1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang pendidikan, maka berbicara pula tentang perkembangan peradaban manusia. Pendidikan berlangsung bagi siapa pun, kapan pun dan dimana pun. Pendidikan tidak terbatas pada persekolahan saja, tetapi pendidikan berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan berlangsung di berbagai tempat atau lingkungan. Baik di dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Tempat pertama seorang anak mendapat pendidikan adalah keluarga, karena keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mendidik, membimbing, dan membentuk karakter anak menjadi pribadi yang baik. Masa remaja adalah masa dimana seorang sedang mengalami saat kritis sebab ia akan menginjak ke masa dewasa, Remaja berada dalam masa peralihan, Dalam masa peralihan itu pula remaja sedang mencari identitasnya. Dalam proses perkembangan manusia dikelompokan menjadi, masa prenatal, masa bayi, masa kanak-kanak, masa puber, masa remaja, dan masa dewasa. Tugas perkembangan yang menitikberatkan pada pendidikan yaitu diusia kanak-kanak, puber dan remaja. Anak-anak yang duduk di bangku SMP dan SMA adalah anak yang tengah mengalami masa puber. Secara psikologis, 2 masa remaja atau masa puber merupakan masa yang begitu unik, penuh tekateki, dilematis dan sangat rentan. Unik karena pertumbuhannya banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya sehingga karakter mereka berbedabeda. Penuh teka-teki karena kepribadiannya susah ditebak. Dilematis karena merupakan peralihan dari masa kanak-kanak menuju usia dewasa sehingga mereka cenderung coba-coba. Dan sangat rentan karena selau berorientasi pada popularitas yang menggila (Al- Mighwar, 2006:6). Jika anak dibiarkan berkembang sendiri tanpa arahan yang benar dari orang tua, tentunya anak akan tumbuh menjadi anak yang nakal dan tidak disiplin, sehingga sepatutnyalah orang tua memberi perhatian penuh serta menjalin komunikasi yang baik dengan anaknya untuk mengetahui perkembangan dan perilaku mereka. Remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya terutama orang tua atau keluarganya. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa fungsi keluarga adalah memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman maka dalam masa kritisnya remaja, Sebab dalam masa yang kritis seseorang kehilangan pegangan yang memadai dan pedoman hidupnya. Masa kritis diwarnai oleh konflik-konflik internal, pemikiran kritis, perasaan mudah tersinggung, cita-cita dan kemauan yang tinggi tetapi sukar ia kerjakan sehingga ia frustrasi dan sebaginya, Masalah keluarga yang broken home bukan menjadi masalah baru tetapi merupakan masalah yang utama dari akar-akar kehidupan seorang anak. 3 Keluarga merupakan dunia keakraban dan diikat oleh tali batin, sehingga menjadi bagian yang vital dari kehidupannya. Broken home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orang tua sehingga dapat membuat mental seorang anak menjadi frustrasi, brutal dan susah diatur. Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seorang pelajar. Hal inilah yang seringkali mengakibatkan seorang pelajar tidak mempunyai minat untuk belajar. Broken home juga bisa merusak jiwa anak sehingga dalam sekolah mereka bisa bersikap seenaknya saja, tidak disiplin di dalam kelas, selalu berbuat keonaran dan kerusuhan. Hal ini bisa saja dilakukan karena mereka cuma ingin cari simpati pada temanteman mereka bahkan pada guru-guru mereka. Untuk menyikapi hal semacam ini kita perlu memberikan perhatian dan pengarahan yang lebih agar mereka sadar dan mau berprestasi. Pada umumnya penyebab utama broken home ini adalah kesibukan kedua orang tua dalam mencari nafkah keluarga seperti halnya ayah bekerja dan ibu menjadi wanita karier. Hal inilah yang seringkali menjadi alasan seorang tidak memiliki keseimbangan dalam menjalankan aktivitas sehari hari dan malah sebaliknya akan merugikan anak itu sendiri, dikala pulang sekolah di rumah tidak ada orang yang bisa diajak berbagi dan berdiskusi, membuat anak mencari pelampiasan di luar rumah seperti bergaul dengan teman – 4 temannya yang secara tidak langsung memberikan efek / pengaruh bagi perkembangan mental anak. Kasus broken home dapat dilihat dari dua aspek yaitu (1) keluarga itu terpecah karena strukturnya tidak utuh sebab salah satu dari kedua orang tua itu meninggal dunia atau telah bercerai, (2) orang tua tidak bercerai akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi karena ayah atau ibu sering tidak di rumah, atau tidak memperlihatkan kasih sayang lagi. Misalnya orang tua sering bertengkar sehingga keluarga itu tidak sehat secara psikologis. Dari keluarga yang digambarkan di atas tadi, akan lahir anak-anak yang mengalami krisis kepribadian sehingga perilakunya sering tidak sesuai. Mereka mengalami gangguan emosional bahkan neurotik. Kasus keluarga broken home ini sering kita temui di sekolah dengan penyesuaian diri yang kurang baik, seperti malas belajar, menyendiri, agresif, membolos, dan suka menentang guru. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anak dengan latar belakang keluarga broken home akan lebih mudah terpengaruh dan terjerumus ke dalam hal-hal yang negatif. Hal ini di sebabkan karena kurangnya perhatian orang tua sehingga anak merasa tidak diperhatikan dan berusaha mencari perhatian di luar rumah yang biasanya dilakukan dengan cara yang salah seperti, bertindak brutal di sekolah, memakai narkoba atau obat-obat terlarang lainnya, dan masih banyak lagi. Tindakan itu semata-mata dilakukan oleh sang anak karena mereka merasa tidak diharapkan dan dipedulikan lagi di dalam rumah. Pendapat ini diperkuat dengan penuturan dari Seto Mulyadi, seorang tokoh 5 pendidik dan pemerhati anak mengemukakan bahwa sekitar 20 persen anak kurang mendapat perhatian dari orang tua dan kemudian mereka mencari hiburan dengan cara yang tidak layak. Bahkan di sebuah Lembaga Pemasyarakatan anak di Tangerang (salah satu kota di Indonesia) sebanyak 61 anak berbuat kejahatan dengan latar belakang keluarga yang broken home dan 91 persen di antara mereka terjerat kasus tindakan asusila, dan penggunaan obat-obat terlarang. Selain itu, menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Elizabeth.Hurlock, “Hubungan antara kedua orang tua yang kurang harmonis terabaikannya kebutuhan remaja akan menampakkan emosi marah”. Seorang anak yang dibesarkan di sebuah keluarga broken home, akan lebih mudah terpancing amarahnya bila menghadapi suatu masalah dan cenderung menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan. (Sumber : http://www.tipswanita.net/broken-home-bukan-berarti-rumah- tangga-telah-hancur/) SMK Negeri 3 Parepare merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat pra penelitian di SMK 3 Parepare menunjukkan bahwa terdapat siswa yang berperilaku negatif. Sesuai hasil wawancara dengan guru BK bahwa sebanyak 15% permasalahan siswa di sekolah diakibatkan oleh , perceraian orang tua akibatnya anak terjun ke hal-hal negatif seperti seks bebas, narkoba, berkelahi, minum-minuman keras dan lain sebagainya. 6 Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam dan meneliti mengenai “ PERILAKU KOMUNIKASI SISWA BROKEN HOME DI SMK 3 PAREPARE (STUDI KASUS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI)” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana perilaku komunikasi siswa Broken home di SMK 3 Parepare ? 2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat perilaku komunikasi siswa Broken home di SMK 3 Parepare ? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui perilaku komunikasi siswa Broken home di SMK 3 Parepare. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat perilaku komunikasi siswa Broken home di SMK 3 Parepare. 7 D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoretis/Akademis Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang studi Ilmu Komunikasi, terutama dalam kajian komunikasi yang efektif. Kegunaan lain adalah sebagai bahan pertimbangan bacaan atau referensi bagi semua pihak. 2. Kegunaan Praktis Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi penting dalam bidang pendidikan khususnya bagi guru untuk membimbing siswa mereka dalam meningkatkan prestasi belajar di sekolah. E. Kerangka Konseptual Komunikasi memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Hampir setiap saat kita bertindak dan belajar dengan dan melalui komunikasi. Sebagian besar kegiatan komunikasi yang dilakukan berlangsung dalam situasi komunikasi antarpribadi. Situasi komunikasi antarpribadi ini bisa kita temui dalam konteks kehidupan dua orang, baik itu keluarga, kelompok, maupun organisasi, Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang dianggap paling efektif diantara bentuk komunikasi yang lain karena efek dan timbal balik yang ditimbulkan dari proses komunikasi antarpribadi dapat langsung dirasakan. Dari 8 berbagai macam bentuk komunikasi, bentuk yang paling sering digunakan antara guru dengan siswa adalah komunikasi antarpribadi yang merupakan bentuk komunikasi antarmanusia lainnya. Komunikasi antarpribadi berperan untuk saling mengubah dan mengembangkan. Melalui interaksi dalam komunikasi, pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi dapat saling memberi inspirasi, motivasi dan menumbuhkan rasa semangat dan dorongan untuk mengubah pemikiran, perasaan, dan sikap yang sesuai dengan topik yang dibahas bersama. Karena itu komunikasi antarpribadi dapat menjadi wahana untuk saling belajar dan mengembangkan wawasan, pengetahuan, dan kepribadian dalam rangka peningkatan mutu dan prestasi anak. Komunikasi antarpribadi menurut Hardjana (2003:85) adalah interaksi tatap muka antardua orang atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikam pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula. Sedangkan komunikasi antarpribadi menurut Devito (Liliweri,1997:12) adalah pengiriman pesan dari seseorang dan diterima orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung. Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi tatap muka. Karena iu, kemungkinan umpan balik (feedback) besar sekali. Dalam komunikasi itu, penerima pesan dapat langsung menanggapi dengan menyampaikan umpan balik. Dengan demikian, diantara pengirim dan penerima pesan terjadi interaksi (interaction) yang satu mempengaruhi yang lain, dan kedua-duanya saling mempengaruhi dan memberi serta menerima dampak. Pengaruh itu terjadi pada 9 dataran kognitif-pengetahuan, afektif-perasaan, dan behavioral-perilaku. Semakin berkembang komunikasi antarpribadi itu, semakin intensif umpan balik dan interaksinya. Namun komunikasi yang ideal itu tidak selalu terjadi karena ada halangan atau hambatan-hambatan yang menghalangi terjadinya proses komunikasi yang efektif tersebut. Seperti halnya komunikasi dalam sekolah . Guru yang tidak dapat mengkomunikasikan dengan baik materi yang diajarkan meyebabkan murid tidak mudah menerima materi pelajaran. Banyak hal yang mempengaruhi keefektifan pengajaran guru di sekolah, mulai dari media yang digunakan, bahasa, dan teknik penyampaiannya. Komunikasi yang efektif ditandai dengan hubungan interpersonal atau hubungan emosional yang baik. Sekali lagi disini ditekankan bahwa hubungan kedekatan atau relasi yang baik antara guru dan siswa harus selalu dijaga karena dalam kegiatan belajar mengajar siswa dapat berpartisipasi aktif untuk mengeluarkan pendapatnya, mengembangkan imajinasinya dan daya kreativitasnya. Tentu komunikasi guru dan siswa yang dimaksud adalah dalam kegiatan pembelajaran tatap muka baik secara verbal maupun nonverbal, baik secara individual maupun kelompok dan dibantu dengan media atau sumber belajar. Hal yang serupa dikatakan pula oleh Devito (1997:259). Dalam bukunya Devito mengatakan bahwa keberhasilan dalam menyampaikan informasi sangatlah 10 ditentukan oleh sifat dan mutu hubungan diantara pribadi yang terlibat dan mengandung lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu: keterbukaan (opennes), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality). 1. Keterbukaan Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi. Hal ini tidak berarti bahwa orang harus membuka semua riwayat tentang hidupnya namun harus ada kesediaan untuk mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut. Kedua mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran. Artinya terbuka adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang orang lontarkan adalah memang miliknya dan harus dipertanggungjawabkan. 2. Empati Henry Backrack (dalam Devito, 1997:260) mendefinisikan empati sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu. Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka di masa mendatang. Pengertian 11 yang empatik ini akan membuat seseorang lebih mampu menyesuaikan komunikasinya. 3. Sikap Mendukung Hubungan antarpribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung (supportivess). Sikap mendukung ditandai dengan sikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan strategik, dan (3) provisional, bukan sangat yakin. Deskriptif adalah mempersepsikan suatu komunikasi sebagai permintaan akan informasi atau uraian mengenai suatu kejadian tertentu dan tidak merasakannya sebaga ancaman. Sebaliknya sikap evaluatif seringkali membuat orang bersikap defensif. Spontan. Orang yang spontan dalam komunikasinya dan terus terang serta terbuka dalam mengutarakan pikirannya biasanya memperoleh reaksi yang sama. Sebaliknya, bila seseorang menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya, maka orangpun akan bereaksi secara defensif. Provisional. Bersikap provisional artinya bersikap tentatif dan berpikiran terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika keadaan mengharuskannya. Bila seseorang bersikap yakin tak tergoyahkan 12 berpikiran tertutup, akan mendorong perilaku defensif pada diri pendengar. 4. Sikap positif Sikap positif dalam komunikasi antarpribadi ada dua cara yaitu: (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi. Sikap. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Dorongan positif umumnya berbentuk pujian atau penghargaan, dan terdiri atas perilaku yang biasanya kita harapkan. Dorongan positif ini mendukung citra pribadi seseorang dan membuatnya merasa lebih baik. 5. Kesetaraan Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. 13 Makin baik hubungan antarpribadi, makin terbuka orang untuk mengungkapakan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara pelaku komunikasi. Hal ini sangat berperan dalam meningkatkan prestasi belajar anak dimana hubungan antarpribadi yang baik akan membantu orang tua dalam mengenali, menggali, dan mengembangkan potensi kecerdasan yang anak miliki serta membantu kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Deddy Mulyana (dalam L. Tubbs dan Moss, 2000) menyatakan betapa pentingnya komunikasi untuk membina hubungan yang baik. Para psikolog berpendapat bahwa kebutuhan utama kita sebagai manusia, dan untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah, adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah, yang hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain. Psikolog terkenal Abraham Maslow menyebutkan bahwa satu diantara keempat kebutuhan utama manusia adalah kebutuhan sosial untuk memperoleh rasa aman lewat rasa memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima persahabatan. Berdasarkan hasil risetnya, Schein menekankan bahwa kemampuan meningkatkan manfaat komunikasi antarpribadi merupakan suatu keahlian istimewa tidak hanya bagi pengembangan pribadi dan keluarga, namun juga bagi peningkatan karier (L. Tubbs dan Moss, 2000). Untuk lebih jelasnya maka akan digambarkan dalam kerangka konseptual sebagai berikut : 14 GAMBAR 1.1 SKEMA KERANGKA KONSEPTUAL Efektivitas Komunikasi Keterbukaan (openness ) Empati ( empathy ) Dukungan GURU ( supportiveness ) SISWA Sikap positif (positiveness) Kesetaraan (equality) Perilaku Komunikasi Agresif Pasif Biasa-biasa Defenisi Operasional 1. Komunikasi Antarpribadi Adalah interaksi dari guru ke siswa yang bersifat dua arah baik verbal maupun nonverbal untuk saling berbagi informasi. 15 2. Guru Guru adalah orang yang tugasnya mengajar dan memiliki tanggung jawab untuk mengurus dan mendidik siswa di sekolah serta mengabdi pada dunia pendididkan . 3. Siswa Siswa yang dimaksud adalah remaja yang berusia 16-17 tahun yang memiliki keluarga Broken home dan bersekolah di SMK 3 Parepare. 4. Perilaku Komunikasi Perilaku komunikasi yaitu suatu model respon verbal dan non verbal yang dinyatakan dalam bentuk sikap, gerak-gerik yang ditampilkan oleh siswa. - Agresif : Yaitu perilaku anak yang merupakan respons dari keadaan frustasi, takut atau marah dengan cara mencoba menyakiti orang lain. - Pasif : Yaitu perilaku anak yang sifatnya masih tertutup terjadi dalam diri individu dan tidak dapat diamati secara langsung. - Biasa-biasa : Yaitu perilaku anak yang memberi respon sewajarnya terhadap hal-hal yang dianggap penting dan perlu. 5. Keterbukaan Keterbukaan yang dimaksud adalah komunikasi yang bersifat terbuka diantara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. 16 6. Empati Empati adalah sikap saling mengerti, memahami, dan merasakan keadaan yang dialami oleh masing-masing pihak. 7. Sikap mendukung Sikap mendukung adalah sikap atau upaya yang ditunjukkan Guru kepada siswa dengan memberikan semangat dan perhatian penuh dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. 8. Sikap Positif Sikap positif adalah sikap baik dan menyenangkan yang ditunjukkan oleh Guru dan siswa dalam berkomunikasi berupa dorongan dan sikap saling menghargai agar masing-masing pihak merasa nyaman dalam berkomunikasi. 9. Kesetaraan Kesetaraan yaitu adanya pengakuan bahwa semua pihak sama-sama bernilai dan berharga antara guru dan siswa sehingga tidak ada jarak yang membatasi siswa untuk berkreasi dan berprestasi. 17 G. Metode Penelitian 1. Waktu & Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK 3 Parepare yang berada di Karaeng Burane No. 16 Kec. Ujung,Parepare. Waktu penelitian dilaksanakan yaitu pada bulan September 2012 sampai November 2012. 2. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu menggambarkan, memaparkan dan menjelaskan tentang masalah yang diteliti berdasarkan wawancara secara mendalam dan observasi. 3. Teknik Pegumpulan Data Untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan permasalahan, maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Field Research Observasi, yaitu Pengamatan langsung tentang fenomena yang ada di lokasi penelitian. Wawancara mendalam (indepth interview), yaitu mewawancarai dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada informan secara langsung dan berusaha menggali lebih dalam mengenai informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin yang memuat permasalahan pokok dalam penelitian. Menurut Sutrisno 18 Hadi (1994 : 70) pedoman wawancara yang bebas terpimpin telah dipersiapkan sebelumnya tetapi tidak mengikat jalannya wawancara. b. Kepustakaan (Library Research) Studi Literatur, yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan membaca buku, majalah, surat kabar, laporan serta situs internet yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. 4. Informan Sesuai dengan metode penelitian yaitu deskriptif kualitatif, maka dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data purposive sampling yaitu memilih informan yang dianggap layak dan representatif dalam memberikan informasi dan fakta. Informan yang akan diwawancarai adalah : a) Wali kelas b) Guru BK c) Siswa yang berjumlah 3 orang yang berasal dari keluarga Broken home di SMK 3 Parepare, berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. 5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melihat hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh penulis. Hasil atau data yang diperoleh akan dianalisis secara kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan atau menggambarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara secara mendalam terhadap informan. 19