perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Motivasi Melestarikan Lingkungan
a. Pengertian Motivasi
Motif sering kali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau
tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif
tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk
bertingkah-laku, dan di dalam perbuatannya itu mempunyai tujuan tertentu.
Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu di mulai dengan
motivasi (niat).
Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai tujuan.
Sedangkan motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk belajar. Menurut teori yang dikemukakan oleh
David Mc Cleland dalam Sondang P Siagian (2004 : 167-168) bahwa
pemahaman motivasi akan semakin mendalam jika didasarkan pada
kebutuhan Need for Achievement (nAch). Seseorang yang ingin dipandang
berhasil dalam belajar akan mempunyai dorongan yang kuat untuk secara
bertanggung jawab sehingga menghasilkan prestasi yang telah ditargetkan.
Motivasi menurut Hamzah (2006:8) merupakan dorongan dan kekuatan
dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin
dicapainya. Sedangkan yang dimaksud tujuan tertentu adalah sesuatu yang
berada di luar diri manusia sehingga kegiatan manusia lebih terarah karena
seseorang akan berusaha lebih semangat dan giat dalam berbuat sesuatu.
Menurut W.S Winkel (1996:151) motivasi merupakan dorongan yang
terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan
tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berbeda dengan pendapat W.S Winkel, menurut Sardiman (2007:102)
motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat diartikan daya penggerak
yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Slavin dalam Mieke Purba (2009:14)
mengartikan motivasi adalah apa yang diinginkan dari apa yang dilakukan,
apa yang diperoleh dari apa yang dilakukan, dan kapan melakukan hal itu.
Menurut Mulyasa (2003:112) motivasi adalah tenaga pendorong atau
penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan
tertentu. Siswa akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang
tinggi.
Dimyati dan Mudjiono (2002:80) mengutip pendapat Koeswara
mengatakan
bahwa siswa belajar karena didorong kekuatan mental,
kekuatan mental itu berupa keinginan dan perhatian, kemauan, cita-cita di
dalam diri seorang
terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan,
menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu
dalam belajar.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu
dorongan atau kekuatan mental yang berupa keinginan seseorang untuk
berbuat atau melakukan kegiatan sebagai perubahan tingkah laku untuk
mencapai tujuan tertentu yang ingin dicapai.
b. Fungsi Motivasi
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang
tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan
aktivitas belajar. Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha
belajar bagi para siswa. Menurut Djamarah (2002 : 123) ada tiga fungsi
motivasi:
1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai
pendorong untuk mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik
ambil dalam rangka belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2) Motivasi
digilib.uns.ac.id
sebagai
penggerak
perbuatan.
Dorongan
psikologis
melahirkan sikap terhadap anak didik itu merupakan suatu kekuatan
yang tak terbendung,yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan
psikofisik.
3) Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai
motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan
mana perbuatan yang diabaikan.
Menurut Hamalik (2003:161) fungsi motivasi adalah :
1) Mendorong timbulnya suatu kelakuan atau perbuatan. Tanpa adanya
motivasi maka tidak akan timbul perbuatan seperti belajar
2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan
ke pencapaian tujuan yang diinginkan.
3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi berfungsi sebagai
mesin dalam mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat
lambatnya suatu pekerjaan.
Menurut Sardiman (2006:85) ada 3 fungsi motivasi :
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi.
2) Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai
3) Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan
tujuan-tujuan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Dengan adanya usaha yang tekun dan didasari motivasi maka siswa
akan belajar dengan baik dan prestasi belajar akan optimal.
c. Jenis Motivasi
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:86) motivasi sebagai kekuatan
mental individu memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif
dasar, motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani
manusia. Dimyati mengutip pendapat Mc.Dougal bahwa tingkah laku
terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan
dorongan mencapai kepuasan contoh mencari makan, rasa ingin tahu
dan sebagainya.
2) Motivasi sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari,motif ini dikaitkan
dengan motif sosial, sikap dan emosi dalam belajar terkait komponen
penting seperti afektif, kognitif dan kurasif, sehingga motivasi sekunder
dan primer sangat penting dikaitkan oleh siswa dalam usaha pencapaian
prestasi belajar.
d. Sifat Motivasi
Dalam menumbuhkan motivasi belajar tidak hanya timbul dari dalam
diri siswa tetapi juga berasal dari luar siswa.Yaitu motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik (Dimyati dan Mudjiono, 2002:90).
1) Motivasi Intrinsik
Adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu sendiri
tanpa adanya pengaruh dari luar individu. Contoh: seorang siswa
mempelajari sebuah buku pelajaran karena ia termotivasi untuk
mengetahi isi atau bahan berupa pengetahuan yang ia dapatkan.
2) Motivasi Ekstrinsik
Adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan
yang dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar,
contoh: Ia belajar karena terdorong oleh orang lain, karena takut
mendapatkan hukuman.
Motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sangat penting bagi siswa
dalam
proses
belajar,
dengan
timbulnya
motivasi
intrinsik dapat
menimbulkan semangat belajar yang tinggi. Motivasi ekstirnsik dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berubah menjadi intrinsik tanpa disuruh orang lain.Ia termotivasi belajar dan
belajar sungguh-sungguh tanpa disuruh oleh orang lain (Monks, dalam
Dimyati dan Mudjiono, 2002:91).
e. Melestarikan
Melestarikan dalam Kamus Bahasa Indonesia berasal dari kata lestari,
yang artinya adalah tetap selama-lamanya tidak berubah. A.W. Widjaja
(1986) mengartikan melestarikan sebagai kegiatan atau yang dilakukan
secara terus menerus, terarah dan terpadu guna mewujudkan tujuan tertentu
yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi, bersifat dinamis,
luwes, dan selektif. (Ranjabar, 2006:115)
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa kegiatan
melestarikan adalah upaya untuk membuat sesuatu tetap selama-lamanya
tidak berubah yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu,
guna mewujudkan tujuan tertentu di aspek stabilisasi manusia, serta
kegiatan pencerminan dinamika seseorang.
f. Lingkungan
Lingkungan adalah kawasan hidup manusia, hewan, dan tumbuhan
yang mempengaruhi perkembangan kehidupan baik langsung maupun
tidak langsung.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang
mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik secara langsung
maupun tidak langsung. Lingkungan mempunyai arti penting bagi manusia,
dengan lingkungan fisik manusia dapat menggunakannya untuk memenuhi
kebutuhan materilnya, dengan lingkungan biologi manusia dapat memenuhi
kebutuhan jasmaninya, dan dengan lingkungan sosial manusia dapat
memenuhi kebutuhan spiritualnya. Lingkungan dipandang sebagai tempat
beradanya manusia dalam melakukan segala aktivitas kesehariannya.
Kepedulian dan kesadaran warga sekolah terhadap lingkungan sekolah
merupakan salah satu bentuk implementasi dari kecerdasan rasional dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
spiritual. Kecerdasan rasional diarahkan pada upaya-upaya warga sekolah
menjaga (kebersihan, keseimbangan, dan kelestarian) lingkungan sekolah
sehingga tidak memberi dampak buruk bagi warga sekolah maupun
lingkungan itu sendiri. Manusia memiliki ikatan dengan alam yang sifatnya
religius yang artinya manusia harus mensyukuri segala sesuatu yang
dihasilkan oleh lingkungan untuk menunjang kehidupannya dengan cara
melindungi, melestarikan dan menjaga alam tersebut agar hubungan alam
dan manusia dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya.
g. Motivasi Melestarikan Lingkungan
Melestarikan lingkungan adalah upaya untuk melindungi kemampuan
lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan dampak negatif yang
ditimbulkan suatu kegiatan. Serta menjaga kestabilan lingkungan untuk
menjadi tempat hidup Manusia, hewan dan Tumbuhan.
Alam dapat dijadikan sebagai ispirator dan sumber keindahan yang
dapat membuat kehidupan menjadi lebih bermakna. Alam merupakan
syariat bagi manusia dalam bertahan terhadap berbagai bencana. Alam
adalah rumah tempat tinggal makhluk hidup, disana pula manusia
berlindung dari segala ancaman dan bencana, dan apabila alam tidak dijaga
maka makhluk hidup tidak dapat menghindar dari bencana.
Alam menghidupi manusia, artinya alam menyediakan segala sesuatu
yang dibutuhkan manusia agar dapat tetap bertahan hidup berupa sumber
daya alam. Ada saatnya jika eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan
akan menyebabkan sumber daya tersebut habis, maka gunakanlah sumber
daya alam seperlunya.
Alam menjadi sumber material genetik. Keanekaragaman flora maupun
fauna di bumi ini sangat bervariasi jenisnya, maka tugas manusia untuk
menjaga keanekaragaman tersebut dengan cara tidak memburu binatang
yang tingkat regenerasinya rendah, kalau perlu dibuatkan suatu penangkaran
khusus untuk melestarikannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Alam penting bagi IPTEK, pendidikan dan pengajaran. Kemajuan
teknologi saat ini tidak lepas dari alam. Setiap komponen kemajuan
dipengaruhi oleh alam. Apabila alam sudah tidak dapat menyediakan
sumber daya alam, bukan tidak mungkin jika kedepannya manusia akan
mengalami kemunduran kualitas hidup.
Dengan adanya motivasi tersebut, maka sudah saatnya untuk anda agar
mengubah sikap anda untuk mencintai, melestarikan, dan menjaga alam
tempat tinggal kita ini.
2. Pengetahuan Tentang Daur Ulang Sampah Menjadi Kompos
a. Pengertian Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003: 20), pengetahuan (knowledge) adalah hasil
tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “What”. Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan, penciuman, rasa,
dan raba. Pengatahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Menurut Bloom dan Skinner pengetahuan adalah kemampuan seseorang
untuk mengungkapkan kembali apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti
jawaban baik lisan atau tulisan, bukti atau tulisan tersebut merupakan suatu
reaksi dari suatu stimulasi yang berupa pertanyaan baik lisan atau tulisan
(Notoatmodjo, 2003: 20).
Menurut Arikunto (2006 : 19), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori,
yaitu:
1) Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari
seluruh petanyaan
2) Cukup : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari
seluruh pertanyaan
3) Kurang : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari
seluruh pertanyaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Notoatmodjo (2003:21) pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat
pengatahuan yang paling rendah
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,
dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4) Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis
Menunjukkan
pada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru,
dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6) Evaluasi
Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita
ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo,
2003:23).
b. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, antara
lain :
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang
menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya
semakin
tinggi
pendidikan
seseorang
makin
semakin
baik
pula
pengetahuanya (Hendra AW, 2008:25).
2) Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat
diartikan
bahwa
pengalaman
merupakan
sumber
pengetahuan,
atau
pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh
sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
pada masa lalu (Notoadmojo, 2003:25 ).
3) Usia
Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya
bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun
(Hendra AW, 2008:26). Selain itu Abu Ahmadi (2001: 26) dalam Hendra AW
(2008:27) juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah
satunya dipengaruhi oleh umur. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan
bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang.
4) Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia
mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio
atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan
seseorang (Hendra AW, 2008).
c. Daur Ulang Sampah
1) Pengertian Daur Ulang Sampah
Apriadji (2005:7) menyatakan bahwa sampah adalah bagian dari sesuatu
yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang
umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan
industri), tetapi bukan yang biologis.
Sampah ini bisa dimanfaatkan secara langsung atau harus mengalami
proses terlebih dahulu untuk menjadi bahan baku baru. Sampah ini banyak
dijumpai sebagai bahan pengemas produk. Di negara industri, pengemas
produk yang mudah didaur ulang menjadi salah satu faktor dalam
meningkatkan nilai saing produk tersebut di pasaran.
Daur ulang mempunyai pengertian sebagai proses menjadikan bahan
bekas atau sampah menjadi menjadi bahan baru yang dapat digunakan
kembali. Dengan proses daur ulang, sampah dapat menjadi sesuatu yang
berguna sehingga bermanfaat untuk mengurangi penggunaan bahan baku
yang baru. Manfaat lainnya adalah menghemat energi, mengurangi polusi,
mengurangi kerusakan lahan dan emisi gas rumah kaca dari pada pada proses
pembuat barang baru.
Daur ulang yang merupakan bagian ketiga adalam proses hierarki
sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle) dan dapat dilakukan pada sampah
kaca, plastik, kertas, logam, tekstil, maupun barang elektronik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik
maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Pengomposan
secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk
dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit.
Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu
sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik
memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam
mendegradasi bahan organik.
Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat
dibutuhkan untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai
upaya untuk memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga
produksi tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari
pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan
kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali
tanah petamanan, sebagai bahan penutup sampah di TPA, eklamasi pantai
pasca penambangan, dan sebagai media tanaman, serta mengurangi
penggunaan pupuk kimia.
Bahan baku pengomposan adalah semua material organik yang
mengandung karbon dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijauan,
sampah kota, lumpur cair dan limbah industri pertanian.
2) Proses atau Tahapan Daur Ulang.
Berikut ini merupakan tahap-tahap dari kegiatan daur ulang yang dapat
sobat lakukan:
a)
Mengumpulkan; yakni mencari barang-barang yang telah di buang
seperti kertas, botol air mineral, dus susu, kaleng dan lain-lainya.
b)
Memilah; yakni mengelompokkan sampah yang telah dikumpulkan
berdasarkan jenisnya, seperti kaca, kertas, dan plastik.
c)
Menggunakan Kembali; Setelah dipilah, carilah barang yang masih bisa
digunakan kembali secara langsung. Bersihkan terlebih dahulu sebelum
digunakan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d) Mengirim; Kirim sampah yang telah dipilah ke tempat daur ulang
sampah, atau menunggu pengumpul barang bekas keliling yang akan
dengan senang hati membeli barang tersebut.
e)
Lakukan Daur Ulang Sendiri; Jika mempunyai waktu dan ketrampilan
kenapa tidak melakukan proses daur ulang sendiri. Dengan kreatifitas
berbagai sampah yang telah terkumpul dan dipilah dapat disulap menjadi
barang-barang baru yang bermanfaat.
3) Manfaat Daur Ulang
Daur ulang adalah proses mengambil kembali material mentah untuk
digunakan kembali. Melakukan daur ulang berarti lebih memilih melakukan
proses pengumpulan dan penggunaan kembali material-material daripada
membuangnya atau membuatnya menjadi sampah. Kegiatan mendaur ulang
limbah ini adalah kegiatan yang sangat baik, mengingat bahwa slam pun
melakukannya secara alamiah. Benda-benda yang terbuat dari berbagai
macam logam sampai kaca, dari kertas koran bekas sampai sendok plastik
dapat didaur ulang. Pada intinya, proses daur ulang mengambil kembali
material asal dan menggunakannya kembali untuk membuat produk-produk
baru.
Secara umum, menggunakan material hasil daur ulang untuk membuat
produk-produk yang baru membutuhkan biaya clan energi yang lebih sedikit
dibandingkan menggunakan material yang baru. Daur ulang juga dapat
mengurangi polusi, yaitu dengan meminimalkan jumlah polusi yang
dihasilkan selama proses manufaktori. Selain itu, daur ulang mengurangi
lugs lahan yang diperlukan untuk tempat buangan sampah dengan
mengurangi volume sampah yang dibuang.
Ada banyak sekali alasan mengapa daur ulang limbah harus dilakukan.
Berikut adalah alasan-alasan mengapa daur ulang dilakukan.
a) Konservasi sumber daya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Daur ulang ikut membantu mengkonservasi sumber daya alam dengan
mengurangi kebutuhan akan material baru. Sebagai contoh, jika kita,
mendaur ulang kertas maka secara otomatis kita akan mengurangi
penebangan potion yang akan dipakai dalam pembuatan kertas. Oleh
karena itu, dengan melakukan daur ulang berarti kita telah ikut
membantu upaya konservasi alam.
b) Konservasi energy
Daur ulang menyelamatkan energi dengan cars mengurangi kebutuhan
akan material baru yang biasanya membutuhkan lebih banyak energi
dibandingkan dengan melakukan proses daur ulang. Misalnya, dalam
mendaur ulang kertas dibutuhkan energi kurang dari 75% dibandingkan
dengan memproduksi produk-produk baru. Penghematan energi secara
signifikan juga dihasilkan dari proses daur ulang pads logam dan kaca.
c) Pengurangan polusi
Daur ulang mengurangi polusi karena daur ulang menghasilkan produk
baru yang lebih sedikit menghasilkan polusi. Banyak ilmuwan yang
memperkirakan bahwa CFC membahayakan lapisan ozon di atmosfer.
Dengan menggunakan plastik daur ulang untuk produk-produk tersebut,
dapat mengurangi bahaya yang disebabkan oleh CFC.
d) Konservasi lahan
Dengan melakukan daur ulang terhadap berbagai macam material, akan
mengurangi sampah yang harus dibuang. Ketika sampah yang harus
dibuang semakin berkurang, semakin sedikit pula lahan yang
diperlukan untuk menumpuk sampah. Dengan demikian, kegiatan daur
ulang dapat berperan juga dalam konsrvasi lahan.
f)
Alasan ekonomi
Untuk jangka panjang, daur ulang tidak selalu mendatangkan
keuntungan finansial atau mengurangi biaya operasional. Akan tetapi,
konsekuensi ekonomi dari daur ulang ini sangat positif untuk jangka
panjang. Daur ulang akan menyelamatkan uang yang akan dipakai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk penyediaan lahan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan
produktif lainnya. Selain itu, daur ulang juga mengurangi jumlah
penyakit yang berhubungan dengan polusi.
d. Kompos
1) Pengertian Kompos
Pengertian Kompos dan Proses Pengomposan Kompos adalah hasil
penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang
dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba
dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik.
Menurut Mark Risse (706-542-9067) “Composting is the natural process of
decomposition and recycling of organic material into a humus rich soil
amendment known as compost. For any business or institution producing
food waste, this organic material can be easily decomposed into high
quality compost”. Sedangkan proses pengomposan adalah proses dimana
bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh
mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami
tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi
membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air yang cukup,
pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator pengomposan.
2) Manfaat Kompos
Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan
meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat.
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan
bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang
bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos.
Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari
tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman
menghadapi serangan penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos
juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk
dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat,
lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
a) Aspek Ekonomi :
(1) Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
(2) Mengurangi volume/ukuran limbah
(3) Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
b) Aspek Lingkungan :
(1) Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
(2) Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan.
c) Aspek bagi tanah/tanaman :
(1) Meningkatkan kesuburan tanah
(2) Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
(3) Meningkatkan kapasitas serap air tanah
(4) Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
(5) Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah
panen)
(6) Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
(7) Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
(8) Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
3) Cara membuat kompos
Pemanfaatan sampah menjadi kompos akan bisa menghemat banyak
sumber daya. Sumber daya yang selama ini hanya digunakan untuk
membuat lingkungan bersih. Sudah saatnya sumber daya itu dirubah
sehingga menghasilkan nilai tambah. Berikut cara membuat kompos:
Bahan-bahan yang dibutuhkan:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Limbah organik/sampah dipotong-potong dengan ukuran 5-10 cm
sebanyak 100 kg
b) Dedak sebanyak 5 kg
c) Sekam/Arang sekam/serbuk gergaji(kalau ada)sebanyak 10-20 kg
d) Gula pasir (± 200 gram dilarutkan dalam 1 liter air) atau (gula merah ±
25- gram dilarutkan dalam 1 liter air) atau (cairan molase ±400 ml
dilarutkan dalam 1 liter air (40%) sebanyak 5 sendok makan)
e) Cairan EM4 (biang), diambil sebanyak 5 sendok makan
f) Air bersih secukupnya (kurang lebih 3 ember)
Cara pembuatan
a) Campurkan dan aduk secara merata bahan-bahan sampah/limbah, dedak
dan arang sekam
b) Larutkan EM 4 dan gula atau tetes tebu ke dalam ember yang telah
disediakan dan aduk secara merata
c)
Siramkan larutan EM 4 sambil diaduk-aduk hingga campuran bahan
organik basah secara merata (bila adonan dikepal dengan tangan,air
tidak menetes dan bila kepalan dilepas adonan akan mekar/kadar air ±
30%)
Adonan tadi kita gundukan di atas lantai (kering) kemudian tutup dengan
karung goni atau karung beras selama 3-5 hari
a) Pada hari kedua dan ketiga kompos biasanya mengeluarkan panas yang
cukup tinggi lagi, sehingga setiap harinya harus dibolak balik
dan.dibiarkan sampai 10 menit samapai panasnya berkurang, kemudian
gundukan ditutup kembali seperti semula
b) Pada hari ke-4 kompos telah matang,(fermentasi), sehingga panas tidak
tinggi lagi. Apabila dibuka nampak ditumbuhi jamur berwarna putih dan
bila dipegang terasa hangat. Kompos ini sudah bisa digunakan tetapi
belum hancur sehingga bentuk dan ukuran masih seperti bahan baku.
Untuk menjadikan kompos halus harus menunngu selama 21 hari.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selama Proses penghancuran gundukan kompos diaduk setiap satu
minggu sekali.
c) Bila kompos yang sudah jadi akan kita simpan atau dikemas, sebelum
dimasukan ke dalam kantung pelastik/karung,kompos tadi dikeringkan
dulu atau dikeringkan terlebih dahulu (bukan di jemur)
3. Model Pembelajaran Kooperatif NHT
a. Pengertian Model
Model mempunyai beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli.
Menurut Anitah (2009: 45), “model adalah suatu kerangka berpikir yang
dipakai sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka
mencapai tujuan tertentu”. Pengertian lain dikemukakan oleh Meyer dalam
Trianto (2012:21) bahwa, “model dimaknakan sebagai suatu objek atau
konsep yang digunakan untuk merepresentasikan sesuatu hal”. Di sisi lain
Mils dalam Suprijono (2010: 45) berpendapat bahwa, “model adalah bentuk
representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang
atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”
Dari beberapa pengertian model tersebut dapat disimpulkan bahwa
model adalah suatu konsep untuk merepresentasikan suatu hal dalam
melaksanakan kegiatan yang membuat orang lain mencoba bertindak
berdasarkan model itu untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
b. Pengertian Pembelajaran
Beberapa ahli mengungkapkan pendapatnya tentang pengertian model
pembelajaran.
Suprijono
(2010:
46)
berpendapat
bahwa,
“model
pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial”. Di samping itu,
pendapat lain dikemukakan oleh Aunurrahman (2009: 146)
yang
mendefinisikan “model pembelajaran sebagai perangkat rencana atau pola
yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau di tempat lain yang
melaksanakan aktivitas pembelajaran”.
Winataputra dalam Sugiyanto (2009: 3). juga berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas pembelajaran.
Dengan mengunakan model pembelajaran guru dapat membantu
siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir dan cara
mengekspresikan diri mereka sendiri, selain itu guru mengajarkan
bagaimana mereka belajar. Sebagaimana pendapat Joice dan Weil dalam
Trianto (2010: 51). yang menyatakan, “models of teaching are really models
of learning. as we help student acquire information, ideas, skills, value,
ways of thinking and means of expressing themselves, we are also teaching
them how to learn”.
Dari beberapa pendapat tentang model pembelajaran, dapat disimpulkan
bahwa
model pembelajaran
merupakan
suatu
pedoman
perencanaan
pembelajaran yang membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan,
nilai, cara berpikir dan cara mengekspresikan diri mereka sendiri untuk
mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pengajaran,
tahap-tahap
dalam
kegiatan
pembelajaran,
lingkungan
pembelajaran dan juga pengelolaan kelas.
Pembelajaran mempunyai suatu tujuan seperti disebutkan Aunurrahman
(2009: 34) bahwa tujuan pembelajaran yaitu “untuk membantu proses
belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun
sedemikian rupa untuk mendukung dan mempengaruhi terjadinya proses
belajar siswa yang bersifat internal”. Demikian juga Isjoni (2010: 14) yang
mengungkapkan bahwa, “tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efisiensi
dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik”. Pada proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran, komunikasi yang baik antara guru dan siswa sangat
diharapkan. Dalam berkomunikasi antara siswa dengan guru maupun siswa
dengan siswa yang lain, perlu dilandasi sikap saling menghormati dan
menghargai setiap pendapat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Siswa
harus mampu mengenal dirinya sendiri untuk mengetahui kelebihan dan
kelemahan yang dimiliki. Guru perlu memberikan dorongan dan motivasi
kepada siswa, agar kelebihan yang dimiliki siswa dapat terus berkembang
dan berupaya mencari cara untuk mengatasi kelemahan siswa.
c. Model Pembelajaran Kooperatif
1) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Salah
satu
model
pembelajaran
yang
termasuk
dalam
teori
konstruktivistik adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Isjoni
(2010:14), “pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan
sejumlah
siswa
sebagai
anggota
kelompok
kecil
yang
tingkat
kemampuannya berbeda”. Sugiyanto (2009: 37) berpendapat, “pembelajaran
kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan
kelompok
kecil
siswa
untuk
bekerja
sama
dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar”.
Menurut Slavin (2005: 8), “inti dari pembelajaran kooperatif yaitu para
siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat
orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru”. Selain itu Artst
dan Newman dalam Trianto (2012: 56) menyatakan bahwa “dalam belajar
kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan
tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama”. Dari berbagai
pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran yang mana siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
kecil dengan tingkat kemampuan berbeda bekerja sama memecahkan suatu
permasalahan untuk mencapai tujuan belajar.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Isjoni (2010: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat
digunakan dalam membuat laporan penelitian pada pelajaran IPA dan IPS.
Pada dasarnya pembelajaran kooperatif cocok digunakan dalam materi
pelajaran yang luas, karena dengan pembelajaran kooperatif siswa dapat
bekerja sama dengan siswa lain dalam memecahkan masalah, sehingga
pembelajaran menjadi tidak membosankan.
Inti dari pembelajaran ini adalah untuk memotivasi siswa agar belajar
bekerja sama dalam kelompok yaitu berani mengemukakan pendapatnya,
menghargai pendapat orang lain dan berlapang dada apabila pendapatnya
kurang disetujui oleh kelompok. Dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif, akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang
dianggap sulit dan menumbuhkan sikap aktif dalam pembelajaran sehingga
akan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Ada beberapa unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut
Lungdren yaitu: a) para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka
“tenggelam atau berenang bersama; b) para siswa harus memiliki tanggung
jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain
tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang
dihadapi; c) para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki
tujuan yang sama; d) para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab
diantara para anggota kelompok; e) para siswa memberikan suatu evaluasi
atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok;
f) para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar, dan g) setiap siswa akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam
kelompok kooperatif (Isjoni, 2010: 16-17).
2) Ciri-Ciri Model Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson dalam Lie mengatakan bahwa tidak semua
kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang maksimal, lima elemen model pembelajaran gotong royong harus
diterapkan.
a) Saling Ketergantungan Positif
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu
menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus
menyelesaikan tugasnya sendiri. Aronson menyarankan jumlah anggota
kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini
ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggota ini lalu
berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya pengajar akan mengevaluasi
mereka mengenai seluruh bagian. Setiap siswa mendapat nilainya sendiri
dan nilai kelompok. nilai kelompok dibentuk dari “sumbangan” setiap
anggota.
b) Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Masingmasing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri
agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. Siswa yang tidak
melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah. Rekanrekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas
agar tidak menghambat yang lainnya.
c) Tatap Muka
Setiap anggota kelompok harus bertatap muka dan berdiskusi untuk
menyatukan hasil pemikiran mereka karena hasil pemikiran beberapa kepala
lebih kaya daripada satu kepala saja. Tujuannya untuk menghargai setiap
perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masingmasing.
d) Komunikasi Antar Anggota
Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk
mengutarakan pendapat mereka. Pengajar perlu memberi tahu cara
menyanggah suatu pendapat dengan kata-kata yang bijaksana dan tidak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyinggung perasaan orang lain. Proses komunikasi ini akan sangat
bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan
pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
e) Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Format evaluasi bisa
bermacam-macam bergantung pada tingkat pendidikan siswa (2005: 23).
3) Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Ibrahim, et al. dalam Isjoni (2010:24) merangkum tiga tujuan
pembelajaran kooperatif, yaitu:
a) Hasil Belajar Akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan memperbaiki prestasi belajar siswa.
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini
menunjukkan melalui model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
nilai siswa, perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar dan
dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas.
b) Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Pembelajaran kooperatif memberi peluang siswa dari berbagai latar
belakang untuk bekerja sama saling bergantung satu sama lain. Guru
bertanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan sosial siswa, karena
itu perbedaan-perbedaan yang ada di dalam kelas diusahakan tidak menjadi
penghambat dalam mewujudkan interaksi sosial yang efektif diantara siswa.
c) Pengembangan Keterampilan Sosial
Salah satu cara guru dalam mengembangkan nilai solidaritas yaitu
dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dalam kelas. Pembelajaran
kooperatif mengajarkan siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterampilan ini penting untuk dimiliki siswa sebagai warga masyarakat,
bangsa, dan negara, karena masalah-masalah sosial yang dihadapi bangsa ini
semakin kompleks.
4) Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Ada beberapa keunggulan dan kelemahan dalam menggunakan model
pembelajaran kooperatif. Sugiyanto (2009 24) mengungkapkan beberapa
keunggulan menggunakan model pembelajaran kooperatif, yaitu: a)
meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan social; b) memungkinkan para
siswa saling belajar mengenali sikap, keterampilan, informasi, perilaku
sosial, dan pandangan-pandangan; c) memudahkan siswa melakukan
penyesuaian social; d) memungkinkan terbentuk dan berkembangan nilainilai sosial dan komitmen; e) menghilangkan sifat mementingkan diri
sendiri atau egois; f) membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga
dewasa, g) berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan; h)
meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia; i) meningkatkan
kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif; j)
meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih
baik, dan k) meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang
perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial,
agama, dan orientasi tugas.
Kelemahan pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2010: 25)
bersumber pada dua faktor, yaitu:
a) Faktor dari dalam (intern): (1) guru harus mempersiapkan pembelajaran
secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga,
pemikiran dan waktu; (2) agar proses pembelajaran berjalan dengan
lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup
memadai; (3) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada
kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas
sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan (4) saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini
mengakibatkan siswa yang lain pasif.
b) Faktor dari luar (ekstern): berhubungan dengan kebijakan pemerintah
yaitu semakin pudarnya kurikulum pembelajaran sejarah, selain itu
pelaksanaan tes yang terpusat sehingga proses pembelajaran di kelas
cenderung
dipersiapkan
untuk
keberhasilan
perolehan
ujian.
Sebenarnya apabila guru telah berperan baik kelemahan yang
ditemukan dalam pembelajaran kooperatif dapat diatasi.
d. Model Pembelajaran Kooperatif NHT
Numbered Heads Together (NHT) merupakan salah satu tipe dari
pembelajaran kooperatif. Metode dalam pembelajaran kooperatif ini
dikembangkan oleh Spencer Kagan. Model pembelajaran kooperatif tipe
NHT memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe NHT melibatkan banyak siswa dalam
mempelajari suatu bahan ajar dan untuk memeriksa tingkat pemahaman siswa
terhadap isi pelajaran. Seperti yang dikemukakan Arends bahwa, “Numbered
heads together is an approach developed by Spencer Kagan to involve more
students in the review of materials covered in a lesson and to check their
understanding of a lesson’s content” (1997: 122-123).
Lie (2005: 60) menyebutkan langkah-langkah pada model pembelajaran
kooperatif tipe NHT yaitu: 1) siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa
dalam setiap kelompok mendapatkan nomor; 2) guru memberikan tugas dan
masing-masing kelompok mengerjakannya; 3) kelompok memutuskan
jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota
kelompok mengetahui jawaban ini, dan 4) guru memanggil salah satu nomor.
Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe
NHT menurut Ibrahim dalam Herdian (2009:34) yaitu: 1) Hasil belajar
akademik stuktural; bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugastugas akademik; 2) Pengakuan adanya keragaman; bertujuan agar siswa dapat
menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang, dan 3)
Pengembangan keterampilan sosial; bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi
tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide
atau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT menuntut siswa untuk
bekerja sama memecahkan suatu masalah dalam kelompok. Semua anggota
kelompok harus mengetahui jawaban yang telah didiskusikan. Ketika guru
memberikan suatu pertanyaan, salah satu siswa yang disebut nomor
kepalanya harus menjawab. Seperti dikemukakan oleh Yahya dan Huie
bahwa:
The Numbered Heads Together is cooperative learning structure that is
used for the purposes of intergroup cooperation and individual
accountability. Using this structure, when a question is posed for the
group to answer, only one member in the group will answer and he/she
will not know ahead of time that he/she will be picked by the teacher.
Therefore, the group will have to make sure that every member in the
group knows the material well (2002:3).
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih efektif dari pembelajaran
tradisional, misalnya pada pelajaran IPS dan IPA. Seperti yang disebutkan
oleh Haydon(2010:1) , dkk yang menyatakan bahwa, “Numbered Heads
Together, a cooperative learning strategy, is more effective than traditional
teacher-led instruction in academic areas such as social studies and science”.
Setiap model pembelajaran mempunyai kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT
diantaranya: 1) setiap siswa siap semua dalam menjawab pertanyaan; 2) tidak
membeda-bedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang; 3)
dalam diskusi siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurang mampu;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) terjadinya interaksi antar siswa dalam berdiskusi memilih jawaban yang
paling tepat; 5) dengan berpikir bersama siswa mudah mengingat pelajaran,
dan 6) siswa dapat mengeluarkan pendapat, bertanya dan mengembangkan
pengetahuan yang dimilikinya.
Sedangkan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
diantaranya: 1) kemungkinan proses diskusi didominasi oleh siswa yang
pandai sehingga siswa yang kurang pandai merasa minder; 2) siswa yang
kurang hanya menyalin pekerjaan siswa yang pandai; 3) guru tidak dapat
mengetahui kemampuan siswa secara individu; 4) membutuhkan waktu yang
relatif lama; 5) kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru,
dan 6) tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Dari beberapa kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe NHT,
sebenarnya dapat diatasi dengan kemampuan guru dalam mengelola kelas,
menyampaikan tujuan, menjelaskan tata cara pembelajaran dan memberi
pengarahan kepada tim. Dengan pengorganisasian yang baik, pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan tipe NHT akan berlangsung sesuai tujuan.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasilhasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai
dengan subtansi yang diteliti. Menurut peneliti, ada beberapa penelitian yang
dianggap relevan dengan penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:
I Made Bayu Dirgantara yang berjudul “Pengetahuan Mendaur Ulang
Sampah Rumah Tangga Dan Niat Mendaur Ulang Sampah”. Dalam penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa pengetahuan mendaur ulang sampah rumah
tangga pada partisipan terbentuk dari informasi yang masuk kepada individu
melalui stimulus yang diberikan sehingga individu mendapatkan pemahaman
yang lebih lengkap mengenai manfaat daur ulang sampah rumah tangga
sehingga meningkatkan niat individu untuk mendaur ulang sampah rumah
tangganya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ade Hima Mastutoh yang berjudul “Meningkatkan Pengetahuan Tentang
Kesehatan Lingkungan Dan Motivasi Hidup Sehat Dengan Perilaku Siswa
Dalam Memelihara Kesehatan Lingkungan Sekolah pada Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 1 Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya”. Dalam penelitian tersebut dapat
meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan da motivasi hidup
sehat dengan perilaku memelihara lingkungan sekolah.
Siti Chaeriyah yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Heads Together (NHT)
Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Depok Pada
Materi Bangun Segiempat”. Dalam penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
meningkatkan kemampuan memecahkan soal matematika.
Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian diatas dapat peneliti simpulkan
bahwa dalam penggunaan metode dan media pembelajaran sesuai dapat
meningkatkan keberhasilan belajar peserta didik. Sehubungan dengan ini ,
peneliti
perlu
Meningkatkan
Motivasi
Melestarikan
Lingkungan
dan
Pengetahuan Tentang Daur Ulang Sampah Menjadi Kompos Melalui Model
Kooperatif Numbered Heads Together
Pada Siswa Kelas V SD N 2
Kedunglengkong.
C. Kerangka Berpikir
Pengetahuan daur ulang sampah menjadi kompos pada siswa kelas V SD
Negeri Kedunglengkong 2 masih tergolong rendah, sehingga perlu adanya solusi
untuk mengatasi masalah tersebut. Melalui model kooperatif NHT
mampu
meningkatkan motivasi melestarikan lingkungan dan pengetahuan tentang daur
ulang sampah menjadi kompos.
Secara skematis kerangka berpikir melestarikan lingkungan dapat
digambarkan seperti pada Gambar 2.1 sebagai berikut :
Kondisi
Awal
Guru belum menggunakan model
pembelajaran yang kreatif dan masih
menggunakan metode ceramah
commit to user
Pengetahuan daur
ulang sampah rendah
1.
2.
3.
4.
Siklus I
Perencanaan
Tindakan
Observasi
Refleksi
perpustakaan.uns.ac.id
Tindakan
digilib.uns.ac.id
Guru menggunakan model
pembelajran kooperatif NHT
1.
2.
3.
4.
Kondisi
Akhir
Siklus II
Perencanaan
Tindakan
Observasi
Refleksi
Melalui model pembelajaran kooperatif NHT dapat
meningkatkan motivasi melestarikan lingkungan
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
Secara skematis kerangka berpikir pengetahuan tentang daur ulang sampah
menjadi kompos dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.1, sebagai berikut :
Kondisi
Awal
Tindakan
Guru belum menggunakan model
pembelajaran yang kreatif dan masih
menggunakan metode ceramah
Guru menggunakan model
pembelajran kooperatif NHT
Pengetahuan daur
ulang sampah rendah
5.
6.
7.
8.
5.
6.
7.
8.
Kondisi
Akhir
Siklus I
Perencanaan
Tindakan
Observasi
Refleksi
Siklus II
Perencanaan
Tindakan
Observasi
Refleksi
Melalui model pembelajaran kooperatif NHT dapat
meningkatkan pengetahuan daur ulang sampah
mejadi kompos
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Tindakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka dalam
penelitian ini dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut :
1. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi pengaruh
kegiatan manusia terhadap keseimbangan lingkungan sekitar dapat
meningkatkan motivasi melestarikan lingkungan pada siswa kelas V SD N 2
Kedunglengkong tahun 2013/2014.
2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada materi pengaruh
kegiatan manusia terhadap keseimbangan lingkungan sekitar dapat
meningkatkan pengetahuan tentang daur ulang sampah menjadi kompos
pada siswa kelas V SD N 2 Kedunglengkong tahun 2013/2014.
commit to user
Download