Variasi genetik padi tahan blas berdasarkan sidik jari DNA dengan

advertisement
Jurnal
56 Bioteknologi Pertanian, Vol. 9, No. 2, 2004, pp. 56-61
Masdiar Bustamam et al.
Variasi genetik padi tahan blas berdasarkan sidik jari DNA
dengan markah gen analog resisten
Genetic variation of blast resistant rice varieties derived from DNA fingerprinting
using resistance gene analogue
Masdiar Bustamam1, Reflinur1, Dita Agisimanto2, dan Suyono3
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian,
Jalan Tentara Pelajar No. 3A, Bogor 16111, Indonesia
2
Loka Penelitian Tanaman Jeruk dan Hortikultura Subtropik, Tlekung, Kotak Pos 22 Batu, Malang 65310
3
Universitas Islam Indonesia Sudan, Jalan Gajayana No. 50, Malang 65144, Indonesia
1
ABSTRACT
Information on plant genetic variation is essential in breeding
program. Characterization of germplasm for providing genotype variation data of the exotic varieties can be accomplished by phenotypic or genotypic assessment. The objective
of this study was to obtain information on rice genetic
variation based on DNA fingerprinting by using conservemotive region of resistance gene. DNA sample of 28 rice
varieties were amplified using five resistance-gene analogue
primers. The PCR products were separated on 5% polyacrylamide gel electrophoresis and DNA banding patterns were
detected by using silver nitrate. The DNA polymorphism
among rice varieties were scored on binary form based on the
presence (1) and absence (0) of each band. Dendrogram of
test plants was assembled through clustering analysis using
NTSys pc-01. The result indicated that at 86% similarity
index, RGA primers align the rice germplasm into three
different groups. In wobbling fork, Indonesian blast differential varieties, i.e. Asahan, Cisokan, Cisanggarung, and Kencana
Bali, were grouped on the first cluster. In addition, the CO39
and its derivatives C101A51, C101LAC, and Bio530 set into
one subcluster at 90% similarity. At 86% level of similarity,
blast resistant varieties like Cabacu, Gajah Mungkur, Grogol,
Jambu, Hawara Bunar, and Mat Embun were clustered into
second cluster with 73.9% of bootstrap assessment.
[Keywords: Oryza sativa, genetic variation, germplasm]
ABSTRAK
Informasi keragaman genetik tanaman sangat diperlukan
dalam program pemuliaan. Karakterisasi plasma nutfah untuk
menyediakan data genotipe tanaman eksotis dapat dilakukan
melalui analisis fenotipe atau molekuler. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi keragaman genetik varietas padi berdasarkan sidik jari DNA menggunakan bagian
motif urutan DNA yang terkonservasi dari gen resisten.
Contoh DNA dari 28 varietas padi diamplifikasi dengan
menggunakan lima primer resistance gene analogue, kemudian diseparasi dalam gel poliakrilamid 5% dengan teknik
elektroforesis dan dideteksi dengan pewarna nitrat perak. Pita
DNA diskor berdasarkan ada (1) dan tidak adanya (0) pita.
Dendrogram dari tanaman uji dibentuk melalui program
NTSys pc-01 berdasarkan skor data DNA. Pada tingkat
kemiripan 86%, 28 varietas padi yang dianalisis tergabung
menjadi tiga kelompok. Varietas diferensial blas (Asahan,
Cisokan, Cisanggarung, dan Kencana Bali) tergabung dalam
kelompok yang sama dengan derajat kemiripan yang bervariasi. Hasil analisis juga menunjukkan walaupun dalam
tingkat kepercayaan yang sangat rendah, CO39 dan turunannya seperti C101A51, C101LAC, dan Bio530 tergabung
dalam satu kelompok yang tidak stabil. Pada tingkat kemiripan 86%, padi tahan blas seperti Cabacu, Gajah Mungkur,
Grogol, Jambu, Hawara Bunar, dan Mat Embun terkelompok
menjadi satu dengan derajat analisis bootstrap 73,9%.
[Kata kunci: Oryza sativa, keragaman genetik, plasma nutfah]
PENDAHULUAN
Pemuliaan tanaman padi untuk sifat ketahanan terhadap penyakit blas diarahkan untuk merakit varietas
baru dengan spektrum ketahanan yang lebih luas dan
waktu pematahan ketahanan yang lebih lama dibanding varietas yang telah ada. Untuk itu beberapa gen
ketahanan harus dimasukkan ke dalam individu varietas (Hittalmani et al. 1995). Kombinasi beberapa gen
mayor tahan blas seperti Pi-1, Pi-2, Pi-3, dan Pi-ta dengan gen minor lainnya terbukti mampu menahan serangan berbagai ras blas virulen. Mackill dan Bonman
(1992) telah melakukan penggabungan tiga gen tahan
blas dalam satu tanaman, yaitu gen Pi-1, Pi-z, dan Pi-ta.
Perakitan varietas baru memerlukan ketersediaan
plasma nutfah dengan keragaman genetik yang luas
untuk digunakan sebagai tetua persilangan. Keragaman genetik merupakan faktor penting dalam pemuliaan
tanaman. Nilai suatu plasma nutfah akan meningkat
bila plasma nutfah itu dilengkapi dengan data keragaman morfologi dan karakterisasi genotipe serta
responsnya terhadap cekaman biotik dan abiotik (Virk
et al. 1995). Untuk itu diperlukan karakterisasi dan
penelusuran sifat ketahanan pada plasma nutfah
sebagai calon tetua guna mengelompokkannya ber-
57
Variasi genetik padi tahan blas berdasarkan sidik jari DNA ...
dasarkan sifat-sifat yang berhubungan dengan ketahanan terhadap blas.
Karakterisasi plasma nutfah semula dilakukan secara
langsung melalui pengamatan fenotipik, yaitu dengan
mengamati gejala penyakit melalui inokulasi buatan
strain Pyricularia grisea tertentu pada tanaman uji
(Mogi et al. 1991, tidak dipublikasikan). Namun
dengan kemajuan di bidang biologi molekuler, pengamatan dapat dilakukan dengan bantuan markah molekuler (molecular markers). Dibandingkan dengan
pengamatan fenotipik, karakterisasi dengan bantuan
markah molekuler menjanjikan akurasi dan efisiensi
yang lebih tinggi. Identifikasi dilakukan pada tingkat
DNA sehingga tidak dipengaruhi oleh lingkungan dan
dapat dilakukan pada tahap awal pertumbuhan tanaman (Hittalmani et al. 1995).
Markah DNA seperti RFLP, RAPD, SSR, dan AFLP
telah banyak digunakan sebagai penciri genotipe
tanaman. Markah DNA tersebut mampu membedakan
genotipe di antara individu dengan tingkat akurasi
yang tinggi, baik pada tingkat inter- dan intra-spesies
maupun kerabat jauhnya (Virk et al. 1995; Powell et al.
1996; Chen 1998).
Resistance gene analogue (RGA) merupakan markah
spesifik yang dibuat berdasarkan urutan gen ketahanan. Gen-gen yang mengatur ketahanan terhadap
patogen seperti virus, bakteri atau jamur telah diklon
dari berbagai spesies. Perbandingan urutan gen-gen
tersebut menunjukkan struktur yang mirip (Kanazin et
al. 1996; Chen 1998). Berdasarkan kemiripan fungsi
atau urutan asam amino dan protein yang dikodenya,
gen-gen ketahanan (R-gene) dapat dikelompokkan ke
dalam beberapa kelas. Kelas terbesar adalah gen
ketahanan dengan motif NBS-LRR yang dicirikan oleh
keberadaan nucleotide binding site pada terminal N
dan leuchine rich repeats pada terminal C (HammondKosack dan Jones 1997; Aarts et al. 1998). Meski
diklon dari spesies tanaman yang berbeda dan aktif
mengendalikan sejumlah patogen, motif NBS-LRR ini
memiliki fungsi yang sama dalam respons daya tahan
tanaman (defense response) terhadap patogen, yaitu
sebagai bagian dari signal transduction (Staskawicz et
al. 1995). Isolasi dan karakterisasi R-gene ini penting
untuk melengkapi petunjuk mekanisme resistensi,
interaksi yang melibatkan gen dalam pengenalan
patogen dan evolusi R-gene. Gen resisten yang telah
teridentifikasi dapat dipindahkan ke spesies tanaman
lain untuk mempelajari mekanisme resistensi pada
individu yang memiliki latar belakang genetik yang
jauh berbeda (Aarts et al. 1998).
Pendekatan gen kandidat telah digunakan untuk
mengisolasi gen-gen resisten pada tanaman lain dan
dikembangkan menjadi markah molekuler. Kemiripan di
antara gen-gen resisten tersebut memungkinkan
penggunaan markah molekuler untuk mengidentifikasi
gen-gen ketahanan tanaman yang lain (Staskawicz et
al. 1995). Artinya klon NBS-LRR yang diisolasi dari
suatu spesies dapat digunakan untuk mendeteksi
keberadaan R-gene pada spesies tanaman yang lain
(Parker et al. 1997; Chen 1998).
Urutan gen-gen ketahanan yang homolog telah diperoleh meski jumlahnya masih terbatas. Primer yang
dibuat berdasarkan daerah homolog yang terkonservasi tersebut mungkin dapat digunakan untuk mengamplifikasi fragmen DNA resistance-gene-like (RGL)
(Kanazin et al. 1996; Leister et al. 1996). Gen RPS2 dari
Arabidopsis thaliana dan gen N dari tembakau telah
digunakan untuk mengamplifikasi gen resisten yang
terdapat pada kentang (Leister et al. 1996). Kanazin et
al. (1996) telah mendesain primer berdasarkan gen L6
dari flax, gen N, dan RPS2 dan memetakan beberapa
lokus RGA yang mengatur ketahanan pada kedelai.
Penggunaan markah DNA seperti RGA belum banyak dilakukan pada karakterisasi plasma nutfah di
Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
informasi keragaman genetik beberapa varietas padi
berdasarkan sifat ketahanannya terhadap penyakit
blas.
BAHAN DAN METODE
Bahan
Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini
adalah 28 genotipe padi yang memiliki karakter ketahanan terhadap penyakit blas, baik terhadap ras tertentu di rumah kaca maupun terhadap serangan blas
di lapangan. Dua puluh delapan genotipe tersebut
adalah Krueng Aceh, Way Rarem, Danau Tempe, Maninjau, Memberamo, Gajah Mungkur, Sentani, Asahan,
Cisokan, Cisanggarung, Kencana Bali, C101A51,
C101LAC, Bio530, B-8-5030, Cabacu, CO39, Grogol,
Hawara Bunar, Simacan, Siderep, Sejang Ungu, Pandan
Wangi, Pantat Ulat, Oryzica llanos-5, Mat Embun,
Muncul, dan Jambu. Tanaman ditanam dalam pot dan
dipelihara di rumah kaca. Sampel DNA diekstraksi dari
daun paling muda dari tanaman berumur 3 minggu
setelah tanam.
Isolasi DNA dari total genom tanaman
Isolasi DNA dari genom masing-masing tanaman (28
genotipe) yang diuji dilakukan berdasarkan metode
Dellaporta et al. (1983). Uji kualitas dan kuantitas dilakukan menurut Sambrook et al. (1989).
58
Masdiar Bustamam et al.
Analisis PCR dan deteksi DNA
Analisis PCR dilakukan dengan volume total reaksi
25 µl, masing-masing mengandung 60 ng cetakan DNA
(DNA dari tanaman uji), 0,2 mM dari masing-masing
dNTP (dATP, dCTP, dGTP, dan dTTP), 2,64 ng dari
primer dan 1 unit enzim Taq DNA polymerase dalam 1
x larutan bufer. Urutan basa dari masing-masing
primer RGA (forward dan reverse) yang digunakan
adalah sebagai berikut: XLRR (F/R: 5'-CCG TTG GAC
AGG AAG GAG-3'/ 5'-CCC ATA GAC CGG ACT GTT3'), NLLR (F/R: 5'-TAG GGC CTC TTG CAT CGT-3'/5'TAT AAA AAG TGC CGG ACT-3'), RLRR (F/R: 5'CGC AAC CAC TAG AGT AAC-3'/5'-ACA CTG GTC
CAT GAG GTT-3'), Pto-kin1/Pto- kin2 (5'-GCA TTG
GAA CAA GGT GAA-3'/5'-AGG GGG ACC ACC ACG
TAG-3'), dan AS1/AS2 (5'-CAA CGC TAG TGG CAA
TCC-3'/5'-IAG IGC AGI GGI AGI CC-3'. Amplifikasi
PCR dilakukan dalam 45 siklus dengan kondisi satu
siklus denaturasi awal pada suhu 94°C selama 5 menit,
diikuti 45 siklus denaturasi (94°C selama 1 menit),
annealing (45°C selama 5 menit), dan extension (72°C
selama 2 menit). Siklus PCR diakhiri dengan final
extension (72°C selama 7 menit).
Hasil amplifikasi dipisahkan dalam gel elektroforesis
menggunakan akrilamid (polyacrylamide gel electrophoresis atau PAGE) 4% selama 2 jam. Proses pewarnaan dan deteksi dilakukan dalam larutan perak nitrat
(Chen et al. 1997).
yang banyak (Tabel 1). Banyaknya pita DNA yang
terbentuk menunjukkan bahwa primer RGA bersifat
multilokus (Gambar 1). Kemampuan suatu primer dalam
mengungkap keragaman genetik koleksi plasma
nutfah ditunjukkan oleh jumlah pita DNA polimorfis
yang dihasilkan (Chen 1998).
Tabel 1. Jumlah pita DNA hasil amplifikasi dengan lima
primer RGA pada gel elektroforesis poliakrilamid.
Table 1. Number of scorable DNA fragment developed by five
RGA primers on polyacrylamide gel electrophoresis.
Jumlah pita DNA
yang dapat diskor
Number of scorable
DNA fragment
Pita DNA yang
polimorfis
Polymorphic
DNA
XLRR For.
XLRR Rev.
43
18
NLLR For
NLRR Rev.
42
24
RLRR For.
RLRR Rev.
47
15
Pto-kin1
Pto-kin2
31
16
AS1
AS2
40
20
Primer/Primer
Penskoran dan analisis data
Pita-pita DNA yang terbentuk dari hasil amplifikasi
PCR dianggap sebagai satu karakter yang mewakili
satu lokus DNA. Semua pita DNA dengan laju migrasi
yang sama diasumsikan sebagai lokus yang homolog.
Data profil DNA selanjutnya diterjemahkan ke dalam
data biner dengan ketentuan nilai nol (0) untuk tidak
ada pita DNA dan satu (1) untuk setiap adanya pita
DNA pada satu posisi yang sama dari beberapa
individu yang diperbandingkan.
Kekerabatan genetik tanaman dinilai dari posisi
tanaman pada dendrogram yang dihasilkan dari analisis data biner pada program NTSys. Melalui pengelompokan SAHN, data matrik selanjutnya dikelompokkan menurut metode UPGMA. Untuk menguji
validitas pengelompokan UPGMA dilakukan analisis
bootstrap dengan menggunakan program WinBoot.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Amplifikasi DNA plasma nutfah padi dengan lima
primer RGA menghasilkan pita DNA dalam jumlah
650 bp
A = Kontrol tahan (C101A51, pembawa gen Pi2)
B = Kontrol peka (C039, tidak memiliki gen ketahanan)
A = Control of resistance gene (C101A51, carrying Pi2 gene)
B = Control of susceptible gene (C039, no resistance gene)
Gambar 1. Penampakan profil DNA tanaman padi pada gel
poliakrilamid yang teramplifikasi oleh primer RGA AS1/AS2.
Fig. 1. Rice DNA profile on polyacrylamid gel amplified with
RGA AS1/AS2 primer.
59
Variasi genetik padi tahan blas berdasarkan sidik jari DNA ...
(Asahan, Cisanggarung, Kencana Bali, dan Cisokan)
tergabung dalam satu kelompok (kelompok I) dengan
posisi yang menyebar. Varietas Asahan sebagai tanaman kontrol yang memiliki ketahanan paling baik
terhadap blas (Amir et al. 2001) mengelompok bersama-sama dengan beberapa varietas/galur yang diketahui tahan terhadap blas seperti B8503E, Muncul,
Krueng Aceh, Way Rarem, Sentani, dan O. llanos.
Varietas-varietas ini diduga memiliki kesamaan gengen tahan blas, sehingga cukup berpotensi sebagai
sumber gen ketahanan dalam program pemuliaan padi
tahan blas.
Beberapa galur isogenik turunan CO39 (C101LAC
dan C101A51) yang diintroduksi dari IRRI dan turunannya Bio-530, berada dalam satu kelompok (kelompok II) pada taraf kemiripan yang relatif rendah (2050%). Meskipun dalam taraf percabangan yang relatif
tidak stabil (21-51%), analisis DNA dengan markah
RGA mampu mengelompokkan hasil persilangan dan
tetuanya. Sebagaimana diketahui, CO39 adalah salah
satu tetua dari C101LAC yang membawa gen Pi-1(t)
35,1
Asahan
Maninjau
B8503 E
Muncul
Krueng Aceh
Way Rarem
Sentani
Oryzica llanos-5
Cisanggarung
18,3
58,3
98,2
30,0
27,3
Kencana Bali
Bio530
C101A51
C101LAC
CO39
Pantat Ulat
Simacan
51,0
19,8
Memberamo
Siderep
Pandan Wangi
Danau Tempe
Cisokan
Cabacu
Gajah Mungkur
Grogol
Jambu
Hawara Bunar
Mat Embun
Sejang Ungu
42,3
75,8
33,7
84,7
78,9
0,80
0,85
0,90
0,95
I
II
▲
Sekitar 203 pita DNA dapat dideteksi dari produk
PCR hasil amplifikasi DNA padi dengan lima primer
RGA (yang dirancang berdasarkan urutan gen ketahanan yang terkonservasi). Dari jumlah tersebut,
42% atau 93 pita bersifat polimorfis. Tingginya pita
polimorfis yang dihasilkan dengan markah RGA dibandingkan dengan yang diperoleh melalui teknik
RAPD (Mackill dan Bonman 1992) dan mikrosatelit
(Chen 1998) menunjukkan bahwa markah RGA cukup
baik digunakan untuk mengelompokkan plasma nutfah
dan analisis pedigree. Berdasarkan pita-pita yang dibentuk oleh kelima primer tersebut selanjutnya dibangun dendogram gabungan (Gambar 2).
Gambar 2 memperlihatkan bahwa pada tingkat kemiripan 86%, plasma nutfah yang dianalisis tergabung
menjadi tiga kelompok (lineage) dengan tingkat stabilitas percabangan yang relatif rendah (< 80%). Rendahnya nilai stabilitas percabangan dendrogram yang
dihasilkan melalui program WinBoot mungkin disebabkan oleh kurangnya parameter peubah (jumlah primer
RGA) yang digunakan. Varietas padi diferensial blas
III
1
Gambar 2. Dendrogram padi tahan blas berdasarkan motif terkonservasi dari lima primer RGA . Angka I, II, dan III menunjukkan
pengelompokan pada tingkat similaritas 86%.
Fig. 1. Dendrogram of blast resistant rice varieties based on conserve motive region of five RGA primers. Number I, II, and III
indicate the lineage detected on 86% similarities.
60
dan C101A51 membawa gen Pi-2(t) (Mackill and
Bonman 1992; Inukai et al. 1994), sedangkan Bio-530
merupakan galur yang membawa piramida gen Pi-1(t)
dan P1-2(t) dari suatu persilangan ganda (Way
Rarem/C101LAC//Cabacu/C101A51). Pada kasus ini,
pengelompokan yang dihasilkan dengan primer RGA
tidak semata-mata disebabkan oleh kesamaan gen-gen
tahan blas yang dimiliki oleh varietas-varietas tersebut, tetapi juga karena varietas-varietas tersebut berada pada satu kelompok filogeni meskipun berasal dari
beberapa persilangan.
Hasil penelitian menunjukkan pula bahwa primer
RGA mampu mendeteksi urutan gen ketahanan pada
kisaran yang luas. Kencana Bali yang merupakan
varietas rentan blas dan selama ini digunakan sebagai
tanaman indikator rentan pada kelompok varietas
diferensial blas Indonesia (Amir et al. 2001), pada
penelitian ini tergabung dalam satu kelompok dengan
Cisanggarung yang diketahui memiliki ketahanan
terhadap suatu ras cendawan blas. Diduga Kencana
Bali juga memiliki ketahanan terhadap penyakit blas,
namun isolat blas yang tidak kompatibel (avirulen)
untuk varietas ini belum diketahui. Selain itu sifat
ketahanan terhadap wereng coklat pada Kencana Bali
diduga ikut mempengaruhi penampilan fragmen DNA
yang dihasilkan oleh primer RGA. Primer RGA yang
dibentuk dari motif gen ketahanan yang terkonservasi
mengamplifikasi setiap urutan R-gene homolog yang
dikenalinya. Kondisi ini akan memberikan peluang
untuk ditemukannya urutan R-gen dari tanaman yang
sebelumnya tidak diketahui sifat ketahanannya.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa varietasvarietas tahan blas seperti Cabacu, Gajah Mungkur,
Grogol, Jambu, Hawara Bunar, dan Mat Embun tergabung dalam satu kelompok (kelompok II) dengan
derajat stabilitas percabangan cukup tinggi (73,9%).
Fenomena ini menunjukkan bahwa primer RGA dapat
digunakan untuk mengelompokkan varietas tahan penyakit.
Primer RGA didesain berdasarkan bagian motif yang
terkonservasi dari gen-gen ketahanan penyakit secara
umum. Setiap primer didesain berdasarkan urutan gen
ketahanan pada setiap spesies tanaman (Chen 1998).
Primer tersebut memiliki kemampuan mengamplifikasi
urutan yang mirip pada gen-gen ketahanan dari spesies tanaman yang berbeda. Primer RGA dengan spektrum yang luas mampu mengamplifikasi urutan yang
tidak dapat dideteksi melalui teknik hibridisasi seperti
RFLP (Kanazin et al. 1996). Oleh karena itu, beberapa
varietas/galur mengelompok menurut kesamaan gen
ketahanan terhadap hama atau penyakit lain, bukan
hanya terhadap blas.
Masdiar Bustamam et al.
KESIMPULAN
Markah RGA mampu memperjelas hasil karakterisasi
fenotipe padi tahan terhadap penyakit blas. Markah
RGA yang digunakan mampu mendeteksi gen ketahanan pada kisaran yang luas dan dapat mengelompokkan varietas-varietas padi tahan penyakit blas.
Pada tingkat kemiripan 86%, 28 genotipe padi yang
dianalisis tergabung dalam tiga kelompok. Varietas
padi diferensial blas (Asahan, Cisokan, Cisanggarung,
dan Kencana Bali) tergabung dalam satu kelompok
(kelompok I) bersama dengan beberapa varietas lainnya. Padi lokal Jambu tergabung pada kelompok II
bersama padi tahan blas lainnya seperti Cabacu, Gajah
Mungkur, Grogol, Hawara Bunar, dan Mat Embun,
sedangkan Sejang Ungu terpisah dalam kelompok
tersendiri (kelompok III).
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian dilakukan dengan fasilitas bahan kimia,
primer, dan alat penunjang dari program kerja sama
ARBN-IRRI Indonesia di Laboratorium Biologi Molekuler, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor.
Ucapan terima kasih kami sampaikan juga kepada
Saudara Fajar Suryawan, Mahrup, Syarif, dan Ahmad
Dadang atas bantuan selama penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Aarts, M.G.M., B.L. Hekkert, E.B. Holub, J.L. Beyman, W.J.
Stiekeme, and A. Pereira. 1998. Identification of R-gene
homologous DNA fragments genetically linked to disease
resistance loci in Arabidopsis thaliana. MPMI 11: 251-258.
Amir, M., A. Nasution, Santoso, and B. Courtois. 2001.
Pathogenecity of four blast races isolated from IR64. In
Upland Rice Research in Indonesia, Current Status and
Future Direction. Central Researh Institute for Food Crops,
Bogor.
Chen, X., S. Temnykh, Y. Cu, F.G. Cho, and S.R. McCouch.
1997. Development of a microsatellite framework map
providing genome wide coverage in rice (Oryza sativa L.).
Theor. Appl. Genet. 95: 553-567.
Chen, X.M. 1998. Genome scanning for RGA in rice, barley,
and wheat by high-resolution electrophoresis. TAG 97:
345-355.
Dellaporta, S.L., J. Wood, and J.B. Hicks. 1983. A plant DNA
minipreparation Version II. Plant. Mol. Biol. Rep. 1 (4):
19-21.
Hammond-Kosack, K.E. and J.D.G. Jones. 1997. Plant disease
resistance genes. Ann. Rev. Plant. Physiol. Plant Mol. Biol.
48: 575-607.
Variasi genetik padi tahan blas berdasarkan sidik jari DNA ...
Hittalmani, S., M.R. Foolad, T. Mew, R.L. Rodriguez, and N.
Huang. 1995. Development of a PCR-based marker to
identify rice blast rasistance-gene, Pi-2(t), in a segregating
population. Theor. Appl. Genet. 91: 9-14.
Inukai, T., R.J. Nelson, R.S. Ziegler, S. Sakarung, D.J. Mackill,
J.M. Bonman, I. Takamure, and T. Kinoshita. 1994.
Allelism of blast resistance genes in near-isogenic lines of
rice. Phytopathology 84: 1278-1283.
Kanazin, V., L.F. Mack, and R.C. Shoemaker. 1996. Resistance
gene analogs are conserved and clustered in soybean. PNAS
93: 11746-11750.
Leister, D., A. Ballova, F. Salamini, and C. Gebhardt. 1996.
A PCR-based approach for isolating pathogen resistance
genes from potato with potential for wide application in
plants. Nature Genet. 14: 421-429.
Mackill, D.J. and J.M. Bonman. 1992. Inheritance of blast
resistance in near-isogenic lines of rice. Phytopathology
82: 746-749.
Parker, J.E., M.J. Coleman, V. Szabo, L.N. Frost, R. Schmidt,
T. Moores, C. Dean, M.J. Daniels, and J.D.G. Jones. 1997.
61
Rpp5, a gene in Arabidobsis specifying resistance to the
Oomycete pathogen Peronospora parasitica, is highly
related to the tobacco viral resistance gene N and the flax
rust resistance gene L6. Plant Cell: 879-894.
Powell, W., M. Morgante, C. Andre, M. Hanafey, J. Vogel, S.
Tingey, and A. Rafalski. 1996. The comparison of RFLP,
RAPD, AFLP, and SSR markers for germplasm analysis.
Mol. Breed. 2: 225-238.
Sambrook, J., E. F. Fritsch, T. Maniatis. 1989. Molecular
Cloning: a laboratory manual, 2nd ed. Cold Spring Harbor
Laboratory Press, New York.
Staskawicz, B.J., F.M. Ausubel, B.J. Baker, J.G. Ellis, and
J.D.G. Jones. 1995. Molecular genetics of plant diseases
resistance. Science 268: 661-667.
Virk, P.S., H.J. Newbury, M.T. Jackson, and B.V. Ford, B.
Lloyd. 1995. The identification of duplicate accessions
within a rice germplasm collection using RAPD analysis.
TAG 90: 1049-1055.
Download