PENGENALAN DASAR GEOMORFOLOGI DAN PENGINDERAAN JAUH Tugas ini disusun untuk memenuhi mata kuliah geomorfologi dan pengindraan jauh AnugrahWidiana 270110140001 SatrioWibowo 270110140121 LuthfiZulkifli 270110140161 Mira Widyariestha 270110140163 PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN KATA PENGANTAR Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh Puji dan syukur kita panjatkankehadirat Allah SWTkarenaberkatrahmatdanhidayahnya kami dapatmenyelesaikankaryatulisini.TaklupaSholawatsertasalam kami junjungkankepadaNabiBesar Muhammad SAW besertakeluargadansahabatnyakarenaberkatusahabeliaukitadapatkeluardarizamankebodohan Terimakasih juga kami sampaikan kepada dosen mata kuliah geomorfologi dan penginderaan jauh yang telah memberikan arahan agar karya tulis yang berjudul “PENGENALAN DASAR GEOMORFOLOGI DAN PENGINDERAAN JAUH” bias dibuat dengan sebaik-baiknya dan diselesaikan tepat waktu. Penulis berharap dengan karya tulis ini dapat menambah ilmu teman-teman dan penulis. Penulis juga berharap karya tulis ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya demi memajukan ilmu pendidikan di Indonesia. Demikian yang dapat penulis sampaikan. Penulis mohon maaf bila ada kesalahan pemilihan kata dan tulisan yang ada dalam karya tulis ini. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Sumedang, September 2014 Penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mendalami geologi, diperlukan pemahaman yang baik dalam beberapa bidang matakuliah. Ada banyak mata kuliah yang harus didalami oleh seseorang yang ingin menjadi seorang ahli geologi, salah satunya mata kuliah geomorfologi dan penginderaan jauh. Dalam karya tulis ini, kami ingin mengangkat tema tentang deskripsi geomorfologi dan penginderaan jauh. Geomorfologi dan penginderaan jauh merupakan salah satu matakuliah wajib di semester satu bagi seseorang yang mengambil program studi Teknik Geologi Universitas Padjadjaran. Kami ingin dalam karya tulis ini teman-teman dan kelompok kami dapat mengerti matakuliah geomorfologi dan penginderaan jauh secara umum, sebelum kita masuk lebih jauh dalam program studi Teknik Geologi Universitas Padjadjaran. 1.2 Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang tersebut ada beberapa rumusan masalah yang muncul untuk dikaji, antara lain: Apa yang dimaksud dengan geomorfologi? Apa yang dimaksud dengan penginderaan jauh? Apa hubungan geomorfologi dan pengindraan jauh? 1.3 Tujuan Tujuan karya tulis ini adalah untuk mengenal mata kuliah geomorfologi dan penginderaan jauh. Jika sudah mengenal definisi umumnya maka akan mempermudah dalam proses memperdalam materi geomorfologi dan penginderaan jauh. BAB II PEMBAHASAN 2.1 GEOMORFOLOGI 2.1.1 Pengertian Geomorfologi Geomorfologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari Bentangalam, bentuk alam dan proses yang membentuknya (wikipedia). Bentuk alam atau landform adalah suatu individual corak permukaan bumi seperti lereng, bukit dan lembah. Bentangalam atau Landscape ialah gabungan dari beberapa bentuk alam, contohnya seperti gunung atau padang pasir. Worcester (1939) menjelaskan dan mentafsirkan bentuk permukaan bumi, namun bukan hanya ilmu tentang bentang alam (science of landscape) melainkan menjelaskan pula pembentukan cekungan lautan, paparan benua serta struktur yang lebih kecil seperti dataran rendah. dataran tinggi, gunung dan sebagainya. Lobeck (1939) dalam bukunya “Geomorphology: An Introduction to the study of landscapes”. Landscapes yang dimaksudkan adalah bentangalam alamiah (natural landscapes). Untukmendeskripsikan bentuk permukaan bumi, ada tiga faktor utama yangharus diperhatikan yaitu struktur, proses dan stadia. Ketiga faktor menjadi satu dalam ilmu geomorfologi. William Morris Davis (1884–1899) pertama kalinya Mengembangkan model tentang siklus geomorfik yang terinspirasi dari teori “uniformitarianisme” yang pertama kalinya dikenalkan oleh James Hutton (1726-1797). Siklus geomorfik mampu menjelaskan bagaimana urutan sungai yang mengikis lembah dan membuatnya menjadi semakin dalam, erosi pada dinding lembah yang membuat menjadi landai dan luas. Siklus ini akan terus berlangsung, dan akhirnya terjadi pengangkatan daratan. 2.2.2 Konsep dasar Geomorfologi 10 Konsep dasar geomorfologi yang berada dalam buku Principles of Geomorphology adalah: 1. Proses-proses fisik dan hukumnya yang terjadi saat ini berlangsung selama waktu geologi, 2. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam evolusi bentuk lahan, 3. Tingkat perkembangan relief permukaan bumi tergantung pada proses-proses geomorfologi yang berlangsung, 4. Proses-proses geomorfik terekam pada land forms yang menunjukan karakteristik proses yang berlangsung, 5. Keragaman erosional agents tercermin pada produk dan urutan land forms yang terbentuk, 6. Evolusi geomorfologi bersifat kompleks, 7. Obyek alam di permukaan bumi umumnya berumur lebih muda dari Pleistosen, 8. Interpretasi yang sempurna mengenai landscapes melibatkan beragam faktor geologi dan perubahan iklim selama Pleistosen, 9. Apresiasi iklim global diperlukan dalam memahami proses-proses geomorfik yang beragam, dan 10. Geomorfologi, umumnya mempelajari land forms / landscapes yang terjadi saat ini dan sejarah pembentukannya. Seorang geomorfologis pun harus memahami fungsi dari bentuk alam, bagaimana bentuk alam ini dapat memberikan efek terhadap perubahan energi contoh nyaseperti proses yang menyebabkan pembentukan topografi diantaranya disebabkan oleh angin, ombak, cuaca, pergerakan tanah, aliran air, gletser, tektonik, dan vulkanik. 2.3.3 Relief Relief yang dimaksud mencakup daratan benua maupun daratan lautan. Berdasarkan luas nya Relef dikelompokan dalam 3 jenis orde yaitu 1. Relief Orde I (Relief of the first order) 2. Relief Orde II (Relief of the second order) 3. Relief Orde III (Relief of the third order) 2.3.3.1 Relief Orde Pertama Bentuk bentuk dalam orde ini sangat luas, termasuk dalam paparan benua dan cekungan lautan. Relief orde pertama berkaitan dengan proses pembentukan bumi. Gambar 1-1 Relief Order I : Benua dan Cekungan Samudra 2.3.3.2 Relief Orde Kedua Relief orde kedua bisa disebut dengan fase pembangunan (fase konstruktif). Hal ini disebabkan oleh gaya yang diakibatkan dari dalam bumi yang bersifat membangun (gaya endogen). Kawasan Benua dan dataran lautan pada relief orde pertama yang menjadi tempat terbentuk nya satuan relief yang dibentuk oleh orde kedua seperti dataran tinggi, gunung dan sebagainya. Gaya Endogen merupakan gaya yang berasal dari dalam bumi yang mengakibatkan perubahan bentuk pada permuka an bumi. Gaya Endogen terdiri dari dua jenis yaitu: Epirogenesa,Jika terjadi Proses Epirogenesa pada tempat yang luas maka akan terbentuk Benua Orogenesa, Jika terjadi Proses Orogenesa pada tempat yang luas maka akan terbentuk Pegunungan Kedua Gaya Endogen diatas dapat menyebabkan bentangalam yang membangun. Apabila suatu daerah yang tersusun dari batuan dan mengalami gaya Endogen yang perlapisanya secara Horizontal maka akan terbentuk dataran. Gaya Endogen pun dapat terjadi pada lapisan batu sedimen yang perlapisan terus menerus dan akhirnya membentuk kubah (dome mountain). Apabila gaya endogen mengakibatkan batuan sedimen terlipat kuat menghasilkan perlipatan sinklin dan antiklin maka akan menghasilkan pegunungan lipatan (folded mountains). Sedangkan apabila dipengaruhi oleh lipatan dan patahan akan menghasilkan pegunungan lipat pathan (complex mountains). Gambar 1-2 Citra pegunungan “Himalaya” yang terdapat di Nepal yang masuk kedalam relief orde kedua. 2.3.3.3 Relief Orde Ketiga Fase Orde Ketiga bisa disebut dengan fase penghancuran yang disebkan oleh gaya eksergonik. Gaya Eksergonik merupakan gaya yang berasal dari Luar Bumi yang memperindah dan menghiasi bentuk bentuk yang terbentuk pada fase orde dua. Gaya Eksergonik akan meninggalkanbentuk lahan akibat erosi seperti, Valley dan Canyons. Terdapat 4 Energi utama dalam proses ini, yaitu: 1. Bentuk-bentangalam yang dihasilkan oleh aktivitas sungai (fluvial), yaitu : a. Bentuk bentangalam hasil erosi (Erosional forms), seperti: gallies, valleys, gorges dan canyons. b. Bentuk bentangalam hasil residu (Residual forms), seperti: peaks, ronadrocks, summits areas. c. Bentuk bentangalam hasil pengendapan (Depositional forms) seperti: alluvial fans, flood plains and deltas. 2. Bentuk-bentangalam yang dihasilkan oleh energi dari luncuran es (gletser) yaitu : a. Bentuk bentangalam hasil erosi (Erosional forms), seperti: cirques, glacial trought b. Bentuk bentangalam hasil residu (Residual forms), seperti: patterhorn-peaks, aretes, roche eontounees c. Bentuk bentangalam hasil pengendapan (Depositional forms), seperti: deraine, drumlins, kame dan esker. 3. Bentuk bentangalam yang dihasilkan oleh energi gelombang laut, yaitu : a. Bentuk bentangalam hasil erosi (Erosional forms), seperti: erode sea caves b. Bentuk bentangalam hasil residu (Residual forms), seperti: stacks & Arches c. Bentuk bentangalam hasil pengendapan (Depositional forms) seperti: beaches, bars & spits 4. Bentuk bentangalam yang diciptakan oleh energi angin, yaitu : a. Bentuk bentangalam hasil erosi (Erosional forms), seperti: blow holes pada daerah-daerah yang berpasir b. Bentuk bentangalam hasil residu (Residual forms), seperti: pedestal dan mushroom rocks. c. Bentuk bentangalam hasil pengendapan (Depositional forms) seperti: endapan pasir atau lempung dalam bentuk dunes atau loess. Relief order 3 yang dihasilkan oleh aktivitas sungai (fluvial): Gullies (kiri) dan Kipas Aluvial (kanan) Relief order 3 yang dihasilkan oleh energi dari luncuran es: : glacial trought (kiri) dan cirques glacial (kanan) Relief order 3 yang dihasilkan oleh energi gelombang laut: erode sea caves (kiri) dan stacks & Arches (kanan) Relief order 3 yang dihasilkan oleh energi angin: Sandunes (kiri) dan pedestal (kanan) Siklus Geomorfik adalah Peristiwa yang terjadi mempunyai gejala gejala terus menerus dari suatu stadia awal sampai stadia akhir dan kembali pada stadia awal. Siklus geomorfologi bisa diartikan sebagai rangkaian gejala geomorfologi yang sifatnya menerus. Suatu bentangalam dikatakan telah mengalami satu siklus geomorfologi apabila telah melalui tahapan perkembangan mulai tahap muda, dewasa dan tua. Stadia Muda: Dicirikan oleh lembah berbentuk “V”, tidak dijumpai dataran banjir, banyak dijumpai air terjun, aliran air deras, erosi vertikal lebih dominan dibandingkan erosi lateral. Stadia Dewasa: Dicirikan oleh relief yang maksimal, dengan bentuk lembah sudah mulai cenderung berbentuk “U” dimana erosi vertikal sudang seimbang dengan erosi lateral, cabang-cabang sungai sudah memperlihatkan bentuk meandering. Stadia Tua: Dicirikan oleh lembah dan sungai meander yang lebar, erosi lateral lebih dominan dibandingkan erosi vertikal karena permukaan erosi sudah mendekati ketingkat dasar muka air. 2.2 PENGINDRAAN JAUH 2. 2.1 Pengertian Pengindraan jauh Pengindraan jauh atau indareja adalah metode pengambilan informasi objek dengan tidak melakukan interaksi langsung dengan objek tersebut. Indrareja mengumpulkan informasi dari jarak yang sangat jauh dari objek. Seperti dikutip dari wikipedia, istilah inderaja sendiri berasal dari bahasa Inggris remote sensing, bahasa Perancis télédétection, bahasa Jerman fernerkundung, bahasa Portugis sensoriamento remota, bahasa Spanyol percepcion remote dan bahasa Rusia distangtionaya. 2.2.2 Sejarah Pengaplikasian indrareja paling sederhana yaitu pada akhir tahun 1800an di mana kamera diposisikan di jauh dari permukaan tanah dengan balon atau layang-layang. Kamera ini akan mengambil fotografi kenampakan bumi. Kemudian pada Perang Dunia I, fotografi aerial seperti ini berperan sangat penting dalam pengumpulan informasi mengenai pergerakan dan posisi pasukan musuh. Fotografi aerial pada masa itu diambil dari pesawat terbang. Pada Perang Dunia II, fotografi aerial mengalami kemajuan pesat karena gambar yang diambil tidak lagi hanya berupa hitam-putih melainkan berwarna. Informasi yang didapatkan dari fotografi aerial saat itu jauh lebih banyak daripada masa-masa sebelumnya. Di tahun 1942, Kodak mulai mengembangkan film dengan warna inframerah yang merekam gelombang dengan spektrum mendekati bagian spektrum inframerah. Tipe ini memiliki kemampuan indentifikasi tipe dan kesehatan vegetasi yang lebih detail. Pyramid gyza yang dipublikasikan pada tahun 1978 (kiri), Pesawat yang digunakan untuk fotografi aerial saat Perang Dunia I (kanan) (sumber: http://en.wikipedia.org) Revolusi pengindraan jauh dimulai pada tahun 1960an, di mana manusia mulai menggunakan satelit luar angkasa untuk teknologi pengindraan jauh. Karena gambar diambil dari posisi yang sangat jauh dari permukaan bumi, cakupan pantau menjadi jauh lebih luas. Satelit meteorologi yang pertama diluncurkan adalh TIROS-1, satelit milik Amerika Serikat yang menggunakan teknologi roket atlas. Satelit-satelit pertama pada saat itu menggunakan alat yang mirip dengan kamera televisi untuk menangkap gambar secara digital. Data yang didapatkan kemudian ditransmisi ke stasion penerima yang terdapat di permukaan bumi. Pada tahun 1970an, revolusi kedua pengindraan jauh dimuai dengan peluncuran satelit Landsat. Sejak 1972, beberapa generasi satelit Landsat telah menyediakan berbagai data mengenai permukaan bumi. Saat ini, Landsat mengorbit bumi pada ketinggian sekitar 700 kilometer. Pengambilan gambar komplit seluruh permukaan bumi memakan waktu 233 kali pengorbitan yang diambil setiap 16 hari sekali. Teknologi sensor yang pertama kali digunakan Landsat adalah multispectral scanner, yang dapat merekam 4 spektrum gelombang. Sedangkan setelah 1982 teknologi pengambilan gambar yang digunakah adalah thematic mapper yang dapat merekam tujuh spektrum gelombang mulai dari yang terlihat hingga yang tak terlihat seperti inframerah. Setelah kegunaan Landsat terbukti sangat besar, negara-negara lain mulai meluncurkan satelit pengindraan jauh masing-masing. Prancis mengeluarkan SPOT, Kanada mengeluarkan Radarsat-1, dan lain sebagainya. Citra kota Newyork hasil interpretasi SPOT (sumber: http://www.physicalgeography.net) 2.2.3 Metode kerja Indareja memanfaatkan interaksi energi radiasi untuk mendeteksi objek. Salah satunya menggunakan transmisi gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik yang direfleksikan maupun dipancarkan dari objek akan ditangkap oleh alat pemantau untuk nantinya diintrepretasi. Citra hasil intrepretasi kemudian akan digunakan untuk dianalisis. Metode ini dapat diterapkan di berbagai bidang, seperti medis, astronomi, dan geologi. Pada bidang pada bidang ilmu geologi, penggunaaan indareja adalah untuk pengambilan informasi mengenai fenomena-fenomena pada litosfer, biosfer, hidrosfer dan atmosfer. Indrareja dapat digunakan untuk mengukur dan mencari informasi mengenai bentuk permukaan bumi, berbagai gejala alam, dan kondisi cuaca pada atmosfer. Metode indrareja diaplikasikan memakai alat sensor khusus. Alat sensor ini dibawa mengudara menggunakan helikopter, pesawat, atau satelit agar jangkauan pantaunya lebih luas. Mata manusia hanya dapat membedakan objek yang kasat mata, yaitu objek yang dapat memantulkan spektrum warna yang terlihat. Sedangkan sensor dapat mendeteksi area yang kasat mata dan yang tidak tampak pada spektrum gelombang. Berdasarkan sumber energi untuk pengaplikasian indrareja, terdapat dua jenis sensor pada pengindraaan jauh. Sensor-sensor tersebut adalah sensor yang memakai energi pasif dan sensor yang memakai energi aktif. Sensor dengan energi pasif membutuhkan sumber energi eksternal untuk pengoperasiannya. Sumber energi eksternal pada umumnya adalah matahari. Sensor pasif menangkap dan mengukur panjang gelombang yang direfleksikan dan dipancarkan oleh objek pantau. Berbeda dengan sensor pasif, sensor aktif menyediakan sendiri sumber energinya. Radar sensor aktif akan memancarkan energi pada objek dan mengukur pantulan energi yang dihasilkan. Sensor yang umum digunakan adalah sensor dengan energi pasif. Cara kerja sensor pasif (sumber: http://www.oneonta.edu) Metode pengindraan jauh mengindentifikasi berbagai kenampakan alam melalui perbedaan rona warna dan pola. Karena permukaan bumi memiliki bentuk yang berbedabeda, maka warna-warna yang dihasilkan tentu akan berbeda pula. Setiap ketinggian dan tekstur permukaan bumi memiliki karakteristik warna tersendiri pada hasil citraan indrareja. Ini disebabkan oleh tingkat kemampuan pantul dan pancar yang dimiliki oleh masing-masing permukaan bumi. Energi yang direfleksikan lautan tentunya tidak akan sama dengan pantulan yang dihasilkan oleh daerah-daerah di daratan. Karakteristik yang bervariasi inilah yang menyebabkan berbagai perbedaan rona warna pada hasil citraan indrareja. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi jumlah energi yang diterima masing-masing objek. Faktor tersebut antara lain waktu penyinaran, bentuk permukaan bumi, dan keadaan cuaca. Keuntungan terbesar penggunaan indrareja adalah kemampuannya menggambarkan objek di permukaan bumi dengan wujud serta bentuk yang mirip dengan aslinya dan area yang diliput relatif luas. Pengindraan jauh juga dapat menggambarkan benda yang tidak tampak sehingga sangat diperlukan untuk mengecek objek-objek di bawah permukaan bumi, seperti untuk mengetahui adanya kebocoran pipa dalam tanah. Hasil pengindraan jauh pun relatif cepat dan mudah didapatkan, sehingga area objek yang sulit ditempuh tidak lagi menjadi penghalang untuk memperoleh informasi. Selain itu pengindraan jauh juga merupakan satu-satunya cara untuk memetakan daerah rawan bencana. 2.2.4 Hubungan Remote Sensing dan Geomorfologi Ilmu pengetahuan yang mempelajari geologi dengan menggunakan citra pengindraan jauh disebut Geologi Citra Pengindraan Jauh. Foto udara merupakan salah satu macam citra pengindraan jauh yang sudah lama dipergunakan orang untuk mempelajari Geologi. Foto udara adalah foto permukaan bumi yang diambil dari pesawat udara atau satelit dengan menggunakan kamera udara (Bates dan Jackson, 1987). Dalam Geologi citra pengindraan jauh dikenal 2 faktor interprestasi citra yaitu : 2.2.4.1 Unsur dasar interpretasi Pengenalan Citra 2.2.4.2 Unsur dasar interpretasi Geologi Dengan melihat kedua citra tersebut, kita dapat mengetahui persebaran batuan dan geomorfologi secara garis besar. Untuk melihat keadaan secara detail, perlu mendatangi daerah tersebut. 2.2.4.1 Unsur dasar interpretasi Pengenalan Citra Citraan hasil indrareja akan diinterpretasi menggunakan alat bantu. Alat bantu tersebut bernama stereoskop. Unsur-unsur dasar interpretasi citra indrareja yaitu, rona warna, bentuk, ukuran, tekstur, pola, bayangan, dan situs. Stadion Nelson Mandela, Afrika Selatan dapat di identifikasi dengan melihat bentuk hasil interpretasi satelit 2.2.4.2 Unsur dasar interpretasi geologi Unsur dasar interpretasi geologi terdiri dari Relief, Pola Penyaluran, Kebudayaan dan Tumbuh-tumbuhan Penutup a. Relief Relief yaitu beda tinggi rendah dari suatu tempat dengan tempat lainnya pada suatu daerah dan juga curam landainya lereng-lereng yang ada. Contohnya seperti bentuk-bentuk bukit, lembah, dataran, gunung dan sebagainya. b. Pola Penyaluran (drainage pattern) Pola penyaluran adalah kenampakan pola sungai pada foto udara c. Kebudayaan (culture) Kebudayaan kerapkali dapat dipergunakan untuk interprestasi geologi Sawah biasanya diolah oleh manusia didataran alluvial atau tanah residual hasil pelaukan batuan, biasanya dikaki gunung api. d. Tumbuh-tumbuhan Penutup (vegetation) Tumbuah-tumbuhan penutup kerapkali dapat memberi keterangan tentang geologi suatu daerah. Hampir seluruh wilayah Indonesia tertutup oleh tumbuh-tumbuhan, baik hutan tropis, lembab, savanna, ataupun tumbuhan hasil kebudayaan manusia. Informasi tumbuhan penutup di lahan Limboto,Gorontalo (sumber: http://inderaja.lapan.go.id) Informasi relief citra Landsat non foto di daerah Philadelphia, Pennsylvania (sumber: www.satimagingcorp.com) BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Geomorfologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari Bentang alam, bentuk alam dan proses yang membentuknya seperti pembentukan cekungan lautan, paparan benua serta struktur yang lebih kecil seperti dataran rendah. dataran tinggi, gunung dan sebagainya. Untuk mendeskripsikan bentuk permukaan bumi, ada tiga faktor utama yang harus diperhatikan yaitu struktur, proses dan stadia. Perubahan bentuk permukaan bumi permukaan bumi dapat disebabkan oleh energi seperti angin, ombak, gelombang,dll. Pengindraan jauh atau indareja adalah metode pengambilan informasi objek dengan tidak melakukan interaksi langsung dengan objek tersebut dengan mengumpulkan informasi dari jarak yang sangat jauh. Indareja berkembang cepat dimulai dari yang sederhana menggunakan kamera yang diterbangkan layangan sampai paling modern sekarang menggunakan data dari satelit. Indareja juga dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang seperti bidang kesehatan dan pertanian. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi indareja diantaranya waktu penyinaran, permukaan benda, dan cuaca. Pengindraan jauh dapat diaplikasikan di mana saja, seperti kartografi, penggunaan lahan, pemetaan tanah, perhutanan, arkeologi, observasi militer, meteorologi, geomorfologi dan lain sebagainya. Didalam ilmu Kebumian, kita hanya dapat mengetahui Geomorfologi secara garis besar. Jika ingin mengetahui suatu daerah secara detail, diperlukan terjun langsung ke lapangan. 3.2 Saran Kami menyarankan untuk teman-teman sekalian untuk mempelajari lebih lanjut mengenai ilmu geomorfologi dan penginderaan jauh dari sumber-sumber lain. Karena apa yang kami presentasikan pada kali ini hanya gambaran luar saja dari ilmu geomorfologi dan penginderaan jauh. Masih banyak hal lain yang dapat dipelajari lebih lanjut dalam ilmu ini. DAFTAR PUSTAKA Aini, Ratu. “Cara Beternak Itik Lampung”. 15 Januari 2001. http://ternakindo.com/2008/12/literasiinformasi-ternak-itik-nasional.html.