interaksi spasial desa dan kota

advertisement
Suparmini
Pendidikan Geografi
FIS UNY
[email protected]
KOMPETENSI DASAR (KD) DALAM
KURIKULUM 2013
KD 1.2
Menghayati adanya interaksi spasial antara desa dan
kota yang mendorong pembangunan sebagai karunia
Tuhan Yang Maha Esa.
KD 2.3
Menunjukkan perilaku peduli terhadap dampak
interkasi, dinamika dan kerjasama antara wilayah desa
dan kota
lanjutan
KD 3.3
Menganalisis pola persebarab dan interaksi spasial
antara desa dan kota untuk pengembangan ekonomi
daerah
KD 4.3
Membandingkan pola persebaran dan interaksi spasial
antara desa dengan kota dengan menggunakan peta
tematik
MATERI YANG DIPERLUKAN UNTUK
MENCAPAI KOMPETENSI
1.
2.
3.
4.
5.
Studi Perdesaan
Studi perkotaan
Interelasi, Interaksi dan Interdependensi wilayah
desa dengan kota
Pola persebaran dan interaksi spasial antara desa
dan kota
Peta tematik pola persebaran dan interaksi spasial
antara desa dengan kota
KAJIAN WILAYAH PERDESAAN
- PEMAHAMAN TENTANG WILAYAH PERDESAAN
- PENTINGNYA MENGKAJI WILAYAH DAN
MASYARAKAT PERDESAAN
I. PROFIL,PROBLEM,PELUANG DAN
TANTANGAN WILAYAH PERDESAAN
A.
1.
2.
PROFIL WILAYAH PERDESAAN DI INDONESIA
SEBAGIAN BESAR PENDUDUK INDONESIA
MENGGANTUNGKAN HIDUPNYA DI DESA. DARI 237 JUTA
JIWA PENDUDUK INDONESIA, 57 PERSEN (135 JUTA )
BERMUKIM DI DESA.
DALAM KONTEKS PEMBANGUNAN DESA MEMILIKI ARTI
STRATEGIS SEBAGAI BASIS PELAYANAN PUBLIK DAN
MEMFASILITASI PEMENUHAN HAK-HAK PUBLIK RAKYAT
LOKAL. UU NO 32 TH 2004 TENTANG PEMDA: NKRI
TERBAGI HABIS DALAM UNIT WILAYAH ADMINISTRASI
TERKECIL YAITU DESA DAN KELURAHAN.PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN PADA SKALA NASIONAL, REGIONAL,
LOKAL, SEKTORAL SELALU BERLOKASI DI DESA ATAU
KELURAHAN
lanjutan
3. JUMLAH DESA DAN KELURAHAN DALAM KURUN
WAKTU 8 TH TERAKHIR MENGALAMI
PERKEMBANGAN PESAT.
4. DARI ASPEK KEPENDUDUKAN, DESA
MENGHADAPI MASALAH PERSEBARAN PENDUDUK
YANG TIDAK MERATA. WILAYAH JAWA-BALI ( LUAS
7% WIL INDONESIA) DIHUNI 59,82 PERSEN
PENDUDUK
lanjutan
5. ASPEK KETENAGAKERJAAN
SAKERNAS-BPS 2009: 60,1% ( 37,05 JUTA) PEKERJA
PRODUKTIF DI PERDESAAN BEKERJA DI SEKTOR
PERTANIAN MERUPAKAN KEKUATAN EKONOMI
POTENSIAL.
JUMLAH PENGANGGURAN TERBUKA MENCAPAI
7,9%(8,96 JUTA) DARI TOTAL ANGKATAN KERJA, 3,81
JUTA BERMUKIM DI PERDESAAN.
JUMLAH SETENGAH PENGGANGGURAN 31,57 JUTA, 23,61
TINGGAL DI PERDESAAN.
JUMLAH PEKERJA INFORMAL DI PERDESAAN MENCAPAI
46,87 JUTA(75,74%)
6. DENGAN TERBATASNYA KESEMPATAN KERJA,
PEKERJA BURUH,UPAH RENDAH,RATA-RATA
PEMILIKAN LAHAN SEMPIT,PRODUKTIVITAS
PERTANIAN RENDAH,TERBATASNYA AKSES
PELAYANAN UMUM, MENGAKIBATKAN TINGGINYA
ANGKA KEMISKINAN. DARI JUMLAH PENDUDUK
MISKIN INDONESIA SEBESAR 31,02 JUTA, 64% (19,9
JUTA JIWA) TINGGAL DI PERDESAAN
B. PROBLEMATIKA WILAYAH
PERDESAAN
1.
2.
3.
4.
5.
RENDAHNYA ASET YANG DIKUASAI
MASYARAKAT PERDESAAN
RENDAHNYA KUALITAS SDM
TERBATASNYA PENGEMBANGAN ALTERNATIF
LAPANGAN KERJA NON PERTANIAN
RENDAHNYA TINGKAT PELAYANAN SAPRAS
PERDESAAN
TINGGINYA RESIKO KERENTANAN PETANI DAN
PELAKU USAHA DI PERDESAAN
lanjutan
6. MENINGKATNYA KESENJANGAN PEMBANGUNAN
DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA-KOTA.
7. MENINGKATNYA KONVERSI LAHAN PERTANIAN
SUBUR BERIRIGASI BAGI PERUNTUKAN YANG LAIN.
8. RENDAHNYA TINGKAT KETAHANAN PANGAN.
9. MENINGKATNYA DEGRADASI SUMBERDAYA ALAM
DAN LINGKUNGAN HIDUP.
10. BELUM ADANYA TATA RUANG KHUSUS DI WILAYAH
PERDESAAN SEHINGGA SECARA FISIK DAN SOSIAL
EKONOMI DESA TERUS TERGERUS DAMPAK NEGATIF
PERKEMBANGAN KOTA.
II. KARAKTERISTIK WILAYAH
PERDESAAN
A. DEFINISI DESA
PERDESAAN ---- RURAL; DESA -VILLAGE
PERKOTAAN ---- > URBAN; KOTA  CITY
KONSEP PERDESAAN-PERKOTAAN MENGACU PADA
KARAKTERISTIK MASYARAKATNYA, SEDANG DESAKOTA MERUJUK PADA SATUAN WILAYAH
ADMINISTRASI ATAU TERITORIAL
DEFINISI DESA DAPAT DITINJAU DARI BERBAGAI
ASPEK
1. ASPEK BAHASA
DESA BERASAL DARI KATA SWADESI, DUSUN ATAU
TEMPAT TINGGAL YANG MERUPAKAN KESATUAN
HIDUP DENGAN SATU KESATUAN NORMA DAN
MEMILIKI BATAS YANG JELAS.
DI INDONESIA DIKENAL ISTILAH DESA (JAWABALI), NAGARI ( SUMATERA BARAT),
KAMPONG(LAMPUNG), GAMPONG (ACEH),HUTA
(SUMATERA UTARA) DATI (MALUKU) DSB
2. ASPEK ADMINISTRASI
PERUNDANG-UNDANGAN
UU No. 32 th 2004 TENTANG PEMERINTAH DAERAH:
DESA ADALAH KESATUAN MASYARAKAT HUKUM
YANG MEMILIKI BATAS-BATAS WILAYAH YANG
BERWENANG UNTUK MENGATUR DAN MENGURUS
KEPENTINGAN MASYARAKAT SETEMPAT,
BERDASARKAN ASAL-USUL DAN ADAT ISTIADAT
SETEMPAT YANG DIAKUI DAN DIHORMATI DALAM
SISTEM PEMERINTAHAN NKRI.
3. ASPEK SOSIAL
KEMASYARAKATAN
TALCOT PARSONS:
MASYARAKAT DESA MERUPAKAN MASYARAKAT
TRADSISIONAL, BERCIRI SETIAKAWANAN,
MEMENTINGKAN KEBERSAMAAN DAN KESAMAAN,
KETURUNAN-IKATAN KEKELUARGAAN DAN
GOTONG ROYONG YANG KUAT, SALING KENAL,
PERMUKIMAN PETANI
lanjutan
ROUCEK & WARREN:
PERANAN KELOMPOK PRIMER BESAR, FAKTOR
GEOGRAFIK BESAR PENGARUHNYA, HUBUNGAN
INTIM DAN AWET, STRUKTUR MASYARAKAT
HOMOGEN,MOBILITAS RENDAH,KELUARGA
SEBAGAI UNIT EKONOMI, JUMLAH ANAK CUKUP
BESAR.
lanjutan
P.J.M.NAS:
PEMANFAATAN LAHAN BERSIFAT AGRARIS,
BANGUNAN TERPENCAR, JUMLAH PENDUDUK
KECIL, KEPADATAN PENDUDUK
RENDAH,MASYARAKAT AGRARIS,SECARA SOSIAL
MEMILIKI HUBUNGAN SOSIAL TERTENTU,
HUBUNGAN KEKELUARGAAN PENTING, TERIKAT
ADAT KEBIASAAN.
4.ASPEK DEMOGRAFI
BPS:
DESA MEMILIKI JUMLAH PENDUDUK KURANG DARI
2.500 JIWA, KEPADATAN PENDUDUK, PERSENTASE
PETANI, KETERSEDIAAN SAPRAS.
HIRARKI PERMUKIMAN:
DUSUN(HAMLET) JUMLAH PENDUDUK 16 - <150;
VILLGE(DESA): 150- <1.000; TOWN (KOTA KECIL): 1.000<2.500; SMALL CITY (KOTA KECIL): 2.500-< 25.000;
MEDIUM CITY ( 25.000-<100.000, LARGE CITY: 100.000800.000, METROPOLIS: 800.000-8 JT; MEGAPOLIS: 8 JT –
25 JT; ECUMENOPOLIS (MEGA URBAN): . 25 JT
5. ASPEK GEOGRAFIS
BINTARTO:
DESA MERUPAKAN HASIL PERPADUAN ANTARA
KEGIATAN SEKELOMPOK MANUSIA DENGAN
LINGKUNGANNYA. HASIL DARI PERPADUAN ITU
MERUPAKAN SUATU WUJUD ATAU KENAMPAKAN
DI MUKA BUMI YANG DITIMBULKAN OLEH UNSURUNSUR FISIOGRAFI,SOSIAL,EKONOMI,POLITIK DAN
KULTURAL, YANG SALING BERINTERAKSI ANTAR
UNSUR TERSEBUT DAN JUGA DALAM
HUBUNGANNYA DENGAN DAERAH LAIN
UNSUR-UNSUR DESA, POTENSI
DESA
UNSUR DESA:
DAERAH
PENDUDUK
TATA KEHIDUPAN
POTENSI DESA: POTENSI FISIK
POTENSI NON FISIK
KARAKTERISTIK WILAYAH
PERDESAAN
A. PENGGUNAAN LAHAN PERDESAAN MEMILIKI
CIRI-CIRI SBB:
1. MEMILIKI FUNGSI RUANG TERBUKA (OPEN
SPACE) LEBIH LUAS DIBANDINGKAN AREA
TERBANGUN (BUILT-UP AREA).
2. MEMILIKI GREEN AREA LEBIH LUAS :HUTAN
LINDUNG, PADANG RUMPUT, PERTANIAN)
3. AREAL PENGGUNAAN LAHAN MEMUNGKINKAN
BERKEMBANGNYA KEANEKA RAGAMAN HAYATI
Karakteristik desa
4. PENGGUNAAN LAHAN DIDOMINASI
PERUNTUKAN LAHAN PERTANIAN DALAM ARTI
LUAS.
5. PENGGUNAAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN
DAN SAAPRAS LEBIH RENDAH DIBANDING RUANG
TERBUKA HIJAU.
6. JENIS PENGGUNAAN LAHAN YANG BERKEMBANG
TINGKAT HETEROGENITAS LEBIH RENDAH
DIBANDING WILAYAH PERKOTAAN
Karakteristik desa
B. BANGUNAN DAN PERMUKIMAN
1. TINGKAT KEPADATAN BANGUNAN RENDAH
2. BANGUNAN UMUMNYA BERLANTAI SATU
3. JENIS BAHAN BANGUNAN SESUAI KONDISI
LINGKUNGAN
4. BANGUNAN SEDERHANA
5. LUAS BANGUNAN LEBIH SEMPIT DIBANDING
AREAL TERBUKA
6. BENTUK BANGUNAN MASIH TERIKAT PADA
NILAI BUDAYA MASYARAKATNYA
Karakteristik desa
C. SISTEM SAPRAS
SISTEM SAPRAS YANG MENCERMINKAN KARAKTER
PERDESAAN ADALAH: SISTEM SARANA
TRANSPORTASI, SARANA PERTANIAN,
KOMUNIKASI, SANITASI LINGKUNGAN SERTA
SARANA PENDIDIKAN DAN KESEHATAN.
TERJADI KESENJANGAN KETERSEDIAAN SAPRAS
ANTARA DESA DENGAN KOTA.
Karakteristik desa
D. PERUNTUKAN RUANG
DESA MEMILIKI SUMBERDAYA PERTANIAN DAN
LINGKUNGAN HIDUP SEBAGAI PENYANGGA
KEHIDUPAN DAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT.
DESA MEMPUNYAI PERAN GANDA-- SEBAGAI
PENOPANG INTARAKSI SOSIAL DAN PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN DAN JUAGA SEBAGAI
PENYEIMBANG EKOSISTEM LINGKUNGAN YANG
BERPENGARUH TERHADAP KELANGSUNGAN
HIDUP MANUSIA.
TUJUAN PERUNTUKAN RUANG
KAWASAN PERDESAAN
MENINGKATKAN KEMAKMURAN,MENCEGAH
MENANGGULANGI DAMPAK NEGATIF
TERHADAP LINGKUNGAN BUATAN DAN
LINGKUNGAN SOSIAL.
2. MEWUJUDKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
YANG LAYAK,SEHAT,AMAN,SERASI TERATUR
3. MENCEGAH KERUSAKAN LINGKUNGAN
4. MENCIPTAKAN KETERKAITAN FUNGSIONAL
ANTARA DESA-KOTA DLL
1.
KARAKTERISTIK MASYARAKAT
PERDESAAN
PEKERJAAN HOMOGEN
UKURAN MASYARAKAT RELATIF KECIL
KEPADATAN PENDUDUK
LINGKUNGAN FISIK SOSIAL BUDAYA HARMONIS
DIFENSIASI SOSIAL RENDAH
STRATIFIKASI SOSIAL TIDAK MENCOLOK
MOBILITAS SOSIAL RENDAH-STAGNAN
SOLODARITAS SOSIAL
KONTROL SOSIAL
KOMUNIKASI PERSONAL
TRADISILOKAL MASIH KUAT
PERHATIKAN PERBEDAAN KUALITATIF-KUANTITATIF DESAKOTA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
TIPOLOGI WILAYAHPERDESAAN
1.
-
-
TIPOLOGI BERDASARKAN ASPEK LINGKUNGAN
FISIK.
DESA PEGUNUNGAN
DESA DAN KELURAHAN PERBUKITAN
DESA DAN KELURAHAN DATARAN
DESA KELURAHAN PESISISR/ PANTAI
DESA KELURAHAN PULAU-PULAU KECIL
TIPOLOGI WILAYAH DESA
2. ASPEK POSISI GEOGRAFIS TERHADAP PUSAT
PERTUMBUHAN.
- DESA DAN KELURAHAN DI KOTA ( URBAN)
- DESA DAN KELURAHAN DI PINGGIRAN KOTA
- DESA DAN KELURAHAN DI KORIDOR ANTAR
KOTA
- DESA DI PERDESAAN
- DESA TERISOLASI
TIPOLOGI
3. TIPOLOGI DESA BERDASARKAN ASPEK
SPASIAL(BINTARTO)
- MENYUSUR SEPANJANG PANTAI
- DESA TERPUSAT
- DESA LINIER DI DATARAN RENDAH
- DESA MENGELILINGI PUSAT FASILITAS
TIPOLOGI KERUANGAN DESA
EVERETT M.ROGER
- THE SCATETERRED FRAMSTEAD COMMUNITY
- THE CLUSTER VILLAGE
- THE LINE VILLAGE
4. TIPOLOGI DESA BERDASARKAN
POTENSI EKONOMI
POTENSI EKONOMI PERDESAAN DITENTUKAN
OLEH POTENSI SDA DAN SDM, PELUANG EKONOMI
YANG DIAKIBATKAN POSISI DAN INTERAKSI
DENGAN WILAYAH LAIN.
POTENSI SDA: KONDISI
GEOLOGI,IKLIM,TANAH,AIR,VEGETASI,HEWAN.
PEMENFAATAN SDA TERCERMIN PADA
PEMENFAATAN LAHAN DAN STRUKTUR
MATAPENCAHARIAN MASYARAKATNYA
TIPOLOGI
TIPOLOGI DESA PERSAWAHAN
DESA PERKEBUNAN
DESA PETERNAKAN
DESA NELAYAN
DESA DI HUTAN ATAU TEPI HUTAN
DESA PERTAMBANGAN ATAU GALIAN
DESA KERAJINAN, INDUSTRI KECIL, SEDANG,
BESAR
- DESA PARIWISATA
- DESA JASA/PERDAGANGAN
-
5. TIPOLOGI DESA BERRDASARKAN
TINGKAT PERKEMBANGAN
INDIKATOR PENENTUAN DESA BERDASARKAN
TINGKAT PERKEMBANGANNYA:
- MATA PENCAHARIAN
- PRODUKSI
- ADAT ISTIADAT
- KELEMBAGAAN
- PENDIDIKAN
- SWADAYA
- SAPRAS
TIPOLOGI PERKEMBANGAN DESA
DESA SADAYA
2. DESA SWAKARSA
3. DESA SWA SEMBADA
1.
6. TIPOLOGI DESA BERDASARKAN
SISTEM PENGATURAN DESA
- DESA ADAT
- DESA OTONOM
- DESA ADMINISTRATIF – DESA KELURAHAN
MODEL- MODEL PENGUKURAN
TINGKAT PERKEMBANGAN DESA
1.
-
MODEL KEMENDAGRI DENGAN KRITERIA SBB
EKONOMI MASYARAKAT
PENDIDIKAN MASYARAKAT
KESEHATAN
KEAMANAN DAN KETERTIBAN
KEDAULATAN POLITIK
PARTISIPASI MASYARAKAT DLM PEMBANGUNAN
LEMBAGA KEMSYARAKATAN
KINERJA APARATUR DESA-KELURAHAN
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
2. MODEL BPS
INDEKS DESA TERTINGGAL
2. INDEKS KEKOTAAN
1.
MODEL DAN STRATEGI
PENGEMBANGAN WILAYAH
PERDESAAN
MODEL PUSAT PERTUMBUHAN (GROWTH
CENTER)
2. MODEL DESNTRALISASI TERITORIAL
3. MODEL INTEGRASI SPASIAL
1.
TATA RUANG KAWASAN
PERDESAAN
KAJIAN WILAYAH PERKOTAAN
A. PEMAHAMAN ARTI KOTA
1. BERDASARKAN SEGI YURIDIS-ADMINISTRATIF
KOTA SEBAGAI DAERAH TERTENTU DALAM
WILAYAH NEGARA DIMANA KEBERADANNYA
DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG, DAERAH
DIBATASI OLEH BATAS ADMINISTRATIF YANG JELAS
DAN KEBERADAANNYA DIATUR OLEH UU
TERTENTU DAN DITETAQPKAN BERSTATUS
SEBAGAI KOTA DAN BERPEMERINTAHAN
TERTENTU DENGAN SEGALA KEWAJIBANNYA
DALAM MENGATUR WILAYAH KEWENANGANNYA.
DENGAN DEMIKIAN JELAS BAHWA: SEMUA
DAERAH YANG BERADA DALAM BATAS-BATAS KOTA
MERUPAKAN DAERAH PERKOTAAN, SEMENTARA DI
LUAR BATAS –BATAS KOTA WALAUPUN
KENAMPAKAN FISIKALNYA SAMA DENGAN
DAERAH KOTA, ADALAH BUKAN DAERAH
PERKOTAAN, TETAPI MERUPAKAN DAERAH
DENGAN CIRI KEKOTAAN.
RUU TENTANG POKOK-POKOK BINA KOTA:
KOTA ADALAH DAERAH GEOGRAFIS, BAGIAN
WILAYAH NEGARA DENGAN PEMERINTAHAN
DAERAH, BERKEDUDUKAN SEBAGAI KOTAMADYA
ATAU KOTAPRAJA.
2. KOTA DITINJAU DARI SEGI FISIK
MORFOLOGIS
Kota merupakan daerah tertentu dengan karakteristik
pemanfaatan lahan non pertanian, pemanfaatan mana
sebagian besar tertutup oleh bangunan fisik baik yang
bersifat residensial maupun non residensial, umumnya
tutupan bangunan lebih besar dari tutupan vegetasi,
kepadatan bangunan khususnya perumahan tinggi,pola
jaringan jalan kompleks, satuan permukiman kompaks,
dan relatif lebih besar dari satuan permukiman
perdesaan di sekitarnya.
SUJARTO: KOTA DARI TINJAUAN FISIK
MORFOLOGIS MERUPAKAN SATU NODAL POINT
DALAM SATU WILAYAH YANG LUAS, MERUPAKAN
KONSENTRASI PENDUDUK YANG PADAT,
BANGUNAN DI DOMINASI STRUKTUR PERMANEN
DAN KEGIATAN FUNGSIONALNYA
3. KOTA DITINJAU DARI JUMLAH
KEPADATAN PENDUDUK
3. KOTA DITINJAU DARI JUMLAH PENDUDUK
4. KOTA DITINJAU DARI KEPADATAN PENDUDUK
5. KOTA DARI FUNGSINYA DALAM SUATU WILAYAH
ORGANIK :
KOTA DITINJAU DARI FUNGSINYA DALAM WILAYAH
NODAL ADALAH SUATU WILAYAH TERTENTU YANG
BERFUNGSI SEBAGAI PEMUSATAN KEGIATAN YANG
BERANEKA RAGAM DAN SEKALIGUS BERFUNGSI
SEBAGAI SIMPUL KEGIATAN DALAM PERANANNYA
SEBAGAI KOLEKTOR DAN DISTRIBUTOR BARANG DAN
JASA DARI WILAYAH HINTERLAND YANG LUAS.
SUJARTO:
DARI PERSPEKTIF FUNGSIONAL KOTA DIARTIKAN
SEBAGAI FOCAL POINT YANG MERUPAKAN
PEMUSATAN BERBAGAI MACAM FAKTOR
KEGIATAN, MASING-MASING FUNGSI MEMPUNYAI
KEKHUSUSAN DALAM MELAYANI KEBUTUHAN
KOTA ITU SENDIRI DAN DAERAH SEKITARNYA.
6. KOTA DARI SEGI SOSIAO KULTURAL
BINTARTO:
KOTA MERUPAKAN BENTANG BUDAYA YANG
DITIMBULKAN OLEH UNSUR-UNSUR ALAMI DAN NON
ALAMI DENGAN GEJALA PEMUSATAN PENDUDUK YANG
CUKUP BESAR DAN CORAK KEHIDUPAN HETEROGIN,
DAN MATERIALISTIS DIBANDING DAERAH
BELAKANGNYA.
AMIRUDIN:
SUATU TEMPAT DISEBUT KOTA BILA BERCIRI: UKURAN
RELATIF BESAR, PERMANEN, PADAT, HUBUNAGN
SOSIAL HETEROGIN
KOTA DI INDONESIA (HAL 43)
DARI SEGI HUKUM KOTA DIKELOMPOKKAN ATAS:
- KOTAMADYA
- KOTAMADYA ADMINISTRATIF
- KOTA ADMINISTRATIF
- KOTA
PERMUKIMAN DESA-KOTA (BPS)
PERMUKIMAN DIKATEGORIKAN SEBAGAI PERMUKIMAN
DESA-KOTA BILA MEMENUHI KRITERIA SBB:
1. KEPADATAN PENDUDUK SAMA ATAU LEBIH BESAR 5.000
JIWA/KM
2. PERSENTASE RUMAH TANGGA PERTANIAN = < 25 PERSEN
3. JUMLAH FISILITAS DE3AS > DARI 8 JENIS DARI 13
FASILITAS YANG DITENTUKAN ( JALAN YANG DAPAT
DILALUI KENDARAAN, GEDUNG
BIOSKOP,SD,SMP,AMA,RUMAH SAKIT,BKIA DAN RUMAH
BERSALIN,PUSKESMAS DAN KLINIK BP,PESAWAT TLP DAN
KANTOR POS, BANK,PABRIK,PASAR DAN
BANGUNANNYA,KELOMPOK PERTOKOAN > 10 KEL
STRUKTUR TATA RUANG KOTA
A. PENDEKATAN EKOLOGIKAL
1. TEORI KONSENTRIS (BURGESS)
2. TEORI KETINNGIAN BANGUNAN (BERGEL)
3. TEORI SEKTOR HOMMER HOYT
4. TEORI KONSEKTORAL
5. TEORI POROS
6. TEORI KEGIATAN BANYAK
PENDEKATAN EKONOMI
TEORI SEWA LAHAN
2. TEORI NILAI LAHAN
1.
PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA
SMAILES MENGGUNAKAN 3 KRITERIA UNSUR
NORFOLOGI KOTA:
1. UNSUR PENGGUNAAN LAHAN
2. POLA-POLA JALAN
3. TIPE BANGUNAN( LAND USE, STREET PLAN,
ARCHITECTURAL STYLE OF BUILDING AND
DESGN)
EKSPRESI KERUANGAN
MORFOLOGI KOTA
A. BENTUK KOMPAK
1. BENTUK BUJUR SANGKAR (THE SQUARE CITIES)
2. BENTUK 4 PERSEGI PANJANG (THE
3.
4.
5.
6.
7.
RECTANGULAR CITIES)
BENTUK KIPAS (FAN SHAPES CITIES)
BENTUK BULAT (ROUNDED CITIES)
BENTUK PITA (RIBBON SHAPED CITIES)
BENTUK GURITA (OCTOPUS/STAR SHAPED
CITIES)
BENTUK TIDAK BERPOLA
B. BENTUK TIDAK KOMPAK
1. BENTUK TERPECAH ( FRAGMENTED CITIES)
2. BENTUK BERANTAI (CHAINED CITIES)
3. BENTUK TERBELAH (SPLIT CITIES)
4. BENTUK STELAR, KOTA BESAR DIKELILINGI
KOTA SATELITNYA.
MIGRASI DAN URBANISASI
MIGRASI DESA-KOTA
TIGA MACAM BENTUK MIGRASI:
1. PERPINDAHAN PENDUDUK PERDESAAN KE
KOTA (RURAL URBAN MIGARTION)
2. PERPINDAHAN PENDUDUK DARI KOTA KE
PINGGIRAN KOTA (SUB URBANISASI)
3. PERPINDAHAN PENDUDUK KOTA KE
PERDESAAN (KONTRA URBANISASI)
URBANISASI
FAKTOR PENDORONG URBANISASI:
1. KEMAJUAN DI BIDANG PERTANIAN, MEKANISASI
MENDORONG BERTAMBAHNYA HASIL PERTANIAN
DAN PINDAHNYA TK AGRARIS KE KOTA SBG BURUH
2. INDUSTRIALISASI
3. POTENSI PASAR
4. PENINGKATAN KEGIATAN PELAYANAN
5. KEMAJUAN TRANSPORTASI
6. TARIKAN SOSIAL DAN KULTURAL
7. KEMAJUAN PENDIDIKAN
8. PERTUMBUHAN PENDUDUK ALAMI
DAMPAK MIGRASI PENDUDUK
DESA KE KOTA
ARTHUR LEWIS (THEORY OF LABOR TRANSFER)
RURAL URBAN MIGRATION BERDAMPAK POSITIP:
SECARA SOSIAL AKAN MENYALURKAN SURPLUS TK
PERDESAAN KE SEKTOR INDUSTRI MODERN
PERKOTAAN SECARA ALAMIAH, SEHINGGA TERJADI
PERGESERAN SDM DARI PRODUKTIVITAS MARJINAL
KE LOKASI LAIN YANG PRODUK MARJINALNYA
POSITIF DAN TERUS MENINGKAT KARENA ADANYA
AKUMULASI MODAL DAN KEMAJUAN TEKNOLOGI.
PARA EKONOM TRADISIONAL BERPANDANGAN
BAHWA LONJAKAN TOTAL PENDUDUK AKAN
MEMBAWA MANFAAT EKONOMI TERTENTU,
MISALNYA TERCIPTANYA SKALA EKONOMI
RAKSASA YANG MEMUNGKINKAN UNIT BIAYA
PRODUKSI SUMBER TENAGA KERJA TERAMPIL,
POTENSIAL MARKET DSB.
KRITIK TERHADAP LEWIS
RICHARD JOLLY:
1. LEWIS TIDAK BERUSAHA MENGEREM ARUS
PERPINDAHAN YANG SANGAT PESAT
2. PENDAPAT LEWIS TIDAK SESUAI UNTUK SAAT
INI, TERUTAMA UNTUK NEGARA DUNIA KETIGA
3. MC NAMARA, SESESAR APAPUN MENFAAT
EKONOMI URBANISASI, TIDAK SEBANDING
DENGAN SELURUH BIAYA DAN MASALAHYANG
DITIMBULKAN
4. URBANISASI MEMPERBURUK KESENJANGAN
STRUKTURAL ANTARA DESA - KOTA
MODEL TODARO
LEDAKAN PENDUDUKDI PERKOTAAN AKIBAT ARUS
URBANISASI DI NEGARA SEDANG BERKENBANG
MEMUNCULKAN BIAYA-BIAYA SOSIAL YANG LUAR
BIASA TINGGI, MISALNYA KRIMINALITAS,
PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP, KEMACETAN,
TUMBUHNYA PERMUKIMAN KUMUH,
PENGANGGURAN.
IMPLIKASI KEBIJAKAN MENGATASI
MIGRASI DESA KE KOTA
1.MENGURANGI KETIMPANGAN KESEMPATAN
KERJA ANTARA DESA DERNGAN KOTA
2. PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA SEKTOR
MODERN PERKOTAAN HARUS DIIMBANGI DENGAN
PENINGKATAN PENGHASILAN DAN KESEMPATAN
KERJA DI PERDESAAN.
3. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN YANG
BERLEBIHAN DAPAT MENGAKIBATKAN MIGRASI
DANPENGANGGURAN
4. PROGRAM PEMBANGUNAN DESA TERPADU
HARUS DIPACU
Download