pemberian korteks otak sapi pada pakan nauplius artemia untuk

advertisement
PEMBERIAN KORTEKS OTAK SAPI PADA PAKAN NAUPLIUS
ARTEMIA UNTUK MENINGKATKAN KELANGSUNGAN
HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA IKAN MAS KOKI
(Carassius aurstus, L)
Elva Mecy Nadia 1), Elfrida2), Lisa Deswati2)
1)Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang
2)Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang
Email : [email protected]
ABSTRACT
This study aims to determine the optimal concentration of brain cortex cow
for enrichment of Artemia Naples with the survival and growth of larval goldfish
(Carassius auratus L.). The research was conducted in August - October 2014. The
method used in this study is an experiment directly from the field. The research
design used was a completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 3
replications. Treatment A (control), treatment B (15% w / v brain cortex cow),
treatment C (20% w / v brain cortex cow), and treatment D (25% w / v brain cortex
cow).The survival of the larvae goldfish in each treatment had the same percentage of
100%. The growth of the absolute length of larval goldfish for research that has the
highest growth in absolute length is treatment D (14.00 mm), followed by treatment
of C (12.46 mm) followed by treatment B (11.93 mm) and the lowest treatment A
(9.06 mm).
Key Word : Brain cortex, Artemia, Mas Koki, Survival, Growth
PENDAHULUAN
Ikan mas koki merupakan salah
senggang bagi mereka yang sangat
satu jenis ikan hias yang mempunyai
mengagumi kecantikan ikan mas koki,
daya pesona sehingga banyak digemari
atau sekedar untuk melepas kepenatan
orang dari berbagai negara. Ikan ini
bekerja bagi mereka yang selalu sibuk
mampu memberi kepuasan spiritual,
dengan tugas sehari-hari.
banyak orang
yang
percaya
jika
Usaha perikanan di Indonesia
koki
akan
saat ini telah berkembang dengan pesat
keberuntungan.
Ada
terutama dalam bidang budidaya, baik
memelihara ikan
mendatangkan
juga
yang
untuk
mas
mengisi
waktu
sektor
ikan
hias
maupun
ikan
1
konsumsi.
(Lingga
dan
Susanto,
dalam kontes harganya bisa mencapai
2003). Indonesia memilii perairan
20 juta per ekor.
tawar yang sangat luas dan berpotensi
Aplikasi
pemberian
korteks
besar untuk usaha berbagai macam
otak sapi dapat dilakukan langsung ke
jenis ikan air tawar. Ikan hias air tawar
dalam media perawatan ikan Mas koki
merupakan salah satu alternatif usaha
melalui pakan alami seperti Artemia.
untuk
Sorgeloos et. al., (1987), menyatakan
menjalankan
perekonomian
yang banyak menghasilkan devisa.
bahwa
Salah satu ikan hias yang cukup
mempengaruhi
terkenal di kalangan penggemar ikan
naupliusus Artemia adalah kandungan
adalah mas koki (Effendy, 1993).
HUFA (Highly Unsaturated Fatty
Bisnis ikan mas koki memang
mampu
memberikan
jaminan
faktor
utama
yang
kualitas
nutrisi
Acid) yang dimilikinya. Peningkatan
kandungan HUFA dalam naupliusus
keuntungan yang lebih dari cukup bagi
Artemia
dilakukan
dengan
cara
pengelolanya. Selain harganya yang
pengayaan dengan bahan-bahan yang
cukup tinggi, siklus pemijahannya
kaya asam lemak HUFA (Sorgeloos
relatif pendek (1-1½ bulan) sehingga
et. al., 1987).
dalam jangka waktu satu tahun dapat
Tyas (2005), menyatakan bawa
dilakukan 8-10 kali pemijahan untuk
pengayaan naupliusus Artemia dengan
sepasang
korteks otak sapi berpengaruh nyata
induk
ikan
(Liviawaty,
(P<
1990).
0,05)
terhadap
pertumbuhan
Saat ini memang pamor mas
panjang tubuh dan daya tahan tubuh
koki tengah marak. Itu terlihat dari
post larva udang windu, tetapi tidak
frekuensi
berpengaruh
(P>0,05)
diselenggarakan di berbagai kota. Dan
kelangsungan
hidup,
pertumbuhan
tak heran bila mas koki bermutu bagus
berat,
laju
pertumbuhan.
selalu jadi incaran kolektor. Harga mas
Pengayaan pakan naupliusus Artemia
koki kualitas kontes bisa mencapai 10
dengan konsentrasi 20% b/v korteks
juta per ekor, bahkan yang menang
otak
kontes
mas
koki
yang
dan
sapi
terhadap
menghasilkan
tingkat
kelangsungan hidup dan daya tahan
2
tubuh terbaik, sementara pertumbuhan
ikan mas koki yang dilengkapi dengan
tertinggi meliputi berat dan panjang
aerator dan filter. Botol akua sebanyak
tubuh dicapai pada pengayaan pakan
4 buah volume 1500 ml yang diisi air
naupliusus Artemia dengan konsentrasi
setinggi 15 cm berfungsi sebagai
30% b/v korteks otak sapi.
tempat pengakayaan Artemia.
Pengayaan Nauplius Artemia
Ikan
yang akan digunakan
dengan korteks otak sapi belum pernah
adalah larva ikan mas koki (Carassius
dilakukan penelitian pada ikan mas
auratus L) yang berumur 7 hari
koki. Berdasarkan hal tersebut diatas
dengan jumlah 300 ekor yang berasal
penulis
dari penetasan larva di Laboratorium
tertarik
penelitian
untuk
ini
melakukan
dengan
judul
Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu
Naupliusus
Kelautan, Universitas
Artemia dengan Korteks Otak Sapi
Padang, Sumatra barat.
“Pengayaan
Pakan
Bung Hatta
untuk Meningkatkan Kelangsungan
Pakan yang diberikan adalah
Hidup dan Pertumbuhan Larva
Artemia yang diperkaya korteks otak
Ikan Mas koki (Carassius auratus.
sapi
L)”.
Artemia yang diberikan pada larva
ikan
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
perlakuan.
mas
koki
Kepadatan
adalah
900
individu/akuarium.
dilaksanakan
pada bulan Agustus – Oktober 2014 di
Laboratorium
sesuai
PEUBAH YANG DIAMATI
Terpadu
Fakultas
Parameter yang diamati pada
Ilmu
Kelautan,
penelitian ini adalah : Sintasan atau
Padang,
Survival rate ( SR ), Pertumbuhan
Perikanan
dan
Universitas
Bung
Hatta,
Sumatera Barat.
panjang mutlak.
Wadah yang digunakan dalam
penelitian adalah akuarium sebanyak
12 buah dengan ukuran 40x20x15 cm
yang diisi air setinggi 10 cm berfungsi
sebagai tempat pemeliharaan larva
Kelangsungan hidup atau Survival
rate ( SR )
Untuk
mengetahui
tingkat
sintasan larva ikan mas koki, dapat
diketahui dengan menggunakan rumus
3
(Huynh and Foteder, 2004) sebagai
dengan uji lanjutan Beda Nyata Jujur
berikut :
(BNJ). Data kualitas air ( Suhu, pH
SR =
Jumlah Ikan AkhirX100%
Jumlah Ikan Awal
dan Do) diuraikan secara deskriptif
(Effendie, 1997).
Pertumbuhan panjang mutlak
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan panjang mutlak
larva ikan mas koki dapat dihitung
Tingkat Kelangsungan Hidup
dengan menggunakan rumus (Serang,
Tingkat kelangsungan hidup
adalah
2006) :
L = Lt-Lo
jumlah
ikan
yang
dapat
bertahan hidup selama penelitian. Dari
data hasil pengamatan yang dilakukan
Keterangan :
L =Pertumbuhan panjang mutlak
(mm)
Lt =Pertumbuhan panjang mutlak
pada akhir penelitian (mm)
Lo =Pertumbuhan panjang mutlak
pada awal penelitian (mm)
terhadap laju sintasan ikan mas koki
dengan perlakuan pengayaan Artemia
memakai korteks otak sapi dengan
dosis yang berbeda dapat disajikan
pada tabel 1.
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat
ANALISA DATA
Data yang diperoleh dianalisa
dengan menggunakan analisis statistik
yaitu analisis keragaman. Analisis
keragaman (F), dilakukan berdasarkan
pola
RAL.
Bila
hasil
analisa
didapatkan nilai F hitung lebih kecil
dari F tabel (5% dan 1%) maka tidak
dilanjutkan dengan uji lanjutan, namun
bila F hitung lebih besar dari F tabel
(5%
dan
1%),
maka
dilanjutkan
tingkat kelangsungan hidup larva ikan
mas koki pada setiap perlakuan adalah
100%. Tingkat kelangsungan hidup
ikan setiap perlakuan sama yaitu 100
%, hal ini disebabkan karena pakan
yang
diberikan
sudah
dapat
dimanfaatkan dengan baik . Sehingga
kebutuhan
energi
untuk
aktifitas,
pertumbuhan dan kelangsungan hidup
bisa digunakan dengan baik.
4
Tabel 1. Rata-rata kelangsungan hidup (%) larva ikan mas koki selama 20 hari
Keterangan :
Hal
ini
Perlakuan
Kelangsungan Hidup (%)
A
B
C
D
100
100
100
100
A : Artemia dengan tanpa pengayaan
B : Pengayaan Artemia dengan 15% b/v korteks otak sapi
C : Pengayaan Artemia dengan 20% b/v korteks otak sapi
D : Pengayaan Artemia dengan 25% b/v korteks otak sapi
didukung
dengan
yang diperkaya dengan EPA 28G dan
pendapat Dwi dalam Adrian (1998),
DHA
bahwa
yang
kelangsungan hidup larva rajungan
adalah
100%.Untuk mendapatkan gambaran
ketersediaan makanan baik kualitas
yang jelas dari tingkat kelangsungan
maupun
hidup dari ikan mas koki selama
faktor-
mempengaruhi
faktor
hidup
kuantitasnya.
Suprayudi
70G
menghasilkan
(2006), menyatakan perlakuan Artemia
penelitian
dapat
disajikan
yang tidak diperkaya dan Artemia
bentuk diagram batang berikut.
tingkat
dalam
Kelangsungan Hidup ( % )
Tingkat Kelangsungan Hidup
100
0
A
B
C
D
Perlakuan
Gambar 1. Diagram rata-rata kelangsungan hidup selama 20 hari
Keterangan :
A : Artemia dengan tanpa pengayaan
B : Pengayaan Artemia dengan 15% b/v korteks otak sapi
C : Pengayaan Artemia dengan 20% b/v korteks otak sapi
D : Pengayaan Artemia dengan 25% b/v korteks otak sapi
5
Watanabe et. al., (1980) dalam
kelangsungan
hidup
larva
ikan
Isnansetyo (1992), menyatakan bahwa
Watanabe et. al., (1988) . Sedangkan
asam lemak terutama EPA dan DHA
dari hasil penelitian didapatkan pakan
sangat dibutuhkan untuk kelangsungan
naupliusus artemia yang diperkaya
hidup dan pertumbuhan larva ikan.
dengan konsentrasi 25% b/v korteks
Kandungan asam lemak yang
tinggi dapat mempertinggi tingkat
kelangsungan
dipelihara
hidup
larva
(Isnansetyo,
otak sapi sudah dapat menghasilkan
kelangsungan hidup 100 %.
yang
Selain itu faktor lingkungan juga
1992).
mempengaruhi tingkat kelangsungan
Furuita et. al., (1996) dalam Tyas
hidup
koki,
tingginya
(2005),
kelangsungan hidup ikan
mas koki
menyatakan
bahwa
ikan
mas
kekurangan asam lemak esensial akan
juga disebabkan karena kadar amoniak
mengakibatkan
terganggunya
pada akir penelitian setiap perlakuan
pertumbuhan dan kelangsungan hidup
rendah dengan kisaran < 0,5. Kondisi
larva.
perairan
Tyas
pakan
(2005),
naupliusus
meningkatkan
Artemia
sehingga peluang ikan untuk bertahan
yang
makan
ikan,
hidup juga semakin besar.
Sesuai dengan pendapat Effendi
kelangsungan hidup post larva udang
dalam Veni (2007), bahwa tingginya
windu memiliki tingkat kelangsungan
kelangsungan hidup larva disebabkan
hidup tertinggi yaitu sebesar 44,80 %.
oleh faktor lingkungan yang sesuai
Hal ini disebabkan karena kebutuhan
seperti pH perairan, suhu, amoniak dan
asam lemak khususnya EPA dan DHA
tersedianya pakan yang cukup serta
postlarva udang windu sudah cukup
akibat penanganan yang baik selama
terpenuhi dengan pakan naupliusus
pemeliharaan.
yang
sapi
nafsu
dapat
terhadap
artemia
otak
kondusif
mengemukakan
dikayakan dengan konsentrasi 20% b/v
korteks
yang
diperkaya
dengan
Pertumbuhan Panjang Mutlak
konsentrasi 20 % b/v korteks otak sapi.
Kelebihan atau kekurangan
asam
lemak dapat berakibat buruk pada
Pertumbuhan
merupakan
panjang
panjang
akhir
mutlak
ikan
6
dikurangi dengan panjang awal. Data
untuk meningkatkan kelangsungan
rata - rata pertumbuhan panjang
hidup dan perrtumbuhan larva ikan
mutlak hasil penelitian selama 20 hari
mas koki dapat dilihat pada tabel
dengan perlakuan pengayaan nauplius
berikut :
Artemia dengan korteks otak sapi
Tabel 2. Rata-rata pertumbuhan panjang mutlak (mm) larva ikan mas koki
selama penelitian
SD(±)
Pertumbuhan Panjang Mutlak
(mm)
7.93 ± 0.90 a
11.93 ± 1.60a
12.46 ± 1.65b
14.00 ± 1.90b
Perlakuan
A
B
C
D
Keterangan: Huruf superscrip kecil dan berpasangan yang sama dengan nilai rata-rata menunjukkan
tidak berbeda nyata (P<0,05), sedangkan huruf superscrip yang berbeda di belakang nilai
rata-rata menunjukkan berbeda nyata (P>0,05).
Keterangan : A : Artemia dengan tanpa pengayaan
B : Pengayaan Artemia dengan 15% b/v korteks otak sapi
C : Pengayaan Artemia dengan 20% b/v korteks otak sapi
D : Pengayaan Artemia dengan 25% b/v korteks otak sapi
Dari Tabel 2 dapat dilihat
perlakuan
A
(kontrol)
terdapat
pertambahan panjang larva ikan mas
pertumbuhan panjang paling rendah,
koki tertinggi terdapat pada perlakuan
hal ini disebabkan karena kebutuhan
b
D pengayaan Artemia dengan 25% /v
asam
korteks otak sapi
digunakan untuk menghasilkan energi
dan
diikuti
(14.00 mm/ekor)
dengan
perlakuan
C
yang
lemak
berguna
pada
untuk
pakan
masih
menjalankan
pengayaan Artemia dengan 20% b/v
sistem metabolisme. Sedangkan pada
korteks otak sapi (12. 46 mm/ekor),
perlakuan B (15% b/v) dan C (20% b/v)
kemudian
Artemia
dengan adanya penambahan sumber
korteks otak sapi
lemak dari korteks otak sapi pada
B
pengayaan
b
dengan 15% /v
(11.93 mm/ekor) dan terendah pada
pakan,
perlakuan A
pertumbuhan panjang yang lebih tinggi
pengayaan
Artemia dengan tanpa
(9.06
mm/ekor).
Pada
dapat
menghasilkan
dibandingkan perlakuan A (kontrol).
7
Begitupun juga dengan perlakuan D
didapatkan pertumbuhan panjang yang
Tyas
bahwa
(2005),
Artemia
mengemukakan
yang
dikayakan
b
paling baik, hal ini disebabkan karena
dengan 30% /v korteks otak sapi pada
pakan yang dikayakan dengan 25% b/v
pakan larva udang windu memiliki
korteks
dapat
pertumbuhan panjang tertinggi yaitu
memenuhi kebutuhan asam lemak ikan
7,12 mm. Dari hasil penelitian dapat
mas koki untuk menghasilkan energi,
dibuktikan bahwa korteks otak sapi
sehingga asam lemak yang berlebih
25% b/v yang mengandung EPA dan
dapat digunakan untuk pertumbuhan.
DHA sebagai bahan pengaya Artemia
Semakin
dapat
Artemia
otak
sapi
tinggi
dosis
pengayaan
pertumbuhan
panjang yang terbaik yaitu sebesar 14
pertumbuhan
mm. Hal ini diperkuat oleh pernyataan
panjang mutlak ikan mas koki, hal ini
Takeuchi (1992) dalam Suprayudi
sesuai dengan pendapat Lovell (1998),
(2006), Bahan pengkaya terdiri dari
bahwa
untuk
EPA28G (27,63% EPA dan 8,61%
metabolisme harus dipenuhi terlebih
DHA) dan DHA70G (70% DHA dan
dahulu dan apabila berlebihan baru
20% EPA) dengan perbandingan 1:1
digunakan untuk pertumbuhan.
menghasilkan
pula
perlakuan,
menghasilkan
semakin
tinggi
pada
sudah
tingkat
kebutuhan
energi
Berdasarkan hasil analisis one
bakau
alami Artemia yang dikayakan dengan
naupli/ml.
yang
berbeda
nyata
terhadap
hidup
dan pertumbuhan terbaik pada kepiting
way anava menunjukkan bahwa pakan
korteks otak sapi mempunyai pengaruh
kelangsungan
dengan
kepadatan
150-200
Rata – rata pertumbuhan panjang
mutlak
ikan
mas
koki
selama
pertambahan panjang mutlak larva
penelitian juga dapat disajikan dalam
ikan mas koki (P>0,05).
bentuk diagram seperti pada gambar
berikut :
8
Panjang Mutlak (mm)
Pertumbuhan Panjang Mutlak (mm)
16
14
12
10
8
6
4
2
0
A
B
C
D
Perlakuan
Gambar 2. Diagram rata-rata pertumbuhan panjang mutlak selama 20 hari
Keterangan :
A : Artemia dengan tanpa pengayaan
B : Pengayaan Artemia dengan 15% b/v korteks otak sapi
C : Pengayaan Artemia dengan 20% b/v korteks otak sapi
D : Pengayaan Artemia dengan 25% b/v korteks otak sapi
yaitu kualitas air awal penelitian dan
Kualitas Air
Pengamatan parameter kualitas
air
media
pemeliharaan
ikan
uji
dilakukan 2 kali selama penelitian,
akhir penelitian. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 4 sebagai
berikut :
Tabel 3. Parameter Kualitas Air Media Pemeliharaan Larva Ikan Mas koki
Awal Penelitian
Parameter
0
Suhu ( C)
pH
DO (ppm)
Amoniak
A
28
6
4,5
0,2
B
28
6
4,5
0,61
C
28
6
4,5
0,56
Parameter kualitas air selama
penelitian adalah suhu berkisar antara
28
ºC.
sesuai
dengan
pendapat
Lesmana, (2001) menyatakan bahwa
Akhir Penelitian
D
28
6
4,5
0,24
A
28
6
6,4
0,15
B
27,9
6
7
0,30
C
27,7
6
6,3
0,4
D
28,8
6
6,9
0,2
suhu optimal untuk ikan tropis adalah
27-28 ºC.
Derajat keasaman (pH) hasil
pengukuran
dinyatakan dalam taraf
wajar dan masih layak, pertumbuhan
9
ikan yang baik pada pH 6,5 - 9,0 dan
KESIMPULAN DAN SARAN
ikan dapat menyesuaikan diri terhadap
pH 4,5 – 10,8 namun diluar batas
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
tersebut ikan akan mati. pH selama
penelitian yaitu 6. Kandungan pH yang
ideal
bagi
produktivitas
perairan
adalah 5,5-6,5, sedangkan kisaran pH
yang baik untuk pemeliharaan ikan
DO
selama
penelitian adalah 4,5 – 7 ppm/l, hal ini
sesuai dengan kondisi oksigen yang
ideal 4 ppm/l (Djatmika, 1986).
Dalam kisaran DO tersebut sudah
dapat mendukung kehidupan ikan mas
adalah
hasil
metabolisme protein dan disisi lain
amoniak merupakan racun bagi ikan
sekalipun
dilakukan
tentang
korteks otak sapi untuk meningkatkan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan
ikan
mas
koki,
dapat
disimpulkan:
1. Kelangsungan hidup larva ikan
mas koki pada setiap perlakuan
yaitu 100%
2. Rata-rata
mutlak
pertumbuhan
ikan
mas
panjang
koki
yang
tertinggi terdapat pada perlakuan D
koki yang dipelihara.
Amoniak
telah
pengayaan naupliusus Artemia dengan
larva
adalah 7-8,5 (Effendie, 1979).
Kandungan
yang
konsenterasinya
sangat
rendah (Zonneveld, 1991). Pada saat
penelitian kadar amoniak didapatkan
yaitu 0,2 – 0,6. Menurut Djajaredja
(1981), menyatakan bahwa konsentrasi
amoniak yang baik bagi kehidupan
ikan bekadar kurang daro 1,0 ppm.
pengayaan Artemia dengan 25%
b
/v
korteks otak sapi
mm/ekor)
(14.00
dan diikuti dengan
perlakuan C pengayaan Artemia
dengan 20% b/v korteks otak sapi
(12. 46 mm/ekor), kemudian B
pengayaan Artemia dengan 15% b/v
korteks otak sapi (11.93 mm/ekor)
dan terendah pada perlakuan A
Artemia dengan tanpa pengayaan
(7.93 mm/ekor).
10
Saran
Disarankan agar penggunaan
pakan alami berupa Artemia
larva
ikan
mas
koki
pada
sebelum
digunakan terlebih dahulu diperkaya
dengan korteks otak sapi dengan dosis
25%
b
/v
untuk
menghasilkan
pertumbuhan yang baik. Diharapkan
Effendie, M. I. 1979. Metoda Biologi
Perikanan. Yayasan Pusaka
Nusantara. Yogyakarta.
Effendy, H. 1993. Mengenal Beberapa
Jenis
Koi.
Yogyakarta:
Kanisius.
Evi
Liviawaty 1990.
Maskoki
Budidaya dan Pemasarannya.
Yogyakarta: Kanisius.
adanya penelitian lanjutan tentang
pengayaan
Artemia
dengan
menggunakan bahan alami lain yang
dapat memberikan pengaruh terhadap
kelangsungan hidup dan pertumbuhan
panjang mutlak pada ikan mas koki.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, I. 1998. Ketahanan Hhidup
Larva Ikan Bilih (Mystacoleucus
padangensis Blkr) Umur 20 – 30
Hari Dengan Jangka Pemberian
Nauplius Artemia Yang Berbeda.
Skripsi. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Universitas Bung
Hatta. Padang.
Djajarediredja, R. dan Jangkru,
Z.1981. Mekasani Dalam Usaha
Peningkatan Daya Guna air
Tawar Untuk Budidaya Ikan
secara
Intensif.Lokarya
Nasional
Tepat
Guna
Perkembangan Budidaya Air
Tawar.IPB.Bogor.
Djatmika. 1986. Usaha Budidaya Ikan
Lele. C.V. Simplex. Jakarta.
Huynh, M. S. and R. Fotedar. 2004.
Growth, Survival, Hemolymph
Osmolality and Organosomatic
indices of the Western King
Prawn (Penaeus laticulatus
kihinouye, 1896) Readed at
Different
salinities.
Aquaculture, 234 : 601-614.
Isnansetyo, A (1992). Teknik kultur
phytoplankton dan zooplankton
:
Pakan
alami
untuk
pembenihan organisme laut.
Kanisius, Jakarta.
Lesmana, d.s. 2001. Kualitas Air
Untuk Ikan Hias Tawar. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Lingga, P. dan H. Susanto. 2003. Ikan
Hias Air Tawar Edisi Revisi
(Penebar Swadaya. Jakarta). 237
hal.
Lovell, T. 1998. Nutrition and Fedding
of
Fish.
Van
Nostrand
Reinhold. New York. 27 pp.
Serang, M. S. 2006. Pengaruh Kadar
protein dan Rasio Energi
Protein Pakan berbeda terhadap
Kinerja Pertumbuhan Benih
11
Rajungan (Portunus pelagicus).
Tesis. Intsitut Pertanian Bogor.
Bogor.
Sorgeloos, P .1987. Teknik Budidaya
Artemia. Direktoral Jendral
Perikanan bekerjasama dengan
internasional
Developmental
Research Center.
Suprayudi, 2006. Pengaruh Pengayaan
Artemia sp. Dengan EPA
(Asam Ekosapentanat, C20:5n3)
dan
DHA
(Asam
Dokosaheksanat,
C22:6n-3)
Terhadap Kelangsungan Hidup
Rajungan Portunus pelagicus
Watanabe, T., T. Takeuchi, A.
Kanazawa, C.Y. Cho, and M.
Furuichi, 1988. Fish Nutrition
and Mariculture. Tokyo: JICA
Textbook
The
General
Aquaculture
Course.
Weatherley,
A.H.
1972.
Growth and Ecology of Fish
Population. London: Academic
Press.
Zonneveld N, Huisman EA.,Bonn JH
.1991.Prinsip-prinsip Budidaya
Ikan.Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta,hlm 318.
Takeuchi. 1992. Effect of n-3 HUFA
Level in Artemia on Growth of
larval
Japanese
Houder
(Paralicichthys
olivaceus).
Aquaculture :105 (1) :73-82.
Tyas, I. K. 2005. Pengkayaan Pakan
Nauplii
Artemia
dengan
Korteks Otak Sapi untuk
Meningkatkan Kelangsungan
hidup, Pertumbuhan, dan Daya
Tahan Tubuh udang Windu
(Panaeus
monodon,
Fab)
Stadium PL 5-PL 8. Skripsi.
Jurusan Biologi FMIPA UNS.
Surakarta.
12
Download