distribusi spasial dan temporal so2 dan no2 dki

advertisement
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
DKI Jakarta merupakan kota dengan
kepadatan penduduk cukup tinggi di Indonesia,
hampir semua kegiatan dan aktivitas berlangsung
sepanjang
hari, sehingga keadaan tersebut
mengakibatkan timbulnya banyak masalah.
Salah satu masalahnya adalah kualitas
lingkungan yang semakin menurun. Masalah
lingkungan yang sangat penting adalah masalah
kualitas udara yang menurun dari tahun ke tahun.
Pencemar NO2 dan SO2 merupakan salah
satu jenis gas yang mempengaruhi keadaan
kualitas udara tersebut, adapun sumber terbesar
untuk kota Jakarta berasal dari aktivitas kegiatan
manusia/ antropogen made yaitu dalam
penggunaan kendaraan bermotor di DKI Jakarta,
hal ini berdasarkan seringnya terjadi kemacetan
ruas-ruas jalan di Jakarta akibat banyaknya
kendaraan yang beroperasi setiap harinya.
Menurut
Dephub
(2003)
kendaraan
bermotor yang beroperasi di DKI Jakarta
mengalami peningkatan 8 % per tahunnya.
Salah satu jenis gas pencemar yang di
emisikan oleh kendaraan bermotor adalah NO2
dan SO2 . Bila keadaan SO2 dan NO2 tinggi
menyebabkan hujan asam, dimana zat yang
terdapat pada hujan asam tersebut yaitu sulfat
dan nitrat merupakan asam kuat bila
konsentrasinya tinggi dapat membahayakan
kesehatan penduduk pada saluran pernafasan
Jakarta.
1.2 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui kondisi pencemaran
udara berdasarkan konsentrasi SO2 dan NO2
pada bulan-bulan pengukuran.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komposisi Atmosfer
Udara merupakan campuran beberapa
macam gas yang perbandingannya tidak tetap,
tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan
udara dan lingkungan sekitarnya. Udara adalah
atmosfer yang berada disekeliling bumi yang
fungsinya sangat penting bagi kehidupan
makhluk hidup. Dalam udara terdapat oksigen
(O2 ) untuk bernafas, karbondioksida (CO2 ) untuk
proses fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon
(O3 ) untuk menahan sinar ultraviolet (Winarso,
1991).
Komposisi untuk udara tersusun dari :
Nitrogen
: 78,09 %
Oksigen
: 21,49 %
Argon
: 0,93 %
Karbodioksida : 0,032 %
Beberapa di antara gas-gas di atas
permukaan
bumi
tersebut
mempunyai
konsentrasi yang sama (Permanen Gases)
sedangkan sebagian lagi konsentrasinya berbeda
menurut waktu dan tempat berada (Variabel
Gases) perubahan konsentrasi gas -gas ini terjadi
karena penggunaannya oleh makhluk hidup atau
karena perubahan kondisi alam ( Hamonangan,
2004).
Meningkatnya kegiatan disuatu tempat akan
mengakibatkan perubahan kandungan udara
dalam jumlah yang besar sehingga ada zat-zat
yang tidak sempat dinetralkan oleh alam. Bila
hal ini berlangsung terus maka jumlah zat-zat
yang tidak ternetralisasikan ini bertambah dan
akibatnya komposisi udara akan berubah
(Winarso, 1991).
2.2 Polusi Udara
Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun
1997, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 1 ayat
(12) disebut : “Pencemaran Lingkungan adalah
masuknya atau dimasukannya makhluk hidup,
zat, energi atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia atau
proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun
ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya”.
Sutamihardja
(1981)
mengelompokkan
sumber pencemar udara ke dalam tiga golongan
yaitu : sumber titik, sumber area dan sumber
bergerak. Sumber titik dan sumber area dapat
dikelompokkan ke dalam satu kelompok
bersama yaitu sumber tak bergerak (stasioner)
seperti yang berasal dari rumah tangga, industri,
letusan gunung berapi dan pembakaran sampah.
Sedangkan sumber emisi bergerak berasal
dari kendaraan bermotor dan alat transportasi
lainnya. Sumber pencemar tidak bergerak
(stasioner) seperti industri dan pemukiman dapat
menghasilkan unsur-unsur polutan ke atmosfer
sebagai berikut : kabut asam, oksida nitrogen,
karbon monoksida, partikel-partikel padat,
hidrogen sulfida (H2 S), metil merkaptan
(CH3 SH), amonia, gas klorin, hidrogen klorida,
flour, timah hitam, gas-gas asam, seng,
kadmium, arsen, dan asap.
Sedangkan sumber emisi bergerak, seperti
halnya kendaraan bermotor dapat menghasilkan
unsur-unsur sebagai berikut : karbon monoksida,
2
sulfur oksida, oksida nitrogen, hidrokarbon dan
partikel-partikel padat (Anonimous, 1987).
Menurut Santosa (2005) proses pemanasan
meliputi loncatan listrik, pembakaran bahan
bakar minyak dapat menghasilkan gas pencemar
SO2 dan NO2. Pemanasan berupa loncatan listrik
dengan suhu tinggi dapat menghasilkan gas NO2 ,
sedangkan pembakaran bahan bakar minyak
(BBM) terutama menghasilkan gas SO2 dan
hanya sedikit sebagai SO3 .
Sulfur dioksida (SO2 ) yang berasal dari
proses pembakaran bahan bakar fosil (batu bara
dan minyak bumi) dan oksida nitrogen (NOx)
hasil buangan kendaraan bermotor dapat
menimbulkan gangguan bau, gangguan dalam
sistem pernafasan manusia dan menghambat
pertumbuhan
tanaman.
Pada
keadaan
kelembaban tinggi SO2 dapat membentuk asam
sulfat yang sifatnya sangat korosif pada berbagai
benda –benda logam. Gas-gas polutan ini dapat
bereaksi dengan uap air maupun air hujan dan
menghasilkan asam sulfat dan asam nitrat
(Sutamihardja, 1986).
2.3
Hujan
Asam
dan
Proses
Pembentukannya.
Environmental Resources Limited (1983)
mengatakan hujan asam adalah bentuk presipitasi
yang mengandung pencemar SO2 , SO3 , NO2 ,
dan HNO3 , yang larut dalam awan dan butirbutir air sehingga membentuk asam sulfat dan
asam nitrat dalam air hujan sehingga menjadikan
pH air hujan lebih kecil dari 5,6. Sedangkan pH
air hujan pada kondisi alami memiliki nilai 5,6
atau lebih tetapi tidak lebih besar dari 7.00 (Lier,
1980 dalam Harmantyo, 1988). Proses
pembentukan hujan asam ini dapat dijelaskan
pada gambar 1.
Hujan
asam
merupakan
fenomena
pencemaran udara yang banyak dikaitkan dengan
aktivitas energi yang mengemisikan unsur-unsur
prekursor utamanya yaitu SO2 dan NOx.
Aktivitas ini adalah aktivitas antropogenik yang
paling utama, terutama dalam konversi dan
penggunaan akhir energi.
Hujan asam adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan apa yang akan terjadi
apabila pencemar-pencemar yang bersifat asam
di atmosfer turun kepermukaan bumi kita.
Deposisi asam dapat terjadi dalam dua cara
yaitu: Sebagai hujan asam apabila bahan-bahan
yang bersifat asam di atmosfer terbawa dan larut
dalam air hujan atau dan sebagai deposit kering
apabila bahan-bahan yang bersifat asam dalam
bentuk butiran padat yang halus turun
kepermu kaan bumi sebagai akibat gaya tarik
bumi.
Anonimous (1983) menjelaskan bahwa
pencemaran udara memberi dampak long term
effect dan long term poisioning kepada kesehatan
manusia maupun kelestarian lingkungan, acid
deposition merupakan salah satunya yang
terbentuk melalui proses yang panjang serta
memakan waktu yang lama dan akan turun ke
bumi sebagai dry acid deposition ( dalam bentuk
aerosol) dan wet acid deposition (hujan asam) .
Deposit kering adalah peristiwa terkenanya
permukaan suatu benda atau makhluk hidup oleh
asam yang berada di udara atau dengan kata lain
deposit kering adalah transfer secara langsung
dari gas-gas asam yang ada di udara. Keadaan ini
biasanya terjadi dekat sumber pencemar
misalnya daerah industri yang dekat dengan
permukiman dan daerah padat lalu lintas yang
dekat dengan pejalan kaki dan tumbuhan yang
dekat dengan jalan karena pengaruh angin
(Naibaho dan Kumalawati, 1998).
Jenis gas sulfur yang diendapkan adalah SO2
dan dari nitrogen adalah NO2 hiperoksiasetil
nitrat (PAN). Karena NOx lebih cepat dioksidasi
nitrat daripada SO2 menjadi sulfit, maka SO2
lebih penting sebagai komponen deposit kering
yang
diendapkan
dalam
jumlah
besar
(Anonimous, 1983).
Sedangkan
menurut
Naibaho
dan
Kumalawati (1998) deposit basah adalah
turunnya hujan disertai dengan turunnya asam
yang mengenai benda atau makhluk hidup di
sekitarnya. Ada dua proses yang disebut dengan
deposit basah menurut Winarso (1991) yaitu:
• Rain out, yaitu reaksi kimia yang berlangsung
saat proses pembentukan butiran air dan
partikel udara hasil limbah industri pada awan
(proses kondensasi). Dalam hal ini, aerosol
sulfat dan nitrat berlaku sebagai sebagai inti
kondensasi. Gas SO2 diabsorbsi air di dalam
awan kemudian dioksidasi menjadi sulfat
sebelum dipindahkan oleh hujan. Mekanisme
ini terjadi untuk wilayah yang jauh dari
sumber pencemar.
• Wash out yaitu reaksi kimia yang berlangsung
saat air hujan turun dari awan yang dalam
perjalanannya turun ke bumi bereaksi dengan
partikel hasil limbah industri dan transportasi.
Proses ini dipacu oleh ukuran tetesan air hujan,
pH air hujan dan luas bagian yang terisi oleh
SO2 . Sebagai contoh, butiran air hujan yang
besar sedikit kurang efektif pada penangkapan
dan pelarutan SO2 di atmosfer dari pada
butiran air hujan yang kecil. Hujan lebat, yang
3
dicirikan dengan butiran air hujan yang besar
cenderung memiliki konsentrasi SO2 yang
lebih rendah dari pada hujan rintik-rintik pada
atmosfer yang sama. Mekanisme ini lebih
sering terjadi di wilayah dekat dengan sumber
pencemar. Kedua proses tersebut untuk
penambahan butiran sulfat dan nitrat yang
terjadi melalui proses tumbukan, intersepsi,
dan difusi Brownian.
2.3.1 Produksi Asam Nitrat di Atmosfer
Turk (1980) dalam Nababan, B (1989)
mengatakan nitrogen biasanya terdapat dalam
jaringan kehidupan, minyak bumi dan batu bara.
Sumber nitrogen lainnya adalah dari proses
denitrifikasi heterotropik, penguapan amonia ke
atmosfer dan senyawa nitrogen plutonik dari
litosfer (Kennedy, 1986).
Pada suhu tinggi, gas nitrogen di atmosfer
akan bereaksi dengan gas oksigen dan
menghasilkan gas nitrogen oksida (Sutamihardja,
1981 dalam Nababan, B 1989).
N2 + O2
2 NO
Sumber lain yang paling banyak sebagai
penghasil gas polutan nitrogen oksida (NO)
adalah pembakaran minyak bumi dalam ruang
pembakaran
kendaraan bermotor (Santosa
2005).
Di udara terbuka, gas nitrogen oksida oleh
gas oksigen
akan dioksidasi menjadi gas
nitrogen dioksida (NO2 ) dalam waktu sekitar tiga
hari (Sutamihardja, 1981).
2NO + O2
2 NO2
Kennedy (1986) menambahkan reaksi
nitrogen oksida dalam atmosfer yang kompleks
dengan menggunakan katalis dan kehadiran ozon
akan menghasilkan gas nitrogen dioksida (NO2 ).
NO + O3
NO + O + x
NO2 + O2
NO2 + x
x adalah permukaan katalis. Kadar gas nitrogen
dioksida di atmosfer akan semakin meningkat
dengan meningkatnya pembakaran minyak bumi
terutama hasil buangan gas kendaraan bermotor.
Adanya unsur oksigen hasil dissosiasi dari ozon
akan bereaksi dengan gas NO2 dengan bantuan
katalis dan menghasilkan gas nitrogen trioksida
(NO3 ). Kemudian nitrogen trioksida ini akan
bereaksi dengan gas NO2 dan menghasilkan gas
nitrogen pentoksida (N2 O5 ).
O3
hv
O2 + O
NO2 + O + x
NO3 + x
NO2 + NO3
N2 O5
x adalah permukaan katalis. Gas NO2 dan N2 O5
akan bereaksi dengan uap air yang kemudian
bersatu menjadi inti kondensasi dalam awan atau
bereaksi langsung dengan air hujan membentuk
asam nitrat.
3 NO2 + H2 O
2 HNO3 + NO
2 NO2 + H2 O
HNO3 + HNO2
N2 O5 + H2 O
2HNO3
(McEwan dan Phillips, 1975; Kennedy, 1986).
Nababan, B (1989) perbedaan musim
memberikan pengaruh sangat nyata terhadap
kandungan sulfat air hujan pada musim kemarau
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan musim
penghujan. Hal ini disebabkan pada musim
kemarau frekuensi kejadian hujan relatif kecil
sehingga udara relatif lebih kotor dibandingkan
dengan musim penghujan dan sifat dari polutan
SO2 dan SO3 yang cepat bereaksi dengan uap air.
Sedangkan kandungan nitrat air hujan secara
umum pada musim penghujan lebih tinggi
dibandingkan dengan musim kemarau.
Sebagian besar nitrogen dalam ekosistem
adalah dalam bentuk bio -organik, bahan organik
tanah, dan organisme hidup. Sedangkan sebagian
kecil dalam bentuk inorganik yang dapat
digunakan oleh bakteri dan tanaman. Nitrogen
inorganik sebagai polutan dari pembakaran
minyak bumi juga penting dalam siklus N, yang
menyebabkan terjadinya hujan asam (lihat
Gambar 2). Tahapan dari siklus N di atas adalah:
1. Fiksasi nitrogen secara biologik
2. Amonifikasi dari nitrogen organik
3. Nitrifikasi autotropik amonia menjadi
nitrat
4. Absorbsi nitrogen oleh tanaman dan
mikro-organisme
5. Denitrifikasi heterotropik nitrat menjadi
N2
6. Penguapan amonia ke atmosfer
7. NO dari pembakaran minyak bumi
8. Fiksasi nitrogen secara industri
9. NO sebagai produk dari badai guntur
10. Senyawa nitrogen plutonik dari litosfer
11. Pelepasan N ke sungai, danau dan laut
12. Buangan dari kendaraan bermotor
(Kennedy, 1986)
4
Fiksasi adalah pengikatan senyawa kimia
yang berbeda dan digunakan oleh tanaman atau
hewan.
Nitrogen
dibentuk
melalui
mikroorganisme tanah dan laut kemudian
dipergunakan oleh tanaman dalam proses
asimilasi sehingga menjadi protein. Pada proses
kebalikannya (ammonifikasi) yang terjadi selama
proses selama proses dekomposisi secara biologi
dari penguraian tanaman dan hewan, nitrogen
yang terbentuk dilepaskan dalam bentuk
ammonium.
Ion
NH4 + dioksidasi oleh
mikroorganisme menjadi nitrit kemudian
menjadi nitrat. Proses ini disebut “nitrifikasi”.
Nitrat yang ditahan di dalam tanah selanjutnya
dicuci di bawah oleh air tanah (Hafsari, A.
2000).
2.3.2 Produksi Asam Sulfat di Atmosfer
Belerang masuk ke atmosfer sebagai hasil
dari aktivitas manusia dan pembusukan bahanbahan organik. Belerang di atmosfer akan
teroksidasi menjadi SO2 . kemudian melalui
proses biologik pembusukan bahan organik
menghasilkan hidrogen sulfida (H2 S) yang
mempunyai kandungan racun pada manusia. Gas
hidrogen sulfida ini sangat cepat teroksidasi
menjadi SO2 (Kennedy, 1986).
S
+ O2
SO2
2H2 S + O2
2 SO2 + 2 H2 O
Tolgyessy, (1993) menyatakan polutan SO2
di atmosfer berasal dari pembakaran batu-bara,
pembakaran batu arang dan pembakaran minyak
bumi.
Kemudian
Kennedy
(1986)
menambahkan, sumb er lain gas SO2 di atmosfer
adalah letusan gunung berapi, pembuangan sisa
industri, pembakaran hutan dan buangan gas
bermotor. Belerang yang terdapat dalam pyrite
(FeS2 ) akan teroksidasi dengan cepat dan
menghasilkan gas SO2 .
4 FeS2 + 11 O2
2 Fe2 O3 + 8SO2
Sutamihardja (1981) mengatakan dengan
bantuan energi surya gas SO2 di atmosfer akan
cepat teroksidasi membentuk gas SO3 . Pada
kelembaban yang tinggi gas SO3 ini dapat
membentuk asam sulfat (H2 SO4 ). Ali dan Faust
(1981) menyatakan gas SO2 akan
bereaksi
dengan uap air atau butir-butir hujan dan
menghasilkan asam sulfit (H2 SO3 ) yang
kemudian teroksidasi menjadi asam sulfat.
2SO2 + O2
katalis
2 SO3
SO3 + H2 O
H2 SO4
SO2 + H2 O
2 H2 SO3 + O2
H2 SO3
katalis
2H2 SO4
Selanjutnya Kennedy (1986) menambahkan,
adanya asam nitrat dan SO2 bersama-sama
dengan NO2 akan menghasilkan asam sulfat.
2HNO3 +H2 O+2SO2
H2 SO4 +NO +NO2
SO2 + H2 O + NO2
H2 SO4 + NO
Sulfur merupakan unsur utama dari zat bioorganik yang merupakan suatu siklus oksidasi
dari siklus sulfur. Oksidasi sulfur dari minyak
bumi selama proses pembakaran dapat
menyebabkan terjadinya hujan asam (lihat
Gambar 3). Tahapan dari siklus sulfur ini adalah:
1. Siklus autotropik
2. Oksidasi heterotropik menghasilkan sulfat
3. Absorbsi
oleh
tanaman
dan
mikroorganisme
4. Penguapan hidrogen sulfida dari bahan
organik
5. Sulfur dari letusan gunung berapi
(Kennedy, 1986)
Nababan, B (1989) perbedaan musim
memberikan pengaruh sangat nyata terhadap
kandungan sulfat air hujan pada musim kemarau
yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
musim penghujan. Hal ini disebabkan pada
musim kemarau frekuensi kejadian hujan relatif
kecil sehingga udara relatif lebih kotor
dibandingkan dengan musim penghujan dan sifat
dari polutan SO2 dan SO3 yang cepat bereaksi
dengan uap air.
Menurut Santosa (2005) gas SO2 yang
dihasilkan dari pembakaran BBM, tergantung
pada kandungan sulfur dalam tiap jenis BBM.
Kandungan sulfur umum dalam tiap jenis BBM
yang disajikan dalam tabel 1. Solar lebih tinggi
kandungan sulfurnya dibandingkan premium,
sehingga pada kendaraan berbahan bakar solar
lebih tinggi mengemisikan SO2 dibandingkan
kendaraan berbahan bakar premium.
Tabel 1. Kandungan sulfur dalam bahan bakar
minyak (BBM).
Kandungan
No
Jenis Bahan Bakar
Sulfur (%)
1.
Avtur
0.11
2.
Premium
0.01
3.
Minyak tanah
0.03
4.
Solar
0.14
5.
Industrial Diesel Fuel (IDF)
0.07
6.
Industrial Fuel Oil (IFO)
1.65
Sumber : Pertamina U.P.IV Cilacap (2003)
5
Strauss dan Mainwaring (1984) untuk rata-rata
emisi gas (g/km) yaitu NO2 pada bensin 2.20
g/km dan solar 0.68 – 1.02 g/km, sedangkan
pada SO2 pada bensin 0.22 g/km dan solar 1.28
g/km.
2.3.3
Pengaruh yang ditimbulkan oleh
Pencemar SO2 dan NO2
Anonimous (1983) kemampuan indera
penciuman manusia dalam mendeteksi NOx
adalah pada konsentrasi 0.12 ppm, toksitas NO2
adalah kira -kira empat kali lebih tinggi daripada
NO. Senyawa ini dapat melukai daun-daunan
(akut) serta menurunkan produksinya. Pada
konsentrasi di bawah 0.05 ppm, oksida nitrogen
tidak menimbulkan efek yang berbahaya bagi
kesehatan. Paparan konsentrasi di atas ambang
ini akan menyebabkan kejadian gangguan
pernafasan akut pada tingkat konsentrasi yang
melampaui konsentrasi yang umum terdapat di
atmosfer (0.05 ppm) nitrogen dioksida akan
menjadi toksik.
Penentuan dampak lingkungan NOx, diukur
dengan melihat perubahan pada konsentrasi NOx
yang akan terjadi akibat kegiatan yang berjalan.
Bila perubahan tersebut kecil dan tidak merubah
derajat tingkat konsentrasi yang ada (misalnya
masih tetap berada dalam rentang lingkungan
berkualitas tinggi), dampaknya tidak berarti
(insignificant). Bila kualitasnya turun menjadi
sedang (moderate), dampaknya dianggap sedang
pula. Namun bila perubahan yang timbul
merubah kualitas kualitas lingkungan yang tinggi
menjadi rendah, dampaknya dianggap penting
(significant).
Sedangkan untuk pengaruh pencemaran
akibat oksida-oksida sulfur adalah meningkatnya
tingkat
morbiditas,
insedensi
penyakit
pernafasan, seperti bronchitis, emphyesma dan
penurunan kesehatan umum. Oksida-oksida
sulfur juga akan menimbulkan kerugian material,
akibat pengaratan logam, penurunan panen, dsbnya. Efek sinergistik partikulat, ozon dan oksidaoksida
nitrogen
menimbulkan
kerugian
kesehatan dan material yang lebih besar.
Sedangkan hal yang lain
menimbulkan
peningkatan yang tinggi dalam ke matian akibat
bronchitis dan kanker paru-paru.
Miller (1992) pada konsentrasi minimum
SOx dapat menimbulkan kerugian terhadap
tanaman adalah 0.03 ppm. Pada konsentrasi
kurang dari 0.03 ppm, lingkungan udara masih
dianggap aman. Kerugian akan meningkatnya
konsentrasi ambien adalah visibilitas akan
terpengaruh.
2.3 Keadaan Umum Provinsi DKI Jakarta
2.3.1 Luas dan Letak Geografis
Daerah Khusus Ibukota Jakarta mempunyai
luas wilayah 661.52 km2 termasuk wilayah
daratan Kepulauan Seribu yang tersebar di teluk
Jakarta.
Secara geografis wilayah DKI Jakarta
terletak antara 106 22’ 42" BT sampai 106 58’
18" BT dan -5 19’ 12" LS sampai -6 23’ 54" LS.
Batas-batas wilayah DKI Jakarta adalah :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa
2. Sebelah
Timur
berbatasan
dengan
Kabupaten Bekasi
3. Sebelah
Selatan
berbatasan
dengan
Kabupaten Bogor
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
Tangerang
Berdasarkan Pasal 6 UU No. 5/1974 dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 25
tahun 1978 wilayah DKI Jakarta dibagi habis
dalam 5 wilayah kota yang setingkat dengan
Kota Madya Daerah Tingkat II dan berada
langsung di bawah Daerah Khusus Ibukota
Jakarta yang terdiri dari 30 kecamatan dan 236
Kelurahan (http://www.bkkbn.go.id).
2.3.2 Keadaan Penduduk DKI Jakarta
Menurut Kompas (2005), dengan jumlah
penduduk 8.743.110 jiwa dan luas wilayah
661.52 km2 . Keadaan penduduk ini ditambah
dengan penduduk Bogor, Tangerang, dan Bekasi
yang beraktivitas di Jakarta pada siang hari,
maka jumlah penduduk pada siang hari lebih
tinggi.
Berdasarkan
Study
on
Integrated
Transportation Master Plan (2000), jumlah
perjalanan di Jabotabek sebanyak 29,2 juta
perjalanan/hari. Adapun persentase angkutan
yang digunakan : sepeda motor 14,2 persen,
mobil pribadi 30,8 persen, bus 52,7 persen, dan
kereta api 2 persen maka wajar untuk persentase
tersebut daerah-daerah disekitar pengukuran juga
tinggi untuk konsentrasi NO2 .
Selama kurun waktu tersebut kepadatan
penduduk DKI Jakarta diperkirakan naik menjadi
lebih dari tiga kali lipat. Dari lima kotamadya di
DKI Jakarta, Jakarta Pusat merupakan wilayah
kotamadya yang paling padat penduduknya,
kemudian diikuti oleh Jakarta Barat, dan Jakarta
selatan.
Dengan padatnya penduduk DKI Jakarta,
penggunaan jasa angkutan bis umum untuk
aktivitas harian penduduk tidak dapat dihindari.
6
2.3.3 Keadaan Topografi
Dilihat keadaan topografinya wilayah DKI
Jakarta dikatagorikan sebagai daerah datar dan
landai, ketinggian tanah dari pantai sampai ke
banjir kanal berkisar antara 0 m sampai 10 m di
atas permukaan laut diukur dari titik nol Tanjung
Priok. Sedangkan dari banjir kanal sampai batas
paling Selatan dari wilayah DKI antara 5 m
samp ai 50 m di atas permukaan laut Daerah
pantai merupakan daerah rawa atau daerah yang
selalu tergenang air pada musim hujan. Di
daerah bagian Selatan banjir kanal terdapat
perbukitan rendah dengan ketinggian antara 50
m sampai 75 m. Sungai-sungai yang ada di
wilayah DKI Jakarta antara lain : S. Grogol, S.
Krukut, S. Angke, S. Pasanggrahan dan S.
Sunter. (http://www.bkkbn.go.id).
2.3.4
Formasi Geologis dan Tanah
Seluruh dataran wilayah DKI Jakarta terdiri
dari endapan aluvial pada jaman Pleistocent
setebal ± 50 m. Bagian Selatan terdiri dari
lapisan aluvial yang memanjang dari Timur ke
Barat pada jarak 10 km sebelah Selatan pantai.
Di bawahnya terdapat lapisan endapan yang
lebih tua. Kekuatan tanah di wilayah DKI Jakarta
mengikuti pola yang sama dengan pencapaian
lapisan keras di wilayah bagian utara pada
kedalaman 10 m - 25 m. Makin ke Selatan
permukaan keras semakin dangkal yaitu antara
8 m - 15 m (http://www.bkkbn.go.id ).
2.3.5 Transportasi
Sektor transportasi merupakan aktivitas
yang sangat penting menggerakkan roda
perekonomian/aktivitas manusia di kota-kota
seluruh dunia. Walaupun bukan satu-satunya
penyumbang polusi pada pencemaran udara di
kota-kota besar, seharusnya dikendalikan sedini
mungkin. Sektor transportasi merupakan
penyumbang utama polusi pada pencemaran
kualitas udara untuk kota Jakarta. Transportasi
darat yang paling tinggi menyumbang polusi
adalah kendaraan bermotor.
Kendaraan bermotor mengemisikan gas
buang yang terdiri dari CO2 , CO, NO2 , H2 ,
hidrokarbon, dan SO2. makin tinggi kecepatan
kendaraan, emisi NO2 makin meningkat,
sementara emisi CO makin rendah ( Santosa, I
2005 ). Hubungan antara kecepatan dan emisi
NO2 dapat dilihat pada Gambar 4. Banyaknya
kendaraan di perkotaan menyebabkan gas SO2 ,
NO2 , CO merupakan gas diantara pencemar
udara yang sering dijumpai di daerah perkotaan.
Pencemar udara tersebut merupakan pencemar
primer yang berasal dari kendaraan bermotor
(Budirahardjo, 1991).
7
Gambar 1. Proses, Kandungan Kimia dari Sumber Emisi dan Hujan Asam
(Environmental Resources Limited, 1983)
Gambar 2. Proses Umum Siklus Nitrogen
Gambar 3. Proses Umum Siklus Sulfur.
8
Jakarta, sudah mencapai sekitar 3.500.000
kendaraan. dimana kendaraan bermotor di
Indonesia adalah 90 % buatan Jepang yang 70 %
beroperasi di Jakarta.Dengan jalan sepanjang
8.487 km pada tahun 1998 dan jumlah kendaraan
sebanyak 3.021.138 kendaraan, menyebabkan
tingkat kemacetan di jalan-jalan negara/protokol
semakin parah. Kemacetan yang semakin parah
ini tidak hanya menyebabkan kerugian sosial
ekonomi secara umum, tetapi juga menyebabkan
pemborosan bahan bakar yang pada gilirannya
meningkatkan polusi udara.
Gambar 4.
Hubungan
antara
kecepatan
kendaraan dan emisi NO2.
(Sumber : Dit LLAJR Ditjen
Hubdar, 1998 dalam Santosa, I
2005).
Menurut Adel (1995) dalam Santosa, I
(2005) jumlah pencemar udara yang diemisikan
di Jakarta dari sektor transportasi per tahun
sebanyak 373.662 ton CO, 15.388 ton NO2 dan
7.476 ton SO2 . Ternyata NO2 per tahun tersebut
telah melewati baku mutu udara ambien.
Pada
pencemar
SO2
keberadaan
konsentrasinya masih berada pada batas yang
belum mengkhawatirkan karena keadaan untuk
kota Jakarta yang lebih mempengaruhi adalah
kendaraan bermotor. Menurut penelitian LPM
ITB dan Bapedal Jakarta sumber terbesar untuk
NO2 berasal dari sektor transportasi sedangkan
untuk SO2 lebih besar dari sektor industri.
Tabel 2. Kontribusi Sektoral Emisi Pencemaran
Udara di DKI Jakarta Tahun
1991/1992
Polutan Industri Transportasi Sampah
CO
0.1%
98.8%
1%
HC
1.2%
88.9%
7.7%
NO2
15.9%
73.4%
1.1%
TSP
14.6%
47.9%
8.4%
SO2
62.7%
26.5%
0.2%
Sumber : Bapedal dan LPM ITB (1991/1992).
Menurut Hadi (1998), pencemar udara di
kota sebagian besar bersumber dari emisi
kendaraan bermotor yaitu 60 % sampai 70 %.
Hal tersebut terutama terjadi di kota-kota besar
seperti kota Jakarta.
Hasil pemantauan kualitas udara pada
tahun1994/1995 menurut Rax (1995/1996)
kandungan SO2 di tepi jalan raya berkisar dari
0.046 sampai 0.083 ppm, sementara NO2
berkisar dari 0.046 sampai 0.083 ppm. Untuk
SO2 masih di bawah baku mutu sedangkan NO2
telah berada di atas baku mutu (lihat lampiran 2).
Menurut laporan dari Dephub (2003), pada
tahun 2003 total jumlah kendaraan di DKI
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai Bulan
April sampai dengan Juni 2005.
Adapun tempat penelitian adalah di kantor
BPLHD (Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup)
Laboratorium Kualitas Udara DKI Jakarta.
3.2 Bahan dan Alat
1. Data Kualitas Udara Ambien (SO2 dan NO2 )
DKI Jakarta tahun 2003 pada empat belas titik
pengamatan di Jakarta (sumber : BPLHD
Jakarta)
2. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Udara DKI
Jakarta (sumber : BPLHD Jakarta)
3. Data Meteorologi (curah hujan) DKI Jakarta
tahun 2003 (sumber : BMG Kemayoran)
4. Peta Jalan dan Peta Dasar Propinsi DKI
Jakarta (sumber : Departemen Perhubungan
Jakarta)
Sedangkan untuk analisis data menggunakan alat
berupa :
• Microsoft Office dan Excel
• Software Arc View 3.1
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Studi Pustaka
Studi ini dilakukan untuk mencari bahanbahan yang berhubungan dengan kegiatan
penelitian, baik studi lapang
langsung ke
instansi maupun studi pustaka buku.
3.3.2
Metode Analisis Data
3.3.2.1 Distribusi Spasial dan Temporal
Konsentrasi SO2 dan NO2 .
Model ini menganalisis titik pengamatan
dalam suatu ruang ketetanggaan yang
menggambarkan kemiripan diantara titik-titik
tersebut. Model pembobotan ini adalah model
ruang lokal, maka teknik pencarian yang umum
digunakan adalah dengan menetapkan jumlah
titik yang ada yaitu 15 titik yang digunakan
Download