plagiat merupakan tindakan tidak terpuji plagiat

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
SUMBANGAN KATEKESE BAGI WARGA KEBATINAN PANGESTU
YANG BERAGAMA KATOLIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Y. Bambang Haryanto
NIM: 081124052
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk yang tercinta Ayahku, Ibuku, Adikku, sahabatsahabatku di IPPAK angkatan 2008, saudaraku di paguyuban Kebatinan Pangestu
Yogyakarta, saudaraku di lingkungan St. Damianus Demen dan Paroki
Nanggulan.
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
MOTTO
”Berbahagialah orang yang bertahan dalam percobaan, sebab apabila ia sudah
tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada
barangsiapa yang mengasihi Dia”.
(Yak 1: 12)
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Sumbangan Katekese bagi Warga Kebatinan
Pangestu Yang Beragama Katolik”. Judul tersebut dipilih berdasarkan
kenyataan penulis selama bergabung menjadi warga Kebatinan Pangestu,
menjumpai beberapa penghayatan iman Kebatinan Pangestu yang tidak sesuai
dengan penghayatan iman Kristiani. Tradisi yang turun-temurun dari keluarga
telah mengajarkan paham Kebatinan Pangestu walaupun identitas mereka
beragama Katolik. Hal ini dapat memicu jarak dan bahkan persoalan Gereja
terhadap budaya tempat Injil ditanam. Untuk itu saudara Katolik di Pangestu perlu
semakin mempunyai pemahaman, pengetahuan yang mendalam dari iman
Katolik.
Penulis memahami bahwa Pangestu sama-sama mengajarkan kebaikan
demi tercapainya Kerajaan Allah. Persoalan skripsi ini adalah bagaimana
menemukan perjumpaan makna antara ajaran Pangestu dengan ajaran Kristiani
Katolik, sehingga Pangestu dapat dihayati dalam rangka hidup rohani Kristiani
Katolik. Suatu upaya perjumpaan yang akan melahirkan pemahaman baru yaitu
melalui katekese yang diberikan bagi saudara Katolik di Pangestu.
Dengan adanya katekese bagi paguyuban Pangestu diharapkan terjadi
komunikasi iman antara Injil dan budaya setempat, antara iman Katolik dengan
iman Pangestu, sehingga akan melahirkan pemahan baru bagi saudara Pangestu
yang sesuai dengan hidup penghayatan rohani Kristiani Katolik.
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
This study entitled “Catechism Contribution for Members of
Kebatinan Pangestu who are Catholics”. This title was chosen based on the
writer’ experience when affiliated the Kebatinan Pangestu. The writer found some
of their faith are not in accordance with the Catholic faith. Their tradition
inherited from their family has taught the teaching of Kebatinan Pangestu
although they are Catholics. This problem has made them far away from the
Catholic community, and even has made some problems with the culture where
the Gospel has been proclaimed. Therefore they need to more understand the
teaching of the Catholic Church.
The writer understands well that Pangestu also teaches all good things as well
as Catholic teaching. The problem of this study is how to find the meeting point
between Pangestu and Catholics. So that Pangestu can be lived out in Catholic
context. One of the effort is to give catechism to them.
Regarding to that solution, Pangestu is expected to combine both of their
religion and tradition, between Catholic and Pangestu faith. Its aim is to create
new understanding of Pangestu people to accustom with Catholic gospel.
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Bapa, atas segala berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul
“SUMBANGAN KATEKESE BAGI WARGA KEBATINAN PANGESTU
YANG BERAGAMA KATOLIK”. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar sarjana pada
program Studi Ilmu Pendidikan
Kekhususan Pendidikan Agama Katolik di Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa
adanya dukungan, kerjasama dan bimbingan dari berbagai pihak. Dengan tulus
hati pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1.
Romo Dr. B. Agus Rukiyanto, S.J., yang banyak memberi masukan dan
mendampingi penulis dengan sabar selaku dosen utama dalam menyelesaikan
skripsi ini.
2.
Romo Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed selaku dosen
pembimbing akademik, atas segala perhatian dan kebaikan hatinya untuk
bersedia menjadi dosen kedua penguji skripsi ini.
3.
Bapak Y.H. Bintang Nusantara, SFK., M.Hum, selaku dosen penguji ketiga
yang juga selalu memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis untuk
segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4.
Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma yang telah memberi ilmu dukungan
kepada penulis selama belajar hingga penulisan skripsi ini.
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................
ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
iv
MOTTO ...........................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..........................................................
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ........................................................
vii
ABSTRAK .......................................................................................................
viii
ABSTRACT .....................................................................................................
ix
KATA PENGANTAR .....................................................................................
x
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xviii
BAB I. PENDAHULUAN ...............................................................................
1
A. Latar Belakang .....................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................................
5
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................
6
D. Metode Penulisan.................................................................................
6
E. Manfaat Penulisan ................................................................................
7
F. Sistematika Penulisan ...........................................................................
7
BAB II. AJARAN KEBATINAN PANGESTU ..............................................
10
A. Kebatinan dan Aliran Pangestu ...........................................................
10
1. Kebatinan pada Umumnya ...............................................................
11
a. Pengertian Kebatinan ...................................................................
11
b. Mistik Kebatinan .........................................................................
14
c. Ciri-ciri Kebatinan .......................................................................
15
d. Penggolongan Kebatinan .............................................................
18
2. Kebatinan Aliran Pangestu ...............................................................
19
B. Ajaran tentang Wahyu dan Iman dalam Kebatinan Pangestu ..............
20
1. Wahyu Sasangka Jati dalam Pangestu..............................................
20
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2. Iman dalam Pangestu .......................................................................
21
C. Ajaran tentang Allah ............................................................................
25
D. Ajaran Penciptaan ................................................................................
27
1. Penjadian Empat Anasir sebagai Bahan Dasar Penciptaan ..............
28
2. Penciptaan Semesta Alam ................................................................
28
3. Penciptaan Manusia ..........................................................................
29
E. Ajaran Keselamatan ..............................................................................
32
1. Keselamatan Sejati Kepada Tuhan ...................................................
33
2. Sarana untuk Mencapai Keselamatan...............................................
34
a. Keterbukaan kepada Suksma Sejati .............................................
34
b. Mengatur Angan-Angan, Nafsu-Nafsu dan Perasaan-Perasaan ..
36
c. Bersatu Luluh dengan Suksma Sejati dan Suksma Kawekas .......
38
F. Ajaran Penghayatan Pangestu dalam Kehidupan .................................
39
1. Distansi .............................................................................................
39
a. Rilo ...............................................................................................
40
b. Narimo .........................................................................................
40
c. Sabar ............................................................................................
41
2. Konsentrasi .......................................................................................
42
a. Tapa .............................................................................................
42
b. Pamudaran ..................................................................................
43
3. Representasi .....................................................................................
44
G. Ajaran Akhir Zaman ............................................................................
44
1. Kiamat Dunia Kecil ..........................................................................
45
2. Kelahiran Kembali (Reinkarnasi) .....................................................
45
3. Kiamat Dunia Besar .........................................................................
46
H. Rangkuman Ajaran Kebatinan Pangestu ..............................................
47
BAB III. AJARAN TENTANG IMAN KATOLIK .......................................
51
A. Ajaran Tentang Wahyu dan Iman dalam Kristiani ..............................
51
1. Paham Wahyu Kristiani ...................................................................
52
a. Pengertian Wahyu Kristiani .........................................................
52
b. Yesus Kristus adalah Wahyu Allah .............................................
53
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2. Paham Iman Kristiani ......................................................................
54
a. Paham Iman menurut Alkitab ......................................................
54
b. Paham Iman menurut Magisterium Gereja ..................................
56
3. Terbentuknya Gereja Berkat Perwahyuan Roh Kudus Oleh
Kristus Yang Mulia ........................................................................
57
4. Pedoman Iman Kristiani sebagai Penjamin Wahyu Allah ...............
58
a. Tradisi ..........................................................................................
58
b. Kitab Suci ....................................................................................
59
c. Ajaran Magisterium .....................................................................
59
B. Ajaran Tentang Allah ...........................................................................
60
1. Paham Allah dalam Perjanjian Lama ...............................................
60
2. Paham Allah dalam Perjanjian Baru ................................................
61
3. Allah Tritunggal dalam Umat Kristiani ...........................................
63
C. Ajaran Tentang Penciptaan ..................................................................
65
1. Penciptaan dalam Kitab Suci............................................................
65
2. Tujuan Penciptaan ............................................................................
66
3. Hakekat Manusia ..............................................................................
67
D. Ajaran Tentang Keselamatan ...............................................................
68
1. Paham Keselamatan dalam Perjanjian Lama ...................................
69
2. Paham Keselamatan dalam Perjanjian Baru .....................................
70
3. Dosa Sebagai Penghalang Keselamatan ...........................................
71
4. Penebuasan Sebagai Pemulihan Keselamatan ..................................
72
5. Keselamatan Pada Masa Kini ...........................................................
74
6. Keselamatan Mencapai Kepenuhannya pada Akhir Zaman ............
74
E. Ajaran Penghayatan Iman Katolik dalam Kehidupan ..........................
75
1. Dasar Penghayatan Iman Katolik ada di dalam Yesus Kristus ........
75
a. Sabda dan Karya dalam kehidupan Yesus sebagai dasar ajaran ..
75
1). Ajaran Dasar dari Yesus ........................................................
76
2). Ajaran Perumpamaan dari Yesus ..........................................
77
3). Mujizat Yesus ........................................................................
78
b. Sengsara, Wafat Yesus sebagai Teladan Orang Kristiani ...........
78
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2. Sikap Penghayatan Ajaran Iman Kristiani dalam Kehidupan Nyata
79
a. Cinta Kasih kepada Sesama .........................................................
79
b. Ketabahan sebagai Ketaatan Iman ...............................................
80
c. Hidup dalam Penuh Pengharapan ................................................
81
F. Ajaran Akhir Zaman .............................................................................
82
1. Kematian ..........................................................................................
82
2. Surga.................................................................................................
83
3. Neraka ..............................................................................................
84
4. Api Pencucian ..................................................................................
84
5. Penghakiman Terakhir .....................................................................
85
6. Harapan akan Langit Baru dan Bumi Yang Baru ............................
86
G. Rangkuman Ajaran Kristiani Katolik ..................................................
86
BAB IV. PERJUMPAAN ANTARA AJARAN KEBATINAN
PANGESTU DENGAN AJARAN IMAN KRISTIANI MELALUI
SUMBANGAN KATEKESE .........................................................
90
A. Menemukan titik temu ajaran kebatinan dengan ajaran Kristiani ........
90
1. Pandangan Gereja Terhadap Ajaran Non Kristiani Menurut
Konsili Vatikan II ............................................................................
90
a. Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis mengenai Gereja.............
91
b. Nostra Aetate, Deklarasi Mengenai Hubungan Gereja Dengan
Agama Non Kristiani ..................................................................
91
c. Ad Gentes, Dekrit Tentang Kegiatan Misionaris Gereja .............
92
d. Gaudium Et Spes, Konstitusi Pastoral Mengenai Gereja dalam
Dunia Modern .............................................................................
93
2. Perbandingan Ajaran Kebatinan Pangestu Dengan Ajaran
Kristiani ...........................................................................................
95
a. Ajaran Wahyu dan Iman ..............................................................
95
b. Ajaran tentang Tuhan ..................................................................
96
c. Ajaran Penciptaan ........................................................................
97
d. Keselamatan Manusia ..................................................................
98
e. Ajaran Penghayatan Iman dalam Kehidupan Nyata ....................
100
f. Ajaran Akhir Zaman.....................................................................
101
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3. Pemahaman Kebatinan Pangestu Dalam Rangka Hidup Rohani
Kristiani ...........................................................................................
102
a. Pemahaman Manunggaling Kawula Gusti ..................................
103
b. Pemahaman Tentang Gustining Jagad Cilik dan Gustining
Jagad Gedhe ..............................................................................
104
c. Pemahaman Tentang Sang Guru Sejati .......................................
105
d. Pertobatan Syarat Bersatu dengan Sang Guru Sejati ...................
106
e. Hidup Selalu Berwawan-Sabda dengan Sang Guru Sejati ..........
107
B. Sumbangan Program Katekese Dalam Paguyuban Kebatinan
Pangestu sebagai wujud Perjumpaan Iman Kristiani dengan Iman
Kebatinan Pangestu ..............................................................................
108
1. Usaha Berkatekese ...........................................................................
108
a. Pengertian Katekese ....................................................................
108
b. Tujuan Katekese ..........................................................................
109
c. Isi Katekese..................................................................................
111
d. Unsur-unsur dalam Katekese.......................................................
112
1). Pengalaman Hidup Peserta ....................................................
112
2). Komunikasi Iman dalam Kitab Suci .....................................
113
3). Komunikasi dengan Tradisi Kristiani....................................
113
4). Arah Keterlibatan Baru .........................................................
114
e. Pemilihan Model Pengalaman Hidup sebagai Model Katekese ..
114
2. Sumbangan Program Katekese Bagi Warga Kebatinan Pangestu ...
117
a. Latar Belakang Penyusunan Program ..........................................
118
b. Tujuan Program ...........................................................................
119
c. Usulan-Usulan Tema Katekese ...................................................
120
d. Matrik Program Katekese ............................................................
122
3. Contoh Persiapan Katekese ..............................................................
124
BAB V. PENUTUP .........................................................................................
137
A. Kesimpulan .........................................................................................
137
B. Saran ....................................................................................................
141
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
142
LAMPIRAN .....................................................................................................
145
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran 1: Gambar Lambang Pangestu..................................................
(1)
Lampiran 2: teks lagu “Dalam Yesus” ......................................................
(2)
Lampiran 3: teks lagu “Seperti Rusa Rindu Sungai-Mu” .........................
(3)
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR SINGKATAN
A. SINGKATAN KITAB SUCI
KS
: Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini
mengikuti singkatan yang terdapat dalam daftar singkatan Alkitab
Deuterokanonika (1995) terbitan Lembaga Alkitab Indonesia.
B. SINGKATAN DOKUMEN RESMI GEREJA
AG
: Ad Gentes, Dekrit Tentang Kegiatan Misionaris Gereja,
7 Desember 1965.
CT
: Catechese Trandendae, Ajaran Apostolik Paus Yohanes
Paulus II tentang Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979.
DCG
: Directorium Catechisthicum General, Direktorium
Kateketik Umum yang dikeluarkan oleh Kongregasi Suci
para Klerus, 11 April 1971.
DV
: Dei Verbum, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II
tentang Wahyu Ilahi, 18 nopember 1965.
GS
: Gaudium Et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II
tentang Gereja Dewasa Ini, 7 Desember 1965.
LG
: Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II
tentang Gereja, 21 November 1964.
NA
: Nostra Aetate, Deklarasi Mengenai Hubungan Gereja
Dengan Agama Non Kristiani, 28 Oktober 1965.
xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
C. SINGKATAN LAIN
Art
: Artikel
Bdk
: Bandingkan
KWI
: Konferensi Waligereja Indonesia
KKGK
: Kopendium Katekismus Gereja Katolik
No
: Nomor
PKKI
: Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia
xix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam suatu kisah mitologi Jawa, dikisahkan dalam cerita Mahabharata,
suatu gambaran kehidupan. Gambaran kehidupan itu dapat dilihat sebagai
peperangan antara kuasa-kuasa keteraturan dan kuasa-kuasa kekacauan.
Gambaran Pandawa adalah Lima orang bersaudara yang berjuang menegakkan
kesalehan, keadilan, sikap tanpa pamrih. Sedangkan Kurawa adalah gambaran
keangkuhan, kesombongan, keserakahan, hawa nafsu dan pengagungan diri. Bila
Kurawa berkuasa maka kehidupan di dunia ini akan tidak teratur dan adil. Dalam
perang Bharata Yudha, Kurawa akan dilawan oleh Pandawa, bila Pandawa
menang maka kehidupan di bumi ditandai oleh suasana tentram, adil makmur dan
harmonis. Perang terakhir dan besar-besaran dengan Pandawa mengalahkan
Kurawa, maka keteraturan mengalahkan kekacauan (Mulder, 1983: 14).
Dalam mistik Jawa dikenal model jagad gedhe (kosmos) yaitu alam
semesta dan jagad cilik (mikrokosmos) yaitu manusia. Sedangkan kuasa-kuasa
kekacauan dilambangkan oleh segi lahir (segi luar badani) yang mengikat manusia
kepada dunia. Sementara segi batin menghubungkan dengan makna terdalam dari
alam semesta, moralitas dan keteraturan. Dalam upaya-upaya mistiknya, manusia
harus dapat mengatasi segi badani itu, seperti emosi, naluri dan nafsu
keduniaannya, agar batin manusia dapat bersatu kembali dengan asal muasal
kehidupan serta mengalami kemanunggalan dengan Sang Pencipta. Keteraturan
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
adalah segi batin yang harus ditegakkan. Keteraturan berarti pernyataan rasa
keselarasan dan keserasian dengan tujuan alam semesta (kosmos), dan dalam arti
terdalam terjadi kemanunggalan, kesatuan, persatuan dari segala-galanya,
pencipta dengan yang diciptakan, kawula dengan Gusti, sangkan-paran (asal dan
semua tujuan diciptakan). Dalam hal ini mistik Jawa dikenal dengan nama
Kebatinan, prinsip kesatuan terdalam ini adalah Tuhan, Sang Hyang Kawekas,
Yang Maha Kuasa dan Yang Maha Esa. Kesatuan terdalam dengan Tuhan
merupakan kewajiban moral dan tujuan pokok dari paraktek Kebatinan. Praktek
Kebatinan bertujuan tercapainya tatanan dan keteraturan alam semesta (kosmos).
Kebatinan pada umumnya menunjuk kepada segala usaha dan gerakan
untuk memberdayakan batin manusia. Manusia adalah makluk lahir-batin,
merupakan cita-cita manusia bila terjadi keseimbangan antara daya batin dan daya
lahir. Akan tetapi di dunia moderen yang serba canggih ini, manusia cenderung
mencari akan hal lahir, akan sensasi dan emosi, akan pangkat dan kehormatan.
Hal semacam ini seringkali mengancam nilai-nilai batin dari manusia. Ajaran
Kebatinan adalah pernyataan Allah yang hadir dalam hati manusia dengan
pencapaian ketenangan dan ketentraman hidup. Disana terdapat kenyataan yang
mutlak, bahwa setiap manusia akan mengarahkan dirinya kepada Sang Pencipta.
Awal mula gerakan Kebatinan merupakan tanda protes dan kritik terhadap zaman,
sebagai jawaban atas berbagai hal seperti: kekhawatiran jangan-jangan dilanda
arus asing yang mengindahkan nilai keaslian, intelektualisme dilawan dengan
perasaan, materialisme dilawan dengan kerohanian. Suatu gejala yang menarik
diawal Indonesia ini merdeka ialah tumbuhnya aliran-aliran Kebatinan dalam
2
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
jumlah yang besar, terutama di pulau Jawa. Sejak tahun 1945 ratusan aliran
Kebatinan telah lahir, dengan memakai bermacam-macam nama serta membawa
ciri khas masing-masing (Rahmat, 1973: 125).
Ajaran Kebatinan merupakan warisan leluhur di tanah Indonesia ini
sebelum masuknya agama Kristen, Islam, Hindu, Budha. Kebatinan memberikan
kontribusi bagi kehidupan hingga sekarang dalam menata hidup, sebagai perantara
komunikasi manusia kepada yang transenden yaitu Allah Sang Pencipta.
Sebagaimana diungkapkan oleh Mertodipuro (1967: 13). Kebatinan adalah cara
ala Indonesia mendapatkan kebahagiaan. Di Indonesia, Kebatinan, apapun
namanya: tassawuf, ilmu kesempurnaan, teosofi, dan mistik adalah gejala umum.
Kebatinan memperkembangkan inner reality, kenyataan rohani. Maka itulah
selama bangsa Indonesia tetap berwujud Indonesia, beridentitas asli, maka
Kebatinan akan tetap di Indonesia, baik didalam agama atau di luarnya. Kebatinan
seringkali dianggap intisari “kejawen”, gaya hidup orang Jawa adalah Kebatinan
(Suwarno, 2005: 79).
Dari berbagai aliran Kebatinan yang terdapat di Indonesia, ada lima aliran
Kebatinan
yang dipandang sebagai mewakili segala aliran yang ada. Aliran
Kebatinan itu adalah: Paguyuban Sumarah, Paguyuban Sapta Darma, Paguyuban
Bratakesawa, Paguyuban Paryosurodipuro, dan Paguyuban Pangestu. Penulis
membatasi dalam satu aliran saja, yaitu aliran Kebatinan Pangestu. Sikap hidup
orang Jawa kejawen telah banyak diaktualisasikan di dalam aliran Kebatinan dan
sastra jawa. Aliran Pangestu dipandang ada pengaruhnya di antara orang-orang
Jawa kejawen. Sebab Pangestu bertalian erat dengan kebudayaan spritualitas jawa.
3
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Pangestu dipandang mencerminkan salah satu sikap hidup orang Jawa (Iman,
2005: 64). Pangestu singkatan dari Paguyuban Ngesti Tunggal yang artinya
“persatuan untuk dapat bertunggal”. Raden Soenarto Mertowardojo merupakan
tokoh yang tidak terlepas dari sejarah kelahiran dan perkembangan aliran
Pangestu. Secara umum R. Soenarto dapat disebut sebagai pendiri Kebatinan
Pangestu. Pangestu didirikan pada tanggal 20 Mei 1949 di Surakarta. Pangestu
bertujuan dan bercita-cita hidup bertunggal dengan semua golongan dengan tidak
membeda-bedakan jenis bangsa, derajat dan agama. Penegasan pengajaran
terdapat dalam buku “Sasangka Jati” (Jiwa Sejati). Pangestu tidak mengajarkan
hal yang aneh-aneh seperti ilmu ramal meramal, ilmu sihir, ilmu arwah, klenik
dan sebagainya. Aliran Kebatinan Pangestu lebih kekancah bimbingan dan
pengolahan jiwa (Solarso, 1987: 32). D.I.Yogyakarta menurut data Paguyuban
Pangestu periode tahun 2010-2015 ada enam cabang paguyuban yang tersebar
masing-masing di Wates Kulon Progo, Bantul, Sleman dan kota Yogyakarta.
Penulis memberi perhatian dalam hal ini, karena selama penulis bergabung
menjadi warga Kebatinan Pangestu, menjumpai beberapa penghayatan iman
Kebatinan Pangestu yang tidak sesuai dengan penghayatan iman Kristiani. Tradisi
yang turun temurun dari keluarga telah mengajarkan paham Kebatinan Pangestu
walaupun identitas mereka beragama Katolik. Hal ini merupakan persoalan Gereja
terhadap budaya tempat Injil ditanam. Untuk itu saudara Katolik di Pangestu perlu
semakin mempunyai pemahaman, pengetahuan yang mendalam dari iman
Katolik. Harapan warga Pangestu yang beragama Katolik tidak menyimpang dari
4
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ajaran iman Kristiani. Pemahaman dan pemaknaan ajaran Pangestu haruslah
dalam terang iman Kristiani.
Seberapa besarkah ajaran Kebatinan Pangestu berperan dalam kehidupan
ini? Bagaimana perjumpaan kedua ajaran tersebut? Bagaimanakah pemahaman
Kebatinan Pangestu agar dapat dihayati dalam rangka hidup rohani Kristiani
Katolik? Bagaimana proses berkatekese yang sesuai bagi warga Kebatinan
Pangestu?
Bersama pemikiran-pemikiran dari para tokoh-tokoh Kristiani dan
pemikiran dalam ajaran Kebatinan Pangestu, penulis akan mengajak untuk
memahami dan memaknai Kebatinan Pangestu dalam terang ajaran Kristiani.
Penulis akan mengajak menemukan perjumpaan dan titik temu makna yang tepat
atas ajaran Kebatinan Pangestu dalam rangka hidup rohani Kristiani dengan
menyumbangkan katekese yang tepat bagi warga Kebatinan Pangestu yang
beragama Katolik. Untuk itu penulis memberi judul karya tulis ini sebagai berikut:
“Sumbangan Katekese Bagi Warga Kebatinan Pangestu Yang Beragama
Katolik”
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah-masalah yang akan dibahas dalam
skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah ajaran Kebatinan Pangestu.
2. Bagaimanakah ajaran Kristiani.
5
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3. Bagaimanakah pemahaman Kebatinan Pangestu agar dapat dihayati dalam
rangka hidup rohani Kristiani Katolik.
4. Bagaimanakah
pelaksanaan katekese yang sesuai dalam warga Kebatinan
Pangestu.
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1.
Memaparkan serta memahami ajaranKebatinanPangestu.
2.
Memaparkan ajaran kristiani.
3.
Menemukan pemahaman Kebatinan Pangestu dalam rangka hidup rohani
Kristiani Katolik.
4.
Mewujudkan katekese bagi warga Kebatinan Pangestu yang beragama katolik
agar memaknai ajaran sesuai dengan terang Kristiani.
D. METODE PENULISAN
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif,
dengan memanfaatkan studi pustaka yang didalamnya memaparkan dan
menguraikan tentang ajaran Kebatinan Pangestu, ajaran iman Kristiani, serta
menemukan perjumpaan dan memaknai ajaran Kebatinan Pangestu dalam terang
ajaran Kristiani dalam rangka hidup rohani Katolik. Serta menemukan tema-tema
katekese yang sesuai dengan warga Kebatinan Pangestu yang beragama Katolik.
6
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
E. MANFAAT PENULISAN
Manfaat penyusunan skripsi ini secara lebih rinci dapat penulis uraikan
sebagai berikut:
1.
Dapat lebih memperluas serta memperdalam wawasan pengetahuan tentang
ajaran Kebatinan. Ajaran Kebatinan adalah sebuah kebudayaan warisan
leluhur bangsa Indonesia yang patut kita gali dengan lebih dalam dengan
menemukan nilai-nilai kearifan lokalnya akan membantu bangsa ini dalam
mencari iman kepada Tuhan.
2.
Menemukan makna dan titik temu ajaran Kebatinan Pangestu dalam rangka
penghayatan hidup rohani Kristiani Katolik.
3.
Menemukan sebuah katekese yang tepat bagi penganut Kebatinan Pangestu
yang beragama Katolik, sehingga iman umat Katolik yang tergabung dalam
Kebatinan Pangestu tetap berpegang dalam terang ajaran iman Kristiani.
F. SISTIMATIKA PENULISAN
Skripsi ini mengambil judul “Sumbangan Katekese Bagi Warga
Kebatinan Pangestu Yang Beragama Katolik” skripsi ini akan diuraikan dalam
5 bab:
Bab I. PENDAHULUAN
Bab ini berisikan pendahuluan yang meliputi latar belakang penulisan,
perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan dan
sistematika penulisan.
7
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II. AJARAN KEBATINAN PANGESTU
Bab ini menjelaskan ajaran Kebatinan pada umumnya, pada bagian ini
dimaksudkan membantu memahami awal ajaran Kebatinan kemudian mendalami
salah satu aliran Kebatinan yaitu aliran Kebatinan Pangestu. Dalam aliran
Pangestu akan dipaparkan ajaran-ajaran pokok seperti: ajaran wahyu dan iman,
ajaran tentang Allah, ajaran tentang penciptaan, ajaran keselamatan, ajaran
penghayatan Pangestu dalam hidup nyata dan yang terakhir ajaran tentang akhir
zaman.
BAB III. AJARAN IMAN KRISTIANI
Bab ini menjelaskan tentang pemaparan ajaran dalam Kristiani Katolik,
bagian ini akan menghantar kita lebih lanjut tentang pemahaman ajaran Kristiani
Katolik. Pada bagian pertama pembahasan, akan dipaparkan wahyu dan iman
Kristiani, Ajaran penciptaan dalam Kristiani, keselamatan, sikap Kristiani dalam
penghayatan hidup nyata dan ajaran akhir zaman.
BAB IV. PERJUMPAAN ANTARA AJARAN KEBATINAN PANGESTU
DENGAN
AJARAN
IMAN
KRISTIANI
MELALUI
SUMBANGAN
KATEKESE
Dalam bab ini akan dipaparkan pandangan kristiani tentang Kebatinan dan
menemukan titik temu dalam kedua ajaran. Dalam bab ini dialog kedua pihak
antara iman Kristiani dengan KebatinanPangestu akan menemukan makna yang
baru dalam rangka penghayatan hidup rohani kristiani. Sumbangan katekese
8
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
dalam Kebatinan Pangestu diharapkan mampu meneguhkan iman Kristiani dan
memberikan penerangan iman Kristiani, pemahaman baru bagi warga Pangestu
yang beragama Katolik.
BAB V. PENUTUP
Dalam penutup ini memuat kesimpulan dan saran dari penulis skripsi
dalam mempelajari, memaknai dan mendalami perjumpaan ajaran Kristiani
dengan ajaran Kebatinan Pangestu demi perkembangan umat Katolik.
9
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
AJARAN KEBATINAN PANGESTU
Bagian ini menyajikan bagaimana ajaran iman dalam Kebatinan Pangestu.
Menurut Harun Hadiwijono (1970: 9) Pangestu adalah aliran Kebatinan yang
pandangannya dipengaruhi oleh ajaran Kristiani. Bagian pertama bab ini akan
menjelaskan arti Kebatinan, mistik Kebatinan, ciri-ciri Kebatinan pada umumnya
dan secara khusus akan dikenalkan dengan Kebatinan aliran Pangestu. Kemudian
bagian selanjutnya akan disajikan ajaran-ajaran pokok dalam Kebatinan aliran
Pangestu, seperti: ajaran wahyu dan iman, ajaran tentang Allah, ajaran tentang
penciptaan, ajaran keselamatan, ajaran penghayatan Pangestu dalam hidup nyata
dan yang terakhir ajaran tentang akhir zaman.
A. Kebatinan dan Aliran Pangestu
Dalam bagian ini penulis akan memaparkan pandangan pengetahuan
umum tentang Kebatinan. Karena tidak semua paguyuban-paguyuban dalam
Kebatinan bisa dikatakan sebagai sebuah paguyuban Kebatinan yang sebenannya.
Maka dari itu akan dibahas pengertian Kebatinan, ciri-ciri dalam Kebatinan, dan
penggolongan dalam Kebatinan. Kemudian bagian kedua akan dibahas tentang
Kebatinan aliran Pangestu.
10
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1.
Kebatinan pada Umumnya
Sebelum masuk kedalam aliran Kebatinan sendiri, perlu dibahas
pengetahuan umum yang terdapat dalam Kebatinan. Dengan demikian pengertian
tentang Kebatinan akan menjadi jelas dan tidak akan di salah artikan dengan halhal yang negatif.
a.
Pengertian Kebatinan
Dalam jiwa manusia ada kecenderungan kerinduan akan Tuhan, dari dalam
diri manusia timbullah pertanyaan mengenai Tuhan. Pertanyaan asasi dalam setiap
manusia itu mencapai jawabannya bukan dari diri manusia sendiri, melainkan
mendengarkan dari Tuhan yang mewahyukan Diri. Disinilah peranan batin
manusia sangat diandalkan dalam merasakan wahyu dari Tuhan. Kata Kebatinan
akar katanya batin, berasal dari lafaz bahasa Arab, artinya yang di dalam hati,
yang tersembunyi dan misterius. Batin dipakai untuk menunjukkan sifat, dengan
sifat batin itu manusia merasa dirinya lepas dari segala yang semu. Batin juga
dipergunakan sebagai sifat keunggulan terhadap perbuatan lahir (Suwarno, 2005:
84). Kebatinan ialah suatu ilmu yang menuju ke arah penjelasan tugas hidup
dengan sebaik-baiknya, menuju kepada kesempurnaan. Kebatinan adalah ilmu
kesempurnaan yang mengajarkan bagaimana caranya. Batin adalah keadaan yang
abstrak, tidak nyata, yang tidak ditangkap dengan panca indra (Sarwedi, 1965:9).
Kita bertolak dari definisi Kebatinan seperti yang dirumuskan pada konggres
Kebatinan II (1956), sebagai berikut: “Kebatinan adalah sumber asas dan sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, untuk mencapai budi luhur, guna mencapai
11
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
kesempurnaan hidup”. Konsep yang hampir sama dalam definisi Kebatinan lainya
disampaikan oleh tokoh Kebatinan Soesilo sebagai berikut:“Kebatinan adalah
bentuk usaha untuk mewujudkan dan menghayati nilai dan kenyataan rohani
dalam diri manusia serta alamnya dan membawa orang kepada penemuan
kenyataan hidup sejati serta pencapaian budi luhur dan kesempurnaan hidup”
(Rahmat, 1973:188).
Kebatinan menegaskan bahwa satu-satunya sumber untuk pengakuan
Tuhan adalah pengalaman batin manusia sendiri. Kebatinan sebagai pangkal
perkembangan manusia, berasaskan budi luhur dan kesempurnaan hidup. Praktek
Kebatinan adalah usaha untuk berkomunikasi dengan realitas asali. Sebagai
cabang pengetahuan, Kebatinan mempelajari tempat manusia dalam dunia
kosmos. Itu didasarkan atas adanya kesatuan yang hakiki diantara segala yang ada
di semesta alam ini. Kebatinan melihat eksistensi manusia dalam susunan
kosmologis, membuat hidup ini menjadi pengalaman religius dan berpartisipasi
dalam kemanunggalan kehidupan (Mulder, 1983: 22).
Paham dasar Kebatinan mengatakan bahwa manusia terdiri dari sifat lahir
dan sifat batin, kedua aspek ini saling berhubungan. Setiap yang ada berkewajiban
moral untuk menciptakan harmoni antara aspek-aspek lahir dan aspek-aspek batin
dari hidup ini. Dalam arti yang batin mengendalikan/menguasai yang lahir,
dengan demikian hidup di dunia akan menjadi harmonis dan terkoordinasi dengan
prinsip kesatuan asali kehidupan. Karena alasan ini masyarakat diatur agar dapat
seimbang melalui tatakrama yang mengatur tingkah laku interpersonal, adat
mengatur tingkah laku komunal, upacara agama dan praktek mistik mengatur
12
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
hubungan formal antar masyarakat dengan alam adiduniawi. Sedangkan naluri
dan emosi manusia diatur oleh aturan moral yang dikenakan atas tingkah laku
perorangan yang menekankan narimo, sabar, waspada-eling, andapasor dan
prasaja. Semuanya itu penting bagi keseimbangan manusia dan bagi
mempertahankan keseimbangan dengan Ada atau Hidup. Barang siapa yang hidup
harmonis dengan alam, dan masyarkat dengan sendirinya ia harmonis dengan
Kehidupan. Pelanggaran atas harmoni itu, gangguan atas tatanan dianggap
merupakan kesalahan dan hakekatnya merupakan dosa (Mulder, 1983: 23).
Jalan yang dilalui orang Jawa menyelami realitas asali/kehidupan adalah
dengan rasa yang peka dan terlatih (rasa batin yang intuitif). Hakekat realitas
ditangkap oleh rasa dan dibeberkan dalam batin yang tenang. Dengan mengatasi
rintangan dan memelihara keharmonisan manusia akan sungguh-sungguh dapat
memahami langsung tentang rahasia kehidupan. Praktek Kebatinan adalah usaha
perseorangan yang ingin manunggal kembali dengan asal usulnya, berniat
mengalami tersingkapnya rahasia kehidupan atau membebaskan dari ikatan-ikatan
duniawi.
Aliran Kebatinan mempunyai “Ajaran” sendiri yang disebut piwulang,
wewarah atau tuntunan. Ajaran itu berasal dari penerangan batin sang guru atau
panuntun yang menjadi pendiri atau pendasar aliran itu. Tidak hanya guru atau
panuntun yang dapat mengalami terang batin, tetapi juga setiap warga atau murid,
tentu saja pada tahap permulaan dengan bimbingan guru atau panuntun dapat
mengalaminya sesuai dengan usaha dan anugrah Tuhan. Dalam hal ini disebut
“Tuhan” sebagai pemberi terang batin entah secara “langsung”, entah lewat
13
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
“perantara”. “terang batin” itu disebut dengan aneka nama: ilham, pituduh,
wangsit, wedharan, wahyu (Banawiratma, 1986: 63).
Ajaran dalam Kebatinan sering disebut ngelmu atau ngelmu batin, yang
dibedakan kawruh atau ngelmu lahir. Ngelmu batin adalah pengetahuan yang
berasal dari penerangan batin dan harus dipahami terutama dengan jalan olah rasa,
yang biasanya juga disertai laku (tapa, mati raga). Yang terpenting bagi para
penganut Kebatinan bukanlah bentuk dan rumusan “ajaran”, melainkan
penghayatan batin akan isi ajaran itu, yang diusahakan dialami dan dilaksanakan
dalam kehidupan pribadinya. Kebatinan bertujuan mencari kebenaran, maka
kebenaran dimengerti sebagai kasunyatan “kebenaran ” yang dihayati dialami,
dilaksanakan dan terbukti dalam kehidupan. Kebenaran macam inilah yang
menjadi pokok pembicaraan dalam sarasehan, bawa rasa (semacam sharring)
bila para warga Kebatinan berkumpul, entah dalam pertemuan organisasi, entah
dalam pertemuan pribadi antara murid dan guru ataupun sesama murid
(Banawiratma, 1986: 63).
b. Mistik Kebatinan
Segala sesuatu yang hidup adalah satu dan tunggal. Manusia dipandang
sebagai percikan dari zat hidup yang meliputi segala sesuatu, manusia mempunyai
dua segi lahir dan batin. Melalui segi batin, manusia dapat mencapai persatuan
dengan Zat Hidup. Untuk mencapai kesatuan dengan zat hidup, manusia harus
mengatasi segi-segi badaniah. Kebatinan merupakan mistik murni yang membuka
pengetahuan dan pengalaman individual langsung dengan Tuhan. Oleh karena itu
14
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
pada dasarnya Kebatinan itu mistik. Konsep mistik dalam aliran Kebatinan,
sebagaimana halnya mistisisme agama, intinya menekankan hubungan langsung
antara manusia dengan Tuhan, manusia sebagai pihak yang aktif berupaya untuk
dekat dengan Tuhan, bahkan bersatu dengan Tuhan, yang sering disebut dengan
Manunggaling Kawula Gusti (Suwarno, 2005: 88).
c.
Ciri-ciri Kebatinan
Dalam Kebatinan ada sifat dan ciri yang khas. Pada umumnya sifat-sifat
itu terdapat pada segala jenis aliran Kebatinan, meskipun tidak semua unsur sama.
Sebagai nilai, sebuah sifat dianggap hanya terdapat dalam lingkungan Kebatinan
sendiri. Bersama-sama akan dibahas sifat-sifat atau ciri-ciri dari Kebatinan yang
sebagai berikut:
1) Sifat pertama “Batin”
Kata batin mempunyai arti di dalam diri manusia. Kata tersebut berasal
dari kata arab, mempunyai arti: perut, rasa mendalam, tersembunyi rohani, asasi.
Dalam ilmu jiwa, batin dipergunakan sebagai sifat keunggulan terhadap perbuatan
lahiriah, peraturan dan hukum yang dilahirkan dari luar oleh pendapat umum.
Penilaian duniawi seringkali mementingkan kedudukan dan peranan manusia
yang tidak sebenarnya: gelar, pangkat, harta benda, kekuasaan. Dari semua itu
diremehkan oleh orang Kebatinan, ia berusaha menembus dinding alam
pancaindra untuk bersemayam pada asas terlahir dari kepribadiannya: yaitu Roh
(Rahmat, 1973: 126).
15
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2) Sifat kedua “Rasa”
Rasa adalah pengalaman rohani yang bersifat subjektif. Sifat “Rasa”
tersebut merupakan reaksi terhadap gejala modernisasi yang mau menekankan
otak sebagai pengganti hati dan akal sebagai pengganti rasa, kegiatan lahiriah
sebagai pengganti pengalaman batin. Melawan itu diadakan latihan-latihan yang
menyiapkan manusia untuk menerima wahyu sendiri, mendengar suara didalam
hati, melukiskan hal yang membuat rasa tenteram dan puas (Rahmat, 1973: 129).
3) Sifat ketiga “Asli”
Sifat keaslian merupakan ciri khas Kebatinan. Sifat “asli” dalam ilmu
Kebatinan merupakan reaksi terhadap gejala keterasingan manusia dalam dirinya
sendiri.
Gerakan
Kebatinan
timbul
sebagai
gerakan
yang
mau
memperkembangkan kepribadian “asli”. Sifat asli ini juga merupakan reaksi
terhadap gejala yang cenderung mengabaikan keaslian budaya daerah. Dan
lingkungan universal “asli” merupakan reaksi terhadap gejala internalisasi
kebudayaan. Kebatinan di Indonesia mau menekankan dan mempertahankan gaya
hidup dan kesopanan Timur (Adimassana, 1986:13).
4) Sifat keempat “hubungan erat antar anggota”
Sifat hubungan erat antar warga yaitu mempererat dan mempersatukan
mereka yang tergabung dalam suatu aliran Kebatinan adalah kesamaan pandangan
hidup diantara mereka. Kesamaan tersebut di peroleh melalui “Jumbuhing Kawula
Gusti”, yaitu kesatuan tiap-tiap anggota dengan Dia yang disembah, kepada jiwa
perorangan melebur diri. Dengan demikian Kebatinan menyediakan pemenuhan
16
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
bagi kebutuhan untuk bersatu sama lain. Masyarakat yang terbentuk adalah
masyarakat yang berpola gotong royong dan kekeluargaan (Rahmat, 1973: 136).
5) Sifat kelima “akhlak sosial”
Dalam situasi sosial masyarakat kita kita banyak mendengar berita tentang
krisis sosial, kemrosotan akhlak, kerusuhan dimana-mana, kasus korupsi yang
merajalela. Bisa dikatakan bahwa dalam kaidah moral, masyarakat dewasa ini
tidak mengenakan tubuh “Kebatinan”. Oleh sebab itu agar manusia kembali pada
langkah kesusilaan asli dengan semboyan jawa “budi luhur dan sepi ing pamrih”.
Dengan ungkapan lebih positif dikatakan bahwa “membangun masyarakat ialah
membangun diri sendiri, dan membangun diri sendiri adalah membangun
masyarakat”. Kesadaran semacam itu disebut sebagai “rasa bersatu” dengan
masyarakat. Jadi dalam masyarakat tidak ada rasa individualistis, sehingga yang
ada adalah “rasa sama”, rasa bersatu dengan masyarakat bisa tercapai bila tiaptiap individu mempunayai “rasa sama”. Rasa sama itu menimbulkan rasa enak
dalam gerak hidup sosial manusia (Adimassana, 1986: 39).
6) Sifat keenam “gaib”
Kebatinan memiliki kekuatan yang dihasilkan dari alam dan memberikan
gabungan aura positif terhadap orang yang mengalaminya. Maka didalam
Kebatinan umumnya terdapat kepercayaan pada daya-daya “gaib” yang
suprarasional. Daya gaib itu ada dua macam, yaitu magi hitam dan magi putih.
Menurut Wangsanegoro, Kebatinan tidak termasuk sebagai magi hitam, karena
Kebatinan tidak menggunakan “klenik”. Yang dimaksud klenik adalah adanya
praktek-praktek sesat yang dijiwai oleh nafsu setan. Ciri-ciri gejala “klenik”
17
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
adalah adanya praktek-praktek yang melanggar norma-norma agama, Kebatinan,
kerohanian, kejiwaan, norma susila dan hukum (Adimassana, 1973: 14).
d. Penggolongan Kebatinan
Dalam perkembangan lebih lanjut, menurut Adimassana (1986: 22-23),
aliran-aliran Kebatinan memperkenalkan dengan nama “kepercayaan”. Dalam
nama tersebut badan konggres Kebatinan Indonesia merumuskan tiga unsur, yaitu:
Kebatinan, kejiwaan, dan kerohanian.
Kebatinan mengandaikan adanya ruang hidup dalam diri manusia yang
bersifat kekal. Seluruh alam kodrat dengan segala daya tenaganya hadir secara
imanen di dalam batin itu dalam wujud kesatuan tanpa batas antara bentuk. Bila
manusia mengaktifkan daya batinnya dengan segala rasa atau semedi, dia
membebaskan diri dari prasangka tentang keanekaan bentuk. Melalui kontak alam
gaib manusia menyadari diri sebagai satu dalam semua dan semua dalam satu:
corak Kebatinan adalah kosmosentris; terwujud dalam sakti, astrologi, okultisme
dan ramalan zaman depan.
Kejiwaan mengajarkan psikoteknik, melalui jiwa manusia menyadari diri
sebagai yang ada dan bebas mutlak yang tidak tergantung pada apa saja yang di
luarnya. Manusia dibimbing untuk mengatasi batas-batas hukum alam dan logika
untuk menuju realisasi jiwa sendiri, yang penuh rahasia, daya gaib. Di dalam
kebebasan ini manusia mengalami kemuliaan dan kebahagia. Kejiwaan juga
diartikan sebagai usaha untuk membebaskan jiwa dari belenggu keakuan dan
keduniawian agar menjurus kepada dasar jiwa, dimana ditemukan Ketuhanan.
18
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kejiwaan itu berkembang, baik dalam faham pantheis, maupun dalam keyakinan
monotheis.
Kerohanian memperhatikan jalan, melalui mana roh manusia dapat bersatu
dengan Roh Tuhan. Terdapat kerohanian monistis, menurut mana roh insani yang
dianggap mengalir dari Tuhan. Terdapat pula kerohanian theosentris, dimana roh
insani tercipta merasa dipersatukan dengan Tuhan pencipta tanpa kehilangan
kepribadianya sendiri, entah melalui jalan budi atau gnosis, entah melalui cinta,
bhakti atau tawakkul.
2.
Kebatinan Aliran Pangestu
Pangestu singkatan dari Paguyuban Ngesti Tunggal yang artinya Persatuan
untuk dapat bertunggal. Tunggal itu dapat ditafsirkan secara horisintal maupun
vertikal melalui kesatuan (solidaritas) dengan golongan-golongan masyarakat,
maupun kesatuan dengan Tuhan. Ajaran Pangestu didirikan tanggal 20 Mei 1949
di Surakarta. Tetapi ajaran Pangestu diwahyukan pada tanggal 14 Febuari 1932
kepada R. Soenarto Mertowerdojo di rumah Widuran Surakarta (Dejong, 1976:
16). Ketika ia sedang duduk di serambi muka rumahnya, tiba-tiba seperti ada yang
bersabda tetapi tidak didengar melalui telinga, melainkan langsung dari hati R.
Sunarto, seperti kalimat berikut “Ketahuhilah yang dinamakan ilmu sejati ialah
petunjuk nyata, yaitu petunjuk jalan yang benar, jalan yang sampai pada asal mula
hidup” (Suwarno, 2005: 291).
Semua wahyu yang diterima oleh R. Soenarto dicatat dan dihimpun oleh
R. Tumenggung Harjoprakosa dan R. Sumodiharjo. Sabda yang diwahyukan
19
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
selama berbulan-bulan dan dihimpunnya menjadi Serat (Kitab) Sasangka Jati
(Jiwa Sejati).
B. Ajaran tentang Wahyu dan Iman dalam Kebatinan Pangestu
Dalam Kebatinan Jawa khususnya hal “wahyu pribadi” dengan aneka
wujudnya merupakan salah satu pokok penting yang banyak digumuli. Sumber
ajaran yang disebut “piwulang” berasal dari penerangan batin guru yang menjadi
pendiri aliran, yang didapatkannya melalui wahyu langsung dari Tuhan. Bagian
pertama, penulis akan membahas wahyu dari Tuhan dalam Pangestu yang dikenal
dengan wahyu Sasangka Jati dan bagian kedua akan membahas iman sebagai
jawaban untuk mendekat kepada Tuhan dengan syarat menjalankan ajaran dalam
kitab Sasangka Jati.
1.
Wahyu Sasangka Jati dalam Pangestu
Dalam berbagai aliran Kebatinan dikenal beberapa wahyu sesuai dengan
pemberian nama alirannya masing-masing. Kebatinan Pangestu memberi
wahyunya dengan nama “Wahyu Sasangka Jati”. Telah dikisahkan bahwa
penerima wahyu pertama adalah R. Soenarto.
Semua wahyu yang diterima oleh R. Soenarto dicatat dan dihimpun oleh
R. Tumenggung Harjoprakosa dan R. Sumodiharjo. Sabda yang diwahyukan
selama berbulan-bulan dan dihimpunnya menjadi Kitab Sasangka Jati (Jiwa
Sejati). Menurut Harjoprakosa, kitab Sasangka Jati harus dibedakan dengan
Wahyu Sasangka Jati. Menurut Pangestu, Wahyu Sasangka Jati adalah sama
20
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
dengan Wahyu Kristus atau Wahyu Ilahi. Dalam ajaran Kebatinan Pangestu,
Wahyu adalah suatu hal yang diberikan oleh yang Maha Esa kepada manusia
terpilih, setelah melampaui ujian-ujian yang berat. Wahyu tidak memiliki sebuah
wujud. Datangnya wahyu tidak sekaligus tiba-tiba, namun secara berangsurangsur sedikit demi sedikit, yang berati bahwa derajat Sasangka Jati itu didekati
selangkah demi selangkah melalui waktu yang lama. Wahyu ada dan tumbuh
dalam jiwa manusia terpilih. Wahyu itu anugrah bagi derajat kejiwaannya yang
tinggi. Wahyu tidak berbentuk atau berupa apa-apa. Wahyu merupakan suatu
derajat kejiwaan, pepadang (terang), Suksma Sejati, kesadaran hidup. Sebenarnya
tidak ditentukan siapa yang bisa menerima wahyu Sasangka Jati, yang
menentukan adalah cara atau jalan untuk mendapatkan wahyu yang terdapat
dalam kitab Sasangka Jati (Hardjoprakoso, 2010: 7-8).
2.
Iman dalam Pangestu
Iman dalam ajaran Kebatinan Pangestu dirumuskan dengan gambaran
bahwa seorang beriman bersedia mendekati Tuhan dengan jalan menerima dan
melaksanakan ajaran Sang Guru Sejati yang yang terkandung dalam kitab
Sasangka Jati. Terbentuknya iman karena manusia menanggapi wahyu Sasangka
Jati dengan mengimani dan melaksanakannya.
Ajaran Sang Guru Sejati yang terkandung dalam kitab Sasangka Jati
adalah sebagai berikut: (a) Hasta Sila, (b) Paliwara (larangan-larangan), (c)
Gumelaring Dumadi (terbentangnya alam semesta), (d) Tunggal Sabda (satu
dalam kata), (f) Jalan Rahayu (jalan keselamatan), (g) Sangkan Paran (asal dan
21
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
tujuan), (h) Panembahan (pemujaan). Yang akan dipaparkan secara singkat
sebagai berikut (Suwarno, 2005: 297-300):
a. Hasta Sila
Ajaran hasta sila atau panembahan batin delapan sila, sebagai jalan untuk
kembali bersatu dengan Tuhan Yang Maha Esa, dibagi menjadi dua bagian, yakni
Tri Sila dan Panca Sila. Tri Sila adalah panembahan hati dan cipta kepada Tuhan
Yang Maha Tunggal. Tri Sila terdiri atas: sadar (Eling), percaya (Piandel), dan
taat (Mituhu). Panca sila atau lima watak utama, terdiri dari: rela, narima,
jujur,sabar, dan budi luhur.
b. Paliwara
Paliwara adalah pokok larangan Tuhan kepada manusia. Pokok larangan
ada lima macam, yaitu:
1) Jangan menyembah selain kepada Allah.
2) Berhati-hatilah dalam hal syahwat.
3) Jangan makan atau mempergunakan makanan yang memudahkan rusaknya
badan jasmani.
4) Taatilah undang-undang negara dan peraturannya.
5) Jangan berselisih.
c. Gumelaring Dumadi
Gumelaring Dumadi berisi penjelasan tentang terjadinya dunia besar atau
alam semesta seperti bumi, matahari, bulan, bintang, juga terjadinya makhluk
22
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, para dewa dan makluk halus seperti
jin, setan.
d. Tunggal Sabda
Tunggal Sabda mengandung arti bahwa baik Kitab Suci Al-quran, maupun
Kitab Suci Injil, demikian juga kitab Sasangka Jati, ketiga-tiganya merupakan
sabda tunggal atau tunggal sabda, dalam arti sama-sama sabda dari Tuhan Allah.
Islam dan Kristen adalah agama besar, keduanya mempunyai nabi dan rasul, yaitu
Nabi Muhammad dan Nabi Isa. Sementara itu Pangestu menyatakan diri bukan
agama dan tidak akan mendirikan agama baru. Pangestu juga tidak mempunyai
nabi dan rasul yang hidup ditengah-tengah masyarakat. Sementara R. Sunarto
sendiri mengaku hanya sebagai “siswa” Suksma Sejati dan menyebut dirinya
hanya sebagai warana (perantara ) sabda.
e. Jalan Rahayu
Jalan rahayu berarti jalan selamat, yaitu jalan utama untuk mencapai makna
petunjuk dalam hasta sila, terdiri dari lima ajaran sebagai berikut:
1) Pahugeran Tuhan kepada hamba, sebagai dasar kepercayaan.
2) Panembahan sebagai sarana untuk memperkuat kebaktian kepada Tuhan.
3) Budi darma sebagai wujud kasih sayang kepada hidup.
4) Mengekang hawa nafsu.
5) Budi luhur sebagai bekal dalam menuju hidup yang sejati.
23
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
f. Sangkan Paran
Sangkan Paran mengandung arti dari mana asal mulanya dan kemana
tujuanya. Sangkan paraning ngaurip, mengandung arti dari mana asalnya dan
kemana tujuan hidupnya. Sangkan paran berisi lima ajaran sebagai berikut:
1) Kembalinya jiwa ke asal mulanya, jika tiba saatnya hamba dipanggil ke
hadirat Tuhan.
2) Sebab-sebab yang merintangi kembalinya jiwa ke asal mulanya, karena
melanggar larangan Tuhan.
3) Pahala dan pidana Tuhan
4) Datangnya pembalasan dan pidana Tuhan.
5) Datangnya pembalasan bagi perbuatan buruk yang belum dibebaskan melalui
pertobatan.
g. Panembahan Tiga Tingkat
1) Panembah raga kepada Roh suci adalah tingkatan panembah bagi jiwa yang
masih muda. Pada tingkatan ini Roh suci berupaya menundukkan empat
nafsu, yakni: lawwamah, amarah, sufiah, dan mutmainah.
2) Panembah Roh suci kepada Suksma Sejati, adalah tingkatan penembah bagi
jiwa yang telah dewasa, karena roh suci telah berhasil menundukkan hawa
nafsunya. Pada tingkatan ini Roh Suci berupaya taat kepada suksma sejati.
3) Panembah Suksma Sejati kepada Suksma Kawekas adalah tingkatan
panembah bagi jiwa yang telah luhur budinya. Panembah pada tingkat ini
merupakan jalan bertunggal dengan Tuhan.
24
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Melalui penyucian jiwa, penjernihan batin, lewat olah rasa, maka di
sanalah wahyu mendapat tempatnya. Iman merupakan sebuah pertemuan atau
perjumpaan manusia kepada Allah dan manusia memberikan diri kepada Allah
sepenuhnya dengan menjalankan ajaran yang menjadi syarat untuk menjadi siswa
Sang Guru Sejati. Selain itu Pangestu juga terbuka untuk belajar sari-sari
kehidupan dari sastra jawa, seperti kisah Dewa Ruci dalam buku pegangan wajib
Pangestu, digunakan untuk penggambaran kehidupan manusia (Soemantri, 2011:
22).
C. Ajaran tentang Allah
Para anggota Kebatinan Pangestu yakin bahwa hanya ada satu Tuhan yang
wajib disembah hal ini dinyatakan dalam kitab Sasangka Jati: “Sesungguhnya
Tuhan yang wajib disembah itu hanya satu, tidak ada Tuhan Yang wajib disembah
kecuali Allah, dan Allah itu tempat sesembahan yang sejati” (Soenarto, 2014:
96).
Tuhan adalah kekal, tidak mengalami perubahan, tidak hidup tidak mati.
Berdiam-Nya Allah ialah di dasar hidup. Hidup itu kekal di situlah Allah berdiam.
Kediaman Tuhan di dasar hidup, di hati sanubari para hamba yang digambarkan
sebagai bayangan matahari yang kelihatan di dalam tempayan-tempayan air yang
diletakkan di halaman rumah. Di setiap tempayan itu nampak ada satu matahari,
walaupun sesungguhnya matahari tidak berada di dalam masing-masing tempayan
itu, dan matahari sebenarnya tetap satu (Solarso, 1987: 44). Tuhan yang mutlak
tidak dapat dikatakan seperti apa, menurut Pangestu
adalah suatu ke-tri-
25
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
tunggalan. Bahwa Allah Yang Esa itu disebut Tri Purusha, yang selanjutnya
paham Allah dalam Tri Purusha akan diterangkan sebagai keadaan satu yang
bersifat tiga, seperti yang diterangkan dibawah ini:
1. Suksma Kawekas (Tuhan Yang Sejati), dalam bahasa Arabnya Allah Ta’Ala.
2. Suksma Sejati (Pemimpin Sejati: Panuntun Sejati-Guru Sejati) Utusan Tuhan.
3. Roh Suci (Manusia Sejati), ialah jiwa Manusia yang sejati.
Allah Yang Maha Esa adalah satu di dalam hakekatnya, tapi menampakkan diri
dalam tiga aspek. Ketiga aspek itu adalah Suksma Kawekas, Suksma Sejati, dan
Roh Suci. Suksma berarti yang membawa hidup, atau yang membuat hidup, yang
menyebabkan kita merasa hidup (Harun, 1970: 55-56).
Suksma kawekas telah bertahta sebelum apa-apa berbentuk dan berwujud.
Ia dipandang sebagai asal mula kesadaran hidup yang tidak terbatas, tenang
tenteram dan tidak bergerak. Suksma Kawekas adalah suksma yang mulia dan
yang tertinggi dalam hidup, hidup dalam keadaaan yang tenang dan statis. Ia
disamakan dengan air lautan yang tenang tanpa gelombang.
Suksma Sejati adalah panutan sejati atau pemberi hidup yang sejati. Dalam
hal ini keadaan
hidup yang dinamis, hidup yang sudah memiliki aktivitas,
digambarkan sebagai air lautan yang bergerak , dimana ada gelombang. Ia adalah
kesadaran hidup yang dinamis. Ia adalah utusan yang sejati yang disebut Nur
Muhamad atau cahaya Allah yang selanjutnya dikatakan bahwa Nur Muhamad
ialah yang juga disebut Kristus dalam agama Kristen atau yang disebut Sang
Putra/Sang Anak. Karena kesadaran Agung ini bernuansa kasih sayang, maka
kasih sayang yang terkandung dalam Suksma Kawekas sama sekali dilimpahkan
26
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
kepada Suksma Sejati, seperti seorang ayah melimpahkan semua kasihnya kepada
anaknya. Meminjam perimbangan ini maka Suksma Kawekas adalah Sang Rama
dan Suksma Sejati yang disebut Sang Putra (Soemantri, 2011 : 8).
Suksma Sejati dapat disebut sebagai Tuhan yang tersingkap. Keadaan Tuhan yang
terselubung tidak dapat dijangkau oleh akal budi manusia, karena setinggitingginya manusia hanya dapat mempunyai pengetahuan mistis.
Mengenai Roh Suci dikatakan bahwa Ia adalah jiwa manusia atau manusia
sejati dan hakekat manusia. Bila Suksma Kawekas digambarkan samodra yang
tenang, Suksma Sejati digambarkan samodra yang bergelombang, maka Roh Suci
ialah titik-titik air yang menguap yang melepaskan diri dari samodra, ini kecil dan
terbatas bila dibanding dengan samodra, namun sama-sama air (Harun, 1970: 5557).
D. Ajaran Penciptaan
Kitab Sasangka Jati menerangkan penjadian semesta alam dan segala
isinya dibuka dengan penegasan bahwa sebelum apa-apa ada, Tuhan telah bertahta
dengan Sukma Sejati, yaitu di dalam keadaan yang sejati, ialah istana Tuhan atau
dasar hidup. Tuhan telah ada sebelum sesuatu ada. Sebelum buana tercipta, Tuhan
mempunyai karsa menurunkan Roh suci ialah sinar Tuhan sendiri (Soenarto,
2014: 41). Proses penciptaan dimulai dengan pembuatan bahan dasar yang disebut
anasir-anasir, lalu penciptaan semesta alam dan yang terakhir penciptaan manusia.
27
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1.
Penjadian Empat Anasir sebagai Bahan Dasar Penciptaan
Anasir dalam Pangestu tidak bisa dipandang sebagai semata-mata ilmu
kimia. Yang lebih dahulu diciptakan Tuhan ialah keempat anasir: udara , air , api
dan tanah. Keempat anasir berbentuk halus sekali. Terjadinya keempat anasir
berasal dari kekuasaan Tuhan, oleh sebab itu dapat diumpamakan dengan pelita
dan asapnya (Soenarto, 2014: 41). Atas kehendak Suksma Kawekas yang
disabdakan oleh Suksma Sejati maka terjadilah unsur-unsur (Soemantri, 2011:
10). Gambaran ini harus diartikan sejajar mengingat Suksma Sejati adalah sang
sabda yang berasal dari Suksma Kawekas dan menjadi pemegang kekuasaan
sehingga terjadilah keempat anasir itu. Sumber kekuasaan itu berasal dari Tuhan
sendiri yang digambarkan sebagai nyala pelita, sedangkan asapnya yang berasal
dari pelita itu adalah keempat anasirnya. Penjadian anasir-anasir terjadi dalam
kekuasaan Tri Purusha, konsep penciptaan itu sebagai proses emanasi (Soewarno,
2005: 312).
2.
Penciptaan Semesta Alam
Adapun sebab perlunya alam semesta dijadikan ialah Tuhan mempunyai
kehendak untuk menurunkan Roh Suci, yaitu cahaya Tuhan. Tetapi kehendak itu
terhenti karena belum ada wadahnya dan tempatnya. Oleh sebab itu Tuhan lalu
membuat alam semesta. Dengan kata lain dijadikan semesta alam ini supaya Roh
Suci dapat diturunkan (Soenarto, 2014: 42).
Penjadian alam semesta sebagai berikut, mula-mula unsur tanah itu halus
sekali wujudnya dan tersebar diangkasa raya. Lama kelamaan lalu berkumpul
28
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
seperti kabut, kemudian bergerak turun jatuh di air. Lumpur cair tadi makin
banyak dan mengembang di atas air. Panas yang timbul dari api baik yang berada
dilapisan atas dan dilapisan bawah mempengaruhi lapisan air itu. Begitu juga
unsur hawa ikut mempengaruhi air tersebut. Terkumpulnya daya dari keempat
anasir tadi menyebabkan bergeraknya air. Makin lama gerakan air itu makin
hebat, sehingga menggelora sangat dasyat. Oleh geraknya air ini, lumpur yang
mengapung di atas air itu seperti diputar diatas nyiru. Lama kelamaan
terkumpulah menjadi satu. Oleh karena panasnya api, lumpur yang telah
terkumpul tadi lama kelamaan menjadi kering. Sementara menggelorannya air
tidaklah berhenti-henti, oleh karena kekeuasaan Tuhan. Seolah-olah sudah
direncanakan lumpur tadi mengeras lama kelamaan berbentuk semesta raya
(Sularso, 1987: 59).
3.
Penciptaan Manusia
Penjadian manusia setelah dunia besar ini terbentuk. Mula-mula Tuhan
menjadikan seorang laki-laki, dialah yang akan menurunkan benih atau menjadi
sarana turunnya Roh Suci. Kemudian Tuhan menjadikan perempuan yang menjadi
sarana untuk memberi tempat turunnya Roh suci. Semua itu terjadi dalam
kekuasaan Tuhan. Sehingga sampai kini turunnya Roh Suci melalui laki-laki dan
perempuan (Soenarto, 2014: 45).
Adapun terjadinya manusia itu adalah dari cahaya kesatuan Tri Phurusa:
Suksma Kawekas, Suksma Sejati, dan Roh Suci. Yang diberi pakaian dari anasir
empat macam : udara, api, air dan tanah. Sehingga manusia mempunyai bahan
29
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
dasar kasar dan halus. Manusia mempunya empat anasir yang sama seperti dunia
besar (makrokosmos), maka manusia dapat disebut dunia kecil (mikrokosmos).
Dunia besar dan kecil dapat saling menguasai dan mempengaruhi (Soenarto,
2014: 44).
Susunan manusia adalah sebagai berikut, manusia mempunyai badan
rangkap. Pertama: badan jasmani kasar atau tubuh yang dapat dilihat dengan
mata, yang terjadi dari keempat anasir. Kedua: badan halus/badan Rohani atau
suksma yang tidak kelihatan, yang terjadinya dari cahaya kesatuan Tri Purusha:
Suksma Kawekas, Suksma Sejati dan Roh Suci. Badan kasar dapat hidup bergerak
dan bekerja karena dihidupkan oleh Roh yang memakai pakaian badan kasar.
Badan jasmani dan badan halus tersebut diperlengkapi dengan perkakas hidup
sendiri-sendiri. Perkakas badan jasmani adalah alat-alat badan jasmani, yaitu
panca indera: penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap, perasa.
Perkakas badan halus adalah alat-alat badan rohani (jiwa), ialah angenangen, nafsu dan perasaan. Tugas angen-angen ialah menangkap segala sesuatu
yang ada dalam dunia besar ini kedalam otak, melalui pintu gerbang panca indera.
Angen-angen terjadi dari bayangan Tri Purusha. Kerja angen-angen terdiri dari
tiga segi: pikir (cipta), kekutannya disebut Pangaribawa. Nalar (pikiran),
kekutannya disebut Prabawa. Pangerti atau akal budi kekuatannya
disebut
Kemayan. Bayangan Tri Purusha dalam angen-angen sebagai berikut: pikir (cipta)
adalah sebagai
pantulan Roh Suci. Nalar (pikiran) adalah sebagai pantulan
Suksma Sejati yang menghubungkan semua gambaran di otak. Pangerti (paham)
30
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
adalah sebagai pantulan suksma kawekas, yang mempunyai fungsi merangkum,
mengerti, mengawasi dan menyadari (Harun, 1970: 64).
Nafsu: terdiri dari empat macam: lauwamah, amarah, sufiah dan
mutmainah, yang terjadi dari cahaya empat anasir. Nafsu empat macam itu adalah
daya yang timbul oleh gerak nafsu keinginan yang mendorong untuk berbuat,
yang menjelma menjadi kehendak untuk mencapai keinginan atau mencapai
kebutuhan. Nafsu Lauwamah, terjadi dari unsur tanah/bumi, dan berada dalam
daging manusia. Lauwamah merupakan dorongan egoisme, keselamatan diri dan
enggan memulai gerak-gerik, mencari enaknya saja, puas diri, nafsu syahwat.
Wataknya: nista, tamak, loba, malas, tidak tau membalas budi dan sebagainya.
Namun jika sudah mau tunduk, dapat menjadi dasar keteguhan. Nafsu Amarah,
terjadi dari unsur api, dan bertempat merata di dalam darah diseluruh tubuh
manusia. Wataknya: keras, lekas naik darah, pemarah, suka uring-uringan.
Amarah menjadi saudara nafsu yang lain untuk berbuat buruk atau baik. Sebab
itu ia berpengaruh bagi kekuatan saudara-saudara yang lain, untuk mencapai apa
yang mereka inginkan. Nafsu Sufiah (kehendak), terjadi dari unsur air, wujud
kasarnya berada dalam sumsung. Wujud halusnya menjadi kehendak. Sufiah itu
menimbulkan keinginan, cinta asmara atau rasa tertarik kepada yang indah. Nafsu
Mutmainah, terjadi unsur hawa, berada dalam nafas (udara). Wataknya: terang
suci, bakti, belas kasihan. Nafsu mutmainah adalah dorongan kearah
perikemanusiaan, sosial, suprasosial dan cinta kepada sesama makluk (Suwarno,
2005: 314-316).
31
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Perasaan merupakan hasil saling mempengaruhi (interaksi) antara anganangan dengan nafsu. Bila angan-angan dan nafsu selaras, maka perasaan menjadi
positif, yaitu menerima senang dan puas. Bila tidak selaras, perasaan menjadi
negatif, menolak, sedih. Fungsi tertinggi dari perasaan adalah taat kepada Tri
Purusha. Diantara badan halus dan alam sejati ada pintu yang disebut Rasha Jati.
Melalui pintu ini Tuhan memancarkan pepadang dan tuntunan-Nya. Rasha Jati
adalah iklim jiwa bersih, murni, terang benderang. Jika angan-angan selalu
ditunjukkan ke dunia luar, Rasha Jati akan selalu tertutup, dalam keadaan
demikian hati manusia menjadi gelap dan tidak suci. Hendaknya manusia
mengarahkan angan-angannya ke alam sejati agar pintu Rasha Jati terbuka. Alam
Sejati tempat bertahta Tri Purusha adalah Kerajaan Allah yang berada di hati
sanubari manusia suci. Keadaan Tri Purusha dalam hati sanubari tidak
memerlukan tempat khusus, tidak terasa, tidak terlihat, tidak teraba. Di ibaratkan
bayang-bayang matahari di dalam air yang tidak memerlukan tempat tersendiri
seolah-olah bersatu dengan airnya. Demikian pula Tuhan meliputi alam semesta
dan seisinya (Soemantri, 2011: 19).
E. Ajaran keselamatan
Pada waktu menjadi manusia Roh Suci diselubungi oleh empat unsur
(badan jasmani). Dalam badan jasmani hubungan antara Roh Suci, Suksma Sejati,
Suksma Kawekas tidak dapat dipisahkan. Tri Puruhsa memang benar-benar
berada dalam jiwa manusia dan tidak terikat oleh badan jasmani. Hanya saja oleh
karena dipengaruhi oleh segala kekuatan anasir yang menjadi pakaian Roh Suci
32
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
itu, maka suasana yang terang, penuh damai dan kebahagiaan, yang mula-mula
dirasakan Roh Suci itu musnah. Perasaan manusia diliputi gelap gulita. Kesadaran
Tri Purusa: Suksma Kawekas, Suksma Sejati, Roh Suci dalam diri manusia
menjadi terpendam. Manusia hidup dalam rasa ketidak damaian, namun Tuhan
yang maha luhur memberikan jalan kebenaran melalui utusan-Nya, kepada
manusia supaya menikmati kemuliaan sejati semasa di dunia sampai akhirat.
Dengan kata lain agar manusia bersatu dengan Tuhan. Oleh karena itu arti dasar
keselamatan hidup manusia di dunia harus dicari dalam hakikat arti “nunggal
laras dengan sifat-sifat dan persatuan luluh hidup manusia dengan Tuhan”
(Soenarto, 2013: 12).
Ajaran Kebatinan Pangestu mengajarkan keselamatan/kedamaian sejati
adalah kepada Tuhan dan sarana mencapai keselamatan dengan menerima suksma
sejati, mengatur angan-angan, nafsu, perasaan serta bersatu dengan Suksma Sejati
dan Suksma Kawekas.
1. Keselamatan Sejati kepada Tuhan
Tuhan yang bertahta dipusat hati manusia, bertahta di kerajaan kedamaian
abadi. Di dalam kerajaan tersebut Tuhan hidup dalam kenikmatan sejati: damai
yang tak berubah, bahagia, mulia, kudus. Kerajaan tersebut bukanlah keadaan
suatu tempat dimana masih ada rasa suka duka, tetapi suatu keadaan yang tidak
lagi oleh rasa-merasa, suka-duka, hidup-mati, yang tinggal hanyalah kedamaian
abadi yang tak ada bandingannya. Jadi kedamaian sejati adalah nikmat rasa damai
abadi dalam Tuhan. Menurut Pangestu manusia dapat merasakan nikmat
33
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
kedamaian abdi Tuhan, sejauh hidupnya suci di bawah pimpinan dan bimbingan
Sang Guru Sejati (Suksma Sejati) tanpa itu tidak mungkin.
2.
Sarana untuk Mencapai Keselamatan
Tidak begitu mudah bagi manusia untuk memperoleh keselamatan hidup
di dunia. Manusia harus dapat manunggal-laras dengan sifat-sifat Tuhan.
Kesulitan manusia dalam bertunggal dengan Tuhan karena manusia telah
mengenakan selubung empat unsur (udara, air, api, tanah) yang memancarkan
empat nafsu (lauwamah, amarah, sufiah dan mutmainah) bila tidak terarah akan
menghambat jalan menuju kekudusan. Tiga nafsu (lauwamah, amarah, sufiah)
yang tidak mudah diatur oleh sang “Aku” agar selaras dengan kehendak Tuhan.
Juga karena roh jahat dalam diri manusia yang selalu menggoda manusia untuk
berbuat kenikmatan dunia yang akhirnya membuahkan dosa.
Tetapi bagaimanapun juga usaha dari manusia adalah yang paling
menentukan, dalam Pangestu sarana dan jalan memperoleh kedamaian akan
dijabarkan dibawah ini:
a.
Keterbukaan pada Suksma Sejati
Agar mempermudah dalam mencapai kedamaian, manusia harus percaya,
memahami dan memaknai akan syahadat dasar Tri Sila yang telah disanggupi
sebagai pedoman hidup. Dan bunyi syahadat tersebut:
Suksma Kawekas adalah tetap pujaan hamba yang sejati, dan Suksma
Sejati adalah tetap utusan suksma kawekas yang sejati ialah pemimpin dan
guru hamba yang sejati. Hanya suksma kawekas pribadi yang menguasai
semua alam seisinya, hanya Suksma Sejati pribadi yang menuntun para
34
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
hamba semua. Semua kekuasaan ialah kekuasaan Suksma Kawekas, berada
ditangan Suksma Sejati dan hamba semua berada di dalam kekuasaan
Suksma Sejati (Soenarto, 2014: 119).
Demikian manusia harus percaya sadar dan menyembah kepada Tri
Purusha. Percaya kepada-Nya merupakan sarana menerima daya kekuatan serta
sarana menaati segala perintah dan petunjuk-Nya. Syahadat dasar ini dilakukan
dengan sadar, percaya, taat yang dihayati dengan sungguh-sungguh. Sadar, akan
menghasilkan
kebikjaksanaan
yang
dapat
dipergunakan
manusia
untuk
membersihkan diri. Percaya, akan menghasilkan untuk mengendalikan anganangan, guna menghilangkan rasa benci, iri, sakit hati, putus asa dan rasa negatif
lainnya. Taat, akan menghasilkan keterarahan kehendak Suksma Kawekas dan
Suksma Sejati sehingga cita-cita bersatu dengan Suksma Sejati tercapai.
Bila manusia hatinya belum bersih dan masih diombang-ambingkan oleh
nafsu-nafsunya, maka manusia tidak dapat merasakan pimpinan Suksma Sejati
dalam dirinya. Hati manusia penuh dengan segala semak kedosaan yang
mengotori hati dan memadamkan iman. Semak-semak kedosaan itu harus
dibersihkan. Sebelum hati dibersihkan, manusia tidak akan mampu menerima
pepadang dari Suksma Sejati, yang adalah sabda Tuhan (Suksma Kawekas)
sendiri. Untuk tobat dan pembersihan hati dapat dipelajari dalam ajaran Suksma
Sejati yang tercantum dalam serat Hasta Sila dan serat Paliwara. Sebagai
pelaksanaanya adalah dalam ajaran Jalan Rahayu. Pada intinya disamping
berprasetya pada Tuhan bahwa tidak akan berbuat dosa lagi, manusia harus dapat:
1) Narimo menerima segala percobaan hidup yang telah menimpanya dan
berusaha mengatasi percobaan tersebut.
35
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2) Melaksanakan budi darma, didasarkan pada rasa belas kasih tanpa pamrih.
3) Pasrah penuh kepercayaan kepada sang juru penebus dosa (suksma sejati)
dengan melaksanakan panca sila (rila, narimo, temen, sabar, budiluhur).
4) Mohon pengampunan dan kekuatan kepada Tuhan, baik kalau dijalani dengan
tapa brata yang ikhlas.
Dengan jalan yang dilandasi syahadat dasar dan sikap pertobatan dalam
petunjuk serat Sasangka Jati tersebut, manusia akan mengalami kehadiran Suksma
Sejati di pusat hatinya dalam kesatuan dengan Suksma Kawekas dan Roh Suci,
manusia merasa dekat dan bersatu dengan Suksma Sejati di pusat hatinya.
Bila hidup manusia telah berada dalam bimbingan Suksma Sejati maka
manusia menerima pepadang dari Suksma Sejati yang menimbulkan rasa damai
tentram, bahagia yang dapat menyapu segala kekhawatiran, kesusahan, dan hidup
manusia menjadi terang, cipta nalar pangerti tidak sesat, kalau tertimpa
penderitaan tidak mudah bingung dan berkeluh kesah. Dengan rasa bakti, rasa
jatuh cinta, rasa dekat dan rasa bersatu dengan Suksma Sejati yang terlaksana
dalam menyembah dengan sepenuh hati dan tindak cinta kasih kepada sesama
didasari tapa brata secukupnya, manusia menemukan bersatunya dengan Suksma
Sejati yang bertahta di Rasha Jati (pusat hatinya) (Warnabinarja, 1977: 29).
b. Mengatur Angan-Angan, Nafsu-Nafsu dan Perasaan-Perasaan
Angan-angan, nafsu-nafsu dan perasaaan adalah tiga hal yang harus
dikendalikan oleh manusia agar berjalan seimbang dan selaras. Yang dapat
melaksanakan perimbangan adalah Suksma Sejati. Oleh karena itu manusia harus
36
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
selalu berhubungan dengan Suksma Sejati agar selalu menerima kekuasaan dan
kebijaksanaan. Keseimbangan antara angan-angan dan perasaan menyebabkan
jiwa manusia menjadi tenang dan tenteram, pikiran terang, hati menjadi ringan,
lega dan bahagia, keinginan tidak timbul bagaikan cendana dimusim hujan.
Kenyataan memang tidak mudah menyelaraskan angan-angan, nafsu-nafsu dan
perasaan-perasaan. Hal ini disebabkan karena kekurangan kepercayaan kepada
Suksma Kawekas melalui suksma sejati dalam hati manusia, juga karena manusia
tunduk kepada nafsu duniawinya. Oleh karena itu sebagai keseimbangan, manusia
harus
melatih
diri
dengan
melaksanakan
pedoman
Hasta
Sila,
yang
pelaksanaannya melalui Jalan Rahayu, panembah dengan memperhatikan
Paliwara. Setiap hari manusia harus sanggup melatih diri, jujur, melihat
kekurangan diri apa yang dimaksud dalam Hasta Sila. Juga setiap hari manusia
harus rajin menjalankan panembahan yang berati menggiatkan Tri Sila
(Warnabinarja, 1977: 30).
Bagaimana ketiga faktor (angan-angan, nafsu, perasaan) bekerjasama,
nafsu-nafsu adalah salah satu unsur dalam jiwa manusia. Nafsu yang
dimaksudkan: lauwamah, amarah, sufiah dan mutmainah. Nafsu-nafsu ini dapat
dikatakan sebagai pendorong kekuatan angan-angan
dan perasaan. Lebih
jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut: misal ada keinginan (dari sufiah),
getaran keinginan itu dihubungkan dengan angan-angan sehingga manusia
mempunyai gambaran tertentu tentang
apa yang diinginkannya, kemudian
getaran apa yang diinginkan sampai pada perasaan, sehingga manusia merasa
senang dengan apa yang diinginkannya, selanjutnya getaran rasa senang akan
37
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
menimbulkan pergolakan dalam angan-angan antara cipta-nalar-pangerti, dari
situ timbulah pengertian yang jelas tentang yang diinginkan, pengertian yang jelas
itu lalu menggerakkan kembali nafsu keinginan supaya lebih giat mendorongnya,
oleh dorongan lebih giat tersebut angan-angan memerintahkan alat-alat pelaksana
(panca indera) untuk mencapai keinginan tersebut. Apa bila keinginan tercapai
perasaan akan merasa positif, apa bila tidak akan merasa ngatif. Untuk dapat
mengekang dan menundukkan angan-angan manusia harus menyerahkan
kesadaran kepada Suksma Sejati.
Cara mudah dalam perasaan positif adalah melaksanakan tapa brata dan
budi darma tertuju kepada perasaan positif dengan selalu membiasakan diri selalu
bergembira dan menjalankan banyak hal untuk keperluan sesama manusia. Lebihlebih tentang dirinya sendiri, tidak boleh merasa dengan pedih hati, rendah diri,
karena hal itu berati kurang percaya terhadap keadilan Tuhan. Perasaan positif
adalah syarat mutlak untuk bersatu dengan Suksma Sejati.
c.
Bersatu luluh dengan Suksma Sejati dan Suksma Kawekas
Dalam mencapai persatuan luluh manusia harus menyadari bahwa dirinya
terbelenggu oleh keduniaan yang menjadi penyekat persatuan luluh. Belenggu
tersebut akibat dari aktivitas cipta dan angan-angan yang selalu berubah-ubah
sehingga menimbulkan kelekatan pada kebendaan fana menyebabkan timbulnya
rasa seneng sedih, marah bingung, kesal, keluh kesah kecewa. Demikian juga
kalau nafsu-nafsu kemauan keinginan tidak ditaklukkan akan menimbulkan
keterbelengguan
oleh kebendaan
fana. Oleh karena itu manusia harus bisa
38
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
membebaskan diri dari belenggu kebendaan dan kefanaan dunia sehingga manusia
sampai kepada “pamudaran” yang merupakan kunci untuk dapat bersatu luluh
dengan Tuhan melalui suksma sejati. Cara ini dapat dilakukan dengan
menjalankan perintah sesuai dengan sifat-sifat dari Tuhan sendiri yaitu dengan
melaksanakan “Jalan Rahayu” (Warnabinarja, 1977:32).
F. Ajaran Penghayatan Pangestu dalam Kehidupan
Sikap hidup Pangestu bertalian erat dengan pandangannya terhadap dunia
material yang dapat disentuh oleh panca indera. Dalam mensikapi hidup ada tiga
unsur utama yaitu: distansi, konsentrasi dan representasi. Manusia mengambil
distansi (jarak) terhadap dunia (jagad gedhe). Kemudian diadakan konsentrasi
terhadap dirinya sendiri, inipun semacam distansi terhadap badannya sendiri
(jagad cilik). Hasil dari distansi dan konsentrasi adalah representasi. Melepaskan
ikatan dunia material dan batin yang dimurnikan, maka orang menjalankan
kehidupannya sebagai seorang utusan Tuhan dalam dunia (Dejong, 1975: 15).
1.
Distansi
Tiga macam sifat manusia yang dapat diambil distansi terhadap dunia yang
pertama, rela (rila) menyerahkan segala miliknya, yang kedua menerima (narima)
dengan riang hati segala sesuatu yang menimpa dirinya, dan yang ketiga hidup
dengan sabar dan toleransi (sabar). Dalam tiga pengertian inilah terwujud distansi
terhadap dunia material yang dapat disentuh oleh panca indera
39
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
a.
Rila
Rila merupakan langkah pertama pada jalan hidup yang sempurna. Lambat
laun orang harus menyerahkan segala miliknya, kemampuan, dan hasil kerja
dengan keiklasan hati.
Sesungguhnya yang disebut rila itu adalah keikhlasan hati dengan rasa
bahagia dalam hal menyerahkan segala miliknya, hak-haknya dan semua buah
pekerjaannya kepada Tuhan, dengan tulus ikhlas, karena mengingat bahwa
semuanya itu ada dalam kekuasaan Tuhan maka dari itu harus tiada suatu apapun
membekas didalam hati. Orang yang mempunyai watak rela tidak patut
mengharapkan buah jerih payahnya, tidak patut bersusah hati dan berkeluh kesah
tentang semua penderitaan dan kesengsaraan. Orang
yang rela tidak
menginginkan sanjungan puji dan kemashuran. Tidak iri hati, serta tidak lekat
kepada semua benda yang dapat dirusak, tetapi bukan orang yang melalaikan
kewajiban (Soenarto, 2014: 12).
Barangsiapa yang menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan, akan berdoa
juga denga cara lain. Berdoa agar dapat dibebaskan dari duka itu tak ada artinya,
manusia harus menyerahkan segala segala keinginannya dan menyerahkan dirinya
tanpa keinginan dan kemauan sedikitpun kepada Yang Maha Kuasa.
b.
Narima
Narima artinya merasa puas dengan nasibnya, tidak memberontak,
menerima dengan rasa terima kasih. Sikap rila mengarahkan perhatian kepada
segala sesuatu yang telah kita capai dengan daya upaya sendiri, sedangkan narima
menekankan apa yang ada, menerima segala sesuatu yang masuk dalam hidup
40
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
kita, baik yang bersifat materi maupun yang bersifat kewajiban yang ditanggung
oleh manusia. Dengan demikian manusia harus menerima kenyataan yang terjadi
dalam kehidupannya. Sikap narima itu adalah sesuatu harta yang tak habishabisnya, oleh karena itu barangsiapa yang berhasrat mendapat kekayaan, carilah
di dalam sifat narima. Bahagialah orang yang memiliki watak narima itu dalam
hidupnya, karena ia unggul terhadap keadaan tidak kekal (Soenarto, 2014: 13).
Narima berati ketenangan hati dalam menerima segala sesuatu dari dunia
luar, harta benda, kedudukan sosial, nasib malang dan untung. Narima tidak
menyelamatkan orang
dari mara bahaya yang dapat menimpanya melainkan
merupakan suatu perisai terhadap penderitaan. Sebab musabab lahiriah hendaklah
diterima seperti apa adanya. Narima adalah sikap perbaikan dalam diri manusia,
bagaimana menerima menghayati segala yang terjadi dalam kehidupan (Dejong,
1975:19).
c.
Sabar
Hanya orang yang menjalankan rila dan narima akan menjadi sabar.
Seorang yang dengan rela hati menyerahkan diri dan yang menerima dengan
senang hati sudah bersikap sabar. Kesabaran merupakan kelapangan dada yang
dapat merangkul segala pertentangan. Kesabaran itu laksana samudra yang tidak
bertumpah, tetap sama, sekalipun banyak sungai yang bermuara padanya. Maka
kesabaran jangan disamakan dengan semacam kemalasan batin yang hanya
menopang dagu secara pasif. Dalam Pangestu kesabaran diartikan sebagai sikap
pengekangan diri yang paling tinggi. Barangsiapa sabar, tidak tergoncangkan dan
tidak terombang ambingkan oleh apa saja yang dijumpainya. Ia tidak mencerai
41
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
beraikan dan tidak akan dicerai beraikan. Maka dari itu kesabaran dinamakan
pintu surga (Soenarto, 2014: 14).
2.
Konsentrasi
Cita-cita Pangestu adalah suatu sikap hidup yang positif arahnya. Pangestu
ingin memberikan sumbangan bagi pemecahan masalah-masalah di Indonesia.
Pangestu mengatasi masalah-masalah material didahului dulu dengan masalah
spiritual. Agar seorang memperoleh sikap hidup yang positif, yang membangun
maka dia harus memperhatikan memusatkan perhatiannya kepada dasar dan
makna kepribadiannya sendiri. Permunian pusat kehidupan ini diperoleh dengan
makin memusatkan kepada pribadi dengan jalan tapa dan pamudaran. (Dejong,
1975:22).
a.
Tapa
Setiap konsentrasi dapat dikacaukan oleh segala nafsu. Nafsu erat
hubungannya dengan fungsi-fungsi jasmani. Nafsu egosentris termasuk nafsu
yang terkuat dalam diri manusia. Maka dari itu Pangestu meganjurkan tapa.
Lewat tapa kekuatan badan diperlemah, sehingga sikap dan perasaan terhadap
sesama diperlemah, orang akan menjadi sadar akan relativitas dirinya. Laku tapa
sangat ditekankan karena dapat dilakukan secara individual, namun dengan jalan
mengasingkan diri dari masyarakat seperti zaman dulu oleh para pertapa,
mengasingkan diri di gunung-gunung dan hutan rimba, menurut Pangestu itu
bukan tapa yang sebenarnya. Tapa merupakan suatu jalan untuk melaksanakan
tugas ilahi, ialah kesempurnaan hidup. Tapa atau askese dijalankan ditengah-
42
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
tengah masyaratakat
dan sebaiknya tersembunyi bagi sesama. Musuh-musuh
yang merintangi niat-niat suci ada ditengah-tengah kehidupan. Musuh -musuh
bukanlah fungsi-fungsi hidup yang vital (makan, tidur dsb), melainkan nafsunafsu yang tak terduga. Kehidupan nafsu itu bagaikan sebuah sungai yang harus
dibendung. Tapa mengurangi kenikmatan daging dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara, antara lain mengurangi makanan dan minuman. Cara
bertapa ini harus disesuaikan dengan keadaan badan, keadaaan iklim dan situasi
setempat. Syarat menjalankan tapa ialah tidak boleh mengganggu berjalannya
hidup sehari-hari. Dipilih jalan tengah antara keadaan puas dengan keadaan lapar .
jangan kebanyakan tidur, namun juga jangan tidur terlalu lama. Dengan demikian
tapa asal dipergunakan dengan cara seksama dapat megembalikan seseorang
kepada dirinya: kepada pusat hidupnya.
b.
Pamudaran
Keadaaan hidup yang tercapai oleh tapa yang intensif dapat dilukiskan
dengan berbagai pengertian. Yang kas ialah rasa kebebasan batin seseorang.
Kebebasan batin ini disebut pamudaran. Pamudaran berasal dari kata udar atau
wudar, melepaskan pakaian atau menguraikan seutas tali. Pamudaran berati,
bahwa seseorang dalam batinnya telah lepas dari dunia indrawi. Ciri kas dari
pamudaran adalah bersatunya dengan Tuhan, sesama dan semua ciptaan. Manusia
merasakan dirinya berada di dalam setiap makluk, di dalam setiap atom dari
angkasa luas. Keadaan pembebasan juga disebut dengan istilah heneng-hening.
Keadaan ini berada diatas hidup inderawi dan dapat dicapai dengan mengatur
43
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
fungsi-fungsi inderawi. Sehingga seseorang dalam menghadapi segala situasi
kesukaran hidup sehari-hari, dapat menghadapi dengan tenang.
3.
Representasi
Manusia yang telah mengambil jarak terhadap materi (permasalahan
dunia), bukan berati meninggalkan namun menemukan kekayaan batin dalam
menuju persatuan dengan Tuhan. Representasi berarti bahwa semua kewajiban
harus dipenuhi dan dijalankan demi membangun keselamatan dunia. Dalam hal
ini ada dua hal yang perlu diperhatikan, “Kuwajiban” dan “Memayu Ayuning
Bawana” (Dejong, 1976: 28).
G. Ajaran akhir zaman
Gambaran untuk jiwa-jiwa yang akan kembali kehadirat Tuhan di
gambarkan dengan seorang musafir yang memulai melakukan perjalanan
meninggalkan rumahnya. Dan suatu saat akan kembali lagi kerumah asalnya.
Namun perjalanan musafir sangatlah banyak godaan, bahkan harus melalui jalan
gawat, apabila tidak mendapat karunia Tuhan, mereka akan tersesat. Bagi jiwajiwa Pangestu, dunia ini disebut pondok/tempat tinggal sementara, sedangkan
akhiran disebut sebagai desa, yakni rumah tinggal tetap, tujuan dari sang musafir
(Sularso, 1987: 98-99). Pangestu mempunyai kepercayaan bahwa jiwa-jiwa yang
meninggal akan dihadapkan pada kiamat kecil, kelahiran kembali (reinkarnasi)
dan kiamat besar. Semua tahapan itu tergantung dengan jiwa manusia ketika
masih hidup di dunia.
44
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1.
Kiamat dunia kecil
Kehidupan dunia ini tidak kekal. Sehingga segala sesuatu yang bersifat
makluk tentu ada akhirnya. Manusia sebagai dunia kecil mempunyai akhir, sama
seperti
mempunyai
permulaan.
Akhir
hayat
manusia
ditandai
dengan
mengeriputnya kulit, berkurangnya kekuatan badan, susutnya daya penglihatan
dan pendengaran, menjadi jompo dan sebagainya. Tanda-tanda itu dimaksudkan
untuk mengingatkan manusia akan hukum kehidupan manusia yaitu kesanggupan
roh suci waktu akan diturunkan kedunia (Soenarto, 2014: 147).
Saat kematian manusia, roh manusia lepas dari tubuh menghadapi dua
kemungkinan. Pertama kembali kehadirat Tuhan karena telah setia terhadap
perjanjian dan peraturan Tuhan sewaktu masih di dunia. Kedua tenggelam
kedalam pusaran arus kegelapan di alam kafiruna. Alam kafiruna disebut juga
neraka jahanam. Alam kafiruna terdiri dari tujuh lapisan. Di alam ini jiwa manusia
dapat merasakan lapar, haus, dingin, panas, kecewa, sakit hati namun hanya
tertipu oleh angan-angannya sendiri, karena bukan alam kasar lagi. Tentang
lamanya jiwa yang tinggal di alam kafiruna, hal itu tergantung cepat dan
lambatnya bertobat kepada Tuhan (Soenarto, 2014: 149,156).
2.
Kelahiran Kembali (Reinkarnasi)
Karena dalam alam kafiruna badan jasmani halus masih lengkap, maka si
mati tetap mengerjakan panembahan kedalam keadaan “heneng hening”. Dari situ
jiwa yang dilahirkan kembali akan diperkenankan memulai hidup baru dengan
badan jasmani kasar yang baru pula. Badan jasmani halus terbawa masuk dalam
45
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
badan jasmani kasar yang baru dan menyimpan segala pengalaman dan karma
yang harus dilalui dalam kelahirannya kembali di dunia (Soemantri, 2011: 53).
Mengenai reinkarnasi bila jiwa masih berdosa berat, akan diberi kesempatan
selama tujuh kali. Reinkarnasi bisa terjadi dalam dua kemungkinan, tahap pertama
dilahirkan sebagai manusia dengan pertanggung jawaban karma setelah hidup
didunia lagi (Mertoatmodjo, 1990: 86).Kemungkinan kedua dilahirkan dalam
dunia hewan. Yang harus dicatatjustru lahir dalam dunia hewan mengandung
makna yang positif, karena dalam arti Roh suci (tanpa penyertaa suksma sejati)
yang menjadi jiwa binatang akan kembali secara otomatis akan kembali ke asal
mulanya Suksma Kawekas/ Tuhan, setelah badan jasmaninya mati (Soemantri,
2011: 55,56).
3.
Kiamat Dunia Besar
Dunia besar ini juga akan mengalami kiamat, tetapi kapan tibanya
merupakan perkara yang gaib, karena Tuhan belum berkenan menyabdakan-Nya.
Pada hari kiamat dunia yang telah terbentang ini akan musnah dan ini yang
menjadi peristiwa akhir dari alam semesta ini. Datangnya kiamat besar
dihubungkan degan datangnya pembalasan Tuhan terhadap hamba yang berdosa.
Segala dosa para hamba itulah yang menyebabkan kiamat besar. Jadi
sesungguhnya bukan karsa Tuhan agar dunia ini lebur, tetapi karena perbuatan
iblis yang berwujud manusia, mereka itulah yang mendatangkan kiamat. Dengan
musnahnya dunia besar maka berakhirlah kesempatan untuk reinkarnasi. Yang
jelas pada hari itu semua hamba yang berdosa akan dijatuhi pedang keadilan
46
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Allah, yaitu pembalasan terakhir denagn di pisahkan secara tetap dari alam sejati
(Sularso: 1987: 126,127).
H. Rangkuman Ajaran Kebatinan Pangestu
Batin dipakai untuk menunjukkan sifat keunggulan terhadap perbuatan
lahir. Batin adalah keadaan yang abstrak, tidak nyata, yang tidak ditangkap
dengan panca indra. Kebatinan ialah suatu ilmu yang menuju kearah penjelasan,
tugas hidup, menuju kepada kesempurnaan. Kebatinan adalah ilmu kesempurnaan
yang mengajarkan bagaimana caranya. Kebatinan adalah sumber asas dan sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, untuk mencapai budi luhur, guna mencapai
kesempurnaan hidup. Kosep mistik dalam aliran Kebatinan adalah bersatu dengan
Tuhan, yang sering disebut dengan Manunggaling Kawula Gusti (Suwarno, 2005:
88). Ciri-ciri khas Kebatinan adalah: pertama sifat “batin” yang berusaha
menembus panca indra dan masuk pengetahuan Roh, kedua bersifat “rasa” yang
melatih kepekaan hati, yang ketiga “asli” yang merupakan asli gerakan budaya
setempat, keempat “hubungan erat antar anggota” yang tercermin dalam sikap
gotong royong, kelima “akhlak sosial” yang terwujud dalam pembangunan
bermasyarkat dan berbangsa, keenam “gaib” yang tercermin dalam kepercayaan
akan daya-daya, suprarasional yang luar biasa yang dianugrahkan Tuhan kepada
umatnya guna membangun kehidupan bersama, sebaliknya gejala “klenik” adalah
praktek yang melanggar norma-norma agama, Kebatinan, kerohaninan , susila dan
hukum.
47
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Salah satu aliran Kebatinan adalah Pangestu, singkatan dari Paguyuban
Ngesti Tunggal yang artinya Persatuan untuk dapat bertunggal. Tunggal itu dapat
ditafsirkan secara horisintal maupun vertikal melalui kesatuan (solidaritas) dengan
golongan-golongan masyarakat, maupun kesatuan dengan Tuhan. Ajaran
Pangestu didirikan tanggal 20 mei 1949 di Surakarta.
Dalam berbagai aliran Kebatinan dikenal beberapa wahyu sesuai dengan
pemberian nama alirannya masing-masing. Kebatinan Pangestu memberi
wahyunya dengan nama “Wahyu Sasangka Jati”. Telah dikisahkan bahwa
penerima wahyu pertama adalah R. Soenarto. Menurut Pangestu, Wahyu
Sasangka Jati adalah sama dengan Wahyu Kristus atau Wahyu Ilahi. Iman dalam
ajaran KebatinanPangestu dirumuskan dengan gambaran bahwa seorang beriman
bersedia mendekati Tuhan dengan jalan menerima dan melaksanakan ajaran Sang
Guru Sejati yang yang terkandung dalam kitab Sasangka Jati.
Tuhan yang mutlak tidak dapat dikatakan seperti apa, menurut Pangestu
adalah suatu ke-tri-tunggalan. Allah Yang Esa itu disebut Tri Purusha, yang
selanjutnya paham Tri Purusha akan diterangkan sebagai keadaan satu yang
bersifat tiga, seperti yang diterangkan dibawah ini:
1. Suksma Kawekas (Tuhan Yang Sejati), dalam bahasa Arabnya Allah Ta’Ala.
2. Suksma Sejati (Pemimpin Sejati: Panuntun Sejati-Guru Sejati) Utusan Tuhan.
3. Roh Suci (Manusia Sejati), ialah jiwa Manusia yang sejati.
Konsep penciptaan dalam Pangestu adalah proses emanasi. Penciptaan atas
kehendak Suksma Kawekas dan terjadi oleh kuasa Suksma Sejati. Penciptaan
dimulai dari pembuatan bahan dasar yang disebut anasir-anasir, lalu penciptaan
48
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
semesta alam dan yang terakhir penciptaan manusia. Arti dasar keselamatan hidup
manusia di dunia harus dicari dalam hakikat arti “nunggal laras dengan sifat-sifat
dan persatuan luluh hidup manusia dengan Tuhan”. Keselamatan/kedamaian sejati
adalah kepada Tuhan dan sarana mencapai keselamatan dengan menerima suksma
sejati, mengatur angan-angan, nafsu, perasaan serta bersatu dengan Suksma Sejati
dan Suksma Kawekas.
Sikap hidup Pangestu bertalian erat dengan pandangannya terhadap dunia
material yang dapat disentuh oleh panca indera. Dalam mensikapi hidup ada tiga
unsur utama yaitu: distansi, konsentrasi dan representasi. Manusia mengambil
distansi (jarak) terhadap dunia (jagad gedhe) dengan jalan rilo, narimo, sabar.
Kemudian diadakan konsentrasi terhadap dirinya sendiri dengan jalan tapa dan
pamudaran, inipun semacam distansi terhadap badannya sendiri (jagad cilik).
Hasil dari distansi dan konsentrasi adalah representasi. Melepaskan ikatan dunia
material dan batin yang dimurnikan, maka orang menjalankan kehidupannya
sebagai seorang utusan Tuhan dalam dunia
Ajaran akhir zaman adalah kembalinya jiwa-jiwa kepada Tuhan sang
suksma kawekas. Pangestu mempunyai kepercayaan bahwa jiwa-jiwa yang
meninggal akan dihadapkan pada kiamat kecil, kelahiran kembali (reinkarnasi)
dan kiamat besar. Semua tahapan itu tergantung dengan jiwa manusia ketika
masih hidup di dunia. Kiamat kecil sebagai kematian manusia, reinkarnasi
sebagai jalan yang harus ditempuh untuk memperbaiki jiwa si mati yang masih
berdosa. Jalan yang ditempuh ada dua yaitu lahir kembali sebagai manusia
ataupun lahir kembali ke dunia hewan. Kiamat besar adalah akhir dari semesta ini,
49
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
tidak ada kesempatan untuk reinkarnasi dan Tuhan mengadakan pemisahan antara
hamba yang berdosa dan hamba yang setia kepada Tuhan ke alam yang sejati.
50
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III
AJARAN TENTANG IMAN KATOLIK
Sangatlah luas cakupannya bila hendak membahas tentang ajaran iman
Katolik. Dalam bagian ini penulis hendak memaparkan garis besar pokok-pokok
ajarannya. Pada bagian pertama pembahasan, akan dipaparkan wahyu dan iman
Kristiani yang menjadikan dasar komunikasi antara manusia yang di bumi dengan
Allah yang di surga. Dengan menerima wahyu dari Allah maka pengalaman
refleksi manusia tentang Allah akan dibahas dibagian kedua bab ini. Selanjutnya
bagian ketiga akan menerangkan Ajaran penciptaan dalam Kristiani yang akan
merenungkan makna penciptaan dan manusia sebagai gambar Sang Pencipta.
Bagian keempat akan dijelaskan bagaimana Kristiani mengajarkan tentang
keselamatan. Selanjutnya yang kelima membahas sikap Kristiani dalam
penghayatan hidup di dunia ini. Bagian terakhir bab ini, yang merupakan
permenungan manusia sepanjang hidupnya yaitu tentang kematian dan hal-hal
pokok kehidupan abadi lainnya akan dipaparkan dalam bahasan ajaran akhir
zaman.
A. Ajaran tentang Wahyu dan iman dalam Kristiani
Dalam ajaran Kristiani pada hakikatnya wahyu merupakan inisiatif Allah
dalam mendekati manusia. Berpadanan dengan wahyu, iman merupakan jawaban
dari manusia atas wahyu Allah. Dengan kata lain, wahyu dan iman itu merupakan
51
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
komunikasi pribadi dan persatuan antara Allah dan manusia. Di dalam bagian ini
penulis akan membahas pertama paham wahyu, kedua paham iman, bagian ketiga
wahyu terbentuk dalam Gereja dan bagian akhir guna meneruskan iman Kristiani
diperlukan pedoman-pedoman iman yang harus di lestarikan agar wahyu Allah
dapat diteruskan secara turun-temurun untuk generasi Kristiani berikutnya.
1. Paham wahyu Kristiani
Untuk mendalami tentang wahyu Kristiani akan dibahas bagian awal
pengertian wahyu Kristiani sendiri, selanjutnya bagaimanakah cara Allah
mewahyukan Diri, kemudian akan diterangkan lebih lanjut tentang puncak
perwahyuan dalam Kristiani yang terjadi dalam Diri Yesus Kristus.
a. Pengertian Wahyu Kristiani
Wahyu Kristiani bukanlah informasi, kata-kata ataupun kalimat-kalimat
yang biasa dipahami oleh penganut diluar Kristen. Wahyu Allah merupakan
komunikasi yang mengundang partisipasi dari manusia. Manusia diajak bertemu
dengan Allah dan bersatu dengan-Nya. Dan itu terjadi tahap demi tahap dalam
sejarah manusia (KWI, 1996: 124). Sejarah pewahyuan Allah terhadap manusia
telah dimulai dalam Perjanjian Lama. Dimulai dengan perwahyuan Allah terhadap
Abraham (Kej 12:1). Sejarah perwahyuan ini berjalan terus menerus dari
Abraham ke Musa, dari Musa ke zaman para Raja dan nabi melalui sejarah Israel
sampai memuncak dalam diri Yesus.
52
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Dalam Konsili Vatikan II (1962-1965) terdapat dokumen khusus mengenai
wahyu, yaitu “Dei Verbum” (DV). Memberikan wacana pandangan
tentang
wahyu sebagai berikut:
“Allah berkenan mewahyukan Diri-Nya dan memaklumkan rahasia
kehendak-Nya. Dengan wahyu itu Allah yang tidak kelihatan dari
kelimpahan kasih-Nya menyapa manusia sebagai sahabat-Nya dan bergaul
dengan mereka kedalam persekutuan dengan diri-Nya dan menyambut
mereka di dalamnya” (DV 2)
Jadi Wahyu adalah komunikasi pribadi antara Allah yang transenden dengan
manusia yang di bumi. Dengan kata lain bahwa Allah memperkenalkan diri-Nya
sendiri dan rencana penyelamatan-Nya, wahyu pada hakekatnya merupakan
penganugrahan Diri dari Allah kepada manusia (Dister, 1991: 88).
b. Yesus Kristus adalah Wahyu Allah
Wahyu adalah penganugrahan diri Allah yang mempersatukan manusia
dengan Allah. Maka dari itu wahyu dalam arti penuh terjadi dimana terjadi
persatuan penuh Allah dengan manusia. Manusia yang bersatu penuh dengan
Allah ialah Yesus dari Nazaret. Dialah jaminan kepenuhan wahyu. Seluruh hidup
Kristus merupakan pelaksanaan kehadiran Allah di tengah-tengah manusia. Hidup
manusia Yesus sepenuhnya selaras dengan Allah, maka pribadi Kristus sendirilah
wahyu Allah (Banawiratma 1986: 19).
Bagi umat Kristiani pewahyuan Allah yang paling penuh dan sempurna
tidak terlaksana dalam suatu kitab. Melainkan dalam seorang manusia. Umat
Kristiani percaya bahwa manusia Yesus Kristus adalah wahyu Allah yang hidup
dan pribadi-Nya secara sempurna mengungkapkan apa yang ingin dikatakan Allah
53
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
kepada manusia. Kitab Suci selalu bermaksud untuk membentuk iman pada Yesus
dan memberikan pemahaman apa yang akan dikatakan Allah kepada Manusia
melalui manusia Yesus. Sehingga orang-orang Kristen ingin mengetahui
bagaimana tentang Allah, karya penyelamatan-Nya, kehendak-Nya, bagaimana
manusia harus hidup di dunia, yaitu dengan jalan mempelajari, melihat ajaranajaran Yesus, meneladani Yesus, juga merenungkan penderitaan, kematian, dan
kebangkitan-Nya. Pengarang-pengarang Perjanjian Baru adalah orang-orang yang
berusaha untuk mengkomunikasikan makna pengalaman akan Yesus yang hidup,
menderita, wafat dan bangkit, serta kenaikan-Nya ke surga (Michel, 2001: 14,16).
2. Paham Iman Kristiani
Pihak yang memperkenalkan diri tentu saja mengharapkan tanggapan
positif, maka itu Tuhan sebagai pewahyu yang menyatakan diri kepada manusia
mengharapkan agar manusia penuh syukur menerima pewahyuan dari Allah itu.
Jawaban atas wahyu itu disebut “iman kepercayaan”. Dalam bagian ini perlu kita
menguraikan bagaimana paham iman dalam Alkitab dan selanjutnya bagaimana
iman dalam Magisterium Gereja melalui Konsili Vatikan II.
a. Paham Iman menurut Alkitab
Dalam kitab suci Perjanjian Lama, iman sebagai sikap manusia
menanggapi wahyu Allah digambarkan yang pertama, iman berarti mendengar
sabda Allah. Ketika Allah memanggilnya, Samuel menjawab: “berbicaralah,
hamba-Mu mendengarkan” (1 Sam 3:10). Yang kedua, beriman berarti: menaati
54
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
perintah Allah. Abraham adalah teladan iman yang sempurna, Tuhan
memerintahkan supaya pergi ke negeri yang ditunjukkan Tuhan (Kej 12:1,4a).
Reaksi Abraham berupa kepatuhan Yang diwujudkan dalam kehidupannya.
Ketiga, orang harus tetap setia dalam melaksanakan kehendak Allah, orang
beriman harus hidup sesuai dengan tuntutan Perjanjian, demikianlah ajaran para
nabi turun-temurun (Hos 6:6, Yer 5:1-9;9:2-5;22:15). Yang terakhir, beriman
berarti menaruh janji Allah. Dalam Perjanjian Lama wahyu mendapat bentuk
konkret dalam hukum Taurat dan dalam janji keselamatan. Iman umat sebagai
jawaban atas wahyu Allah memperoleh bentuk yang nyata dalam kepercayaan
akan janji Allah. Allah menjanjikan keturunan besar kepada Abraham (Kej 15:6).
Iman menurut Perjanjian Baru dalam Injil sinoptik berati: mendengar,
memahami dan bertobat. Kristus mewartakan kabar gembira (Mk 1:14-15).
Kepercayaan adalah reaksi terhadapap pewartaan Injil, “siapa yang mempunyai
telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar” (Mk 4:9). Kemudian
memahami dengan menerima sabda diwujudkan kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, manusia berbalik kepada Allah dengan seluruh pribadinya. Berbalik
kepada Allah secara total itulah yang disebut “bertobat”. Yesus mengaitkan
pewartaan-Nya dengan pertobatan: “Kerajaan Allah sudah dekat: bertobatlah dan
percaya kepada Injil” (Mt 1:15; lih. Mt 4:17). Dalam Injil Yohanes iman berarti
pilihan untuk memihak Tuhan Yesus dan menerima sabda-Nya. Tidak beriman
berarti menolak Yesus (lih. Yoh 6:60-71; 7:25-36).
55
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
b. Paham Iman menurut Magisterium Gereja
Dalam Dei Verbum (DV) memberikan wacana pandangan tentang iman
sebagai berikut:
“Kepada Allah yang menyampaikan wahyu, manusia wajib menyatakan
ketaatan iman. Demikianlah manusia dengan bebas menyerahkan diri
seutuhnya kepada Allah, dengan mempersembahkan kepatuhan akal budi
serta kehendak yang sepenuhnya kepada Allah yang mewahyukan, dan
dengan sukarela menerima sebagai kebenaran, wahyu yang dikaruniakan
oleh-Nya” (DV. art. 5)
Ajaran Konsili Vatikan II tentang iman diuraikan sebagai penyerahan diri
kepada Allah, objek iman Allah sendiri dan iman merupakan anugrah (Dister,
1991: 139). Iman sebagai penyerahan pribadi manusia seluruhnya kepada Allah
secara bebas. Istilah Alkitabiah “ketaatan iman” (Rm 16:26) diartikan secara
personal sebagai jawaban bebas dari pihak manusia menanggapi anugrah wahyu
dari Allah. Tentunya manusia membutuhkan akal budi untuk mengetahui
kebenaran. Akan tetapi bukan akal-budi saja yang terlibat tetapi juga seluruh diri
pribadi manusia, sehingga ia berbalik kepada Allah dan menyerahkan diri kepadaNya dengan tau dan mau, dengan segenap jiwa dan raganya, dengan segenap hati
dan segala kekuatanya. Objek iman yaitu Allah Sendiri. Jadi yang pertama
dipercayai ialah Allah berbicara, Allah mewahyukan. Pribadi Allah sendirilah
yang pertama-tama diimani manusia dalam sikap penyerahan diri yang total
kepada-Nya.
Iman itu anugrah sebagai pertemuan personal dengan Allah. Supaya iman
itu ada perlulah uluran tangan dan bantuan rahmat Allah serta pertolongan batin
Roh Kudus. Peranan Roh Kudus diuraikan sebagai peranan triganda. Pertama,
56
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Roh memegang peranan dalam penyerahan bebas kepada Allah, sebab Roh Kudus
itu “menggerakkan hati”. Kedua Roh itu memegang peranan dalam penyetujuan
intelektual yang bebas dengan Allah, sebab Roh itu “membuka akal budi”.
Akhirnya Roh itu memberikan kepuasan dan kegembiraan dalam menyetujui dan
mengimani kebenaran, sebab Roh itu ” memberi kenikmatan”.
3.
Terbentuknya Gereja Berkat Perwahyuan Roh Kudus oleh Kristus yang
Mulia
Kepenuhan wahyu ada dalam Kristus, namun wahyu Allah berlangsung
sampai saat ini, hal ini dimungkinkan oleh Roh Kudus yang diutus oleh Kristus
mulia, yakni oleh Yesus setelah Ia dimuliakan oleh Allah Bapa dalam
kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya ke surga. Roh Kudus mempersatukan Kristus
dengan Bapa, Roh itu juga yang mempersatukan Yesus dengan para murid (Yoh
14:16-17; Kis 1:4-5). Dan dicurahkan atas para Rasul pada hari Pentakosta, lima
puluh hari sesudah paskah (Kis 2:1-13). Melalui Roh yang sama, Tuhan mulia
tetap hadir di dunia kita dalam ruang dan waktu. Dicurahkannya wahyu dalam
Roh Kudus atas orang-orang yang percaya Tuhan di dalam Kristus itu menjadikan
“umat Allah yang baru”, yaitu Gereja (Dister: 1991: 119).
Gereja melanjutkan dan mengambil bagian tugas Kristus yakni: tugas nabi,
tugas imam dan tugas rajawi. Tugas nabi adalah dalam pewartaan, tugas imam
adalah tugas dalam perayaan-perayaan dan pengudusan dan tugas rajawi dalam
konsili Vatikan II diartikan sebagai melayani. Tritugas ini Gereja berusaha
57
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
mengejawantahkan diri, memberi makna dan pelayanan bagi kehidupan manusia
(KWI, 1996: 382).
4. Pedoman Iman Kristiani sebagai Penjamin Wahyu Allah
Timbullah pertanyaan bagaimana pegangan, supaya pada masa kini masih
dapat mengenal Allah sebagaimana Ia telah mewahyukan dalam Kristus dan iman
yang kita anut sekarang ini sama dengan iman para Rasul zaman dahulu. Allah
sendiri menentukan bahwa seluruh wahyu diteruskan agar semua orang dalam
segala zaman dapat mengenal Allah dan diselamatkan. Kehendak Allah itu nyata
dalam perintah kristus untuk mewartakan Injil sampai ke ujung bumi (Mt 28:1920; Kis 1:8). Para rasul memberikan perintah itu dengan dua cara, yakni dengan
pewartaan tidak tertulis yang disebut “Tradisi” dan dengan pewartaan tertulis
yang disebut “Kitab Suci”. Tradisi dan kitab suci sebagai khazanah wahyu
dipercayakan kepada Gereja untuk menafsirkannya secara otentik dalam
“Magisterium” Gereja (Dister, 1991: 161). Pedoman iman itu dijelaskan sebagai
berikut:
a. Tradisi
Tradisi suci adalah ajaran yang tidak tertulis seperti yang diungkapkan
dalam Kis 2:42 bahwa jemaat Kristen perdana bertekun dalam pengajaran para
Rasul, jauh sebelum tulisan Perjanjian Baru lahir. Jadi kehidupan iman Gereja
tidak terbatas pada buku saja, tetapi juga ajaran lisan para pemimpin suci yang
ditetapkan oleh Tuhan. Isi Tradisi sama dengan isi wahyu, namun tidak hanya
terdiri dari kata-kata tetapi seluruh kenyataan hidup Kristiani seperti: pengajaran
58
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
doktrinal, hidup bersama dalam kerukunan cinta kasih dan perayaan ibadat-ibadat
yang pusatnya dalam sakramen-sakramen (Dister, 1991: 171).
b. Kitab Suci
Gereja percaya bahwa kitab suci ditulis dengan ilham Roh Kudus dan
kebenaran isinya juga dijamin oleh Roh Kudus. Kitab suci mengartikan peristiwaperistiwa sejarah khususnya peristiwa Yesus sebagai sapaan Allah yang
berkehendak menyelamatkan manusia. Kitab suci merupakan kesaksian tertulis
orang beriman.
c. Ajaran Magisterium
Magisterium adalah wewenang atau kuasa mengajar Gereja. Dasarnya
Magisterium adalah “Adapun tugas menafsirkan secara otentik Sabda Allah yang
tertulis atau diturunkan itu, dipercayakan hanya kepada Wewenang Mengajar
Gereja yang hidup, yang kewibawaannya dilaksanakan atas nama Yesus Kristus”
(DV 10). Ajaran Magisterium meliputi, butir-butir syahadat, ajaran-ajaran konsilikonsili ekumenis dan ajaran ex-cathedra (tak dapat sesat) Magisterium Paus yang
luar biasa (Rausch, 2001: 128).
Tradisi, Kitab Suci dan Magisterium sangat erat hubungannya. Alkitab
harus ditafsir dalam kesatuan dengan tradisi. Agar Tradisi dan Kitab Suci dapat
dihayati sepanjang zaman maka wewenang mengajar, soal iman dan moral ada
ditangan Uskup sebagai pengganti Para Rasul dan Paus sebagai pemimpin, yakni
pengganti Petrus.
59
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
B. Ajaran tentang Allah
Merupakan sejarah yang sangatlah panjang bila hendak merefleksikan
yang diimani Allah dalam ajaran iman Kristiani sampai refleksi Allah Tritunggal:
Bapa Putra dan Roh Kudus. Dalam bagian ini akan disajikan pandangan,
pengalaman dan refleksi akan Allah dalam tradisi Kristiani. Bagian ini akan
dibahas oleh penulis dalam tiga bagian pokok utama. Bagian pertama membahas
tentang paham Allah dalam dunia Perjanjian Lama, kemudian pandangan Allah
dari sudut Perjanjian Baru, selanjutnya yang terakhir akan dibahas hasil refleksi
atas pengalaman paham Allah dalam Tradisi Bapa Gereja yang dikenal dengan
Allah Tritunggal yang telah kita imani sampai sekarang.
1. Paham Allah dalam Perjanjian Lama
Pengalaman Allah dalam Perjanjian Lama dalam sejarah yang sangat
penting adalah pembebasan dari perbudakan bangsa Israel dari Mesir. Allah yang
selalu menuntun bangsa Israel. Allah dialami yang memberkati seluruh ciptaan.
Yahwe adalah sebutan khusus untuk Allah bangsa Israel (Darminto, 1973: 1).
Menurut Kirchberger (1999: 66-68) Allah Yahwe digambar dalam
berbagai pengalaman hidup Israel. Allah digambarkan yang istimewa,
dibandingkan allah-allah bangsa lain. Ciri ini diperjuangkan oleh gerakan Yahwe
yang nyata dalam syahadat Israel (Ul 6:4). Sangatlah penting bahwa Allah adalah
Esa, supaya Israel jangan diperbudak oleh allah-allah lain yang tidak bisa
memberikan hidup. Allah itu hadir bagi manusia dimana manusia membutuhkan.
Yahwe menyertai umat-Nya, mengusahakan kebahagiaan manusia yang benar,
60
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
tetapi bukan Allah yang bisa dimanipulasi oleh manusia. Allah itu Membebaskan
dan Memihak, Ia akan menebus nyawa mereka dari penindasan dan kekerasan,
darah mereka mahal di matan-Nya (Mzm 72:12-14).
Yahwe itu Mencintai dilukiskan dengan memikat menyentuh hati manusia.
Yahwe digambarkan sebagai induk rajawali yang melindungi anaknya (Ul 32:1014), sebagai gembala (Mzm 23), sebagai ibu yang sayang anak-Nya (Hos 11; Yes
49:14 dst; 66:13, Yes 49:14-16). Yahwe diperjuangkan bukan dengan berperang,
melainkan lewat usaha menciptakan keadilan sosial yang adil, sehingga kehendak
Allah menjadi nyata. Hal demikian dinyatakan dalam Yesaya: “mereka menempa
pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau
pemangkas” (Yes 2:4).
2. Paham Allah dalam Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru saat Yesus berkarya, Allah dikenalkan oleh Yesus
dengan sebutan Bapa. Allah Bapa oleh Yesus dialami sebagai Dia yang mencintai
dan merangkul semua orang. Pertemuan Allah Bapa diibaratkan dalam
perumpamaan pesta nikah atau pesta syukuran karena berhasil menemukan
kembali manusia berdosa yang dengan susah payah dicari-Nya. Yesus juga
menentang tradisi Israel yang menekankan hubungan antara perbuatan dan nasib
orang, dimana yang baik diganjar dengan kemakmuran, yang jahat dihukum.
Keselamatan yang bergantung pada perbuatan manusia. Namun Bapa melalui
Yesus mengajarkan perumpamaan mengenai para pekerja kebun anggur (Mat 20:
1-16), dimana mereka yang datang kemudian, mendapat upahnya terlebih dahulu
61
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
dan sama besar dengan mereka yang mulai menggarap lebih dulu (Mat 20:1-16).
Menurut Yesus kebaikan dan keterbukaan Allah Bapa terhadap manusia tidak
kenal batas dan tidak menuntut agar prasyarat tertentu dipenuhi dulu. Sebaliknya
Allah mulai aktif mencari yang hilang (bdk. Luk 15). Ia hanya menuntut dan
mengharapkan manusia agar manusia jujur, berterus terang, dihadapan Allah,
tidak bertopeng, bermuka dua. Terhadap sesama, Allah menuntut sikap solidaritas
dan kerelaan untuk saling menerima, berdamai dengan sesama.
Dalam jemaat perdana, pengalaman penampakan Yesus meyakinkan para
murid bahwa Yesus yang disalibkan itu hidup. Hal ini bagi para murid menjadi
yakin bahwa Yesus mengalami nasib jujur seperti hamba Yahwe, dalam
Perjanjian Lama. Gambaran Allah atas Yesus dalam jemaat perdana sangat
menonjol dalam gelar Yesus. Yesus sebagai Putera Allah dimaksudkan untuk
mengungkapkan kedudukan Yesus sehubungan dengan penyelamat. Sebutan Putra
Allah lebih mengungkapkan Yesus sebagai wakil Allah. Yesus Tuhan, sebutan
Tuhan lebih mengungkapkan hubungan Yesus dengan umat manusia. Yesus
bahkan disembah sebagai Yahwe sendiri. Dialah Allah orang beriman, Yesus
Allah yang aktif berkarya dan menyelamatkan. Yahwe yang aktif tampak dalam
diri Yesus dan Yesus adalah Yahwe yang aktif. Pengarang Injil pun menyatakan
bahwa Yesus ada di dalam Bapa dan Bapa ada di dalam Yesus (Darminta, 1973:
18,37).
Yesus Tuhan berarti bahwa sesungguh-Nya Dia itu Raja, Yahwe sendiri,
hidup karya serta sengsara-Nya dalam sejarah yang menyelamatkan semua orang.
62
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Barangsiapa percaya bahwa keselamatan datang dalam diri Yesus, akan berani
menyebut Yesus itu Tuhan (Fil 2: 6-11).
3. Allah Tritunggal dalam Umat Kristiani
Akhirnya dalam permenungan tentang ajaran Allah yang sempurna, Gereja
berpegangan teguh dengan
dogma Allah
Tritunggal.
Allah
Tritunggal
merangkuman seluruh karya keselamatan Allah bagi manusia. Dalam Kitab suci,
belum ditemukan suatu ajaran Tritunggal, namun telah ditemukan pernyataanpernyataan bila di refleksikan secara lebih mendalam akhirnya menghasilkan
suatu ajaran Tritunggal. Misalnya terdapat kalimat Perjanjian Baru yang
menyebut ketiga pribadi ilahi satu disamping yang lain, seperti “Kasih karunia
Tuhan Yesus Kristus dan kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus menyertai
kamu sekalian” (2 Kor 13:13). Dan “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku
dan baptiskanlah mereka dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus” (Mat
28:19). Formula yang demikian digunakan oleh Bapa-Bapa Apostolik sesudah
zaman Perjanjian Baru. Sejak abad ke II muncul usaha-usaha untuk mendalami
dan memikirkan hubungan dari Putra dan Roh dengan Allah yang Esa. Bertolak
dari pandangan awal ini, mulailah suatu proses pemikiran untuk menjelaskan dan
mendalami bagaimana ajaran dogma Allah Tritunggal.
Tradisi Kristiani berpendapat bahwa Allah adalah satu, tetapi memiliki tiga
cara berkarya dan berada (Michel, 2001: 62), yaitu Bapa, Putra dan Roh Kudus
sebagai berikut:
63
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
a. Allah Bapa, sebagai pencipta yang Maha Kuasa dan Tuhan atas
kehidupan.
b. Allah Putra, sebagai Allah yang mewahyukan sabda Tuhan, pelajaran
kehidupan melalui pribadi manusia Yesus.
c. Allah Roh Kudus, sebagai Allah yang hadir secara imanen, aktif dan
memberikan daya hidup dalam alam raya.
Allah adalah satu namun kodrat-Nya mengandung tiga aspek atau sifat.
Iman akan Allah Tritunggal tidak hanya menerangi pemahaman terhadap manusia
dan ciptaan dan tujuan sejarah, bahkan memperjelas dan memperdalam apa yang
diakui paham Kristiani menyangkut inkarnasi Allah dan penebusan umat manusia,
hal ini adalah pusat iman Kristiani. Peristiwa inkarnasi bertujuan untuk
mengajarkan bahwa Allah Bapa sebagai pencipta kehidupan, lewat perutusan
Putra Allah, manusia tahu siapa Allah dan apa yang dituntut-Nya. Akhirnya karya
keselamatan Allah tidak berhenti dengan perutusan Putra-Nya saja, manusia baru
sungguh dipersatukan dengan Allah bila Allah sampai kedalam lubuk hati
manusia, itulah karya Roh Kudus dalam diri manusia (KWI, 1996: 324). Dalam
peristiwa inkarnasi Allah Tritunggal mempunyai kehendak untuk berkomunikasi
dengan ciptaan-Nya mencapai puncak yang tertinggi. Allah mengatasi jarak yang
ada antara kebakaan-Nya dan kefanaan makhluk, antara kekayaan ilahi dan
kemiskinan ciptaan seakan-akan bertemu dengan makhluk sebagai mitra yang
sederajat (Greshake, 2003: 67-68).
64
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
C. Ajaran tentang Penciptaan
Hal yang digunakan untuk membicarakan penciptaan dalam Kristen
digunakan gagasan-gagasan yang memuat teologis tentang penciptaan dunia
(Kosmologi Teologi) dan tentang manusia (Antropologi Manusia), untuk
menguraikannya penulis akan menyajikan pokok-pokok permenungannya melalui
yang pertama teologi penciptaan dalam Kitab Suci, tujuan penciptaan dan bagian
terakhir akan dibahas hakekat manusia.
1. Penciptaan dalam Kitab Suci
Karya penciptaan adalah karya Tuhan, maka manusia sesungguhnya tidak
dapat memahami arti penciptaan, sebab segala pengetahuan berdasarkan
pengalaman dan
manusia tidak mempunyai pengalaman pernah sungguh
menciptakan sesuatu. Manusia terbatas dan Allah tidak terbatas. Bagi manusia
memahami penciptaan berarti menyadari bahwa manusia adalah makluk yang
seluruhnnya bergantung pada Tuhan sebagai sumber hidupnya.
Allah sebagai pencipta bahwa Allah telah menciptakan dunia dengan
firman-Nya dan Allah menjadikan segala sesuatu ex nihilo, tanpa memakai bahan.
Allah menjadikan langit dan bumi dengan sabda-Nya (Kej 1:3.6.9.14.20.24.26).
menciptakan dunia bukan dari sesuatu yang sudah ada (creatio ex nihilo). Karena
Allah sendiri bukanlah bahan yang dari pada-Nya dunia di ciptakan-Nya (ex
nihilo sui) dan tidak ada bahan diluar Allah yang dari padanya Allah menjadikan
langit dan bumi (Dister, 2004: 61).
65
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2. Tujuan Penciptaan
Melalui kisah penciptaan enam hari, tujuan penciptaan yakni untuk
memuji Allah dan melayani manusia. Setiap ciptaan memperoleh keberadaannya
dari Allah dan dari Allah pula ciptaan menerima kebaikan dan kesempurnaan,
hukum dan tempatnya sendiri dalam alam semesta. Allah menciptakan segala
sesuatu bagi manusia dan manusia diciptakan untuk mengenal, melayani dan
mencintai Allah, serta untuk mempersembahkan kepada-Nya di dunia ini semua
ciptaan sebagai ucapan syukur dan untuk diangkat kedalam hidup bersama Allah
di surga (KKGK, 2005: 43).
Tuhan menciptakan manusia “untuk mengikutsertakan-nya dalam hartaharta ilahi (Konsili Vatikan I) ”. Karya penciptaan merupakan awal dan dasar
karya penyelamatan melalui Yesus Kristus, sebab kasih karunia kebenaran datang
oleh Yesus Kristus (Yoh 1:17), yang sulung diantara banyak saudara” (Rm 8: 29).
Allah memberikan diri dalam sejarah, dalam pertemuan antara manusia adalah
kesatuan cinta kasih, dalam pertemuan pribadi antara Tuhan dan makluk-Nya.
Sejarah keselamatan adalah sejarah Allah dengan manusia. Allah
menciptakan dunia, khususnya manusia, sebagai titik tolak sejarah pergaulan-Nya
dengan manusia. Allah meng-ada- kan manusia sebagai teman dialog. Allah
menciptakan manusia sebagai sahabat-Nya. Dari kebebasan-Nya yang tak terbatas
Allah menciptakan manusia sebagai subjek yang bebas, juga, otonom, berdikari,
yang mampu menjawab panggilan Allah. Manusia adalah dasar dan permulaan
sejarah keselamatan. Adanya sejarah keselamatan mengandaikan bahwa ada
makluk yang oleh Allah diajak masuk kedalam cinta dengan diri-Nya.
66
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Menciptakan manusia dengan seluruh lingkungannya merupakan tindakan Allah
yang paling dasariah (KWI, 1996: 155).
3. Hakekat Manusia
Dengan berpedoman pada ajaran St. Paulus (1 Tes 5: 23) kiranya dapat
dibedakan tiga utama dalam diri manusia: tubuh, jiwa dan roh. Tubuh meliputi
segala bidang fisik-material, menyangkut segi jasmani misalnya: ekonomi dan
jaminan hidup. Jiwa meliputi hati dan budi, misalnya menyangkut segi: kebebasan
manusia, pendidikan, hukum, politik, ilmu pengetahuan dan lainnya. Roh
merupakan pertemuan antara manusia dengan Allah. Maka sebenarnya roh bukan
lagi kemampuan manusia. Allah sendirilah yang memberikan roh kepada
manusia, yang memampukan manusia menyambut Allah sendiri.
Hakekat manusia menurut Alkitab adalah “segambar dan serupa dengan
Allah”. Seperti yang tercantum dalam Kejadian 1: 26-27: “Berfirmanlah Allah:
baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka
berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan
atas seluruh bumi dan atas segala binatang yang merayap di bumi. Maka Allah
menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah
diciptakan-Nya dia laki-laki dan perempuan”. Dalam ajaran Alkitab penjabaran
bahwa manusia pada hakekatnya segambar dan serupa dengan Allah, dapat
dijelaskan sebagai berikut (Harun, 1970: 125), berarti manusia dijadikan dengan
memiliki persamaan ilahi yang dipandang sebagai persamaan hubungan antara
bapak dengan anaknya. Isi gambar Allah atau persamaan ilahi manusia itu ialah
67
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
persamaan kwalitas hidup, yang sesudah manusia jatuh kedalam dosa haruslah
menempuh cara hidup yang baru, meninggalkan manusia lamanya. Sehingga
manusia terpanggil untuk berjalan atau hidup sesuai dengan kehendak Allah. Oleh
sebab itu dikatakan segambar dan serupa dengan Allah, berarti manusia harus
mencerminkan hidup ilahi di dalam kehidupannya sehari-hari, seperti Allah itu
sempurna, demikian manusia diharapkan sempurna dalam kehidupannya (Mat
5:48). Seperti Tuhan itu kudus, demikianlah manusia harus hidup dengan kudus (1
Pet 1:16). Seperti Tuhan itu kasih, demikianlah manusia harus hidup didalam
kasih (1 Yoh 4:16). Jadi bahwa hakekatnya manusia adalah “segambar dan serupa
dengan Allah berarti ” manusia harus menjadi gambar yang baik dari Tuhan.
Bahwa manusia harus menampakkan persamaan ilahi didalam hidupnya. Oleh
karena itu, ungkapan “segambar dan serupa dengan Allah” atau persamaan ilahi
itu harus menjadi panggilan yang terlaksananya tergantung kepada sikap manusia
terhadap Allah yang menjadi pusat hidupnya. Panggilan untuk hidup sesuai
dengan kehendak Allah hanya dapat dipenuhi jika manusia hidup didalam kasih
dengan Allah.
D. Ajaran Tentang Keselamatan
Keadaan yang ideal, bebas dari ancaman lahiriah maupun ancaman
batiniah bisa disebut dalam keadaan selamat. Dalam tradisi Ibrani kurang lebih
sama dengan kata syalom. Pada dasarnya syalom yang berarti keadaan baik, beres.
Kalau dipakai untuk perorangan dapat berarti “sehat, sejahtera”. Kalau untuk
hubungannya dengan orang lain “cocok, bersahabat, ayem-tentrem”. Untuk
68
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
masyarakat dan negara lebih cocok dengan kata “damai, makmur, tenang”
(Jacobs, 2007: 33). Berikut ini akan diterangkan keselamatan dalam Perjanjian
Lama dan Baru, penghalang keselamatan adalah dosa, penebusan sebagai
pemulihan keselamatan dan keselamatan dalam masa kini, serta puncak
kepenuhan keselamatan yang masih kita harapkan pada akhir zaman.
1. Paham Keselamatan dalam Perjanjian Lama
Gambaran yang menceritakan keselamatan dalam Perjanjian Lama
terdapat dalam peristiwa-peristiwa sejarah bangsa Israel terutama dalam kisah
pembebasan Israel dari perbudakan Mesir (Kel 14:30; Hos 13:4; Mzm 106:21).
Dalam kitab Yeremia keselamatan telah bercorak eskatologi, yang dihubungkan
dengan pendirian kerajaan Mesias dibawah pemerintahan Daud yang adil, hukum
dan kebenaran berkuasa (Yer 23: 6). Harapan akan eskatologis memuncak dalam
cerita Yesaya, yang melihat pengaharapan keselamatan dalam peristiwa
pembuangangan di Babel (Yes 41: 17-20). Yang memandang bahwa keselamatan
Israel sebagai rahmat Allah yang diberikan Tuhan karena belas kasihnya (Yes
49:10). Dalam waktu dekat Tuhan akan memulihkan kota Sion (Yes 46: 13).
Yesaya memberikan ciri keselamatan yang universal, karena keselamatan
menyangkut pemulihan negeri, penghukuman para penindasnya (Yes 49: 25),
penegakan pemerintahan Yahwe (Yes 52: 7).
Nubuat keselamatan setelah pembuangan di Babel yang diungkapkan oleh
Yehezkiel dan Deutero-Yesaya tidak terjadi, maka menjelang akhir Perjanjian
69
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lama, keselamatan menjadi sasaran pengaharapan akan datangnya Mesias (Dister,
2004b: 141).
Secara singkat paham keselamatan dalam Perjanjian Lama diartikan
dengan suatu keadaan yang dianugrahkan oleh Allah di mana hubungan manusia
dalam kebersamaan dari semua seginya baik dan beres, yang meliputi: hubungan
dengan anggota masyarakat (segi sosial, politis), dengan dunia sekitar (segi
kosmis), dan dengan Allah (segi religius). Yang menjadi dasar adalah relasi
dengan Allah. Dimensi relasi dengan Allah melandaskan dan meresap kedalam
dimensi relasi yang lainnya (Groonen, 1989: 52).
2. Paham Keselamatan dalam Perjanjian Baru
Dalam Perjanjian Baru sehubungan apa yang maksudkan dengan
keselamatan ialah kata sooteria. Dalam Perjanjaian Lama keselamatan ditekankan
dalam dimensi sosial, material namun dalam Perjanjian Baru lebih menekankan
yang bersifat rohani (Dister, 2004b: 142).
Allah sebagai sumber keselamatan, keselamatan Allah menjadi semacam
ucapan tetap pada awal dan akhir beberapa surat di Perjanjian Baru (1 Tes 1:2;
Gal 1:3; 1 Kor 1:3). Keselamatan kerap kali digabungkan dengan kasih karunia
dari Allah yang diamalkan berupa keselamatan. Dengan demikian keselamatan
adalah pemberian dari Allah. Yang baru dalam Perjanjian Baru ialah Yesus
Kristus sebagai asal usul keselamatan (Kol 3:15). Yesus Kristus memerintah dan
menguasai keselamatan itu. Yesus Kristus juga menjadi pengantara keselamatan
dari Allah. Yesus Kristus seoalah-olah mempribadikan keselamatan (Ef 2:14).
70
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Injil Lukas melihat Yesus sebagai pelaksana keselamatan. Keselamatan yang telah
dinubuatkan dalam perjanjian Lama ada dalam diri Yesus Kristus yang bangkit
sudah menjadi kenyataan. Yesus adalah keselamatan bagi manusia (Groenen,
1989: 57). Yesus adalah Juru Selamat Dunia (Yoh 4:42), sebagai pintu yang harus
dilalui untuk menemukan Keselamatan (Yoh 10:9). Keselamatan yang diberitakan
dan ditawarkan Yesus tidak terbatas pada bangsa manapun (Luk 13:29).
Keselamatan yang ditawarkan Yesus Kristus sering disebut-Nya Kerajaan Allah.
Kerajaan Allah adalah pewartaan kerahiman Allah yang berarti Allah sendiri
turun tangan ke dunia untuk menyelamatkan, membebaskan dunia secara total
dari kuasa jahat. Tuntutan Kerajaan Allah terdapat dalam perikop Sabda Bahagia
(Luk 6: 20b-21).
3. Dosa sebagai Penghalang Keselamatan
Hubungan antar manusia dalam masyarakat dan hubungan antar manusia
dengan Allah saling kait-mengkait, maka dosa menyangkut seluruh keselarasan.
Hal ini berarti menyangkut seluruh keselamatan (syaloom) manusia. Dengan
demikian “dosa” menjadi lawannya “kebenaran”. Sebab “kebenaran” merupakan
tindakan yang melayani relasi keselamatan. Kebenaran (tsedeqah) itu berperan
dalam rangka perjanjian dari Allah. Perjanjian yang merupakan relasi yang
ditetapkan Tuhan dengan manusia. Adapun kebenaran Allah ialah agar manusia
bertindak sesuai kebenaran. Perjanjian mencakup hubungan manusia satu sama
lain (masyarakat). Maka dosa ialah tindakan yang justru mengganggu kebenaran
dan merusakkan hubungan yang dikehendaki Allah. Oleh karena relasi dengan
71
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Tuhan dan hubungan manusia kait mengkait maka tindakan dosa akan merusak
hubungan antar manusia, serentak mengganggu hubungan manusia dengan Tuhan
dan menghalangi keselamatan (Groonen, 1989: 99). Karena rencana keselamatan
menyangkut semua orang , “Allah bermaksud menguduskan dan menyelamatkan
orang-orang bukan satu persatu, tanpa hubungan satu dengan yang lainnya. Tetapi
Ia hendak membentuk mereka umat” (LG 9).
4. Penebusan sebagai Pemulihan Keselamatan
Kalau Alkitab berbicara tentang penebusan manusia, maka Allahlah
ditunjuk sebagai sebagai pelaku penebusnya. Seperti yang dirumuskan Yes 43: 11
sebagai berikut “Aku, Aku-lah Tuhan (Yahwe) dan tidak ada juruselamat selain
dari pada-Ku”.
Sepanjang sejarah Allah menebus manusia dari keadaan buruk, bahaya,
ancaman. Misalnya penebusan Israel dari perbudakan Mesir (Kel 14:13).
Pembebasan dari Mesir merupakan tindakan pertama Allah dari peristiwa
penyelamatan. Dalam Perjanjian Lama Allah menyelamatkan dari kemalangan
politik, sosial, ekonomi. Namun demikian dalam Perjanjian Lama ada kaitannya
kemalangan di dunia dengan dosa. Maka penebusan mengimplikasikan penebusan
dari dosa (Yeh 36:25-28).
Allah mengutus anak-Nya dalam daging karena dosa (Rm 8:3). Hal ini
dihubungkan dengan kelahiran Yesus ke dunia. Dengan mengutus anak-Nya
dalam daging yang serupa dengan manusia dan mengalami nasib orang berdosa
(walaupun sebenarnya Dia tidak mengenal dosa). Buktinya senasib manusia
72
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
adalah dengan kematian Yesus. Sebab upah dosa adalah maut (Rm 6:23).
Kristuspun karena menjadi manusia juga dikenai maut. Kristus mengalami maut
karena mau senasib dengan manusia berdosa. Dalam arti inilah wafat Yesus
“karena dosa-dosa kita” demi menebus dosa manusia, yakni karena senasib
dengan orang-orang yang harus mati karena dosa-dosa (Gal 2:20). Maka Tuhan
Yesus telah menyerahkan diri karena dosa-dosa kita, guna melepaskan kita dari
dunia jahat (Gal 1:4). Sebab Kristus telah memberi gambaran, karena senasib
dengan kematian kita maka kita juga akan menjadi sehidup dengan Dia dalam
kebangkitan. Jadi kita dibenarkan oleh kasih karunia penebusan Yesus kristus
(Rm 3:24). Tentunya manusia menanggapi dengan jalan mengikuti jejak Kristus,
yaitu dengan taat pada perintah-Nya “supaya kita saling mengasihi” (1Yoh 3: 23).
Kedudukan dan peranan Yesus dalam penyelamatan/penebusan terungkap
dalam gelar-gelar Yesus. Gelar “Juruselamat dunia, semua manusia” (Luk 2:11;
Yoh 4:42; Kis 13:23, dsb). Dengan memberi gelar itu, Yesus Kristus menjadi
“pengantara” Allah dan manusia, yang berdiri diantara Allah disatu pihak dan
manusia dipihak lain. Yesuslah yang menjadi titik sambung Allah dengan
manusia. Dengan sikap dan tindakan-Nya sendiri, Yesus menyatakan sikap dan
tindakan Allah. Dengan pemberitaan dan karya-Nya, segala firman-Nya yang
dilakukan Yesus sebenarnya adalah firman dan karya Allah Bapa sendiri
(Groonen, 1989: 147-149).
73
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5. Keselamatan pada Masa Kini
Dalam tradisi sesudah zaman biblis, paham keselamatan mendapat sejumlah
pengkhususan lain lagi. Mulai dari zaman Patristik keselamatan di dipandang
sebagai pengilahian, pendidikan dan pembebasan (Jacobs, 2007: 179). Dalam
keselamatan masa kini, Injil dipandang sebagai amanat pembebasan. Amanat ini
berakar dalam Alkitab dan melukiskan berturut-turut dinamika pembebasan.
Keselamatan dalam zaman kini perlu dicari jawaban dengan mengembangkan
etika Kristiani. Sebagaimana yang ada demi hubungan pria dan wanita telah
dikembangkan etika seksual dan dalam hubungan orang tua- anak dikembangkan
etika berkeluarga. Begitu pula perlu dikembangkan etika Kristiani diberbagai
bidang permasalahan modern yang dihadapi pada masa kini, amat memerlukan
kode etik yang dapat menentukan norma-norma, hak dan kewajiban manusia.
Orang yang hidup dari pembebasan adalah membiarkan diri diselamatkan oleh
Allah, manusia sebagai warga umat Allah dan anggota Tubuh Kristus sendiri
terpanggil menjadi alat dan sarana pembebasan Ilahi di dunia modern ini (Dister,
2004b: 197).
6.
Keselamatan Mencapai Kepenuhannya pada Akhir Zaman
Karya keselamatan Tuhan sudah terlaksana dalam diri Yesus Kristus,
tetapi keselamatan belum mencapai puncak kepenuhannya. Kalau hanya dikatakan
“sudah” saja, itu tidak benar, tetapi kalau “belum” juga tidak tepat. Ketegangan ini
disebut dengan ketegangan eskatologis, antara sudah dan belum. Kedatangan
Yesus yang kedua dalam kemuliaan di amanatkan sebagai puncak terpenuhinya
74
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
keselamatan (Jacobs, 2007: 54). Kedatangan Anak Manusia pada akhir zaman
(Mat 24:26-32) akan menjadi gambaran pengadilan terakhir (Mat 25:31-46).
Dengan janji-Nya langit baru dan bumi baru (2Ptr 3:13), serta seluruh ciptaan
yang baru (2Kor 5:17) ada di dalam Kristus dan disinilah semua ciptaan mencapai
keselamatan yang penuh selamanya dalam kehidupan kekal.
E. Ajaran Penghayatan Iman Katolik dalam Kehidupan
Dalam bagian ini penulis akan menguraikan dua bagian besar penghayatan
iman Kristiani. Bagian pertama pokok yang menjadikan dasar pondasi
penghayatan Kristiani ada dalam diri Yesus Kristus, yang terjadi dalam sabda dan
karya Yesus. Selanjutnya pada bagian kedua akan dipaparkan wujud penghayatan
iman Kristiani dalam kehidupan nyata.
1. Dasar Penghayatan Iman Katolik Ada di dalam Yesus Kristus
Seluruh sabda, karya dan pemaknaan sengsara wafat Yesus adalah dasar
dari penghayatan iman hidup orang Kristiani. Hal tersebut dijelaskan sebagai
berikut:
a. Sabda dan Karya dalam kehidupan Yesus sebagai dasar ajaran
Kesatuan antara sabda dan karya Yesus yang menjadikan keistimewaan
Yesus. Apa yang dikatakan dan dilakukan oleh Yesus ada dalam sabda dan karyaNya. Sabda dan karya dalam diri Yesus terungkap dalam kehidupan-Nya meliputi:
75
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1) Ajaran Dasar dari Yesus
Misi pewartaan Yesus yang mendasar adalah Kerajaan Allah (Mrk 1:15).
Kerajaan Allah berarti turun tangan Allah untuk menyelamatkan dunia dari segala
kejahatan (KWI, 1996: 261).
Yesus mengajarkan pada manusia tentang hukum utama kehidupan yaitu
cinta kasih. Sabda Yesus kepada mereka “kasihanilah musuhmu dan berdoalah
bagi mereka yang menganiaya kamu, dengan demikian kamu akan menjadi anakanak Bapamu di surga” (Mat 5:43-48). Dan dalam Yohanes 15:21 dikatakan
“supaya kamu saling mengasihi, sebagaimana Kristus telah mengasihi muridmurid-Nya”.
Ajaran Taurat dalam Perjanjian Lama adalah anugrah Allah untuk manusia
demi kesejahteraan manusia. Pandangan Yesus terhadap hukum Taurat sebagai
berikut: Yesus menekankan sikap batin dalam menepati hukum Taurat, bukan
semata-mata yang lahiriah (Mrk 7:3. 5.7-8). Yesus memihak orang yang lemah
dan sengsara, yakni rakyat jelata yang tidak mungkin menepati hukum yang
berbelit-belit mengenai hal suci-suci dan hal-hal yang dianggap najis (Mat 15:1020; Luk 11:46). Melaksanakan hukum Taurat dengan terang hukum kasih (Mat
22:35-40). Dengan demikian Yesus membebaskan manusia dari pengertian
hukum Taurat yang salah karena bersifat menekan dan sempit.
Ajaran Musa dalam Taurat Perjanjian Lama ini oleh Yesus diteruskan
dalam kotbah di bukit (Mat 5:1-7). Dalam perikop sabda bahagia, Yesus
mengajukan tuntutan dengan radikalitas dalam mengikuti Yesus, sebagai berikut,
menjadi miskin: bersandar pada Allah, bukan karena kemampuan diri sendiri.
76
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Menangis: karena di dunia ini orang hanya mewujudkan sedikit saja dari kebaikan
Allah. Menjadi lemah lembut: siap sedia, rendah hati, setia dan sabar. Lapar dan
haus: akan sumber keadilan yang berasal dari Allah. Murah hati: memperhatikan
orang sakit, telanjang, asing, tahanan tersingkir dan orang berdosa. Menjadi suci
hatinya: ibarat kaca utuh dan tembus cahaya, yang dapat ditembus oleh terang
Allah. Membawa kedamaian dan perdamaian : membangun bendungan melawan
segala macam kekerasan dan membangun jembatan untuk mempersatukan pihakpihak yang berjahuan (Dister, 1991: 74).
2) Ajaran Perumpamaan dari Yesus
Tujuan perumpamaan itu sendiri menjelaskan pemerintahan Allah di dunia
beserta sifat-sifatnya dan tuntutan yang diharapkan kepada manusia yang
mendengarnya
(Dister,
1986:
68).
Contoh
perumpamaan
dari
Yesus:
Perumpamaan tentang anak yang hilang (Luk 15: 11-32). Perumpamaan tentang
orang-orang upahan di kebun anggur (Mat 20: 1-16). Perupamaan tentang para
undangan perjamuan kawin (Mat 22: 1-10). Sepuluh pengiring gadis pengantin
(Mat 25: 1-13)
Pemerintahan Kerajaan Allah dibiarkan tetap menjadi suatu misteri yang
harus dikenali dan dialami. Bentuk pewartaanya bukan lagi keteranganketerangan, melainkan pepatah dalam perumpamaan-perumpamaan, yang penuh
makna misteri. Ciri-ciri pemerintahan Kerajaan Allah yang diajarkan dalam
perumpamaan adalah: wibawa dan kekuatan Allah hadir secara misteri yang bisa
dialami dan tidak mudah dimengerti. Kedua, Kerajaan dikaruniakan kepada
77
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
murid, tanpa para murid mempunyai hak, seperti bijih yang jatuh ke tanah, tidak
bisa menuntut apapun kecuali apa yang diberikan kepadanya oleh tanah itu untuk
berkembang dan mekar. Ketiga, Berupa karunia, manusia tidak memaksa
kekuatan Allah untuk segera hadir. Iramanya adalah irama Allah, bukan keinginan
manusia. Keempat, Allah digambarkan sebagai Bapa, bukan sebagai hakim yang
menghukum. Sebagai Bapa Ia pengampun dan pemurah (Darmawijaya, 1991:
116-117).
3) Mujizat Yesus
Mujizat Yesus yang dikerjakan dapat digolongkan menjadi tiga macam:
yakni mujizat penyembuhan, pengusiran setan dan mujizat alam. Penyembuhan
jasmani itu tanda dari sebuah penyembuhan yang lebih mendalam yaitu
penyembuhan dari luka dosa. Kerajaan Allah sedang bertempur dengan kuasa
jahat, dikisahkan dengan mujizat yang ada hubungannya dengan pengusiran setan.
Mujizat alam melukiskan kuasa Yesus yang tampak dalam alam. Dengan mujizat
keselamatan dalam pemerintahan Allah sudah dinyatakan, namun belum
sempurna, seperti gambaran fajar mulai menyingsing (Dister, 1987: 104).
b. Sengsara, Wafat Yesus sebagai Teladan Orang Kristiani
Kehidupan Yesus dalam penderitaan dan kematian-Nya menjadi
penyadaran bagi para murid-Nya. Penderitaan Yesus diterima-Nya karena taat
kepada kehendak Allah Bapa (Mrk 14:6). Sikap menerima penderitaan dan
kematian dari tangan Allah menjadi jalan yang berharga bagi manusia yang
78
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
menjadi kekasih Allah. Yesus menjadi seorang saksi agung dan seorang pahlawan
yang pantas ditiru oleh semua orang yang percaya kepada-Nya (Darmawijaya,
1991: 97).
2. Sikap Penghayatan Ajaran Iman Kristiani dalam Kehidupan Nyata
Perwujudan ajaran Kristiani konkrit dalam kehidupan ini didasarkan pada
keteladanan umat Kristiani kepada Yesus. Pengenalan Yesus Kristus yang benar
akan membawa orang beriman sampai kepada kedewasaan iman. Kedewasaan
iman itu membuat orang tidak mudah terombang-ambingkan oleh keadaan hidup
ini. Meneladani Yesus berarti mengikat diri pada seorang pribadi Yesus Kristus.
Yang dibina semakin lama berkembang kuat dalam hubungan dengan pribadi
Yesus. Dengan kata lain, orang menjadi murid Yesus Kristus (Yoh 8:31; 15:8).
Dibawah ini akan diterangkan beberapa penghayatan iman Kristiani yang
diwujudkan dalam kehidupan nyata.
a. Cinta kasih kepada sesama
Dalam hidup ini hanya ada satu cinta kasih (1 Yoh 4:11-5:20). Cinta kasih
kepada Allah hanya mungkin dialami bila manusia mencintai sesamanya. Cinta
kepada sesama merupakan penghayatan cinta ilahi. Sehingga tertulis perintah
yang terbesar dalam Kitab Suci, cinta Allah dan cinta kepada sesama tidak dapat
dipisahkan. Cinta kasih dalam ajaran Kristiani menjadi ciri khas dan makna yang
mendalam. Iman, harapan merupakan kondisi hidup manusia menuju ke
penyelesaian akhir manusia dalam peziarahan hidup. Hidup cinta kasih
79
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
merupakan inti hidup rohani bagi orang kristen. Semakin orang bertumbuh dalam
hidup rohani, ia pun semakin tumbuh dalam cinta kasih.
Teladan cinta dari Yesus banyak dikisahkan dalam kitab Suci. Cinta Yesus
tertuju kepada manusia tanpa kecuali. Dia mengasihi anak-anak (Luk 18:15-17).
Yesus membela yang lemah (Luk 7:36-50). Bagi orang berdosa yang mau
bertobat, Yesus belas kasih-Nya tanpa batas. Dia makan bersama pemungut cukai
dan orang berdosa (Luk 19:1-10). Dia mengampuni semua saja dan bergaul tanpa
sekat sosial dan budaya. Cinta Yesus yang sabar. Yesus menuntut kesabaran
untuk dapat membedakan mana yang baik dan mana yang jahat (Mat 12:20; Yoh
12:47). Yesus tahu bagaimana menyesuaikan diri saat mendidik dan membentuk
murid-murid sesuai dengan kemampuan mereka. Yesus adalah pribadi yang
menyerahkan nyawa bagi semua (Yoh 15:13). Seluruh hidup dan waktu Yesus
tidak untuk diri-Nya sendiri, tetapi untuk melaksanakan kehendak Bapa. Yesus
menuntut agar para murid bertindak sesuai kehendak Allah Bapa (Luk 14: 26;
Mrk 3:31-35). Yesus memberi teladan hidup dengan sukarela (Yoh 10: 17-18).
b. Ketabahan sebagai ketaatan iman
Tuhan menghendaki agar perjuangan dalam hidup dilakukan dalam
kesadaran beriman, hanya Allah sendirilah yang mendatangkan pembebasan dan
penebusan. Pada saat manusia berjuang karena penyakit, bencana alam,
peperangan, kita ikut juga berjuang bersama Kristus, menyerahkan diri ketangan
Bapa. Dengan berkeyakinan teguh bahwa bapa di surga mampu mengubah
kegagalan, kematian menjadi kemenangan dan kehidupan sebagaimana yang
80
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ditunjukkan Bapa dalam kebangkitan Yesus dari alam maut. Penderitaan
merupakan tanda ketaatan iman kita kepada Alah. Seperti Kristus dalam
persekutuan dengan-Nya, kitapun memuliakan Allah dengan memikul salib beban
kehidupan kita. Kita mengungkapkan keyakinan kita bahwa pada akhirnya kuasa
Allah yang mengalahkan kuasa iblis. Kuasa Allah yang datang dalam diri kita
melalui Kristus (Dister,1987: 89 ).
c. Hidup dalam penuh pengharapan
Hidup penuh pengharapan mencakup orientasi ke masa depan yang lebih
baik, meskipun banyak menghadapi banyak kesukaran. Dalam hal ini orang harus
mengandalkan harapan bantuan Allah. Semakin orang bersatu dengan Allah,
orang sering dimampukan merindukan apa yang dikehendaki oleh Allah.
Sebagaimana percobaan dan kesukaran melahirkan suatu harapan, demikian pula
percobaan dan kesukaran akan memurnikan harapan baik dalam hidup pribadi
maupun bersama. Permasalahan hidup semakin membuat orang semakin
menyandarkan diri kepada rahmat. Harapan memurnikan seluruh hidup manusia,
sebab lewat kesukaran-kesukaran itu orang didorong untuk mengatasi dan
mengahayati hidup secara baru sejalan dengan kekuatan rahmat. Sehingga orang
dimampukan untuk bersemangat, bersikap positif terhadap hidupnya dan terhindar
dari keputusaan. Dengan kata lain orang semakin meyerahkan diri kepada rencana
Allah, sebab Allah sendirilah yang membuat harapan manusia semakin sempurna.
81
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
F. Ajaran Akhir Zaman
Manusia dan seluruh ciptaan dunia ini akan mati. Tujuan seluruh ciptaan
yang telah mati adalah bersatunya dengan Allah, inilah yang disebut sebagai
akhir zaman (KWI, 1996: 470). Dalam bahasa Teologi dikenal dengan eskatologi.
Dalam masyarakat tradisional pada umumnya sering juga menyebut akhir zaman
dengan hari kiamat.
“Tuhanlah tujuan sejarah manusia, titik sasaran segala dambaan sejarah
dan kebudayaan manusia, kita dihidupkan dan dihimpun dalam Roh-Nya,
berziarah menuju pemenuhan sejarah manusia ” (GS, art. 45). Sehingga manusia
harus mencari hidup yang terarah kepada Allah. Dalam kitab suci dikatakan
“Akulah Alfa dan omega, yang pertama dan yang terkemudian, yang awal dan
yang akhir” (Why 22: 13).
Tradisi Kristiani banyak menggunakan lambang-lambang dan gambaran
kiasan untuk mengungkapkan kepenuhan harapan akhir zaman Kristiani, yang
sebetulnya melampaui kemampuan manusia untuk dibayangkan (Hentz, 2005:
59). Konsep-konsep eskatologis antara lain akan dibahas dibawah ini.
1. Kematian
Kematian sebagai pemisahan badan dan jiwa. Melalui waktu sejarah dalam
hidupnya, seseorang membuat pilihan dasar. Didalam kematiannya seseorang
mengambil bentuk akhirnya pilihan itu, pilihan yang mendasar menjadi definitif.
Dalam kematian, manusia merangkum sejarahnya dan mencapai puncaknya.
Itulah sebabnya bahwa kematian adalah akhir kehidupan sementara dan juga
82
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
kepenuhan hidup dalam permulaan menuju kehidupan abadi. Dengan kata lain
kematian sebagai pilihan mendasar penyerahan diri kepada misteri Allah. Dalam
kematian badani, keputusan yang dibentuk sepanjang hidup mencapai akhir.
Kematian menyempurnakan kehidupan manusia dalam penyerahan terhadap
misteri Allah (Hentz, 2005: 77-78). Kematian merupakan suatu pintu yang
memasuki suatu fase baru dari kehidupan kekal. Bagi orang beriman, hidup yang
berakhir dalam kematian hanyalah diubah, bukan dilenyapkan
(Kirchberger:
1986: 222).
Dalam kematiannya manusia akan berhadapan dengan Pengadilan Khusus,
yaitu pengadilan pembalasan langsung pada setiap orang sejak kematiannya
dalam jiwanya yang abadi sesuai dengan iman dan perbuatannya. Pembalasan itu
berupa masuk kedalam kebahagiaan surga atau menjalani pemurnian atau masuk
dalam neraka (KKGK, 2011: 79).
2. Surga
lambang surga merupakan ungkapan eskatologi Kristiani yang sangat
terkenal. Dalam Perjanjian Lama, surga berarti daerah diatas bumi dan menjadi
tempat kediaman Allah. Dalam perjanjian baru, surga menjadi tempat tinggal
orang-orang Kristiani yang mendapat ganjaran. Sesungguhnya surga bukanlah
suatu tempat. Berada di surga adalah sepenuhnya berada di hadirat Allah (Rausch,
2001: 310). Surga tidak lain daripada rumusan untuk kebahagiaan manusia dalam
kesatuannya dengan Allah. Bahwa surga dipandang suatu tempat, itu harus
dipandang sebagai bahasa kiasan. Surga berarti mengambil bagian dalam
83
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
kebangkitan Kristus. Sebab Kristus memang telah bangkit dengan tubuh-Nya,
tetapi tubuh surgawi lain dengan tubuh duniawi (1 Kor 15:40). Surga yang
dimengerti sebagai kesatuan dengan Allah yang terlaksana dalam Kristus. Kristus
dipersatukan dengan Allah dalam kebangkitan-Nya. Maka akhirnya surga berarti
mengambil bagian dalam kebangkitan Kristus dan penekanannya adalah
kepenuhan hidup. Sehingga surga akan mencakup alam semesta seluruhnya.
Sebab segala makluk akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk
dalam kemuliaan anak-anak Allah (Jacobs, 2007: 168).
3. Neraka
Karena surga merupakan kesatuan sempurna dengan Allah, maka neraka
berarti keterpisahan dari Allah, penolakan total terhadap Allah, keterpisahan
secara definitif dengan Allah. Semua hal lain mengenai api dan siksaan badan
bersifat sebagai bahasa kiasan saja (Jacobs, 2007: 169). Tanpa Allah orang tidak
dapat hidup bahagia, di dunia ini mungkin ada yang merasa tidak membutuhkan
Allah, tetapi bila manusia telah mengenal dirinya sendiri dengan baik, manusia
dapat merasakan bahwa hidup tanpa Allah adalah maut. Maka jelaslah bahwa
keterpisahan dari Allah adalah maut, tidak dapat dibayangkan namun kata itulah
yang tepat untuk menggambarkan neraka.
4. Api Penyucian
Karena ada jiwa-jiwa yang kurang baik untuk surga dan juga tidak mau
masuk neraka, maka api penyucian dipandang sebagai persiapan untuk masuk
84
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
surga. Maka dimengerti bahwa yang masuk api penyucian itu orang yang mati
dengan rahmat, namun dosanya belum sepenuhnya tertebus. Dimana merupakan
tahap terakhir dalam proses pemurnian perjalanan kepada Allah. Kiranya bahwa
proses pemurnian itu belum selesai pada saat kematian. Karena kematian
merupakan penyerahan total kepada Allah, manusia pada saat kematian melihat
dirinya sendiri dalam keadaan yang sesungguhnya (KWI, 1996: 468). Dalam api
penyucian proses penyempurnaan ini justru terjadi dalam konfrontasi dengan
Allah. Dalam rangka proses api penyucian barangkali bisa dilihat sebagai
gambaran atau metafor lambang kemuliaan Allah sebagai kiasan bagi menyalanyalanya kerinduan, bagi berkobarnya hati manusia yang mendambakan Allah
(Dister, 2004b: 600).
5. Penghakiman Terakhir
Ajaran Kristen berbicara tentang penghakiman dalam konteks kasih Allah
yang mendamaikan. Penghakiman Allah tidak ada kaitannya dengan keinginan
untuk mencari kesalahan dan membalas dendam. Allah tidak dapat mengambil
tindakan balasan. Cara berpikir ini sungguh menarik karena memperhatikan
keadilan Allah dan kebebasan manusia secara sungguh-sungguh. Cara berpikir itu
menghormati Allah dan manusia tanpa mengubah Allah yang berbelas kasih dan
Allah menyerahkan kejahatan pada logikanya sendiri, yaitu logika kehidupan
yang akan menjadi hakim, hakim yang menghukum orang-orang jahat ada dalam
hukumanya (Rausch, 2001: 317).
85
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Penghakiman terakhir dinyatakan dalam kedatangan Yesus yang kedua
dikenal dengan parousia pada akhir zaman. Penghakiman terakhir merupakan
keputusan untuk masuk kedalam kebahagiaan atau hukuman abadi. Sesudah
penghakiman terakhir badan akan dibangkitkan menuju kemuliaan bersama
Kristus (KKGK, 2011: 80).
6. Harapan akan Langit Baru dan Bumi yang baru
Setelah pengadilan terakhir, seluruh ciptaan akan dibebaskan dari
belenggu kehancuran dan akan mengambil dalam kemuliaan Kristus dengan
dimulainya “ciptaan yang baru” (2Kor 5: 17), “langit yang baru” dan “bumi yang
baru” (2Ptr 3: 13). Yerusalem baru yang turun dari surga, dari Allah. Demikian
akan tercapai kegenapan Kerajaan Allah, yakni definitif keselamatan Allah “untuk
mempersatukan segala sesuatu dalam Kristus sebagai kepala, baik di surga
maupun di bumi” (Ef 1: 10). Dalam gambaran yang pasti kita hanya diberi
pernyataan paulus bahwa “yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah
didengar oleh telinga dan yang tidak pernah timbul dari hati manusia: semua akan
disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (1Kor 2: 9). Maka Allah
akan menjadi “semua di dalam semua” (1kor 15: 28) dalam kehidupan kekal yang
sesungguhnya dan tanpa batas.
G. Rangkuman Ajaran Kristiani Katolik
Wahyu pada hakekatnya merupakan
penganugrahan Diri dari Allah
kepada manusia. Sejarah pewahyuan Allah dimulai dari Abraham (Kej 12: 1), ke
86
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Musa, dari Musa ke zaman para Raja dan nabi, memuncak dalam diri Yesus.
Yesus adalah wahyu Allah/sabda yang menjelma menjadi manusia. Sampai
sekarangpun Tuhan tetap mewahyukan dengan Roh yang sama agar tetap hadir
dalam ruang dan waktu yakni Gereja. Iman berarti penyerahan pribadi total
manusia seluruhnya kepada Allah sang pewahyu secara bebas.
Allah Perjanjian Lama digambarkan dalam berbagai pengalaman hidup
Israel, seperti Allah yang menuntun,membebaskan Israel. Allah dikenal dengan
sebutan Yahwe. Allah Perjanjian Baru dinyatakan oleh Yesus sebagai Bapa yang
maha kasih. Wafat serta kemuliaan Kristus menjadikan kepercayaan jemaat
perdana bahwa Yesus, Dialah pernyataan Allah (Yoh 1: 18). Yesus Tuhan bahwa
sesungguh-Nya Dia itu Yahwe sendiri, hidup karya serta sengsaran-Nya
menyelamatkan semua orang. Sebutan Allah Tritunggal merangkuman seluruh
karya keselamatan Allah bagi manusia, dari mulai Allah Bapa sebagai pencipta
dunia, menyelamatkan manusia melalui Kristus Sang Putra dan sampai saat ini
dalam Roh Kudus yang aktif dalam diri manusia.
Allah telah menciptakan dunia dengan firman-Nya dan Allah menjadikan
segala sesuatu ex nihilo, tanpa memakai bahan. Allah menjadikan langit dan bumi
dengan sabda-Nya (Kej 1:3.6.9.14.20.24.26). Allah menciptakan manusia untuk
mengenal, melayani dan mencintai Allah, serta untuk mempersembahkan kepadaNya di dunia ini semua ciptaan sebagai ucapan syukur dan untuk diangkat
kedalam hidup bersama Allah. Hakekat manusia sebagai gambar Allah berarti
manusia harus menampakkan persamaan ilahi didalam hidupnya dengan hidup
kasih.
87
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Keselamatan diartikan dengan keadaan yang dianugrahkan Allah dengan
wujud relasi yang beres dari segi sosial, politis dan rohani. Keselamatan dimulai
dari sejarah pembebasan Israel, pembuangan di Babel dan janji pengharapan akan
datangnya Mesias. Dalam Perjanjian Baru keselamatan rohani lebih ditekankan.
Yesus karunia dari Allah dikenal sebagai sumber keselamatan. Keselamatan
Yesus dikenal dengan kerajaan Allah. Keselamatan Kristiani menyangkut semua
orang karena Allah bermaksud menguduskan dan menyelamatkan semua dan
hendak membentuk umat (LG, art. 9).
Keselamatan sudah terlaksana dalam
Yesus, namun puncak kepenuhannya masih kita nantikan pada akhir zaman.
Penghayatan iman Kristiani dalam hidup di dasarkan pada sabda
pengajaran berupa hukum dasar yaitu cinta kasih, yang kedua sepuluh perintah
Allah yang di laksanakan dengan terang kasih, ketiga ajaran kotbah di bukit (Mat
5: 1-7) sebagai penerus Taurat. Ajaran perumpamaan menunjukkan pemerintahan
Allah di dunia beserta sifat-sifatnya. Kisah mujizat sebagai tanda keselamatan
pemerintahan Allah sudah dinyatakan, namun belum penuh, kepenuhannya pada
akhir zaman. Sengsara wafat Yesus sebagai teladan ketaatan kepada kehendak
Bapa. Perwujudan nyata Kristiani dalam hidup adalah: cinta kasih kepada sesama,
ketabahan dalam menjalani hidup dan hidup penuh pengharapan.
Manusia dan seluruh ciptaan dunia ini akan mati, inilah yang disebut
sebagai akhir zaman. Tradisi Kristiani banyak gambaran kiasan untuk
mengungkapkan akhir zaman yang sebetulnya melampaui kemampuan manusia
untuk dibayangkan. Kematian diartikan sebagai pintu masuk dari kehidupan
sejarah menuju kehidupan kekal. Dalam kematian, manusia merangkum
88
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
sejarahnya dan mencapai puncaknya. Dalam kematiannya, manusia akan
dihadapkan pada pengadilan khusus. Hal ini guna mengantar
kedalam
kebahagiaan surga (kesatuan sempurna dengan Allah) atau menjalani pemurnian
atau masuk dalam neraka (keterpisahan dengan Allah), sesuai dengan
perbuatannya. Penghakiman terakhir dinyatakan dalam kedatangan Yesus yang
kedua dikenal dengan parousia pada akhir zaman. Penghakiman terakhir
merupakan keputusan untuk masuk kedalam kebahagiaan atau hukuman abadi.
Sesudah penghakiman terakhir badan akan dibangkitkan menuju kemuliaan
bersama Kristus. Dalam keadaan inilah seluruh ciptaan akan dibebaskan dari
belenggu kehancuran dan akan mengambil dalam kemuliaan Kristus dengan
dimulainya “ciptaan yang baru” (2Kor 5:17), “langit yang baru” dan “bumi yang
baru” (2Ptr 3:13) di kehidupan kekal yang sesungguhnya yang tanpa batas.
89
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
PERJUMPAAN ANTARA AJARAN KEBATINAN PANGESTU DENGAN
AJARAN IMAN KRISTIANI MELALUI SUMBANGAN KATEKESE
Dalam bagian ini penulis akan memaparkan perjumpaan ajaran Kristiani
dengan ajaran Pangestu melalui katekese. Namun sebelumnya akan dibahas
terlebih dahulu titik temu antara ajaran Kebatinan dengan ajaran Kristiani melalui
pandangan Magisterium Gereja dan juga melalui perbandingan pemahaman
pokok-pokok dari kedua ajaran tersebut. Pada akhir bagian ini akan dipaparkan
sebagai bentuk perjumpaan iman Kebatinan dengan Kristiani melalui sumbangan
katekese yang sesuai dengan warga Kebatinan Pangestu.
A. Menemukan titik temu Ajaran Kebatinan dengan Ajaran Kristiani
Dalam bagian ini akan dibahas bagaimana pandangan Gereja terhadap
ajaran non Kristiani seperti dalam dokumen Magisterium. Selanjutnya untuk
memperdalam lagi akan dibahas perbandingan beserta titik temunya antara ajaran
Kristiani dan ajaran Kebatinan Pangestu.
1.
Pandangan Gereja terhadap ajaran non Kristiani menurut Konsili
Vatikan II
Pernyataan Konsili Vatikan II mengakui bahwa dalam agama-agama non
Kristiani terdapat unsur-unsur positif. Dalam konsili Vatikan II telah ditemukan
90
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
perkembangan perspektif mengenai agama-agama non Kristiani. Pandangan yang
semakin berangkat dari situasi konkret dan sikap pandang yang
terbuka.
Pandangan dan pembahasan kehidupan religius non Kristiani ditemukan dalam
dokumen Konsili Vatikan II sebagai berikut:
a.
Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis mengenai Gereja
Dokumen ini mau memberikan pandangan bagi mereka yang bukan
kesalahannya sendiri tidak mengenal Injil Kristus dan Gereja, tetapi dengan tulus
hati mencari Allah dan berusaha memenuhi kehendak Allah dalam suara hatinya,
mereka dapat memperoleh keselamatan. Penyelenggarakan ilahi tidak pernah
menarik kembali bantuan untuk keselamatan yang bukan karena kesalahannya
sendiri. Apa yang dianggap baik dan benar merupakan persiapan Injili. Semua
yang merupakan benih yang baik dalam hati dan budi orang serta dalam ibadat
dan
kebudayaannya
tidak
hilang,
melainkan
diutuhkan,
diangkat
dan
disempurnakan demi kemuliaan Allah (LG, art. 16).
b. Nostra Aetate, Deklarasi mengenai hubungan Gereja dengan agama non
Kristiani
Dalam dokumen ini dikemukakan bahwa Gereja tidak menolak apa saja
yang benar dan suci dalam agama-agama lain. Dalam Hindhuisme diakui segala
bentuk pengungkapan perbendaharaan mitos yang luar biasa dan filsafatnya serta
bentuk-bentuk mati raga, berpaling pada Allah dan pengharapan adalah usaha
mencari pengakuan yang Maha Tinggi atau Bapa. Berbagai bentuk Budhisme
91
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
mengakui dunia yang fana ini tidak memadai maka diajarkan jalan dalam
semangat pengabdian dan harapan. Begitu juga dalam agama Islam yang
meyembah Allah Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Maha Kuasa pencipta
langit dan bumi, yang telah berbicara kepada manusia. Begitu pula dalam agamaagama lainnya yang terdapat di seluruh dunia yang berusaha menanggapi
kegelisahan hati manusia dengan berbagai jalan ajaran dan peratuaran hidup serta
ibadatnya. Dengan hormat dan tulus Gereja menghargai tata laku dan tata hidup
serta peraturan-peraturan agama tersebut. Meskipun dalam banyak hal berbeda
dari pengajaran Gereja, namun kerap kali memantulkan cahaya kebenaran yang
menerangi semua orang (NA, art. 2-3).
c.
Ad Gentes, Dekrit tentang Kegiatan Misionaris Gereja.
Rencana Allah untuk melaksanakan penyelamatan kepada semua orang
tidaklah dilaksanakan hanya secara rahasia batin manusia, tidak pula pada usahausaha religius, dimana mereka melalui bermacam-macam cara mencari Allah
dengan berusaha menyentuh Allah, meski memang Dia tidak jauh dari kita
masing-masing. Usaha-usaha mereka perlu diterangi dan diluruskan, meskipun
dalam penyelenggarakan Allah yang penuh kasih, usaha-usaha mereka bisa
menuju Allah yang benar dan merupakan persiapan Injili (AG, art. 3). Dekrit Ad
Gentes juga mengakui bahwa dalam
kehadiran rahmat Allah hadir diantara
bangsa-bangsa dan mengajak orang-orang Kristiani mengenal baik tradisi-tradisi
religius bangsa mereka, dengan gembira serta hormat menemukan benih-benih
sabda yang tersembunyi dalan tradisi-tradisi tersebut (AG, art. 9, 11).
92
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
d.
Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral mengenai Gereja dalam Dunia
Modern
Dalam dokumen ini terdapat pandangan yang cukup luas mengenai
perjumpaan Kristiani dengan iman non Kristiani. Bagi semua manusia yang
berkehendak baik, di dalam hati, kasih karunia berkarya dengan cara yang tidak
nampak. Karena Kristus telah wafat bagi semua orang dan karena panggilan
manusia itu sebenarnya satu yaitu panggilan ilahi, maka haruslah yakin Roh
Kudus memberikan kepada semua orang untuk bergabung dengan misteri Paskah
atas cara yang diketahui Allah (GS, art. 23:5). Rencana keselamatan untuk semua
orang. Kehadiran rahmat Allah itu dalam Gaudium et Spes dikatakan sebagai
karya Roh Kudus. Roh kudus hadir
dan berkarya dalam orang-orang non
Kristiani dalam penghayatan religius mereka. Titik tolak Gaudium et Spes adalah
situasi konkret dunia modern. Cara pendekatan ini membuat Gereja bersikap
terbuka terhadap kebudayaan-kebudayaan, pandangan-pandangan yang menjadi
aspirasi manusia. Roh kudus tidak hanya berkarya dalam Gereja tetapi diluar
Gereja. Pengaruh Roh Kudus tidak hanya dalam ungkapan-ungkapan religius
namun
juga dalam usaha-usaha bidang kegiatan kemanusiaan
persaudaraan semua orang. Banyak nilai
menuju
yang diwartakan Injil
telah
diperjuangkan oleh dunia seperti keluhuran martabat, persaudaraan, dan
kebebasan. Kerajaan yang diperjuangkan Yesus adalah kebenaran dan kehidupan,
kekudusan, keadilan, cinta dan perdamaian (GS, art. 39). Dengan demikian
konstitusi pastoral Gaudium es Spes menganjurkan dialog antar agama mesti
93
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
menjadi perjumpaan iman yang didasari pengakuan akan kehadiran Roh kudus
yang sama pada pihak non Kristiani. Perjumpaan itu akan menjadi proses
menemukan dan mengikuti Roh Kudus yang dialami semua. Perjumpaan iman
akan menuju ke pelaksanaan iman bersama yaitu membangun kehidupan yang
adil, penuh kasih, demi persaudaraan semua orang dalam kasih Allah (GS, art.
92). Kehendak Bapa adalah agar kita saling mengenal Kristus, saudara kita dalam
semua orang dan mencintai-Nya dengan kata maupun tindakan dengan demikian
memberi kesaksian mengenai kebenaran dan saling mengungkapkan rahasia cinta
Bapa (GS, art. 93).
Dasar yang paling mendalam perjumpaan iman Kristiani dan non Kristiani
adalah karya Roh Kudus yang satu dan sama dalam orang-orang Kristiani dan
orang-orang non Kristini. Arah perjumpaan menemukan dan mengikuti Roh
Kudus, Roh yang berkehendak menyelamatkan semua orang. Allah telah
mengutus Putra-Nya ke dunia hingga wafat di kayu salib. Yesus wafat untuk
semua orang. Melalui wafat dan kebangkitan Yesus, Roh Allah, Roh yang satu
dan sama dengan Roh yang memenuhi Yesus, dianugrahkan kepada manusia. Roh
Kudus itu hadir memenuhi dalam Gereja, tetapi lebih luas dari pada Gereja. Roh
yang sama juga berkarya dalam agama dan kepercayaan non Kristiani karena
Gereja tidak berhak memonopoli anugrah Roh. Manusia pertama-tama memilih
dan memutuskan untuk menerima tawaran atau menolak kasih Allah. Demi
kehidupan yang lebih manusiawi, dalam diri orang beriman tak terpisahkan dari
pengaruh dorongan Roh Kudus yang harus ditemukan dan diikuti (Banawiratma,
1986: 46-57).
94
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2.
Perbandingan Ajaran Kebatinan Pangestu dengan Ajaran Kristiani
Dalam bagian ini penulis akan membahas pandangan Kebatinan dari sudut
iman Kristiani. Perbandingan ini diharapkan semakin memperdalam pengetahuan
akan ajaran Kristiani Katolik dan ajaran Kebatinan Pangestu. Sebagai dasarnya
adalah bab kedua dan bab ketiga dari karya tulis ini. Dalam hal ini akan dibahas
bagian pokok-pokoknya saja.
a.
Ajaran Wahyu dan Iman
Dalam ajaran Kebatinan “wahyu pribadi” sangatlah ditekankan. Dalam
Pangestu, Wahyu diberikan oleh Tuhan kepada manusia terpilih setelah mampu
melampaui pengalaman hidup yang berat. Wahyu itu anugrah, wahyu diartikan
sebagai derajat kejiwaan, pepadang (terang), Suksma Sejati, kesadaran hidup.
Datangnya wahyu selangkah demi selangkah melalui waktu yang lama. Wahyu
tumbuh dalam jiwa manusia terpilih. Wahyu tidak berbentuk. Wahyu dalam
Pangestu dinamakan wahyu Sasangka Jati (jiwa sejati). Jalan untuk mendapatkan
wahyu terdapat dalam kitab Sasangka Jati. Iman dalam Pangestu digambarkan
bahwa seorang beriman bersedia mendekati Tuhan dengan jalan menerima dan
melaksanaan ajaran Sang Guru Sejati yang yang terkandung dalam kitab Sasangka
Jati. Terbentuknya iman karena manusia menanggapi wahyu Sasangka Jati dengan
melaksanakannya. Jadi wahyu sasangka jati yang diterima oleh R.Soenarto ditulis
dan dibukukan dalam kitab Sasangka Jati. Kitab ini yang digunakan untuk
piwulang atau ajaran bagi para murid yang ingin mendapatkan wahyu dari Tuhan
yang berupa pepadang (terang), Suksma Sejati, kesadaran hidup.
95
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Sedangkan wahyu dalam Kristiani bukanlah kata-kata, kalimat-kalimat
yang biasa dipahami oleh penganut diluar Kristiani, namun merupakan
komunikasi sejarah dalam kehidupan yang mengundang partisipasi dari manusia.
Manusia diajak bertemu dengan Allah dan bersatu dengan-Nya. Terjadinya wahyu
secara tahap demi tahap dalam sejarah manusia. Sejarah pewahyuan Allah dimulai
sekitar 4000 tahun yang lalu. Dalam Perjanjian Lama dimulai dengan perwahyuan
Allah terhadap Abraham (Kej 12:1). Sejarah perwahyuan ini berjalan terus
menerus dari Abraham ke Musa, dari Musa ke zaman para Raja dan nabi melalui
sejarah Israel sampai memuncak dalam diri Yesus, yang terdapat dalam Perjanjian
Baru. Pewahyuan Allah yang paling penuh dan sempurna terjadi dalam manusia
Yesus. Manusia Yesus Kristus adalah wahyu Allah yang hidup dan pribadi-Nya
sempurna mengungkapkan apa yang ingin dikatakan Allah kepada manusia.
Sedangkan iman merupakan penyerahan diri seutuhnya kepada Allah, dengan
mempersembahkan kepatuhan akal budi serta kehendak yang sepenuhnya kepada
Allah yang mewahyukan kebenaran-Nya.
b. Ajaran tentang Tuhan
Baik iman Kristiani maupun iman Pangestu keduanya mengajarkan Tuhan
itu pada hakekatnya tidak dapat dilihat dan tidak dapat diketahui oleh manusia.
Namun tidak dapat dikatakan bahwa ajaran ini sama saja.
Untuk mengungkapkan gambaran Tuhan, Pangestu mengajarkan Tri
Purusha. Bagi Pangestu, Tri Purusha adalah tiga pangkat atau martabat di dalam
emanasi atau pengaliran Allah keluar Dirinya. Bagi Kristiani Tuhan Allah
96
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
dikenalkan dengan sempurna dalam Allah Tritunggal, yang artinya satu namun
kodrat-Nya mengandung tiga aspek atau sifat. Sifat-sifat tersebut adalah abadi.
Iman akan Allah Tritunggal menerangi pemahaman terhadap keselamatan
manusia dan ciptaan dan tujuan sejarah, yaitu bahwa dunia diciptakan Tuhan, lalu
Tuhan mewahyukan Diri didalam Yesus dan senantiasa berkarya sampai sekarang
dalam karya Roh Kudus dalam diri manusia.
c.
Ajaran Penciptaan
Baik dalam ajaran Kristiani maupun ajaran Pangestu, sama-sama
mengajarkan bahwa Tuhan telah ada sebelum semesta ini dijadikan.
Dalam Pangestu sebab alam semesta ini dijadikan karena Tuhan
mempunyai kehendak untuk menurunkan Roh Suci, yaitu cahaya Tuhan. Tetapi
kehendak itu terhenti karena belum ada wadahnya dan tempatnya. Oleh sebab itu
Tuhan lalu membuat alam semesta (Harun, 1983: 124). Segala yang ada di
semesta ini diciptakan secara proses emanasi atau pengaliran kekuasaan Allah
dari dalam diri-nya (Suwarno, 2005: 312). Penciptaan dimulai dengan pembuatan
bahan dasar yang disebut anasir-anasir, lalu penciptaan semesta alam dan yang
terakhir penciptaan manusia. Hakekat manusia adalah cahaya Tuhan sendiri yang
disebut kesatuan Tri Purusha: Suksma Kawekas, Suksma Sejati, dan Roh Suci,
yang diberi pakaian dari anasir empat macam : udara, api, air dan tanah. Manusia
dipandang sebagai pletikan Allah, maupun sinarnya Allah telah yang menjelma
menjadi manusia. Namun penjelmaan ini dipandang sebagai Roh yang telah
terpenjara dalam tubuh. Roh itu tetap Allah adanya, tetapi karena suasana yang
97
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
gelap dalam tubuh dan banyak rintangan serta gangguan dalam dunia kasar, Roh
suci itu tidak dapat melaksanakan kehendak-Nya.
Sedangkan dalam Kristiani Allah menciptakan dunia dengan firman-Nya
(Kej 1:3.6.9.14.20.24.26). Allah menjadikan segala sesuatu ex nihilo, tanpa
memakai bahan. Allah menjadikan langit dan bumi bukan dari sesuatu yang sudah
ada (creatio ex nihilo). Tidak ada bahan diluar Allah yang dari padanya Allah
menjadikan langit dan bumi. Allah menciptakan segala sesuatu untuk melayani
manusia dan manusia diciptakan untuk mengenal, melayani dan mencintai Allah.
Hakekat dari manusia adalah segambar dan serupa dengan Allah. Itu berarti
manusia harus mencerminkan hidup ilahi di dalam kehidupannya, seperti Allah itu
sempurna, Allah itu kasih, demikian manusia diharapkan sempurna seperti Allah
dengan jalan hidup cinta kasih dengan sesama ciptaan.
d. Keselamatan Manusia
Iman Kebatinan maupun iman Kristiani mengajarkan bahwa manusia
mendapatkan keselamatan. Keselamatan itu tertuju baik saat hidup di dunia ini
mapun pada akhir zaman.
Ajaran Kebatinan Pangestu mengajarkan bahwa manusia bisa dibebaskan
dari
permainan
hawa
nafsunya
yang
mengakibatkan
menggambarkan keselamatan manusia adalah
dosa.
Pangestu
kembalinya manusia ke asal
mulanya yang maha luruh atau ke sifat ke Tuhannya, ialah keabadian Tri Purusa
yang tidak dapat mati, dengan berjalan dijalan menurut petunjuk Tuhan (Suksma
Kawekas), yang diperintahkan perantaraan utusan-Nya yang abadi yaitu Suksma
98
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Sejati. Keselamatan tertinggi manusia bila kembali kepada Tuhan di dalam alam
manusia yang sejati. Tiba di alam manusia sejati agaknya menjadi Tuhan sendiri,
manusia yang hakekatnya Roh Suci adalah Tuhan sendiri sebab dikatakan dalam
Sasangka Jati (Soenarto, 2005: 168). Keselamatan tertinggi akan diperoleh bila
manusia telah meninggal dunia dengan cara yang benar. Dengan cara ketika di
dunia “nunggal laras dengan sifat-sifat dan persatuan luluh hidup manusia dengan
Tuhan”. Sarana mencapai keselamatan dengan menerima Suksma Sejati, mengatur
angan-angan, nafsu, perasaan serta bersatu dengan Suksma Sejati dan Suksma
Kawekas. keselamatan manusia bergantung dari usaha manusia sendiri selagi
hidupnya.
Keselamatan Kristiani mengajarkan bahwa manusia dapat dilepaskan dari
kekuasaan dosanya, sehingga dapat bersatu dengan Tuhan. Dosa telah menguasai
manusia sehingga manusia menjadi budak dan permainan dosa. Bila dalam
Kebatinan ada jalan yang diusahakan manusia sendiri untuk menerima
keselamatan dari Allah, dalam Kristiani mengajarkan bahwa keselamatan hanya
datang dari karunia Allah. Manusia tidak dapat membuat jalannya sendiri untuk
memperoleh keselamatan dari Allah. Keselamatan manusia bergantung pada
Allah, bergantung kepada belas kasih Allah. Tuhan Allah yang karena
kemurahnnya telah menyatakan perdamaian-Nya dengan pernyataan Diri-Nya
sendiri melalui Yesus Kristus. Tindakan Allah yang menyelamatkan berdasarkan
kasih karunia, sebagaimana hal itu telah menjadi nyata dalam penebusan yang
dilakukan oleh Yesus Kristus. Manusia tinggal menerimanya dengan iman
kepercayaan. Dilihat dari pihak manusia iman adalah alat untuk menerima
99
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
keselamatan dari Allah, tetapi dari pihak Tuhan, iman adalah anugrah Tuhan
(Harun, 1970: 164). Keselamatan Yesus dikenal dengan kerajaan Allah. Allah
berkehendak menjadi raja agar keselamatan hadir dalam semua manusia.
Keselamatan Kristiani menyangkut semua orang karena Allah bermaksud
menguduskan dan menyelamatkan semua dan hendak membentuk umat (LG, art.
9). Keselamatan sudah terlaksana dalam Yesus, namun puncak kepenuhannya
masih kita nantikan pada akhir zaman.
e.
Ajaran Penghayatan Iman dalam kehidupan nyata
Dalam pengahayatannya dalam kehidupan nyata, baik ajaran Pangestu
maupun Kristiani sama-sama mengusahakan agar keselamatan dan keselarasan
terwujud di dunia ini.
Sikap hidup Pangestu bertalian erat dengan pandangannya terhadap dunia
material yang dapat disentuh oleh panca indera. Dalam mensikapi hidup ada tiga
unsur utama yaitu: distansi, konsentrasi dan representasi. Manusia mengambil
distansi (jarak) terhadap dunia (jagad gedhe) dengan jalan rilo, narimo, sabar.
Kemudian diadakan konsentrasi terhadap dirinya sendiri dengan jalan tapa dan
pamudaran, inipun semacam distansi terhadap badannya sendiri (jagad cilik).
Hasil dari distansi dan konsentrasi adalah representasi. Melepaskan ikatan dunia
material dan batin yang dimurnikan, maka orang menjalankan kehidupannya
sebagai seorang utusan Tuhan dalam dunia.
Penghayatan iman Kristiani dalam hidup di dasarkan pada sabda,
pengajaran, teladan hidup, hukum dasar cinta kasih, yang diberikan oleh Yesus.
100
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Perwujudan nyata Kristiani dalam hidup adalah: cinta kasih kepada sesama,
ketabahan dalam menjalani hidup dan hidup penuh pengharapan.
f.
Ajaran Akhir Zaman
Dalam Pangestu dan Kristiani terdapat pandangan yang sama-sama tertuju
pada akhir zaman.
Ajaran akhir zaman Pangestu adalah kembalinya jiwa-jiwa kepada Tuhan
Sang Suksma Kawekas. Pangestu mempunyai kepercayaan bahwa jiwa-jiwa yang
meninggal diartikan sebagai kiamat kecil. kelahiran kembali/reinkarnasi sebagai
jalan yang harus ditempuh untuk memperbaiki jiwa si mati yang masih berdosa.
Jalan yang ditempuh ada dua yaitu lahir kembali sebagai manusia atau pun lahir
kembali ke dunia hewan. Kiamat besar adalah akhir dari semesta ini, tidak ada
kesempatan untuk reinkarnasi dan Tuhan mengadakan pemisahan antara hamba
yang berdosa dan hamba yang setia kepada Tuhan ke alam yang sejati.
Dalam Kristiani kematian diartikan sebagai pintu masuk dari kehidupan
sejarah menuju kehidupan kekal. Api penyucian digunakan untuk pemurnian jiwajiwa yang belum suci. Penghakiman terakhir dinyatakan dalam kedatangan Yesus
yang kedua dikenal dengan parousia pada akhir zaman. Penghakiman terakhir
merupakan keputusan untuk masuk kedalam kebahagiaan atau hukuman abadi.
Didalam pengakiman yang terjadi sebenarnya manusia sendirilah yang memilih.
Yang memilih anugrah Allah akan memperoleh kehidupan kekal, sementara yang
menolak anugrah Allah akan ditempatkan di kerajaan maut (Why 20:11-15).
Sesudah penghakiman terakhir badan akan dibangkitkan menuju kemuliaan
101
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
bersama Kristus, dengan dimulainya “ciptaan yang baru” (2Kor 5:17), “langit
yang baru” dan “bumi yang baru” (2Ptr 3:13) di kehidupan kekal yang
sesungguhnya yang tanpa batas.
3.
Pemahaman Kebatinan Pangestu dalam rangka Hidup Rohani Kristini
Setelah mencermati ajaran Kebatinan Pangestu dan beberapa sumber dari
ahli Kebatinan Kristiani, dalam bagian ini penulis bermaksud menyajian gagasan
tentang pemahaman terhadap Kebatinan Jawa khususnya Pangestu, dalam
hubungannya dengan hidup rohani Kristiani. Sehingga diharapkan bagi saudarasaudara yang beriman Kristiani Katolik dapat memaknai ajaran Kebatinan
Pangestu dalam terang Kristiani. Berikut ini akan di paparkan gagasan pokok
Kebatinan yang sekiranya dapat dijadikan komunikasi serta pertemuan antara
paham Kebatinan dan Kristiani.
a.
Pemahaman Manunggaling Kawula Gusti
Salah satu mistik Kebatinan adalah ajaran manunggaling kawula Gusti,
atau pamoring kawula Gusti yang artinya persatuan ciptaan dengan penciptaanya.
Dalam persatuan dengan Tuhan itulah letak keselamatannya. Pangestu
mengajarkan manunggaling kawula Gusti dengan jalan nunggal laras ke sifat ke
Tuhanan, ialah keabadian Tri Purusa yang tidak dapat mati, dengan berjalan
dijalan menurut petunjuk Tuhan (suksma kawekas), yang diperintahkan
perantaraan utusan-Nya yang abadi yaitu Guru Sejati (Suksma Sejati).
102
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Bagi orang Kristiani pemahaman Manunggaling Kawula Gusti didasarkan
pada iman akan Yesus kristus. Yesus kristus merupakan puncak segala-galanya,
puncak dan pusat dimana Allah hendak mempersatukan segala yang ada di surga
dan di bumi (Ef 1: 10). Berhadapan dengan Kebatinan tentang pandangannya
dalam dunia kosmis, dapatlah dikatakan bahwa Kristus menjadi pusat dan kepala
dari segala sesuatu yang meresapi alam semesta. Kristus yang lahir dari Bapa
menjelma menjadi manusia dan kembali kepada Bapa dengan membawa segala
sesuatu dipangkuan Bapa. Dengan demikian persatuan terjadi tidak hanya
manusia dengan Allah, namun persatuan juga terjadi diantara manusia dengan
manusia dan dengan alam semesta. Keselamatan seluruh ciptaan ada dalam diri
Yesus Kristus (Banawiratma, 1986: 78).
Yesus Kristus adalah jaminan persatuan, pesatuan Allah dengan manusia.
Allah menyelamatkan manusia melalui Yesus. Yesus Kristus adalah wahyu Allah,
pemberian diri Allah, pelaksanaan karya penyelamatan Allah. Dalam diri
Yesuslah orang mendapat kepastian tentang persatuan Allah dengan manusia atau
Manunggaling Kawula Gusti. Seperti yang dikatakan Injil Yohanes “pada waktu
itulah kamu akan tahu, bahwa Aku didalam Bapa-Ku dan kamu didalam Aku dan
Aku didalam kamu” (Yoh 14: 20). Dengan demikian Manunggaling Kawula Gusti
adalah dengan hidup bersatu hati dengan Yesus dan mengikuti teladan Kristus.
b.
Pemahaman tentang Gustining jagad cilik dan Gustining jagad gedhe
Ajaran Kebatinan dikatakan bahwa dalam diri manusia dialami Tuhan
sebagai Gustining jagad cilik (dunia kecil, mikro kosmos) sedangkan dalam alam
103
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
semesta, manusia mengalami Tuhan sebagai Gustining jagad gedhe (penguasa
alam semesta, makro kosmos). Jembatan untuk sampai pada Gustining Jagad
Gedhe hanya dapat dilalui dengan pengalaman akan Tuhan sebagai Gustining
Jagad Cilik melalui tuntunan dari Sang Guru Sejati.
Dalam diri Yesus Kristus ditemui Gustining jagad cilik sekaligus
Gustining jagad gedhe. Dan juga dalam diri Yesus ada tuntunan ajaran untuk
bertemuanya Gustining jagad cilik, Gustining jagad gedhe. Yesus Kristus adalah
Allah-manusia, Allah yang menjelma (Banawiratma, 1986: 77). “Barang Siapa
telah melihat Aku , ia telah melihat Bapa...tidak percayakah engkau, bahwa Aku
didalam Bapa dan Bapa didalam Aku?...percayalah kepada-Ku, bahwa Aku
didalam Bapa dan Bapa didalam Aku” (Yoh 14: 9-11).
c.
Pemahaman tentang Sang Guru Sejati
Dalam rangka menuju kesempurnaan hidup, seorang guru merupakan
orang yang menyampaikan petunjuk jalan kehidupan. Seorang guru menunjukkan
mana jalan yang baik dan mana jalan yang dianggap sesat. Guru menerangi hati
dan menunjukkan jalan kemuliaan pada murid. Seorang guru Kebatinan membuka
mata batin muridnya sampai berhubungan dengan Sang Guru Sejati. Sang Guru
Sejatilah yang akan mengajar para murid. Seorang guru Kebatinan mengantar
membuka batin murid sampai bisa “jumbuh” (bertemu, berwawan-sabda) dengan
Sang Guru Sejati.
Iman Kebatinan Pangestu mengajarkan dalam Tri Purusa yaitu Suksma
Kawekas, Suksma Sejati, Roh Suci. Telah dijelaskan bahwa Suksma Sejati adalah
104
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Pemimpin yang sejati, panuntun sejati, Guru Sejati /Utusan Tuhan. Seperti yang
disabdakan dalam Sasangka Jati: “Jikalau kamu ingin selamat dijalan asalmu,
selama kamu masih hidup di dunia ini, hendaknya kamu taat kepada kewajibanmu
yang sudah kamu sanggupi, agar kamu dipimpin oleh guru sejatimu” (Sasangka
Jati). Pangestu mengakui bahwa keselamatan dengan jalan berjuang menjadi satu
dengan Suksma Sejati, sehingga dapat dikatakan bahwa ajaran guru Sejati itu
sudah menjelma di dalam hidup orang dan orang mendapat sifat-sifat yang sama
dengan Suksma Sejati. Jika orang dapat menaklukkan nafsu-nafsunya ia akan
dipersatukan dengan sifat Tuhan yang sudah menjelma di dalam pusat hidupnya.
Mengenai paham Sang Guru Sejati iman Kristiani merumuskan dengan
pemahaman akan “sabda yang menjelma”, yaitu dalam Yesus Kristus adalah
firman yang hidup, yang bisa didengar, telah dilihat dengan mata, telah disaksikan
dan diraba oleh tangan Para Rasul (1 Yoh 1:1). Yesus Kristus telah mengaku
Dirinya adalah “Guru” dan “Tuhan” (Yoh 13:13). Semasa kehidupan Yesus
sejarah, Dia mengajar dan memberi perintah sebagai orang yang berkuasa (Mat
7:29). Dan sesudah kebangkitan-Nya memberikan terang iman bahwa Dialah sang
Guru Sejati yang dalam Roh “Mengajar segala sesuatu dan mengingatkan akan
semua yang telah dikatakan-Nya ” (Yoh 14:26). Roh itu adalah sebuah Roh
kebenaran yang meyertai murid-murid-Nya dan diam di dalam mereka (Yoh
14:17). Dengan demikian Roh akan mengajar segala sesuatu dalam kebenaran
kepada murid Yesus sampai kapanpun. Maka Roh kebenaran juga akan tetap
tinggal dilubuk hati orang
Kristiani selamanya. Roh kebenaran adalah Roh
105
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Kristus, sabda yang menjelma yang tinggal dalam hati orang beriman. Sehingga
orang beriman hidup dalam Roh dan mendapat bimbingan Roh Kristus itu.
d. Pertobatan Syarat Bersatu dengan Sang Guru Sejati
Untuk mencapai persatuan dengan Sang Guru Sejati dan kepekaan
mendengarkan “suara Allah”, manusia dituntut untuk bertobat dan menyesali
kesalahan-kesalahan dan terus membersihkan diri, sebab manusia berdosa. Maka
segala laku tapa dan mati raga dilakukannya sesuai petunjuk Sang Guru Sejati
(Kuntoro, 1988: 26). Paham yang demikian dalam Kristiani juga ditemukan,
supaya manusia dapat mendengar suara Allah, manusia harus bertobat. Bertobat
merupakan proses yang terus menerus, dimana manusia selalu membuka diri dan
mengarahkan dirinya kepada Allah. Maka tobat sebagai proses memuat pula
askese cara hidup dimana orang menaklukkan diri sendiri. Jadi askese adalah
suatu jalan. Dalam hal ini paham tobat Kristiani memberikan pedoman yang tepat
untuk segala macam laku tapa dan mati raga (Banawiratma, 1986: 82).
e.
Hidup selalu Berwawan-sabda dengan Sang Guru Sejati
Bila dalam Kebatinan seorang guru Kebatinan “membuka” jalan agar
sampai kepada bertemunya Sang Guru Sejati, maka dihadapkan dengan paham
itu, dapat dikatakan bahwa bagi Kristiani “pembukaan” itu terjadi dalam
Sakramen Inisiasi yaitu dalam Baptis, Ekaristi dan Krisma. Bila orang Kristiani
mengakui imannya pada Yesus dan dipermandikan dalam nama-Nya, dilahirkan
dalan Roh dan air, dimasukkan dalam hidup ilahi dalam persatuan Bapa, Putra dan
106
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Roh Kudus, maka hidup baru akan semakin berkembang dibina oleh penerimaan
sakramen-sakramen dan oleh hidup bersama di dalam jemaat Kristiani (Kuntoro,
1988: 31).
Dalam berwawan sabda dengan Sang Guru Sejati, para penganut
Kebatinan mempercayai bahwa Sang Guru Sejati membimbing, mengatur
kehidupannya. Orang yang demikian akan peka terhadap petunjuk Tuhan, baik
yang berupa “suara” yang di dengar dalam batinnya maupun tanda-tanda yang
dialaminya dalam alam semesta. Pandangan Kristiani mengenai hal ini
menyangkut dua hal yakni: “suara hati” dan “pembedaan Roh”. Pada dasarnya
hati nurani manusia menemukan suatu hukum yang mengharuskan manusia
mencintai yang baik dan mengelakkan yang jahat, bahkan suara itu akan terdengar
menggema di dalam kalbu, “buatlah ini, cegahlah itu”. Karena di dalam hati
manusia ada suatu hukum yang ditulis oleh Allah sendiri. Dan menurut hukum
itulah manusia akan diadili kelak (GS, art. 16). Bagi orang Kristiani suara hati
diresapi dan dinormai oleh sabda yang menjelma dalam Yesus Sang Guru Sejati
yang harus didengar oleh manusia (Mrk 9). Karena manusia terkadang masih
berdosa maka selalu ada “suara lain”, disini manusia dihadapkan dengan
“pembedaan Roh”. Manusia dituntut kepekaan untuk menangkap suara Tuhan
dengan mengujinya setiap Roh yang bergerak di hatinya (Kuntaro, 1988: 32).
Dalam iman Kristiani telah dianugrahkan kemampuan untuk mendengar dan
berwawan sabda dengan Yesus, Sang Guru Sejati yang telah banyak direnungkan
dalam Perjanjian Baru. Disinilah nampak Tritunggal dalam iman Kristiani: tak
107
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
seorangpun akan sampai kepada Bapa kecuali melalaui Sang Putra dalam kuasa
Roh Kudus (Yoh 14:6; 15:26; 16:14).
B. Sumbangan Program Katekese Dalam Paguyuban Kebatinan Pangestu
Sebagai Wujud Perjumpaan Iman Kristiani Dengan Iman Kebatinan
Pangestu
Sumbangan katekese bagi saudara Pangestu diharapkan sebagai sarana
perjumpaan iman yang akan menghasilkan pemahaman baru. Dengan demikian
pemahaman Pangestu mendapat terang dari ajaran Kristiani. Dalam bagian ini
akan dipaparkan terlebih dahulu dasar tentang katekese, sumbangan program
Katekese dan contoh persiapan katekese bagi Pangestu.
1.
Usaha Berkatekese
Pewartaan katekese harus dipahami secar integral yaitu pengertian dasar
katekese, tujuan katekese, isi katekese, unsur-usur dalam katekese dan pemilihan
model katekese yang sesuai agar proses pewartaan pada saudara Pangestu sampai
pada tujuan dan dapat membuahkan hasil yang sempurna.
a.
Pengertian Katekese
Rumusan katekese beraneka ragam, tidak dijumpai pengertian yang
sifatnya baku, pengertian selalu senantiasa berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman. Dalam Kitab Suci kata katekese ditemukan dalam Luk 1:4
(diajarkan); Kis 18:25 (pengajaran dalam Tuhan); Kis 21:21 (mengajar); Rm
108
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
(diajar); 1Kor 14:19 (mengajar); Gal 6:6 (pengajaran). Dalam konteks ini katekese
dimengerti sebagai pengajaran, pendalaman dan pendidikan iman agar seorang
Kristen semakin dewasa dalam iman (Telaumbanua, 1999: 1).
Dalam dokumen Magisterium Gereja Catechesi Tradendae mendefinisikan
katekese adalah sebagai berikut:
“Katekese ialah pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang-orang
dewasa dalam iman yang khususnya mencakup penyampaian ajaran
Kristen, yang pada umumnya diberikan secara sistematik dan oraganis
dengan maksud mengantar para pendengar memasuki hidup Kristen” (CT,
art. 18).
Dalam rumusan dokumen di atas menyatakan bahwa katekese tidaklah mengenal
batasan usia dan jenis kelamin. Ada tiga makna yang ditekankan dalam dokumen
tentang katekese yakni: pembinaan iman, penyampaian ajaran Kristen secara
organis dan sistimatis, serta pemenuhan peserta dalam hidup Kristen.
Dalam konteks di Indonesia, katekese dimengerti sebagai katekese umat.
Katekese umat dimengerti sebagai komunikasi iman umat atau tukar pengalaman
iman antara anggota jemaat. Hal ini berarti katekese dari umat dan untuk umat,
katekese yang menjemaat berdasarkan situasi konkret menurut pola Yesus
Kristus. Yang berkatekese adalah umat, pembina berfungsi sebagai pengarah.
Yang ditekankan terutama pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak
dilupakan (Rumusan PKKI II no. 1).
b. Tujuan Katekese
Tujuan katekese adalah membantu jemaat beriman Kristiani untuk
semakin percaya kepada Kristus, sehingga umat semakin diteguhkan dan
109
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
dikuatkan imanya. Secara mendalam Paus Yohanes Paulus II dalam dokumen
Magisterium Gereja memaparkan katekese sungguh baik sebagai pendewasaan
iman. Tujuannya katekese ialah mendampingi umat Kristiani untuk meraih
kesatuan iman kepenuhan dalam Kristus, kedewasaan pribadi, dan tingkat
pertumbuhan yang sesuai dengan Kristus (CT, art. 25). Katekese diharapkan
mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh dan hari demi hari memekarkan
menuju kepenuhan kehidupan Kristiani. Dengan kata lain misteri Kristus dalam
cahaya firman Allah dapat diresapi dalam pribadi manusia, sehingga berkat
rahmat itu diubah menjadi ciptaan baru. Katekese menjadi tahap pengajaran dan
pendewasaan iman (CT, art. 20). Katekese mengantarkan umat Kristiani agar
jemaat Kristiani mendapat pengetahuan mengenai Allah dan memahami rencana
keselamatan Allah yang berpusat pada Kristus. Dengan demikian kehidupan di
masyarakat disinari dengan terang Kerajaan Allah (DCG, art. 21).
Dalam PKKI II yang berlangsung dari tanggal 29 Juni sampai dengan 5
Juli 1980 di klender Jakarta tujuan katekese dirumuskan sebagai berikut:





Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalamanpengalaman kita sehari-hari.
Dan kita bertobat (metanoia) kepada Allah dan semakin menyadari
kehadiran-Nya dalam kenyataan haidup sehari-hari.
Dengan demikian kita semakin sempurna iman, berharap mengamalkan
cinta kasih dan semakin dikukuhkan hidup Kristiani kita.
Kita makin bersatu dalam Kristus, semakin menjemaat, makin tegas
mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta.
Memberikan kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah
masyarakat.
Katekese harulah secara sungguh-sungguh menanggapi kebutuhan dan
kerinduhan umat setempat, katekese diharapkan membantu umat untuk
menghadapi hidup dan membekali supaya terampil dan cerdas mensikapi
110
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
perbedaan, terlibat dalam pembangunan, perdamaian, keharmonisan, dan
kebebasan semua warga (Heryatno, 2012: 135). Dalam berbagai uraian yang
menjadi tujuan katekese dapat disimpulkan tujuan katekese yakni membina,
mengajar dan mengkomunikasikan iman sehingga terjadi pertobatan (metanoia)
kepada Allah. Dengan demikian katekese sesuai kerinduan saudara Pangestu
diharapkan semakin menyadarkan kehadiran Allah dalam kenyataan hidup seharihari serta arah keterlibatan hidup baru dalam Kristus.
c. Isi katekese
Isi katekese pada hakekatnya kabar gembira keselamatan yang terwujud
dalam diri Yesus Kristus. Ditegaskan dalam anjuran Apostoliknya Paus Yohanes
II dalam dokumen Magisterium Gereja Catechesi Tradendae dirumuskan sebagai
berikut:
“Karena katekese merupakan momen atau aspek dalam pewartaan Injil
isinya juga tidak lain kecuali isi pewartaan sendiri secara menyeluruh satusatunya amanat, yakni warta gembira keselamatan yang telah didengar
sekali atau ratusan kali, dan telah diterima setulus hati, dalam katekese
terus menerus dijalani melalui refleksi dan studi sistimatis, melalui akan
gema pemantulannya dalam kehidupan pribadi seseorang, suatu kesadaran
yang meminta komitmen yang semakin penuh dan dengan
mengintegrasikannya dalam keseluruhan yang organis dan selaras, yakni
peri hidup Kristen dalam masyarakat dan dunia” (CT, art. 26).
Bersumber dari anjuran Apostoliknya Paus Yohanes II, Yakob Papo
(1989: 53) memaparkan bahwa isi katekese sebagai suatu kegiatan pewartaan
kabar gembira demi penghayatan iman membutuhkan isi yang memadai yakni
bahan warta dari Allah yang terdapat dalam pengalaman hidup nyata, dalam
inspirasi Injil dan dalam ajaran Gereja yang terprogram secara menyeluruh.
111
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Seluruh uraian diatas memberi penegasan bahwa isi katekese adalah
“Yesus Kristus, sabda Allah yang menjadi manusia, puncak tindakan Allah di
dalam sejarah pewahyuan diri-Nya kepada manusia, merupakan pusat warta Injil
dalam rangka sejarah keselamatan” (DCG, art. 39-40). Dalam katekese perlu
ditekankan bahwa Kristus adalah cahaya bagi hidup manusia dan merupakan
jawaban atas masalah-masalah mendasar hidup manusia (Rukiyanto, 2012: 61).
d. Unsur-Unsur Dalam Berkatekese
Melalui katekese iman umat Kristiani semakin disempurnakan dalam
rangka mengikuti Yesus Kristus. Untuk itu perlu diperhatikan unsur-unsur
katekese yang mencakup: pengalaman hidup peserta, pengalaman iman dalam
Kitab Suci dan Tradisi, komunikasi iman dengan Kitab Suci danTradisi Kristiani
serta arah keterlibatan hidup baru.
1) Pengalaman Hidup Peserta
Pengalaman hidup Pangestu sebagai komunikasi iman dimana peserta
katekese saling bertukar pengalaman iman, saling memberi kesaksian iman.
Melalui pertukaran penghayatan iman maka peserta merasa saling diteguhkan
dalam menghayati persoalan hidup konkritnya. Dalam suasana pengungkapan
pengalaman, peserta mampu dan berani menggumuli pengalaman hidupnya atas
dasar iman. Serta dapat menemukan kehendak Allah dalam peristiwa hidupnya
melalui kehadiran Allah dalam peristiwa suka dan duka.
112
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Pengalaman dalam warga Pangestu sering diungkapkan dalam setiap
pertemuannya. Pertemuan rutin sering dinamakan “Olah Rasa”. Di dalam
pertemuan ini banyak diungkapkan sharring berbagai pengalamn hidup warga
pangestu, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Tukar
pengalaman hidup dalam warga Pangestu merupakan yang utama sebagai bahan
permenungan yang disesuaikan dengan tema dalam setiap pertemuan rutinnya.
2) Pengalaman iman dalam Kitab Suci dan Tradisi
Iman umat Kristiani didasari oleh pribadi Yesus Kristus dan iman Para
Rasul. Karena itu komunikasi iman tidak lepas dari kesaksian para rasul yang
terungkap dalam Kitab Suci dan dogma Gereja yang dihayati umat sepanjang
sejarah hingga saat ini. Iman para rasul menjadi dasar iman kita sebagai pengikut
Yesus Kristus. Sehingga dengan menghayati Tradisi Kristiani maka pengalaman
kita dalam kehidupan semakin bermakna. Ajaran Kristiani harus dimengerti
secara luas menyangkut Tradisi, spritualitas, liturgi, dan segala praktek hidup
Gereja yang menampakkan Kristus (Lalu, 2005: 10).
3) Komunikasi iman dengan Tradisi Kristiani dan Kitab Suci
Semua peserta katekese merupakan pribadi-pribadi yang sederajat dan
mereka memiliki pengalaman iman yang beranekaragam. Komunikasi iman
diharapkan dari pengalaman biasa meningkat ke komunikasi pengalaman iman,
dimana peserta memadukan pengalamannya dengan pengalaman iman umat
113
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
dalam kitab suci. Sehingga umat dapat melihat campur tangan Tuhan dalam
pengalaman hidupnya (Lalu, 2005: 9).
4) Arah Keterlibatan Baru
Komunikasi iman merupakan proses yang terus-menerus, bukan proses
sekali jadi. Peserta katekese merupakan kelompok yang saling membantu menuju
kepenuhan dalam Kristus melalui keterarahan kepada pembaharuan hidup dan
keterlibatan kelompok umat dalam pengembangan hidup bermasyarakat (Lalu,
2005: 10).
Pembabaharuan hidup baru bagi warga kebatinan Pengestu adalah arah
pertobatan. Sehingga harapan pertobatan setelah mendapat pembinaan dan
pengajaran serta komunikasi iman, warga Pangestu mempunyai pengetahuan,
pemahaman dan sikap hidup dalam pembaharuan hidup yang sesuai dengan
Tradisi Kristiani.
e. Katekese dengan Model Pengalaman Hidup sebagai model katekese bagi
warga Pangestu
Bermacam-macam model katekese yang digunakan oleh para pendamping
iman umat. Dalam persiapan katekese ini model pendekatan adalah katekese
model pengalaman hidup. Model ini sangat sesuai bagi warga Pangestu karena
pengalaman hidup adalah sumber utama dalam pembahasan disetiap pertemuan
Olah Rasa. Model katekese ini diawali dari pengalaman hidup peserta ataupun
suatu peristiwa pengalaman hidup dari cerita yang relevan dengan tema, kemudian
114
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
mengajak peserta katekese bersikap kritis merefleksikan pengalaman hidup
dengan terang visi dan iman Kristiani sehingga menimbulkan kesadaran baru yang
semakin terlibat aktif dan kreatif dalam menghayati imannya demi terwujudnya
nilai-nilai Kerjaan Allah dalam kehidupan manusia.
Langkah-langkah katekese model pengalaman hidup (Sumarno, 2011:
11-12) meliputi: Pembukaan, penyajian suatu pengalaman hidup, pendalaman
pengalaman hidup, rangkuman pendalaman pengalaman hidup, pembacaan Kitab
Suci atau Tradisi, pendalamn Kitab Suci atau Tradisi, rangkuman teks Kitab suci
atau Tradisi, penerapan hidup konkrit, penutup.
1) Pembukaan
Berisikan lagu dan doa pembukaan yang sesuai dengan tema yang diambil dalam
katekese itu. Katekis mencoba mengingatkan dan menggabungkan dengan temtema yang sudah dibahas dalam kesempatan katekese yang lampau, bila pernah
diadakan sebelumnya.
2) Penyajian suatu pengalaman hidup
Biasanya diambil dari suatu peristiwa konkrit sesuai dengan tema dan situasi
peserta. Pengalaman itu bisa diambil dari surat kabar atau cerita yang relevan dari
peserta.
3) Pendalaman pengalaman hidup
Mengajak para peserta untuk mengaktualisasikan pengalaman itu dalam situasi
dalam situasi hidup mereka yang nyata. Biasanya terjadi dalam kelompok kecil
dengan pertanyaan-pertanyaan pendalaman yang merangsang peserta untuk
115
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
mengambil perhatian dalam sikap hidup moral konkrit sesuai dengan tema untuk
hidup sehari-hari.
4) Rangkuman pendalaman pengalaman hidup
Menyajikan gambaran umum dari sikap-sikap yang dapat diambil oleh peserta
berhubung dengan tema dalam penyajian pengalaman hidup dan dengan teks kitab
suci atau tradisi yang hendak dipakai dalam langkah berikutnya.
5) Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi
Setiap peserta hendaknya mempunyai teks (fotocopy) beserta daftar pertanyaan
pendalaman di sekitar tema dalam hal-hal yang mengesan dan pesan inti dari teks
tersebut. Teks dibaca oleh salah satu peserta, kemudian saat hening sejenak untuk
merefleksikan teks tersebut dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pendalaman.
6) Pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi
Mencoba menjawab bersama pertanyaan-pertanyaan yang telah direnungkan
secara pribadi setelah pembacaan teks. Baik pula apabila teks diabacakan sekali
lagi oleh katekis. Pada kesempatan ini katekis membantu peserta untuk mencari
mengungkapkan pesan inti menurut mereka sendiri sehubungan dengan tema.
Peranan katekis disini menciptakan suasana terbuka sehingga peserta tidak takut
mengungkapkan tafsiran mereka sehubungan dengan tema yang dapat dipetik dan
digali dari pembacan teks kitab suci.
7) Rangkuman pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi
Menghubungkan pesan inti yang diungkapkan peserta dengan pesan inti yang
telah disiapkan katekis berdasarkan sumber-sumber yang sudah diolahnya yang
sehubungan dengan tema. Pada kesempatan ini katekis memberi masukan dari apa
116
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
yang sudah dipersiapkanya dengan bantuan buku-buku tafsir atau komentar atau
buku-buku yang bersangkutan dengan teks. Yang penting digaris bawahi disini
bahwa tafsiran katekis diharapkan membatasi pada pesan pokok yang dapat
dimengerti oleh peseta sehubungan dengan tema dan tujuan pertemuan.
8) Penerapan dalam hidup konkrit
Peserta mengajak mereka untuk mengambil beberapa kesimpulan praktis sekitar
tema untuk hidup sehar-hari dalam situasi nyata mereka dalam masyarakat, dalam
Greja, lingkungan, wilayah, paroki, keluarga, dan sebagainya. Kemudian saat
hening sejenak peserta diajak merenuangkan serta mengumpulkan buah-buah
pribadi dari katekese ini untuk hidup sehari-hari, yang dapat berupa niat atau
tindakan apa yang akan diambil untuk selanjutnya.
9) Penutup
Dimulai dengan mengungkapkan doa-doa spontan hasil buah katekese dan bisa
pula doa-doa umat lainnya secara bebas. Bilamana perlu katekis mengakhiri
katekese dengan doa penutup yang merangkum keseluruhan tema dan tujuan
katekese. Kemudia diakhiri dengan suatu doa bersama atau nayayian yang sesuai
dengan tema.
2.
Sumbangan Program Katekese bagi warga Kebatinan Pangestu
Sebelum mengemukakan sumbangan program katekese, penulis terlebih
dahulu menguraikan latar belakang, tujuan dan tema-tema program dari katekese
sehingga arah dan tujuan dari program katekese bagi paguyuban Pangestu ini
menjadi jelas dan terarah.
117
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
a.
Latar Belakang Penyusunan Program
Selama penulis bergabung menjadi warga Pangestu, merasakan bahwa
saudara Pangestu di Katolik perlu penghayatan iman kristiani yang baik. Hal ini
karena penulis memahami bahwa tidak semua ajaran dalam penghayatan
Pangestu sesuai dengan penghayatan iman Kristiani.
Berdasarkan bab II dan bab III karya tulis ini, ada pemahaman
penghayatan iman dalam ajaran Pangestu yang dapat dijadikan perjumpaan
dengan iman kristiani. Tema-tema penghayatan ajaran Pangestu yang terdapat
dalam buku terbitan Pangestu sangatlah mendukung bila dicari dan digali makna
perjumpaannya dengan iman Kristiani. Buku pegangan Pangestu hasil dari
pengolahan penjabaran kitab utama Sasangka Jati yang mengulas tema-tema
penghayatan iman antara lain: “Olah Rasa Di Dalam Rasa”, “Arsip Sarjana Budi
Santoso”, “Ulasan Kang Kelana” dan majalah bulanan “Dwija Wara”. Hal ini
sangatlah mendukung sebagai langkah perjumpaan iman, karena disetiap kali
pertemuan warga Pangestu, tema-tema penghayatan iman selalu menjadi topik
pembahasan. Pertemuan warga Pangestu diadakan setiap bulannya, minggu
pertama pertemuan seluruh warga Pangestu Yogyakarta, pada minggu kedua
petemuan bagi pemuda Pangestu, pertemuan ini diadakan di Gedung Pusat
Pangestu yaitu Yogyakarta. Sedangkan minggu ketiga diadakan pertemuan warga
Pangestu di masing-masig cabang, yakni: Kulon Progo, Sleman, Bantul dan kota
Yogya.
Harapan penulis agar pemahaman ajaran Pangestu yang tidak sesuai terang
Kristiani bisa ditinggalkan, namun berdasarkan kesadaran saudara katolik
118
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Pangestu setelah mendapat pemahaman baru melalui program katekese. Inilah
yang menjadi tantangan penulis sebagai seorang katekis.
b. Tujuan program
Tujuan dari program katekese bagi warga Pangestu diharapkan warga
Pangestu yang beragama Katolik memperoleh pemahaman baru dalam rangka
penghayatan hidup rohani Kristiani. Pemahaman baru dalam Pangestu
bertitiktolak dari gagasan-gagasan pemahaman yang dapat dijadikan perjumpaan
antara Pangestu dan Kristiani yang telah dibahas diatas, meliputi:
1) Pemahaman tentang Sang Guru Sejati.
2) Pemahaman Pertobatan sebagai syarat bersatu dengan Sang Guru Sejati.
3) Pemahaman Manunggaling Kawulo Gusti.
4) Pemahaman Gustining Jagad Cilik dan Gustining Jagad Gedhe.
5) Pemahaman Hidup yang selalu berwawansabda dengan Sang Guru Sejati.
Tema-tema perjumpaan penghayatan iman diatas akan penulis paparkan
dalam katekese dengan cara menampilkan cerita pengalaman hidup iman Pangestu
kemudian merefleksikannya dalam terang Kitab Suci dan Tradisi Kristiani.
Disinilah letak pemahaman baru bagi saudara Katolik Pangestu, sehingga
mengantarkan umat Kristiani memahami rencana keselamatan Allah yang
berpusat pada Kristus. Dengan demikian kehidupan warga Pangestu disinari
dengan terang Kerajaan Allah dengan sikap pertobatan (metanonia) kearah
keterlibatan hidup baru dengan mempunyai pengetahuan, pemahaman, sikap
hidup yang sesuai dengan Tradisi Kristiani Katolik.
119
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
c.
Usulan tema-tema katekese
Proses tema katekese ini berlandaskan perjumpaan penghayatan iman
antara Pangestu dan Kristiani yang telah dibahas diatas, dari 5 tema yang ada
penulis akan memilih 1 tema pokok dan membaginya menjadi 3 sub tema. Dari
sub tema akan dikembangkan menjadi judul pertemuan katekese.
Tema
: “Menemukan Sang Guru Sejati Yesus Kristus”
Tujuan
: Membantu peserta menyadariYesus Kristus Sang Guru Sejati
Sebagai teladan kehidupan sehingga berkembang sebagai
manusia baru dalam harapan, iman dan kasih.
Sub tema 1:
“Mendambakan kesatuan dengan Sang Guru Sejati”.
Tujuan:
Menyadari kesejatian Yesus Sang Guru Sejati ditengah-tengah
saudara-saudara paguyuban Pangestu.
Sub tema 2:
“Ziarah batin bersama Sang Guru Sejati menunju kesempurnaan
hidup”.
Tujuan:
Mendalami dan menghayati serta meneladani rasa sejati dalam
batin akan teladan Yesus Sang Guru Sejati sebagai pelayan sejati.
120
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Sub tema 3:
“Melangkah bersatu dalam cahaya terang Sang Guru Sejati menjadi
manusia baru”.
Tujuan:
Pertumbuhan iman sebagai manusia baru, dalam iman, harapan dan
kasih karena kepercayaan kepada Yesus Kristus Tuhan.
Usulan program katekese ini akan dilaksanakan di dalam paguyuban
Pangestu sebanyak tiga pertemuan. Pelaksanaan katekese yang direncanakan
tidaklah bersamaan dengan waktu pertemuan rutin warga Pangestu, namun
menyesuaikan dengan waktu dan tempat bagi saudara Katolik di Pangestu.
121
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
122
d. Matrik Program Katekese
Tema
: Menyadari Sang Guru Sejati Yesus Kristus
Tujuan
: Membantu peserta menyadari Yesus Kristus Sang Guru Sejati sebagai teladan kehidupan sehingga berkembang
sebagai manusia baru dalam harapan, iman dan kasih.
No
(1)
Sub Tema
(2)
Tujuan
Sub Tema
(3)
1
Sub tema 1
Mendambakan
kesatuan dengan
Sang Guru Sejati
Menyadari
kesejatian
Yesus Sang
Guru Sejati
ditengahtengah
saudarasaudara
paguyuban
Pangestu
2
Mendalami
Sub tema 2
Ziarah batin
dan
bersama sang guru menghayati
Judul
Pertemuan
(4)
Tujuan
Pertemuan
(5)
Materi
Metode
Sarana
Sumber Bahan
(6)
(7)
(8)
(9)
Menyadari
“Sang Guru
Sejati” dalam
kehidupan
Menyadari
kesejatian guru
Yesus Kristus
ditengah-tengah
saudara
Kebatinan
Pangestu
-Cerita kitab
suci
“percakapan
dengan
perempuan
samaria” (Yoh
4:1-26)
-Ulasan materi
“Mendekat
kepada Sang
Guru Sejati”
Sharing
pengalama
n hidup,
refleksi
batin,
bernyanyi,
cerita,
ceramah,
informasi,
tanya
jawab,
presentasi
-Teks Yoh
“Percakapa
n Dengan
Perempuan
Samaria”
4:1-26
-Teks
ulasan
materi
“mendekat
kepada
Sang Guru
Sejati”.
Halaman
112
-Kitab Suci
Perjanjian Baru
-Lembaga Biblika
(2002). Tafsir
Alkitab Perjanjian
Baru. Kanisius:
Yogyakarta.
-Eko Riyadi (2011).
Yohanes
”
firman menjadi
manusia”. Kanisius:
Yogyakarta.
-Soewondo (1990).
“Ulasan Kang”
Kelana. Pangestu:
Jakarta
Meneladani
“Sang Guru
Sejati”
menuju
Menumbuhkan
rasa sejati dalam
batin akan
teladan Yesus
Cerita kitab
suci “Yesus
membasuh
kaki murid-
Sharing
pengalama
n hidup,
refleksi
Teks Yoh
13: 1-20
Teks
ulasan
-Kitab Suci
Perjanjian Baru
-Lembaga Biblika
(2002). Tafsir
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
123
3
sejati menunju
kesempurnaan
hidup
serta
meneladani
rasa sejati
dalam batin
akan teladan
Yesus Sang
Guru Sejati
sebagai
pelayan
sejati
kesempurnaa
n hidup
Kristus sebagai
pelalayan sejati
murid-Nya”
(Yoh 13: 1-20)
-ulasan materi
“Menyesuaika
n hidup
dengan
kehendak
Suksma
Kawekas”.
batin,
bernyanyi,
cerita,
ceramah,
informasi,
tanya
jawab,
presentasi
materi
“Menyesua
ikan hidup
dengan
kehendak
Suksma
Kawekas”.
No 51
Sub tema 3
Melangkah
bersatu dalam
cahaya terang
Sang Guru Sejati
menjadi manusia
baru
Pertumbuhan
iman sebagai
manusia
baru, dalam
iman,
harapan dan
kasih karena
kepercayaan
kepada
Yesus
Kristus
Tuhan
Bersatunya
dengan Guru
Sejati
menuju
dalam iman,
harapan dan
kasih
bertumbuh
sebagai manusia
baru dalam
iman, harapan
dan kasih dalam
kepercayaan
kepada Yesus
Tuhan
Cerita kitab
suci “Perintah
supaya saling
mengasihi”
(Yoh 15:9-17)
-ulasan “Tugas
kedalam dan
keluar, suasana
olah rasa”
Sharing
pengalama
n hidup,
refleksi
batin,
bernyanyi,
cerita,
ceramah,
informasi,
tanya
jawab,
presentasi
Teks
Yohanes
15:9-17
-Teks
ulasan
“Tugas
kedalam
dan keluar,
suasana
olah rasa”
Alkitab Perjanjian
Baru. Kanisius:
Yogyakarta.
-Eko Riyadi (2011).
Yohanes
”
firman menjadi
manusia”. Kanisius:
Yogyakarta.
-Soemantri (2011).
Arsip sarjanan budi
santosa. Pangestu:
Jakarta
-Kitab Suci
Perjanjian Baru
-Lembaga Biblika
(2002). Tafsir
Alkitab Perjanjian
Baru. Kanisius:
Yogyakarta.
-Eko Riyadi (2011).
Yohanes
”
firman menjadi
manusia”. Kanisius:
Yogyakarta.
-Soewondo (1990).
Ulasan kang kelana..
Pangestu: Jakarta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
124
3. Contoh Persiapan Katekese
a. Tema
: Menyadari Sang Guru Sejati Yesus Kristus
b. Sub tema
: Mendambakan kesatuan dengan “Sang Guru Sejati”
c. Judul Pertemuan : Menyadari “Sang Guru Sejati” dalam kehidupan
d. Tujuan
: Menyadari kesejatian guru Yesus Kristus ditengahtengah saudara Kebatinan Pangestu.
e. Peserta
: Warga dewasa Pangestu
f. Tempat
: Salah satu warga Katolik Pangestu
g. Waktu
: 90 menit
h. Sarana
: -Teks kitab suci
-Teks Yoh “Percakapan Dengan Perempuan Samaria”
4:1-26
-Teks ulasan cerita “Mendekat Kepada Sang Guru Sejati”.
Halaman 112
-teks lagu “Seperti Rusa Rindu Sungai-Mu”, “Dalam
Yesus”
-audio ampli
i. Sumber bahan
: -Kitab Suci Perjanjian Baru
-Lembaga Biblika (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru.
Kanisius: Yogyakarta.
- Eko Riyadi (2011). Yohanes ” firman menjadi manusia”.
Kanisius: Yogyakarta.
-Soewondo (1990). “Ulasan Kang Kelana”. Jakarta:
Pangestu.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
j. Metode
125
: -sharing pengalaman hidup, refleksi batin, bernyanyi,
cerita, ceramah, informasi, tanya jawab, presentasi.
k. Pemikiran dasar
Dalam pengalaman religius jawa mencari guru sejati guna mengejar
kesempurnaan hidup adalah sebuah cita-cita yang didambakan. Kesempurnaan
dalam hidup itu terwujud bila manusia sebagai murid selalu bersatu dengan sang
Guru Sejati. Untuk menemukan Sang Guru Sejati dalam kehidupan, peserta
katekese diajak merenungkan ulasan cerita dari buku Ulasan Kang Kelana.
Ulasan ini berjudul “Mendekat Kepada Sang Guru Sejati”. Guru sejati yang
sempurna itu ditemukan dalam Yesus kristus yang akan direnungkan dalam cerita
kitab suci “Percakapan Dengan Perempuan Samaria Tentang Air Kehidupan.”
Dalam ulasan buku terbitan Pangestu yang berjudul Ulasan Kang Kelana,
memberikan gambaran bahwa Suksma Sejati sebagai guru sejati telah hadir dalam
diri manusia. Namun manusia tidak menyadarinya. Untuk sampai kepada sang
Guru sejati manusia memerlukan kepercayaan kepada sang suksma sejati di dalam
hati. Sang suksma sejati adalah guru sejati tidak lain Tuhan sendiri.
Injil Yohanes “Percakapan Dengan Perempuan Samaria” (Yoh 4: 1-26),
juga memberikan dasar bahwa di dalam guru sejati Yesus kristus manusia akan
menemukan air kehidupan. Simbol air hidup adalah diri Yesus dan ajarannya.
Siapa saja yang meminum air kehidupan yang memancar dari Yesus, ia tidak akan
haus selamanya.
Peserta setelah mengikuti katekese ini dengan merenungkan guru sejati
dalam Ulasan Kang Kelana serta permenungan Kitab Suci mampu berjumpa
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
126
dengan guru wadhag (kelihatan) dan guru sejati (Yesus Allah sendiri yang
menjelma) sehingga sebagai murid selalu taat pada bimbingan guru dan menerima
teladan Sang Guru Sejati.
l. Pengembangan langkah
1) Pembukaan
 Lagu pembukaan: “Dalam Yesus Kita Bersaudara”
 Doa pembukaan
Ya Tuhan Allah Yang Maha Agung, kehidupan yang kami jalani sungguh
memberikan makna dan nilai-nilai hidup. Di dalam makna terdalam inilah kami
mencari sumber air kehidupan sejati. Di dalam kegelapan terang-Mu bersinar
dalam hati kami. Dalam perjalanan kehidupan kami ini sesungguhnya kami
merindukan air kehidupan yang segar dan tak akan pernah kering. Demikian pula
Tuhan betapa kami merindukan-Mu seperti seekor rusa merindukan air. Jiwa kami
haus akan-Mu, Tuhan bantulah kami mendalami mencari air kehidupan yang
sejati, Guru Sejati dalam diri kami yang akan menyegarkan dan memenuhi jiwa
kami. Amin
 Pengantar
Saudara-saudari terkasih dalam Pangestu, pada kesempatan ini kita akan belajar
mencari air kehidupan, air kehidupan yang akan selalu menyegarkan dan
memenuhi jiwa kita. Dalam mencari air kehidupan, tentunya kita perlu bimbingan
seorang guru. Guru itu tidak lain adalah Sang Guru Sejati. Kita sebagai warga
Pangestu yang beragama katolik perlu mencari dan menghayati pokok-pokok
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
127
iman Pangestu dengan mendapat terang dari iman Kristiani. Sehingga pertemuan
iman di Pangestu dapat kita hayati dalam rangka hidup rohani Kristiani. Terdapat
pemahaman penghayatan iman Pangestu yang dapat kita gunakan sebagai
komunikasikan dengan iman Kristiani. Marilah kesempatan ini, kita mengolah
bersama-sama pemahaman mengenai petunjuk Sang Guru Sejati dalam mencari
air kehidupan.
2) Penyajian suatu pengalaman hidup
Peserta diajak menyimak cerita pengalaman hidup dengan teks yang telah
dibagikan kepada peserta.
Mendekat Kepada Sang Guru Sejati
O, begini jawabnya, bagi orang yang ingin mendekat kepada Sang Suksma
Sejati, yang menjadi pegangan ialah pengertian bahwa Sang Suksma Sejati sudah
ada pada diri dan tiap-tiap manusia.
Manusia hanya dapat menyadari Sang Suksma Sejati melalui Rasha jatinya
sendiri. Ia tidak dapat menyadari Sang Suksma Sejati melalui orang lain. Rasha
jati itu iklim jiwanya sendiri yang sedalam-dalamnya, iklim jiwa yang tidak diisi
dengan pikiran, perasaan atau keinginan macam-macam, iklim jiwa yang bersih
murni, terang benderang.
Bagi orang yang telah memenuhi syarat ini, dapat digolongkan dalam
orang-orang yang percaya pada Sang Suksma Sejati dan usaha selanjutnya untuk
mewujudkan kepercayaannya itu akan mendapatkan hasil. Bagi orang ini
mendekat kepada Sang Suksma Sejati berarti ingin merealisasikan aksioma atau
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
128
pengertian pokok tadi dengan perasaan sedalam-dalamnya dan sehalus-halusnya
yang dapat dicapainya.
Yang luhur ialah mempergunakan perasaan yang sedalam-dalamnya dan
sehalus-halusnya yang telah ada pada dirinya sendiri.
Daya ganggu yang merintangi kita untuk sampai pada perasaan yang
dalam dan halus ialah pikiran kita sendiri dan perasaan takut, ragu-ragu, was-was,
cemas dongkol, susah, kecewa dan lain sebagainya.
Maka dari itu bila kita dalam usaha mendekat kepada Sang Suksma Sejati
lalu dihinggapi pertanyaan, apakah kita sudah dekat atau tidak pada tujuan kita,
pertanyaan itu sendirilah yang merintangi jalan kita dan dapat mengurungkan
usaha kita.
Anggaplah daya upaya untuk mendekat kepada Sang Suksma Sejati
sebagai suatu kewajiban suci tanpa balasan keuntungan apa-apa, atau suatu hobi
yang tidak membawakan rejeki apa-apa. Ini suatu ezellsbruggetje untuk
menghilangkan pamrih. Keuntungan dan rejeki kemudian pasti akan datang tanpa
dinanti-nanti.
Ciri bahwa kita telah dekat kepada Sang Suksma Sejati adalah ketenangan
dan ketentraman yang tidak dapat luntur dan sukar hilang, bila kita kembali terjun
kedalam keramain dunia.
Andaikan Tripurusha diumpamakan suatu sumber air suci, yang
tersembunyi dilapisan-lapisan dalam dari jiwa kita sendiri, kita memerlukan
sebuah alat untuk sampai pada sumber air suci itu. Alat tersebut adalah
kepercayaan kita kepada sang suksma sejati, yang diumpamakan seperti batang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
129
bor. Bor tidak boleh patah, artinya kepercayaan kita juga tidak boleh kunjung
padam, kekutan untuk memasukkan bor kedalam lapisan jiwa yang sedalamdalamnya ialah usaha manusia untuk mendekat pada sang Suksma Sejati. Usaha
ini harus dilaksanakan setiap saat.
Ulasan Kang Kelana,hal: 112. PANGESTU
3) Pendalaman pengalaman hidup
Peserta diajak untuk mengungkapkan dalam kelompok kecil, kesan pribadi serta
hal-hal yang mengesan dalam cerita pengalaman hidup “Mendekat Kepada Sang
Guru Sejati”).
1. Apa kesan-kesan saudara-saudari setelah merenungkan cerita Ulasan Kang
Kelana?
2. Pernahkan saudara-saudara merasa diri mendapat pengalaman hidup dari
Sang Guru Sejati?
4) Rangkuman pendalaman pengalaman hidup
Hal yang sangat mengesan dalam kisah di atas antara lain bahwa Tuhan
Tripurusha diibaratkan air suci yang tersembunyi pada lapisan dalam dari jiwa
kita sendiri. Untuk mencapai air suci kita membutuhkan Sang Guru Sejati. Untuk
mencapai persatuan dengan Guru Sejati jalan yang harus ditempuh adalah dengan
percaya dan meneladani ajaran sang Guru Sejati.
Pesan yang kita ambil adalah gambaran orang yang telah bersatu dengan
Sang Guru Sejati dan bagaimana jalan kita untuk bersatu dengan Guru Sejati
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
130
sehingga terjalinya kebersatuan kita dnegan Tuhan. Tuhan yang digambarkan
dengan air suci yang terdapat didalam lapisan jiwa manusia. Untuk sampai pada
air suci manusia perlu alat yaitu bor sebagai kenyataannya adalah ajaran Sang
Guru Sejati sendiri.
5) Pembacaan Kitab Suci atau Tradisi
Peserta diajak menyimak sebuah teks cerita kitab suci beserta daftar pertanyaan
pendalaman di sekitar tema dalam hal-hal yang mengesan dan pesan inti dari teks
yang telah dibagikan kepada peserta.
“Percakapan Dengan Perempuan Samaria” (Yoh 4:1-26)
Ketika Tuhan Yesus mengetahui, bahwa orang-orang Farisi telah mendengar,
bahwa Ia memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada Yohanes
meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya, Iapun
meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea. Ia harus melintasi daerah
Samaria. Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar
dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf. Di situ terdapat
sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir
sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. Maka datanglah seorang perempuan
Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku minum."
Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan. Maka kata
perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta
minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan
orang Samaria). Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
131
Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya
engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup."
Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur
ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau
lebih besar dari pada Bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami
dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan
ternaknya?" Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus
lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan
haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan
menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada
hidup yang kekal." Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air
itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air."
Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini." Kata
perempuan itu: "Aku tidak mempunyai suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat
katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai
lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini
engkau berkata benar." Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang
padaku, bahwa Engkau seorang nabi. Nenek moyang kami menyembah di atas
gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah."
Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan
tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di
Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa
yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
132
akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan
menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki
penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah
Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran."Jawab perempuan itu
kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus;
apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami." Kata Yesus
kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau."
Pertanyaan pendalaman
1) Pergulatan batin apa yang dialami oleh wanita Samaria sebelum menerima
Yesus?
2) Apa yang membuat wanita Samaria percaya kepada Yesus?
3) Jelaskan pemahaman Sang Guru Sejati dalam kisah wanita Samaria?
6) Pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi
Peserta diajak mengungkapkan jawaban secara bebas mengungkapkan dalam
kelompok.
Pergulatan batin wanita Samaria pada awalnya air yang dimaksud adalah
air arti jasmani saja. Bahkan wanita Samaria menanyakan Yesus tentang timba
untuk mengambil air. Namun akhirnya wanita itu paham setelah Yesus orang
Yahudi mau bergaul dengan orang Samaria. Pribadi dari perempuan Samaria yang
identitasnyapun bisa diketahui oleh Yesus, serta pemahan bahwa yang meminum
air dari Yesus tidak akan haus selamanya. Maka wanita itu menyadari air yang
dimaksud adalah air kehidupan, sumber firman dan ajaran Yesus. Sehingga wanita
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
133
samaria itu mengakui bahwa Yesus adalah mesias, sang Guru Sejati, sumber
teladan.
Dalam kedua cerita pendalaman pengalaman hidup dalam kisah
“Mendekat Kepada Sang Guru Sejati” dan kisah “Percakapan Dengan
Perempuan Samaria.” Dapat kita ambil pesan-pesanya, pembelajarannya,
sebagai berikut:
Kisah “Mendekat Kepada Sang Guru Sejati” dan kisah Kitab Suci
“Percakapan Dengan Perempuan Samaria.” ini sama-sama merupakan kisah
dalam perjalanan menemukan air suci atau air kehidupan yang akan
mempersatukan manusia dengan Tuhan.
Bila manusia sadar, Guru sejati ada dalam setiap diri manusia. Guru sejati
akan menuntun manusia bersatu dengan Tuhan. kisah “Percakapan Dengan
Perempuan Samaria” memberikan pemahaman bahwa Kristus adalah anugrah
Allah. Yesus sebagai sumber air hidup yang terpancar sampai kehidupan kekal.
Dalam diri Yesus manusia menemukan guru wadhag (kelihatan) dan guru sejati
(Yesus Allah sendiri yang menjelma). Dengan mengikuti petunjuk-petunjuk dari
guru wadhag, manusia akan dibawa menuju pengalaman bertemu dengan sang
Guru Sejati. Orang Jawa akan mencari guru yang sungguh-sungguh berilmu,
mempunyai “kawruh” (pengetahuan) mengenai kehidupan ini. Guru itulah yang
akan memberikan petunjuk-petunjuk ke arah pengalaman mengenai asal dan
tujuan hidup, ke arah pengalaman bersatu dengan Gusti. Yesus adalah pribadi
yang mempunyai pengetahuan tentang Allah, bahkan dikatakan tidak seorangpun
melihat Allah, tetapi Anak Tunggal Allah yang menyatakan-Nya. Yesus datang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
134
membawa petunjuk-petujuk dari Bapa. Ajaran yesus datang dari Allah, firman
Yesus firman Allah, yang mendengarkan Yesus mendengarkan Allah. Beguru
kepada Yesus berarti diajari Allah sendiri, dengan demikian “kawruh” kehidupan
itu dapat dipercaya. Guru juga diharapkan sebagai jalan petunjuk menuju
persatuan dengan Allah, maka Yesus adalah jalan untuk bersatu dengan Allah atau
Yesus menyatakan kehadiran Gusti Allah sendiri sebagai guru. Asal dan tujuan
hidup (“sangkan paraning dumadi”), pengalaman bersatu dengan Allah
(“Manunggaling Kawulo Gusti”) ditemukan dalam bersatu dengan guru Yesus.
Yesus itulah kerinduan manusia, yakni kerinduan bersatu dengan Allah. Menurut
Injil Yohanes jaminan kepastian kesatuan dengan Allah adalah Yesus, karena
Dialah manusia yang sepenuh-penuhnya mewahyukan Allah. Jaminan kepastian
bukan hanya kepastian batin saja, namun kepastian yang didukung oleh peristiwa
historis. Allah yang berkarya secara “ora kasat mata” ( tak nampak) telah nampak
dalam seorang manusia dari Nasaret. Allah bekerja dalam sejarah manusia, Allah
sejarah adalah Allah wahyu itu. Kenyataan menyejarahnya Allah sangat besar
dalam menentukan pengalaman hidup bersatu dngan Allah. Allah menyejarah
dalam badan manusia yang tersentuh dan terjamah. Sejarah inkarnasi membuat
kesaksian hubungan manusia dengan Allah menjadi konkrit yaitu dalam kesatuan
dengan Guru Yesus. Perjumpaan dengan Yesus adalah pengalaman menemukan
diri sendiri dan pengalaman bersatunya dengan Tuhan, pengalaman petunjuk
kehidupan, teladan bagaimana hidup di dunia, yang tak kurang suatu apapun
sampai mengenal asal dan tujuan hidup.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
135
7) Rangkuman pendalaman teks Kitab Suci atau Tradisi
Air sebagai sumber penghidupan merupakan kebutuhan hidup semua
orang. Ini terlihat dalam kisah wanita dan beberapa orang Samaria selalu
bergantung pada sebuah sumur sebagai sumber kebutuhan jasmani. Begitu pula
dalam diri Yesus, Yesus bagaikan sumber kebutuhan rohani yang di dalam-Nya
terpancar air kehidupan yang akan menyejukkan jiwa. Dan di dalam Yesus
diketemukan guru wadhag (kelihatan) dan guru sejati (Yesus Allah sendiri yang
menjelma). Dengan mengikuti petunjuk-petunjuk dari guru wadhag Yesus,
manusia akan dibawa menuju pengalaman bertemu dengan sang Guru Sejati.
Yesus sungguh-sungguh berilmu, mempunyai “kawruh” (pengetahuan) mengenai
kehidupan ini. Guru Yesus itulah yang akan memberikan petunjuk-petunjuk ke
arah pengalaman mengenai asal dan tujuan hidup, ke arah pengalaman bersatu
dengan Gusti. Teladan kehidupan Yesus patut kita contoh. Yesus adalah
kerinduan manusia yang di dalamnya manusia menerima guru yang kelihatan
(wadhag) dan juga guru Sejati Rohani yaitu, Allah sendiri yang menjelma. Dalam
Yesuslah terpancar sumber air kehidupan.
8) Penerapan dalam hidup konkrit
Saat Hening sejenak peserta diajak merenungkan serta mengumpulkan buah-buah
pribadi dari katekese ini untuk hidup sehari-hari, yang dapat berupa niat atau
tindakan.
1) Allah kehidupan dapat kita rasakan dalam diri kita melalui ketenangan dan
ketentraman batin.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
136
2) Allah adalah sumber air suci/ air kehidupan, untuk mencapai air suci itu
haruslah memakai sebuat alat. Alat itu adalah sang Guru sejati.
3) Jalan berguru kepada sang guru sejati terdapat dalam diri Yesus Kristus.
Dalam diri Yesus manusia menemukan guru wadhag (kelihatan) dan guru
sejati (Yesus Allah sendiri yang menjelma). Syarat yang kita lakukan
untuk adalah percaya dan mengikuti teladan Yesus. Maka kita akan sampai
kepada air kehidupan sehingga dapat bersatu dengan Tuhan?
4) Kita telah memahami Sang Guru Sejati dalam Yesus Kristus, marilah kita
meneladan Yesus dengan bersikap cinta kasih, tolong menolong,
membangun hidup bersama di Gereja maupun di masyarakat!
9) Penutup
Dimulai dengan mengungkapkan doa-doa spontan hasil buah katekese dan bisa
pula doa-doa umat lainnya secara bebas.
Doa Penutup:
Ya Allah kami, melalui air kehidupan Engkau segarkan jiwa kami, Engkau
penuhi jiwa kami. Tuhan melalui Sang Guru Sejati Yesus Kristus ajarilah kami
menemukan air kehidupan agar kami dapat bersatu dengan jiwa-Mu Tuhan.
Tuhan pancarkanlah selalu air hidup dalam usaha kami bersatu dengan-Mu. Kami
percaya Tuhan, kehendak kasih-Mu selalu menuntun setiap langkah kami. Amin.
Lagu penutup: “Seperti Rusa Rindu Sungai-Mu”
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB V
PENUTUP
Setelah memaparkan beberapa pengertian mengenai ajaran Kebatinan
Pangestu, ajaran Kristiani Katolik dan perjumpaan dari kedua ajaran tersebut.
Pada bagian ini penulis akan memaparkan beberapa hal yang perlu ditegaskan
kembali dari sebagai kesimpulan dari seluruh rangkaian penulisan skripsi ini.
Penulis melihat ada benang merah yang sama antara ajaran Kebatinan Pangestu
dengan ajaran Kristiani Katolik. Di akhir bagian ini penulis juga memberikan
beberapa saran yang dapat membantu meningkatkan dalam membangun dialog
iman Kristiani Katolik dengan iman Kebatinan, sehingga terang iman Kristiani
tetap bercahaya.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan beberapa pemaparan pokok iman Kebatinan Pangestu dan
iman Kristiani dalam karya tulis ini terdapat bermacam paham perbedaan
pemahaman iman. Perbedaan yang sangat menonjol itu meliputi: ajaran wahyu
dan iman, ajaran konsep Tuhan, ajaran penciptaan, ajaran keselamatan dan ajaran
tentang akhir zaman. Namun dasar pertama yang menyamakan iman Kristiani dan
non Kristiani adalah karya Roh Kudus. Roh Kudus yang satu dan sama berkarya
dalam orang-orang Kristiani dan orang-orang non Kristiani. Roh Kudus
berkehendak menyelamatkan semua orang. Roh Kudus adalah Roh yang satu dan
sama dengan Roh yang memenuhi Yesus. Roh Kudus itu sekarang hadir
137
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
memenuhi Gereja, tetapi lebih luas dari pada Gereja. Lebih dari itu Roh Kudus
yang sama juga berkarya dalam agama dan kepercayaan non Kristiani, termasuk
dalam iman Kebatinan Pangestu. Bagi semua manusia yang berkehendak baik
dalam hati, Roh Kudus berkarya dengan cara yang tidak tampak. Roh kudus
berkarya dalam orang-orang non Kristiani dalam penghayatan religius mereka.
Gereja bersikap terbuka terhadap kebudayaan-kebudayaan, pandangan-pandangan
yang menjadi aspirasi iman manusia dalam mendekatkan hati kepada Allah.
Banyak nilai yang diwartakan Injil telah diperjuangkan oleh dunia seperti
keluhuran martabat, persaudaraan, dan kebebasan. Hal ini sama dengan kerajaan
yang diperjuangkan oleh Yesus yaitu kebenaran dan kehidupan, kekudusan,
keadilan, cinta kasih dan perdamaian (GS, art. 39). Sehingga tidak ada salahnya
bila dalam ajaran Kebatinan dimaknai dalam terang Kristiani.
Dasar kedua yang sama adalah tentang pengalaman batin manusia.
Kebatinan menegaskan bahwa sumber untuk pengakuan Tuhan adalah
pengalaman batin manusia. Kebatinan sebagai pangkal perkembangan manusia,
berasaskan budi luhur untuk mencapai kesempurnaan hidup. Dalam rangka usaha
menuju
kesempurnaan
hidup,
guru
Kebatinan
merupakan
orang
yang
menyampaikan petunjuk jalan kehidupan. Guru dalam Kebatinan berupaya
menuntun jalan para muridnya untuk sampai menemukan Guru Sejati dalam
hidupnya. Kebatinan mengajarkan agar sampai bersatu dengan Guru Sejati,
manusia harus bisa menaklukkan nafsu-nafsunya serta dipersatukan dengan sifat
Tuhan yang telah menjelma dalam hidupnya. Dengan kata lain, manusia haruslah
selalu bertobat agar bertemu dengan Guru Sejati. Pengalaman batin manusialah
138
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
yang bisa mengungkap dan menyatakan dengan Guru sejati. Demikian sama
halnya dengan ajaran Katolik, pengalaman batin merupakan sarana dalam
menemukan Tuhan. Pengalaman batin manusia yang diungkapkan dalam Kitab
Suci telah terjadi semenjak 4000 tahun yang lalu, dimulai dengan perwahyuan
Allah terhadap Abraham (Kej 12: 1), terus menerus dari Abraham ke Musa, dari
Musa ke zaman para Raja dan nabi melalui sejarah Israel sampai memuncak
dalam diri Yesus, yang terdapat dalam Perjanjian Baru secara sempurna dalam
manusia Yesus. Manusia Yesus Kristus adalah Guru Sejati, wahyu Allah, yang
hidup pribadi-Nya sempurna mengungkapkan apa yang ingin dikatakan Allah
kepada manusia. Bisa dikatakan ajaran Katolik dalam menemukan Guru sejati
“ngelmune luweh tuwo” (ilmunya lebih dahulu) bila dibandingkan dengan ajaran
Kebatinan Pangestu. Bahkan dalam diri Yesus ditemukan guru wadhag (guru
berbadan fisik yang kelihatan) dan ditemukan Guru Sejati (karena Allah sendiri
yang mengajar manusia).
Injil Yohanes menyatakan bahwa Yesus adalah tanda kehadiran Allah
sebagai guru. Konsep mistik Kebatinan “sangkan paraning dumadi” (Asal dan
tujuan hidup) dan “Manunggaling Kawulo Gusti” (pengalaman bersatu dengan
Allah) ditemukan dalam bersatu dengan guru Yesus. Kepastian kesatuan dengan
Allah adalah Yesus. Yesus sepenuh-Nya mewahyukan Allah. Jaminan kepastian
didukung oleh peristiwa historis. Allah yang berkarya secara “ora kasat mata”
(tak nampak) telah nampak dalam seorang manusia dari Nasaret. Allah telah
bekerja dalam sejarah manusia. Allah menyejarah dalam badan manusia yang
tersentuh dan terjamah. Sejarah inkarnasi membuat kesaksian hubungan manusia
139
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
dengan Allah menjadi konkrit yaitu dalam kesatuan dengan Guru Yesus. Orang
Jawa akan mencari guru yang sungguh-sungguh berilmu dan mempunyai kawruh
(pengetahuan) mengenai kehidupan. Yesuslah pribadi yang mempunyai
pengetahuan tentang Allah. Sehingga berguru pada Yesus sama halnya berguru
kepada seorang guru Kebatinan dan sekaligus berguru pada Sang Guru Sejati
(Tuhan Allah sendiri) karena Dialah pernyataan Tuhan Allah sendiri. Yesuslah
pemenuhan kepuasan batin manusia. Yesus itulah kerinduan manusia, yakni
kerinduan batin bersatu dengan Allah.
Dengan pemahaman serta pemaknaan dasar karya Roh Kudus yang sama
dan pengalaman batin dengan sang Guru sejati yang sama, maka katekese bagi
warga Pangestu diharapkan sebagai usaha Gereja untuk menumbuhkan iman yang
semakin terarah kepada perwahyuhan sejati dalam menerima Yesus Tuhan,
berupaya menyentuh rasa batin bagi saudara Kebatinan Pangestu. Melalui
katekese yang tetap mempertahankan simbol tradisi Jawa, menjadikan sebuah
pewartaan iman yang tetap menjaga nilai-nilai tradisi setempat. Sehingga
terjadilah inkulturasi budaya melahirkan jembatan antara budaya setempat dan
pesan Kristiani yang menyentuh hati. Dengan demikian hidup yang terkandung
dalam Kebatinan Pangestu yang diterangi dalam iman Kristiani katolik akan
semakin memberikan cahaya terang bagi kemuliaan Allah. Sebab Injil tidak bisa
diasingkan dari kebudayaan-kebudayaan tempat Injil ditanam dan akan selalu
menemukan ungkapannya sepanjang zaman.
140
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
B. SARAN
Bertitik tolak dari seluruh pembahasan dalam skripsi ini, penulis ingin
memberikan beberapa saran yang semoga membantu bagi siapa saja terutama bagi
katekis ataupun saudara-saudara yang beriman Katolik yang mendalami ajaran
Kebatinan Jawa.
1.
Berbagai aliran Kebatinan ada di Indonesia, ajaran Kebatinan merupakan
warisan sipiritual bangsa Indonesia ini perlu digali dan dan dikembangkan
nilai-nilainya dan tentunya harus dalam konteks terang iman Kristiani.
2. Saudara yang mendalami Kebatinan Jawa dalam pengalaman imannya perlu
menempatkan pengalaman batin dalam kerangka iman, harapan dan kasih
yang tumbuh di hati sebagai ajaran Kristus.
3. Para pelaku katekese hendaknya terpanggil membawa Injil kedalam jantung
budaya setempat sehingga hasil pertobatan yang dilaksanakan Injil dalam
kebudayaan dapat mengubah, menginspirasikan
dan melahirkan kembali
buah-buah iman yang baru.
4. Evaluasi diperlukan agar proses katekese di dalam Kebatinan benar-benar
tidak dimasuki oleh unsur-unsur sinkretisme. Katekese yang benar akan
memberikan inspirasi bukan hanya asimilasi intelektual iman saja, namun
mengubah, menyentuh hati peserta katekese.
141
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
142
DAFTAR PUSTAKA
Adimassana, JB. (1986). Ki Ageng Suryomentaram Tentang Citra Manusia.
Yogyakarta: Kanisius.
Banawiratma, J.B. (1977). Yesus Sang Guru, Pertemuan Kejawen dan Injil.
Yogyakarta: Kanisius.
_____________ (Ed.) . (1986). Wahyu Iman Kebatinan. Yogyakarta: kanisius.
Darminta, J. (1973). Kunci Perjanjian Baru. Yogyakarta: kanisius.
_____________ . (1995). Kebatinan kristen. Yogyakarta: kanisius.
Dister, Nico Syukur. 1987. Kristologi, Sebuah Sketsa. Yogyakarta: Kanisius.
_____________ . (1991). Pengantar Teologi. Yogyakarta: Kanisius.
_____________ . (2004a). Teologi Sitimatika 1. Yogyakarta: Kanisius.
_____________ . (2004b). Teologi Sitimatika 2. Yogyakarta: Kanisius.
Dejong, S. (1976). Salah Satu Sikap Hidup Orang Jawa. Yogyakarta: Kanisius.
Darmawijaya, St. (1991). Pengantar ke Dalam Misteri Yesus Kristus. Yogyakarta:
Kanisius.
Eko Riyadi. (2011). Yohanes, firman telah menjadi manusia. Yogyakarta:
Kanisius.
Groenen, C. (1989). Sateriologi Alkitabiah. Yogyakarta: Kanisius.
_____________. (1990). Sakramentologi. Yogyakarta: Kanisius.
Greshake, Gisbert. (2003). Mengimani Allah Tritunggal. Maumere: Ledalero.
Harun Hadiwijono. (1970). Kebatinan dan Injil. Jakarta: Badan Penerbit Kristen.
_____________. (1983). Konsepsi Tentang Manusia Dalam Kebatinan
Jawa.Jakarta: Sinar Harapan.
Huber, Thomas. (1979). Arah Katekese di Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Hentz, Otto. 2005. Pengharapan Kristen. Yogyakarta: Kanisius.
Heryatno wono wulung, F.X. (2012). Katekese Kontekstual Katekese Manjing
Kahanan. Dalam B. A. Rukiyanto (ed.). Pewartaan Di Zaman Global
(hal:135). Yogyakarta: Kanisius.
Jacobs, Tom. (2007). Syalom, Salam, Selamat. Yogyakarta: Kanisius.
Kopendium Katekismus Gereja Katolik. (2011). Malang: Dioma
Komisi Kateketik KWI. (2000). Kongregasi Untuk Imam Petunjuk Umum
Katekese. Bogor: SMK Grafika Mardiyuana.
Konferensi Wali Gereja Indonesia. (1996). Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius.
Kirchberger, Georg. (1986). Pandangan Kristiani Tentang Dunia Dan Manusia.
Ende: Nusa Indah.
_____________. (1999). Allah Pengalaman dan Refleksi Dalam Tradisi Kristen.
Maumere: arnoldus ende.
Keene, Michael. (2006). Kristianitas. Yogyakarta: Kanisius.
Kuntoro Wiryomartono. (1988). “Pemahaman Kebatinan Jawa Dalam Rangka
Hidup Rohani Kristen I”. Dalam Mawas Diri (17):24. Jakarta
Kuntoro Wiryomartono. (1988). “Pemahaman Kebatinan Jawa Dalam Rangka
Hidup Rohani Kristen II”. Dalam Mawas Diri (18):27. Jakarta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
143
Kongregasi Suci Para Klerus. (1971). Derectorium catechisticum Generale. (J.S.
Setyokarjana, Penerjemah). Yogyakarta: Puskat.
Lalu, Yosef. (2005). Katekese Umat.Jakarta: KWI.
Lembaga Biblika Indonesia. 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta:
Kanisius.
Mulder, Niels. (1983). Kebatinan dan Hidup Sehari-Hari Orang Jawa. Jakarta:
PT Gramedia.
Mertoatmodjo. (1990). Olah Rasa. Jakarta: Paguyuban Ngesti Tunggal.
Michel, Thomas. (2001). Pokok-Pokok Iman Kristiani. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Rausch, Thomas P. (2001). Katolisisme. Yogyakarta: Kanisius.
Rukiyanto, Bernadus A. (2012). Katekese Di Tengah Arus Globalisasi. Dalam B.
A. Rukiyanto (ed.). Pewartaan Di Zaman Global (hal: 61).
Yogyakarta: Kanisius.
Prasetyo, L. (1999). Panduan Untuk Calon Baptis Dewasa. Yogyakarta: Kanisius.
Papo, Yakob. (1987). Memahami Katekese. Ende: Nusa Indah.
Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia II. (1981). Rumus katekese
umat yang dihasilkan PPKKI II. Dalam Th. Huber (Ed). Katekese
umat: Hasil Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia II
(hl. 15-23). Yogyakarta: Kanisius.
Rahmat Subagyo. (1973). Kepercayaan Kebatinan Kerohanian Kejiwaan Dan
Agama. Majalah Spektrum 3.
Sarwedi Sosrosudigdo. (1965). Fungsi Dan Arti Kebatinan Untuk Pribadi Dan
Revolusi. Jakarta: Balai Pustaka.
Soenarto Mertowardojo. (2013). Olah Rasa Di Dalam Rasa. Jakarta: Paguyuban
Ngesti Tunggal.
_____________. 2014. Sasangka Jati. Jakarta: Paguyuban Ngesti Tunggal.
Suwarno Imam S. (2005). Konsep Tuhan, Manusia, Mistik Dalam Berbagai
Kebatinan Jawa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Soemantri Hardjoprakoso.(2011). Arsip Sarjana Budi Santosa. Jakarta:
Paguyuban Ngesti Tunggal.
Sularso Sopater. (1987). Mengenal Pokok-Pokok Ajaran Pangestu. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Sumarno Ds, M. S.J. (2011). Program Pengalaman Lapangan Agama Katolik
Paroki. Diktat kuliah semester VI IPPAK USD.
Telaumbanua, Marinus.(1999). Ilmu Kateketik-Hakikat, Metode dan Peserta
Katekese Gerejawi. Jakarta: Obor.
Warnabinarja, Is. (1977). “Kedamaian Menurut Pangestu”. Dalam Sumbangan
Kebatinan (V/10): 29-32. Yogyakarta: Seri Kolosani.
Yohanes Paulus II. (1969). Ad Gentes (Tentang Kegiatan Misi Gereja). EndeFlores: Nusa Indah.
_____________.(1990). Lumen Gentium (Konstitusi Dogmatis Tentang Gereja).
(Penyelenggaraan Katekese). (R. Hardawiryana, penterjemah).
Jakarta: Dokpen KWI.
_____________. (1990). Dei Verbum (Konstitusi Tentang Wahyu Ilahi). (R.
Hardawiryana, penterjemah). Jakarta: Dokpen KWI.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
144
_____________. (1991). Nostra Aetate (Pernyataan Tentang Hubungan Gereja
Dengan Agama-Agama Bukan Kristiani). (R. Hardawiryana,
penterjemah). Jakarta: Dokpen KWI.
_____________. (1992). Catechesi Tradendae (Penyelenggaraan Katekese).
(R. Hardawiryana, penterjemah). Jakarta: Dokpen KWI
_____________. (1992). Gaudium Et Spes (Konstitusi Pastoral Tentang Tugas
Gereja Dalam Dunia Dewasa Ini). (R. Hardawiryana, penterjemah).
Jakarta: Dokpen KWI.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
145
LAMPIRAN
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran: 1
LAMBANG PANGESTU (Paguyuban Ngestitunggal)
Pangestu berlambang sepasang bunga, yang terdiri dari setangkai bunga Mawar
berwarna merah jambu berduri satu dan setangkai bunga Kamboja berwarna putih
dengan garis kuning emas pada tepi kelopaknya. Lambang sepasang bunga
tersebut dengan latar belakang berwarna ungu.
Bunga Mawar : Melambangkan tugas ke luar yaitu melaksanakan tugas hidup
bermasyarakat, duri tangkai bunga mawar tersebut melambangkan bahwa
bagaimanapun sukses / berhasilnya tugas hidup ke luar tersebut dilaksanakan
selalu ada cela atau kekurangannya.
Bunga Kamboja : Melambangkan tugas ke dalam, yaitu berbakti kepada Tuhan
Yang Maha Esa harus dengan bekal kesucian lahir dan batin.
Latar belakang warna Ungu : Melambangkan ‘bangunnya jiwa’ dari kondisi
tertidur / pasif menjadi sadar dan aktif.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran: 2
Dalam Yesus
Dalam Yesus kita bersaudara
Dalam Yesus kita bersaudara
Dalam Yesus kita bersaudara sekarang dan selamanya
Dalam Yesus kita beraudara
Dalam Yesus ada cinta kasih
Dalam Yesus cinta kasih
Dalam Yesus ada cinta kasih sekarang dan selamanya
Dalam Yesus ada cinta kasih
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran: 3
SEPERTI RUSA RINDU SUNGAI-MU
Seperti rusa rindu sungai-Mu
Jiwaku rindu Engkau
Kaulah Tuhan hasrat hatiku
Ku rindu menyembah-Mu
Kaulah kekuatanku dan perisaiku
Kepadamu rohku berserah
Kaulah Tuhan hasrat hatiku
Ku rindu menyembah-Mu
Reff
Yesus..Yesus
Kau berarti bagiku
Yesus..Yesus
Kau segalanya bagiku
Kau segalanya bagiku
Kau segalanya...... bagiku
Download