PEMBERIAN KORTEKS OTAK SAPI PADA PAKAN NAUPLIUS ARTEMIA UNTUK MENINGKATKAN KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN MAS KOKI (Carassius aurstus, L) Elva Mecy Nadia 1), Elfrida2), Lisa Deswati2) 1)Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang 2)Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang Email : [email protected] ABSTRACT This study aims to determine the optimal concentration of brain cortex cow for enrichment of Artemia Naples with the survival and growth of larval goldfish (Carassius auratus L.). The research was conducted in August - October 2014. The method used in this study is an experiment directly from the field. The research design used was a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3 replications. Treatment A (control), treatment B (15% w / v brain cortex cow), treatment C (20% w / v brain cortex cow), and treatment D (25% w / v brain cortex cow).The survival of the larvae goldfish in each treatment had the same percentage of 100%. The growth of the absolute length of larval goldfish for research that has the highest growth in absolute length is treatment D (14.00 mm), followed by treatment of C (12.46 mm) followed by treatment B (11.93 mm) and the lowest treatment A (9.06 mm). Key Word : Brain cortex, Artemia, Mas Koki, Survival, Growth PENDAHULUAN Ikan mas koki merupakan salah senggang bagi mereka yang sangat satu jenis ikan hias yang mempunyai mengagumi kecantikan ikan mas koki, daya pesona sehingga banyak digemari atau sekedar untuk melepas kepenatan orang dari berbagai negara. Ikan ini bekerja bagi mereka yang selalu sibuk mampu memberi kepuasan spiritual, dengan tugas sehari-hari. banyak orang yang percaya jika Usaha perikanan di Indonesia koki akan saat ini telah berkembang dengan pesat keberuntungan. Ada terutama dalam bidang budidaya, baik memelihara ikan mendatangkan juga yang untuk mas mengisi waktu sektor ikan hias maupun ikan 1 konsumsi. (Lingga dan Susanto, dalam kontes harganya bisa mencapai 2003). Indonesia memilii perairan 20 juta per ekor. tawar yang sangat luas dan berpotensi Aplikasi pemberian korteks besar untuk usaha berbagai macam otak sapi dapat dilakukan langsung ke jenis ikan air tawar. Ikan hias air tawar dalam media perawatan ikan Mas koki merupakan salah satu alternatif usaha melalui pakan alami seperti Artemia. untuk Sorgeloos et. al., (1987), menyatakan menjalankan perekonomian yang banyak menghasilkan devisa. bahwa Salah satu ikan hias yang cukup mempengaruhi terkenal di kalangan penggemar ikan naupliusus Artemia adalah kandungan adalah mas koki (Effendy, 1993). HUFA (Highly Unsaturated Fatty Bisnis ikan mas koki memang mampu memberikan jaminan faktor utama yang kualitas nutrisi Acid) yang dimilikinya. Peningkatan kandungan HUFA dalam naupliusus keuntungan yang lebih dari cukup bagi Artemia dilakukan dengan cara pengelolanya. Selain harganya yang pengayaan dengan bahan-bahan yang cukup tinggi, siklus pemijahannya kaya asam lemak HUFA (Sorgeloos relatif pendek (1-1½ bulan) sehingga et. al., 1987). dalam jangka waktu satu tahun dapat Tyas (2005), menyatakan bawa dilakukan 8-10 kali pemijahan untuk pengayaan naupliusus Artemia dengan sepasang korteks otak sapi berpengaruh nyata induk ikan (Liviawaty, (P< 1990). 0,05) terhadap pertumbuhan Saat ini memang pamor mas panjang tubuh dan daya tahan tubuh koki tengah marak. Itu terlihat dari post larva udang windu, tetapi tidak frekuensi berpengaruh (P>0,05) diselenggarakan di berbagai kota. Dan kelangsungan hidup, pertumbuhan tak heran bila mas koki bermutu bagus berat, laju pertumbuhan. selalu jadi incaran kolektor. Harga mas Pengayaan pakan naupliusus Artemia koki kualitas kontes bisa mencapai 10 dengan konsentrasi 20% b/v korteks juta per ekor, bahkan yang menang otak kontes mas koki yang dan sapi terhadap menghasilkan tingkat kelangsungan hidup dan daya tahan 2 tubuh terbaik, sementara pertumbuhan ikan mas koki yang dilengkapi dengan tertinggi meliputi berat dan panjang aerator dan filter. Botol akua sebanyak tubuh dicapai pada pengayaan pakan 4 buah volume 1500 ml yang diisi air naupliusus Artemia dengan konsentrasi setinggi 15 cm berfungsi sebagai 30% b/v korteks otak sapi. tempat pengakayaan Artemia. Pengayaan Nauplius Artemia Ikan yang akan digunakan dengan korteks otak sapi belum pernah adalah larva ikan mas koki (Carassius dilakukan penelitian pada ikan mas auratus L) yang berumur 7 hari koki. Berdasarkan hal tersebut diatas dengan jumlah 300 ekor yang berasal penulis dari penetasan larva di Laboratorium tertarik penelitian untuk ini melakukan dengan judul Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu Naupliusus Kelautan, Universitas Artemia dengan Korteks Otak Sapi Padang, Sumatra barat. “Pengayaan Pakan Bung Hatta untuk Meningkatkan Kelangsungan Pakan yang diberikan adalah Hidup dan Pertumbuhan Larva Artemia yang diperkaya korteks otak Ikan Mas koki (Carassius auratus. sapi L)”. Artemia yang diberikan pada larva ikan METODE PENELITIAN Penelitian ini perlakuan. mas koki Kepadatan adalah 900 individu/akuarium. dilaksanakan pada bulan Agustus – Oktober 2014 di Laboratorium sesuai PEUBAH YANG DIAMATI Terpadu Fakultas Parameter yang diamati pada Ilmu Kelautan, penelitian ini adalah : Sintasan atau Padang, Survival rate ( SR ), Pertumbuhan Perikanan dan Universitas Bung Hatta, Sumatera Barat. panjang mutlak. Wadah yang digunakan dalam penelitian adalah akuarium sebanyak 12 buah dengan ukuran 40x20x15 cm yang diisi air setinggi 10 cm berfungsi sebagai tempat pemeliharaan larva Kelangsungan hidup atau Survival rate ( SR ) Untuk mengetahui tingkat sintasan larva ikan mas koki, dapat diketahui dengan menggunakan rumus 3 (Huynh and Foteder, 2004) sebagai dengan uji lanjutan Beda Nyata Jujur berikut : (BNJ). Data kualitas air ( Suhu, pH SR = Jumlah Ikan AkhirX100% Jumlah Ikan Awal dan Do) diuraikan secara deskriptif (Effendie, 1997). Pertumbuhan panjang mutlak HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan panjang mutlak larva ikan mas koki dapat dihitung Tingkat Kelangsungan Hidup dengan menggunakan rumus (Serang, Tingkat kelangsungan hidup adalah 2006) : L = Lt-Lo jumlah ikan yang dapat bertahan hidup selama penelitian. Dari data hasil pengamatan yang dilakukan Keterangan : L =Pertumbuhan panjang mutlak (mm) Lt =Pertumbuhan panjang mutlak pada akhir penelitian (mm) Lo =Pertumbuhan panjang mutlak pada awal penelitian (mm) terhadap laju sintasan ikan mas koki dengan perlakuan pengayaan Artemia memakai korteks otak sapi dengan dosis yang berbeda dapat disajikan pada tabel 1. Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat ANALISA DATA Data yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisis statistik yaitu analisis keragaman. Analisis keragaman (F), dilakukan berdasarkan pola RAL. Bila hasil analisa didapatkan nilai F hitung lebih kecil dari F tabel (5% dan 1%) maka tidak dilanjutkan dengan uji lanjutan, namun bila F hitung lebih besar dari F tabel (5% dan 1%), maka dilanjutkan tingkat kelangsungan hidup larva ikan mas koki pada setiap perlakuan adalah 100%. Tingkat kelangsungan hidup ikan setiap perlakuan sama yaitu 100 %, hal ini disebabkan karena pakan yang diberikan sudah dapat dimanfaatkan dengan baik . Sehingga kebutuhan energi untuk aktifitas, pertumbuhan dan kelangsungan hidup bisa digunakan dengan baik. 4 Tabel 1. Rata-rata kelangsungan hidup (%) larva ikan mas koki selama 20 hari Keterangan : Hal ini Perlakuan Kelangsungan Hidup (%) A B C D 100 100 100 100 A : Artemia dengan tanpa pengayaan B : Pengayaan Artemia dengan 15% b/v korteks otak sapi C : Pengayaan Artemia dengan 20% b/v korteks otak sapi D : Pengayaan Artemia dengan 25% b/v korteks otak sapi didukung dengan yang diperkaya dengan EPA 28G dan pendapat Dwi dalam Adrian (1998), DHA bahwa yang kelangsungan hidup larva rajungan adalah 100%.Untuk mendapatkan gambaran ketersediaan makanan baik kualitas yang jelas dari tingkat kelangsungan maupun hidup dari ikan mas koki selama faktor- mempengaruhi faktor hidup kuantitasnya. Suprayudi 70G menghasilkan (2006), menyatakan perlakuan Artemia penelitian dapat disajikan yang tidak diperkaya dan Artemia bentuk diagram batang berikut. tingkat dalam Kelangsungan Hidup ( % ) Tingkat Kelangsungan Hidup 100 0 A B C D Perlakuan Gambar 1. Diagram rata-rata kelangsungan hidup selama 20 hari Keterangan : A : Artemia dengan tanpa pengayaan B : Pengayaan Artemia dengan 15% b/v korteks otak sapi C : Pengayaan Artemia dengan 20% b/v korteks otak sapi D : Pengayaan Artemia dengan 25% b/v korteks otak sapi 5 Watanabe et. al., (1980) dalam kelangsungan hidup larva ikan Isnansetyo (1992), menyatakan bahwa Watanabe et. al., (1988) . Sedangkan asam lemak terutama EPA dan DHA dari hasil penelitian didapatkan pakan sangat dibutuhkan untuk kelangsungan naupliusus artemia yang diperkaya hidup dan pertumbuhan larva ikan. dengan konsentrasi 25% b/v korteks Kandungan asam lemak yang tinggi dapat mempertinggi tingkat kelangsungan dipelihara hidup larva (Isnansetyo, otak sapi sudah dapat menghasilkan kelangsungan hidup 100 %. yang Selain itu faktor lingkungan juga 1992). mempengaruhi tingkat kelangsungan Furuita et. al., (1996) dalam Tyas hidup koki, tingginya (2005), kelangsungan hidup ikan mas koki menyatakan bahwa ikan mas kekurangan asam lemak esensial akan juga disebabkan karena kadar amoniak mengakibatkan terganggunya pada akir penelitian setiap perlakuan pertumbuhan dan kelangsungan hidup rendah dengan kisaran < 0,5. Kondisi larva. perairan Tyas pakan (2005), naupliusus meningkatkan Artemia sehingga peluang ikan untuk bertahan yang makan ikan, hidup juga semakin besar. Sesuai dengan pendapat Effendi kelangsungan hidup post larva udang dalam Veni (2007), bahwa tingginya windu memiliki tingkat kelangsungan kelangsungan hidup larva disebabkan hidup tertinggi yaitu sebesar 44,80 %. oleh faktor lingkungan yang sesuai Hal ini disebabkan karena kebutuhan seperti pH perairan, suhu, amoniak dan asam lemak khususnya EPA dan DHA tersedianya pakan yang cukup serta postlarva udang windu sudah cukup akibat penanganan yang baik selama terpenuhi dengan pakan naupliusus pemeliharaan. yang sapi nafsu dapat terhadap artemia otak kondusif mengemukakan dikayakan dengan konsentrasi 20% b/v korteks yang diperkaya dengan Pertumbuhan Panjang Mutlak konsentrasi 20 % b/v korteks otak sapi. Kelebihan atau kekurangan asam lemak dapat berakibat buruk pada Pertumbuhan merupakan panjang panjang akhir mutlak ikan 6 dikurangi dengan panjang awal. Data untuk meningkatkan kelangsungan rata - rata pertumbuhan panjang hidup dan perrtumbuhan larva ikan mutlak hasil penelitian selama 20 hari mas koki dapat dilihat pada tabel dengan perlakuan pengayaan nauplius berikut : Artemia dengan korteks otak sapi Tabel 2. Rata-rata pertumbuhan panjang mutlak (mm) larva ikan mas koki selama penelitian SD(±) Pertumbuhan Panjang Mutlak (mm) 7.93 ± 0.90 a 11.93 ± 1.60a 12.46 ± 1.65b 14.00 ± 1.90b Perlakuan A B C D Keterangan: Huruf superscrip kecil dan berpasangan yang sama dengan nilai rata-rata menunjukkan tidak berbeda nyata (P<0,05), sedangkan huruf superscrip yang berbeda di belakang nilai rata-rata menunjukkan berbeda nyata (P>0,05). Keterangan : A : Artemia dengan tanpa pengayaan B : Pengayaan Artemia dengan 15% b/v korteks otak sapi C : Pengayaan Artemia dengan 20% b/v korteks otak sapi D : Pengayaan Artemia dengan 25% b/v korteks otak sapi Dari Tabel 2 dapat dilihat perlakuan A (kontrol) terdapat pertambahan panjang larva ikan mas pertumbuhan panjang paling rendah, koki tertinggi terdapat pada perlakuan hal ini disebabkan karena kebutuhan b D pengayaan Artemia dengan 25% /v asam korteks otak sapi digunakan untuk menghasilkan energi dan diikuti (14.00 mm/ekor) dengan perlakuan C yang lemak berguna pada untuk pakan masih menjalankan pengayaan Artemia dengan 20% b/v sistem metabolisme. Sedangkan pada korteks otak sapi (12. 46 mm/ekor), perlakuan B (15% b/v) dan C (20% b/v) kemudian Artemia dengan adanya penambahan sumber korteks otak sapi lemak dari korteks otak sapi pada B pengayaan b dengan 15% /v (11.93 mm/ekor) dan terendah pada pakan, perlakuan A pertumbuhan panjang yang lebih tinggi pengayaan Artemia dengan tanpa (9.06 mm/ekor). Pada dapat menghasilkan dibandingkan perlakuan A (kontrol). 7 Begitupun juga dengan perlakuan D didapatkan pertumbuhan panjang yang Tyas bahwa (2005), Artemia mengemukakan yang dikayakan b paling baik, hal ini disebabkan karena dengan 30% /v korteks otak sapi pada pakan yang dikayakan dengan 25% b/v pakan larva udang windu memiliki korteks dapat pertumbuhan panjang tertinggi yaitu memenuhi kebutuhan asam lemak ikan 7,12 mm. Dari hasil penelitian dapat mas koki untuk menghasilkan energi, dibuktikan bahwa korteks otak sapi sehingga asam lemak yang berlebih 25% b/v yang mengandung EPA dan dapat digunakan untuk pertumbuhan. DHA sebagai bahan pengaya Artemia Semakin dapat Artemia otak sapi tinggi dosis pengayaan pertumbuhan panjang yang terbaik yaitu sebesar 14 pertumbuhan mm. Hal ini diperkuat oleh pernyataan panjang mutlak ikan mas koki, hal ini Takeuchi (1992) dalam Suprayudi sesuai dengan pendapat Lovell (1998), (2006), Bahan pengkaya terdiri dari bahwa untuk EPA28G (27,63% EPA dan 8,61% metabolisme harus dipenuhi terlebih DHA) dan DHA70G (70% DHA dan dahulu dan apabila berlebihan baru 20% EPA) dengan perbandingan 1:1 digunakan untuk pertumbuhan. menghasilkan pula perlakuan, menghasilkan semakin tinggi pada sudah tingkat kebutuhan energi Berdasarkan hasil analisis one bakau alami Artemia yang dikayakan dengan naupli/ml. yang berbeda nyata terhadap hidup dan pertumbuhan terbaik pada kepiting way anava menunjukkan bahwa pakan korteks otak sapi mempunyai pengaruh kelangsungan dengan kepadatan 150-200 Rata – rata pertumbuhan panjang mutlak ikan mas koki selama pertambahan panjang mutlak larva penelitian juga dapat disajikan dalam ikan mas koki (P>0,05). bentuk diagram seperti pada gambar berikut : 8 Panjang Mutlak (mm) Pertumbuhan Panjang Mutlak (mm) 16 14 12 10 8 6 4 2 0 A B C D Perlakuan Gambar 2. Diagram rata-rata pertumbuhan panjang mutlak selama 20 hari Keterangan : A : Artemia dengan tanpa pengayaan B : Pengayaan Artemia dengan 15% b/v korteks otak sapi C : Pengayaan Artemia dengan 20% b/v korteks otak sapi D : Pengayaan Artemia dengan 25% b/v korteks otak sapi yaitu kualitas air awal penelitian dan Kualitas Air Pengamatan parameter kualitas air media pemeliharaan ikan uji dilakukan 2 kali selama penelitian, akhir penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut : Tabel 3. Parameter Kualitas Air Media Pemeliharaan Larva Ikan Mas koki Awal Penelitian Parameter 0 Suhu ( C) pH DO (ppm) Amoniak A 28 6 4,5 0,2 B 28 6 4,5 0,61 C 28 6 4,5 0,56 Parameter kualitas air selama penelitian adalah suhu berkisar antara 28 ºC. sesuai dengan pendapat Lesmana, (2001) menyatakan bahwa Akhir Penelitian D 28 6 4,5 0,24 A 28 6 6,4 0,15 B 27,9 6 7 0,30 C 27,7 6 6,3 0,4 D 28,8 6 6,9 0,2 suhu optimal untuk ikan tropis adalah 27-28 ºC. Derajat keasaman (pH) hasil pengukuran dinyatakan dalam taraf wajar dan masih layak, pertumbuhan 9 ikan yang baik pada pH 6,5 - 9,0 dan KESIMPULAN DAN SARAN ikan dapat menyesuaikan diri terhadap pH 4,5 – 10,8 namun diluar batas Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tersebut ikan akan mati. pH selama penelitian yaitu 6. Kandungan pH yang ideal bagi produktivitas perairan adalah 5,5-6,5, sedangkan kisaran pH yang baik untuk pemeliharaan ikan DO selama penelitian adalah 4,5 – 7 ppm/l, hal ini sesuai dengan kondisi oksigen yang ideal 4 ppm/l (Djatmika, 1986). Dalam kisaran DO tersebut sudah dapat mendukung kehidupan ikan mas adalah hasil metabolisme protein dan disisi lain amoniak merupakan racun bagi ikan sekalipun dilakukan tentang korteks otak sapi untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan mas koki, dapat disimpulkan: 1. Kelangsungan hidup larva ikan mas koki pada setiap perlakuan yaitu 100% 2. Rata-rata mutlak pertumbuhan ikan mas panjang koki yang tertinggi terdapat pada perlakuan D koki yang dipelihara. Amoniak telah pengayaan naupliusus Artemia dengan larva adalah 7-8,5 (Effendie, 1979). Kandungan yang konsenterasinya sangat rendah (Zonneveld, 1991). Pada saat penelitian kadar amoniak didapatkan yaitu 0,2 – 0,6. Menurut Djajaredja (1981), menyatakan bahwa konsentrasi amoniak yang baik bagi kehidupan ikan bekadar kurang daro 1,0 ppm. pengayaan Artemia dengan 25% b /v korteks otak sapi mm/ekor) (14.00 dan diikuti dengan perlakuan C pengayaan Artemia dengan 20% b/v korteks otak sapi (12. 46 mm/ekor), kemudian B pengayaan Artemia dengan 15% b/v korteks otak sapi (11.93 mm/ekor) dan terendah pada perlakuan A Artemia dengan tanpa pengayaan (7.93 mm/ekor). 10 Saran Disarankan agar penggunaan pakan alami berupa Artemia larva ikan mas koki pada sebelum digunakan terlebih dahulu diperkaya dengan korteks otak sapi dengan dosis 25% b /v untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik. Diharapkan Effendie, M. I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Pusaka Nusantara. Yogyakarta. Effendy, H. 1993. Mengenal Beberapa Jenis Koi. Yogyakarta: Kanisius. Evi Liviawaty 1990. Maskoki Budidaya dan Pemasarannya. Yogyakarta: Kanisius. adanya penelitian lanjutan tentang pengayaan Artemia dengan menggunakan bahan alami lain yang dapat memberikan pengaruh terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan panjang mutlak pada ikan mas koki. DAFTAR PUSTAKA Adrian, I. 1998. Ketahanan Hhidup Larva Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr) Umur 20 – 30 Hari Dengan Jangka Pemberian Nauplius Artemia Yang Berbeda. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang. Djajarediredja, R. dan Jangkru, Z.1981. Mekasani Dalam Usaha Peningkatan Daya Guna air Tawar Untuk Budidaya Ikan secara Intensif.Lokarya Nasional Tepat Guna Perkembangan Budidaya Air Tawar.IPB.Bogor. Djatmika. 1986. Usaha Budidaya Ikan Lele. C.V. Simplex. Jakarta. Huynh, M. S. and R. Fotedar. 2004. Growth, Survival, Hemolymph Osmolality and Organosomatic indices of the Western King Prawn (Penaeus laticulatus kihinouye, 1896) Readed at Different salinities. Aquaculture, 234 : 601-614. Isnansetyo, A (1992). Teknik kultur phytoplankton dan zooplankton : Pakan alami untuk pembenihan organisme laut. Kanisius, Jakarta. Lesmana, d.s. 2001. Kualitas Air Untuk Ikan Hias Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta. Lingga, P. dan H. Susanto. 2003. Ikan Hias Air Tawar Edisi Revisi (Penebar Swadaya. Jakarta). 237 hal. Lovell, T. 1998. Nutrition and Fedding of Fish. Van Nostrand Reinhold. New York. 27 pp. Serang, M. S. 2006. Pengaruh Kadar protein dan Rasio Energi Protein Pakan berbeda terhadap Kinerja Pertumbuhan Benih 11 Rajungan (Portunus pelagicus). Tesis. Intsitut Pertanian Bogor. Bogor. Sorgeloos, P .1987. Teknik Budidaya Artemia. Direktoral Jendral Perikanan bekerjasama dengan internasional Developmental Research Center. Suprayudi, 2006. Pengaruh Pengayaan Artemia sp. Dengan EPA (Asam Ekosapentanat, C20:5n3) dan DHA (Asam Dokosaheksanat, C22:6n-3) Terhadap Kelangsungan Hidup Rajungan Portunus pelagicus Watanabe, T., T. Takeuchi, A. Kanazawa, C.Y. Cho, and M. Furuichi, 1988. Fish Nutrition and Mariculture. Tokyo: JICA Textbook The General Aquaculture Course. Weatherley, A.H. 1972. Growth and Ecology of Fish Population. London: Academic Press. Zonneveld N, Huisman EA.,Bonn JH .1991.Prinsip-prinsip Budidaya Ikan.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta,hlm 318. Takeuchi. 1992. Effect of n-3 HUFA Level in Artemia on Growth of larval Japanese Houder (Paralicichthys olivaceus). Aquaculture :105 (1) :73-82. Tyas, I. K. 2005. Pengkayaan Pakan Nauplii Artemia dengan Korteks Otak Sapi untuk Meningkatkan Kelangsungan hidup, Pertumbuhan, dan Daya Tahan Tubuh udang Windu (Panaeus monodon, Fab) Stadium PL 5-PL 8. Skripsi. Jurusan Biologi FMIPA UNS. Surakarta. 12