkan sistem politik modern milik Amerika Serikat dan negara industri maju di Barat.Sistem politik modern yang telah berjalan di Amerika dan negara barat dijadikan kondisi ideal yang sempurna dan harus dicapai oleh semua negara berkembang. Teori klasik ini memandang sistem politik di negara dunia ketiga terbelakang dan terikat oleh tradisi. Keberagaman tradisi bukan menjadi soal, yang pasti teori ini menyatakan bahwa semua tradisi pada akhirnya harus dihancurkan dan digantikan dengan struktur dan institusi modern ala barat seperti model institusi modern birokrasi, badan pemilihan umum, partai politik, kelompok kepentingan dan lain sebagainya. Almond menjabarkan tentang tipe-tipe proses yang berlaku dalam membangun sistem politik modern di barat yakni sosialisasi politik, rekruitmen politik, artikulasi kepentingan dan agregasi kepentingan. Rangkaian proses inilah yang harus dijalani oleh negara dunia ketiga untuk mencapai sistem politik modern. Terdapat empat permasalahan utama yang disoroti dalam kajian modernisasi politik klasik, yakni: 1. Permasalahan pembentukan negara, yakni dalam membangun struktur birokrasi untuk mengintegrasikan masyarakat serta menyediakan syarat-syarat serta kebutuhan lain yang mendukung sistem politik. Alma Karimah (0806463776)| Rahardhika Arista Utama (0806317666) 3 April 22, 2011 [TEORI PEMBANGUNAN NEGARA] 2. Permasalahan pembentukan bangsa, yakni membentuk komunitas politik dan mempromosikan transfer loyalitas masyarakat dari kelompok-kelompok kecil menuju sistem politik yang lebih besar. 3. Permasalahan partisipasi masyarakat untuk terlibat secara aktif dan positif dalam kehidupan politik. 4. Permasalahan distribusi dan redistribusi barang untuk kesejahteraan masyarakat sehingga dapat mendukung keberlanjutan plitik. Teori Modernisasi Dialektis : Gusfield and the Rudolphs Teori ini dikategorikan sebagai bagian dari teori pembangunan politik karena memiliki kesamaan konsepsi dasar dalam memandang interaksi antara proses politik dan keteraturan sosial, serta faktor terpenting yang mempengaruhi pembentukan negara, bentuk rezim dan perubahan politik. Teori modernisasi dialektis ini tetap mempertahankan gagasan teori klasik mengenai keterkaitan antara tradisi dan modernitas, namun teori ini menambahkan nuansa dan dinamikanya. Dinyatakan bahwa justru beberapa institusi tradisional telah mempromosikan pembangunan politik secara halus dengan mengubah praktik lama dengan yang baru. Justri institusi modern yang tiba-tiba hadir dalam konteks masyarakat tradisional tidak dapat menjalankan fungsi dengan baik. Teori ini menekankan bahwa masyarakat tradisional tidak bersifat stagnan, namun sangat dinamis, beragam dan memiliki keunggulan tertentu. Institusi dan prakrtik-praktik tradisional justru dapat direvitalisasi dalam kondisi kontra terhadap masyarakat modern. Pandangan modernisasi dialektis ini mengkonsepsikan tradisi dan modernitas sebagai fenemona yang berinteraksi secara dialektis, dimana masing-masing mengalami perubahan selama proses dan hasil yang muncul bukan hanya sekedar modernisasi namun beberapa proses perubahan. Tentu saja hal tersebut berbeda dengan pandangan klasik yang memahami perubahan sebagai satu lintasan saja. Keteraturan Politik dan Strategi Pembentukan Negara Kategori teori ini khas dengan fokus kajiannya terhadap institusionalisasi politik dan kapasistas dari pemerintah. Pokok pikiran dari teori ini ialah kebutuhan adanya institusionalisasi dan penguatan agaen-agen pemerintahan guna mewujudkan keteraturan dan konsolidasi negara-bangsa di dunia ketiga. Teori pembentukan negara salah satunya dicetuskan oleh Samuel P. Hutington, ia setuju dengan pemikiran klasik tentang pembangunan politik di negara-negara mengarah pada institusi-institusi politik barat, namun ia menyatakan bahwa klaim klasik tentang hubungan mutual yang saling menguatkan antara modernisasi dan proses pembungaunan adalah keliru. Menurutnya, sifat dasar proses transformasi di negara berkembang, khususnya pada fase permulaan, adalah adanya kegoncangan politik atau chaos jika langkah-langkah tidak diambil sebagai bagian dalam proses pembentukan negara guna menetralisir efek dari transformasi tersebut. Huntington berargumen bahwa aparatur negara harus diperbesar dan proses politik secara menyeluruh harus diinstutusionalkan guna membuat prioritas pembangunan sosial ekonomi. Ini Alma Karimah (0806463776)| Rahardhika Arista Utama (0806317666) 4 April 22, 2011 [TEORI PEMBANGUNAN NEGARA] merupakan prakondisi yang penting dalam mewujudkan stabilitas politik dan keberlanjutan kemajuan. Teori ini secara umum menempatkan negara sebagai pusat dan menjadi institusi politik yang paling penting dalam proses pembangunan.Oleh karenanya penguatan dan institusionalisasi dalam negara sangat diperlukan guna memimpin masyarakat menuju pembangunan ekonomi. Pendapat Caphlam menjadi relevan dalam kategori teori ini ketika membahas mengenai pergeseran strategi penguatan institusi dari yang semula bersifat represif menjadi lebih lunak. Menurut Caphalm, negara dunia ketiga cenderung mengejar strategi pembangunan sosial ekonomi yang ditujukan untuk konsolidasi kekuatan politik. Dimensi Politik pada Teori Dependensi Pemikiran ini datang dari Samir Amin dan Andre Grunder Frank yang banyak berkontribusi dalam debat teori dependensi. Kedua pemikir ini menyoroti identifikasi alasan dan asal muasal keterbelakangan di masyarakat periferi atau pinggiran. Mereka mengemukakan suatu generalisasi bahwa di negaa dunia ketiga praktik dan institusi politik menempati posisi lebih rendah dibandingkan hubungan-hubungan ekonomi serta ketergantungan didalamnya. Ketergantungan ekonomi yang dialami oleh negara-negara dunia ketiga ini telah menjadikan pertanyaan penting mengenai pembangunan politik nasional menjadi terabaikan. Di waktu yang sama, mereka menyangkal bahwa modernisasi institusi politik di negara dunia ketiga dapat mematahkan rantai ketergantungan terhadap negara pusat. Dari Apter tentang Modernisasi, Marginalisasi, dan Kekerasan Apter mengkritik teori dependensi dan modernisasi dengan menganggap kedua pemikiran tersebut terlalu optimistik dan penuh angan-angan, khususnya terhadap argumen kedua teori ini bahwa terdapat korelasi antara positif antara pembangunan ekonomi dan demokratisasi. Sebagai usaha untuk membenarkan dan sebagian menggantikan teori modernisasi dan dependensi, Apter mengemukakan suatu paradigma konseptual baru seputar gagasan tentang pembangunan, inovasi, marginalisasi dan kekerasan. Apter tidak lagi fokus membahas mengenai negara dan sistem politik namun lebih fokus memperhatikan dampak dari modernisasi dalam konteks masyraakat sipil. Secara khusus ia menemukan bahwa dampak tersebut berwujud sebagai perubahan kearah kekerasan yang diorganisasikan. Perubahan ke arah kekerasan ini merupakan hasil dari pertentangan antara inovasi sebagai proses utama industrialisas dan marginalisasi. Marginalisasi muncul ketika inovasi dalam industri menciptakan pemisahan antara pihak yang menang dan yang kalah. Pihak yang kalah inilah yang kemudian rentan mengalami kekerasan. Lintasan Sejarah Bayart Jean-Francois Bayart, mengkritik teori modernisasi dan dependensi dari perspektif yang berbeda. Menurutnya kedua teori ini terlalu berlebihan memberikan perhatian terhadap faktor-faktor eksternal yang menentukan perubahan politik di negara-negara dunia ketiga. Dengan demikian, Alma Karimah (0806463776)| Rahardhika Arista Utama (0806317666) 5 April 22, 2011 [TEORI PEMBANGUNAN NEGARA] permasalahan politik dan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat dunia ketiga dilihat secara begitu berlebihan (Bayart menyebutnya “The Fantasy of Third World”). Hal ini muncul sebagai tradisi ahistoris dan etnocentris yang dibangun oleh kedua pemikiran. Bayert mengusulkan analisis ahistoris dan etnosentris ini diganti dengan pendekatan historis dan memahami keberagaman politik di dunia ketiga. Bayer menekankan bahwa berbagai sistem politik muncul mengacu pada kolonialisasi dan begitu dipengaruhi oleh negara modern. Oleh karena itu Bayert menyarankan untuk menggunakan konsep history trajectory yang mendesak pemisahan kesejarahan dalam berbagai cara terkait dengan pembangunan suatu negara. Desentralisasi dan Politik di Level Lokal Terdapat empat macam tipe desentralisasi yakni dekonsentrasi, delegasi, devolusi dan privatisasi. Dekonstruksi merujuk pada pengalihan fungsi administrasi atau tanggung jawab manajerial kepada unit pemerintahan yang lebih kecil dan spesifik pada suatu negara. Tipe berikutnya ialah delegasi. Delegasi ialah bentuk desentralisasi yang mana sektor non pemerintah (perusahaan) maupun lembaga semi pemerintah diberi wewenang untuk mengoperasikan pelayanan dan fasilitas publik oleh negara. Devolusi dilandaskan pada gagasan bahwa kekuatan politik dan legitimasi sesungguhnya dimiliki oleh pemerintah pusat pada negara. Sebagai konsekuensinya, devolusi merupakan suatu transfer otoritas dan tanggungjawab kepada unit regional tanpa ada hal-hal baru yang diciptakan oleh pemerintah lokal tersebut. Tipe terakhir ialah privatisasi, yakni tipe desentralisasi yang merujuk pada agen-agen pemerintah yang melepaskan diri dari tenggungjawab implementasi program yang dicanangkan untuk kepentingan masyarakat. Pelepasan dari tanggung jawab ini bisa dilimpahkan kepada sektor swasta. Kajian pembangunan sering dikaitkan dengan desentralisasi yang dapat meningkatkan perekonomian dengan melampaui hal-hal administratif. Oleh karena itu, studi pembangunan sebaiknya mepertimbangkan kombinasi dari kedua pandangan yang menekankan pentingnya perihal administratif dan hal-hal yang melampauinya. Permorma administratif penting untuk karena kapasitas dan kapabilitas agen pemerintahan cenderung masih lemah di negara dunia ketiga. Di sisi lain hal-hal yang lebih luas terkait dengan tujuan-tujuan sosial ekonomi juga harus diperhatikan karena desentralisasi secara langsung berpengaruh terhadap perekonomian suatu negara. DEVELOPMENT THEORY IN THE WAKE OF STURCTURAL ADJUSTMENT Munculnya teori pembangunan diawali oleh adanya structural change yang diikuti oleh structural adjustment dalam suatu negara. Ketika membicarakan mengenai structural adjustment, kita akan membicarakan mengenai penyesuaian-penyesuaian dalam suatu struktur besar masyarakat. Hal ini jelas melibatkan negara. Pada awal-awal tahun 1990, World Bank, sebagai lembaga dunia, mulai mengkhawatirkan mengenai dampak negatif dari structural adjustment tersebut. Saat itu, World Bank yang sejak tahun 1980-an cukup didominasi oleh pemikiran-pemikiran neoklasik mulai menerima kenyataan bahwa kebutuhan akan peran negara dalam perkembangan ekonomi semakin meningkat. Inti dari pemikiran neoklasik adalah sangat menekankan pada pasar dan berusaha membatasi intervensi negara semaksimal mungkin. Alma Karimah (0806463776)| Rahardhika Arista Utama (0806317666) 6 April 22, 2011 [TEORI PEMBANGUNAN NEGARA] Perdebatan mengenai peran negara ini berlangsung di dalam arena akademis diantara para theorist yang berhaluan neoklasik dan mereka yang berada di “kubu kiri” atau left wing. Sayap kiri dihuni oleh mereka-mereka yang percaya bahwa peran negara dalam pembangunan ekonomi suatu negara itu sangat diperlukan. Mereka melihat bahwa adanya suatu keuntungan jangka panjang ketika adanya peran negara yang besar dalam mengintervensi perekonomian. Dengan kekhawatiran World Bank akan dampak negatif structrural adjustment dalam pembangunan, World Bank mulai menerima kenyataan bahwa kebutuhan akan peran negara dalam perkembangan ekonomi semakin meningkat. Sebagian dari para theorist neoklasik juga mengakui hal ini, bahwa tidak hanya pasar yang membutuhkan negara untuk mengakui potensinya, tetapi ada hal-hal yang tidak dapat dilepaskan kepada free market, seperti misalnya perlindungan lingkungan. Meskipun demikian, para penganut neoklasik ini tidak sepenuhnya berubah drastis. Mereka tetap merasa bahwa intervensi negara harus seminimal mungkin dalam konteks cakupan dan durasi intervensi, serta memastikan bahwa intervensi negara tersebut tidak mengganggu kekuatan pasar. Terkait dengan structural adjustment, mereka yang berhaluan neoklasik percaya bahwa structural adjustment dalam jangka panjang memang akan meningkatkan growth rate yang akan memberikan keuntungan kepada seluruh populasi. Namun, menurut mereka, sebelum keuntungan jangka panjang itu terjadi, ada suatu kurun waktu diantaranya dimana masyarakat “menderita”. Solusi yang ditawarkan oleh para neoklasik ini adalah dengan memberikan bantuan kepada kelompok yang “menderita” akibat structural adjustment ini. Bantuan tersebut dapat berupa intervensi dalam mengontrol harga atau mensubsidi makanan. Neoklasik tetap menekankan pada mekanisme pasar, tanpa adanya intervensi negara dalam perekonomian. World Bank pun juga melakukan identifikasi masyarakat yang menjadi target bantuan. Tetapi, bentuk bantuan yang diberikan oleh World Bank mencakup pekerjaan, kesehatan, dan bahkan biaya sekolah. Ternyata dalam penerapannya di negara-negara berkembang, program ini tidak terlalu efektif. Kebanyakan kasus-kasus kegagalan disebabkan karena hanya sebagian kecil dari masyarakat terdampak yang tersentuh bantuan yang dicanangkan tersebut. Hal ini menjadi salah satu kritik terhadap bentuk pembangunan yang menekankan pada masyarakat terdampak. Kritik lainnya mengatakan bahwa program/sistem masyarakat terdampak ini tidak mengurangi kemiskinan. Artinya, program ini hanya membantu masyarakat miskin untuk hidup sehari-hari, namun tidak meningkatkan kondisi mereka, yang sudah diperparah dengan adanya structural adjustment. Dalam menghadapi kritik ini, neoklasik tetap percaya pada keuntungan jangka panjang dari pasar. Namun, World Bank pada tahap ini mulai tidak terlalu memperhatikan pasar, tetapi lebih pada kondisi stabilitas politiknya. Structural adjustment dapat dipicu oleh ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan birokrasi, yang berubah menjadi bentuk protes dengan kekerasan. Perubahan ekonomi ternyata tergantung juga oleh stabilitas politik suatu rezim. Dengan ini, World Bank mulai mengakui bahwa ada juga dimensi politik dalam suatu perubahan struktur. Salah satu hal yang mendasari munculnya structural adjustment adalah pemikiran-pemikiran dari kubu kiri yang menekankan pada peran negara. Walaupun pemikiran neoklasik masih mendominasi praktik-praktik pembangunan, pemikiran sayap kiri mulai dilirik oleh banyak pengambil kebijakan. Mereka yang berada di kubu kiri yang radikal (radical left) mencari aternatif lain dalam pembangunan selain kapitalisme. Munculnya blok Soviet memberikan secercah harapan bahwa ada cara lain untuk membangun perekonomian selain dengan kapitalisme. Alma Karimah (0806463776)| Rahardhika Arista Utama (0806317666) 7 April 22, 2011 [TEORI PEMBANGUNAN NEGARA] Postmodernisme menjadi dasar bagi teori pembangunan yang berhaluan radikal kiri. Postmodernisme sendiri dipengaruhi oleh post-strukturalisme. Postmoderisme mengambil posisi sebagai oposisi terhadap otoritas, menekankan pada otonomi individu, serta menolak dan melihat perjuangan revolusi besar sebagai otoritarian. Sebaliknya, postmodernisme menekankan pada pemberian kekuatan pada individu untuk menentukan sendiri lingkungannya, dan melihat perjuangan populer dalam politik grassroot, serta gerakan-gerakan sosial yang berpusat pada aktivisaktivis. Walaupun postmodern mengangkat isu-isu mengenai kemiskinan, radical postmodernism tidak memberikan cara-cara konkret untuk mengangkat kelompok miskin untuk keluar dari kemiskinan. Lebih lanjut, salah satu pemikiran yang menekankan pada market socialism adalah pemikiran rational-choice yang dikemukakan oleh Marxist. Rational-choice yang dianut oleh Marxist banyak mengambil bagian-bagian dari kapitalisme, seperti adanya pasar, otonomi individu, kepemilikan properti. Bedanya, mereka menekankan pada sistem kepemilikan publik dimana semua orang berhak atas pembagian kekayaan masyarakat, melalui pertukaran komoditas, dan pengembalian komoditas kepada negara ketika si pemiliknya meninggal dunia, sehingga dapat dilungsurkan kepada generasi berikutnya. Banyak pemikir-pemikir sayap kiri di dunia pertama dan ketiga yang sudah meninggalkan kapitalisme dan mancari cara yang lebih efisien bagi pembangunan ekonomi. Dalam hal ini, peran negara masih dianggap penting dalam menangani pembangunan ekonomi. New institutional economic juga memberikan kontribusi dalam pemikiran teori pembangunan negara. Penganut neoinstitusionalis menekankan pada peran negara dalam ekonomi kapitalis. Pasar membutuhkan institusional framework atau pengakuan dari negara untuk menjalankan pasar itu sendiri. Jika tidak ada framework dari negara, maka agen-agen ekonomi akan melakukan “improvisasi” yang sering kali menimbulkan kerusakan pada ekonomi. Akibatnya, biaya yang harus dikeluarkan oleh pelaku bisnis semakin besar dan membuat investor potensial takut untuk masuk ke dalam pasar. Hal ini, misalnya, terjadi di Russia ketika negara tersebut mulai bangkit setelah runtuhnya komunisme. Dalam masa bangkitnya Russia setelah jatuhnya komunisme, negara tidak cepat-cepat memberikan kontrak hukum pada pasar/perekonomian. Akibatnya, para pelaku bisnis berpaling dan masuk ke dalam gang untuk memaksakan kepentingannya dengan kekerasan. Tak kalah penting dengan institutional framework, negara juga harus menciptakan pra-kondisi yang kondusif dengan memberikan akses terhadap informasi, kesetaraan formal bagi pelaku ekonomi, dan kebebasan untuk keluar dan masuk bagi pelaku ekonomi, demi keefektivitasan pasar. Argumentasi dari new institutional economics ini memberikan kontribusi pada teori pembangunan negara. Menurut neoinstitusionalist, pasar merupakan hasil buatan manusia. Negara merupakan agen terbaik dalam mengatur munculnya pasar di negara-negara dunia ketiga. Walaupun ada pemikiran mengenai new institusional economic, para theorist pembangunan sayap kiri kembali menelisik mengenai kapitalisme yang berkembang di Asia Timur. The Lessons of East Asia Salah satu pembangunan ekonomi yang paling signifikan setelah perang dunia kedua terjadi di Asia Timur. Jepang, China, Hong Kong, Singapore, merupakan segelintir negara yang berhasil membangun perekonomiannya dengan sangat baik. Pembangunan ekonomi mereka menjadi sorotan dunia dan Alma Karimah (0806463776)| Rahardhika Arista Utama (0806317666) 8 April 22, 2011 [TEORI PEMBANGUNAN NEGARA] mempengaruhi perekonomian dunia pula. Hal ini memicu dua pertanyaan mendasar : mengapa dan bagaimana? Pembangunan ekonomi di Asia Timur yang sangat pesat dan berhasil tampaknya berhasil mematahkan argumentasi teori neoklasik. Pembangunan ekonomi Asia Timur cederung didalangi oleh negara. Model pembangunan yang digunakan oleh negara-negara di Asia Timur adalah state— led development. Resep utama pembangunan di Asia Timur ini adalah dengan intervensi negara yang cukup besar dalam perekonomian. Dari cerita sukses pembangunan tersebut, banyak theoristtheorist yang kemudian berkesimpulan bahwa kesuksesan structural adjustment dalam negaranegara tersebut diikuti oleh perlindungan terhadap industri oleh negara, sehingga mereka menarik kesimpulan bahwa negara membuka jalan bagi terbentuknya pasar. Hal inilah yang mendasari terbentuknya teori mengenai negara, yang dikenal dengan developmental state, yang dipelopori oleh Chalmers Johnson. Ada beberapa aspek penting dalam teori developmental state atau teori pembangunan negara. Pertama, negara menjadi kan pembangunan sebagai prioritas utamanya, mendorong masyarakat untuk memanfaatkan keuntungan dari pembangunan, memaksimalisasi investasi, dan menggunakan cara represif, jika dibutuhkan, untuk mencapai tujuan. Kedua, negara menekankan pada private property dan pasar. Ketiga, negara meredistribusi tanahnya untuk memperluas pasar nasional sekaligus menghindari kubu-kubu oposisi oligarki atas tanah, dan menekan upah peketja untuk menarik investasi. Keempat, negara memisahkan diri dari masyarakat, memberikan otonomi sendiri bagi teknokratik birokrasi dari kelompok-kelompok kepentingan di masyakarat, untuk menegakkan disiplin, terutama di sektor privat. Kelima, dan yang paling penting, negara mengarahkan pasar secara dominan, mengawasi alur investasi, membatasi impor, mengatur interaksi antara industri dan agrikultur, mengganti struktur masyarakat (memberikan harga yang tidak sesuai jika dianggap akan menguntungan suatu sektor), menyebarkan perubahan teknologi, dan menentukan industri yang ingin dikembangkan. Pada saat yang bersamaan, negara menentukan industri apa yang akan dilindungi dan dibangun, sekaligus membuka peluang bagi investasi asing untuk mengembangkan perekonomian. The Infant Industry Model (IIM) Perlindungan dan pembangunan yang diberikan oleh negara kepada sektor-sektor industri terpilih, bertujuan untuk ekspor, bukan untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal. Dalam rangka melindungi industri-industri tersebut, developmental state menggunakan model pembangunan infant industry. Model pembangunan ini dipelopori oleh Friedrich List pada awal abad ke-19. IIM hampir sama dengan model substitusi impor. Keduanya sama-sama berawal dari prinsip bahwa kondisi di dalam negara dunia ketiga tidak sama dengan kondisi di negara dunia pertama. Pemikiran teori neoklasik tidak dapat diaplikasikan di dalam negara-negara ini karena intervensi negara sangat dibutuhkan. Strategi IIM untuk membangun industri dari awal adalah dengan mengakumulasi seluruh modalmodal yang ada, tidak hanya terbatas pada sektor privat atau swasta saja. Modal-modal finansial ini didapat negara dari meminjam, pajak, dan penjualan barang-barang ekspor primer. Selain itu, untuk meningkatkan human capital masyarakatnya, negara melakukan investasi besar dalam pendidikan. Pendidikan tidak hanya ditujukan kepada anak-anak kaum elit yang mampu membayar pendidikan, tetapi ditujukan kepada seluruh rakyatnya. Untuk mengadopsi dan menggunakan teknologi negaraAlma Karimah (0806463776)| Rahardhika Arista Utama (0806317666) 9 April 22, 2011 [TEORI PEMBANGUNAN NEGARA] negara dunia pertama, negara harus melindungi perusahaan-perusahaan lokal dari pesaing asing dalam suatu periode waktu tertentu. Walaupun Industri Substitusi Impor (ISI) dan IIM memiliki kesamaan, namun ada dua perbedaan yan signifikan diantara keduanya. Pertama, ISI menekankan pada industri sebagai basis pembangunan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan lokal. Sebaliknya, industri yang dibangun dengan strategi IIM ditujukan untuk ekspor. Perbedaan kedua adalah mengenai perlindungan terhadap industri lokal. ISI memberikan perlindungan kepada semua industri lokal tanpa membeda-bedakan industri apapun. Sedangkan IIM, tidak semua industri lokal dilindungi oleh negara. Pemerintah memiliki otoritas untuk menentukan industri apa yang akan dilindungi oleh negara dan mengandalkan pada impor untuk memenuhi kebutuhan lokal. Intinya, model ini bertujuan untuk menghasilkan keuntungan komparatif baru yang lebih dinamis. Perlindungan oleh negara bertujuan untuk membangun kapasitas industri atau perusahaan tersebut agar dapat bersaing di pasar dunia. Perlindungan ini memiliki batasan waktu. Oleh karena itulah, manajemen perusahaan tersebut harus mengetahui jangka waktu perlindungan sehingga industri tersebut mengetahui seberapa lama perusahaannya dapat membangun kapasitas dirinya sebelum perusahaan atau industri tersebut “dilempar” ke pasar dunia. Posisi intervensi negara dalam model pembangunan IIM ini harus mendukung pasar, bukan bertentangan dengan pasar atau menekan pasar. Cerita-cerita sukses di negara-negara Asia Timur memberikan suatu pemahaman baru dalam teori pembangunan. Teori neoklasik mengkritik ISI karena urban bias-nya. Mereka mengkritik transfer sumber daya dari desa yang digunakan untuk membangun industri di kota. Keuntungan komparatif pada perekonomian negara dunia ketiga memang sering kali berada di ekonomi desa. Banyak negara-negara di Asia Timur yang mengikuti model tersebut. Misalnya, Pantai Gading yang secara berhasil menggunakan surplus dari agrikultur untuk membangun industri di perkotaan. Oleh karena itu, salah jika kita berpikir bahwa transfer surplus dari desa ke kota merupakan sesuatu yang tidak bermanfaat. Faktanya, di Korea Selatan dan Pantai Gading, negara menghidupkan kedua sektor tersebut, agrikultur dan industri, secara bersama-sama. Pada prinsipnya, pemerintah negara dunia ketiga dapat mengekploitasi sektor agrikultur atau sektor primer secara umum agar dapat membangun dan memajukan sektor industri. Tetapi, strategi ini tidak akan berhasil jika pemerintah tidak membangun sektor agrikultur atau sektor primer lainnya. Oleh karena itu, keduanya harus diperhatikan. Lebih lanjut, hasil dari pembangunan tersebut harus terdistribusi secara meluas. Jika hanya sedikit populasi atau beberapa kelompok yang mengontrol sumber produksi dan pendapatan, mereka akan memilih berbagai macam produk. Selain itu, jumlah konsumernya juga hanya sedikit. Akibatnya, untuk memenuhi permintaan yang sedikit tersebut, maka barang itu mungkin akan diimpor atau hanya diproduksi dalam jumlah sedikit yang menyebabkan harganya melambung tinggi. Oleh karena itu, redistribusi tanah merupakan hal yang paling penting dalam teori pembangunan negara. Inilah yang menjadi kunci keberhasilan pembangunan yang dirumuskan oleh teori pembangunan negara. Kesimpulan Alur pemikiran secara garis besar mengenai munculnya teori pembangunan negara ini diawali oleh adanya stuctural adjustment. Structural adjustment muncul karena adanya structural change. Alma Karimah (0806463776)| Rahardhika Arista Utama (0806317666) 10 April 22, 2011 [TEORI PEMBANGUNAN NEGARA] Structural adjustment tersebut merusak struktur perekonomian. Awalnya, penyebab dari stuctural adjustment dalam struktur ekonomi adalah karena aspek ekonomi. Namun ternyata, dimensi politik memiliki andil juga dalam structural change. Perubahan ekonomi ditentukan juga oleh stabilitas politik suatu negara. Pada awalnya, teori yang mendominasi adalah teori neoklasik. Teori neoklasik menekankan pada peran pasar dan menghindari intervensi pemerintah dalam perekonomian. Teori pembangunan negara didasari oleh pemikiran sayap kiri yang menekankan pada intervensi negara. Hal ini dipertegas dengan kasus-kasus sukses pembangunan di negara-negara Asia Timur, seperti Jepang, Cina, Korea Selatan, Singapore, dan sebagainya. Pembangunan negara-negara tersebut dinilai berhasil dan termasuk ke dalam negara-negara yang berkembang pesat pasca perang dunia kedua. Keberhasilan tersebut ternyata dikarenakan oleh intervensi negara dalam perekonomian. Teori neoklasik tidak mampu menjelaskan keberhasilan ini dengan teorinya. Teori pembangunan dengan kasus-kasus keberhasilan di negara-negara Asia Timur menawarkan suatu model pembangunan Infant Industry Model (IIM). Teori pembangunan negara juga menekankan pada redistribusi lahan oleh negara, sehingga produksi dan konsumsi berjumlah besar dan dapat memproduksi untuk ekspor, seperti yang menjadi tujuan model pembangunan IIM. Redistribusi ini menjadi salah satu kunci penting dalam keberhasilan pembangunan dalam teori pembangunan negara. Respon Kelompok Sumber bahan bacaan kami berasal dari tulisan Rapley bab 5 dan tulisan Martinussen Bab 12 dan Bab 15. Bahan Martinussen lebih banyak membahas mengenai teori-teori politik di negara berkembang. Dalam bahan Rapley menjelaskan bahwa structural adjustment ternyata tidak hanya disebabkan oleh dimensi-dimensi ekonomi saja, tetapi juga oleh aspek-aspek politik. Dalam hal ini, kondisi dan stabilitas politik suatu negara mempengaruhi sructural change yang akhirnya mempengaruhi structural adjustment di dalam suatu negara. Kondisi-kondisi politik yang mendasari perubahan-perubahan dalam struktur negara tersebut dijelaskan oleh tulisan Martinussen di bab 12. Tulisan Martinussen tersebut menggambarkan kondisi politik negara-negara dunia ketiga. Teori pembangunan negara juga menawarkan solusi pembangunan yang didasari oleh redistribusi lahan. Hal ini terkait dengan penjelasan desentralisasi dalam tulisan Martinussen bab 15. Desentralisasi bertujuan agar tidak hanya segelintir orang saja yang memperoleh keuntungan dalam pembangunan, melalui salah satunya redistribusi lahan. Selain itu, desentralisasi juga berlaku ketika negara ingin meningkatkan human capital dengan berinvestasi besar pada pendidikan. Hal ini merupakan beebrapa aspek kunci yang menjadikan pembangunan di negara-negara Asia Timur tersebut berhasil. Meskipun demikian, bacaan tersebut juga memicu beberapa pertanyaan oleh kelompok kami. Pertama, bagaimana posisi kapitalisme dalam teori penbangunan negara ini. Walaupun intervensi negara sangat ditekankan, tetapi negara tetap mendukung pasar dan tidak bertentangan dengan pasar. Apalagi kebijakan IIM yang mengutamakan ekspor produk ke luar. Bukankah dengan memproduksi barang-barang untuk diekspor dan mengimpor barang-barang dari luar artinya ikut ke dalam sistem kapitalisme global? Alma Karimah (0806463776)| Rahardhika Arista Utama (0806317666) 11