perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Motivasi Melestarikan Lingkungan a. Pengertian Motivasi Motif sering kali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah-laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu. Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di mulai dengan motivasi (niat). Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Sedangkan motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar. Menurut teori yang dikemukakan oleh David Mc Cleland dalam Sondang P Siagian (2004 : 167-168) bahwa pemahaman motivasi akan semakin mendalam jika didasarkan pada kebutuhan Need for Achievement (nAch). Seseorang yang ingin dipandang berhasil dalam belajar akan mempunyai dorongan yang kuat untuk secara bertanggung jawab sehingga menghasilkan prestasi yang telah ditargetkan. Motivasi menurut Hamzah (2006:8) merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya. Sedangkan yang dimaksud tujuan tertentu adalah sesuatu yang berada di luar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah karena seseorang akan berusaha lebih semangat dan giat dalam berbuat sesuatu. Menurut W.S Winkel (1996:151) motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berbeda dengan pendapat W.S Winkel, menurut Sardiman (2007:102) motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat diartikan daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Slavin dalam Mieke Purba (2009:14) mengartikan motivasi adalah apa yang diinginkan dari apa yang dilakukan, apa yang diperoleh dari apa yang dilakukan, dan kapan melakukan hal itu. Menurut Mulyasa (2003:112) motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Siswa akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi. Dimyati dan Mudjiono (2002:80) mengutip pendapat Koeswara mengatakan bahwa siswa belajar karena didorong kekuatan mental, kekuatan mental itu berupa keinginan dan perhatian, kemauan, cita-cita di dalam diri seorang terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu dalam belajar. Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu dorongan atau kekuatan mental yang berupa keinginan seseorang untuk berbuat atau melakukan kegiatan sebagai perubahan tingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu yang ingin dicapai. b. Fungsi Motivasi Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan aktivitas belajar. Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Menurut Djamarah (2002 : 123) ada tiga fungsi motivasi: 1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik ambil dalam rangka belajar. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 2) Motivasi digilib.uns.ac.id sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung,yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. 3) Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Menurut Hamalik (2003:161) fungsi motivasi adalah : 1) Mendorong timbulnya suatu kelakuan atau perbuatan. Tanpa adanya motivasi maka tidak akan timbul perbuatan seperti belajar 2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan. 3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi berfungsi sebagai mesin dalam mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan. Menurut Sardiman (2006:85) ada 3 fungsi motivasi : 1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. 2) Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai 3) Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan tujuan-tujuan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Dengan adanya usaha yang tekun dan didasari motivasi maka siswa akan belajar dengan baik dan prestasi belajar akan optimal. c. Jenis Motivasi Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:86) motivasi sebagai kekuatan mental individu memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1) Motivasi Primer Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar, motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Dimyati mengutip pendapat Mc.Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan dorongan mencapai kepuasan contoh mencari makan, rasa ingin tahu dan sebagainya. 2) Motivasi sekunder Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari,motif ini dikaitkan dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen penting seperti afektif, kognitif dan kurasif, sehingga motivasi sekunder dan primer sangat penting dikaitkan oleh siswa dalam usaha pencapaian prestasi belajar. d. Sifat Motivasi Dalam menumbuhkan motivasi belajar tidak hanya timbul dari dalam diri siswa tetapi juga berasal dari luar siswa.Yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik (Dimyati dan Mudjiono, 2002:90). 1) Motivasi Intrinsik Adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar individu. Contoh: seorang siswa mempelajari sebuah buku pelajaran karena ia termotivasi untuk mengetahi isi atau bahan berupa pengetahuan yang ia dapatkan. 2) Motivasi Ekstrinsik Adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar, contoh: Ia belajar karena terdorong oleh orang lain, karena takut mendapatkan hukuman. Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat penting bagi siswa dalam proses belajar, dengan timbulnya motivasi intrinsik dapat menimbulkan semangat belajar yang tinggi. Motivasi ekstirnsik dapat commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berubah menjadi intrinsik tanpa disuruh orang lain.Ia termotivasi belajar dan belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh oleh orang lain (Monks, dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002:91). e. Melestarikan Melestarikan dalam Kamus Bahasa Indonesia berasal dari kata lestari, yang artinya adalah tetap selama-lamanya tidak berubah. A.W. Widjaja (1986) mengartikan melestarikan sebagai kegiatan atau yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu guna mewujudkan tujuan tertentu yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi, bersifat dinamis, luwes, dan selektif. (Ranjabar, 2006:115) Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa kegiatan melestarikan adalah upaya untuk membuat sesuatu tetap selama-lamanya tidak berubah yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu, guna mewujudkan tujuan tertentu di aspek stabilisasi manusia, serta kegiatan pencerminan dinamika seseorang. f. Lingkungan Lingkungan adalah kawasan hidup manusia, hewan, dan tumbuhan yang mempengaruhi perkembangan kehidupan baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan mempunyai arti penting bagi manusia, dengan lingkungan fisik manusia dapat menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan materilnya, dengan lingkungan biologi manusia dapat memenuhi kebutuhan jasmaninya, dan dengan lingkungan sosial manusia dapat memenuhi kebutuhan spiritualnya. Lingkungan dipandang sebagai tempat beradanya manusia dalam melakukan segala aktivitas kesehariannya. Kepedulian dan kesadaran warga sekolah terhadap lingkungan sekolah merupakan salah satu bentuk implementasi dari kecerdasan rasional dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id spiritual. Kecerdasan rasional diarahkan pada upaya-upaya warga sekolah menjaga (kebersihan, keseimbangan, dan kelestarian) lingkungan sekolah sehingga tidak memberi dampak buruk bagi warga sekolah maupun lingkungan itu sendiri. Manusia memiliki ikatan dengan alam yang sifatnya religius yang artinya manusia harus mensyukuri segala sesuatu yang dihasilkan oleh lingkungan untuk menunjang kehidupannya dengan cara melindungi, melestarikan dan menjaga alam tersebut agar hubungan alam dan manusia dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya. g. Motivasi Melestarikan Lingkungan Melestarikan lingkungan adalah upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan dampak negatif yang ditimbulkan suatu kegiatan. Serta menjaga kestabilan lingkungan untuk menjadi tempat hidup Manusia, hewan dan Tumbuhan. Alam dapat dijadikan sebagai ispirator dan sumber keindahan yang dapat membuat kehidupan menjadi lebih bermakna. Alam merupakan syariat bagi manusia dalam bertahan terhadap berbagai bencana. Alam adalah rumah tempat tinggal makhluk hidup, disana pula manusia berlindung dari segala ancaman dan bencana, dan apabila alam tidak dijaga maka makhluk hidup tidak dapat menghindar dari bencana. Alam menghidupi manusia, artinya alam menyediakan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia agar dapat tetap bertahan hidup berupa sumber daya alam. Ada saatnya jika eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan akan menyebabkan sumber daya tersebut habis, maka gunakanlah sumber daya alam seperlunya. Alam menjadi sumber material genetik. Keanekaragaman flora maupun fauna di bumi ini sangat bervariasi jenisnya, maka tugas manusia untuk menjaga keanekaragaman tersebut dengan cara tidak memburu binatang yang tingkat regenerasinya rendah, kalau perlu dibuatkan suatu penangkaran khusus untuk melestarikannya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Alam penting bagi IPTEK, pendidikan dan pengajaran. Kemajuan teknologi saat ini tidak lepas dari alam. Setiap komponen kemajuan dipengaruhi oleh alam. Apabila alam sudah tidak dapat menyediakan sumber daya alam, bukan tidak mungkin jika kedepannya manusia akan mengalami kemunduran kualitas hidup. Dengan adanya motivasi tersebut, maka sudah saatnya untuk anda agar mengubah sikap anda untuk mencintai, melestarikan, dan menjaga alam tempat tinggal kita ini. 2. Pengetahuan Tentang Daur Ulang Sampah Menjadi Kompos a. Pengertian Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003: 20), pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “What”. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan, penciuman, rasa, dan raba. Pengatahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Menurut Bloom dan Skinner pengetahuan adalah kemampuan seseorang untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut merupakan suatu reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan atau tulisan (Notoatmodjo, 2003: 20). Menurut Arikunto (2006 : 19), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu: 1) Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari seluruh petanyaan 2) Cukup : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari seluruh pertanyaan 3) Kurang : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari seluruh pertanyaan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Menurut Notoatmodjo (2003:21) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah 2) Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3) Aplikasi (Aplication) Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). 4) Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6) Evaluasi Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2003:23). b. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara lain : 1) Pendidikan Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuanya (Hendra AW, 2008:25). 2) Pengalaman Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu (Notoadmojo, 2003:25 ). 3) Usia Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun (Hendra AW, 2008:26). Selain itu Abu Ahmadi (2001: 26) dalam Hendra AW (2008:27) juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. 4) Informasi Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang (Hendra AW, 2008). c. Daur Ulang Sampah 1) Pengertian Daur Ulang Sampah Apriadji (2005:7) menyatakan bahwa sampah adalah bagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan yang biologis. Sampah ini bisa dimanfaatkan secara langsung atau harus mengalami proses terlebih dahulu untuk menjadi bahan baku baru. Sampah ini banyak dijumpai sebagai bahan pengemas produk. Di negara industri, pengemas produk yang mudah didaur ulang menjadi salah satu faktor dalam meningkatkan nilai saing produk tersebut di pasaran. Daur ulang mempunyai pengertian sebagai proses menjadikan bahan bekas atau sampah menjadi menjadi bahan baru yang dapat digunakan kembali. Dengan proses daur ulang, sampah dapat menjadi sesuatu yang berguna sehingga bermanfaat untuk mengurangi penggunaan bahan baku yang baru. Manfaat lainnya adalah menghemat energi, mengurangi polusi, mengurangi kerusakan lahan dan emisi gas rumah kaca dari pada pada proses pembuat barang baru. Daur ulang yang merupakan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle) dan dapat dilakukan pada sampah kaca, plastik, kertas, logam, tekstil, maupun barang elektronik. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan organik. Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia. Bahan baku pengomposan adalah semua material organik yang mengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian. 2) Proses atau Tahapan Daur Ulang. Berikut ini merupakan tahap-tahap dari kegiatan daur ulang yang dapat sobat lakukan: a) Mengumpulkan; yakni mencari barang-barang yang telah di buang seperti kertas, botol air mineral, dus susu, kaleng dan lain-lainya. b) Memilah; yakni mengelompokkan sampah yang telah dikumpulkan berdasarkan jenisnya, seperti kaca, kertas, dan plastik. c) Menggunakan Kembali; Setelah dipilah, carilah barang yang masih bisa digunakan kembali secara langsung. Bersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id d) Mengirim; Kirim sampah yang telah dipilah ke tempat daur ulang sampah, atau menunggu pengumpul barang bekas keliling yang akan dengan senang hati membeli barang tersebut. e) Lakukan Daur Ulang Sendiri; Jika mempunyai waktu dan ketrampilan kenapa tidak melakukan proses daur ulang sendiri. Dengan kreatifitas berbagai sampah yang telah terkumpul dan dipilah dapat disulap menjadi barang-barang baru yang bermanfaat. 3) Manfaat Daur Ulang Daur ulang adalah proses mengambil kembali material mentah untuk digunakan kembali. Melakukan daur ulang berarti lebih memilih melakukan proses pengumpulan dan penggunaan kembali material-material daripada membuangnya atau membuatnya menjadi sampah. Kegiatan mendaur ulang limbah ini adalah kegiatan yang sangat baik, mengingat bahwa slam pun melakukannya secara alamiah. Benda-benda yang terbuat dari berbagai macam logam sampai kaca, dari kertas koran bekas sampai sendok plastik dapat didaur ulang. Pada intinya, proses daur ulang mengambil kembali material asal dan menggunakannya kembali untuk membuat produk-produk baru. Secara umum, menggunakan material hasil daur ulang untuk membuat produk-produk yang baru membutuhkan biaya clan energi yang lebih sedikit dibandingkan menggunakan material yang baru. Daur ulang juga dapat mengurangi polusi, yaitu dengan meminimalkan jumlah polusi yang dihasilkan selama proses manufaktori. Selain itu, daur ulang mengurangi lugs lahan yang diperlukan untuk tempat buangan sampah dengan mengurangi volume sampah yang dibuang. Ada banyak sekali alasan mengapa daur ulang limbah harus dilakukan. Berikut adalah alasan-alasan mengapa daur ulang dilakukan. a) Konservasi sumber daya commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Daur ulang ikut membantu mengkonservasi sumber daya alam dengan mengurangi kebutuhan akan material baru. Sebagai contoh, jika kita, mendaur ulang kertas maka secara otomatis kita akan mengurangi penebangan potion yang akan dipakai dalam pembuatan kertas. Oleh karena itu, dengan melakukan daur ulang berarti kita telah ikut membantu upaya konservasi alam. b) Konservasi energy Daur ulang menyelamatkan energi dengan cars mengurangi kebutuhan akan material baru yang biasanya membutuhkan lebih banyak energi dibandingkan dengan melakukan proses daur ulang. Misalnya, dalam mendaur ulang kertas dibutuhkan energi kurang dari 75% dibandingkan dengan memproduksi produk-produk baru. Penghematan energi secara signifikan juga dihasilkan dari proses daur ulang pads logam dan kaca. c) Pengurangan polusi Daur ulang mengurangi polusi karena daur ulang menghasilkan produk baru yang lebih sedikit menghasilkan polusi. Banyak ilmuwan yang memperkirakan bahwa CFC membahayakan lapisan ozon di atmosfer. Dengan menggunakan plastik daur ulang untuk produk-produk tersebut, dapat mengurangi bahaya yang disebabkan oleh CFC. d) Konservasi lahan Dengan melakukan daur ulang terhadap berbagai macam material, akan mengurangi sampah yang harus dibuang. Ketika sampah yang harus dibuang semakin berkurang, semakin sedikit pula lahan yang diperlukan untuk menumpuk sampah. Dengan demikian, kegiatan daur ulang dapat berperan juga dalam konsrvasi lahan. f) Alasan ekonomi Untuk jangka panjang, daur ulang tidak selalu mendatangkan keuntungan finansial atau mengurangi biaya operasional. Akan tetapi, konsekuensi ekonomi dari daur ulang ini sangat positif untuk jangka panjang. Daur ulang akan menyelamatkan uang yang akan dipakai commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id untuk penyediaan lahan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan produktif lainnya. Selain itu, daur ulang juga mengurangi jumlah penyakit yang berhubungan dengan polusi. d. Kompos 1) Pengertian Kompos Pengertian Kompos dan Proses Pengomposan Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Menurut Mark Risse (706-542-9067) “Composting is the natural process of decomposition and recycling of organic material into a humus rich soil amendment known as compost. For any business or institution producing food waste, this organic material can be easily decomposed into high quality compost”. Sedangkan proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan. 2) Manfaat Kompos Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak. Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek: a) Aspek Ekonomi : (1) Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah (2) Mengurangi volume/ukuran limbah (3) Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya b) Aspek Lingkungan : (1) Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah (2) Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan. c) Aspek bagi tanah/tanaman : (1) Meningkatkan kesuburan tanah (2) Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah (3) Meningkatkan kapasitas serap air tanah (4) Meningkatkan aktivitas mikroba tanah (5) Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen) (6) Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman (7) Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman (8) Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah 3) Cara membuat kompos Pemanfaatan sampah menjadi kompos akan bisa menghemat banyak sumber daya. Sumber daya yang selama ini hanya digunakan untuk membuat lingkungan bersih. Sudah saatnya sumber daya itu dirubah sehingga menghasilkan nilai tambah. Berikut cara membuat kompos: Bahan-bahan yang dibutuhkan: commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id a) Limbah organik/sampah dipotong-potong dengan ukuran 5-10 cm sebanyak 100 kg b) Dedak sebanyak 5 kg c) Sekam/Arang sekam/serbuk gergaji(kalau ada)sebanyak 10-20 kg d) Gula pasir (± 200 gram dilarutkan dalam 1 liter air) atau (gula merah ± 25- gram dilarutkan dalam 1 liter air) atau (cairan molase ±400 ml dilarutkan dalam 1 liter air (40%) sebanyak 5 sendok makan) e) Cairan EM4 (biang), diambil sebanyak 5 sendok makan f) Air bersih secukupnya (kurang lebih 3 ember) Cara pembuatan a) Campurkan dan aduk secara merata bahan-bahan sampah/limbah, dedak dan arang sekam b) Larutkan EM 4 dan gula atau tetes tebu ke dalam ember yang telah disediakan dan aduk secara merata c) Siramkan larutan EM 4 sambil diaduk-aduk hingga campuran bahan organik basah secara merata (bila adonan dikepal dengan tangan,air tidak menetes dan bila kepalan dilepas adonan akan mekar/kadar air ± 30%) Adonan tadi kita gundukan di atas lantai (kering) kemudian tutup dengan karung goni atau karung beras selama 3-5 hari a) Pada hari kedua dan ketiga kompos biasanya mengeluarkan panas yang cukup tinggi lagi, sehingga setiap harinya harus dibolak balik dan.dibiarkan sampai 10 menit samapai panasnya berkurang, kemudian gundukan ditutup kembali seperti semula b) Pada hari ke-4 kompos telah matang,(fermentasi), sehingga panas tidak tinggi lagi. Apabila dibuka nampak ditumbuhi jamur berwarna putih dan bila dipegang terasa hangat. Kompos ini sudah bisa digunakan tetapi belum hancur sehingga bentuk dan ukuran masih seperti bahan baku. Untuk menjadikan kompos halus harus menunngu selama 21 hari. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Selama Proses penghancuran gundukan kompos diaduk setiap satu minggu sekali. c) Bila kompos yang sudah jadi akan kita simpan atau dikemas, sebelum dimasukan ke dalam kantung pelastik/karung,kompos tadi dikeringkan dulu atau dikeringkan terlebih dahulu (bukan di jemur) 3. Model Pembelajaran Kooperatif NHT a. Pengertian Model Model mempunyai beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli. Menurut Anitah (2009: 45), “model adalah suatu kerangka berpikir yang dipakai sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan tertentu”. Pengertian lain dikemukakan oleh Meyer dalam Trianto (2012:21) bahwa, “model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan sesuatu hal”. Di sisi lain Mils dalam Suprijono (2010: 45) berpendapat bahwa, “model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu” Dari beberapa pengertian model tersebut dapat disimpulkan bahwa model adalah suatu konsep untuk merepresentasikan suatu hal dalam melaksanakan kegiatan yang membuat orang lain mencoba bertindak berdasarkan model itu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. b. Pengertian Pembelajaran Beberapa ahli mengungkapkan pendapatnya tentang pengertian model pembelajaran. Suprijono (2010: 46) berpendapat bahwa, “model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial”. Di samping itu, pendapat lain dikemukakan oleh Aunurrahman (2009: 146) yang mendefinisikan “model pembelajaran sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat lain yang melaksanakan aktivitas pembelajaran”. Winataputra dalam Sugiyanto (2009: 3). juga berpendapat bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Dengan mengunakan model pembelajaran guru dapat membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir dan cara mengekspresikan diri mereka sendiri, selain itu guru mengajarkan bagaimana mereka belajar. Sebagaimana pendapat Joice dan Weil dalam Trianto (2010: 51). yang menyatakan, “models of teaching are really models of learning. as we help student acquire information, ideas, skills, value, ways of thinking and means of expressing themselves, we are also teaching them how to learn”. Dari beberapa pendapat tentang model pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu pedoman perencanaan pembelajaran yang membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir dan cara mengekspresikan diri mereka sendiri untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan juga pengelolaan kelas. Pembelajaran mempunyai suatu tujuan seperti disebutkan Aunurrahman (2009: 34) bahwa tujuan pembelajaran yaitu “untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal”. Demikian juga Isjoni (2010: 14) yang mengungkapkan bahwa, “tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik”. Pada proses commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pembelajaran, komunikasi yang baik antara guru dan siswa sangat diharapkan. Dalam berkomunikasi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa yang lain, perlu dilandasi sikap saling menghormati dan menghargai setiap pendapat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Siswa harus mampu mengenal dirinya sendiri untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan yang dimiliki. Guru perlu memberikan dorongan dan motivasi kepada siswa, agar kelebihan yang dimiliki siswa dapat terus berkembang dan berupaya mencari cara untuk mengatasi kelemahan siswa. c. Model Pembelajaran Kooperatif 1) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Salah satu model pembelajaran yang termasuk dalam teori konstruktivistik adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Isjoni (2010:14), “pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda”. Sugiyanto (2009: 37) berpendapat, “pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”. Menurut Slavin (2005: 8), “inti dari pembelajaran kooperatif yaitu para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru”. Selain itu Artst dan Newman dalam Trianto (2012: 56) menyatakan bahwa “dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama”. Dari berbagai pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil dengan tingkat kemampuan berbeda bekerja sama memecahkan suatu permasalahan untuk mencapai tujuan belajar. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Isjoni (2010: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam membuat laporan penelitian pada pelajaran IPA dan IPS. Pada dasarnya pembelajaran kooperatif cocok digunakan dalam materi pelajaran yang luas, karena dengan pembelajaran kooperatif siswa dapat bekerja sama dengan siswa lain dalam memecahkan masalah, sehingga pembelajaran menjadi tidak membosankan. Inti dari pembelajaran ini adalah untuk memotivasi siswa agar belajar bekerja sama dalam kelompok yaitu berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat orang lain dan berlapang dada apabila pendapatnya kurang disetujui oleh kelompok. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif, akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang dianggap sulit dan menumbuhkan sikap aktif dalam pembelajaran sehingga akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Ada beberapa unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Lungdren yaitu: a) para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama; b) para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi; c) para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama; d) para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab diantara para anggota kelompok; e) para siswa memberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok; f) para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar, dan g) setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif (Isjoni, 2010: 16-17). 2) Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif Roger dan David Johnson dalam Lie mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id yang maksimal, lima elemen model pembelajaran gotong royong harus diterapkan. a) Saling Ketergantungan Positif Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri. Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggota ini lalu berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Setiap siswa mendapat nilainya sendiri dan nilai kelompok. nilai kelompok dibentuk dari “sumbangan” setiap anggota. b) Tanggung Jawab Perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Masingmasing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. Siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah. Rekanrekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lainnya. c) Tatap Muka Setiap anggota kelompok harus bertatap muka dan berdiskusi untuk menyatukan hasil pemikiran mereka karena hasil pemikiran beberapa kepala lebih kaya daripada satu kepala saja. Tujuannya untuk menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masingmasing. d) Komunikasi Antar Anggota Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Pengajar perlu memberi tahu cara menyanggah suatu pendapat dengan kata-kata yang bijaksana dan tidak commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id menyinggung perasaan orang lain. Proses komunikasi ini akan sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa. e) Evaluasi Proses Kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Format evaluasi bisa bermacam-macam bergantung pada tingkat pendidikan siswa (2005: 23). 3) Tujuan Pembelajaran Kooperatif Ibrahim, et al. dalam Isjoni (2010:24) merangkum tiga tujuan pembelajaran kooperatif, yaitu: a) Hasil Belajar Akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan memperbaiki prestasi belajar siswa. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini menunjukkan melalui model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan nilai siswa, perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar dan dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas. b) Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu Pembelajaran kooperatif memberi peluang siswa dari berbagai latar belakang untuk bekerja sama saling bergantung satu sama lain. Guru bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan sosial siswa, karena itu perbedaan-perbedaan yang ada di dalam kelas diusahakan tidak menjadi penghambat dalam mewujudkan interaksi sosial yang efektif diantara siswa. c) Pengembangan Keterampilan Sosial Salah satu cara guru dalam mengembangkan nilai solidaritas yaitu dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dalam kelas. Pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Keterampilan ini penting untuk dimiliki siswa sebagai warga masyarakat, bangsa, dan negara, karena masalah-masalah sosial yang dihadapi bangsa ini semakin kompleks. 4) Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Ada beberapa keunggulan dan kelemahan dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif. Sugiyanto (2009 24) mengungkapkan beberapa keunggulan menggunakan model pembelajaran kooperatif, yaitu: a) meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social; b) memungkinkan para siswa saling belajar mengenali sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan; c) memudahkan siswa melakukan penyesuaian social; d) memungkinkan terbentuk dan berkembangan nilainilai sosial dan komitmen; e) menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois; f) membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga dewasa, g) berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan; h) meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia; i) meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif; j) meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik, dan k) meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas. Kelemahan pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2010: 25) bersumber pada dua faktor, yaitu: a) Faktor dari dalam (intern): (1) guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu; (2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai; (3) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dan (4) saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain pasif. b) Faktor dari luar (ekstern): berhubungan dengan kebijakan pemerintah yaitu semakin pudarnya kurikulum pembelajaran sejarah, selain itu pelaksanaan tes yang terpusat sehingga proses pembelajaran di kelas cenderung dipersiapkan untuk keberhasilan perolehan ujian. Sebenarnya apabila guru telah berperan baik kelemahan yang ditemukan dalam pembelajaran kooperatif dapat diatasi. d. Model Pembelajaran Kooperatif NHT Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif. Metode dalam pembelajaran kooperatif ini dikembangkan oleh Spencer Kagan. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe NHT melibatkan banyak siswa dalam mempelajari suatu bahan ajar dan untuk memeriksa tingkat pemahaman siswa terhadap isi pelajaran. Seperti yang dikemukakan Arends bahwa, “Numbered heads together is an approach developed by Spencer Kagan to involve more students in the review of materials covered in a lesson and to check their understanding of a lesson’s content” (1997: 122-123). Lie (2005: 60) menyebutkan langkah-langkah pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu: 1) siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapatkan nomor; 2) guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya; 3) kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini, dan 4) guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT menurut Ibrahim dalam Herdian (2009:34) yaitu: 1) Hasil belajar akademik stuktural; bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugastugas akademik; 2) Pengakuan adanya keragaman; bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang, dan 3) Pengembangan keterampilan sosial; bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT menuntut siswa untuk bekerja sama memecahkan suatu masalah dalam kelompok. Semua anggota kelompok harus mengetahui jawaban yang telah didiskusikan. Ketika guru memberikan suatu pertanyaan, salah satu siswa yang disebut nomor kepalanya harus menjawab. Seperti dikemukakan oleh Yahya dan Huie bahwa: The Numbered Heads Together is cooperative learning structure that is used for the purposes of intergroup cooperation and individual accountability. Using this structure, when a question is posed for the group to answer, only one member in the group will answer and he/she will not know ahead of time that he/she will be picked by the teacher. Therefore, the group will have to make sure that every member in the group knows the material well (2002:3). Model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih efektif dari pembelajaran tradisional, misalnya pada pelajaran IPS dan IPA. Seperti yang disebutkan oleh Haydon(2010:1) , dkk yang menyatakan bahwa, “Numbered Heads Together, a cooperative learning strategy, is more effective than traditional teacher-led instruction in academic areas such as social studies and science”. Setiap model pembelajaran mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT diantaranya: 1) setiap siswa siap semua dalam menjawab pertanyaan; 2) tidak membeda-bedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang; 3) dalam diskusi siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurang mampu; commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 4) terjadinya interaksi antar siswa dalam berdiskusi memilih jawaban yang paling tepat; 5) dengan berpikir bersama siswa mudah mengingat pelajaran, dan 6) siswa dapat mengeluarkan pendapat, bertanya dan mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya. Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe NHT diantaranya: 1) kemungkinan proses diskusi didominasi oleh siswa yang pandai sehingga siswa yang kurang pandai merasa minder; 2) siswa yang kurang hanya menyalin pekerjaan siswa yang pandai; 3) guru tidak dapat mengetahui kemampuan siswa secara individu; 4) membutuhkan waktu yang relatif lama; 5) kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru, dan 6) tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. Dari beberapa kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, sebenarnya dapat diatasi dengan kemampuan guru dalam mengelola kelas, menyampaikan tujuan, menjelaskan tata cara pembelajaran dan memberi pengarahan kepada tim. Dengan pengorganisasian yang baik, pembelajaran kooperatif dengan menggunakan tipe NHT akan berlangsung sesuai tujuan. B. Hasil Penelitian Yang Relevan Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasilhasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan subtansi yang diteliti. Menurut peneliti, ada beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut: I Made Bayu Dirgantara yang berjudul “Pengetahuan Mendaur Ulang Sampah Rumah Tangga Dan Niat Mendaur Ulang Sampah”. Dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pengetahuan mendaur ulang sampah rumah tangga pada partisipan terbentuk dari informasi yang masuk kepada individu melalui stimulus yang diberikan sehingga individu mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap mengenai manfaat daur ulang sampah rumah tangga sehingga meningkatkan niat individu untuk mendaur ulang sampah rumah tangganya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Ade Hima Mastutoh yang berjudul “Meningkatkan Pengetahuan Tentang Kesehatan Lingkungan Dan Motivasi Hidup Sehat Dengan Perilaku Siswa Dalam Memelihara Kesehatan Lingkungan Sekolah pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya”. Dalam penelitian tersebut dapat meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan da motivasi hidup sehat dengan perilaku memelihara lingkungan sekolah. Siti Chaeriyah yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Depok Pada Materi Bangun Segiempat”. Dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan kemampuan memecahkan soal matematika. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa dalam penggunaan metode dan media pembelajaran sesuai dapat meningkatkan keberhasilan belajar peserta didik. Sehubungan dengan ini , peneliti perlu Meningkatkan Motivasi Melestarikan Lingkungan dan Pengetahuan Tentang Daur Ulang Sampah Menjadi Kompos Melalui Model Kooperatif Numbered Heads Together Pada Siswa Kelas V SD N 2 Kedunglengkong. C. Kerangka Berpikir Pengetahuan daur ulang sampah menjadi kompos pada siswa kelas V SD Negeri Kedunglengkong 2 masih tergolong rendah, sehingga perlu adanya solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Melalui model kooperatif NHT mampu meningkatkan motivasi melestarikan lingkungan dan pengetahuan tentang daur ulang sampah menjadi kompos. Secara skematis kerangka berpikir melestarikan lingkungan dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.1 sebagai berikut : Kondisi Awal Guru belum menggunakan model pembelajaran yang kreatif dan masih menggunakan metode ceramah commit to user Pengetahuan daur ulang sampah rendah 1. 2. 3. 4. Siklus I Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi perpustakaan.uns.ac.id Tindakan digilib.uns.ac.id Guru menggunakan model pembelajran kooperatif NHT 1. 2. 3. 4. Kondisi Akhir Siklus II Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi Melalui model pembelajaran kooperatif NHT dapat meningkatkan motivasi melestarikan lingkungan Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Secara skematis kerangka berpikir pengetahuan tentang daur ulang sampah menjadi kompos dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.1, sebagai berikut : Kondisi Awal Tindakan Guru belum menggunakan model pembelajaran yang kreatif dan masih menggunakan metode ceramah Guru menggunakan model pembelajran kooperatif NHT Pengetahuan daur ulang sampah rendah 5. 6. 7. 8. 5. 6. 7. 8. Kondisi Akhir Siklus I Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi Siklus II Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi Melalui model pembelajaran kooperatif NHT dapat meningkatkan pengetahuan daur ulang sampah mejadi kompos Gambar 2.1. Kerangka Berpikir D. Hipotesis Tindakan commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dalam penelitian ini dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut : 1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan lingkungan sekitar dapat meningkatkan motivasi melestarikan lingkungan pada siswa kelas V SD N 2 Kedunglengkong tahun 2013/2014. 2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan lingkungan sekitar dapat meningkatkan pengetahuan tentang daur ulang sampah menjadi kompos pada siswa kelas V SD N 2 Kedunglengkong tahun 2013/2014. commit to user