PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI SUMBANGAN KATEKESE BAGI WARGA KEBATINAN PANGESTU YANG BERAGAMA KATOLIK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh: Y. Bambang Haryanto NIM: 081124052 PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk yang tercinta Ayahku, Ibuku, Adikku, sahabatsahabatku di IPPAK angkatan 2008, saudaraku di paguyuban Kebatinan Pangestu Yogyakarta, saudaraku di lingkungan St. Damianus Demen dan Paroki Nanggulan. iv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI MOTTO ”Berbahagialah orang yang bertahan dalam percobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia”. (Yak 1: 12) v PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Sumbangan Katekese bagi Warga Kebatinan Pangestu Yang Beragama Katolik”. Judul tersebut dipilih berdasarkan kenyataan penulis selama bergabung menjadi warga Kebatinan Pangestu, menjumpai beberapa penghayatan iman Kebatinan Pangestu yang tidak sesuai dengan penghayatan iman Kristiani. Tradisi yang turun-temurun dari keluarga telah mengajarkan paham Kebatinan Pangestu walaupun identitas mereka beragama Katolik. Hal ini dapat memicu jarak dan bahkan persoalan Gereja terhadap budaya tempat Injil ditanam. Untuk itu saudara Katolik di Pangestu perlu semakin mempunyai pemahaman, pengetahuan yang mendalam dari iman Katolik. Penulis memahami bahwa Pangestu sama-sama mengajarkan kebaikan demi tercapainya Kerajaan Allah. Persoalan skripsi ini adalah bagaimana menemukan perjumpaan makna antara ajaran Pangestu dengan ajaran Kristiani Katolik, sehingga Pangestu dapat dihayati dalam rangka hidup rohani Kristiani Katolik. Suatu upaya perjumpaan yang akan melahirkan pemahaman baru yaitu melalui katekese yang diberikan bagi saudara Katolik di Pangestu. Dengan adanya katekese bagi paguyuban Pangestu diharapkan terjadi komunikasi iman antara Injil dan budaya setempat, antara iman Katolik dengan iman Pangestu, sehingga akan melahirkan pemahan baru bagi saudara Pangestu yang sesuai dengan hidup penghayatan rohani Kristiani Katolik. viii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ABSTRACT This study entitled “Catechism Contribution for Members of Kebatinan Pangestu who are Catholics”. This title was chosen based on the writer’ experience when affiliated the Kebatinan Pangestu. The writer found some of their faith are not in accordance with the Catholic faith. Their tradition inherited from their family has taught the teaching of Kebatinan Pangestu although they are Catholics. This problem has made them far away from the Catholic community, and even has made some problems with the culture where the Gospel has been proclaimed. Therefore they need to more understand the teaching of the Catholic Church. The writer understands well that Pangestu also teaches all good things as well as Catholic teaching. The problem of this study is how to find the meeting point between Pangestu and Catholics. So that Pangestu can be lived out in Catholic context. One of the effort is to give catechism to them. Regarding to that solution, Pangestu is expected to combine both of their religion and tradition, between Catholic and Pangestu faith. Its aim is to create new understanding of Pangestu people to accustom with Catholic gospel. ix PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Bapa, atas segala berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “SUMBANGAN KATEKESE BAGI WARGA KEBATINAN PANGESTU YANG BERAGAMA KATOLIK”. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pada program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa adanya dukungan, kerjasama dan bimbingan dari berbagai pihak. Dengan tulus hati pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Romo Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J., yang banyak memberi masukan dan mendampingi penulis dengan sabar selaku dosen utama dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Romo Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed selaku dosen pembimbing akademik, atas segala perhatian dan kebaikan hatinya untuk bersedia menjadi dosen kedua penguji skripsi ini. 3. Bapak Y.H. Bintang Nusantara, SFK., M.Hum, selaku dosen penguji ketiga yang juga selalu memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini. 4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang telah memberi ilmu dukungan kepada penulis selama belajar hingga penulisan skripsi ini. x PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv MOTTO ........................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................ vii ABSTRAK ....................................................................................................... viii ABSTRACT ..................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ..................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xviii BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5 C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 6 D. Metode Penulisan................................................................................. 6 E. Manfaat Penulisan ................................................................................ 7 F. Sistematika Penulisan ........................................................................... 7 BAB II. AJARAN KEBATINAN PANGESTU .............................................. 10 A. Kebatinan dan Aliran Pangestu ........................................................... 10 1. Kebatinan pada Umumnya ............................................................... 11 a. Pengertian Kebatinan ................................................................... 11 b. Mistik Kebatinan ......................................................................... 14 c. Ciri-ciri Kebatinan ....................................................................... 15 d. Penggolongan Kebatinan ............................................................. 18 2. Kebatinan Aliran Pangestu ............................................................... 19 B. Ajaran tentang Wahyu dan Iman dalam Kebatinan Pangestu .............. 20 1. Wahyu Sasangka Jati dalam Pangestu.............................................. 20 xii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. Iman dalam Pangestu ....................................................................... 21 C. Ajaran tentang Allah ............................................................................ 25 D. Ajaran Penciptaan ................................................................................ 27 1. Penjadian Empat Anasir sebagai Bahan Dasar Penciptaan .............. 28 2. Penciptaan Semesta Alam ................................................................ 28 3. Penciptaan Manusia .......................................................................... 29 E. Ajaran Keselamatan .............................................................................. 32 1. Keselamatan Sejati Kepada Tuhan ................................................... 33 2. Sarana untuk Mencapai Keselamatan............................................... 34 a. Keterbukaan kepada Suksma Sejati ............................................. 34 b. Mengatur Angan-Angan, Nafsu-Nafsu dan Perasaan-Perasaan .. 36 c. Bersatu Luluh dengan Suksma Sejati dan Suksma Kawekas ....... 38 F. Ajaran Penghayatan Pangestu dalam Kehidupan ................................. 39 1. Distansi ............................................................................................. 39 a. Rilo ............................................................................................... 40 b. Narimo ......................................................................................... 40 c. Sabar ............................................................................................ 41 2. Konsentrasi ....................................................................................... 42 a. Tapa ............................................................................................. 42 b. Pamudaran .................................................................................. 43 3. Representasi ..................................................................................... 44 G. Ajaran Akhir Zaman ............................................................................ 44 1. Kiamat Dunia Kecil .......................................................................... 45 2. Kelahiran Kembali (Reinkarnasi) ..................................................... 45 3. Kiamat Dunia Besar ......................................................................... 46 H. Rangkuman Ajaran Kebatinan Pangestu .............................................. 47 BAB III. AJARAN TENTANG IMAN KATOLIK ....................................... 51 A. Ajaran Tentang Wahyu dan Iman dalam Kristiani .............................. 51 1. Paham Wahyu Kristiani ................................................................... 52 a. Pengertian Wahyu Kristiani ......................................................... 52 b. Yesus Kristus adalah Wahyu Allah ............................................. 53 xiii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. Paham Iman Kristiani ...................................................................... 54 a. Paham Iman menurut Alkitab ...................................................... 54 b. Paham Iman menurut Magisterium Gereja .................................. 56 3. Terbentuknya Gereja Berkat Perwahyuan Roh Kudus Oleh Kristus Yang Mulia ........................................................................ 57 4. Pedoman Iman Kristiani sebagai Penjamin Wahyu Allah ............... 58 a. Tradisi .......................................................................................... 58 b. Kitab Suci .................................................................................... 59 c. Ajaran Magisterium ..................................................................... 59 B. Ajaran Tentang Allah ........................................................................... 60 1. Paham Allah dalam Perjanjian Lama ............................................... 60 2. Paham Allah dalam Perjanjian Baru ................................................ 61 3. Allah Tritunggal dalam Umat Kristiani ........................................... 63 C. Ajaran Tentang Penciptaan .................................................................. 65 1. Penciptaan dalam Kitab Suci............................................................ 65 2. Tujuan Penciptaan ............................................................................ 66 3. Hakekat Manusia .............................................................................. 67 D. Ajaran Tentang Keselamatan ............................................................... 68 1. Paham Keselamatan dalam Perjanjian Lama ................................... 69 2. Paham Keselamatan dalam Perjanjian Baru ..................................... 70 3. Dosa Sebagai Penghalang Keselamatan ........................................... 71 4. Penebuasan Sebagai Pemulihan Keselamatan .................................. 72 5. Keselamatan Pada Masa Kini ........................................................... 74 6. Keselamatan Mencapai Kepenuhannya pada Akhir Zaman ............ 74 E. Ajaran Penghayatan Iman Katolik dalam Kehidupan .......................... 75 1. Dasar Penghayatan Iman Katolik ada di dalam Yesus Kristus ........ 75 a. Sabda dan Karya dalam kehidupan Yesus sebagai dasar ajaran .. 75 1). Ajaran Dasar dari Yesus ........................................................ 76 2). Ajaran Perumpamaan dari Yesus .......................................... 77 3). Mujizat Yesus ........................................................................ 78 b. Sengsara, Wafat Yesus sebagai Teladan Orang Kristiani ........... 78 xiv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. Sikap Penghayatan Ajaran Iman Kristiani dalam Kehidupan Nyata 79 a. Cinta Kasih kepada Sesama ......................................................... 79 b. Ketabahan sebagai Ketaatan Iman ............................................... 80 c. Hidup dalam Penuh Pengharapan ................................................ 81 F. Ajaran Akhir Zaman ............................................................................. 82 1. Kematian .......................................................................................... 82 2. Surga................................................................................................. 83 3. Neraka .............................................................................................. 84 4. Api Pencucian .................................................................................. 84 5. Penghakiman Terakhir ..................................................................... 85 6. Harapan akan Langit Baru dan Bumi Yang Baru ............................ 86 G. Rangkuman Ajaran Kristiani Katolik .................................................. 86 BAB IV. PERJUMPAAN ANTARA AJARAN KEBATINAN PANGESTU DENGAN AJARAN IMAN KRISTIANI MELALUI SUMBANGAN KATEKESE ......................................................... 90 A. Menemukan titik temu ajaran kebatinan dengan ajaran Kristiani ........ 90 1. Pandangan Gereja Terhadap Ajaran Non Kristiani Menurut Konsili Vatikan II ............................................................................ 90 a. Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis mengenai Gereja............. 91 b. Nostra Aetate, Deklarasi Mengenai Hubungan Gereja Dengan Agama Non Kristiani .................................................................. 91 c. Ad Gentes, Dekrit Tentang Kegiatan Misionaris Gereja ............. 92 d. Gaudium Et Spes, Konstitusi Pastoral Mengenai Gereja dalam Dunia Modern ............................................................................. 93 2. Perbandingan Ajaran Kebatinan Pangestu Dengan Ajaran Kristiani ........................................................................................... 95 a. Ajaran Wahyu dan Iman .............................................................. 95 b. Ajaran tentang Tuhan .................................................................. 96 c. Ajaran Penciptaan ........................................................................ 97 d. Keselamatan Manusia .................................................................. 98 e. Ajaran Penghayatan Iman dalam Kehidupan Nyata .................... 100 f. Ajaran Akhir Zaman..................................................................... 101 xv PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3. Pemahaman Kebatinan Pangestu Dalam Rangka Hidup Rohani Kristiani ........................................................................................... 102 a. Pemahaman Manunggaling Kawula Gusti .................................. 103 b. Pemahaman Tentang Gustining Jagad Cilik dan Gustining Jagad Gedhe .............................................................................. 104 c. Pemahaman Tentang Sang Guru Sejati ....................................... 105 d. Pertobatan Syarat Bersatu dengan Sang Guru Sejati ................... 106 e. Hidup Selalu Berwawan-Sabda dengan Sang Guru Sejati .......... 107 B. Sumbangan Program Katekese Dalam Paguyuban Kebatinan Pangestu sebagai wujud Perjumpaan Iman Kristiani dengan Iman Kebatinan Pangestu .............................................................................. 108 1. Usaha Berkatekese ........................................................................... 108 a. Pengertian Katekese .................................................................... 108 b. Tujuan Katekese .......................................................................... 109 c. Isi Katekese.................................................................................. 111 d. Unsur-unsur dalam Katekese....................................................... 112 1). Pengalaman Hidup Peserta .................................................... 112 2). Komunikasi Iman dalam Kitab Suci ..................................... 113 3). Komunikasi dengan Tradisi Kristiani.................................... 113 4). Arah Keterlibatan Baru ......................................................... 114 e. Pemilihan Model Pengalaman Hidup sebagai Model Katekese .. 114 2. Sumbangan Program Katekese Bagi Warga Kebatinan Pangestu ... 117 a. Latar Belakang Penyusunan Program .......................................... 118 b. Tujuan Program ........................................................................... 119 c. Usulan-Usulan Tema Katekese ................................................... 120 d. Matrik Program Katekese ............................................................ 122 3. Contoh Persiapan Katekese .............................................................. 124 BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 137 A. Kesimpulan ......................................................................................... 137 B. Saran .................................................................................................... 141 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 142 LAMPIRAN ..................................................................................................... 145 xvi PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran 1: Gambar Lambang Pangestu.................................................. (1) Lampiran 2: teks lagu “Dalam Yesus” ...................................................... (2) Lampiran 3: teks lagu “Seperti Rusa Rindu Sungai-Mu” ......................... (3) xvii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI DAFTAR SINGKATAN A. SINGKATAN KITAB SUCI KS : Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan yang terdapat dalam daftar singkatan Alkitab Deuterokanonika (1995) terbitan Lembaga Alkitab Indonesia. B. SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA AG : Ad Gentes, Dekrit Tentang Kegiatan Misionaris Gereja, 7 Desember 1965. CT : Catechese Trandendae, Ajaran Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979. DCG : Directorium Catechisthicum General, Direktorium Kateketik Umum yang dikeluarkan oleh Kongregasi Suci para Klerus, 11 April 1971. DV : Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi, 18 nopember 1965. GS : Gaudium Et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja Dewasa Ini, 7 Desember 1965. LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964. NA : Nostra Aetate, Deklarasi Mengenai Hubungan Gereja Dengan Agama Non Kristiani, 28 Oktober 1965. xviii PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI C. SINGKATAN LAIN Art : Artikel Bdk : Bandingkan KWI : Konferensi Waligereja Indonesia KKGK : Kopendium Katekismus Gereja Katolik No : Nomor PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia xix PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam suatu kisah mitologi Jawa, dikisahkan dalam cerita Mahabharata, suatu gambaran kehidupan. Gambaran kehidupan itu dapat dilihat sebagai peperangan antara kuasa-kuasa keteraturan dan kuasa-kuasa kekacauan. Gambaran Pandawa adalah Lima orang bersaudara yang berjuang menegakkan kesalehan, keadilan, sikap tanpa pamrih. Sedangkan Kurawa adalah gambaran keangkuhan, kesombongan, keserakahan, hawa nafsu dan pengagungan diri. Bila Kurawa berkuasa maka kehidupan di dunia ini akan tidak teratur dan adil. Dalam perang Bharata Yudha, Kurawa akan dilawan oleh Pandawa, bila Pandawa menang maka kehidupan di bumi ditandai oleh suasana tentram, adil makmur dan harmonis. Perang terakhir dan besar-besaran dengan Pandawa mengalahkan Kurawa, maka keteraturan mengalahkan kekacauan (Mulder, 1983: 14). Dalam mistik Jawa dikenal model jagad gedhe (kosmos) yaitu alam semesta dan jagad cilik (mikrokosmos) yaitu manusia. Sedangkan kuasa-kuasa kekacauan dilambangkan oleh segi lahir (segi luar badani) yang mengikat manusia kepada dunia. Sementara segi batin menghubungkan dengan makna terdalam dari alam semesta, moralitas dan keteraturan. Dalam upaya-upaya mistiknya, manusia harus dapat mengatasi segi badani itu, seperti emosi, naluri dan nafsu keduniaannya, agar batin manusia dapat bersatu kembali dengan asal muasal kehidupan serta mengalami kemanunggalan dengan Sang Pencipta. Keteraturan 1 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI adalah segi batin yang harus ditegakkan. Keteraturan berarti pernyataan rasa keselarasan dan keserasian dengan tujuan alam semesta (kosmos), dan dalam arti terdalam terjadi kemanunggalan, kesatuan, persatuan dari segala-galanya, pencipta dengan yang diciptakan, kawula dengan Gusti, sangkan-paran (asal dan semua tujuan diciptakan). Dalam hal ini mistik Jawa dikenal dengan nama Kebatinan, prinsip kesatuan terdalam ini adalah Tuhan, Sang Hyang Kawekas, Yang Maha Kuasa dan Yang Maha Esa. Kesatuan terdalam dengan Tuhan merupakan kewajiban moral dan tujuan pokok dari paraktek Kebatinan. Praktek Kebatinan bertujuan tercapainya tatanan dan keteraturan alam semesta (kosmos). Kebatinan pada umumnya menunjuk kepada segala usaha dan gerakan untuk memberdayakan batin manusia. Manusia adalah makluk lahir-batin, merupakan cita-cita manusia bila terjadi keseimbangan antara daya batin dan daya lahir. Akan tetapi di dunia moderen yang serba canggih ini, manusia cenderung mencari akan hal lahir, akan sensasi dan emosi, akan pangkat dan kehormatan. Hal semacam ini seringkali mengancam nilai-nilai batin dari manusia. Ajaran Kebatinan adalah pernyataan Allah yang hadir dalam hati manusia dengan pencapaian ketenangan dan ketentraman hidup. Disana terdapat kenyataan yang mutlak, bahwa setiap manusia akan mengarahkan dirinya kepada Sang Pencipta. Awal mula gerakan Kebatinan merupakan tanda protes dan kritik terhadap zaman, sebagai jawaban atas berbagai hal seperti: kekhawatiran jangan-jangan dilanda arus asing yang mengindahkan nilai keaslian, intelektualisme dilawan dengan perasaan, materialisme dilawan dengan kerohanian. Suatu gejala yang menarik diawal Indonesia ini merdeka ialah tumbuhnya aliran-aliran Kebatinan dalam 2 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI jumlah yang besar, terutama di pulau Jawa. Sejak tahun 1945 ratusan aliran Kebatinan telah lahir, dengan memakai bermacam-macam nama serta membawa ciri khas masing-masing (Rahmat, 1973: 125). Ajaran Kebatinan merupakan warisan leluhur di tanah Indonesia ini sebelum masuknya agama Kristen, Islam, Hindu, Budha. Kebatinan memberikan kontribusi bagi kehidupan hingga sekarang dalam menata hidup, sebagai perantara komunikasi manusia kepada yang transenden yaitu Allah Sang Pencipta. Sebagaimana diungkapkan oleh Mertodipuro (1967: 13). Kebatinan adalah cara ala Indonesia mendapatkan kebahagiaan. Di Indonesia, Kebatinan, apapun namanya: tassawuf, ilmu kesempurnaan, teosofi, dan mistik adalah gejala umum. Kebatinan memperkembangkan inner reality, kenyataan rohani. Maka itulah selama bangsa Indonesia tetap berwujud Indonesia, beridentitas asli, maka Kebatinan akan tetap di Indonesia, baik didalam agama atau di luarnya. Kebatinan seringkali dianggap intisari “kejawen”, gaya hidup orang Jawa adalah Kebatinan (Suwarno, 2005: 79). Dari berbagai aliran Kebatinan yang terdapat di Indonesia, ada lima aliran Kebatinan yang dipandang sebagai mewakili segala aliran yang ada. Aliran Kebatinan itu adalah: Paguyuban Sumarah, Paguyuban Sapta Darma, Paguyuban Bratakesawa, Paguyuban Paryosurodipuro, dan Paguyuban Pangestu. Penulis membatasi dalam satu aliran saja, yaitu aliran Kebatinan Pangestu. Sikap hidup orang Jawa kejawen telah banyak diaktualisasikan di dalam aliran Kebatinan dan sastra jawa. Aliran Pangestu dipandang ada pengaruhnya di antara orang-orang Jawa kejawen. Sebab Pangestu bertalian erat dengan kebudayaan spritualitas jawa. 3 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Pangestu dipandang mencerminkan salah satu sikap hidup orang Jawa (Iman, 2005: 64). Pangestu singkatan dari Paguyuban Ngesti Tunggal yang artinya “persatuan untuk dapat bertunggal”. Raden Soenarto Mertowardojo merupakan tokoh yang tidak terlepas dari sejarah kelahiran dan perkembangan aliran Pangestu. Secara umum R. Soenarto dapat disebut sebagai pendiri Kebatinan Pangestu. Pangestu didirikan pada tanggal 20 Mei 1949 di Surakarta. Pangestu bertujuan dan bercita-cita hidup bertunggal dengan semua golongan dengan tidak membeda-bedakan jenis bangsa, derajat dan agama. Penegasan pengajaran terdapat dalam buku “Sasangka Jati” (Jiwa Sejati). Pangestu tidak mengajarkan hal yang aneh-aneh seperti ilmu ramal meramal, ilmu sihir, ilmu arwah, klenik dan sebagainya. Aliran Kebatinan Pangestu lebih kekancah bimbingan dan pengolahan jiwa (Solarso, 1987: 32). D.I.Yogyakarta menurut data Paguyuban Pangestu periode tahun 2010-2015 ada enam cabang paguyuban yang tersebar masing-masing di Wates Kulon Progo, Bantul, Sleman dan kota Yogyakarta. Penulis memberi perhatian dalam hal ini, karena selama penulis bergabung menjadi warga Kebatinan Pangestu, menjumpai beberapa penghayatan iman Kebatinan Pangestu yang tidak sesuai dengan penghayatan iman Kristiani. Tradisi yang turun temurun dari keluarga telah mengajarkan paham Kebatinan Pangestu walaupun identitas mereka beragama Katolik. Hal ini merupakan persoalan Gereja terhadap budaya tempat Injil ditanam. Untuk itu saudara Katolik di Pangestu perlu semakin mempunyai pemahaman, pengetahuan yang mendalam dari iman Katolik. Harapan warga Pangestu yang beragama Katolik tidak menyimpang dari 4 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ajaran iman Kristiani. Pemahaman dan pemaknaan ajaran Pangestu haruslah dalam terang iman Kristiani. Seberapa besarkah ajaran Kebatinan Pangestu berperan dalam kehidupan ini? Bagaimana perjumpaan kedua ajaran tersebut? Bagaimanakah pemahaman Kebatinan Pangestu agar dapat dihayati dalam rangka hidup rohani Kristiani Katolik? Bagaimana proses berkatekese yang sesuai bagi warga Kebatinan Pangestu? Bersama pemikiran-pemikiran dari para tokoh-tokoh Kristiani dan pemikiran dalam ajaran Kebatinan Pangestu, penulis akan mengajak untuk memahami dan memaknai Kebatinan Pangestu dalam terang ajaran Kristiani. Penulis akan mengajak menemukan perjumpaan dan titik temu makna yang tepat atas ajaran Kebatinan Pangestu dalam rangka hidup rohani Kristiani dengan menyumbangkan katekese yang tepat bagi warga Kebatinan Pangestu yang beragama Katolik. Untuk itu penulis memberi judul karya tulis ini sebagai berikut: “Sumbangan Katekese Bagi Warga Kebatinan Pangestu Yang Beragama Katolik” B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah-masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah ajaran Kebatinan Pangestu. 2. Bagaimanakah ajaran Kristiani. 5 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 3. Bagaimanakah pemahaman Kebatinan Pangestu agar dapat dihayati dalam rangka hidup rohani Kristiani Katolik. 4. Bagaimanakah pelaksanaan katekese yang sesuai dalam warga Kebatinan Pangestu. C. TUJUAN PENULISAN Tujuan penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut: 1. Memaparkan serta memahami ajaranKebatinanPangestu. 2. Memaparkan ajaran kristiani. 3. Menemukan pemahaman Kebatinan Pangestu dalam rangka hidup rohani Kristiani Katolik. 4. Mewujudkan katekese bagi warga Kebatinan Pangestu yang beragama katolik agar memaknai ajaran sesuai dengan terang Kristiani. D. METODE PENULISAN Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif, dengan memanfaatkan studi pustaka yang didalamnya memaparkan dan menguraikan tentang ajaran Kebatinan Pangestu, ajaran iman Kristiani, serta menemukan perjumpaan dan memaknai ajaran Kebatinan Pangestu dalam terang ajaran Kristiani dalam rangka hidup rohani Katolik. Serta menemukan tema-tema katekese yang sesuai dengan warga Kebatinan Pangestu yang beragama Katolik. 6 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI E. MANFAAT PENULISAN Manfaat penyusunan skripsi ini secara lebih rinci dapat penulis uraikan sebagai berikut: 1. Dapat lebih memperluas serta memperdalam wawasan pengetahuan tentang ajaran Kebatinan. Ajaran Kebatinan adalah sebuah kebudayaan warisan leluhur bangsa Indonesia yang patut kita gali dengan lebih dalam dengan menemukan nilai-nilai kearifan lokalnya akan membantu bangsa ini dalam mencari iman kepada Tuhan. 2. Menemukan makna dan titik temu ajaran Kebatinan Pangestu dalam rangka penghayatan hidup rohani Kristiani Katolik. 3. Menemukan sebuah katekese yang tepat bagi penganut Kebatinan Pangestu yang beragama Katolik, sehingga iman umat Katolik yang tergabung dalam Kebatinan Pangestu tetap berpegang dalam terang ajaran iman Kristiani. F. SISTIMATIKA PENULISAN Skripsi ini mengambil judul “Sumbangan Katekese Bagi Warga Kebatinan Pangestu Yang Beragama Katolik” skripsi ini akan diuraikan dalam 5 bab: Bab I. PENDAHULUAN Bab ini berisikan pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan. 7 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB II. AJARAN KEBATINAN PANGESTU Bab ini menjelaskan ajaran Kebatinan pada umumnya, pada bagian ini dimaksudkan membantu memahami awal ajaran Kebatinan kemudian mendalami salah satu aliran Kebatinan yaitu aliran Kebatinan Pangestu. Dalam aliran Pangestu akan dipaparkan ajaran-ajaran pokok seperti: ajaran wahyu dan iman, ajaran tentang Allah, ajaran tentang penciptaan, ajaran keselamatan, ajaran penghayatan Pangestu dalam hidup nyata dan yang terakhir ajaran tentang akhir zaman. BAB III. AJARAN IMAN KRISTIANI Bab ini menjelaskan tentang pemaparan ajaran dalam Kristiani Katolik, bagian ini akan menghantar kita lebih lanjut tentang pemahaman ajaran Kristiani Katolik. Pada bagian pertama pembahasan, akan dipaparkan wahyu dan iman Kristiani, Ajaran penciptaan dalam Kristiani, keselamatan, sikap Kristiani dalam penghayatan hidup nyata dan ajaran akhir zaman. BAB IV. PERJUMPAAN ANTARA AJARAN KEBATINAN PANGESTU DENGAN AJARAN IMAN KRISTIANI MELALUI SUMBANGAN KATEKESE Dalam bab ini akan dipaparkan pandangan kristiani tentang Kebatinan dan menemukan titik temu dalam kedua ajaran. Dalam bab ini dialog kedua pihak antara iman Kristiani dengan KebatinanPangestu akan menemukan makna yang baru dalam rangka penghayatan hidup rohani kristiani. Sumbangan katekese 8 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI dalam Kebatinan Pangestu diharapkan mampu meneguhkan iman Kristiani dan memberikan penerangan iman Kristiani, pemahaman baru bagi warga Pangestu yang beragama Katolik. BAB V. PENUTUP Dalam penutup ini memuat kesimpulan dan saran dari penulis skripsi dalam mempelajari, memaknai dan mendalami perjumpaan ajaran Kristiani dengan ajaran Kebatinan Pangestu demi perkembangan umat Katolik. 9 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB II AJARAN KEBATINAN PANGESTU Bagian ini menyajikan bagaimana ajaran iman dalam Kebatinan Pangestu. Menurut Harun Hadiwijono (1970: 9) Pangestu adalah aliran Kebatinan yang pandangannya dipengaruhi oleh ajaran Kristiani. Bagian pertama bab ini akan menjelaskan arti Kebatinan, mistik Kebatinan, ciri-ciri Kebatinan pada umumnya dan secara khusus akan dikenalkan dengan Kebatinan aliran Pangestu. Kemudian bagian selanjutnya akan disajikan ajaran-ajaran pokok dalam Kebatinan aliran Pangestu, seperti: ajaran wahyu dan iman, ajaran tentang Allah, ajaran tentang penciptaan, ajaran keselamatan, ajaran penghayatan Pangestu dalam hidup nyata dan yang terakhir ajaran tentang akhir zaman. A. Kebatinan dan Aliran Pangestu Dalam bagian ini penulis akan memaparkan pandangan pengetahuan umum tentang Kebatinan. Karena tidak semua paguyuban-paguyuban dalam Kebatinan bisa dikatakan sebagai sebuah paguyuban Kebatinan yang sebenannya. Maka dari itu akan dibahas pengertian Kebatinan, ciri-ciri dalam Kebatinan, dan penggolongan dalam Kebatinan. Kemudian bagian kedua akan dibahas tentang Kebatinan aliran Pangestu. 10 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1. Kebatinan pada Umumnya Sebelum masuk kedalam aliran Kebatinan sendiri, perlu dibahas pengetahuan umum yang terdapat dalam Kebatinan. Dengan demikian pengertian tentang Kebatinan akan menjadi jelas dan tidak akan di salah artikan dengan halhal yang negatif. a. Pengertian Kebatinan Dalam jiwa manusia ada kecenderungan kerinduan akan Tuhan, dari dalam diri manusia timbullah pertanyaan mengenai Tuhan. Pertanyaan asasi dalam setiap manusia itu mencapai jawabannya bukan dari diri manusia sendiri, melainkan mendengarkan dari Tuhan yang mewahyukan Diri. Disinilah peranan batin manusia sangat diandalkan dalam merasakan wahyu dari Tuhan. Kata Kebatinan akar katanya batin, berasal dari lafaz bahasa Arab, artinya yang di dalam hati, yang tersembunyi dan misterius. Batin dipakai untuk menunjukkan sifat, dengan sifat batin itu manusia merasa dirinya lepas dari segala yang semu. Batin juga dipergunakan sebagai sifat keunggulan terhadap perbuatan lahir (Suwarno, 2005: 84). Kebatinan ialah suatu ilmu yang menuju ke arah penjelasan tugas hidup dengan sebaik-baiknya, menuju kepada kesempurnaan. Kebatinan adalah ilmu kesempurnaan yang mengajarkan bagaimana caranya. Batin adalah keadaan yang abstrak, tidak nyata, yang tidak ditangkap dengan panca indra (Sarwedi, 1965:9). Kita bertolak dari definisi Kebatinan seperti yang dirumuskan pada konggres Kebatinan II (1956), sebagai berikut: “Kebatinan adalah sumber asas dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, untuk mencapai budi luhur, guna mencapai 11 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI kesempurnaan hidup”. Konsep yang hampir sama dalam definisi Kebatinan lainya disampaikan oleh tokoh Kebatinan Soesilo sebagai berikut:“Kebatinan adalah bentuk usaha untuk mewujudkan dan menghayati nilai dan kenyataan rohani dalam diri manusia serta alamnya dan membawa orang kepada penemuan kenyataan hidup sejati serta pencapaian budi luhur dan kesempurnaan hidup” (Rahmat, 1973:188). Kebatinan menegaskan bahwa satu-satunya sumber untuk pengakuan Tuhan adalah pengalaman batin manusia sendiri. Kebatinan sebagai pangkal perkembangan manusia, berasaskan budi luhur dan kesempurnaan hidup. Praktek Kebatinan adalah usaha untuk berkomunikasi dengan realitas asali. Sebagai cabang pengetahuan, Kebatinan mempelajari tempat manusia dalam dunia kosmos. Itu didasarkan atas adanya kesatuan yang hakiki diantara segala yang ada di semesta alam ini. Kebatinan melihat eksistensi manusia dalam susunan kosmologis, membuat hidup ini menjadi pengalaman religius dan berpartisipasi dalam kemanunggalan kehidupan (Mulder, 1983: 22). Paham dasar Kebatinan mengatakan bahwa manusia terdiri dari sifat lahir dan sifat batin, kedua aspek ini saling berhubungan. Setiap yang ada berkewajiban moral untuk menciptakan harmoni antara aspek-aspek lahir dan aspek-aspek batin dari hidup ini. Dalam arti yang batin mengendalikan/menguasai yang lahir, dengan demikian hidup di dunia akan menjadi harmonis dan terkoordinasi dengan prinsip kesatuan asali kehidupan. Karena alasan ini masyarakat diatur agar dapat seimbang melalui tatakrama yang mengatur tingkah laku interpersonal, adat mengatur tingkah laku komunal, upacara agama dan praktek mistik mengatur 12 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI hubungan formal antar masyarakat dengan alam adiduniawi. Sedangkan naluri dan emosi manusia diatur oleh aturan moral yang dikenakan atas tingkah laku perorangan yang menekankan narimo, sabar, waspada-eling, andapasor dan prasaja. Semuanya itu penting bagi keseimbangan manusia dan bagi mempertahankan keseimbangan dengan Ada atau Hidup. Barang siapa yang hidup harmonis dengan alam, dan masyarkat dengan sendirinya ia harmonis dengan Kehidupan. Pelanggaran atas harmoni itu, gangguan atas tatanan dianggap merupakan kesalahan dan hakekatnya merupakan dosa (Mulder, 1983: 23). Jalan yang dilalui orang Jawa menyelami realitas asali/kehidupan adalah dengan rasa yang peka dan terlatih (rasa batin yang intuitif). Hakekat realitas ditangkap oleh rasa dan dibeberkan dalam batin yang tenang. Dengan mengatasi rintangan dan memelihara keharmonisan manusia akan sungguh-sungguh dapat memahami langsung tentang rahasia kehidupan. Praktek Kebatinan adalah usaha perseorangan yang ingin manunggal kembali dengan asal usulnya, berniat mengalami tersingkapnya rahasia kehidupan atau membebaskan dari ikatan-ikatan duniawi. Aliran Kebatinan mempunyai “Ajaran” sendiri yang disebut piwulang, wewarah atau tuntunan. Ajaran itu berasal dari penerangan batin sang guru atau panuntun yang menjadi pendiri atau pendasar aliran itu. Tidak hanya guru atau panuntun yang dapat mengalami terang batin, tetapi juga setiap warga atau murid, tentu saja pada tahap permulaan dengan bimbingan guru atau panuntun dapat mengalaminya sesuai dengan usaha dan anugrah Tuhan. Dalam hal ini disebut “Tuhan” sebagai pemberi terang batin entah secara “langsung”, entah lewat 13 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI “perantara”. “terang batin” itu disebut dengan aneka nama: ilham, pituduh, wangsit, wedharan, wahyu (Banawiratma, 1986: 63). Ajaran dalam Kebatinan sering disebut ngelmu atau ngelmu batin, yang dibedakan kawruh atau ngelmu lahir. Ngelmu batin adalah pengetahuan yang berasal dari penerangan batin dan harus dipahami terutama dengan jalan olah rasa, yang biasanya juga disertai laku (tapa, mati raga). Yang terpenting bagi para penganut Kebatinan bukanlah bentuk dan rumusan “ajaran”, melainkan penghayatan batin akan isi ajaran itu, yang diusahakan dialami dan dilaksanakan dalam kehidupan pribadinya. Kebatinan bertujuan mencari kebenaran, maka kebenaran dimengerti sebagai kasunyatan “kebenaran ” yang dihayati dialami, dilaksanakan dan terbukti dalam kehidupan. Kebenaran macam inilah yang menjadi pokok pembicaraan dalam sarasehan, bawa rasa (semacam sharring) bila para warga Kebatinan berkumpul, entah dalam pertemuan organisasi, entah dalam pertemuan pribadi antara murid dan guru ataupun sesama murid (Banawiratma, 1986: 63). b. Mistik Kebatinan Segala sesuatu yang hidup adalah satu dan tunggal. Manusia dipandang sebagai percikan dari zat hidup yang meliputi segala sesuatu, manusia mempunyai dua segi lahir dan batin. Melalui segi batin, manusia dapat mencapai persatuan dengan Zat Hidup. Untuk mencapai kesatuan dengan zat hidup, manusia harus mengatasi segi-segi badaniah. Kebatinan merupakan mistik murni yang membuka pengetahuan dan pengalaman individual langsung dengan Tuhan. Oleh karena itu 14 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI pada dasarnya Kebatinan itu mistik. Konsep mistik dalam aliran Kebatinan, sebagaimana halnya mistisisme agama, intinya menekankan hubungan langsung antara manusia dengan Tuhan, manusia sebagai pihak yang aktif berupaya untuk dekat dengan Tuhan, bahkan bersatu dengan Tuhan, yang sering disebut dengan Manunggaling Kawula Gusti (Suwarno, 2005: 88). c. Ciri-ciri Kebatinan Dalam Kebatinan ada sifat dan ciri yang khas. Pada umumnya sifat-sifat itu terdapat pada segala jenis aliran Kebatinan, meskipun tidak semua unsur sama. Sebagai nilai, sebuah sifat dianggap hanya terdapat dalam lingkungan Kebatinan sendiri. Bersama-sama akan dibahas sifat-sifat atau ciri-ciri dari Kebatinan yang sebagai berikut: 1) Sifat pertama “Batin” Kata batin mempunyai arti di dalam diri manusia. Kata tersebut berasal dari kata arab, mempunyai arti: perut, rasa mendalam, tersembunyi rohani, asasi. Dalam ilmu jiwa, batin dipergunakan sebagai sifat keunggulan terhadap perbuatan lahiriah, peraturan dan hukum yang dilahirkan dari luar oleh pendapat umum. Penilaian duniawi seringkali mementingkan kedudukan dan peranan manusia yang tidak sebenarnya: gelar, pangkat, harta benda, kekuasaan. Dari semua itu diremehkan oleh orang Kebatinan, ia berusaha menembus dinding alam pancaindra untuk bersemayam pada asas terlahir dari kepribadiannya: yaitu Roh (Rahmat, 1973: 126). 15 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2) Sifat kedua “Rasa” Rasa adalah pengalaman rohani yang bersifat subjektif. Sifat “Rasa” tersebut merupakan reaksi terhadap gejala modernisasi yang mau menekankan otak sebagai pengganti hati dan akal sebagai pengganti rasa, kegiatan lahiriah sebagai pengganti pengalaman batin. Melawan itu diadakan latihan-latihan yang menyiapkan manusia untuk menerima wahyu sendiri, mendengar suara didalam hati, melukiskan hal yang membuat rasa tenteram dan puas (Rahmat, 1973: 129). 3) Sifat ketiga “Asli” Sifat keaslian merupakan ciri khas Kebatinan. Sifat “asli” dalam ilmu Kebatinan merupakan reaksi terhadap gejala keterasingan manusia dalam dirinya sendiri. Gerakan Kebatinan timbul sebagai gerakan yang mau memperkembangkan kepribadian “asli”. Sifat asli ini juga merupakan reaksi terhadap gejala yang cenderung mengabaikan keaslian budaya daerah. Dan lingkungan universal “asli” merupakan reaksi terhadap gejala internalisasi kebudayaan. Kebatinan di Indonesia mau menekankan dan mempertahankan gaya hidup dan kesopanan Timur (Adimassana, 1986:13). 4) Sifat keempat “hubungan erat antar anggota” Sifat hubungan erat antar warga yaitu mempererat dan mempersatukan mereka yang tergabung dalam suatu aliran Kebatinan adalah kesamaan pandangan hidup diantara mereka. Kesamaan tersebut di peroleh melalui “Jumbuhing Kawula Gusti”, yaitu kesatuan tiap-tiap anggota dengan Dia yang disembah, kepada jiwa perorangan melebur diri. Dengan demikian Kebatinan menyediakan pemenuhan 16 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI bagi kebutuhan untuk bersatu sama lain. Masyarakat yang terbentuk adalah masyarakat yang berpola gotong royong dan kekeluargaan (Rahmat, 1973: 136). 5) Sifat kelima “akhlak sosial” Dalam situasi sosial masyarakat kita kita banyak mendengar berita tentang krisis sosial, kemrosotan akhlak, kerusuhan dimana-mana, kasus korupsi yang merajalela. Bisa dikatakan bahwa dalam kaidah moral, masyarakat dewasa ini tidak mengenakan tubuh “Kebatinan”. Oleh sebab itu agar manusia kembali pada langkah kesusilaan asli dengan semboyan jawa “budi luhur dan sepi ing pamrih”. Dengan ungkapan lebih positif dikatakan bahwa “membangun masyarakat ialah membangun diri sendiri, dan membangun diri sendiri adalah membangun masyarakat”. Kesadaran semacam itu disebut sebagai “rasa bersatu” dengan masyarakat. Jadi dalam masyarakat tidak ada rasa individualistis, sehingga yang ada adalah “rasa sama”, rasa bersatu dengan masyarakat bisa tercapai bila tiaptiap individu mempunayai “rasa sama”. Rasa sama itu menimbulkan rasa enak dalam gerak hidup sosial manusia (Adimassana, 1986: 39). 6) Sifat keenam “gaib” Kebatinan memiliki kekuatan yang dihasilkan dari alam dan memberikan gabungan aura positif terhadap orang yang mengalaminya. Maka didalam Kebatinan umumnya terdapat kepercayaan pada daya-daya “gaib” yang suprarasional. Daya gaib itu ada dua macam, yaitu magi hitam dan magi putih. Menurut Wangsanegoro, Kebatinan tidak termasuk sebagai magi hitam, karena Kebatinan tidak menggunakan “klenik”. Yang dimaksud klenik adalah adanya praktek-praktek sesat yang dijiwai oleh nafsu setan. Ciri-ciri gejala “klenik” 17 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI adalah adanya praktek-praktek yang melanggar norma-norma agama, Kebatinan, kerohanian, kejiwaan, norma susila dan hukum (Adimassana, 1973: 14). d. Penggolongan Kebatinan Dalam perkembangan lebih lanjut, menurut Adimassana (1986: 22-23), aliran-aliran Kebatinan memperkenalkan dengan nama “kepercayaan”. Dalam nama tersebut badan konggres Kebatinan Indonesia merumuskan tiga unsur, yaitu: Kebatinan, kejiwaan, dan kerohanian. Kebatinan mengandaikan adanya ruang hidup dalam diri manusia yang bersifat kekal. Seluruh alam kodrat dengan segala daya tenaganya hadir secara imanen di dalam batin itu dalam wujud kesatuan tanpa batas antara bentuk. Bila manusia mengaktifkan daya batinnya dengan segala rasa atau semedi, dia membebaskan diri dari prasangka tentang keanekaan bentuk. Melalui kontak alam gaib manusia menyadari diri sebagai satu dalam semua dan semua dalam satu: corak Kebatinan adalah kosmosentris; terwujud dalam sakti, astrologi, okultisme dan ramalan zaman depan. Kejiwaan mengajarkan psikoteknik, melalui jiwa manusia menyadari diri sebagai yang ada dan bebas mutlak yang tidak tergantung pada apa saja yang di luarnya. Manusia dibimbing untuk mengatasi batas-batas hukum alam dan logika untuk menuju realisasi jiwa sendiri, yang penuh rahasia, daya gaib. Di dalam kebebasan ini manusia mengalami kemuliaan dan kebahagia. Kejiwaan juga diartikan sebagai usaha untuk membebaskan jiwa dari belenggu keakuan dan keduniawian agar menjurus kepada dasar jiwa, dimana ditemukan Ketuhanan. 18 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kejiwaan itu berkembang, baik dalam faham pantheis, maupun dalam keyakinan monotheis. Kerohanian memperhatikan jalan, melalui mana roh manusia dapat bersatu dengan Roh Tuhan. Terdapat kerohanian monistis, menurut mana roh insani yang dianggap mengalir dari Tuhan. Terdapat pula kerohanian theosentris, dimana roh insani tercipta merasa dipersatukan dengan Tuhan pencipta tanpa kehilangan kepribadianya sendiri, entah melalui jalan budi atau gnosis, entah melalui cinta, bhakti atau tawakkul. 2. Kebatinan Aliran Pangestu Pangestu singkatan dari Paguyuban Ngesti Tunggal yang artinya Persatuan untuk dapat bertunggal. Tunggal itu dapat ditafsirkan secara horisintal maupun vertikal melalui kesatuan (solidaritas) dengan golongan-golongan masyarakat, maupun kesatuan dengan Tuhan. Ajaran Pangestu didirikan tanggal 20 Mei 1949 di Surakarta. Tetapi ajaran Pangestu diwahyukan pada tanggal 14 Febuari 1932 kepada R. Soenarto Mertowerdojo di rumah Widuran Surakarta (Dejong, 1976: 16). Ketika ia sedang duduk di serambi muka rumahnya, tiba-tiba seperti ada yang bersabda tetapi tidak didengar melalui telinga, melainkan langsung dari hati R. Sunarto, seperti kalimat berikut “Ketahuhilah yang dinamakan ilmu sejati ialah petunjuk nyata, yaitu petunjuk jalan yang benar, jalan yang sampai pada asal mula hidup” (Suwarno, 2005: 291). Semua wahyu yang diterima oleh R. Soenarto dicatat dan dihimpun oleh R. Tumenggung Harjoprakosa dan R. Sumodiharjo. Sabda yang diwahyukan 19 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI selama berbulan-bulan dan dihimpunnya menjadi Serat (Kitab) Sasangka Jati (Jiwa Sejati). B. Ajaran tentang Wahyu dan Iman dalam Kebatinan Pangestu Dalam Kebatinan Jawa khususnya hal “wahyu pribadi” dengan aneka wujudnya merupakan salah satu pokok penting yang banyak digumuli. Sumber ajaran yang disebut “piwulang” berasal dari penerangan batin guru yang menjadi pendiri aliran, yang didapatkannya melalui wahyu langsung dari Tuhan. Bagian pertama, penulis akan membahas wahyu dari Tuhan dalam Pangestu yang dikenal dengan wahyu Sasangka Jati dan bagian kedua akan membahas iman sebagai jawaban untuk mendekat kepada Tuhan dengan syarat menjalankan ajaran dalam kitab Sasangka Jati. 1. Wahyu Sasangka Jati dalam Pangestu Dalam berbagai aliran Kebatinan dikenal beberapa wahyu sesuai dengan pemberian nama alirannya masing-masing. Kebatinan Pangestu memberi wahyunya dengan nama “Wahyu Sasangka Jati”. Telah dikisahkan bahwa penerima wahyu pertama adalah R. Soenarto. Semua wahyu yang diterima oleh R. Soenarto dicatat dan dihimpun oleh R. Tumenggung Harjoprakosa dan R. Sumodiharjo. Sabda yang diwahyukan selama berbulan-bulan dan dihimpunnya menjadi Kitab Sasangka Jati (Jiwa Sejati). Menurut Harjoprakosa, kitab Sasangka Jati harus dibedakan dengan Wahyu Sasangka Jati. Menurut Pangestu, Wahyu Sasangka Jati adalah sama 20 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI dengan Wahyu Kristus atau Wahyu Ilahi. Dalam ajaran Kebatinan Pangestu, Wahyu adalah suatu hal yang diberikan oleh yang Maha Esa kepada manusia terpilih, setelah melampaui ujian-ujian yang berat. Wahyu tidak memiliki sebuah wujud. Datangnya wahyu tidak sekaligus tiba-tiba, namun secara berangsurangsur sedikit demi sedikit, yang berati bahwa derajat Sasangka Jati itu didekati selangkah demi selangkah melalui waktu yang lama. Wahyu ada dan tumbuh dalam jiwa manusia terpilih. Wahyu itu anugrah bagi derajat kejiwaannya yang tinggi. Wahyu tidak berbentuk atau berupa apa-apa. Wahyu merupakan suatu derajat kejiwaan, pepadang (terang), Suksma Sejati, kesadaran hidup. Sebenarnya tidak ditentukan siapa yang bisa menerima wahyu Sasangka Jati, yang menentukan adalah cara atau jalan untuk mendapatkan wahyu yang terdapat dalam kitab Sasangka Jati (Hardjoprakoso, 2010: 7-8). 2. Iman dalam Pangestu Iman dalam ajaran Kebatinan Pangestu dirumuskan dengan gambaran bahwa seorang beriman bersedia mendekati Tuhan dengan jalan menerima dan melaksanakan ajaran Sang Guru Sejati yang yang terkandung dalam kitab Sasangka Jati. Terbentuknya iman karena manusia menanggapi wahyu Sasangka Jati dengan mengimani dan melaksanakannya. Ajaran Sang Guru Sejati yang terkandung dalam kitab Sasangka Jati adalah sebagai berikut: (a) Hasta Sila, (b) Paliwara (larangan-larangan), (c) Gumelaring Dumadi (terbentangnya alam semesta), (d) Tunggal Sabda (satu dalam kata), (f) Jalan Rahayu (jalan keselamatan), (g) Sangkan Paran (asal dan 21 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI tujuan), (h) Panembahan (pemujaan). Yang akan dipaparkan secara singkat sebagai berikut (Suwarno, 2005: 297-300): a. Hasta Sila Ajaran hasta sila atau panembahan batin delapan sila, sebagai jalan untuk kembali bersatu dengan Tuhan Yang Maha Esa, dibagi menjadi dua bagian, yakni Tri Sila dan Panca Sila. Tri Sila adalah panembahan hati dan cipta kepada Tuhan Yang Maha Tunggal. Tri Sila terdiri atas: sadar (Eling), percaya (Piandel), dan taat (Mituhu). Panca sila atau lima watak utama, terdiri dari: rela, narima, jujur,sabar, dan budi luhur. b. Paliwara Paliwara adalah pokok larangan Tuhan kepada manusia. Pokok larangan ada lima macam, yaitu: 1) Jangan menyembah selain kepada Allah. 2) Berhati-hatilah dalam hal syahwat. 3) Jangan makan atau mempergunakan makanan yang memudahkan rusaknya badan jasmani. 4) Taatilah undang-undang negara dan peraturannya. 5) Jangan berselisih. c. Gumelaring Dumadi Gumelaring Dumadi berisi penjelasan tentang terjadinya dunia besar atau alam semesta seperti bumi, matahari, bulan, bintang, juga terjadinya makhluk 22 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, para dewa dan makluk halus seperti jin, setan. d. Tunggal Sabda Tunggal Sabda mengandung arti bahwa baik Kitab Suci Al-quran, maupun Kitab Suci Injil, demikian juga kitab Sasangka Jati, ketiga-tiganya merupakan sabda tunggal atau tunggal sabda, dalam arti sama-sama sabda dari Tuhan Allah. Islam dan Kristen adalah agama besar, keduanya mempunyai nabi dan rasul, yaitu Nabi Muhammad dan Nabi Isa. Sementara itu Pangestu menyatakan diri bukan agama dan tidak akan mendirikan agama baru. Pangestu juga tidak mempunyai nabi dan rasul yang hidup ditengah-tengah masyarakat. Sementara R. Sunarto sendiri mengaku hanya sebagai “siswa” Suksma Sejati dan menyebut dirinya hanya sebagai warana (perantara ) sabda. e. Jalan Rahayu Jalan rahayu berarti jalan selamat, yaitu jalan utama untuk mencapai makna petunjuk dalam hasta sila, terdiri dari lima ajaran sebagai berikut: 1) Pahugeran Tuhan kepada hamba, sebagai dasar kepercayaan. 2) Panembahan sebagai sarana untuk memperkuat kebaktian kepada Tuhan. 3) Budi darma sebagai wujud kasih sayang kepada hidup. 4) Mengekang hawa nafsu. 5) Budi luhur sebagai bekal dalam menuju hidup yang sejati. 23 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI f. Sangkan Paran Sangkan Paran mengandung arti dari mana asal mulanya dan kemana tujuanya. Sangkan paraning ngaurip, mengandung arti dari mana asalnya dan kemana tujuan hidupnya. Sangkan paran berisi lima ajaran sebagai berikut: 1) Kembalinya jiwa ke asal mulanya, jika tiba saatnya hamba dipanggil ke hadirat Tuhan. 2) Sebab-sebab yang merintangi kembalinya jiwa ke asal mulanya, karena melanggar larangan Tuhan. 3) Pahala dan pidana Tuhan 4) Datangnya pembalasan dan pidana Tuhan. 5) Datangnya pembalasan bagi perbuatan buruk yang belum dibebaskan melalui pertobatan. g. Panembahan Tiga Tingkat 1) Panembah raga kepada Roh suci adalah tingkatan panembah bagi jiwa yang masih muda. Pada tingkatan ini Roh suci berupaya menundukkan empat nafsu, yakni: lawwamah, amarah, sufiah, dan mutmainah. 2) Panembah Roh suci kepada Suksma Sejati, adalah tingkatan penembah bagi jiwa yang telah dewasa, karena roh suci telah berhasil menundukkan hawa nafsunya. Pada tingkatan ini Roh Suci berupaya taat kepada suksma sejati. 3) Panembah Suksma Sejati kepada Suksma Kawekas adalah tingkatan panembah bagi jiwa yang telah luhur budinya. Panembah pada tingkat ini merupakan jalan bertunggal dengan Tuhan. 24 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Melalui penyucian jiwa, penjernihan batin, lewat olah rasa, maka di sanalah wahyu mendapat tempatnya. Iman merupakan sebuah pertemuan atau perjumpaan manusia kepada Allah dan manusia memberikan diri kepada Allah sepenuhnya dengan menjalankan ajaran yang menjadi syarat untuk menjadi siswa Sang Guru Sejati. Selain itu Pangestu juga terbuka untuk belajar sari-sari kehidupan dari sastra jawa, seperti kisah Dewa Ruci dalam buku pegangan wajib Pangestu, digunakan untuk penggambaran kehidupan manusia (Soemantri, 2011: 22). C. Ajaran tentang Allah Para anggota Kebatinan Pangestu yakin bahwa hanya ada satu Tuhan yang wajib disembah hal ini dinyatakan dalam kitab Sasangka Jati: “Sesungguhnya Tuhan yang wajib disembah itu hanya satu, tidak ada Tuhan Yang wajib disembah kecuali Allah, dan Allah itu tempat sesembahan yang sejati” (Soenarto, 2014: 96). Tuhan adalah kekal, tidak mengalami perubahan, tidak hidup tidak mati. Berdiam-Nya Allah ialah di dasar hidup. Hidup itu kekal di situlah Allah berdiam. Kediaman Tuhan di dasar hidup, di hati sanubari para hamba yang digambarkan sebagai bayangan matahari yang kelihatan di dalam tempayan-tempayan air yang diletakkan di halaman rumah. Di setiap tempayan itu nampak ada satu matahari, walaupun sesungguhnya matahari tidak berada di dalam masing-masing tempayan itu, dan matahari sebenarnya tetap satu (Solarso, 1987: 44). Tuhan yang mutlak tidak dapat dikatakan seperti apa, menurut Pangestu adalah suatu ke-tri- 25 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI tunggalan. Bahwa Allah Yang Esa itu disebut Tri Purusha, yang selanjutnya paham Allah dalam Tri Purusha akan diterangkan sebagai keadaan satu yang bersifat tiga, seperti yang diterangkan dibawah ini: 1. Suksma Kawekas (Tuhan Yang Sejati), dalam bahasa Arabnya Allah Ta’Ala. 2. Suksma Sejati (Pemimpin Sejati: Panuntun Sejati-Guru Sejati) Utusan Tuhan. 3. Roh Suci (Manusia Sejati), ialah jiwa Manusia yang sejati. Allah Yang Maha Esa adalah satu di dalam hakekatnya, tapi menampakkan diri dalam tiga aspek. Ketiga aspek itu adalah Suksma Kawekas, Suksma Sejati, dan Roh Suci. Suksma berarti yang membawa hidup, atau yang membuat hidup, yang menyebabkan kita merasa hidup (Harun, 1970: 55-56). Suksma kawekas telah bertahta sebelum apa-apa berbentuk dan berwujud. Ia dipandang sebagai asal mula kesadaran hidup yang tidak terbatas, tenang tenteram dan tidak bergerak. Suksma Kawekas adalah suksma yang mulia dan yang tertinggi dalam hidup, hidup dalam keadaaan yang tenang dan statis. Ia disamakan dengan air lautan yang tenang tanpa gelombang. Suksma Sejati adalah panutan sejati atau pemberi hidup yang sejati. Dalam hal ini keadaan hidup yang dinamis, hidup yang sudah memiliki aktivitas, digambarkan sebagai air lautan yang bergerak , dimana ada gelombang. Ia adalah kesadaran hidup yang dinamis. Ia adalah utusan yang sejati yang disebut Nur Muhamad atau cahaya Allah yang selanjutnya dikatakan bahwa Nur Muhamad ialah yang juga disebut Kristus dalam agama Kristen atau yang disebut Sang Putra/Sang Anak. Karena kesadaran Agung ini bernuansa kasih sayang, maka kasih sayang yang terkandung dalam Suksma Kawekas sama sekali dilimpahkan 26 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI kepada Suksma Sejati, seperti seorang ayah melimpahkan semua kasihnya kepada anaknya. Meminjam perimbangan ini maka Suksma Kawekas adalah Sang Rama dan Suksma Sejati yang disebut Sang Putra (Soemantri, 2011 : 8). Suksma Sejati dapat disebut sebagai Tuhan yang tersingkap. Keadaan Tuhan yang terselubung tidak dapat dijangkau oleh akal budi manusia, karena setinggitingginya manusia hanya dapat mempunyai pengetahuan mistis. Mengenai Roh Suci dikatakan bahwa Ia adalah jiwa manusia atau manusia sejati dan hakekat manusia. Bila Suksma Kawekas digambarkan samodra yang tenang, Suksma Sejati digambarkan samodra yang bergelombang, maka Roh Suci ialah titik-titik air yang menguap yang melepaskan diri dari samodra, ini kecil dan terbatas bila dibanding dengan samodra, namun sama-sama air (Harun, 1970: 5557). D. Ajaran Penciptaan Kitab Sasangka Jati menerangkan penjadian semesta alam dan segala isinya dibuka dengan penegasan bahwa sebelum apa-apa ada, Tuhan telah bertahta dengan Sukma Sejati, yaitu di dalam keadaan yang sejati, ialah istana Tuhan atau dasar hidup. Tuhan telah ada sebelum sesuatu ada. Sebelum buana tercipta, Tuhan mempunyai karsa menurunkan Roh suci ialah sinar Tuhan sendiri (Soenarto, 2014: 41). Proses penciptaan dimulai dengan pembuatan bahan dasar yang disebut anasir-anasir, lalu penciptaan semesta alam dan yang terakhir penciptaan manusia. 27 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1. Penjadian Empat Anasir sebagai Bahan Dasar Penciptaan Anasir dalam Pangestu tidak bisa dipandang sebagai semata-mata ilmu kimia. Yang lebih dahulu diciptakan Tuhan ialah keempat anasir: udara , air , api dan tanah. Keempat anasir berbentuk halus sekali. Terjadinya keempat anasir berasal dari kekuasaan Tuhan, oleh sebab itu dapat diumpamakan dengan pelita dan asapnya (Soenarto, 2014: 41). Atas kehendak Suksma Kawekas yang disabdakan oleh Suksma Sejati maka terjadilah unsur-unsur (Soemantri, 2011: 10). Gambaran ini harus diartikan sejajar mengingat Suksma Sejati adalah sang sabda yang berasal dari Suksma Kawekas dan menjadi pemegang kekuasaan sehingga terjadilah keempat anasir itu. Sumber kekuasaan itu berasal dari Tuhan sendiri yang digambarkan sebagai nyala pelita, sedangkan asapnya yang berasal dari pelita itu adalah keempat anasirnya. Penjadian anasir-anasir terjadi dalam kekuasaan Tri Purusha, konsep penciptaan itu sebagai proses emanasi (Soewarno, 2005: 312). 2. Penciptaan Semesta Alam Adapun sebab perlunya alam semesta dijadikan ialah Tuhan mempunyai kehendak untuk menurunkan Roh Suci, yaitu cahaya Tuhan. Tetapi kehendak itu terhenti karena belum ada wadahnya dan tempatnya. Oleh sebab itu Tuhan lalu membuat alam semesta. Dengan kata lain dijadikan semesta alam ini supaya Roh Suci dapat diturunkan (Soenarto, 2014: 42). Penjadian alam semesta sebagai berikut, mula-mula unsur tanah itu halus sekali wujudnya dan tersebar diangkasa raya. Lama kelamaan lalu berkumpul 28 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI seperti kabut, kemudian bergerak turun jatuh di air. Lumpur cair tadi makin banyak dan mengembang di atas air. Panas yang timbul dari api baik yang berada dilapisan atas dan dilapisan bawah mempengaruhi lapisan air itu. Begitu juga unsur hawa ikut mempengaruhi air tersebut. Terkumpulnya daya dari keempat anasir tadi menyebabkan bergeraknya air. Makin lama gerakan air itu makin hebat, sehingga menggelora sangat dasyat. Oleh geraknya air ini, lumpur yang mengapung di atas air itu seperti diputar diatas nyiru. Lama kelamaan terkumpulah menjadi satu. Oleh karena panasnya api, lumpur yang telah terkumpul tadi lama kelamaan menjadi kering. Sementara menggelorannya air tidaklah berhenti-henti, oleh karena kekeuasaan Tuhan. Seolah-olah sudah direncanakan lumpur tadi mengeras lama kelamaan berbentuk semesta raya (Sularso, 1987: 59). 3. Penciptaan Manusia Penjadian manusia setelah dunia besar ini terbentuk. Mula-mula Tuhan menjadikan seorang laki-laki, dialah yang akan menurunkan benih atau menjadi sarana turunnya Roh Suci. Kemudian Tuhan menjadikan perempuan yang menjadi sarana untuk memberi tempat turunnya Roh suci. Semua itu terjadi dalam kekuasaan Tuhan. Sehingga sampai kini turunnya Roh Suci melalui laki-laki dan perempuan (Soenarto, 2014: 45). Adapun terjadinya manusia itu adalah dari cahaya kesatuan Tri Phurusa: Suksma Kawekas, Suksma Sejati, dan Roh Suci. Yang diberi pakaian dari anasir empat macam : udara, api, air dan tanah. Sehingga manusia mempunyai bahan 29 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI dasar kasar dan halus. Manusia mempunya empat anasir yang sama seperti dunia besar (makrokosmos), maka manusia dapat disebut dunia kecil (mikrokosmos). Dunia besar dan kecil dapat saling menguasai dan mempengaruhi (Soenarto, 2014: 44). Susunan manusia adalah sebagai berikut, manusia mempunyai badan rangkap. Pertama: badan jasmani kasar atau tubuh yang dapat dilihat dengan mata, yang terjadi dari keempat anasir. Kedua: badan halus/badan Rohani atau suksma yang tidak kelihatan, yang terjadinya dari cahaya kesatuan Tri Purusha: Suksma Kawekas, Suksma Sejati dan Roh Suci. Badan kasar dapat hidup bergerak dan bekerja karena dihidupkan oleh Roh yang memakai pakaian badan kasar. Badan jasmani dan badan halus tersebut diperlengkapi dengan perkakas hidup sendiri-sendiri. Perkakas badan jasmani adalah alat-alat badan jasmani, yaitu panca indera: penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, perasa. Perkakas badan halus adalah alat-alat badan rohani (jiwa), ialah angenangen, nafsu dan perasaan. Tugas angen-angen ialah menangkap segala sesuatu yang ada dalam dunia besar ini kedalam otak, melalui pintu gerbang panca indera. Angen-angen terjadi dari bayangan Tri Purusha. Kerja angen-angen terdiri dari tiga segi: pikir (cipta), kekutannya disebut Pangaribawa. Nalar (pikiran), kekutannya disebut Prabawa. Pangerti atau akal budi kekuatannya disebut Kemayan. Bayangan Tri Purusha dalam angen-angen sebagai berikut: pikir (cipta) adalah sebagai pantulan Roh Suci. Nalar (pikiran) adalah sebagai pantulan Suksma Sejati yang menghubungkan semua gambaran di otak. Pangerti (paham) 30 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI adalah sebagai pantulan suksma kawekas, yang mempunyai fungsi merangkum, mengerti, mengawasi dan menyadari (Harun, 1970: 64). Nafsu: terdiri dari empat macam: lauwamah, amarah, sufiah dan mutmainah, yang terjadi dari cahaya empat anasir. Nafsu empat macam itu adalah daya yang timbul oleh gerak nafsu keinginan yang mendorong untuk berbuat, yang menjelma menjadi kehendak untuk mencapai keinginan atau mencapai kebutuhan. Nafsu Lauwamah, terjadi dari unsur tanah/bumi, dan berada dalam daging manusia. Lauwamah merupakan dorongan egoisme, keselamatan diri dan enggan memulai gerak-gerik, mencari enaknya saja, puas diri, nafsu syahwat. Wataknya: nista, tamak, loba, malas, tidak tau membalas budi dan sebagainya. Namun jika sudah mau tunduk, dapat menjadi dasar keteguhan. Nafsu Amarah, terjadi dari unsur api, dan bertempat merata di dalam darah diseluruh tubuh manusia. Wataknya: keras, lekas naik darah, pemarah, suka uring-uringan. Amarah menjadi saudara nafsu yang lain untuk berbuat buruk atau baik. Sebab itu ia berpengaruh bagi kekuatan saudara-saudara yang lain, untuk mencapai apa yang mereka inginkan. Nafsu Sufiah (kehendak), terjadi dari unsur air, wujud kasarnya berada dalam sumsung. Wujud halusnya menjadi kehendak. Sufiah itu menimbulkan keinginan, cinta asmara atau rasa tertarik kepada yang indah. Nafsu Mutmainah, terjadi unsur hawa, berada dalam nafas (udara). Wataknya: terang suci, bakti, belas kasihan. Nafsu mutmainah adalah dorongan kearah perikemanusiaan, sosial, suprasosial dan cinta kepada sesama makluk (Suwarno, 2005: 314-316). 31 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Perasaan merupakan hasil saling mempengaruhi (interaksi) antara anganangan dengan nafsu. Bila angan-angan dan nafsu selaras, maka perasaan menjadi positif, yaitu menerima senang dan puas. Bila tidak selaras, perasaan menjadi negatif, menolak, sedih. Fungsi tertinggi dari perasaan adalah taat kepada Tri Purusha. Diantara badan halus dan alam sejati ada pintu yang disebut Rasha Jati. Melalui pintu ini Tuhan memancarkan pepadang dan tuntunan-Nya. Rasha Jati adalah iklim jiwa bersih, murni, terang benderang. Jika angan-angan selalu ditunjukkan ke dunia luar, Rasha Jati akan selalu tertutup, dalam keadaan demikian hati manusia menjadi gelap dan tidak suci. Hendaknya manusia mengarahkan angan-angannya ke alam sejati agar pintu Rasha Jati terbuka. Alam Sejati tempat bertahta Tri Purusha adalah Kerajaan Allah yang berada di hati sanubari manusia suci. Keadaan Tri Purusha dalam hati sanubari tidak memerlukan tempat khusus, tidak terasa, tidak terlihat, tidak teraba. Di ibaratkan bayang-bayang matahari di dalam air yang tidak memerlukan tempat tersendiri seolah-olah bersatu dengan airnya. Demikian pula Tuhan meliputi alam semesta dan seisinya (Soemantri, 2011: 19). E. Ajaran keselamatan Pada waktu menjadi manusia Roh Suci diselubungi oleh empat unsur (badan jasmani). Dalam badan jasmani hubungan antara Roh Suci, Suksma Sejati, Suksma Kawekas tidak dapat dipisahkan. Tri Puruhsa memang benar-benar berada dalam jiwa manusia dan tidak terikat oleh badan jasmani. Hanya saja oleh karena dipengaruhi oleh segala kekuatan anasir yang menjadi pakaian Roh Suci 32 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI itu, maka suasana yang terang, penuh damai dan kebahagiaan, yang mula-mula dirasakan Roh Suci itu musnah. Perasaan manusia diliputi gelap gulita. Kesadaran Tri Purusa: Suksma Kawekas, Suksma Sejati, Roh Suci dalam diri manusia menjadi terpendam. Manusia hidup dalam rasa ketidak damaian, namun Tuhan yang maha luhur memberikan jalan kebenaran melalui utusan-Nya, kepada manusia supaya menikmati kemuliaan sejati semasa di dunia sampai akhirat. Dengan kata lain agar manusia bersatu dengan Tuhan. Oleh karena itu arti dasar keselamatan hidup manusia di dunia harus dicari dalam hakikat arti “nunggal laras dengan sifat-sifat dan persatuan luluh hidup manusia dengan Tuhan” (Soenarto, 2013: 12). Ajaran Kebatinan Pangestu mengajarkan keselamatan/kedamaian sejati adalah kepada Tuhan dan sarana mencapai keselamatan dengan menerima suksma sejati, mengatur angan-angan, nafsu, perasaan serta bersatu dengan Suksma Sejati dan Suksma Kawekas. 1. Keselamatan Sejati kepada Tuhan Tuhan yang bertahta dipusat hati manusia, bertahta di kerajaan kedamaian abadi. Di dalam kerajaan tersebut Tuhan hidup dalam kenikmatan sejati: damai yang tak berubah, bahagia, mulia, kudus. Kerajaan tersebut bukanlah keadaan suatu tempat dimana masih ada rasa suka duka, tetapi suatu keadaan yang tidak lagi oleh rasa-merasa, suka-duka, hidup-mati, yang tinggal hanyalah kedamaian abadi yang tak ada bandingannya. Jadi kedamaian sejati adalah nikmat rasa damai abadi dalam Tuhan. Menurut Pangestu manusia dapat merasakan nikmat 33 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI kedamaian abdi Tuhan, sejauh hidupnya suci di bawah pimpinan dan bimbingan Sang Guru Sejati (Suksma Sejati) tanpa itu tidak mungkin. 2. Sarana untuk Mencapai Keselamatan Tidak begitu mudah bagi manusia untuk memperoleh keselamatan hidup di dunia. Manusia harus dapat manunggal-laras dengan sifat-sifat Tuhan. Kesulitan manusia dalam bertunggal dengan Tuhan karena manusia telah mengenakan selubung empat unsur (udara, air, api, tanah) yang memancarkan empat nafsu (lauwamah, amarah, sufiah dan mutmainah) bila tidak terarah akan menghambat jalan menuju kekudusan. Tiga nafsu (lauwamah, amarah, sufiah) yang tidak mudah diatur oleh sang “Aku” agar selaras dengan kehendak Tuhan. Juga karena roh jahat dalam diri manusia yang selalu menggoda manusia untuk berbuat kenikmatan dunia yang akhirnya membuahkan dosa. Tetapi bagaimanapun juga usaha dari manusia adalah yang paling menentukan, dalam Pangestu sarana dan jalan memperoleh kedamaian akan dijabarkan dibawah ini: a. Keterbukaan pada Suksma Sejati Agar mempermudah dalam mencapai kedamaian, manusia harus percaya, memahami dan memaknai akan syahadat dasar Tri Sila yang telah disanggupi sebagai pedoman hidup. Dan bunyi syahadat tersebut: Suksma Kawekas adalah tetap pujaan hamba yang sejati, dan Suksma Sejati adalah tetap utusan suksma kawekas yang sejati ialah pemimpin dan guru hamba yang sejati. Hanya suksma kawekas pribadi yang menguasai semua alam seisinya, hanya Suksma Sejati pribadi yang menuntun para 34 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI hamba semua. Semua kekuasaan ialah kekuasaan Suksma Kawekas, berada ditangan Suksma Sejati dan hamba semua berada di dalam kekuasaan Suksma Sejati (Soenarto, 2014: 119). Demikian manusia harus percaya sadar dan menyembah kepada Tri Purusha. Percaya kepada-Nya merupakan sarana menerima daya kekuatan serta sarana menaati segala perintah dan petunjuk-Nya. Syahadat dasar ini dilakukan dengan sadar, percaya, taat yang dihayati dengan sungguh-sungguh. Sadar, akan menghasilkan kebikjaksanaan yang dapat dipergunakan manusia untuk membersihkan diri. Percaya, akan menghasilkan untuk mengendalikan anganangan, guna menghilangkan rasa benci, iri, sakit hati, putus asa dan rasa negatif lainnya. Taat, akan menghasilkan keterarahan kehendak Suksma Kawekas dan Suksma Sejati sehingga cita-cita bersatu dengan Suksma Sejati tercapai. Bila manusia hatinya belum bersih dan masih diombang-ambingkan oleh nafsu-nafsunya, maka manusia tidak dapat merasakan pimpinan Suksma Sejati dalam dirinya. Hati manusia penuh dengan segala semak kedosaan yang mengotori hati dan memadamkan iman. Semak-semak kedosaan itu harus dibersihkan. Sebelum hati dibersihkan, manusia tidak akan mampu menerima pepadang dari Suksma Sejati, yang adalah sabda Tuhan (Suksma Kawekas) sendiri. Untuk tobat dan pembersihan hati dapat dipelajari dalam ajaran Suksma Sejati yang tercantum dalam serat Hasta Sila dan serat Paliwara. Sebagai pelaksanaanya adalah dalam ajaran Jalan Rahayu. Pada intinya disamping berprasetya pada Tuhan bahwa tidak akan berbuat dosa lagi, manusia harus dapat: 1) Narimo menerima segala percobaan hidup yang telah menimpanya dan berusaha mengatasi percobaan tersebut. 35 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2) Melaksanakan budi darma, didasarkan pada rasa belas kasih tanpa pamrih. 3) Pasrah penuh kepercayaan kepada sang juru penebus dosa (suksma sejati) dengan melaksanakan panca sila (rila, narimo, temen, sabar, budiluhur). 4) Mohon pengampunan dan kekuatan kepada Tuhan, baik kalau dijalani dengan tapa brata yang ikhlas. Dengan jalan yang dilandasi syahadat dasar dan sikap pertobatan dalam petunjuk serat Sasangka Jati tersebut, manusia akan mengalami kehadiran Suksma Sejati di pusat hatinya dalam kesatuan dengan Suksma Kawekas dan Roh Suci, manusia merasa dekat dan bersatu dengan Suksma Sejati di pusat hatinya. Bila hidup manusia telah berada dalam bimbingan Suksma Sejati maka manusia menerima pepadang dari Suksma Sejati yang menimbulkan rasa damai tentram, bahagia yang dapat menyapu segala kekhawatiran, kesusahan, dan hidup manusia menjadi terang, cipta nalar pangerti tidak sesat, kalau tertimpa penderitaan tidak mudah bingung dan berkeluh kesah. Dengan rasa bakti, rasa jatuh cinta, rasa dekat dan rasa bersatu dengan Suksma Sejati yang terlaksana dalam menyembah dengan sepenuh hati dan tindak cinta kasih kepada sesama didasari tapa brata secukupnya, manusia menemukan bersatunya dengan Suksma Sejati yang bertahta di Rasha Jati (pusat hatinya) (Warnabinarja, 1977: 29). b. Mengatur Angan-Angan, Nafsu-Nafsu dan Perasaan-Perasaan Angan-angan, nafsu-nafsu dan perasaaan adalah tiga hal yang harus dikendalikan oleh manusia agar berjalan seimbang dan selaras. Yang dapat melaksanakan perimbangan adalah Suksma Sejati. Oleh karena itu manusia harus 36 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI selalu berhubungan dengan Suksma Sejati agar selalu menerima kekuasaan dan kebijaksanaan. Keseimbangan antara angan-angan dan perasaan menyebabkan jiwa manusia menjadi tenang dan tenteram, pikiran terang, hati menjadi ringan, lega dan bahagia, keinginan tidak timbul bagaikan cendana dimusim hujan. Kenyataan memang tidak mudah menyelaraskan angan-angan, nafsu-nafsu dan perasaan-perasaan. Hal ini disebabkan karena kekurangan kepercayaan kepada Suksma Kawekas melalui suksma sejati dalam hati manusia, juga karena manusia tunduk kepada nafsu duniawinya. Oleh karena itu sebagai keseimbangan, manusia harus melatih diri dengan melaksanakan pedoman Hasta Sila, yang pelaksanaannya melalui Jalan Rahayu, panembah dengan memperhatikan Paliwara. Setiap hari manusia harus sanggup melatih diri, jujur, melihat kekurangan diri apa yang dimaksud dalam Hasta Sila. Juga setiap hari manusia harus rajin menjalankan panembahan yang berati menggiatkan Tri Sila (Warnabinarja, 1977: 30). Bagaimana ketiga faktor (angan-angan, nafsu, perasaan) bekerjasama, nafsu-nafsu adalah salah satu unsur dalam jiwa manusia. Nafsu yang dimaksudkan: lauwamah, amarah, sufiah dan mutmainah. Nafsu-nafsu ini dapat dikatakan sebagai pendorong kekuatan angan-angan dan perasaan. Lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut: misal ada keinginan (dari sufiah), getaran keinginan itu dihubungkan dengan angan-angan sehingga manusia mempunyai gambaran tertentu tentang apa yang diinginkannya, kemudian getaran apa yang diinginkan sampai pada perasaan, sehingga manusia merasa senang dengan apa yang diinginkannya, selanjutnya getaran rasa senang akan 37 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI menimbulkan pergolakan dalam angan-angan antara cipta-nalar-pangerti, dari situ timbulah pengertian yang jelas tentang yang diinginkan, pengertian yang jelas itu lalu menggerakkan kembali nafsu keinginan supaya lebih giat mendorongnya, oleh dorongan lebih giat tersebut angan-angan memerintahkan alat-alat pelaksana (panca indera) untuk mencapai keinginan tersebut. Apa bila keinginan tercapai perasaan akan merasa positif, apa bila tidak akan merasa ngatif. Untuk dapat mengekang dan menundukkan angan-angan manusia harus menyerahkan kesadaran kepada Suksma Sejati. Cara mudah dalam perasaan positif adalah melaksanakan tapa brata dan budi darma tertuju kepada perasaan positif dengan selalu membiasakan diri selalu bergembira dan menjalankan banyak hal untuk keperluan sesama manusia. Lebihlebih tentang dirinya sendiri, tidak boleh merasa dengan pedih hati, rendah diri, karena hal itu berati kurang percaya terhadap keadilan Tuhan. Perasaan positif adalah syarat mutlak untuk bersatu dengan Suksma Sejati. c. Bersatu luluh dengan Suksma Sejati dan Suksma Kawekas Dalam mencapai persatuan luluh manusia harus menyadari bahwa dirinya terbelenggu oleh keduniaan yang menjadi penyekat persatuan luluh. Belenggu tersebut akibat dari aktivitas cipta dan angan-angan yang selalu berubah-ubah sehingga menimbulkan kelekatan pada kebendaan fana menyebabkan timbulnya rasa seneng sedih, marah bingung, kesal, keluh kesah kecewa. Demikian juga kalau nafsu-nafsu kemauan keinginan tidak ditaklukkan akan menimbulkan keterbelengguan oleh kebendaan fana. Oleh karena itu manusia harus bisa 38 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI membebaskan diri dari belenggu kebendaan dan kefanaan dunia sehingga manusia sampai kepada “pamudaran” yang merupakan kunci untuk dapat bersatu luluh dengan Tuhan melalui suksma sejati. Cara ini dapat dilakukan dengan menjalankan perintah sesuai dengan sifat-sifat dari Tuhan sendiri yaitu dengan melaksanakan “Jalan Rahayu” (Warnabinarja, 1977:32). F. Ajaran Penghayatan Pangestu dalam Kehidupan Sikap hidup Pangestu bertalian erat dengan pandangannya terhadap dunia material yang dapat disentuh oleh panca indera. Dalam mensikapi hidup ada tiga unsur utama yaitu: distansi, konsentrasi dan representasi. Manusia mengambil distansi (jarak) terhadap dunia (jagad gedhe). Kemudian diadakan konsentrasi terhadap dirinya sendiri, inipun semacam distansi terhadap badannya sendiri (jagad cilik). Hasil dari distansi dan konsentrasi adalah representasi. Melepaskan ikatan dunia material dan batin yang dimurnikan, maka orang menjalankan kehidupannya sebagai seorang utusan Tuhan dalam dunia (Dejong, 1975: 15). 1. Distansi Tiga macam sifat manusia yang dapat diambil distansi terhadap dunia yang pertama, rela (rila) menyerahkan segala miliknya, yang kedua menerima (narima) dengan riang hati segala sesuatu yang menimpa dirinya, dan yang ketiga hidup dengan sabar dan toleransi (sabar). Dalam tiga pengertian inilah terwujud distansi terhadap dunia material yang dapat disentuh oleh panca indera 39 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI a. Rila Rila merupakan langkah pertama pada jalan hidup yang sempurna. Lambat laun orang harus menyerahkan segala miliknya, kemampuan, dan hasil kerja dengan keiklasan hati. Sesungguhnya yang disebut rila itu adalah keikhlasan hati dengan rasa bahagia dalam hal menyerahkan segala miliknya, hak-haknya dan semua buah pekerjaannya kepada Tuhan, dengan tulus ikhlas, karena mengingat bahwa semuanya itu ada dalam kekuasaan Tuhan maka dari itu harus tiada suatu apapun membekas didalam hati. Orang yang mempunyai watak rela tidak patut mengharapkan buah jerih payahnya, tidak patut bersusah hati dan berkeluh kesah tentang semua penderitaan dan kesengsaraan. Orang yang rela tidak menginginkan sanjungan puji dan kemashuran. Tidak iri hati, serta tidak lekat kepada semua benda yang dapat dirusak, tetapi bukan orang yang melalaikan kewajiban (Soenarto, 2014: 12). Barangsiapa yang menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan, akan berdoa juga denga cara lain. Berdoa agar dapat dibebaskan dari duka itu tak ada artinya, manusia harus menyerahkan segala segala keinginannya dan menyerahkan dirinya tanpa keinginan dan kemauan sedikitpun kepada Yang Maha Kuasa. b. Narima Narima artinya merasa puas dengan nasibnya, tidak memberontak, menerima dengan rasa terima kasih. Sikap rila mengarahkan perhatian kepada segala sesuatu yang telah kita capai dengan daya upaya sendiri, sedangkan narima menekankan apa yang ada, menerima segala sesuatu yang masuk dalam hidup 40 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI kita, baik yang bersifat materi maupun yang bersifat kewajiban yang ditanggung oleh manusia. Dengan demikian manusia harus menerima kenyataan yang terjadi dalam kehidupannya. Sikap narima itu adalah sesuatu harta yang tak habishabisnya, oleh karena itu barangsiapa yang berhasrat mendapat kekayaan, carilah di dalam sifat narima. Bahagialah orang yang memiliki watak narima itu dalam hidupnya, karena ia unggul terhadap keadaan tidak kekal (Soenarto, 2014: 13). Narima berati ketenangan hati dalam menerima segala sesuatu dari dunia luar, harta benda, kedudukan sosial, nasib malang dan untung. Narima tidak menyelamatkan orang dari mara bahaya yang dapat menimpanya melainkan merupakan suatu perisai terhadap penderitaan. Sebab musabab lahiriah hendaklah diterima seperti apa adanya. Narima adalah sikap perbaikan dalam diri manusia, bagaimana menerima menghayati segala yang terjadi dalam kehidupan (Dejong, 1975:19). c. Sabar Hanya orang yang menjalankan rila dan narima akan menjadi sabar. Seorang yang dengan rela hati menyerahkan diri dan yang menerima dengan senang hati sudah bersikap sabar. Kesabaran merupakan kelapangan dada yang dapat merangkul segala pertentangan. Kesabaran itu laksana samudra yang tidak bertumpah, tetap sama, sekalipun banyak sungai yang bermuara padanya. Maka kesabaran jangan disamakan dengan semacam kemalasan batin yang hanya menopang dagu secara pasif. Dalam Pangestu kesabaran diartikan sebagai sikap pengekangan diri yang paling tinggi. Barangsiapa sabar, tidak tergoncangkan dan tidak terombang ambingkan oleh apa saja yang dijumpainya. Ia tidak mencerai 41 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI beraikan dan tidak akan dicerai beraikan. Maka dari itu kesabaran dinamakan pintu surga (Soenarto, 2014: 14). 2. Konsentrasi Cita-cita Pangestu adalah suatu sikap hidup yang positif arahnya. Pangestu ingin memberikan sumbangan bagi pemecahan masalah-masalah di Indonesia. Pangestu mengatasi masalah-masalah material didahului dulu dengan masalah spiritual. Agar seorang memperoleh sikap hidup yang positif, yang membangun maka dia harus memperhatikan memusatkan perhatiannya kepada dasar dan makna kepribadiannya sendiri. Permunian pusat kehidupan ini diperoleh dengan makin memusatkan kepada pribadi dengan jalan tapa dan pamudaran. (Dejong, 1975:22). a. Tapa Setiap konsentrasi dapat dikacaukan oleh segala nafsu. Nafsu erat hubungannya dengan fungsi-fungsi jasmani. Nafsu egosentris termasuk nafsu yang terkuat dalam diri manusia. Maka dari itu Pangestu meganjurkan tapa. Lewat tapa kekuatan badan diperlemah, sehingga sikap dan perasaan terhadap sesama diperlemah, orang akan menjadi sadar akan relativitas dirinya. Laku tapa sangat ditekankan karena dapat dilakukan secara individual, namun dengan jalan mengasingkan diri dari masyarakat seperti zaman dulu oleh para pertapa, mengasingkan diri di gunung-gunung dan hutan rimba, menurut Pangestu itu bukan tapa yang sebenarnya. Tapa merupakan suatu jalan untuk melaksanakan tugas ilahi, ialah kesempurnaan hidup. Tapa atau askese dijalankan ditengah- 42 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI tengah masyaratakat dan sebaiknya tersembunyi bagi sesama. Musuh-musuh yang merintangi niat-niat suci ada ditengah-tengah kehidupan. Musuh -musuh bukanlah fungsi-fungsi hidup yang vital (makan, tidur dsb), melainkan nafsunafsu yang tak terduga. Kehidupan nafsu itu bagaikan sebuah sungai yang harus dibendung. Tapa mengurangi kenikmatan daging dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain mengurangi makanan dan minuman. Cara bertapa ini harus disesuaikan dengan keadaan badan, keadaaan iklim dan situasi setempat. Syarat menjalankan tapa ialah tidak boleh mengganggu berjalannya hidup sehari-hari. Dipilih jalan tengah antara keadaan puas dengan keadaan lapar . jangan kebanyakan tidur, namun juga jangan tidur terlalu lama. Dengan demikian tapa asal dipergunakan dengan cara seksama dapat megembalikan seseorang kepada dirinya: kepada pusat hidupnya. b. Pamudaran Keadaaan hidup yang tercapai oleh tapa yang intensif dapat dilukiskan dengan berbagai pengertian. Yang kas ialah rasa kebebasan batin seseorang. Kebebasan batin ini disebut pamudaran. Pamudaran berasal dari kata udar atau wudar, melepaskan pakaian atau menguraikan seutas tali. Pamudaran berati, bahwa seseorang dalam batinnya telah lepas dari dunia indrawi. Ciri kas dari pamudaran adalah bersatunya dengan Tuhan, sesama dan semua ciptaan. Manusia merasakan dirinya berada di dalam setiap makluk, di dalam setiap atom dari angkasa luas. Keadaan pembebasan juga disebut dengan istilah heneng-hening. Keadaan ini berada diatas hidup inderawi dan dapat dicapai dengan mengatur 43 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI fungsi-fungsi inderawi. Sehingga seseorang dalam menghadapi segala situasi kesukaran hidup sehari-hari, dapat menghadapi dengan tenang. 3. Representasi Manusia yang telah mengambil jarak terhadap materi (permasalahan dunia), bukan berati meninggalkan namun menemukan kekayaan batin dalam menuju persatuan dengan Tuhan. Representasi berarti bahwa semua kewajiban harus dipenuhi dan dijalankan demi membangun keselamatan dunia. Dalam hal ini ada dua hal yang perlu diperhatikan, “Kuwajiban” dan “Memayu Ayuning Bawana” (Dejong, 1976: 28). G. Ajaran akhir zaman Gambaran untuk jiwa-jiwa yang akan kembali kehadirat Tuhan di gambarkan dengan seorang musafir yang memulai melakukan perjalanan meninggalkan rumahnya. Dan suatu saat akan kembali lagi kerumah asalnya. Namun perjalanan musafir sangatlah banyak godaan, bahkan harus melalui jalan gawat, apabila tidak mendapat karunia Tuhan, mereka akan tersesat. Bagi jiwajiwa Pangestu, dunia ini disebut pondok/tempat tinggal sementara, sedangkan akhiran disebut sebagai desa, yakni rumah tinggal tetap, tujuan dari sang musafir (Sularso, 1987: 98-99). Pangestu mempunyai kepercayaan bahwa jiwa-jiwa yang meninggal akan dihadapkan pada kiamat kecil, kelahiran kembali (reinkarnasi) dan kiamat besar. Semua tahapan itu tergantung dengan jiwa manusia ketika masih hidup di dunia. 44 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1. Kiamat dunia kecil Kehidupan dunia ini tidak kekal. Sehingga segala sesuatu yang bersifat makluk tentu ada akhirnya. Manusia sebagai dunia kecil mempunyai akhir, sama seperti mempunyai permulaan. Akhir hayat manusia ditandai dengan mengeriputnya kulit, berkurangnya kekuatan badan, susutnya daya penglihatan dan pendengaran, menjadi jompo dan sebagainya. Tanda-tanda itu dimaksudkan untuk mengingatkan manusia akan hukum kehidupan manusia yaitu kesanggupan roh suci waktu akan diturunkan kedunia (Soenarto, 2014: 147). Saat kematian manusia, roh manusia lepas dari tubuh menghadapi dua kemungkinan. Pertama kembali kehadirat Tuhan karena telah setia terhadap perjanjian dan peraturan Tuhan sewaktu masih di dunia. Kedua tenggelam kedalam pusaran arus kegelapan di alam kafiruna. Alam kafiruna disebut juga neraka jahanam. Alam kafiruna terdiri dari tujuh lapisan. Di alam ini jiwa manusia dapat merasakan lapar, haus, dingin, panas, kecewa, sakit hati namun hanya tertipu oleh angan-angannya sendiri, karena bukan alam kasar lagi. Tentang lamanya jiwa yang tinggal di alam kafiruna, hal itu tergantung cepat dan lambatnya bertobat kepada Tuhan (Soenarto, 2014: 149,156). 2. Kelahiran Kembali (Reinkarnasi) Karena dalam alam kafiruna badan jasmani halus masih lengkap, maka si mati tetap mengerjakan panembahan kedalam keadaan “heneng hening”. Dari situ jiwa yang dilahirkan kembali akan diperkenankan memulai hidup baru dengan badan jasmani kasar yang baru pula. Badan jasmani halus terbawa masuk dalam 45 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI badan jasmani kasar yang baru dan menyimpan segala pengalaman dan karma yang harus dilalui dalam kelahirannya kembali di dunia (Soemantri, 2011: 53). Mengenai reinkarnasi bila jiwa masih berdosa berat, akan diberi kesempatan selama tujuh kali. Reinkarnasi bisa terjadi dalam dua kemungkinan, tahap pertama dilahirkan sebagai manusia dengan pertanggung jawaban karma setelah hidup didunia lagi (Mertoatmodjo, 1990: 86).Kemungkinan kedua dilahirkan dalam dunia hewan. Yang harus dicatatjustru lahir dalam dunia hewan mengandung makna yang positif, karena dalam arti Roh suci (tanpa penyertaa suksma sejati) yang menjadi jiwa binatang akan kembali secara otomatis akan kembali ke asal mulanya Suksma Kawekas/ Tuhan, setelah badan jasmaninya mati (Soemantri, 2011: 55,56). 3. Kiamat Dunia Besar Dunia besar ini juga akan mengalami kiamat, tetapi kapan tibanya merupakan perkara yang gaib, karena Tuhan belum berkenan menyabdakan-Nya. Pada hari kiamat dunia yang telah terbentang ini akan musnah dan ini yang menjadi peristiwa akhir dari alam semesta ini. Datangnya kiamat besar dihubungkan degan datangnya pembalasan Tuhan terhadap hamba yang berdosa. Segala dosa para hamba itulah yang menyebabkan kiamat besar. Jadi sesungguhnya bukan karsa Tuhan agar dunia ini lebur, tetapi karena perbuatan iblis yang berwujud manusia, mereka itulah yang mendatangkan kiamat. Dengan musnahnya dunia besar maka berakhirlah kesempatan untuk reinkarnasi. Yang jelas pada hari itu semua hamba yang berdosa akan dijatuhi pedang keadilan 46 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Allah, yaitu pembalasan terakhir denagn di pisahkan secara tetap dari alam sejati (Sularso: 1987: 126,127). H. Rangkuman Ajaran Kebatinan Pangestu Batin dipakai untuk menunjukkan sifat keunggulan terhadap perbuatan lahir. Batin adalah keadaan yang abstrak, tidak nyata, yang tidak ditangkap dengan panca indra. Kebatinan ialah suatu ilmu yang menuju kearah penjelasan, tugas hidup, menuju kepada kesempurnaan. Kebatinan adalah ilmu kesempurnaan yang mengajarkan bagaimana caranya. Kebatinan adalah sumber asas dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, untuk mencapai budi luhur, guna mencapai kesempurnaan hidup. Kosep mistik dalam aliran Kebatinan adalah bersatu dengan Tuhan, yang sering disebut dengan Manunggaling Kawula Gusti (Suwarno, 2005: 88). Ciri-ciri khas Kebatinan adalah: pertama sifat “batin” yang berusaha menembus panca indra dan masuk pengetahuan Roh, kedua bersifat “rasa” yang melatih kepekaan hati, yang ketiga “asli” yang merupakan asli gerakan budaya setempat, keempat “hubungan erat antar anggota” yang tercermin dalam sikap gotong royong, kelima “akhlak sosial” yang terwujud dalam pembangunan bermasyarkat dan berbangsa, keenam “gaib” yang tercermin dalam kepercayaan akan daya-daya, suprarasional yang luar biasa yang dianugrahkan Tuhan kepada umatnya guna membangun kehidupan bersama, sebaliknya gejala “klenik” adalah praktek yang melanggar norma-norma agama, Kebatinan, kerohaninan , susila dan hukum. 47 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Salah satu aliran Kebatinan adalah Pangestu, singkatan dari Paguyuban Ngesti Tunggal yang artinya Persatuan untuk dapat bertunggal. Tunggal itu dapat ditafsirkan secara horisintal maupun vertikal melalui kesatuan (solidaritas) dengan golongan-golongan masyarakat, maupun kesatuan dengan Tuhan. Ajaran Pangestu didirikan tanggal 20 mei 1949 di Surakarta. Dalam berbagai aliran Kebatinan dikenal beberapa wahyu sesuai dengan pemberian nama alirannya masing-masing. Kebatinan Pangestu memberi wahyunya dengan nama “Wahyu Sasangka Jati”. Telah dikisahkan bahwa penerima wahyu pertama adalah R. Soenarto. Menurut Pangestu, Wahyu Sasangka Jati adalah sama dengan Wahyu Kristus atau Wahyu Ilahi. Iman dalam ajaran KebatinanPangestu dirumuskan dengan gambaran bahwa seorang beriman bersedia mendekati Tuhan dengan jalan menerima dan melaksanakan ajaran Sang Guru Sejati yang yang terkandung dalam kitab Sasangka Jati. Tuhan yang mutlak tidak dapat dikatakan seperti apa, menurut Pangestu adalah suatu ke-tri-tunggalan. Allah Yang Esa itu disebut Tri Purusha, yang selanjutnya paham Tri Purusha akan diterangkan sebagai keadaan satu yang bersifat tiga, seperti yang diterangkan dibawah ini: 1. Suksma Kawekas (Tuhan Yang Sejati), dalam bahasa Arabnya Allah Ta’Ala. 2. Suksma Sejati (Pemimpin Sejati: Panuntun Sejati-Guru Sejati) Utusan Tuhan. 3. Roh Suci (Manusia Sejati), ialah jiwa Manusia yang sejati. Konsep penciptaan dalam Pangestu adalah proses emanasi. Penciptaan atas kehendak Suksma Kawekas dan terjadi oleh kuasa Suksma Sejati. Penciptaan dimulai dari pembuatan bahan dasar yang disebut anasir-anasir, lalu penciptaan 48 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI semesta alam dan yang terakhir penciptaan manusia. Arti dasar keselamatan hidup manusia di dunia harus dicari dalam hakikat arti “nunggal laras dengan sifat-sifat dan persatuan luluh hidup manusia dengan Tuhan”. Keselamatan/kedamaian sejati adalah kepada Tuhan dan sarana mencapai keselamatan dengan menerima suksma sejati, mengatur angan-angan, nafsu, perasaan serta bersatu dengan Suksma Sejati dan Suksma Kawekas. Sikap hidup Pangestu bertalian erat dengan pandangannya terhadap dunia material yang dapat disentuh oleh panca indera. Dalam mensikapi hidup ada tiga unsur utama yaitu: distansi, konsentrasi dan representasi. Manusia mengambil distansi (jarak) terhadap dunia (jagad gedhe) dengan jalan rilo, narimo, sabar. Kemudian diadakan konsentrasi terhadap dirinya sendiri dengan jalan tapa dan pamudaran, inipun semacam distansi terhadap badannya sendiri (jagad cilik). Hasil dari distansi dan konsentrasi adalah representasi. Melepaskan ikatan dunia material dan batin yang dimurnikan, maka orang menjalankan kehidupannya sebagai seorang utusan Tuhan dalam dunia Ajaran akhir zaman adalah kembalinya jiwa-jiwa kepada Tuhan sang suksma kawekas. Pangestu mempunyai kepercayaan bahwa jiwa-jiwa yang meninggal akan dihadapkan pada kiamat kecil, kelahiran kembali (reinkarnasi) dan kiamat besar. Semua tahapan itu tergantung dengan jiwa manusia ketika masih hidup di dunia. Kiamat kecil sebagai kematian manusia, reinkarnasi sebagai jalan yang harus ditempuh untuk memperbaiki jiwa si mati yang masih berdosa. Jalan yang ditempuh ada dua yaitu lahir kembali sebagai manusia ataupun lahir kembali ke dunia hewan. Kiamat besar adalah akhir dari semesta ini, 49 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI tidak ada kesempatan untuk reinkarnasi dan Tuhan mengadakan pemisahan antara hamba yang berdosa dan hamba yang setia kepada Tuhan ke alam yang sejati. 50 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB III AJARAN TENTANG IMAN KATOLIK Sangatlah luas cakupannya bila hendak membahas tentang ajaran iman Katolik. Dalam bagian ini penulis hendak memaparkan garis besar pokok-pokok ajarannya. Pada bagian pertama pembahasan, akan dipaparkan wahyu dan iman Kristiani yang menjadikan dasar komunikasi antara manusia yang di bumi dengan Allah yang di surga. Dengan menerima wahyu dari Allah maka pengalaman refleksi manusia tentang Allah akan dibahas dibagian kedua bab ini. Selanjutnya bagian ketiga akan menerangkan Ajaran penciptaan dalam Kristiani yang akan merenungkan makna penciptaan dan manusia sebagai gambar Sang Pencipta. Bagian keempat akan dijelaskan bagaimana Kristiani mengajarkan tentang keselamatan. Selanjutnya yang kelima membahas sikap Kristiani dalam penghayatan hidup di dunia ini. Bagian terakhir bab ini, yang merupakan permenungan manusia sepanjang hidupnya yaitu tentang kematian dan hal-hal pokok kehidupan abadi lainnya akan dipaparkan dalam bahasan ajaran akhir zaman. A. Ajaran tentang Wahyu dan iman dalam Kristiani Dalam ajaran Kristiani pada hakikatnya wahyu merupakan inisiatif Allah dalam mendekati manusia. Berpadanan dengan wahyu, iman merupakan jawaban dari manusia atas wahyu Allah. Dengan kata lain, wahyu dan iman itu merupakan 51 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI komunikasi pribadi dan persatuan antara Allah dan manusia. Di dalam bagian ini penulis akan membahas pertama paham wahyu, kedua paham iman, bagian ketiga wahyu terbentuk dalam Gereja dan bagian akhir guna meneruskan iman Kristiani diperlukan pedoman-pedoman iman yang harus di lestarikan agar wahyu Allah dapat diteruskan secara turun-temurun untuk generasi Kristiani berikutnya. 1. Paham wahyu Kristiani Untuk mendalami tentang wahyu Kristiani akan dibahas bagian awal pengertian wahyu Kristiani sendiri, selanjutnya bagaimanakah cara Allah mewahyukan Diri, kemudian akan diterangkan lebih lanjut tentang puncak perwahyuan dalam Kristiani yang terjadi dalam Diri Yesus Kristus. a. Pengertian Wahyu Kristiani Wahyu Kristiani bukanlah informasi, kata-kata ataupun kalimat-kalimat yang biasa dipahami oleh penganut diluar Kristen. Wahyu Allah merupakan komunikasi yang mengundang partisipasi dari manusia. Manusia diajak bertemu dengan Allah dan bersatu dengan-Nya. Dan itu terjadi tahap demi tahap dalam sejarah manusia (KWI, 1996: 124). Sejarah pewahyuan Allah terhadap manusia telah dimulai dalam Perjanjian Lama. Dimulai dengan perwahyuan Allah terhadap Abraham (Kej 12:1). Sejarah perwahyuan ini berjalan terus menerus dari Abraham ke Musa, dari Musa ke zaman para Raja dan nabi melalui sejarah Israel sampai memuncak dalam diri Yesus. 52 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Dalam Konsili Vatikan II (1962-1965) terdapat dokumen khusus mengenai wahyu, yaitu “Dei Verbum” (DV). Memberikan wacana pandangan tentang wahyu sebagai berikut: “Allah berkenan mewahyukan Diri-Nya dan memaklumkan rahasia kehendak-Nya. Dengan wahyu itu Allah yang tidak kelihatan dari kelimpahan kasih-Nya menyapa manusia sebagai sahabat-Nya dan bergaul dengan mereka kedalam persekutuan dengan diri-Nya dan menyambut mereka di dalamnya” (DV 2) Jadi Wahyu adalah komunikasi pribadi antara Allah yang transenden dengan manusia yang di bumi. Dengan kata lain bahwa Allah memperkenalkan diri-Nya sendiri dan rencana penyelamatan-Nya, wahyu pada hakekatnya merupakan penganugrahan Diri dari Allah kepada manusia (Dister, 1991: 88). b. Yesus Kristus adalah Wahyu Allah Wahyu adalah penganugrahan diri Allah yang mempersatukan manusia dengan Allah. Maka dari itu wahyu dalam arti penuh terjadi dimana terjadi persatuan penuh Allah dengan manusia. Manusia yang bersatu penuh dengan Allah ialah Yesus dari Nazaret. Dialah jaminan kepenuhan wahyu. Seluruh hidup Kristus merupakan pelaksanaan kehadiran Allah di tengah-tengah manusia. Hidup manusia Yesus sepenuhnya selaras dengan Allah, maka pribadi Kristus sendirilah wahyu Allah (Banawiratma 1986: 19). Bagi umat Kristiani pewahyuan Allah yang paling penuh dan sempurna tidak terlaksana dalam suatu kitab. Melainkan dalam seorang manusia. Umat Kristiani percaya bahwa manusia Yesus Kristus adalah wahyu Allah yang hidup dan pribadi-Nya secara sempurna mengungkapkan apa yang ingin dikatakan Allah 53 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI kepada manusia. Kitab Suci selalu bermaksud untuk membentuk iman pada Yesus dan memberikan pemahaman apa yang akan dikatakan Allah kepada Manusia melalui manusia Yesus. Sehingga orang-orang Kristen ingin mengetahui bagaimana tentang Allah, karya penyelamatan-Nya, kehendak-Nya, bagaimana manusia harus hidup di dunia, yaitu dengan jalan mempelajari, melihat ajaranajaran Yesus, meneladani Yesus, juga merenungkan penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya. Pengarang-pengarang Perjanjian Baru adalah orang-orang yang berusaha untuk mengkomunikasikan makna pengalaman akan Yesus yang hidup, menderita, wafat dan bangkit, serta kenaikan-Nya ke surga (Michel, 2001: 14,16). 2. Paham Iman Kristiani Pihak yang memperkenalkan diri tentu saja mengharapkan tanggapan positif, maka itu Tuhan sebagai pewahyu yang menyatakan diri kepada manusia mengharapkan agar manusia penuh syukur menerima pewahyuan dari Allah itu. Jawaban atas wahyu itu disebut “iman kepercayaan”. Dalam bagian ini perlu kita menguraikan bagaimana paham iman dalam Alkitab dan selanjutnya bagaimana iman dalam Magisterium Gereja melalui Konsili Vatikan II. a. Paham Iman menurut Alkitab Dalam kitab suci Perjanjian Lama, iman sebagai sikap manusia menanggapi wahyu Allah digambarkan yang pertama, iman berarti mendengar sabda Allah. Ketika Allah memanggilnya, Samuel menjawab: “berbicaralah, hamba-Mu mendengarkan” (1 Sam 3:10). Yang kedua, beriman berarti: menaati 54 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI perintah Allah. Abraham adalah teladan iman yang sempurna, Tuhan memerintahkan supaya pergi ke negeri yang ditunjukkan Tuhan (Kej 12:1,4a). Reaksi Abraham berupa kepatuhan Yang diwujudkan dalam kehidupannya. Ketiga, orang harus tetap setia dalam melaksanakan kehendak Allah, orang beriman harus hidup sesuai dengan tuntutan Perjanjian, demikianlah ajaran para nabi turun-temurun (Hos 6:6, Yer 5:1-9;9:2-5;22:15). Yang terakhir, beriman berarti menaruh janji Allah. Dalam Perjanjian Lama wahyu mendapat bentuk konkret dalam hukum Taurat dan dalam janji keselamatan. Iman umat sebagai jawaban atas wahyu Allah memperoleh bentuk yang nyata dalam kepercayaan akan janji Allah. Allah menjanjikan keturunan besar kepada Abraham (Kej 15:6). Iman menurut Perjanjian Baru dalam Injil sinoptik berati: mendengar, memahami dan bertobat. Kristus mewartakan kabar gembira (Mk 1:14-15). Kepercayaan adalah reaksi terhadapap pewartaan Injil, “siapa yang mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar” (Mk 4:9). Kemudian memahami dengan menerima sabda diwujudkan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, manusia berbalik kepada Allah dengan seluruh pribadinya. Berbalik kepada Allah secara total itulah yang disebut “bertobat”. Yesus mengaitkan pewartaan-Nya dengan pertobatan: “Kerajaan Allah sudah dekat: bertobatlah dan percaya kepada Injil” (Mt 1:15; lih. Mt 4:17). Dalam Injil Yohanes iman berarti pilihan untuk memihak Tuhan Yesus dan menerima sabda-Nya. Tidak beriman berarti menolak Yesus (lih. Yoh 6:60-71; 7:25-36). 55 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI b. Paham Iman menurut Magisterium Gereja Dalam Dei Verbum (DV) memberikan wacana pandangan tentang iman sebagai berikut: “Kepada Allah yang menyampaikan wahyu, manusia wajib menyatakan ketaatan iman. Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan, dan dengan sukarela menerima sebagai kebenaran, wahyu yang dikaruniakan oleh-Nya” (DV. art. 5) Ajaran Konsili Vatikan II tentang iman diuraikan sebagai penyerahan diri kepada Allah, objek iman Allah sendiri dan iman merupakan anugrah (Dister, 1991: 139). Iman sebagai penyerahan pribadi manusia seluruhnya kepada Allah secara bebas. Istilah Alkitabiah “ketaatan iman” (Rm 16:26) diartikan secara personal sebagai jawaban bebas dari pihak manusia menanggapi anugrah wahyu dari Allah. Tentunya manusia membutuhkan akal budi untuk mengetahui kebenaran. Akan tetapi bukan akal-budi saja yang terlibat tetapi juga seluruh diri pribadi manusia, sehingga ia berbalik kepada Allah dan menyerahkan diri kepadaNya dengan tau dan mau, dengan segenap jiwa dan raganya, dengan segenap hati dan segala kekuatanya. Objek iman yaitu Allah Sendiri. Jadi yang pertama dipercayai ialah Allah berbicara, Allah mewahyukan. Pribadi Allah sendirilah yang pertama-tama diimani manusia dalam sikap penyerahan diri yang total kepada-Nya. Iman itu anugrah sebagai pertemuan personal dengan Allah. Supaya iman itu ada perlulah uluran tangan dan bantuan rahmat Allah serta pertolongan batin Roh Kudus. Peranan Roh Kudus diuraikan sebagai peranan triganda. Pertama, 56 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Roh memegang peranan dalam penyerahan bebas kepada Allah, sebab Roh Kudus itu “menggerakkan hati”. Kedua Roh itu memegang peranan dalam penyetujuan intelektual yang bebas dengan Allah, sebab Roh itu “membuka akal budi”. Akhirnya Roh itu memberikan kepuasan dan kegembiraan dalam menyetujui dan mengimani kebenaran, sebab Roh itu ” memberi kenikmatan”. 3. Terbentuknya Gereja Berkat Perwahyuan Roh Kudus oleh Kristus yang Mulia Kepenuhan wahyu ada dalam Kristus, namun wahyu Allah berlangsung sampai saat ini, hal ini dimungkinkan oleh Roh Kudus yang diutus oleh Kristus mulia, yakni oleh Yesus setelah Ia dimuliakan oleh Allah Bapa dalam kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya ke surga. Roh Kudus mempersatukan Kristus dengan Bapa, Roh itu juga yang mempersatukan Yesus dengan para murid (Yoh 14:16-17; Kis 1:4-5). Dan dicurahkan atas para Rasul pada hari Pentakosta, lima puluh hari sesudah paskah (Kis 2:1-13). Melalui Roh yang sama, Tuhan mulia tetap hadir di dunia kita dalam ruang dan waktu. Dicurahkannya wahyu dalam Roh Kudus atas orang-orang yang percaya Tuhan di dalam Kristus itu menjadikan “umat Allah yang baru”, yaitu Gereja (Dister: 1991: 119). Gereja melanjutkan dan mengambil bagian tugas Kristus yakni: tugas nabi, tugas imam dan tugas rajawi. Tugas nabi adalah dalam pewartaan, tugas imam adalah tugas dalam perayaan-perayaan dan pengudusan dan tugas rajawi dalam konsili Vatikan II diartikan sebagai melayani. Tritugas ini Gereja berusaha 57 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI mengejawantahkan diri, memberi makna dan pelayanan bagi kehidupan manusia (KWI, 1996: 382). 4. Pedoman Iman Kristiani sebagai Penjamin Wahyu Allah Timbullah pertanyaan bagaimana pegangan, supaya pada masa kini masih dapat mengenal Allah sebagaimana Ia telah mewahyukan dalam Kristus dan iman yang kita anut sekarang ini sama dengan iman para Rasul zaman dahulu. Allah sendiri menentukan bahwa seluruh wahyu diteruskan agar semua orang dalam segala zaman dapat mengenal Allah dan diselamatkan. Kehendak Allah itu nyata dalam perintah kristus untuk mewartakan Injil sampai ke ujung bumi (Mt 28:1920; Kis 1:8). Para rasul memberikan perintah itu dengan dua cara, yakni dengan pewartaan tidak tertulis yang disebut “Tradisi” dan dengan pewartaan tertulis yang disebut “Kitab Suci”. Tradisi dan kitab suci sebagai khazanah wahyu dipercayakan kepada Gereja untuk menafsirkannya secara otentik dalam “Magisterium” Gereja (Dister, 1991: 161). Pedoman iman itu dijelaskan sebagai berikut: a. Tradisi Tradisi suci adalah ajaran yang tidak tertulis seperti yang diungkapkan dalam Kis 2:42 bahwa jemaat Kristen perdana bertekun dalam pengajaran para Rasul, jauh sebelum tulisan Perjanjian Baru lahir. Jadi kehidupan iman Gereja tidak terbatas pada buku saja, tetapi juga ajaran lisan para pemimpin suci yang ditetapkan oleh Tuhan. Isi Tradisi sama dengan isi wahyu, namun tidak hanya terdiri dari kata-kata tetapi seluruh kenyataan hidup Kristiani seperti: pengajaran 58 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI doktrinal, hidup bersama dalam kerukunan cinta kasih dan perayaan ibadat-ibadat yang pusatnya dalam sakramen-sakramen (Dister, 1991: 171). b. Kitab Suci Gereja percaya bahwa kitab suci ditulis dengan ilham Roh Kudus dan kebenaran isinya juga dijamin oleh Roh Kudus. Kitab suci mengartikan peristiwaperistiwa sejarah khususnya peristiwa Yesus sebagai sapaan Allah yang berkehendak menyelamatkan manusia. Kitab suci merupakan kesaksian tertulis orang beriman. c. Ajaran Magisterium Magisterium adalah wewenang atau kuasa mengajar Gereja. Dasarnya Magisterium adalah “Adapun tugas menafsirkan secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan itu, dipercayakan hanya kepada Wewenang Mengajar Gereja yang hidup, yang kewibawaannya dilaksanakan atas nama Yesus Kristus” (DV 10). Ajaran Magisterium meliputi, butir-butir syahadat, ajaran-ajaran konsilikonsili ekumenis dan ajaran ex-cathedra (tak dapat sesat) Magisterium Paus yang luar biasa (Rausch, 2001: 128). Tradisi, Kitab Suci dan Magisterium sangat erat hubungannya. Alkitab harus ditafsir dalam kesatuan dengan tradisi. Agar Tradisi dan Kitab Suci dapat dihayati sepanjang zaman maka wewenang mengajar, soal iman dan moral ada ditangan Uskup sebagai pengganti Para Rasul dan Paus sebagai pemimpin, yakni pengganti Petrus. 59 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI B. Ajaran tentang Allah Merupakan sejarah yang sangatlah panjang bila hendak merefleksikan yang diimani Allah dalam ajaran iman Kristiani sampai refleksi Allah Tritunggal: Bapa Putra dan Roh Kudus. Dalam bagian ini akan disajikan pandangan, pengalaman dan refleksi akan Allah dalam tradisi Kristiani. Bagian ini akan dibahas oleh penulis dalam tiga bagian pokok utama. Bagian pertama membahas tentang paham Allah dalam dunia Perjanjian Lama, kemudian pandangan Allah dari sudut Perjanjian Baru, selanjutnya yang terakhir akan dibahas hasil refleksi atas pengalaman paham Allah dalam Tradisi Bapa Gereja yang dikenal dengan Allah Tritunggal yang telah kita imani sampai sekarang. 1. Paham Allah dalam Perjanjian Lama Pengalaman Allah dalam Perjanjian Lama dalam sejarah yang sangat penting adalah pembebasan dari perbudakan bangsa Israel dari Mesir. Allah yang selalu menuntun bangsa Israel. Allah dialami yang memberkati seluruh ciptaan. Yahwe adalah sebutan khusus untuk Allah bangsa Israel (Darminto, 1973: 1). Menurut Kirchberger (1999: 66-68) Allah Yahwe digambar dalam berbagai pengalaman hidup Israel. Allah digambarkan yang istimewa, dibandingkan allah-allah bangsa lain. Ciri ini diperjuangkan oleh gerakan Yahwe yang nyata dalam syahadat Israel (Ul 6:4). Sangatlah penting bahwa Allah adalah Esa, supaya Israel jangan diperbudak oleh allah-allah lain yang tidak bisa memberikan hidup. Allah itu hadir bagi manusia dimana manusia membutuhkan. Yahwe menyertai umat-Nya, mengusahakan kebahagiaan manusia yang benar, 60 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI tetapi bukan Allah yang bisa dimanipulasi oleh manusia. Allah itu Membebaskan dan Memihak, Ia akan menebus nyawa mereka dari penindasan dan kekerasan, darah mereka mahal di matan-Nya (Mzm 72:12-14). Yahwe itu Mencintai dilukiskan dengan memikat menyentuh hati manusia. Yahwe digambarkan sebagai induk rajawali yang melindungi anaknya (Ul 32:1014), sebagai gembala (Mzm 23), sebagai ibu yang sayang anak-Nya (Hos 11; Yes 49:14 dst; 66:13, Yes 49:14-16). Yahwe diperjuangkan bukan dengan berperang, melainkan lewat usaha menciptakan keadilan sosial yang adil, sehingga kehendak Allah menjadi nyata. Hal demikian dinyatakan dalam Yesaya: “mereka menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas” (Yes 2:4). 2. Paham Allah dalam Perjanjian Baru Dalam Perjanjian Baru saat Yesus berkarya, Allah dikenalkan oleh Yesus dengan sebutan Bapa. Allah Bapa oleh Yesus dialami sebagai Dia yang mencintai dan merangkul semua orang. Pertemuan Allah Bapa diibaratkan dalam perumpamaan pesta nikah atau pesta syukuran karena berhasil menemukan kembali manusia berdosa yang dengan susah payah dicari-Nya. Yesus juga menentang tradisi Israel yang menekankan hubungan antara perbuatan dan nasib orang, dimana yang baik diganjar dengan kemakmuran, yang jahat dihukum. Keselamatan yang bergantung pada perbuatan manusia. Namun Bapa melalui Yesus mengajarkan perumpamaan mengenai para pekerja kebun anggur (Mat 20: 1-16), dimana mereka yang datang kemudian, mendapat upahnya terlebih dahulu 61 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI dan sama besar dengan mereka yang mulai menggarap lebih dulu (Mat 20:1-16). Menurut Yesus kebaikan dan keterbukaan Allah Bapa terhadap manusia tidak kenal batas dan tidak menuntut agar prasyarat tertentu dipenuhi dulu. Sebaliknya Allah mulai aktif mencari yang hilang (bdk. Luk 15). Ia hanya menuntut dan mengharapkan manusia agar manusia jujur, berterus terang, dihadapan Allah, tidak bertopeng, bermuka dua. Terhadap sesama, Allah menuntut sikap solidaritas dan kerelaan untuk saling menerima, berdamai dengan sesama. Dalam jemaat perdana, pengalaman penampakan Yesus meyakinkan para murid bahwa Yesus yang disalibkan itu hidup. Hal ini bagi para murid menjadi yakin bahwa Yesus mengalami nasib jujur seperti hamba Yahwe, dalam Perjanjian Lama. Gambaran Allah atas Yesus dalam jemaat perdana sangat menonjol dalam gelar Yesus. Yesus sebagai Putera Allah dimaksudkan untuk mengungkapkan kedudukan Yesus sehubungan dengan penyelamat. Sebutan Putra Allah lebih mengungkapkan Yesus sebagai wakil Allah. Yesus Tuhan, sebutan Tuhan lebih mengungkapkan hubungan Yesus dengan umat manusia. Yesus bahkan disembah sebagai Yahwe sendiri. Dialah Allah orang beriman, Yesus Allah yang aktif berkarya dan menyelamatkan. Yahwe yang aktif tampak dalam diri Yesus dan Yesus adalah Yahwe yang aktif. Pengarang Injil pun menyatakan bahwa Yesus ada di dalam Bapa dan Bapa ada di dalam Yesus (Darminta, 1973: 18,37). Yesus Tuhan berarti bahwa sesungguh-Nya Dia itu Raja, Yahwe sendiri, hidup karya serta sengsara-Nya dalam sejarah yang menyelamatkan semua orang. 62 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Barangsiapa percaya bahwa keselamatan datang dalam diri Yesus, akan berani menyebut Yesus itu Tuhan (Fil 2: 6-11). 3. Allah Tritunggal dalam Umat Kristiani Akhirnya dalam permenungan tentang ajaran Allah yang sempurna, Gereja berpegangan teguh dengan dogma Allah Tritunggal. Allah Tritunggal merangkuman seluruh karya keselamatan Allah bagi manusia. Dalam Kitab suci, belum ditemukan suatu ajaran Tritunggal, namun telah ditemukan pernyataanpernyataan bila di refleksikan secara lebih mendalam akhirnya menghasilkan suatu ajaran Tritunggal. Misalnya terdapat kalimat Perjanjian Baru yang menyebut ketiga pribadi ilahi satu disamping yang lain, seperti “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus dan kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian” (2 Kor 13:13). Dan “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptiskanlah mereka dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus” (Mat 28:19). Formula yang demikian digunakan oleh Bapa-Bapa Apostolik sesudah zaman Perjanjian Baru. Sejak abad ke II muncul usaha-usaha untuk mendalami dan memikirkan hubungan dari Putra dan Roh dengan Allah yang Esa. Bertolak dari pandangan awal ini, mulailah suatu proses pemikiran untuk menjelaskan dan mendalami bagaimana ajaran dogma Allah Tritunggal. Tradisi Kristiani berpendapat bahwa Allah adalah satu, tetapi memiliki tiga cara berkarya dan berada (Michel, 2001: 62), yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus sebagai berikut: 63 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI a. Allah Bapa, sebagai pencipta yang Maha Kuasa dan Tuhan atas kehidupan. b. Allah Putra, sebagai Allah yang mewahyukan sabda Tuhan, pelajaran kehidupan melalui pribadi manusia Yesus. c. Allah Roh Kudus, sebagai Allah yang hadir secara imanen, aktif dan memberikan daya hidup dalam alam raya. Allah adalah satu namun kodrat-Nya mengandung tiga aspek atau sifat. Iman akan Allah Tritunggal tidak hanya menerangi pemahaman terhadap manusia dan ciptaan dan tujuan sejarah, bahkan memperjelas dan memperdalam apa yang diakui paham Kristiani menyangkut inkarnasi Allah dan penebusan umat manusia, hal ini adalah pusat iman Kristiani. Peristiwa inkarnasi bertujuan untuk mengajarkan bahwa Allah Bapa sebagai pencipta kehidupan, lewat perutusan Putra Allah, manusia tahu siapa Allah dan apa yang dituntut-Nya. Akhirnya karya keselamatan Allah tidak berhenti dengan perutusan Putra-Nya saja, manusia baru sungguh dipersatukan dengan Allah bila Allah sampai kedalam lubuk hati manusia, itulah karya Roh Kudus dalam diri manusia (KWI, 1996: 324). Dalam peristiwa inkarnasi Allah Tritunggal mempunyai kehendak untuk berkomunikasi dengan ciptaan-Nya mencapai puncak yang tertinggi. Allah mengatasi jarak yang ada antara kebakaan-Nya dan kefanaan makhluk, antara kekayaan ilahi dan kemiskinan ciptaan seakan-akan bertemu dengan makhluk sebagai mitra yang sederajat (Greshake, 2003: 67-68). 64 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI C. Ajaran tentang Penciptaan Hal yang digunakan untuk membicarakan penciptaan dalam Kristen digunakan gagasan-gagasan yang memuat teologis tentang penciptaan dunia (Kosmologi Teologi) dan tentang manusia (Antropologi Manusia), untuk menguraikannya penulis akan menyajikan pokok-pokok permenungannya melalui yang pertama teologi penciptaan dalam Kitab Suci, tujuan penciptaan dan bagian terakhir akan dibahas hakekat manusia. 1. Penciptaan dalam Kitab Suci Karya penciptaan adalah karya Tuhan, maka manusia sesungguhnya tidak dapat memahami arti penciptaan, sebab segala pengetahuan berdasarkan pengalaman dan manusia tidak mempunyai pengalaman pernah sungguh menciptakan sesuatu. Manusia terbatas dan Allah tidak terbatas. Bagi manusia memahami penciptaan berarti menyadari bahwa manusia adalah makluk yang seluruhnnya bergantung pada Tuhan sebagai sumber hidupnya. Allah sebagai pencipta bahwa Allah telah menciptakan dunia dengan firman-Nya dan Allah menjadikan segala sesuatu ex nihilo, tanpa memakai bahan. Allah menjadikan langit dan bumi dengan sabda-Nya (Kej 1:3.6.9.14.20.24.26). menciptakan dunia bukan dari sesuatu yang sudah ada (creatio ex nihilo). Karena Allah sendiri bukanlah bahan yang dari pada-Nya dunia di ciptakan-Nya (ex nihilo sui) dan tidak ada bahan diluar Allah yang dari padanya Allah menjadikan langit dan bumi (Dister, 2004: 61). 65 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. Tujuan Penciptaan Melalui kisah penciptaan enam hari, tujuan penciptaan yakni untuk memuji Allah dan melayani manusia. Setiap ciptaan memperoleh keberadaannya dari Allah dan dari Allah pula ciptaan menerima kebaikan dan kesempurnaan, hukum dan tempatnya sendiri dalam alam semesta. Allah menciptakan segala sesuatu bagi manusia dan manusia diciptakan untuk mengenal, melayani dan mencintai Allah, serta untuk mempersembahkan kepada-Nya di dunia ini semua ciptaan sebagai ucapan syukur dan untuk diangkat kedalam hidup bersama Allah di surga (KKGK, 2005: 43). Tuhan menciptakan manusia “untuk mengikutsertakan-nya dalam hartaharta ilahi (Konsili Vatikan I) ”. Karya penciptaan merupakan awal dan dasar karya penyelamatan melalui Yesus Kristus, sebab kasih karunia kebenaran datang oleh Yesus Kristus (Yoh 1:17), yang sulung diantara banyak saudara” (Rm 8: 29). Allah memberikan diri dalam sejarah, dalam pertemuan antara manusia adalah kesatuan cinta kasih, dalam pertemuan pribadi antara Tuhan dan makluk-Nya. Sejarah keselamatan adalah sejarah Allah dengan manusia. Allah menciptakan dunia, khususnya manusia, sebagai titik tolak sejarah pergaulan-Nya dengan manusia. Allah meng-ada- kan manusia sebagai teman dialog. Allah menciptakan manusia sebagai sahabat-Nya. Dari kebebasan-Nya yang tak terbatas Allah menciptakan manusia sebagai subjek yang bebas, juga, otonom, berdikari, yang mampu menjawab panggilan Allah. Manusia adalah dasar dan permulaan sejarah keselamatan. Adanya sejarah keselamatan mengandaikan bahwa ada makluk yang oleh Allah diajak masuk kedalam cinta dengan diri-Nya. 66 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Menciptakan manusia dengan seluruh lingkungannya merupakan tindakan Allah yang paling dasariah (KWI, 1996: 155). 3. Hakekat Manusia Dengan berpedoman pada ajaran St. Paulus (1 Tes 5: 23) kiranya dapat dibedakan tiga utama dalam diri manusia: tubuh, jiwa dan roh. Tubuh meliputi segala bidang fisik-material, menyangkut segi jasmani misalnya: ekonomi dan jaminan hidup. Jiwa meliputi hati dan budi, misalnya menyangkut segi: kebebasan manusia, pendidikan, hukum, politik, ilmu pengetahuan dan lainnya. Roh merupakan pertemuan antara manusia dengan Allah. Maka sebenarnya roh bukan lagi kemampuan manusia. Allah sendirilah yang memberikan roh kepada manusia, yang memampukan manusia menyambut Allah sendiri. Hakekat manusia menurut Alkitab adalah “segambar dan serupa dengan Allah”. Seperti yang tercantum dalam Kejadian 1: 26-27: “Berfirmanlah Allah: baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia laki-laki dan perempuan”. Dalam ajaran Alkitab penjabaran bahwa manusia pada hakekatnya segambar dan serupa dengan Allah, dapat dijelaskan sebagai berikut (Harun, 1970: 125), berarti manusia dijadikan dengan memiliki persamaan ilahi yang dipandang sebagai persamaan hubungan antara bapak dengan anaknya. Isi gambar Allah atau persamaan ilahi manusia itu ialah 67 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI persamaan kwalitas hidup, yang sesudah manusia jatuh kedalam dosa haruslah menempuh cara hidup yang baru, meninggalkan manusia lamanya. Sehingga manusia terpanggil untuk berjalan atau hidup sesuai dengan kehendak Allah. Oleh sebab itu dikatakan segambar dan serupa dengan Allah, berarti manusia harus mencerminkan hidup ilahi di dalam kehidupannya sehari-hari, seperti Allah itu sempurna, demikian manusia diharapkan sempurna dalam kehidupannya (Mat 5:48). Seperti Tuhan itu kudus, demikianlah manusia harus hidup dengan kudus (1 Pet 1:16). Seperti Tuhan itu kasih, demikianlah manusia harus hidup didalam kasih (1 Yoh 4:16). Jadi bahwa hakekatnya manusia adalah “segambar dan serupa dengan Allah berarti ” manusia harus menjadi gambar yang baik dari Tuhan. Bahwa manusia harus menampakkan persamaan ilahi didalam hidupnya. Oleh karena itu, ungkapan “segambar dan serupa dengan Allah” atau persamaan ilahi itu harus menjadi panggilan yang terlaksananya tergantung kepada sikap manusia terhadap Allah yang menjadi pusat hidupnya. Panggilan untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah hanya dapat dipenuhi jika manusia hidup didalam kasih dengan Allah. D. Ajaran Tentang Keselamatan Keadaan yang ideal, bebas dari ancaman lahiriah maupun ancaman batiniah bisa disebut dalam keadaan selamat. Dalam tradisi Ibrani kurang lebih sama dengan kata syalom. Pada dasarnya syalom yang berarti keadaan baik, beres. Kalau dipakai untuk perorangan dapat berarti “sehat, sejahtera”. Kalau untuk hubungannya dengan orang lain “cocok, bersahabat, ayem-tentrem”. Untuk 68 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI masyarakat dan negara lebih cocok dengan kata “damai, makmur, tenang” (Jacobs, 2007: 33). Berikut ini akan diterangkan keselamatan dalam Perjanjian Lama dan Baru, penghalang keselamatan adalah dosa, penebusan sebagai pemulihan keselamatan dan keselamatan dalam masa kini, serta puncak kepenuhan keselamatan yang masih kita harapkan pada akhir zaman. 1. Paham Keselamatan dalam Perjanjian Lama Gambaran yang menceritakan keselamatan dalam Perjanjian Lama terdapat dalam peristiwa-peristiwa sejarah bangsa Israel terutama dalam kisah pembebasan Israel dari perbudakan Mesir (Kel 14:30; Hos 13:4; Mzm 106:21). Dalam kitab Yeremia keselamatan telah bercorak eskatologi, yang dihubungkan dengan pendirian kerajaan Mesias dibawah pemerintahan Daud yang adil, hukum dan kebenaran berkuasa (Yer 23: 6). Harapan akan eskatologis memuncak dalam cerita Yesaya, yang melihat pengaharapan keselamatan dalam peristiwa pembuangangan di Babel (Yes 41: 17-20). Yang memandang bahwa keselamatan Israel sebagai rahmat Allah yang diberikan Tuhan karena belas kasihnya (Yes 49:10). Dalam waktu dekat Tuhan akan memulihkan kota Sion (Yes 46: 13). Yesaya memberikan ciri keselamatan yang universal, karena keselamatan menyangkut pemulihan negeri, penghukuman para penindasnya (Yes 49: 25), penegakan pemerintahan Yahwe (Yes 52: 7). Nubuat keselamatan setelah pembuangan di Babel yang diungkapkan oleh Yehezkiel dan Deutero-Yesaya tidak terjadi, maka menjelang akhir Perjanjian 69 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lama, keselamatan menjadi sasaran pengaharapan akan datangnya Mesias (Dister, 2004b: 141). Secara singkat paham keselamatan dalam Perjanjian Lama diartikan dengan suatu keadaan yang dianugrahkan oleh Allah di mana hubungan manusia dalam kebersamaan dari semua seginya baik dan beres, yang meliputi: hubungan dengan anggota masyarakat (segi sosial, politis), dengan dunia sekitar (segi kosmis), dan dengan Allah (segi religius). Yang menjadi dasar adalah relasi dengan Allah. Dimensi relasi dengan Allah melandaskan dan meresap kedalam dimensi relasi yang lainnya (Groonen, 1989: 52). 2. Paham Keselamatan dalam Perjanjian Baru Dalam Perjanjian Baru sehubungan apa yang maksudkan dengan keselamatan ialah kata sooteria. Dalam Perjanjaian Lama keselamatan ditekankan dalam dimensi sosial, material namun dalam Perjanjian Baru lebih menekankan yang bersifat rohani (Dister, 2004b: 142). Allah sebagai sumber keselamatan, keselamatan Allah menjadi semacam ucapan tetap pada awal dan akhir beberapa surat di Perjanjian Baru (1 Tes 1:2; Gal 1:3; 1 Kor 1:3). Keselamatan kerap kali digabungkan dengan kasih karunia dari Allah yang diamalkan berupa keselamatan. Dengan demikian keselamatan adalah pemberian dari Allah. Yang baru dalam Perjanjian Baru ialah Yesus Kristus sebagai asal usul keselamatan (Kol 3:15). Yesus Kristus memerintah dan menguasai keselamatan itu. Yesus Kristus juga menjadi pengantara keselamatan dari Allah. Yesus Kristus seoalah-olah mempribadikan keselamatan (Ef 2:14). 70 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Injil Lukas melihat Yesus sebagai pelaksana keselamatan. Keselamatan yang telah dinubuatkan dalam perjanjian Lama ada dalam diri Yesus Kristus yang bangkit sudah menjadi kenyataan. Yesus adalah keselamatan bagi manusia (Groenen, 1989: 57). Yesus adalah Juru Selamat Dunia (Yoh 4:42), sebagai pintu yang harus dilalui untuk menemukan Keselamatan (Yoh 10:9). Keselamatan yang diberitakan dan ditawarkan Yesus tidak terbatas pada bangsa manapun (Luk 13:29). Keselamatan yang ditawarkan Yesus Kristus sering disebut-Nya Kerajaan Allah. Kerajaan Allah adalah pewartaan kerahiman Allah yang berarti Allah sendiri turun tangan ke dunia untuk menyelamatkan, membebaskan dunia secara total dari kuasa jahat. Tuntutan Kerajaan Allah terdapat dalam perikop Sabda Bahagia (Luk 6: 20b-21). 3. Dosa sebagai Penghalang Keselamatan Hubungan antar manusia dalam masyarakat dan hubungan antar manusia dengan Allah saling kait-mengkait, maka dosa menyangkut seluruh keselarasan. Hal ini berarti menyangkut seluruh keselamatan (syaloom) manusia. Dengan demikian “dosa” menjadi lawannya “kebenaran”. Sebab “kebenaran” merupakan tindakan yang melayani relasi keselamatan. Kebenaran (tsedeqah) itu berperan dalam rangka perjanjian dari Allah. Perjanjian yang merupakan relasi yang ditetapkan Tuhan dengan manusia. Adapun kebenaran Allah ialah agar manusia bertindak sesuai kebenaran. Perjanjian mencakup hubungan manusia satu sama lain (masyarakat). Maka dosa ialah tindakan yang justru mengganggu kebenaran dan merusakkan hubungan yang dikehendaki Allah. Oleh karena relasi dengan 71 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Tuhan dan hubungan manusia kait mengkait maka tindakan dosa akan merusak hubungan antar manusia, serentak mengganggu hubungan manusia dengan Tuhan dan menghalangi keselamatan (Groonen, 1989: 99). Karena rencana keselamatan menyangkut semua orang , “Allah bermaksud menguduskan dan menyelamatkan orang-orang bukan satu persatu, tanpa hubungan satu dengan yang lainnya. Tetapi Ia hendak membentuk mereka umat” (LG 9). 4. Penebusan sebagai Pemulihan Keselamatan Kalau Alkitab berbicara tentang penebusan manusia, maka Allahlah ditunjuk sebagai sebagai pelaku penebusnya. Seperti yang dirumuskan Yes 43: 11 sebagai berikut “Aku, Aku-lah Tuhan (Yahwe) dan tidak ada juruselamat selain dari pada-Ku”. Sepanjang sejarah Allah menebus manusia dari keadaan buruk, bahaya, ancaman. Misalnya penebusan Israel dari perbudakan Mesir (Kel 14:13). Pembebasan dari Mesir merupakan tindakan pertama Allah dari peristiwa penyelamatan. Dalam Perjanjian Lama Allah menyelamatkan dari kemalangan politik, sosial, ekonomi. Namun demikian dalam Perjanjian Lama ada kaitannya kemalangan di dunia dengan dosa. Maka penebusan mengimplikasikan penebusan dari dosa (Yeh 36:25-28). Allah mengutus anak-Nya dalam daging karena dosa (Rm 8:3). Hal ini dihubungkan dengan kelahiran Yesus ke dunia. Dengan mengutus anak-Nya dalam daging yang serupa dengan manusia dan mengalami nasib orang berdosa (walaupun sebenarnya Dia tidak mengenal dosa). Buktinya senasib manusia 72 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI adalah dengan kematian Yesus. Sebab upah dosa adalah maut (Rm 6:23). Kristuspun karena menjadi manusia juga dikenai maut. Kristus mengalami maut karena mau senasib dengan manusia berdosa. Dalam arti inilah wafat Yesus “karena dosa-dosa kita” demi menebus dosa manusia, yakni karena senasib dengan orang-orang yang harus mati karena dosa-dosa (Gal 2:20). Maka Tuhan Yesus telah menyerahkan diri karena dosa-dosa kita, guna melepaskan kita dari dunia jahat (Gal 1:4). Sebab Kristus telah memberi gambaran, karena senasib dengan kematian kita maka kita juga akan menjadi sehidup dengan Dia dalam kebangkitan. Jadi kita dibenarkan oleh kasih karunia penebusan Yesus kristus (Rm 3:24). Tentunya manusia menanggapi dengan jalan mengikuti jejak Kristus, yaitu dengan taat pada perintah-Nya “supaya kita saling mengasihi” (1Yoh 3: 23). Kedudukan dan peranan Yesus dalam penyelamatan/penebusan terungkap dalam gelar-gelar Yesus. Gelar “Juruselamat dunia, semua manusia” (Luk 2:11; Yoh 4:42; Kis 13:23, dsb). Dengan memberi gelar itu, Yesus Kristus menjadi “pengantara” Allah dan manusia, yang berdiri diantara Allah disatu pihak dan manusia dipihak lain. Yesuslah yang menjadi titik sambung Allah dengan manusia. Dengan sikap dan tindakan-Nya sendiri, Yesus menyatakan sikap dan tindakan Allah. Dengan pemberitaan dan karya-Nya, segala firman-Nya yang dilakukan Yesus sebenarnya adalah firman dan karya Allah Bapa sendiri (Groonen, 1989: 147-149). 73 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 5. Keselamatan pada Masa Kini Dalam tradisi sesudah zaman biblis, paham keselamatan mendapat sejumlah pengkhususan lain lagi. Mulai dari zaman Patristik keselamatan di dipandang sebagai pengilahian, pendidikan dan pembebasan (Jacobs, 2007: 179). Dalam keselamatan masa kini, Injil dipandang sebagai amanat pembebasan. Amanat ini berakar dalam Alkitab dan melukiskan berturut-turut dinamika pembebasan. Keselamatan dalam zaman kini perlu dicari jawaban dengan mengembangkan etika Kristiani. Sebagaimana yang ada demi hubungan pria dan wanita telah dikembangkan etika seksual dan dalam hubungan orang tua- anak dikembangkan etika berkeluarga. Begitu pula perlu dikembangkan etika Kristiani diberbagai bidang permasalahan modern yang dihadapi pada masa kini, amat memerlukan kode etik yang dapat menentukan norma-norma, hak dan kewajiban manusia. Orang yang hidup dari pembebasan adalah membiarkan diri diselamatkan oleh Allah, manusia sebagai warga umat Allah dan anggota Tubuh Kristus sendiri terpanggil menjadi alat dan sarana pembebasan Ilahi di dunia modern ini (Dister, 2004b: 197). 6. Keselamatan Mencapai Kepenuhannya pada Akhir Zaman Karya keselamatan Tuhan sudah terlaksana dalam diri Yesus Kristus, tetapi keselamatan belum mencapai puncak kepenuhannya. Kalau hanya dikatakan “sudah” saja, itu tidak benar, tetapi kalau “belum” juga tidak tepat. Ketegangan ini disebut dengan ketegangan eskatologis, antara sudah dan belum. Kedatangan Yesus yang kedua dalam kemuliaan di amanatkan sebagai puncak terpenuhinya 74 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI keselamatan (Jacobs, 2007: 54). Kedatangan Anak Manusia pada akhir zaman (Mat 24:26-32) akan menjadi gambaran pengadilan terakhir (Mat 25:31-46). Dengan janji-Nya langit baru dan bumi baru (2Ptr 3:13), serta seluruh ciptaan yang baru (2Kor 5:17) ada di dalam Kristus dan disinilah semua ciptaan mencapai keselamatan yang penuh selamanya dalam kehidupan kekal. E. Ajaran Penghayatan Iman Katolik dalam Kehidupan Dalam bagian ini penulis akan menguraikan dua bagian besar penghayatan iman Kristiani. Bagian pertama pokok yang menjadikan dasar pondasi penghayatan Kristiani ada dalam diri Yesus Kristus, yang terjadi dalam sabda dan karya Yesus. Selanjutnya pada bagian kedua akan dipaparkan wujud penghayatan iman Kristiani dalam kehidupan nyata. 1. Dasar Penghayatan Iman Katolik Ada di dalam Yesus Kristus Seluruh sabda, karya dan pemaknaan sengsara wafat Yesus adalah dasar dari penghayatan iman hidup orang Kristiani. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Sabda dan Karya dalam kehidupan Yesus sebagai dasar ajaran Kesatuan antara sabda dan karya Yesus yang menjadikan keistimewaan Yesus. Apa yang dikatakan dan dilakukan oleh Yesus ada dalam sabda dan karyaNya. Sabda dan karya dalam diri Yesus terungkap dalam kehidupan-Nya meliputi: 75 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 1) Ajaran Dasar dari Yesus Misi pewartaan Yesus yang mendasar adalah Kerajaan Allah (Mrk 1:15). Kerajaan Allah berarti turun tangan Allah untuk menyelamatkan dunia dari segala kejahatan (KWI, 1996: 261). Yesus mengajarkan pada manusia tentang hukum utama kehidupan yaitu cinta kasih. Sabda Yesus kepada mereka “kasihanilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu, dengan demikian kamu akan menjadi anakanak Bapamu di surga” (Mat 5:43-48). Dan dalam Yohanes 15:21 dikatakan “supaya kamu saling mengasihi, sebagaimana Kristus telah mengasihi muridmurid-Nya”. Ajaran Taurat dalam Perjanjian Lama adalah anugrah Allah untuk manusia demi kesejahteraan manusia. Pandangan Yesus terhadap hukum Taurat sebagai berikut: Yesus menekankan sikap batin dalam menepati hukum Taurat, bukan semata-mata yang lahiriah (Mrk 7:3. 5.7-8). Yesus memihak orang yang lemah dan sengsara, yakni rakyat jelata yang tidak mungkin menepati hukum yang berbelit-belit mengenai hal suci-suci dan hal-hal yang dianggap najis (Mat 15:1020; Luk 11:46). Melaksanakan hukum Taurat dengan terang hukum kasih (Mat 22:35-40). Dengan demikian Yesus membebaskan manusia dari pengertian hukum Taurat yang salah karena bersifat menekan dan sempit. Ajaran Musa dalam Taurat Perjanjian Lama ini oleh Yesus diteruskan dalam kotbah di bukit (Mat 5:1-7). Dalam perikop sabda bahagia, Yesus mengajukan tuntutan dengan radikalitas dalam mengikuti Yesus, sebagai berikut, menjadi miskin: bersandar pada Allah, bukan karena kemampuan diri sendiri. 76 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Menangis: karena di dunia ini orang hanya mewujudkan sedikit saja dari kebaikan Allah. Menjadi lemah lembut: siap sedia, rendah hati, setia dan sabar. Lapar dan haus: akan sumber keadilan yang berasal dari Allah. Murah hati: memperhatikan orang sakit, telanjang, asing, tahanan tersingkir dan orang berdosa. Menjadi suci hatinya: ibarat kaca utuh dan tembus cahaya, yang dapat ditembus oleh terang Allah. Membawa kedamaian dan perdamaian : membangun bendungan melawan segala macam kekerasan dan membangun jembatan untuk mempersatukan pihakpihak yang berjahuan (Dister, 1991: 74). 2) Ajaran Perumpamaan dari Yesus Tujuan perumpamaan itu sendiri menjelaskan pemerintahan Allah di dunia beserta sifat-sifatnya dan tuntutan yang diharapkan kepada manusia yang mendengarnya (Dister, 1986: 68). Contoh perumpamaan dari Yesus: Perumpamaan tentang anak yang hilang (Luk 15: 11-32). Perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur (Mat 20: 1-16). Perupamaan tentang para undangan perjamuan kawin (Mat 22: 1-10). Sepuluh pengiring gadis pengantin (Mat 25: 1-13) Pemerintahan Kerajaan Allah dibiarkan tetap menjadi suatu misteri yang harus dikenali dan dialami. Bentuk pewartaanya bukan lagi keteranganketerangan, melainkan pepatah dalam perumpamaan-perumpamaan, yang penuh makna misteri. Ciri-ciri pemerintahan Kerajaan Allah yang diajarkan dalam perumpamaan adalah: wibawa dan kekuatan Allah hadir secara misteri yang bisa dialami dan tidak mudah dimengerti. Kedua, Kerajaan dikaruniakan kepada 77 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI murid, tanpa para murid mempunyai hak, seperti bijih yang jatuh ke tanah, tidak bisa menuntut apapun kecuali apa yang diberikan kepadanya oleh tanah itu untuk berkembang dan mekar. Ketiga, Berupa karunia, manusia tidak memaksa kekuatan Allah untuk segera hadir. Iramanya adalah irama Allah, bukan keinginan manusia. Keempat, Allah digambarkan sebagai Bapa, bukan sebagai hakim yang menghukum. Sebagai Bapa Ia pengampun dan pemurah (Darmawijaya, 1991: 116-117). 3) Mujizat Yesus Mujizat Yesus yang dikerjakan dapat digolongkan menjadi tiga macam: yakni mujizat penyembuhan, pengusiran setan dan mujizat alam. Penyembuhan jasmani itu tanda dari sebuah penyembuhan yang lebih mendalam yaitu penyembuhan dari luka dosa. Kerajaan Allah sedang bertempur dengan kuasa jahat, dikisahkan dengan mujizat yang ada hubungannya dengan pengusiran setan. Mujizat alam melukiskan kuasa Yesus yang tampak dalam alam. Dengan mujizat keselamatan dalam pemerintahan Allah sudah dinyatakan, namun belum sempurna, seperti gambaran fajar mulai menyingsing (Dister, 1987: 104). b. Sengsara, Wafat Yesus sebagai Teladan Orang Kristiani Kehidupan Yesus dalam penderitaan dan kematian-Nya menjadi penyadaran bagi para murid-Nya. Penderitaan Yesus diterima-Nya karena taat kepada kehendak Allah Bapa (Mrk 14:6). Sikap menerima penderitaan dan kematian dari tangan Allah menjadi jalan yang berharga bagi manusia yang 78 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI menjadi kekasih Allah. Yesus menjadi seorang saksi agung dan seorang pahlawan yang pantas ditiru oleh semua orang yang percaya kepada-Nya (Darmawijaya, 1991: 97). 2. Sikap Penghayatan Ajaran Iman Kristiani dalam Kehidupan Nyata Perwujudan ajaran Kristiani konkrit dalam kehidupan ini didasarkan pada keteladanan umat Kristiani kepada Yesus. Pengenalan Yesus Kristus yang benar akan membawa orang beriman sampai kepada kedewasaan iman. Kedewasaan iman itu membuat orang tidak mudah terombang-ambingkan oleh keadaan hidup ini. Meneladani Yesus berarti mengikat diri pada seorang pribadi Yesus Kristus. Yang dibina semakin lama berkembang kuat dalam hubungan dengan pribadi Yesus. Dengan kata lain, orang menjadi murid Yesus Kristus (Yoh 8:31; 15:8). Dibawah ini akan diterangkan beberapa penghayatan iman Kristiani yang diwujudkan dalam kehidupan nyata. a. Cinta kasih kepada sesama Dalam hidup ini hanya ada satu cinta kasih (1 Yoh 4:11-5:20). Cinta kasih kepada Allah hanya mungkin dialami bila manusia mencintai sesamanya. Cinta kepada sesama merupakan penghayatan cinta ilahi. Sehingga tertulis perintah yang terbesar dalam Kitab Suci, cinta Allah dan cinta kepada sesama tidak dapat dipisahkan. Cinta kasih dalam ajaran Kristiani menjadi ciri khas dan makna yang mendalam. Iman, harapan merupakan kondisi hidup manusia menuju ke penyelesaian akhir manusia dalam peziarahan hidup. Hidup cinta kasih 79 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI merupakan inti hidup rohani bagi orang kristen. Semakin orang bertumbuh dalam hidup rohani, ia pun semakin tumbuh dalam cinta kasih. Teladan cinta dari Yesus banyak dikisahkan dalam kitab Suci. Cinta Yesus tertuju kepada manusia tanpa kecuali. Dia mengasihi anak-anak (Luk 18:15-17). Yesus membela yang lemah (Luk 7:36-50). Bagi orang berdosa yang mau bertobat, Yesus belas kasih-Nya tanpa batas. Dia makan bersama pemungut cukai dan orang berdosa (Luk 19:1-10). Dia mengampuni semua saja dan bergaul tanpa sekat sosial dan budaya. Cinta Yesus yang sabar. Yesus menuntut kesabaran untuk dapat membedakan mana yang baik dan mana yang jahat (Mat 12:20; Yoh 12:47). Yesus tahu bagaimana menyesuaikan diri saat mendidik dan membentuk murid-murid sesuai dengan kemampuan mereka. Yesus adalah pribadi yang menyerahkan nyawa bagi semua (Yoh 15:13). Seluruh hidup dan waktu Yesus tidak untuk diri-Nya sendiri, tetapi untuk melaksanakan kehendak Bapa. Yesus menuntut agar para murid bertindak sesuai kehendak Allah Bapa (Luk 14: 26; Mrk 3:31-35). Yesus memberi teladan hidup dengan sukarela (Yoh 10: 17-18). b. Ketabahan sebagai ketaatan iman Tuhan menghendaki agar perjuangan dalam hidup dilakukan dalam kesadaran beriman, hanya Allah sendirilah yang mendatangkan pembebasan dan penebusan. Pada saat manusia berjuang karena penyakit, bencana alam, peperangan, kita ikut juga berjuang bersama Kristus, menyerahkan diri ketangan Bapa. Dengan berkeyakinan teguh bahwa bapa di surga mampu mengubah kegagalan, kematian menjadi kemenangan dan kehidupan sebagaimana yang 80 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI ditunjukkan Bapa dalam kebangkitan Yesus dari alam maut. Penderitaan merupakan tanda ketaatan iman kita kepada Alah. Seperti Kristus dalam persekutuan dengan-Nya, kitapun memuliakan Allah dengan memikul salib beban kehidupan kita. Kita mengungkapkan keyakinan kita bahwa pada akhirnya kuasa Allah yang mengalahkan kuasa iblis. Kuasa Allah yang datang dalam diri kita melalui Kristus (Dister,1987: 89 ). c. Hidup dalam penuh pengharapan Hidup penuh pengharapan mencakup orientasi ke masa depan yang lebih baik, meskipun banyak menghadapi banyak kesukaran. Dalam hal ini orang harus mengandalkan harapan bantuan Allah. Semakin orang bersatu dengan Allah, orang sering dimampukan merindukan apa yang dikehendaki oleh Allah. Sebagaimana percobaan dan kesukaran melahirkan suatu harapan, demikian pula percobaan dan kesukaran akan memurnikan harapan baik dalam hidup pribadi maupun bersama. Permasalahan hidup semakin membuat orang semakin menyandarkan diri kepada rahmat. Harapan memurnikan seluruh hidup manusia, sebab lewat kesukaran-kesukaran itu orang didorong untuk mengatasi dan mengahayati hidup secara baru sejalan dengan kekuatan rahmat. Sehingga orang dimampukan untuk bersemangat, bersikap positif terhadap hidupnya dan terhindar dari keputusaan. Dengan kata lain orang semakin meyerahkan diri kepada rencana Allah, sebab Allah sendirilah yang membuat harapan manusia semakin sempurna. 81 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI F. Ajaran Akhir Zaman Manusia dan seluruh ciptaan dunia ini akan mati. Tujuan seluruh ciptaan yang telah mati adalah bersatunya dengan Allah, inilah yang disebut sebagai akhir zaman (KWI, 1996: 470). Dalam bahasa Teologi dikenal dengan eskatologi. Dalam masyarakat tradisional pada umumnya sering juga menyebut akhir zaman dengan hari kiamat. “Tuhanlah tujuan sejarah manusia, titik sasaran segala dambaan sejarah dan kebudayaan manusia, kita dihidupkan dan dihimpun dalam Roh-Nya, berziarah menuju pemenuhan sejarah manusia ” (GS, art. 45). Sehingga manusia harus mencari hidup yang terarah kepada Allah. Dalam kitab suci dikatakan “Akulah Alfa dan omega, yang pertama dan yang terkemudian, yang awal dan yang akhir” (Why 22: 13). Tradisi Kristiani banyak menggunakan lambang-lambang dan gambaran kiasan untuk mengungkapkan kepenuhan harapan akhir zaman Kristiani, yang sebetulnya melampaui kemampuan manusia untuk dibayangkan (Hentz, 2005: 59). Konsep-konsep eskatologis antara lain akan dibahas dibawah ini. 1. Kematian Kematian sebagai pemisahan badan dan jiwa. Melalui waktu sejarah dalam hidupnya, seseorang membuat pilihan dasar. Didalam kematiannya seseorang mengambil bentuk akhirnya pilihan itu, pilihan yang mendasar menjadi definitif. Dalam kematian, manusia merangkum sejarahnya dan mencapai puncaknya. Itulah sebabnya bahwa kematian adalah akhir kehidupan sementara dan juga 82 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI kepenuhan hidup dalam permulaan menuju kehidupan abadi. Dengan kata lain kematian sebagai pilihan mendasar penyerahan diri kepada misteri Allah. Dalam kematian badani, keputusan yang dibentuk sepanjang hidup mencapai akhir. Kematian menyempurnakan kehidupan manusia dalam penyerahan terhadap misteri Allah (Hentz, 2005: 77-78). Kematian merupakan suatu pintu yang memasuki suatu fase baru dari kehidupan kekal. Bagi orang beriman, hidup yang berakhir dalam kematian hanyalah diubah, bukan dilenyapkan (Kirchberger: 1986: 222). Dalam kematiannya manusia akan berhadapan dengan Pengadilan Khusus, yaitu pengadilan pembalasan langsung pada setiap orang sejak kematiannya dalam jiwanya yang abadi sesuai dengan iman dan perbuatannya. Pembalasan itu berupa masuk kedalam kebahagiaan surga atau menjalani pemurnian atau masuk dalam neraka (KKGK, 2011: 79). 2. Surga lambang surga merupakan ungkapan eskatologi Kristiani yang sangat terkenal. Dalam Perjanjian Lama, surga berarti daerah diatas bumi dan menjadi tempat kediaman Allah. Dalam perjanjian baru, surga menjadi tempat tinggal orang-orang Kristiani yang mendapat ganjaran. Sesungguhnya surga bukanlah suatu tempat. Berada di surga adalah sepenuhnya berada di hadirat Allah (Rausch, 2001: 310). Surga tidak lain daripada rumusan untuk kebahagiaan manusia dalam kesatuannya dengan Allah. Bahwa surga dipandang suatu tempat, itu harus dipandang sebagai bahasa kiasan. Surga berarti mengambil bagian dalam 83 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI kebangkitan Kristus. Sebab Kristus memang telah bangkit dengan tubuh-Nya, tetapi tubuh surgawi lain dengan tubuh duniawi (1 Kor 15:40). Surga yang dimengerti sebagai kesatuan dengan Allah yang terlaksana dalam Kristus. Kristus dipersatukan dengan Allah dalam kebangkitan-Nya. Maka akhirnya surga berarti mengambil bagian dalam kebangkitan Kristus dan penekanannya adalah kepenuhan hidup. Sehingga surga akan mencakup alam semesta seluruhnya. Sebab segala makluk akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk dalam kemuliaan anak-anak Allah (Jacobs, 2007: 168). 3. Neraka Karena surga merupakan kesatuan sempurna dengan Allah, maka neraka berarti keterpisahan dari Allah, penolakan total terhadap Allah, keterpisahan secara definitif dengan Allah. Semua hal lain mengenai api dan siksaan badan bersifat sebagai bahasa kiasan saja (Jacobs, 2007: 169). Tanpa Allah orang tidak dapat hidup bahagia, di dunia ini mungkin ada yang merasa tidak membutuhkan Allah, tetapi bila manusia telah mengenal dirinya sendiri dengan baik, manusia dapat merasakan bahwa hidup tanpa Allah adalah maut. Maka jelaslah bahwa keterpisahan dari Allah adalah maut, tidak dapat dibayangkan namun kata itulah yang tepat untuk menggambarkan neraka. 4. Api Penyucian Karena ada jiwa-jiwa yang kurang baik untuk surga dan juga tidak mau masuk neraka, maka api penyucian dipandang sebagai persiapan untuk masuk 84 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI surga. Maka dimengerti bahwa yang masuk api penyucian itu orang yang mati dengan rahmat, namun dosanya belum sepenuhnya tertebus. Dimana merupakan tahap terakhir dalam proses pemurnian perjalanan kepada Allah. Kiranya bahwa proses pemurnian itu belum selesai pada saat kematian. Karena kematian merupakan penyerahan total kepada Allah, manusia pada saat kematian melihat dirinya sendiri dalam keadaan yang sesungguhnya (KWI, 1996: 468). Dalam api penyucian proses penyempurnaan ini justru terjadi dalam konfrontasi dengan Allah. Dalam rangka proses api penyucian barangkali bisa dilihat sebagai gambaran atau metafor lambang kemuliaan Allah sebagai kiasan bagi menyalanyalanya kerinduan, bagi berkobarnya hati manusia yang mendambakan Allah (Dister, 2004b: 600). 5. Penghakiman Terakhir Ajaran Kristen berbicara tentang penghakiman dalam konteks kasih Allah yang mendamaikan. Penghakiman Allah tidak ada kaitannya dengan keinginan untuk mencari kesalahan dan membalas dendam. Allah tidak dapat mengambil tindakan balasan. Cara berpikir ini sungguh menarik karena memperhatikan keadilan Allah dan kebebasan manusia secara sungguh-sungguh. Cara berpikir itu menghormati Allah dan manusia tanpa mengubah Allah yang berbelas kasih dan Allah menyerahkan kejahatan pada logikanya sendiri, yaitu logika kehidupan yang akan menjadi hakim, hakim yang menghukum orang-orang jahat ada dalam hukumanya (Rausch, 2001: 317). 85 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Penghakiman terakhir dinyatakan dalam kedatangan Yesus yang kedua dikenal dengan parousia pada akhir zaman. Penghakiman terakhir merupakan keputusan untuk masuk kedalam kebahagiaan atau hukuman abadi. Sesudah penghakiman terakhir badan akan dibangkitkan menuju kemuliaan bersama Kristus (KKGK, 2011: 80). 6. Harapan akan Langit Baru dan Bumi yang baru Setelah pengadilan terakhir, seluruh ciptaan akan dibebaskan dari belenggu kehancuran dan akan mengambil dalam kemuliaan Kristus dengan dimulainya “ciptaan yang baru” (2Kor 5: 17), “langit yang baru” dan “bumi yang baru” (2Ptr 3: 13). Yerusalem baru yang turun dari surga, dari Allah. Demikian akan tercapai kegenapan Kerajaan Allah, yakni definitif keselamatan Allah “untuk mempersatukan segala sesuatu dalam Kristus sebagai kepala, baik di surga maupun di bumi” (Ef 1: 10). Dalam gambaran yang pasti kita hanya diberi pernyataan paulus bahwa “yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga dan yang tidak pernah timbul dari hati manusia: semua akan disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (1Kor 2: 9). Maka Allah akan menjadi “semua di dalam semua” (1kor 15: 28) dalam kehidupan kekal yang sesungguhnya dan tanpa batas. G. Rangkuman Ajaran Kristiani Katolik Wahyu pada hakekatnya merupakan penganugrahan Diri dari Allah kepada manusia. Sejarah pewahyuan Allah dimulai dari Abraham (Kej 12: 1), ke 86 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Musa, dari Musa ke zaman para Raja dan nabi, memuncak dalam diri Yesus. Yesus adalah wahyu Allah/sabda yang menjelma menjadi manusia. Sampai sekarangpun Tuhan tetap mewahyukan dengan Roh yang sama agar tetap hadir dalam ruang dan waktu yakni Gereja. Iman berarti penyerahan pribadi total manusia seluruhnya kepada Allah sang pewahyu secara bebas. Allah Perjanjian Lama digambarkan dalam berbagai pengalaman hidup Israel, seperti Allah yang menuntun,membebaskan Israel. Allah dikenal dengan sebutan Yahwe. Allah Perjanjian Baru dinyatakan oleh Yesus sebagai Bapa yang maha kasih. Wafat serta kemuliaan Kristus menjadikan kepercayaan jemaat perdana bahwa Yesus, Dialah pernyataan Allah (Yoh 1: 18). Yesus Tuhan bahwa sesungguh-Nya Dia itu Yahwe sendiri, hidup karya serta sengsaran-Nya menyelamatkan semua orang. Sebutan Allah Tritunggal merangkuman seluruh karya keselamatan Allah bagi manusia, dari mulai Allah Bapa sebagai pencipta dunia, menyelamatkan manusia melalui Kristus Sang Putra dan sampai saat ini dalam Roh Kudus yang aktif dalam diri manusia. Allah telah menciptakan dunia dengan firman-Nya dan Allah menjadikan segala sesuatu ex nihilo, tanpa memakai bahan. Allah menjadikan langit dan bumi dengan sabda-Nya (Kej 1:3.6.9.14.20.24.26). Allah menciptakan manusia untuk mengenal, melayani dan mencintai Allah, serta untuk mempersembahkan kepadaNya di dunia ini semua ciptaan sebagai ucapan syukur dan untuk diangkat kedalam hidup bersama Allah. Hakekat manusia sebagai gambar Allah berarti manusia harus menampakkan persamaan ilahi didalam hidupnya dengan hidup kasih. 87 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Keselamatan diartikan dengan keadaan yang dianugrahkan Allah dengan wujud relasi yang beres dari segi sosial, politis dan rohani. Keselamatan dimulai dari sejarah pembebasan Israel, pembuangan di Babel dan janji pengharapan akan datangnya Mesias. Dalam Perjanjian Baru keselamatan rohani lebih ditekankan. Yesus karunia dari Allah dikenal sebagai sumber keselamatan. Keselamatan Yesus dikenal dengan kerajaan Allah. Keselamatan Kristiani menyangkut semua orang karena Allah bermaksud menguduskan dan menyelamatkan semua dan hendak membentuk umat (LG, art. 9). Keselamatan sudah terlaksana dalam Yesus, namun puncak kepenuhannya masih kita nantikan pada akhir zaman. Penghayatan iman Kristiani dalam hidup di dasarkan pada sabda pengajaran berupa hukum dasar yaitu cinta kasih, yang kedua sepuluh perintah Allah yang di laksanakan dengan terang kasih, ketiga ajaran kotbah di bukit (Mat 5: 1-7) sebagai penerus Taurat. Ajaran perumpamaan menunjukkan pemerintahan Allah di dunia beserta sifat-sifatnya. Kisah mujizat sebagai tanda keselamatan pemerintahan Allah sudah dinyatakan, namun belum penuh, kepenuhannya pada akhir zaman. Sengsara wafat Yesus sebagai teladan ketaatan kepada kehendak Bapa. Perwujudan nyata Kristiani dalam hidup adalah: cinta kasih kepada sesama, ketabahan dalam menjalani hidup dan hidup penuh pengharapan. Manusia dan seluruh ciptaan dunia ini akan mati, inilah yang disebut sebagai akhir zaman. Tradisi Kristiani banyak gambaran kiasan untuk mengungkapkan akhir zaman yang sebetulnya melampaui kemampuan manusia untuk dibayangkan. Kematian diartikan sebagai pintu masuk dari kehidupan sejarah menuju kehidupan kekal. Dalam kematian, manusia merangkum 88 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI sejarahnya dan mencapai puncaknya. Dalam kematiannya, manusia akan dihadapkan pada pengadilan khusus. Hal ini guna mengantar kedalam kebahagiaan surga (kesatuan sempurna dengan Allah) atau menjalani pemurnian atau masuk dalam neraka (keterpisahan dengan Allah), sesuai dengan perbuatannya. Penghakiman terakhir dinyatakan dalam kedatangan Yesus yang kedua dikenal dengan parousia pada akhir zaman. Penghakiman terakhir merupakan keputusan untuk masuk kedalam kebahagiaan atau hukuman abadi. Sesudah penghakiman terakhir badan akan dibangkitkan menuju kemuliaan bersama Kristus. Dalam keadaan inilah seluruh ciptaan akan dibebaskan dari belenggu kehancuran dan akan mengambil dalam kemuliaan Kristus dengan dimulainya “ciptaan yang baru” (2Kor 5:17), “langit yang baru” dan “bumi yang baru” (2Ptr 3:13) di kehidupan kekal yang sesungguhnya yang tanpa batas. 89 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB IV PERJUMPAAN ANTARA AJARAN KEBATINAN PANGESTU DENGAN AJARAN IMAN KRISTIANI MELALUI SUMBANGAN KATEKESE Dalam bagian ini penulis akan memaparkan perjumpaan ajaran Kristiani dengan ajaran Pangestu melalui katekese. Namun sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu titik temu antara ajaran Kebatinan dengan ajaran Kristiani melalui pandangan Magisterium Gereja dan juga melalui perbandingan pemahaman pokok-pokok dari kedua ajaran tersebut. Pada akhir bagian ini akan dipaparkan sebagai bentuk perjumpaan iman Kebatinan dengan Kristiani melalui sumbangan katekese yang sesuai dengan warga Kebatinan Pangestu. A. Menemukan titik temu Ajaran Kebatinan dengan Ajaran Kristiani Dalam bagian ini akan dibahas bagaimana pandangan Gereja terhadap ajaran non Kristiani seperti dalam dokumen Magisterium. Selanjutnya untuk memperdalam lagi akan dibahas perbandingan beserta titik temunya antara ajaran Kristiani dan ajaran Kebatinan Pangestu. 1. Pandangan Gereja terhadap ajaran non Kristiani menurut Konsili Vatikan II Pernyataan Konsili Vatikan II mengakui bahwa dalam agama-agama non Kristiani terdapat unsur-unsur positif. Dalam konsili Vatikan II telah ditemukan 90 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI perkembangan perspektif mengenai agama-agama non Kristiani. Pandangan yang semakin berangkat dari situasi konkret dan sikap pandang yang terbuka. Pandangan dan pembahasan kehidupan religius non Kristiani ditemukan dalam dokumen Konsili Vatikan II sebagai berikut: a. Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis mengenai Gereja Dokumen ini mau memberikan pandangan bagi mereka yang bukan kesalahannya sendiri tidak mengenal Injil Kristus dan Gereja, tetapi dengan tulus hati mencari Allah dan berusaha memenuhi kehendak Allah dalam suara hatinya, mereka dapat memperoleh keselamatan. Penyelenggarakan ilahi tidak pernah menarik kembali bantuan untuk keselamatan yang bukan karena kesalahannya sendiri. Apa yang dianggap baik dan benar merupakan persiapan Injili. Semua yang merupakan benih yang baik dalam hati dan budi orang serta dalam ibadat dan kebudayaannya tidak hilang, melainkan diutuhkan, diangkat dan disempurnakan demi kemuliaan Allah (LG, art. 16). b. Nostra Aetate, Deklarasi mengenai hubungan Gereja dengan agama non Kristiani Dalam dokumen ini dikemukakan bahwa Gereja tidak menolak apa saja yang benar dan suci dalam agama-agama lain. Dalam Hindhuisme diakui segala bentuk pengungkapan perbendaharaan mitos yang luar biasa dan filsafatnya serta bentuk-bentuk mati raga, berpaling pada Allah dan pengharapan adalah usaha mencari pengakuan yang Maha Tinggi atau Bapa. Berbagai bentuk Budhisme 91 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI mengakui dunia yang fana ini tidak memadai maka diajarkan jalan dalam semangat pengabdian dan harapan. Begitu juga dalam agama Islam yang meyembah Allah Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Maha Kuasa pencipta langit dan bumi, yang telah berbicara kepada manusia. Begitu pula dalam agamaagama lainnya yang terdapat di seluruh dunia yang berusaha menanggapi kegelisahan hati manusia dengan berbagai jalan ajaran dan peratuaran hidup serta ibadatnya. Dengan hormat dan tulus Gereja menghargai tata laku dan tata hidup serta peraturan-peraturan agama tersebut. Meskipun dalam banyak hal berbeda dari pengajaran Gereja, namun kerap kali memantulkan cahaya kebenaran yang menerangi semua orang (NA, art. 2-3). c. Ad Gentes, Dekrit tentang Kegiatan Misionaris Gereja. Rencana Allah untuk melaksanakan penyelamatan kepada semua orang tidaklah dilaksanakan hanya secara rahasia batin manusia, tidak pula pada usahausaha religius, dimana mereka melalui bermacam-macam cara mencari Allah dengan berusaha menyentuh Allah, meski memang Dia tidak jauh dari kita masing-masing. Usaha-usaha mereka perlu diterangi dan diluruskan, meskipun dalam penyelenggarakan Allah yang penuh kasih, usaha-usaha mereka bisa menuju Allah yang benar dan merupakan persiapan Injili (AG, art. 3). Dekrit Ad Gentes juga mengakui bahwa dalam kehadiran rahmat Allah hadir diantara bangsa-bangsa dan mengajak orang-orang Kristiani mengenal baik tradisi-tradisi religius bangsa mereka, dengan gembira serta hormat menemukan benih-benih sabda yang tersembunyi dalan tradisi-tradisi tersebut (AG, art. 9, 11). 92 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI d. Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral mengenai Gereja dalam Dunia Modern Dalam dokumen ini terdapat pandangan yang cukup luas mengenai perjumpaan Kristiani dengan iman non Kristiani. Bagi semua manusia yang berkehendak baik, di dalam hati, kasih karunia berkarya dengan cara yang tidak nampak. Karena Kristus telah wafat bagi semua orang dan karena panggilan manusia itu sebenarnya satu yaitu panggilan ilahi, maka haruslah yakin Roh Kudus memberikan kepada semua orang untuk bergabung dengan misteri Paskah atas cara yang diketahui Allah (GS, art. 23:5). Rencana keselamatan untuk semua orang. Kehadiran rahmat Allah itu dalam Gaudium et Spes dikatakan sebagai karya Roh Kudus. Roh kudus hadir dan berkarya dalam orang-orang non Kristiani dalam penghayatan religius mereka. Titik tolak Gaudium et Spes adalah situasi konkret dunia modern. Cara pendekatan ini membuat Gereja bersikap terbuka terhadap kebudayaan-kebudayaan, pandangan-pandangan yang menjadi aspirasi manusia. Roh kudus tidak hanya berkarya dalam Gereja tetapi diluar Gereja. Pengaruh Roh Kudus tidak hanya dalam ungkapan-ungkapan religius namun juga dalam usaha-usaha bidang kegiatan kemanusiaan persaudaraan semua orang. Banyak nilai menuju yang diwartakan Injil telah diperjuangkan oleh dunia seperti keluhuran martabat, persaudaraan, dan kebebasan. Kerajaan yang diperjuangkan Yesus adalah kebenaran dan kehidupan, kekudusan, keadilan, cinta dan perdamaian (GS, art. 39). Dengan demikian konstitusi pastoral Gaudium es Spes menganjurkan dialog antar agama mesti 93 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI menjadi perjumpaan iman yang didasari pengakuan akan kehadiran Roh kudus yang sama pada pihak non Kristiani. Perjumpaan itu akan menjadi proses menemukan dan mengikuti Roh Kudus yang dialami semua. Perjumpaan iman akan menuju ke pelaksanaan iman bersama yaitu membangun kehidupan yang adil, penuh kasih, demi persaudaraan semua orang dalam kasih Allah (GS, art. 92). Kehendak Bapa adalah agar kita saling mengenal Kristus, saudara kita dalam semua orang dan mencintai-Nya dengan kata maupun tindakan dengan demikian memberi kesaksian mengenai kebenaran dan saling mengungkapkan rahasia cinta Bapa (GS, art. 93). Dasar yang paling mendalam perjumpaan iman Kristiani dan non Kristiani adalah karya Roh Kudus yang satu dan sama dalam orang-orang Kristiani dan orang-orang non Kristini. Arah perjumpaan menemukan dan mengikuti Roh Kudus, Roh yang berkehendak menyelamatkan semua orang. Allah telah mengutus Putra-Nya ke dunia hingga wafat di kayu salib. Yesus wafat untuk semua orang. Melalui wafat dan kebangkitan Yesus, Roh Allah, Roh yang satu dan sama dengan Roh yang memenuhi Yesus, dianugrahkan kepada manusia. Roh Kudus itu hadir memenuhi dalam Gereja, tetapi lebih luas dari pada Gereja. Roh yang sama juga berkarya dalam agama dan kepercayaan non Kristiani karena Gereja tidak berhak memonopoli anugrah Roh. Manusia pertama-tama memilih dan memutuskan untuk menerima tawaran atau menolak kasih Allah. Demi kehidupan yang lebih manusiawi, dalam diri orang beriman tak terpisahkan dari pengaruh dorongan Roh Kudus yang harus ditemukan dan diikuti (Banawiratma, 1986: 46-57). 94 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 2. Perbandingan Ajaran Kebatinan Pangestu dengan Ajaran Kristiani Dalam bagian ini penulis akan membahas pandangan Kebatinan dari sudut iman Kristiani. Perbandingan ini diharapkan semakin memperdalam pengetahuan akan ajaran Kristiani Katolik dan ajaran Kebatinan Pangestu. Sebagai dasarnya adalah bab kedua dan bab ketiga dari karya tulis ini. Dalam hal ini akan dibahas bagian pokok-pokoknya saja. a. Ajaran Wahyu dan Iman Dalam ajaran Kebatinan “wahyu pribadi” sangatlah ditekankan. Dalam Pangestu, Wahyu diberikan oleh Tuhan kepada manusia terpilih setelah mampu melampaui pengalaman hidup yang berat. Wahyu itu anugrah, wahyu diartikan sebagai derajat kejiwaan, pepadang (terang), Suksma Sejati, kesadaran hidup. Datangnya wahyu selangkah demi selangkah melalui waktu yang lama. Wahyu tumbuh dalam jiwa manusia terpilih. Wahyu tidak berbentuk. Wahyu dalam Pangestu dinamakan wahyu Sasangka Jati (jiwa sejati). Jalan untuk mendapatkan wahyu terdapat dalam kitab Sasangka Jati. Iman dalam Pangestu digambarkan bahwa seorang beriman bersedia mendekati Tuhan dengan jalan menerima dan melaksanaan ajaran Sang Guru Sejati yang yang terkandung dalam kitab Sasangka Jati. Terbentuknya iman karena manusia menanggapi wahyu Sasangka Jati dengan melaksanakannya. Jadi wahyu sasangka jati yang diterima oleh R.Soenarto ditulis dan dibukukan dalam kitab Sasangka Jati. Kitab ini yang digunakan untuk piwulang atau ajaran bagi para murid yang ingin mendapatkan wahyu dari Tuhan yang berupa pepadang (terang), Suksma Sejati, kesadaran hidup. 95 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Sedangkan wahyu dalam Kristiani bukanlah kata-kata, kalimat-kalimat yang biasa dipahami oleh penganut diluar Kristiani, namun merupakan komunikasi sejarah dalam kehidupan yang mengundang partisipasi dari manusia. Manusia diajak bertemu dengan Allah dan bersatu dengan-Nya. Terjadinya wahyu secara tahap demi tahap dalam sejarah manusia. Sejarah pewahyuan Allah dimulai sekitar 4000 tahun yang lalu. Dalam Perjanjian Lama dimulai dengan perwahyuan Allah terhadap Abraham (Kej 12:1). Sejarah perwahyuan ini berjalan terus menerus dari Abraham ke Musa, dari Musa ke zaman para Raja dan nabi melalui sejarah Israel sampai memuncak dalam diri Yesus, yang terdapat dalam Perjanjian Baru. Pewahyuan Allah yang paling penuh dan sempurna terjadi dalam manusia Yesus. Manusia Yesus Kristus adalah wahyu Allah yang hidup dan pribadi-Nya sempurna mengungkapkan apa yang ingin dikatakan Allah kepada manusia. Sedangkan iman merupakan penyerahan diri seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan kebenaran-Nya. b. Ajaran tentang Tuhan Baik iman Kristiani maupun iman Pangestu keduanya mengajarkan Tuhan itu pada hakekatnya tidak dapat dilihat dan tidak dapat diketahui oleh manusia. Namun tidak dapat dikatakan bahwa ajaran ini sama saja. Untuk mengungkapkan gambaran Tuhan, Pangestu mengajarkan Tri Purusha. Bagi Pangestu, Tri Purusha adalah tiga pangkat atau martabat di dalam emanasi atau pengaliran Allah keluar Dirinya. Bagi Kristiani Tuhan Allah 96 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI dikenalkan dengan sempurna dalam Allah Tritunggal, yang artinya satu namun kodrat-Nya mengandung tiga aspek atau sifat. Sifat-sifat tersebut adalah abadi. Iman akan Allah Tritunggal menerangi pemahaman terhadap keselamatan manusia dan ciptaan dan tujuan sejarah, yaitu bahwa dunia diciptakan Tuhan, lalu Tuhan mewahyukan Diri didalam Yesus dan senantiasa berkarya sampai sekarang dalam karya Roh Kudus dalam diri manusia. c. Ajaran Penciptaan Baik dalam ajaran Kristiani maupun ajaran Pangestu, sama-sama mengajarkan bahwa Tuhan telah ada sebelum semesta ini dijadikan. Dalam Pangestu sebab alam semesta ini dijadikan karena Tuhan mempunyai kehendak untuk menurunkan Roh Suci, yaitu cahaya Tuhan. Tetapi kehendak itu terhenti karena belum ada wadahnya dan tempatnya. Oleh sebab itu Tuhan lalu membuat alam semesta (Harun, 1983: 124). Segala yang ada di semesta ini diciptakan secara proses emanasi atau pengaliran kekuasaan Allah dari dalam diri-nya (Suwarno, 2005: 312). Penciptaan dimulai dengan pembuatan bahan dasar yang disebut anasir-anasir, lalu penciptaan semesta alam dan yang terakhir penciptaan manusia. Hakekat manusia adalah cahaya Tuhan sendiri yang disebut kesatuan Tri Purusha: Suksma Kawekas, Suksma Sejati, dan Roh Suci, yang diberi pakaian dari anasir empat macam : udara, api, air dan tanah. Manusia dipandang sebagai pletikan Allah, maupun sinarnya Allah telah yang menjelma menjadi manusia. Namun penjelmaan ini dipandang sebagai Roh yang telah terpenjara dalam tubuh. Roh itu tetap Allah adanya, tetapi karena suasana yang 97 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI gelap dalam tubuh dan banyak rintangan serta gangguan dalam dunia kasar, Roh suci itu tidak dapat melaksanakan kehendak-Nya. Sedangkan dalam Kristiani Allah menciptakan dunia dengan firman-Nya (Kej 1:3.6.9.14.20.24.26). Allah menjadikan segala sesuatu ex nihilo, tanpa memakai bahan. Allah menjadikan langit dan bumi bukan dari sesuatu yang sudah ada (creatio ex nihilo). Tidak ada bahan diluar Allah yang dari padanya Allah menjadikan langit dan bumi. Allah menciptakan segala sesuatu untuk melayani manusia dan manusia diciptakan untuk mengenal, melayani dan mencintai Allah. Hakekat dari manusia adalah segambar dan serupa dengan Allah. Itu berarti manusia harus mencerminkan hidup ilahi di dalam kehidupannya, seperti Allah itu sempurna, Allah itu kasih, demikian manusia diharapkan sempurna seperti Allah dengan jalan hidup cinta kasih dengan sesama ciptaan. d. Keselamatan Manusia Iman Kebatinan maupun iman Kristiani mengajarkan bahwa manusia mendapatkan keselamatan. Keselamatan itu tertuju baik saat hidup di dunia ini mapun pada akhir zaman. Ajaran Kebatinan Pangestu mengajarkan bahwa manusia bisa dibebaskan dari permainan hawa nafsunya yang mengakibatkan menggambarkan keselamatan manusia adalah dosa. Pangestu kembalinya manusia ke asal mulanya yang maha luruh atau ke sifat ke Tuhannya, ialah keabadian Tri Purusa yang tidak dapat mati, dengan berjalan dijalan menurut petunjuk Tuhan (Suksma Kawekas), yang diperintahkan perantaraan utusan-Nya yang abadi yaitu Suksma 98 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Sejati. Keselamatan tertinggi manusia bila kembali kepada Tuhan di dalam alam manusia yang sejati. Tiba di alam manusia sejati agaknya menjadi Tuhan sendiri, manusia yang hakekatnya Roh Suci adalah Tuhan sendiri sebab dikatakan dalam Sasangka Jati (Soenarto, 2005: 168). Keselamatan tertinggi akan diperoleh bila manusia telah meninggal dunia dengan cara yang benar. Dengan cara ketika di dunia “nunggal laras dengan sifat-sifat dan persatuan luluh hidup manusia dengan Tuhan”. Sarana mencapai keselamatan dengan menerima Suksma Sejati, mengatur angan-angan, nafsu, perasaan serta bersatu dengan Suksma Sejati dan Suksma Kawekas. keselamatan manusia bergantung dari usaha manusia sendiri selagi hidupnya. Keselamatan Kristiani mengajarkan bahwa manusia dapat dilepaskan dari kekuasaan dosanya, sehingga dapat bersatu dengan Tuhan. Dosa telah menguasai manusia sehingga manusia menjadi budak dan permainan dosa. Bila dalam Kebatinan ada jalan yang diusahakan manusia sendiri untuk menerima keselamatan dari Allah, dalam Kristiani mengajarkan bahwa keselamatan hanya datang dari karunia Allah. Manusia tidak dapat membuat jalannya sendiri untuk memperoleh keselamatan dari Allah. Keselamatan manusia bergantung pada Allah, bergantung kepada belas kasih Allah. Tuhan Allah yang karena kemurahnnya telah menyatakan perdamaian-Nya dengan pernyataan Diri-Nya sendiri melalui Yesus Kristus. Tindakan Allah yang menyelamatkan berdasarkan kasih karunia, sebagaimana hal itu telah menjadi nyata dalam penebusan yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Manusia tinggal menerimanya dengan iman kepercayaan. Dilihat dari pihak manusia iman adalah alat untuk menerima 99 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI keselamatan dari Allah, tetapi dari pihak Tuhan, iman adalah anugrah Tuhan (Harun, 1970: 164). Keselamatan Yesus dikenal dengan kerajaan Allah. Allah berkehendak menjadi raja agar keselamatan hadir dalam semua manusia. Keselamatan Kristiani menyangkut semua orang karena Allah bermaksud menguduskan dan menyelamatkan semua dan hendak membentuk umat (LG, art. 9). Keselamatan sudah terlaksana dalam Yesus, namun puncak kepenuhannya masih kita nantikan pada akhir zaman. e. Ajaran Penghayatan Iman dalam kehidupan nyata Dalam pengahayatannya dalam kehidupan nyata, baik ajaran Pangestu maupun Kristiani sama-sama mengusahakan agar keselamatan dan keselarasan terwujud di dunia ini. Sikap hidup Pangestu bertalian erat dengan pandangannya terhadap dunia material yang dapat disentuh oleh panca indera. Dalam mensikapi hidup ada tiga unsur utama yaitu: distansi, konsentrasi dan representasi. Manusia mengambil distansi (jarak) terhadap dunia (jagad gedhe) dengan jalan rilo, narimo, sabar. Kemudian diadakan konsentrasi terhadap dirinya sendiri dengan jalan tapa dan pamudaran, inipun semacam distansi terhadap badannya sendiri (jagad cilik). Hasil dari distansi dan konsentrasi adalah representasi. Melepaskan ikatan dunia material dan batin yang dimurnikan, maka orang menjalankan kehidupannya sebagai seorang utusan Tuhan dalam dunia. Penghayatan iman Kristiani dalam hidup di dasarkan pada sabda, pengajaran, teladan hidup, hukum dasar cinta kasih, yang diberikan oleh Yesus. 100 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Perwujudan nyata Kristiani dalam hidup adalah: cinta kasih kepada sesama, ketabahan dalam menjalani hidup dan hidup penuh pengharapan. f. Ajaran Akhir Zaman Dalam Pangestu dan Kristiani terdapat pandangan yang sama-sama tertuju pada akhir zaman. Ajaran akhir zaman Pangestu adalah kembalinya jiwa-jiwa kepada Tuhan Sang Suksma Kawekas. Pangestu mempunyai kepercayaan bahwa jiwa-jiwa yang meninggal diartikan sebagai kiamat kecil. kelahiran kembali/reinkarnasi sebagai jalan yang harus ditempuh untuk memperbaiki jiwa si mati yang masih berdosa. Jalan yang ditempuh ada dua yaitu lahir kembali sebagai manusia atau pun lahir kembali ke dunia hewan. Kiamat besar adalah akhir dari semesta ini, tidak ada kesempatan untuk reinkarnasi dan Tuhan mengadakan pemisahan antara hamba yang berdosa dan hamba yang setia kepada Tuhan ke alam yang sejati. Dalam Kristiani kematian diartikan sebagai pintu masuk dari kehidupan sejarah menuju kehidupan kekal. Api penyucian digunakan untuk pemurnian jiwajiwa yang belum suci. Penghakiman terakhir dinyatakan dalam kedatangan Yesus yang kedua dikenal dengan parousia pada akhir zaman. Penghakiman terakhir merupakan keputusan untuk masuk kedalam kebahagiaan atau hukuman abadi. Didalam pengakiman yang terjadi sebenarnya manusia sendirilah yang memilih. Yang memilih anugrah Allah akan memperoleh kehidupan kekal, sementara yang menolak anugrah Allah akan ditempatkan di kerajaan maut (Why 20:11-15). Sesudah penghakiman terakhir badan akan dibangkitkan menuju kemuliaan 101 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI bersama Kristus, dengan dimulainya “ciptaan yang baru” (2Kor 5:17), “langit yang baru” dan “bumi yang baru” (2Ptr 3:13) di kehidupan kekal yang sesungguhnya yang tanpa batas. 3. Pemahaman Kebatinan Pangestu dalam rangka Hidup Rohani Kristini Setelah mencermati ajaran Kebatinan Pangestu dan beberapa sumber dari ahli Kebatinan Kristiani, dalam bagian ini penulis bermaksud menyajian gagasan tentang pemahaman terhadap Kebatinan Jawa khususnya Pangestu, dalam hubungannya dengan hidup rohani Kristiani. Sehingga diharapkan bagi saudarasaudara yang beriman Kristiani Katolik dapat memaknai ajaran Kebatinan Pangestu dalam terang Kristiani. Berikut ini akan di paparkan gagasan pokok Kebatinan yang sekiranya dapat dijadikan komunikasi serta pertemuan antara paham Kebatinan dan Kristiani. a. Pemahaman Manunggaling Kawula Gusti Salah satu mistik Kebatinan adalah ajaran manunggaling kawula Gusti, atau pamoring kawula Gusti yang artinya persatuan ciptaan dengan penciptaanya. Dalam persatuan dengan Tuhan itulah letak keselamatannya. Pangestu mengajarkan manunggaling kawula Gusti dengan jalan nunggal laras ke sifat ke Tuhanan, ialah keabadian Tri Purusa yang tidak dapat mati, dengan berjalan dijalan menurut petunjuk Tuhan (suksma kawekas), yang diperintahkan perantaraan utusan-Nya yang abadi yaitu Guru Sejati (Suksma Sejati). 102 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Bagi orang Kristiani pemahaman Manunggaling Kawula Gusti didasarkan pada iman akan Yesus kristus. Yesus kristus merupakan puncak segala-galanya, puncak dan pusat dimana Allah hendak mempersatukan segala yang ada di surga dan di bumi (Ef 1: 10). Berhadapan dengan Kebatinan tentang pandangannya dalam dunia kosmis, dapatlah dikatakan bahwa Kristus menjadi pusat dan kepala dari segala sesuatu yang meresapi alam semesta. Kristus yang lahir dari Bapa menjelma menjadi manusia dan kembali kepada Bapa dengan membawa segala sesuatu dipangkuan Bapa. Dengan demikian persatuan terjadi tidak hanya manusia dengan Allah, namun persatuan juga terjadi diantara manusia dengan manusia dan dengan alam semesta. Keselamatan seluruh ciptaan ada dalam diri Yesus Kristus (Banawiratma, 1986: 78). Yesus Kristus adalah jaminan persatuan, pesatuan Allah dengan manusia. Allah menyelamatkan manusia melalui Yesus. Yesus Kristus adalah wahyu Allah, pemberian diri Allah, pelaksanaan karya penyelamatan Allah. Dalam diri Yesuslah orang mendapat kepastian tentang persatuan Allah dengan manusia atau Manunggaling Kawula Gusti. Seperti yang dikatakan Injil Yohanes “pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku didalam Bapa-Ku dan kamu didalam Aku dan Aku didalam kamu” (Yoh 14: 20). Dengan demikian Manunggaling Kawula Gusti adalah dengan hidup bersatu hati dengan Yesus dan mengikuti teladan Kristus. b. Pemahaman tentang Gustining jagad cilik dan Gustining jagad gedhe Ajaran Kebatinan dikatakan bahwa dalam diri manusia dialami Tuhan sebagai Gustining jagad cilik (dunia kecil, mikro kosmos) sedangkan dalam alam 103 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI semesta, manusia mengalami Tuhan sebagai Gustining jagad gedhe (penguasa alam semesta, makro kosmos). Jembatan untuk sampai pada Gustining Jagad Gedhe hanya dapat dilalui dengan pengalaman akan Tuhan sebagai Gustining Jagad Cilik melalui tuntunan dari Sang Guru Sejati. Dalam diri Yesus Kristus ditemui Gustining jagad cilik sekaligus Gustining jagad gedhe. Dan juga dalam diri Yesus ada tuntunan ajaran untuk bertemuanya Gustining jagad cilik, Gustining jagad gedhe. Yesus Kristus adalah Allah-manusia, Allah yang menjelma (Banawiratma, 1986: 77). “Barang Siapa telah melihat Aku , ia telah melihat Bapa...tidak percayakah engkau, bahwa Aku didalam Bapa dan Bapa didalam Aku?...percayalah kepada-Ku, bahwa Aku didalam Bapa dan Bapa didalam Aku” (Yoh 14: 9-11). c. Pemahaman tentang Sang Guru Sejati Dalam rangka menuju kesempurnaan hidup, seorang guru merupakan orang yang menyampaikan petunjuk jalan kehidupan. Seorang guru menunjukkan mana jalan yang baik dan mana jalan yang dianggap sesat. Guru menerangi hati dan menunjukkan jalan kemuliaan pada murid. Seorang guru Kebatinan membuka mata batin muridnya sampai berhubungan dengan Sang Guru Sejati. Sang Guru Sejatilah yang akan mengajar para murid. Seorang guru Kebatinan mengantar membuka batin murid sampai bisa “jumbuh” (bertemu, berwawan-sabda) dengan Sang Guru Sejati. Iman Kebatinan Pangestu mengajarkan dalam Tri Purusa yaitu Suksma Kawekas, Suksma Sejati, Roh Suci. Telah dijelaskan bahwa Suksma Sejati adalah 104 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Pemimpin yang sejati, panuntun sejati, Guru Sejati /Utusan Tuhan. Seperti yang disabdakan dalam Sasangka Jati: “Jikalau kamu ingin selamat dijalan asalmu, selama kamu masih hidup di dunia ini, hendaknya kamu taat kepada kewajibanmu yang sudah kamu sanggupi, agar kamu dipimpin oleh guru sejatimu” (Sasangka Jati). Pangestu mengakui bahwa keselamatan dengan jalan berjuang menjadi satu dengan Suksma Sejati, sehingga dapat dikatakan bahwa ajaran guru Sejati itu sudah menjelma di dalam hidup orang dan orang mendapat sifat-sifat yang sama dengan Suksma Sejati. Jika orang dapat menaklukkan nafsu-nafsunya ia akan dipersatukan dengan sifat Tuhan yang sudah menjelma di dalam pusat hidupnya. Mengenai paham Sang Guru Sejati iman Kristiani merumuskan dengan pemahaman akan “sabda yang menjelma”, yaitu dalam Yesus Kristus adalah firman yang hidup, yang bisa didengar, telah dilihat dengan mata, telah disaksikan dan diraba oleh tangan Para Rasul (1 Yoh 1:1). Yesus Kristus telah mengaku Dirinya adalah “Guru” dan “Tuhan” (Yoh 13:13). Semasa kehidupan Yesus sejarah, Dia mengajar dan memberi perintah sebagai orang yang berkuasa (Mat 7:29). Dan sesudah kebangkitan-Nya memberikan terang iman bahwa Dialah sang Guru Sejati yang dalam Roh “Mengajar segala sesuatu dan mengingatkan akan semua yang telah dikatakan-Nya ” (Yoh 14:26). Roh itu adalah sebuah Roh kebenaran yang meyertai murid-murid-Nya dan diam di dalam mereka (Yoh 14:17). Dengan demikian Roh akan mengajar segala sesuatu dalam kebenaran kepada murid Yesus sampai kapanpun. Maka Roh kebenaran juga akan tetap tinggal dilubuk hati orang Kristiani selamanya. Roh kebenaran adalah Roh 105 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Kristus, sabda yang menjelma yang tinggal dalam hati orang beriman. Sehingga orang beriman hidup dalam Roh dan mendapat bimbingan Roh Kristus itu. d. Pertobatan Syarat Bersatu dengan Sang Guru Sejati Untuk mencapai persatuan dengan Sang Guru Sejati dan kepekaan mendengarkan “suara Allah”, manusia dituntut untuk bertobat dan menyesali kesalahan-kesalahan dan terus membersihkan diri, sebab manusia berdosa. Maka segala laku tapa dan mati raga dilakukannya sesuai petunjuk Sang Guru Sejati (Kuntoro, 1988: 26). Paham yang demikian dalam Kristiani juga ditemukan, supaya manusia dapat mendengar suara Allah, manusia harus bertobat. Bertobat merupakan proses yang terus menerus, dimana manusia selalu membuka diri dan mengarahkan dirinya kepada Allah. Maka tobat sebagai proses memuat pula askese cara hidup dimana orang menaklukkan diri sendiri. Jadi askese adalah suatu jalan. Dalam hal ini paham tobat Kristiani memberikan pedoman yang tepat untuk segala macam laku tapa dan mati raga (Banawiratma, 1986: 82). e. Hidup selalu Berwawan-sabda dengan Sang Guru Sejati Bila dalam Kebatinan seorang guru Kebatinan “membuka” jalan agar sampai kepada bertemunya Sang Guru Sejati, maka dihadapkan dengan paham itu, dapat dikatakan bahwa bagi Kristiani “pembukaan” itu terjadi dalam Sakramen Inisiasi yaitu dalam Baptis, Ekaristi dan Krisma. Bila orang Kristiani mengakui imannya pada Yesus dan dipermandikan dalam nama-Nya, dilahirkan dalan Roh dan air, dimasukkan dalam hidup ilahi dalam persatuan Bapa, Putra dan 106 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Roh Kudus, maka hidup baru akan semakin berkembang dibina oleh penerimaan sakramen-sakramen dan oleh hidup bersama di dalam jemaat Kristiani (Kuntoro, 1988: 31). Dalam berwawan sabda dengan Sang Guru Sejati, para penganut Kebatinan mempercayai bahwa Sang Guru Sejati membimbing, mengatur kehidupannya. Orang yang demikian akan peka terhadap petunjuk Tuhan, baik yang berupa “suara” yang di dengar dalam batinnya maupun tanda-tanda yang dialaminya dalam alam semesta. Pandangan Kristiani mengenai hal ini menyangkut dua hal yakni: “suara hati” dan “pembedaan Roh”. Pada dasarnya hati nurani manusia menemukan suatu hukum yang mengharuskan manusia mencintai yang baik dan mengelakkan yang jahat, bahkan suara itu akan terdengar menggema di dalam kalbu, “buatlah ini, cegahlah itu”. Karena di dalam hati manusia ada suatu hukum yang ditulis oleh Allah sendiri. Dan menurut hukum itulah manusia akan diadili kelak (GS, art. 16). Bagi orang Kristiani suara hati diresapi dan dinormai oleh sabda yang menjelma dalam Yesus Sang Guru Sejati yang harus didengar oleh manusia (Mrk 9). Karena manusia terkadang masih berdosa maka selalu ada “suara lain”, disini manusia dihadapkan dengan “pembedaan Roh”. Manusia dituntut kepekaan untuk menangkap suara Tuhan dengan mengujinya setiap Roh yang bergerak di hatinya (Kuntaro, 1988: 32). Dalam iman Kristiani telah dianugrahkan kemampuan untuk mendengar dan berwawan sabda dengan Yesus, Sang Guru Sejati yang telah banyak direnungkan dalam Perjanjian Baru. Disinilah nampak Tritunggal dalam iman Kristiani: tak 107 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI seorangpun akan sampai kepada Bapa kecuali melalaui Sang Putra dalam kuasa Roh Kudus (Yoh 14:6; 15:26; 16:14). B. Sumbangan Program Katekese Dalam Paguyuban Kebatinan Pangestu Sebagai Wujud Perjumpaan Iman Kristiani Dengan Iman Kebatinan Pangestu Sumbangan katekese bagi saudara Pangestu diharapkan sebagai sarana perjumpaan iman yang akan menghasilkan pemahaman baru. Dengan demikian pemahaman Pangestu mendapat terang dari ajaran Kristiani. Dalam bagian ini akan dipaparkan terlebih dahulu dasar tentang katekese, sumbangan program Katekese dan contoh persiapan katekese bagi Pangestu. 1. Usaha Berkatekese Pewartaan katekese harus dipahami secar integral yaitu pengertian dasar katekese, tujuan katekese, isi katekese, unsur-usur dalam katekese dan pemilihan model katekese yang sesuai agar proses pewartaan pada saudara Pangestu sampai pada tujuan dan dapat membuahkan hasil yang sempurna. a. Pengertian Katekese Rumusan katekese beraneka ragam, tidak dijumpai pengertian yang sifatnya baku, pengertian selalu senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam Kitab Suci kata katekese ditemukan dalam Luk 1:4 (diajarkan); Kis 18:25 (pengajaran dalam Tuhan); Kis 21:21 (mengajar); Rm 108 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI (diajar); 1Kor 14:19 (mengajar); Gal 6:6 (pengajaran). Dalam konteks ini katekese dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman dan pendidikan iman agar seorang Kristen semakin dewasa dalam iman (Telaumbanua, 1999: 1). Dalam dokumen Magisterium Gereja Catechesi Tradendae mendefinisikan katekese adalah sebagai berikut: “Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang dewasa dalam iman yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara sistematik dan oraganis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki hidup Kristen” (CT, art. 18). Dalam rumusan dokumen di atas menyatakan bahwa katekese tidaklah mengenal batasan usia dan jenis kelamin. Ada tiga makna yang ditekankan dalam dokumen tentang katekese yakni: pembinaan iman, penyampaian ajaran Kristen secara organis dan sistimatis, serta pemenuhan peserta dalam hidup Kristen. Dalam konteks di Indonesia, katekese dimengerti sebagai katekese umat. Katekese umat dimengerti sebagai komunikasi iman umat atau tukar pengalaman iman antara anggota jemaat. Hal ini berarti katekese dari umat dan untuk umat, katekese yang menjemaat berdasarkan situasi konkret menurut pola Yesus Kristus. Yang berkatekese adalah umat, pembina berfungsi sebagai pengarah. Yang ditekankan terutama pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan (Rumusan PKKI II no. 1). b. Tujuan Katekese Tujuan katekese adalah membantu jemaat beriman Kristiani untuk semakin percaya kepada Kristus, sehingga umat semakin diteguhkan dan 109 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI dikuatkan imanya. Secara mendalam Paus Yohanes Paulus II dalam dokumen Magisterium Gereja memaparkan katekese sungguh baik sebagai pendewasaan iman. Tujuannya katekese ialah mendampingi umat Kristiani untuk meraih kesatuan iman kepenuhan dalam Kristus, kedewasaan pribadi, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan Kristus (CT, art. 25). Katekese diharapkan mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh dan hari demi hari memekarkan menuju kepenuhan kehidupan Kristiani. Dengan kata lain misteri Kristus dalam cahaya firman Allah dapat diresapi dalam pribadi manusia, sehingga berkat rahmat itu diubah menjadi ciptaan baru. Katekese menjadi tahap pengajaran dan pendewasaan iman (CT, art. 20). Katekese mengantarkan umat Kristiani agar jemaat Kristiani mendapat pengetahuan mengenai Allah dan memahami rencana keselamatan Allah yang berpusat pada Kristus. Dengan demikian kehidupan di masyarakat disinari dengan terang Kerajaan Allah (DCG, art. 21). Dalam PKKI II yang berlangsung dari tanggal 29 Juni sampai dengan 5 Juli 1980 di klender Jakarta tujuan katekese dirumuskan sebagai berikut: Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalamanpengalaman kita sehari-hari. Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan haidup sehari-hari. Dengan demikian kita semakin sempurna iman, berharap mengamalkan cinta kasih dan semakin dikukuhkan hidup Kristiani kita. Kita makin bersatu dalam Kristus, semakin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta. Memberikan kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat. Katekese harulah secara sungguh-sungguh menanggapi kebutuhan dan kerinduhan umat setempat, katekese diharapkan membantu umat untuk menghadapi hidup dan membekali supaya terampil dan cerdas mensikapi 110 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI perbedaan, terlibat dalam pembangunan, perdamaian, keharmonisan, dan kebebasan semua warga (Heryatno, 2012: 135). Dalam berbagai uraian yang menjadi tujuan katekese dapat disimpulkan tujuan katekese yakni membina, mengajar dan mengkomunikasikan iman sehingga terjadi pertobatan (metanoia) kepada Allah. Dengan demikian katekese sesuai kerinduan saudara Pangestu diharapkan semakin menyadarkan kehadiran Allah dalam kenyataan hidup seharihari serta arah keterlibatan hidup baru dalam Kristus. c. Isi katekese Isi katekese pada hakekatnya kabar gembira keselamatan yang terwujud dalam diri Yesus Kristus. Ditegaskan dalam anjuran Apostoliknya Paus Yohanes II dalam dokumen Magisterium Gereja Catechesi Tradendae dirumuskan sebagai berikut: “Karena katekese merupakan momen atau aspek dalam pewartaan Injil isinya juga tidak lain kecuali isi pewartaan sendiri secara menyeluruh satusatunya amanat, yakni warta gembira keselamatan yang telah didengar sekali atau ratusan kali, dan telah diterima setulus hati, dalam katekese terus menerus dijalani melalui refleksi dan studi sistimatis, melalui akan gema pemantulannya dalam kehidupan pribadi seseorang, suatu kesadaran yang meminta komitmen yang semakin penuh dan dengan mengintegrasikannya dalam keseluruhan yang organis dan selaras, yakni peri hidup Kristen dalam masyarakat dan dunia” (CT, art. 26). Bersumber dari anjuran Apostoliknya Paus Yohanes II, Yakob Papo (1989: 53) memaparkan bahwa isi katekese sebagai suatu kegiatan pewartaan kabar gembira demi penghayatan iman membutuhkan isi yang memadai yakni bahan warta dari Allah yang terdapat dalam pengalaman hidup nyata, dalam inspirasi Injil dan dalam ajaran Gereja yang terprogram secara menyeluruh. 111 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Seluruh uraian diatas memberi penegasan bahwa isi katekese adalah “Yesus Kristus, sabda Allah yang menjadi manusia, puncak tindakan Allah di dalam sejarah pewahyuan diri-Nya kepada manusia, merupakan pusat warta Injil dalam rangka sejarah keselamatan” (DCG, art. 39-40). Dalam katekese perlu ditekankan bahwa Kristus adalah cahaya bagi hidup manusia dan merupakan jawaban atas masalah-masalah mendasar hidup manusia (Rukiyanto, 2012: 61). d. Unsur-Unsur Dalam Berkatekese Melalui katekese iman umat Kristiani semakin disempurnakan dalam rangka mengikuti Yesus Kristus. Untuk itu perlu diperhatikan unsur-unsur katekese yang mencakup: pengalaman hidup peserta, pengalaman iman dalam Kitab Suci dan Tradisi, komunikasi iman dengan Kitab Suci danTradisi Kristiani serta arah keterlibatan hidup baru. 1) Pengalaman Hidup Peserta Pengalaman hidup Pangestu sebagai komunikasi iman dimana peserta katekese saling bertukar pengalaman iman, saling memberi kesaksian iman. Melalui pertukaran penghayatan iman maka peserta merasa saling diteguhkan dalam menghayati persoalan hidup konkritnya. Dalam suasana pengungkapan pengalaman, peserta mampu dan berani menggumuli pengalaman hidupnya atas dasar iman. Serta dapat menemukan kehendak Allah dalam peristiwa hidupnya melalui kehadiran Allah dalam peristiwa suka dan duka. 112 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Pengalaman dalam warga Pangestu sering diungkapkan dalam setiap pertemuannya. Pertemuan rutin sering dinamakan “Olah Rasa”. Di dalam pertemuan ini banyak diungkapkan sharring berbagai pengalamn hidup warga pangestu, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Tukar pengalaman hidup dalam warga Pangestu merupakan yang utama sebagai bahan permenungan yang disesuaikan dengan tema dalam setiap pertemuan rutinnya. 2) Pengalaman iman dalam Kitab Suci dan Tradisi Iman umat Kristiani didasari oleh pribadi Yesus Kristus dan iman Para Rasul. Karena itu komunikasi iman tidak lepas dari kesaksian para rasul yang terungkap dalam Kitab Suci dan dogma Gereja yang dihayati umat sepanjang sejarah hingga saat ini. Iman para rasul menjadi dasar iman kita sebagai pengikut Yesus Kristus. Sehingga dengan menghayati Tradisi Kristiani maka pengalaman kita dalam kehidupan semakin bermakna. Ajaran Kristiani harus dimengerti secara luas menyangkut Tradisi, spritualitas, liturgi, dan segala praktek hidup Gereja yang menampakkan Kristus (Lalu, 2005: 10). 3) Komunikasi iman dengan Tradisi Kristiani dan Kitab Suci Semua peserta katekese merupakan pribadi-pribadi yang sederajat dan mereka memiliki pengalaman iman yang beranekaragam. Komunikasi iman diharapkan dari pengalaman biasa meningkat ke komunikasi pengalaman iman, dimana peserta memadukan pengalamannya dengan pengalaman iman umat 113 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI dalam kitab suci. Sehingga umat dapat melihat campur tangan Tuhan dalam pengalaman hidupnya (Lalu, 2005: 9). 4) Arah Keterlibatan Baru Komunikasi iman merupakan proses yang terus-menerus, bukan proses sekali jadi. Peserta katekese merupakan kelompok yang saling membantu menuju kepenuhan dalam Kristus melalui keterarahan kepada pembaharuan hidup dan keterlibatan kelompok umat dalam pengembangan hidup bermasyarakat (Lalu, 2005: 10). Pembabaharuan hidup baru bagi warga kebatinan Pengestu adalah arah pertobatan. Sehingga harapan pertobatan setelah mendapat pembinaan dan pengajaran serta komunikasi iman, warga Pangestu mempunyai pengetahuan, pemahaman dan sikap hidup dalam pembaharuan hidup yang sesuai dengan Tradisi Kristiani. e. Katekese dengan Model Pengalaman Hidup sebagai model katekese bagi warga Pangestu Bermacam-macam model katekese yang digunakan oleh para pendamping iman umat. Dalam persiapan katekese ini model pendekatan adalah katekese model pengalaman hidup. Model ini sangat sesuai bagi warga Pangestu karena pengalaman hidup adalah sumber utama dalam pembahasan disetiap pertemuan Olah Rasa. Model katekese ini diawali dari pengalaman hidup peserta ataupun suatu peristiwa pengalaman hidup dari cerita yang relevan dengan tema, kemudian 114 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI mengajak peserta katekese bersikap kritis merefleksikan pengalaman hidup dengan terang visi dan iman Kristiani sehingga menimbulkan kesadaran baru yang semakin terlibat aktif dan kreatif dalam menghayati imannya demi terwujudnya nilai-nilai Kerjaan Allah dalam kehidupan manusia. Langkah-langkah katekese model pengalaman hidup (Sumarno, 2011: 11-12) meliputi: Pembukaan, penyajian suatu pengalaman hidup, pendalaman pengalaman hidup, rangkuman pendalaman pengalaman hidup, pembacaan Kitab Suci atau Tradisi, pendalamn Kitab Suci atau Tradisi, rangkuman teks Kitab suci atau Tradisi, penerapan hidup konkrit, penutup. 1) Pembukaan Berisikan lagu dan doa pembukaan yang sesuai dengan tema yang diambil dalam katekese itu. Katekis mencoba mengingatkan dan menggabungkan dengan temtema yang sudah dibahas dalam kesempatan katekese yang lampau, bila pernah diadakan sebelumnya. 2) Penyajian suatu pengalaman hidup Biasanya diambil dari suatu peristiwa konkrit sesuai dengan tema dan situasi peserta. Pengalaman itu bisa diambil dari surat kabar atau cerita yang relevan dari peserta. 3) Pendalaman pengalaman hidup Mengajak para peserta untuk mengaktualisasikan pengalaman itu dalam situasi dalam situasi hidup mereka yang nyata. Biasanya terjadi dalam kelompok kecil dengan pertanyaan-pertanyaan pendalaman yang merangsang peserta untuk 115 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI mengambil perhatian dalam sikap hidup moral konkrit sesuai dengan tema untuk hidup sehari-hari. 4) Rangkuman pendalaman pengalaman hidup Menyajikan gambaran umum dari sikap-sikap yang dapat diambil oleh peserta berhubung dengan tema dalam penyajian pengalaman hidup dan dengan teks kitab suci atau tradisi yang hendak dipakai dalam langkah berikutnya. 5) Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi Setiap peserta hendaknya mempunyai teks (fotocopy) beserta daftar pertanyaan pendalaman di sekitar tema dalam hal-hal yang mengesan dan pesan inti dari teks tersebut. Teks dibaca oleh salah satu peserta, kemudian saat hening sejenak untuk merefleksikan teks tersebut dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pendalaman. 6) Pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi Mencoba menjawab bersama pertanyaan-pertanyaan yang telah direnungkan secara pribadi setelah pembacaan teks. Baik pula apabila teks diabacakan sekali lagi oleh katekis. Pada kesempatan ini katekis membantu peserta untuk mencari mengungkapkan pesan inti menurut mereka sendiri sehubungan dengan tema. Peranan katekis disini menciptakan suasana terbuka sehingga peserta tidak takut mengungkapkan tafsiran mereka sehubungan dengan tema yang dapat dipetik dan digali dari pembacan teks kitab suci. 7) Rangkuman pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi Menghubungkan pesan inti yang diungkapkan peserta dengan pesan inti yang telah disiapkan katekis berdasarkan sumber-sumber yang sudah diolahnya yang sehubungan dengan tema. Pada kesempatan ini katekis memberi masukan dari apa 116 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI yang sudah dipersiapkanya dengan bantuan buku-buku tafsir atau komentar atau buku-buku yang bersangkutan dengan teks. Yang penting digaris bawahi disini bahwa tafsiran katekis diharapkan membatasi pada pesan pokok yang dapat dimengerti oleh peseta sehubungan dengan tema dan tujuan pertemuan. 8) Penerapan dalam hidup konkrit Peserta mengajak mereka untuk mengambil beberapa kesimpulan praktis sekitar tema untuk hidup sehar-hari dalam situasi nyata mereka dalam masyarakat, dalam Greja, lingkungan, wilayah, paroki, keluarga, dan sebagainya. Kemudian saat hening sejenak peserta diajak merenuangkan serta mengumpulkan buah-buah pribadi dari katekese ini untuk hidup sehari-hari, yang dapat berupa niat atau tindakan apa yang akan diambil untuk selanjutnya. 9) Penutup Dimulai dengan mengungkapkan doa-doa spontan hasil buah katekese dan bisa pula doa-doa umat lainnya secara bebas. Bilamana perlu katekis mengakhiri katekese dengan doa penutup yang merangkum keseluruhan tema dan tujuan katekese. Kemudia diakhiri dengan suatu doa bersama atau nayayian yang sesuai dengan tema. 2. Sumbangan Program Katekese bagi warga Kebatinan Pangestu Sebelum mengemukakan sumbangan program katekese, penulis terlebih dahulu menguraikan latar belakang, tujuan dan tema-tema program dari katekese sehingga arah dan tujuan dari program katekese bagi paguyuban Pangestu ini menjadi jelas dan terarah. 117 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI a. Latar Belakang Penyusunan Program Selama penulis bergabung menjadi warga Pangestu, merasakan bahwa saudara Pangestu di Katolik perlu penghayatan iman kristiani yang baik. Hal ini karena penulis memahami bahwa tidak semua ajaran dalam penghayatan Pangestu sesuai dengan penghayatan iman Kristiani. Berdasarkan bab II dan bab III karya tulis ini, ada pemahaman penghayatan iman dalam ajaran Pangestu yang dapat dijadikan perjumpaan dengan iman kristiani. Tema-tema penghayatan ajaran Pangestu yang terdapat dalam buku terbitan Pangestu sangatlah mendukung bila dicari dan digali makna perjumpaannya dengan iman Kristiani. Buku pegangan Pangestu hasil dari pengolahan penjabaran kitab utama Sasangka Jati yang mengulas tema-tema penghayatan iman antara lain: “Olah Rasa Di Dalam Rasa”, “Arsip Sarjana Budi Santoso”, “Ulasan Kang Kelana” dan majalah bulanan “Dwija Wara”. Hal ini sangatlah mendukung sebagai langkah perjumpaan iman, karena disetiap kali pertemuan warga Pangestu, tema-tema penghayatan iman selalu menjadi topik pembahasan. Pertemuan warga Pangestu diadakan setiap bulannya, minggu pertama pertemuan seluruh warga Pangestu Yogyakarta, pada minggu kedua petemuan bagi pemuda Pangestu, pertemuan ini diadakan di Gedung Pusat Pangestu yaitu Yogyakarta. Sedangkan minggu ketiga diadakan pertemuan warga Pangestu di masing-masig cabang, yakni: Kulon Progo, Sleman, Bantul dan kota Yogya. Harapan penulis agar pemahaman ajaran Pangestu yang tidak sesuai terang Kristiani bisa ditinggalkan, namun berdasarkan kesadaran saudara katolik 118 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Pangestu setelah mendapat pemahaman baru melalui program katekese. Inilah yang menjadi tantangan penulis sebagai seorang katekis. b. Tujuan program Tujuan dari program katekese bagi warga Pangestu diharapkan warga Pangestu yang beragama Katolik memperoleh pemahaman baru dalam rangka penghayatan hidup rohani Kristiani. Pemahaman baru dalam Pangestu bertitiktolak dari gagasan-gagasan pemahaman yang dapat dijadikan perjumpaan antara Pangestu dan Kristiani yang telah dibahas diatas, meliputi: 1) Pemahaman tentang Sang Guru Sejati. 2) Pemahaman Pertobatan sebagai syarat bersatu dengan Sang Guru Sejati. 3) Pemahaman Manunggaling Kawulo Gusti. 4) Pemahaman Gustining Jagad Cilik dan Gustining Jagad Gedhe. 5) Pemahaman Hidup yang selalu berwawansabda dengan Sang Guru Sejati. Tema-tema perjumpaan penghayatan iman diatas akan penulis paparkan dalam katekese dengan cara menampilkan cerita pengalaman hidup iman Pangestu kemudian merefleksikannya dalam terang Kitab Suci dan Tradisi Kristiani. Disinilah letak pemahaman baru bagi saudara Katolik Pangestu, sehingga mengantarkan umat Kristiani memahami rencana keselamatan Allah yang berpusat pada Kristus. Dengan demikian kehidupan warga Pangestu disinari dengan terang Kerajaan Allah dengan sikap pertobatan (metanonia) kearah keterlibatan hidup baru dengan mempunyai pengetahuan, pemahaman, sikap hidup yang sesuai dengan Tradisi Kristiani Katolik. 119 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI c. Usulan tema-tema katekese Proses tema katekese ini berlandaskan perjumpaan penghayatan iman antara Pangestu dan Kristiani yang telah dibahas diatas, dari 5 tema yang ada penulis akan memilih 1 tema pokok dan membaginya menjadi 3 sub tema. Dari sub tema akan dikembangkan menjadi judul pertemuan katekese. Tema : “Menemukan Sang Guru Sejati Yesus Kristus” Tujuan : Membantu peserta menyadariYesus Kristus Sang Guru Sejati Sebagai teladan kehidupan sehingga berkembang sebagai manusia baru dalam harapan, iman dan kasih. Sub tema 1: “Mendambakan kesatuan dengan Sang Guru Sejati”. Tujuan: Menyadari kesejatian Yesus Sang Guru Sejati ditengah-tengah saudara-saudara paguyuban Pangestu. Sub tema 2: “Ziarah batin bersama Sang Guru Sejati menunju kesempurnaan hidup”. Tujuan: Mendalami dan menghayati serta meneladani rasa sejati dalam batin akan teladan Yesus Sang Guru Sejati sebagai pelayan sejati. 120 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Sub tema 3: “Melangkah bersatu dalam cahaya terang Sang Guru Sejati menjadi manusia baru”. Tujuan: Pertumbuhan iman sebagai manusia baru, dalam iman, harapan dan kasih karena kepercayaan kepada Yesus Kristus Tuhan. Usulan program katekese ini akan dilaksanakan di dalam paguyuban Pangestu sebanyak tiga pertemuan. Pelaksanaan katekese yang direncanakan tidaklah bersamaan dengan waktu pertemuan rutin warga Pangestu, namun menyesuaikan dengan waktu dan tempat bagi saudara Katolik di Pangestu. 121 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 122 d. Matrik Program Katekese Tema : Menyadari Sang Guru Sejati Yesus Kristus Tujuan : Membantu peserta menyadari Yesus Kristus Sang Guru Sejati sebagai teladan kehidupan sehingga berkembang sebagai manusia baru dalam harapan, iman dan kasih. No (1) Sub Tema (2) Tujuan Sub Tema (3) 1 Sub tema 1 Mendambakan kesatuan dengan Sang Guru Sejati Menyadari kesejatian Yesus Sang Guru Sejati ditengahtengah saudarasaudara paguyuban Pangestu 2 Mendalami Sub tema 2 Ziarah batin dan bersama sang guru menghayati Judul Pertemuan (4) Tujuan Pertemuan (5) Materi Metode Sarana Sumber Bahan (6) (7) (8) (9) Menyadari “Sang Guru Sejati” dalam kehidupan Menyadari kesejatian guru Yesus Kristus ditengah-tengah saudara Kebatinan Pangestu -Cerita kitab suci “percakapan dengan perempuan samaria” (Yoh 4:1-26) -Ulasan materi “Mendekat kepada Sang Guru Sejati” Sharing pengalama n hidup, refleksi batin, bernyanyi, cerita, ceramah, informasi, tanya jawab, presentasi -Teks Yoh “Percakapa n Dengan Perempuan Samaria” 4:1-26 -Teks ulasan materi “mendekat kepada Sang Guru Sejati”. Halaman 112 -Kitab Suci Perjanjian Baru -Lembaga Biblika (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Kanisius: Yogyakarta. -Eko Riyadi (2011). Yohanes ” firman menjadi manusia”. Kanisius: Yogyakarta. -Soewondo (1990). “Ulasan Kang” Kelana. Pangestu: Jakarta Meneladani “Sang Guru Sejati” menuju Menumbuhkan rasa sejati dalam batin akan teladan Yesus Cerita kitab suci “Yesus membasuh kaki murid- Sharing pengalama n hidup, refleksi Teks Yoh 13: 1-20 Teks ulasan -Kitab Suci Perjanjian Baru -Lembaga Biblika (2002). Tafsir PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 123 3 sejati menunju kesempurnaan hidup serta meneladani rasa sejati dalam batin akan teladan Yesus Sang Guru Sejati sebagai pelayan sejati kesempurnaa n hidup Kristus sebagai pelalayan sejati murid-Nya” (Yoh 13: 1-20) -ulasan materi “Menyesuaika n hidup dengan kehendak Suksma Kawekas”. batin, bernyanyi, cerita, ceramah, informasi, tanya jawab, presentasi materi “Menyesua ikan hidup dengan kehendak Suksma Kawekas”. No 51 Sub tema 3 Melangkah bersatu dalam cahaya terang Sang Guru Sejati menjadi manusia baru Pertumbuhan iman sebagai manusia baru, dalam iman, harapan dan kasih karena kepercayaan kepada Yesus Kristus Tuhan Bersatunya dengan Guru Sejati menuju dalam iman, harapan dan kasih bertumbuh sebagai manusia baru dalam iman, harapan dan kasih dalam kepercayaan kepada Yesus Tuhan Cerita kitab suci “Perintah supaya saling mengasihi” (Yoh 15:9-17) -ulasan “Tugas kedalam dan keluar, suasana olah rasa” Sharing pengalama n hidup, refleksi batin, bernyanyi, cerita, ceramah, informasi, tanya jawab, presentasi Teks Yohanes 15:9-17 -Teks ulasan “Tugas kedalam dan keluar, suasana olah rasa” Alkitab Perjanjian Baru. Kanisius: Yogyakarta. -Eko Riyadi (2011). Yohanes ” firman menjadi manusia”. Kanisius: Yogyakarta. -Soemantri (2011). Arsip sarjanan budi santosa. Pangestu: Jakarta -Kitab Suci Perjanjian Baru -Lembaga Biblika (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Kanisius: Yogyakarta. -Eko Riyadi (2011). Yohanes ” firman menjadi manusia”. Kanisius: Yogyakarta. -Soewondo (1990). Ulasan kang kelana.. Pangestu: Jakarta PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 124 3. Contoh Persiapan Katekese a. Tema : Menyadari Sang Guru Sejati Yesus Kristus b. Sub tema : Mendambakan kesatuan dengan “Sang Guru Sejati” c. Judul Pertemuan : Menyadari “Sang Guru Sejati” dalam kehidupan d. Tujuan : Menyadari kesejatian guru Yesus Kristus ditengahtengah saudara Kebatinan Pangestu. e. Peserta : Warga dewasa Pangestu f. Tempat : Salah satu warga Katolik Pangestu g. Waktu : 90 menit h. Sarana : -Teks kitab suci -Teks Yoh “Percakapan Dengan Perempuan Samaria” 4:1-26 -Teks ulasan cerita “Mendekat Kepada Sang Guru Sejati”. Halaman 112 -teks lagu “Seperti Rusa Rindu Sungai-Mu”, “Dalam Yesus” -audio ampli i. Sumber bahan : -Kitab Suci Perjanjian Baru -Lembaga Biblika (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Kanisius: Yogyakarta. - Eko Riyadi (2011). Yohanes ” firman menjadi manusia”. Kanisius: Yogyakarta. -Soewondo (1990). “Ulasan Kang Kelana”. Jakarta: Pangestu. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI j. Metode 125 : -sharing pengalaman hidup, refleksi batin, bernyanyi, cerita, ceramah, informasi, tanya jawab, presentasi. k. Pemikiran dasar Dalam pengalaman religius jawa mencari guru sejati guna mengejar kesempurnaan hidup adalah sebuah cita-cita yang didambakan. Kesempurnaan dalam hidup itu terwujud bila manusia sebagai murid selalu bersatu dengan sang Guru Sejati. Untuk menemukan Sang Guru Sejati dalam kehidupan, peserta katekese diajak merenungkan ulasan cerita dari buku Ulasan Kang Kelana. Ulasan ini berjudul “Mendekat Kepada Sang Guru Sejati”. Guru sejati yang sempurna itu ditemukan dalam Yesus kristus yang akan direnungkan dalam cerita kitab suci “Percakapan Dengan Perempuan Samaria Tentang Air Kehidupan.” Dalam ulasan buku terbitan Pangestu yang berjudul Ulasan Kang Kelana, memberikan gambaran bahwa Suksma Sejati sebagai guru sejati telah hadir dalam diri manusia. Namun manusia tidak menyadarinya. Untuk sampai kepada sang Guru sejati manusia memerlukan kepercayaan kepada sang suksma sejati di dalam hati. Sang suksma sejati adalah guru sejati tidak lain Tuhan sendiri. Injil Yohanes “Percakapan Dengan Perempuan Samaria” (Yoh 4: 1-26), juga memberikan dasar bahwa di dalam guru sejati Yesus kristus manusia akan menemukan air kehidupan. Simbol air hidup adalah diri Yesus dan ajarannya. Siapa saja yang meminum air kehidupan yang memancar dari Yesus, ia tidak akan haus selamanya. Peserta setelah mengikuti katekese ini dengan merenungkan guru sejati dalam Ulasan Kang Kelana serta permenungan Kitab Suci mampu berjumpa PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 126 dengan guru wadhag (kelihatan) dan guru sejati (Yesus Allah sendiri yang menjelma) sehingga sebagai murid selalu taat pada bimbingan guru dan menerima teladan Sang Guru Sejati. l. Pengembangan langkah 1) Pembukaan Lagu pembukaan: “Dalam Yesus Kita Bersaudara” Doa pembukaan Ya Tuhan Allah Yang Maha Agung, kehidupan yang kami jalani sungguh memberikan makna dan nilai-nilai hidup. Di dalam makna terdalam inilah kami mencari sumber air kehidupan sejati. Di dalam kegelapan terang-Mu bersinar dalam hati kami. Dalam perjalanan kehidupan kami ini sesungguhnya kami merindukan air kehidupan yang segar dan tak akan pernah kering. Demikian pula Tuhan betapa kami merindukan-Mu seperti seekor rusa merindukan air. Jiwa kami haus akan-Mu, Tuhan bantulah kami mendalami mencari air kehidupan yang sejati, Guru Sejati dalam diri kami yang akan menyegarkan dan memenuhi jiwa kami. Amin Pengantar Saudara-saudari terkasih dalam Pangestu, pada kesempatan ini kita akan belajar mencari air kehidupan, air kehidupan yang akan selalu menyegarkan dan memenuhi jiwa kita. Dalam mencari air kehidupan, tentunya kita perlu bimbingan seorang guru. Guru itu tidak lain adalah Sang Guru Sejati. Kita sebagai warga Pangestu yang beragama katolik perlu mencari dan menghayati pokok-pokok PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 127 iman Pangestu dengan mendapat terang dari iman Kristiani. Sehingga pertemuan iman di Pangestu dapat kita hayati dalam rangka hidup rohani Kristiani. Terdapat pemahaman penghayatan iman Pangestu yang dapat kita gunakan sebagai komunikasikan dengan iman Kristiani. Marilah kesempatan ini, kita mengolah bersama-sama pemahaman mengenai petunjuk Sang Guru Sejati dalam mencari air kehidupan. 2) Penyajian suatu pengalaman hidup Peserta diajak menyimak cerita pengalaman hidup dengan teks yang telah dibagikan kepada peserta. Mendekat Kepada Sang Guru Sejati O, begini jawabnya, bagi orang yang ingin mendekat kepada Sang Suksma Sejati, yang menjadi pegangan ialah pengertian bahwa Sang Suksma Sejati sudah ada pada diri dan tiap-tiap manusia. Manusia hanya dapat menyadari Sang Suksma Sejati melalui Rasha jatinya sendiri. Ia tidak dapat menyadari Sang Suksma Sejati melalui orang lain. Rasha jati itu iklim jiwanya sendiri yang sedalam-dalamnya, iklim jiwa yang tidak diisi dengan pikiran, perasaan atau keinginan macam-macam, iklim jiwa yang bersih murni, terang benderang. Bagi orang yang telah memenuhi syarat ini, dapat digolongkan dalam orang-orang yang percaya pada Sang Suksma Sejati dan usaha selanjutnya untuk mewujudkan kepercayaannya itu akan mendapatkan hasil. Bagi orang ini mendekat kepada Sang Suksma Sejati berarti ingin merealisasikan aksioma atau PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 128 pengertian pokok tadi dengan perasaan sedalam-dalamnya dan sehalus-halusnya yang dapat dicapainya. Yang luhur ialah mempergunakan perasaan yang sedalam-dalamnya dan sehalus-halusnya yang telah ada pada dirinya sendiri. Daya ganggu yang merintangi kita untuk sampai pada perasaan yang dalam dan halus ialah pikiran kita sendiri dan perasaan takut, ragu-ragu, was-was, cemas dongkol, susah, kecewa dan lain sebagainya. Maka dari itu bila kita dalam usaha mendekat kepada Sang Suksma Sejati lalu dihinggapi pertanyaan, apakah kita sudah dekat atau tidak pada tujuan kita, pertanyaan itu sendirilah yang merintangi jalan kita dan dapat mengurungkan usaha kita. Anggaplah daya upaya untuk mendekat kepada Sang Suksma Sejati sebagai suatu kewajiban suci tanpa balasan keuntungan apa-apa, atau suatu hobi yang tidak membawakan rejeki apa-apa. Ini suatu ezellsbruggetje untuk menghilangkan pamrih. Keuntungan dan rejeki kemudian pasti akan datang tanpa dinanti-nanti. Ciri bahwa kita telah dekat kepada Sang Suksma Sejati adalah ketenangan dan ketentraman yang tidak dapat luntur dan sukar hilang, bila kita kembali terjun kedalam keramain dunia. Andaikan Tripurusha diumpamakan suatu sumber air suci, yang tersembunyi dilapisan-lapisan dalam dari jiwa kita sendiri, kita memerlukan sebuah alat untuk sampai pada sumber air suci itu. Alat tersebut adalah kepercayaan kita kepada sang suksma sejati, yang diumpamakan seperti batang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 129 bor. Bor tidak boleh patah, artinya kepercayaan kita juga tidak boleh kunjung padam, kekutan untuk memasukkan bor kedalam lapisan jiwa yang sedalamdalamnya ialah usaha manusia untuk mendekat pada sang Suksma Sejati. Usaha ini harus dilaksanakan setiap saat. Ulasan Kang Kelana,hal: 112. PANGESTU 3) Pendalaman pengalaman hidup Peserta diajak untuk mengungkapkan dalam kelompok kecil, kesan pribadi serta hal-hal yang mengesan dalam cerita pengalaman hidup “Mendekat Kepada Sang Guru Sejati”). 1. Apa kesan-kesan saudara-saudari setelah merenungkan cerita Ulasan Kang Kelana? 2. Pernahkan saudara-saudara merasa diri mendapat pengalaman hidup dari Sang Guru Sejati? 4) Rangkuman pendalaman pengalaman hidup Hal yang sangat mengesan dalam kisah di atas antara lain bahwa Tuhan Tripurusha diibaratkan air suci yang tersembunyi pada lapisan dalam dari jiwa kita sendiri. Untuk mencapai air suci kita membutuhkan Sang Guru Sejati. Untuk mencapai persatuan dengan Guru Sejati jalan yang harus ditempuh adalah dengan percaya dan meneladani ajaran sang Guru Sejati. Pesan yang kita ambil adalah gambaran orang yang telah bersatu dengan Sang Guru Sejati dan bagaimana jalan kita untuk bersatu dengan Guru Sejati PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 130 sehingga terjalinya kebersatuan kita dnegan Tuhan. Tuhan yang digambarkan dengan air suci yang terdapat didalam lapisan jiwa manusia. Untuk sampai pada air suci manusia perlu alat yaitu bor sebagai kenyataannya adalah ajaran Sang Guru Sejati sendiri. 5) Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi Peserta diajak menyimak sebuah teks cerita kitab suci beserta daftar pertanyaan pendalaman di sekitar tema dalam hal-hal yang mengesan dan pesan inti dari teks yang telah dibagikan kepada peserta. “Percakapan Dengan Perempuan Samaria” (Yoh 4:1-26) Ketika Tuhan Yesus mengetahui, bahwa orang-orang Farisi telah mendengar, bahwa Ia memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada Yohanes meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya, Iapun meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea. Ia harus melintasi daerah Samaria. Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf. Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku minum." Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan. Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria). Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 131 Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup." Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau lebih besar dari pada Bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?" Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini." Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar." Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah." Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 132 akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami." Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau." Pertanyaan pendalaman 1) Pergulatan batin apa yang dialami oleh wanita Samaria sebelum menerima Yesus? 2) Apa yang membuat wanita Samaria percaya kepada Yesus? 3) Jelaskan pemahaman Sang Guru Sejati dalam kisah wanita Samaria? 6) Pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi Peserta diajak mengungkapkan jawaban secara bebas mengungkapkan dalam kelompok. Pergulatan batin wanita Samaria pada awalnya air yang dimaksud adalah air arti jasmani saja. Bahkan wanita Samaria menanyakan Yesus tentang timba untuk mengambil air. Namun akhirnya wanita itu paham setelah Yesus orang Yahudi mau bergaul dengan orang Samaria. Pribadi dari perempuan Samaria yang identitasnyapun bisa diketahui oleh Yesus, serta pemahan bahwa yang meminum air dari Yesus tidak akan haus selamanya. Maka wanita itu menyadari air yang dimaksud adalah air kehidupan, sumber firman dan ajaran Yesus. Sehingga wanita PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 133 samaria itu mengakui bahwa Yesus adalah mesias, sang Guru Sejati, sumber teladan. Dalam kedua cerita pendalaman pengalaman hidup dalam kisah “Mendekat Kepada Sang Guru Sejati” dan kisah “Percakapan Dengan Perempuan Samaria.” Dapat kita ambil pesan-pesanya, pembelajarannya, sebagai berikut: Kisah “Mendekat Kepada Sang Guru Sejati” dan kisah Kitab Suci “Percakapan Dengan Perempuan Samaria.” ini sama-sama merupakan kisah dalam perjalanan menemukan air suci atau air kehidupan yang akan mempersatukan manusia dengan Tuhan. Bila manusia sadar, Guru sejati ada dalam setiap diri manusia. Guru sejati akan menuntun manusia bersatu dengan Tuhan. kisah “Percakapan Dengan Perempuan Samaria” memberikan pemahaman bahwa Kristus adalah anugrah Allah. Yesus sebagai sumber air hidup yang terpancar sampai kehidupan kekal. Dalam diri Yesus manusia menemukan guru wadhag (kelihatan) dan guru sejati (Yesus Allah sendiri yang menjelma). Dengan mengikuti petunjuk-petunjuk dari guru wadhag, manusia akan dibawa menuju pengalaman bertemu dengan sang Guru Sejati. Orang Jawa akan mencari guru yang sungguh-sungguh berilmu, mempunyai “kawruh” (pengetahuan) mengenai kehidupan ini. Guru itulah yang akan memberikan petunjuk-petunjuk ke arah pengalaman mengenai asal dan tujuan hidup, ke arah pengalaman bersatu dengan Gusti. Yesus adalah pribadi yang mempunyai pengetahuan tentang Allah, bahkan dikatakan tidak seorangpun melihat Allah, tetapi Anak Tunggal Allah yang menyatakan-Nya. Yesus datang PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 134 membawa petunjuk-petujuk dari Bapa. Ajaran yesus datang dari Allah, firman Yesus firman Allah, yang mendengarkan Yesus mendengarkan Allah. Beguru kepada Yesus berarti diajari Allah sendiri, dengan demikian “kawruh” kehidupan itu dapat dipercaya. Guru juga diharapkan sebagai jalan petunjuk menuju persatuan dengan Allah, maka Yesus adalah jalan untuk bersatu dengan Allah atau Yesus menyatakan kehadiran Gusti Allah sendiri sebagai guru. Asal dan tujuan hidup (“sangkan paraning dumadi”), pengalaman bersatu dengan Allah (“Manunggaling Kawulo Gusti”) ditemukan dalam bersatu dengan guru Yesus. Yesus itulah kerinduan manusia, yakni kerinduan bersatu dengan Allah. Menurut Injil Yohanes jaminan kepastian kesatuan dengan Allah adalah Yesus, karena Dialah manusia yang sepenuh-penuhnya mewahyukan Allah. Jaminan kepastian bukan hanya kepastian batin saja, namun kepastian yang didukung oleh peristiwa historis. Allah yang berkarya secara “ora kasat mata” ( tak nampak) telah nampak dalam seorang manusia dari Nasaret. Allah bekerja dalam sejarah manusia, Allah sejarah adalah Allah wahyu itu. Kenyataan menyejarahnya Allah sangat besar dalam menentukan pengalaman hidup bersatu dngan Allah. Allah menyejarah dalam badan manusia yang tersentuh dan terjamah. Sejarah inkarnasi membuat kesaksian hubungan manusia dengan Allah menjadi konkrit yaitu dalam kesatuan dengan Guru Yesus. Perjumpaan dengan Yesus adalah pengalaman menemukan diri sendiri dan pengalaman bersatunya dengan Tuhan, pengalaman petunjuk kehidupan, teladan bagaimana hidup di dunia, yang tak kurang suatu apapun sampai mengenal asal dan tujuan hidup. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 135 7) Rangkuman pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi Air sebagai sumber penghidupan merupakan kebutuhan hidup semua orang. Ini terlihat dalam kisah wanita dan beberapa orang Samaria selalu bergantung pada sebuah sumur sebagai sumber kebutuhan jasmani. Begitu pula dalam diri Yesus, Yesus bagaikan sumber kebutuhan rohani yang di dalam-Nya terpancar air kehidupan yang akan menyejukkan jiwa. Dan di dalam Yesus diketemukan guru wadhag (kelihatan) dan guru sejati (Yesus Allah sendiri yang menjelma). Dengan mengikuti petunjuk-petunjuk dari guru wadhag Yesus, manusia akan dibawa menuju pengalaman bertemu dengan sang Guru Sejati. Yesus sungguh-sungguh berilmu, mempunyai “kawruh” (pengetahuan) mengenai kehidupan ini. Guru Yesus itulah yang akan memberikan petunjuk-petunjuk ke arah pengalaman mengenai asal dan tujuan hidup, ke arah pengalaman bersatu dengan Gusti. Teladan kehidupan Yesus patut kita contoh. Yesus adalah kerinduan manusia yang di dalamnya manusia menerima guru yang kelihatan (wadhag) dan juga guru Sejati Rohani yaitu, Allah sendiri yang menjelma. Dalam Yesuslah terpancar sumber air kehidupan. 8) Penerapan dalam hidup konkrit Saat Hening sejenak peserta diajak merenungkan serta mengumpulkan buah-buah pribadi dari katekese ini untuk hidup sehari-hari, yang dapat berupa niat atau tindakan. 1) Allah kehidupan dapat kita rasakan dalam diri kita melalui ketenangan dan ketentraman batin. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 136 2) Allah adalah sumber air suci/ air kehidupan, untuk mencapai air suci itu haruslah memakai sebuat alat. Alat itu adalah sang Guru sejati. 3) Jalan berguru kepada sang guru sejati terdapat dalam diri Yesus Kristus. Dalam diri Yesus manusia menemukan guru wadhag (kelihatan) dan guru sejati (Yesus Allah sendiri yang menjelma). Syarat yang kita lakukan untuk adalah percaya dan mengikuti teladan Yesus. Maka kita akan sampai kepada air kehidupan sehingga dapat bersatu dengan Tuhan? 4) Kita telah memahami Sang Guru Sejati dalam Yesus Kristus, marilah kita meneladan Yesus dengan bersikap cinta kasih, tolong menolong, membangun hidup bersama di Gereja maupun di masyarakat! 9) Penutup Dimulai dengan mengungkapkan doa-doa spontan hasil buah katekese dan bisa pula doa-doa umat lainnya secara bebas. Doa Penutup: Ya Allah kami, melalui air kehidupan Engkau segarkan jiwa kami, Engkau penuhi jiwa kami. Tuhan melalui Sang Guru Sejati Yesus Kristus ajarilah kami menemukan air kehidupan agar kami dapat bersatu dengan jiwa-Mu Tuhan. Tuhan pancarkanlah selalu air hidup dalam usaha kami bersatu dengan-Mu. Kami percaya Tuhan, kehendak kasih-Mu selalu menuntun setiap langkah kami. Amin. Lagu penutup: “Seperti Rusa Rindu Sungai-Mu” PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI BAB V PENUTUP Setelah memaparkan beberapa pengertian mengenai ajaran Kebatinan Pangestu, ajaran Kristiani Katolik dan perjumpaan dari kedua ajaran tersebut. Pada bagian ini penulis akan memaparkan beberapa hal yang perlu ditegaskan kembali dari sebagai kesimpulan dari seluruh rangkaian penulisan skripsi ini. Penulis melihat ada benang merah yang sama antara ajaran Kebatinan Pangestu dengan ajaran Kristiani Katolik. Di akhir bagian ini penulis juga memberikan beberapa saran yang dapat membantu meningkatkan dalam membangun dialog iman Kristiani Katolik dengan iman Kebatinan, sehingga terang iman Kristiani tetap bercahaya. A. KESIMPULAN Berdasarkan beberapa pemaparan pokok iman Kebatinan Pangestu dan iman Kristiani dalam karya tulis ini terdapat bermacam paham perbedaan pemahaman iman. Perbedaan yang sangat menonjol itu meliputi: ajaran wahyu dan iman, ajaran konsep Tuhan, ajaran penciptaan, ajaran keselamatan dan ajaran tentang akhir zaman. Namun dasar pertama yang menyamakan iman Kristiani dan non Kristiani adalah karya Roh Kudus. Roh Kudus yang satu dan sama berkarya dalam orang-orang Kristiani dan orang-orang non Kristiani. Roh Kudus berkehendak menyelamatkan semua orang. Roh Kudus adalah Roh yang satu dan sama dengan Roh yang memenuhi Yesus. Roh Kudus itu sekarang hadir 137 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI memenuhi Gereja, tetapi lebih luas dari pada Gereja. Lebih dari itu Roh Kudus yang sama juga berkarya dalam agama dan kepercayaan non Kristiani, termasuk dalam iman Kebatinan Pangestu. Bagi semua manusia yang berkehendak baik dalam hati, Roh Kudus berkarya dengan cara yang tidak tampak. Roh kudus berkarya dalam orang-orang non Kristiani dalam penghayatan religius mereka. Gereja bersikap terbuka terhadap kebudayaan-kebudayaan, pandangan-pandangan yang menjadi aspirasi iman manusia dalam mendekatkan hati kepada Allah. Banyak nilai yang diwartakan Injil telah diperjuangkan oleh dunia seperti keluhuran martabat, persaudaraan, dan kebebasan. Hal ini sama dengan kerajaan yang diperjuangkan oleh Yesus yaitu kebenaran dan kehidupan, kekudusan, keadilan, cinta kasih dan perdamaian (GS, art. 39). Sehingga tidak ada salahnya bila dalam ajaran Kebatinan dimaknai dalam terang Kristiani. Dasar kedua yang sama adalah tentang pengalaman batin manusia. Kebatinan menegaskan bahwa sumber untuk pengakuan Tuhan adalah pengalaman batin manusia. Kebatinan sebagai pangkal perkembangan manusia, berasaskan budi luhur untuk mencapai kesempurnaan hidup. Dalam rangka usaha menuju kesempurnaan hidup, guru Kebatinan merupakan orang yang menyampaikan petunjuk jalan kehidupan. Guru dalam Kebatinan berupaya menuntun jalan para muridnya untuk sampai menemukan Guru Sejati dalam hidupnya. Kebatinan mengajarkan agar sampai bersatu dengan Guru Sejati, manusia harus bisa menaklukkan nafsu-nafsunya serta dipersatukan dengan sifat Tuhan yang telah menjelma dalam hidupnya. Dengan kata lain, manusia haruslah selalu bertobat agar bertemu dengan Guru Sejati. Pengalaman batin manusialah 138 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI yang bisa mengungkap dan menyatakan dengan Guru sejati. Demikian sama halnya dengan ajaran Katolik, pengalaman batin merupakan sarana dalam menemukan Tuhan. Pengalaman batin manusia yang diungkapkan dalam Kitab Suci telah terjadi semenjak 4000 tahun yang lalu, dimulai dengan perwahyuan Allah terhadap Abraham (Kej 12: 1), terus menerus dari Abraham ke Musa, dari Musa ke zaman para Raja dan nabi melalui sejarah Israel sampai memuncak dalam diri Yesus, yang terdapat dalam Perjanjian Baru secara sempurna dalam manusia Yesus. Manusia Yesus Kristus adalah Guru Sejati, wahyu Allah, yang hidup pribadi-Nya sempurna mengungkapkan apa yang ingin dikatakan Allah kepada manusia. Bisa dikatakan ajaran Katolik dalam menemukan Guru sejati “ngelmune luweh tuwo” (ilmunya lebih dahulu) bila dibandingkan dengan ajaran Kebatinan Pangestu. Bahkan dalam diri Yesus ditemukan guru wadhag (guru berbadan fisik yang kelihatan) dan ditemukan Guru Sejati (karena Allah sendiri yang mengajar manusia). Injil Yohanes menyatakan bahwa Yesus adalah tanda kehadiran Allah sebagai guru. Konsep mistik Kebatinan “sangkan paraning dumadi” (Asal dan tujuan hidup) dan “Manunggaling Kawulo Gusti” (pengalaman bersatu dengan Allah) ditemukan dalam bersatu dengan guru Yesus. Kepastian kesatuan dengan Allah adalah Yesus. Yesus sepenuh-Nya mewahyukan Allah. Jaminan kepastian didukung oleh peristiwa historis. Allah yang berkarya secara “ora kasat mata” (tak nampak) telah nampak dalam seorang manusia dari Nasaret. Allah telah bekerja dalam sejarah manusia. Allah menyejarah dalam badan manusia yang tersentuh dan terjamah. Sejarah inkarnasi membuat kesaksian hubungan manusia 139 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI dengan Allah menjadi konkrit yaitu dalam kesatuan dengan Guru Yesus. Orang Jawa akan mencari guru yang sungguh-sungguh berilmu dan mempunyai kawruh (pengetahuan) mengenai kehidupan. Yesuslah pribadi yang mempunyai pengetahuan tentang Allah. Sehingga berguru pada Yesus sama halnya berguru kepada seorang guru Kebatinan dan sekaligus berguru pada Sang Guru Sejati (Tuhan Allah sendiri) karena Dialah pernyataan Tuhan Allah sendiri. Yesuslah pemenuhan kepuasan batin manusia. Yesus itulah kerinduan manusia, yakni kerinduan batin bersatu dengan Allah. Dengan pemahaman serta pemaknaan dasar karya Roh Kudus yang sama dan pengalaman batin dengan sang Guru sejati yang sama, maka katekese bagi warga Pangestu diharapkan sebagai usaha Gereja untuk menumbuhkan iman yang semakin terarah kepada perwahyuhan sejati dalam menerima Yesus Tuhan, berupaya menyentuh rasa batin bagi saudara Kebatinan Pangestu. Melalui katekese yang tetap mempertahankan simbol tradisi Jawa, menjadikan sebuah pewartaan iman yang tetap menjaga nilai-nilai tradisi setempat. Sehingga terjadilah inkulturasi budaya melahirkan jembatan antara budaya setempat dan pesan Kristiani yang menyentuh hati. Dengan demikian hidup yang terkandung dalam Kebatinan Pangestu yang diterangi dalam iman Kristiani katolik akan semakin memberikan cahaya terang bagi kemuliaan Allah. Sebab Injil tidak bisa diasingkan dari kebudayaan-kebudayaan tempat Injil ditanam dan akan selalu menemukan ungkapannya sepanjang zaman. 140 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI B. SARAN Bertitik tolak dari seluruh pembahasan dalam skripsi ini, penulis ingin memberikan beberapa saran yang semoga membantu bagi siapa saja terutama bagi katekis ataupun saudara-saudara yang beriman Katolik yang mendalami ajaran Kebatinan Jawa. 1. Berbagai aliran Kebatinan ada di Indonesia, ajaran Kebatinan merupakan warisan sipiritual bangsa Indonesia ini perlu digali dan dan dikembangkan nilai-nilainya dan tentunya harus dalam konteks terang iman Kristiani. 2. Saudara yang mendalami Kebatinan Jawa dalam pengalaman imannya perlu menempatkan pengalaman batin dalam kerangka iman, harapan dan kasih yang tumbuh di hati sebagai ajaran Kristus. 3. Para pelaku katekese hendaknya terpanggil membawa Injil kedalam jantung budaya setempat sehingga hasil pertobatan yang dilaksanakan Injil dalam kebudayaan dapat mengubah, menginspirasikan dan melahirkan kembali buah-buah iman yang baru. 4. Evaluasi diperlukan agar proses katekese di dalam Kebatinan benar-benar tidak dimasuki oleh unsur-unsur sinkretisme. Katekese yang benar akan memberikan inspirasi bukan hanya asimilasi intelektual iman saja, namun mengubah, menyentuh hati peserta katekese. 141 PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 142 DAFTAR PUSTAKA Adimassana, JB. (1986). Ki Ageng Suryomentaram Tentang Citra Manusia. Yogyakarta: Kanisius. Banawiratma, J.B. (1977). Yesus Sang Guru, Pertemuan Kejawen dan Injil. Yogyakarta: Kanisius. _____________ (Ed.) . (1986). Wahyu Iman Kebatinan. Yogyakarta: kanisius. Darminta, J. (1973). Kunci Perjanjian Baru. Yogyakarta: kanisius. _____________ . (1995). Kebatinan kristen. Yogyakarta: kanisius. Dister, Nico Syukur. 1987. Kristologi, Sebuah Sketsa. Yogyakarta: Kanisius. _____________ . (1991). Pengantar Teologi. Yogyakarta: Kanisius. _____________ . (2004a). Teologi Sitimatika 1. Yogyakarta: Kanisius. _____________ . (2004b). Teologi Sitimatika 2. Yogyakarta: Kanisius. Dejong, S. (1976). Salah Satu Sikap Hidup Orang Jawa. Yogyakarta: Kanisius. Darmawijaya, St. (1991). Pengantar ke Dalam Misteri Yesus Kristus. Yogyakarta: Kanisius. Eko Riyadi. (2011). Yohanes, firman telah menjadi manusia. Yogyakarta: Kanisius. Groenen, C. (1989). Sateriologi Alkitabiah. Yogyakarta: Kanisius. _____________. (1990). Sakramentologi. Yogyakarta: Kanisius. Greshake, Gisbert. (2003). Mengimani Allah Tritunggal. Maumere: Ledalero. Harun Hadiwijono. (1970). Kebatinan dan Injil. Jakarta: Badan Penerbit Kristen. _____________. (1983). Konsepsi Tentang Manusia Dalam Kebatinan Jawa.Jakarta: Sinar Harapan. Huber, Thomas. (1979). Arah Katekese di Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Hentz, Otto. 2005. Pengharapan Kristen. Yogyakarta: Kanisius. Heryatno wono wulung, F.X. (2012). Katekese Kontekstual Katekese Manjing Kahanan. Dalam B. A. Rukiyanto (ed.). Pewartaan Di Zaman Global (hal:135). Yogyakarta: Kanisius. Jacobs, Tom. (2007). Syalom, Salam, Selamat. Yogyakarta: Kanisius. Kopendium Katekismus Gereja Katolik. (2011). Malang: Dioma Komisi Kateketik KWI. (2000). Kongregasi Untuk Imam Petunjuk Umum Katekese. Bogor: SMK Grafika Mardiyuana. Konferensi Wali Gereja Indonesia. (1996). Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius. Kirchberger, Georg. (1986). Pandangan Kristiani Tentang Dunia Dan Manusia. Ende: Nusa Indah. _____________. (1999). Allah Pengalaman dan Refleksi Dalam Tradisi Kristen. Maumere: arnoldus ende. Keene, Michael. (2006). Kristianitas. Yogyakarta: Kanisius. Kuntoro Wiryomartono. (1988). “Pemahaman Kebatinan Jawa Dalam Rangka Hidup Rohani Kristen I”. Dalam Mawas Diri (17):24. Jakarta Kuntoro Wiryomartono. (1988). “Pemahaman Kebatinan Jawa Dalam Rangka Hidup Rohani Kristen II”. Dalam Mawas Diri (18):27. Jakarta PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 143 Kongregasi Suci Para Klerus. (1971). Derectorium catechisticum Generale. (J.S. Setyokarjana, Penerjemah). Yogyakarta: Puskat. Lalu, Yosef. (2005). Katekese Umat.Jakarta: KWI. Lembaga Biblika Indonesia. 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius. Mulder, Niels. (1983). Kebatinan dan Hidup Sehari-Hari Orang Jawa. Jakarta: PT Gramedia. Mertoatmodjo. (1990). Olah Rasa. Jakarta: Paguyuban Ngesti Tunggal. Michel, Thomas. (2001). Pokok-Pokok Iman Kristiani. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Rausch, Thomas P. (2001). Katolisisme. Yogyakarta: Kanisius. Rukiyanto, Bernadus A. (2012). Katekese Di Tengah Arus Globalisasi. Dalam B. A. Rukiyanto (ed.). Pewartaan Di Zaman Global (hal: 61). Yogyakarta: Kanisius. Prasetyo, L. (1999). Panduan Untuk Calon Baptis Dewasa. Yogyakarta: Kanisius. Papo, Yakob. (1987). Memahami Katekese. Ende: Nusa Indah. Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia II. (1981). Rumus katekese umat yang dihasilkan PPKKI II. Dalam Th. Huber (Ed). Katekese umat: Hasil Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia II (hl. 15-23). Yogyakarta: Kanisius. Rahmat Subagyo. (1973). Kepercayaan Kebatinan Kerohanian Kejiwaan Dan Agama. Majalah Spektrum 3. Sarwedi Sosrosudigdo. (1965). Fungsi Dan Arti Kebatinan Untuk Pribadi Dan Revolusi. Jakarta: Balai Pustaka. Soenarto Mertowardojo. (2013). Olah Rasa Di Dalam Rasa. Jakarta: Paguyuban Ngesti Tunggal. _____________. 2014. Sasangka Jati. Jakarta: Paguyuban Ngesti Tunggal. Suwarno Imam S. (2005). Konsep Tuhan, Manusia, Mistik Dalam Berbagai Kebatinan Jawa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Soemantri Hardjoprakoso.(2011). Arsip Sarjana Budi Santosa. Jakarta: Paguyuban Ngesti Tunggal. Sularso Sopater. (1987). Mengenal Pokok-Pokok Ajaran Pangestu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Sumarno Ds, M. S.J. (2011). Program Pengalaman Lapangan Agama Katolik Paroki. Diktat kuliah semester VI IPPAK USD. Telaumbanua, Marinus.(1999). Ilmu Kateketik-Hakikat, Metode dan Peserta Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor. Warnabinarja, Is. (1977). “Kedamaian Menurut Pangestu”. Dalam Sumbangan Kebatinan (V/10): 29-32. Yogyakarta: Seri Kolosani. Yohanes Paulus II. (1969). Ad Gentes (Tentang Kegiatan Misi Gereja). EndeFlores: Nusa Indah. _____________.(1990). Lumen Gentium (Konstitusi Dogmatis Tentang Gereja). (Penyelenggaraan Katekese). (R. Hardawiryana, penterjemah). Jakarta: Dokpen KWI. _____________. (1990). Dei Verbum (Konstitusi Tentang Wahyu Ilahi). (R. Hardawiryana, penterjemah). Jakarta: Dokpen KWI. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 144 _____________. (1991). Nostra Aetate (Pernyataan Tentang Hubungan Gereja Dengan Agama-Agama Bukan Kristiani). (R. Hardawiryana, penterjemah). Jakarta: Dokpen KWI. _____________. (1992). Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese). (R. Hardawiryana, penterjemah). Jakarta: Dokpen KWI _____________. (1992). Gaudium Et Spes (Konstitusi Pastoral Tentang Tugas Gereja Dalam Dunia Dewasa Ini). (R. Hardawiryana, penterjemah). Jakarta: Dokpen KWI. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI 145 LAMPIRAN PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran: 1 LAMBANG PANGESTU (Paguyuban Ngestitunggal) Pangestu berlambang sepasang bunga, yang terdiri dari setangkai bunga Mawar berwarna merah jambu berduri satu dan setangkai bunga Kamboja berwarna putih dengan garis kuning emas pada tepi kelopaknya. Lambang sepasang bunga tersebut dengan latar belakang berwarna ungu. Bunga Mawar : Melambangkan tugas ke luar yaitu melaksanakan tugas hidup bermasyarakat, duri tangkai bunga mawar tersebut melambangkan bahwa bagaimanapun sukses / berhasilnya tugas hidup ke luar tersebut dilaksanakan selalu ada cela atau kekurangannya. Bunga Kamboja : Melambangkan tugas ke dalam, yaitu berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa harus dengan bekal kesucian lahir dan batin. Latar belakang warna Ungu : Melambangkan ‘bangunnya jiwa’ dari kondisi tertidur / pasif menjadi sadar dan aktif. PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran: 2 Dalam Yesus Dalam Yesus kita bersaudara Dalam Yesus kita bersaudara Dalam Yesus kita bersaudara sekarang dan selamanya Dalam Yesus kita beraudara Dalam Yesus ada cinta kasih Dalam Yesus cinta kasih Dalam Yesus ada cinta kasih sekarang dan selamanya Dalam Yesus ada cinta kasih PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI Lampiran: 3 SEPERTI RUSA RINDU SUNGAI-MU Seperti rusa rindu sungai-Mu Jiwaku rindu Engkau Kaulah Tuhan hasrat hatiku Ku rindu menyembah-Mu Kaulah kekuatanku dan perisaiku Kepadamu rohku berserah Kaulah Tuhan hasrat hatiku Ku rindu menyembah-Mu Reff Yesus..Yesus Kau berarti bagiku Yesus..Yesus Kau segalanya bagiku Kau segalanya bagiku Kau segalanya...... bagiku