i PENGARUH PENERAPAN METODE

advertisement
PENGARUH PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING JIGSAW
TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PRODI SI
KEPERAWATAN STIKES GANESHA HUSADA KEDIRI
NASKAH PUBLIKASI
Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat
Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta
SUTIK
NIM. 20141050048
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
i
ii
PENGARUH PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING JIGSAW
TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PRODI SI
KEPERAWATAN STIKES GANESHA HUSADA KEDIRI
Sutik¹, Wiwik Kusumawati²
ABSTRAK
Latar Belakang : Kondisi perguruan tinggi di Indonesia cukup beragam permasalahan yang
ditemukan, terutama pada proses pembelajaran mayoritas masih menggunakan metode
konvensional. Upaya pemerintah mengatasi masalah ini dengan mengadakan perbaikan
kurikulum dari pendekatan kurikulum berbasis Teacher Centered Learning menjadi
kurikulum berbasis Student Centered Learning. Metode cooperative learning jigsaw
merupakan salah satu strategi Student Centered Learning yang dapat diterapkan. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penerapan metode cooperative learning jigsaw
terhadap motivasi dan hasil belajar mahasiswa.
Metode : Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan Quasi eksperiment pre and post test
without control, dengan intervensi metode Cooperative Learning Jigsaw. Sampel penelitian
ini adalah mahasiswa program studi semester II STIKES Ganesha Husada Kediri. Instrumen
penelitian dengan kuesioner dan soal MCQ. Kemudian hasil dianalisa dengan menggunakan
uji paired sampel t-test dengan nilai α 0,05
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata motivasi belajar pre test 135,33 dan post
test-3 158,03 sedangkan hasil belajar pre test 68,43 dan post test-3 83,03 Hasil uji beda untuk
motivasi belajar didapatkan pre-post test-1 p value 0,012, pre-post test-2 p value 0,000, prepost test-3 p value 0,001, sedangkan hasil belajar pre-post test-1 sampai pre-post test-3
didapatkan p value 0,000.
Kesimpulan : Ada pengaruh penerapan metode cooperative learning jigsaw terhadap
motivasi dan hasil belajar mahasiswa program studi S1 Keperawatan STIKES Ganesha
Husada Kediri setelah dilakukan metode Cooperative Learning Jigsaw.
Kata Kunci : cooperative learning jigsaw, motivasi belajar, hasil belajar
1
Mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2
Dosen Program Studi Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
iii
Kesehatan,
INFLUENCE OF APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING JIGSAW
METHOD TOWARDS STUDENT’S MOTIVATION AND LEARNING OUTCOMES
IN NURSE STUDY PROGRAM HEALTH SCIENCE INSTITUTE GANESHA
HUSADA KEDIRI
Sutik 1, Wiwik Kusumawati2
ABSTRACT
Background: Condition of higher education in Indonesia are quite diverse problems found,
especially in learning process, the majority are still using conventional methods. Government
efforts to overcome this problem by revising curriculum from Teacher Centered Learning
curriculum into Student Centered Learning curriculum approach. Cooperative learning jigsaw
method is a strategy of Student Centered Learning that can influence student’s motivation and
learning outcomes. Research objective is to determine influence of application of cooperative
learning jigsaw method towards student’s motivation and learning outcomes.
Method: Research design was quantitative using quasi-experimental pre and post test without
control approach, with intervention Cooperative Learning Jigsaw. Samples were student of
second semester in S-1 Nursing Study Program Health Science Institute of Ganesha Husada
Kediri. Research instruments were questionnaire to measure learning motivation and MCQ to
measure learning outcomes, and then analyzed using paired sample t-test with probability
value or α 0.05
Results: Results showed that average score of pre-test on learning motivation was 135.33 and
post-test–3 was 158.03, while pre-test on learning outcomes was 68.43 and post-test–3 was
83.03. The results of different test on learning motivation was obtained pre-post test–1, p
value was 0.012, pre-post test–2, p value 0.000, pre-post test–3, p value 0.001, while on
learning outcomes pre-post test–1 until pre-post test–3wasobtainedpvalue0.000.
Conclusion: There was influence of application of cooperative learning jigsaw method
towards student’s motivation and learning outcomes of S-1 Nursing Study Health Science
Institute Program Ganesha Husada Kediri after conducting Cooperative Learning Jigsaw
method.
Keywords: cooperative learning jigsaw, learning motivation, learning outcome
1. Student of Nursing, University of Muhammadiyah Yogyakarta
2. Lecturer of Graduate Nursing Study Program, Faculty of Medicine and Health Science,
University of Muhammadiyah Yogyakarta
iv
PENDAHULUAN
Kondisi pembelajaran perguruan tinggi
di
Indonesia
masih
cukup
maupun disekolah tinggi keperawatan di
beragam
Indonesia dinilai tidak sejalan lagi dengan
permasalahan yang ditemukan. Beberapa
kemajuan
temuan
Pengembangan
globalisasi ini. Dampak dari pembelajaran
Kurikulum Pendidikan Tinggi, Direktorat
dengan pendekatan konvensional ini bisa
Pendidikan Tinggi yang melaksanakan
menyebabkan mahasiswa menjadi tidak
pelatihan
pengembangan
kurikulum
termotivasi
diseluruh
KOPERTIS
Indonesia
pembelajaran, dan ini berdampak pada
dari
Tim
di
dunia
pendidikan
mengikuti
era
kegiatan
menemukan berbagai masalah utama, salah
prestasi
satunya adalah pada model pembelajaran
mahasiswa.
masih ditemukan pendekatan pembelajaran
dikemukakan oleh Mody, et all, (2012),
konvensional
bahwa
atau
pendekatan
belajar
di
yang
dicapai
Sebagaimana
pembelajaran
oleh
yang
konvensional
pembelajaran berpusat pada pendidik atau
menyebabkan rendahnya motivasi belajar
TCL (Teacher Centered Learning) (Dikti,
mahasiswa.
2014). Model pembelajaran yang sudah
evaluasi melalui angket mahasiswa di
dan sedang di implementasikan di Program
STIKES Ganesha Husada Kediri
Studi S1 Keperawatan STIKES Ganesha
akhir semester ganjil tahun akademik
Husada
model
2014-2015, bahwa 34.78% menyatakan
diimplementasikan
perkuliahan membosankan karena kurang
Kediri,
pembelajaran
masih
mayoritas
yang
menggunakan
konvensional
yang
melibatkan
yang
mahasiswa
didapat
;
23,18
dari
pada
%
bersifat
menyatakan materi yang dipelajari sangat
dengan
banyak;
27,54
pendekatan konvensional yang saat ini
kurang
bervariasi
masih umum digunakan diperguruan tinggi
metode
pembelajaran
tradisional.
atau
pendekatan
Data
Pembelajaran
1
% menyatakan dosen
dalam
dan
penggunaan
14,49
%
(BAAK, SGH.2015). Termasuk data yang
pembelajaran kooperatif salah satunya
didapatkan dari bagian evaluasi akademik
adalah metode pembelajaran jigsaw, yaitu
pada
menekankan
mahasiswa
semester
IV
tahun
pembelajaran
dalam
akademik 2014-2015 didapatkan bahwa
kelompok kecil dimana mahasiswa belajar
prestasi hasil belajar mahasiswa, yang
dan bekerja sama untuk mencapai tujuan
ditunjukkan dari hasil indek prestasi
secara
kumulatif (IPK) ada 15 % mahasiswa
diharapkan dapat meningkatkan motivasi
dengan IPK kurang dari 3,00. Hasil studi
dan prestasi belajar mahasiswa (Arends,
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
2008).
pada tanggal 6 April 2016
pada 38
optimal.
Motivasi
Dengan
demikian
merupakan
mahasiswa di Program studi Keperawatan
yang
semester IV STIKES Ganesha Husada
melakukan suatu tindakan (Nursalam,
Kediri, menunjukkan hasil bahwa 21
2008). Motivasi dibedakan menjadi dua
mahasiswa (58%) mempunyai motivasi
yaitu motivasi instrinsik dan motivasi
belajar rendah.
ekstrinsik. Motivasi instrinsik ini berfungsi
Melihat
fenomena
seseorang
untuk
perlu
tanpa memerlukan rangsangan dari luar,
adanya perubahan strategi pendekatan
sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan
pembelajaran yang inovatif dan kreatif.
dorongan yang timbul dari luar. Motivasi
Banyak strategi pendekatan pembelajaran
belajar tergolong dalam motivasi instrinsik
yang inovatif yaitu menekankan pada
yaitu
keaktifan
seseorang
peserta
diatas
mendorong
kekuatan
didik.
Pendekatan
perubahan
energi
yang
dalam
ditandai
diri
dengan
tersebut misalnya pembelajaran kooperatif
munculnya feeling dan didahului dengan
yaitu merupakan bagian dari metode
tanggapan terhadap adanya tujuan dan
pendekatan
emosi yang dapat menentukan tingkah laku
SCL
(Student
Centered
Learning), dimana terdapat banyak model
manusia
2
(Sadirman,
2008).
Menurut
Hamalik (2008), motivasi belajar ialah
saja dalam menerima informasi tetapi juga
suatu
diri
dalam
memproses
seseorang yang ditandai oleh timbulnya
secara
efektif,
perasaan dan reaksi untuk belajar. Untuk
melaksanakan
mendapat hasil belajar yang optimal,
eksternal maupun internal. Belajar secara
sangat diperlukan motivasi belajar yang
aktif, mahasiswa dituntut mencari sesuatu
tepat.
sehingga
perubahan
Makin
energi
tepat
dalam
motivasi
yang
informasi
otak
refleksi
dalam
tersebut
membantu
baik
pembelajaran
secara
seluruh
diberikan, maka makin berhasil pula
potensi mahasiswa akan terlibat secara
pelajaran yang dipelajari. Jadi motivasi
optimal. Pembelajaran kooperatif dengan
akan senantiasa menentukan intensitas
dengan model jigsaw ini, mahasiswa tidak
usaha belajar bagi para peserta didik
hanya mendengar dan melihat, tetapi juga
(Sardiman, 2008).
mendiskusikan,
Model
pembelajaran
jigsaw
ini
mengerjakan
mengajarkan yang dia ketahui
merupakan salah satu model pembelajaran
teman-temannya.
kooperatif (cooperative learning) yang
Adapun
mengupayakan
pembelajaran
jigsaw menurut Aronson & Patnoe (2011)
mampu mengajarkan kepada peserta didik
yaitu : (1) pendidik membuka proses
lain
mengoptimalkan
pembelajaran ; (2) pendidik membagi
keseluruhan anggota kelas sebagai satu tim
kelompok menjadi 5-6 orang : (3) pendidik
yang
Mahasiswa
menunjuk pemimpin tiap kelompok ; (4)
sekaligus
tiap kelompok diberi materi berbeda ; (5)
perasaan yang diwujudkan dalam perilaku
tiap peserta didik mempelajari materi
belajar dan peduli terhadap orang lain.
berbeda; (6) peserta didik membentuk
Penerapan pembelajaran kooperatif dengan
kelompok ahli; (7) peserta didik kembali
model jigsaw, keaktifan mahasiswa tidak
kekelompok asal; (8) tiap kelompok
maju
membangun
berusaha
peserta
kepada
didik
dan
seorang
tahap-tahap
dan
bersama.
pengetahuannya
3
mempresentasikan
materi
didiskusikan;
(9)
mengobservasi
kelompok
yang
tiap
sudah
jigsaw
dapat
kelompok
belajar
mahasiswa.
motivasi
Mahasiswa
yang
yang
mempunyai motivasi belajar yang tinggi
presentasi dan (10) pendidik melalukan
dapat berperilaku inisiatif, eksploratif,
evaluasi
kreatif, mampu mengekspresikan diri,
serta
lain
meningkatkan
menutup
proses
pembelajaran.
berusaha
Penerapan
kooperatif
dengan
pembelajaran
model
jigsaw
mengatasi
bertanggung
ini
masalah,
jawab
atas
berani
apa
yang
dikerjakannya, mampu melakukan tugas-
diharapkan mampu meningkatkan motivasi
tugas
dan hasil belajar mahasiswa. Hal ini
kemampuan dan usaha dari dirinya sendiri,
didukung oleh penelitian yang dilakukan
berani mengutarakan pendapat dan aktif
oleh Hanze & Berger (2007) menunjukkan
dalam
hasil bahwa dengan penerapan metode
pengalaman belajar. Model pembelajaran
Cooperative learning-jigsaw classroom,
ini
terdapat
adanya
kelompok kecil dimana mahasiswa belajar
akademik,
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang
dan
hubungan
optimal. Model pembelajaran ini selain
mahasiswa,
dibanding
dapat
perbedaan
peningkatan
motivasi
yaitu
kemampuan
instrinsik
interpersonal
sebelumnya
waktu
diberikan
metode
yang
diberikan
perkuliahan
menekankan
dosen
dan
mencari
pembelajaran
meningkatkan
atas
dalam
kemandirian
mahasiswa dalam belajar juga mendorong
pembelajaran langsung (direct instruction).
meningkatkan
Hasil penelitian lain oleh Wardani &
dalam
Noviani (2010), berdasarkan data dan
mengutarakan pendapat. Motivasi belajar
pengamatan dari siklus ke siklus dalam
yang baik,
dapat mendorong adanya
penelitiannya,
peningkatan
hasil
di
dapatkan
bahwa
:
pembelajaran dengan menggunakan model
kelompok
Mahasiswa
4
kemampuan
dan
belajar
berusaha
berinteraksi
keberanian
mahasiswa.
memperoleh
informasi dari berbagai sumber kemudian
perlakuan
didiskusikan
lain,
membandingkan nilai post test dengan pre
meningkatkan
test. Desain penelitian Quasi eksperiment
motivasi belajar serta pemahaman atau
tersebut digunakan pada penilaian untuk
penguasaan
menilai
dengan
dengan
demikian
mahasiswa
akan
materi
yang
akan
meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
Dengan
demikian,
menganggap
perlu
pendekatan
strategi
adanya
dinilai
motivasi
mahasiswa.
dengan
cara
dan
hasil
belajar
Sedangkan
untuk
melihat
peneliti
gambaran afektif mahasiswa menggunakan
perubahan
metode penelitian survey deskriptif. Data
di
diperoleh melalui melalui proses perijinan
Program Studi S1 Keperawatan STIKES
studi pendahuluan dan STIKES Ganesha
Ganesha Husada Kediri sehingga peneliti
Husada Kediri guna memperoleh jumlah
tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh
populasi pada prodi S-1 Keperawatan
Penerapan metode Cooperative Learning
2015/2016. Sebelum penelitian dilakukan
Jigsaw terhadap motivasi dan hasil belajar
peneliti melakukan penjelasan kepada
mahasiswa
S1
responden dan meminta mengisi lembar
Keperawatan STIKES Ganesha Husada
persetujuan menjadi responden. Kemudian
Kediri”
pengumpulan data dilakukan pembelajaran
METODE PENELITIAN
dengan metode Cooperative Learning
Desain
di
pembelajaran
Program
yang
Studi
digunakan
dalam
jigsaw,
dimana
metode
pembelajaran
penelitian ini adalah Quasi eksperiment ini
tersebut dilakukan tiga kali pertemuan.
peneliti menggunakan pendekatan dengan
Untuk mengukur motivasi belajar peneliti
desain Pre and post test without control
menggunakan
(control diri sendiri), Pada desain ini
Sedangkan untuk menilai hasil belajar
peneliti hanya melakukan intensi pada satu
mahasiswa
kelompok tanpa pembanding. efektifitas
penilaian dengan metode evaluasi hasil
5
lembar
peneliti
kuesioner.
menggunakan
belajar MCQ (Mutiple-choice qustion)
HASIL PENELITIAN
yang diberikan kepada 30 responden
1. Karakteristik Responden
tersebut diberikan pada post pembelajaran
Tabel 1.1 Distribusi hasi analisis
karakteristik responden (n=30)
kooperatif jigsaw dengan intervensi, yaitu
Karakteris
tik
Jenis Kel
pada pertemuan ke 1, 2 & ke 3. Tahapan
analisis yang digunakan oleh peneliti
adalah pertama dilakukan uji normalitas
Kategori
F
%
Laki-laki
Permpuan
2
2
8
2
5
5
2
8
2
2
2
8
2
2
8
7
93
2
7
3
Usia
15-20
th
kemudian
dilanjutkan
uji
analissis
deskriftif data univariat dan bivariat.
Lokasi
penelitian
>20th
Sehat
Sakit
Kondisi
fisik/psikis
dilakukan
Kondisi
fisik
diruang kuliah prodi SI Keperawatan
Buku
referen
STIKes Ganesha Husada Kediri. Peneliti
melakukan penelitian pada Bulan Juni-Juii
Ruang
kuliah
2016.
Ya
Tidak
Mendukun
g
Tdk
dukung
Nyaman
Kurang
nyaman
pvalue
0,844
83
7
0,844
93
7
0,844
73
0,697
27
73
7
0,697
90
0,713
3
Sumber : Data Primer 2016
Table 1.1 menunjukkan bahwa dari
semua
faktor-
karakteristik
faktor
responden
yang
untuk
mempengaruhi
motivasi belajar dan hasil belajar dari hasil
uji statistik chi-square didapatkan nilai α >
0,05. .
2.
Gambaran Motivasi belajar sebelum
dan sesudah penerapan metode cooperative
learning jigsaw
6
Tabel 1.2 Distribusi hasil analisis
deskriptif nilai rata-rata motivasi belajar
sebelum dan sesudah penerapan metode
cooperative
learning
jigsaw pada
Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan STIKES
Ganesha Husada Kediri ( n = 30)
max
Hasil bel. – 56 – 81
68,43 ± 8,274
62 – 86
77,96 ± 7,039
pre
Post test – 1
Post test – 2 62 – 87
78,36 ± 6,666
Post test – 3 72 – 95
83,03 ± 6,094
Sumber :Data Primer 2016
Variabel
MinMean ±SD
Max
Motivasi bel– 111 135,33 ± 12,62
158
139,33 ± 14,67
pre
Post test – 1
111 –
162
Post test – 2
122 145,53 ± 9,775
Post test – 3
162
158,03 ± 7,730
140 –
170
Sumber : Data Primer 2006
Tabel 1.3 menunjukkan bahwa dari
hasil analisis deskriptif didapatkan nilai
rata-rata hasil belajar sebelum dan sesudah
penerapan metode cooperative learning
jigsaw terdapat peningkatan, mulai dari pre
test dengan nilai mean 68,43 sampai
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa dari
dengan post test -3 nilai mean 83,03.
hasil analisis deskriptif didapatkan nilai
4.
Pengaruh
penerapan
metode
rata-rata motivasi belajar sebelum dan
cooperative learning jigsaw terhadap
sesudah penerapan metode cooperative
motivasi
learning
jigsaw
terdapat
dan
hasil
belajar
peningkatan,
menggunakan uji paired sampel t-test
mulai dari pre test dengan nilai mean
135,33, sampai dengan post test -3 nilai
Tabel 1.4 pengaruh penerapan metode
cooperative learning jigsaw terhadap
motivasi belajar mahasiswa Prodi S1
Keperawatan STIKES Ganesha Husada
Kediri (n=30)
mean 158,03.
3.
Gambaran hasil belajar sebelum dan
sesudah penerapan metode cooperative
learning jigsaw
Tabel 1.3 Distribusi hasil analisis
deskriptif nilai rata-rata hasil belajar
sebelum dan sesudah penerapan metode
cooperative
learning
jigsaw pada
Mahasiswa Prodi S1 Keperawatan STIKES
Ganesha Husada Kediri ( n = 30)
Variabel Min-
Variabel
Motivasi bel. pre
Motivasibel.post1
Mean± SD
p.value
135,33±12,62
0,012
139,23±14,62
Motivasi bel. Pre
Motivasibel.post2
135,33±12,62
145,53±9,775
0,000
135,33±12,62
158,03±7,730
0,001
Motivasi bel. pre
Motivasi bel
Mean ± SD
7
post3
Sumber : Data Primer 2016
PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden
Tabel 1.4 menunjukkan bahwa dari
Hasil penelitian dari uji bivariat
hasil uji paired sampel t-test penerapan
menunjukkan bahwa semua item dalam
metode
cooperative
learning
jigsaw
karakteristik responden yang terdiri dari
terhadap motivasi belajar didapatkan nilai
jenis kelamin, usia,
pre-post-1 p-value 0,012, pre-post-2
kondisi fisik/psikis,
pkondisi lingkungan kampus, buku referensi
value 0,000,
dan pre-post-3
p-value
(sumber
belajar),
dan
ruang
kuliah,
0,001.
mempunyai nilai p-value > 0,05. Hal ini
Tabel 1.5 pengaruh penerapan metode
cooperative learning jigsaw terhadap
hasil belajar mahasiswa Prodi S1
Keperawatan STIKES Ganesha Husada
Kediri (n=30)
berarti semua item dalam karakteristik
Variabel
Hasil bel. pre
Hasil bel.post-1
Mean± SD
68,43±8,274
77,96±7,039
p.value
0,000
mahasiswa.
Hasil bel. pre
Hasil bel.post-2
68,43±8,274
78,36±6,666
0,000
Hasil bel. pre
68,43±8,275
Hasil bel post3
83,03±6,094
Sumber : Data Primer 2016
0,000
responden tidak menjadi faktor yang
mengaruhi motivasi dan hasil belajar
dilakukan
Hasil
oleh
penelitian
Trisnawati
yang
(2013),
menyatakan bahwa jenis kelamin bukanlah
sebuah faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar. Hasil penelitian lain juga sesuai
dengan penelitian (Robbin, 2003), bahwa
Tabel 1.5 menunjukkan bahwa dari
jenis
kelamin
tidak
mempengaruhi
hasil uji paired sampel t-test penerapan
kemampuan belajar. Jenis kelamin dalam
metode
cooperative
learning
jigsaw
penelitian ini bukan menjadi faktor yang
terhadap hasil belajar didapatkan semua
mempengaruhi hasil belajar mahasiswa.
nilai mulai pre-post-1 , pre-post-2, dan
Sesuai dengan apa yang dijelaskan di atas
pre-post-3 p-value 0,000.
kemungkinan
ada
faktor
lain
yang
mempengaruhi hasil belajar diantaranya
8
adalah waktu dan kesempatan, peserta
dengan
didik dengan jenis kelamin perempuan
Kedewasaan juga dipengaruhi oleh proses
dikaruniai hal-hal yang mungkin saja dapat
pertumbuhan
mengganggu intensitas dalam belajarnya,
berdasarkan tahapan usia. Masing-masing
misalnya dalam siklus haid. Mahasiswa
pertumbuhan tidak selalu sama. Ada yang
dengan
dan
mengalami masa pertumbuhan dengan
dan
cepat dan ada juga yang lambat. Termasuk
dalam
dalam proses belajar pencapaian masing-
jenis
perempuan
kesempatan
kelamin
laki-laki
mempunyai
yang
hak
sama
melaksanakan proses pembelajaran.
dorongan
emosionalnya.
masing-masing
individu
masing individu tidak sama dan tidak
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa
tergantung dari usia.
usia responden tidak menjadi pengaruh
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa
hasil belajar. Psikolog Sarlito Wirawan,
karakteristik
faktor
patokan
kondisi lingkungan belajar responden tidak
kedewasaan seseorang. Terkadang wanita
mempengaruhi motivasi dan hasil belajar.
20 tahun lebih dewasa daripada pria yang
Menurut Muhibbin (2007), keadaan fisik
sudah usia 25 tahun. Pernyataan ini juga
yang
diperkuat oleh Sanjaya (2010), bahwa
pertumbuhan yang optimal, kesehatan
kedewasaan seseorang bukanlah terletak
jasmani, dan keadaan alat-alat indera yang
pada ukuran usianya, melainkan dari
lain merupakan bukti kualitas fisik ataupun
tingkat perkembangan individu atau organ-
psikis seseorang. Dengan stabilitas kondisi
organnya yang berfungsi sebagaimana
fisik atau psikis yang sehat maka sangat
mestinya. Selain itu juga bagaimana
berpengaruh positif terhadap kegiatan
tingkat
yang
belajar peserta didik. Begitu pula dengan
dimilikinya, sehingg mampu membedakan
faktor lingkungan belajar yang kondusif
antara pengambilan keputusan rasional
turut mempengaruhi kemajuan hasil belajar
usia
tidak
kematangan
menjadi
emosional
9
kondisi
menunjukkan
fisik/psikis
pada
dan
tahap
peserta didik. Situasi lingkungan belajar
25 responden (83,3 %) dan kegiatan
yang
berdampak
penutup sejumlah 23 responden (23,3 %),
terhadap daya konsentrasi peserta didik,
dan tidak ada responden yang menyatakan
yang akhirnya mempengaruhi
kurang.
ricuh,
ramai
akan
motivasi
dan hasil belajar.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa
Namun pendapat Muhibbin (2007),
karakteristik sarana penunjang belajar dan
ini bertolak belakang dari hasil penelitian
ruang kuliah tidak menjadi pengaruh
ini. Motivasi dan hasil belajar yang dicapai
motivasi dan hasil belajar mahasiswa. Hal
oleh responden dalam penelitian ini,
ini
kemungkinan besar disebabkan karena
Muhibbin (2007), bahwa salah satu faktor
kegiatan proses belajar mengajar dirancang
yang
dengan baik dan menarik sehingga akan
proses belajar adalah tersedianya sumber
menjadi
bagi
belajar yang memadai. Sumber belajar ini
stimulus
tersendiri
bertentangan
menunjang
dengan
pendapat
keberhasilan
dalam
mahasiswa
untuk
termotivasi
belajar
dapat berupa media belajar termasuk buku
sehingga
akan
berdampak
pada
referensi sebagai bahan baku penunjang.
peningkatan motivasi dan hasil belajar. Hal
Dengan bahan baku penunjang yang
ini diperkuat dari hasil evaluasi proses
memadai maka sangat membantu peserta
pembelajaran melalui hasil angket yang
didik dalam melakukan perbuatan belajar.
diberikan
setelah
Selain itu ruang perkuliahan yang nyaman
dilakukan intervensi yang ketiga bahwa
juga merupakan faktor pendukung yang
sebagian besar responden menyatakan
sangat
proses
kelancaran
kepada
penerapan
responden
metode
cooperative
penting
proses
learning jigsaw berjalan dengan baik mulai
sehingga
peserta
dari kegiatan pendahuluan sejumlah 21
antusias
dalam
responden (70%), kegiatan inti sejumlah
pembelajaran.
10
untuk
menunjang
belajar
didik
mengajar,
akan
mengikuti
Penelitian
lain
merasa
proses
yang
disampaikan oleh Sulistiowati (2009),
pembelajaran
dengan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
memberikan
hasil
motivasi belajar adalah sarana penunjang
motivasi,
partisipasi
belajar seperti ruang kuliah yang nyaman,
interdependent), yang baik bagi peserta
sumber belajar yang memadai. Namun
didik. Penelitian lain yang dilakukan oleh
pendapat Muhibbin (2007) dan hasil
Huang, et all. (2013) hasil penelitian
penelitian Sulistiowati (2009), ini bertolak
menunjukkan bahwa penerapan metode
belakang dari hasil penelitian. Motivasi
pembelajaran
dan hasil belajar yang didapatkan dicapai
strategi pembelajaran kooperatif, terdapat
oleh responden dalam penelitian ini,
peningkatan minat dan motivasi belajar
kemungkinan besar disebabkan karena
mahasiswa.
kegiatan proses belajar mengajar dirancang
dorongan, hasrat, kebutuhan seseorang
dengan baik dan menarik.
untuk melakukan aktifitas tertentu, motif
2. Gambaran Motivasi belajar sebelum
merupakan suatu kondisi atau disposisi
dan
sesudah
diterapkan
metode
teknik
yaitu
berbasis
jigsaw
terjadinya
(positively
jigsaw
Motivasi
dengan
merupakan
internal. Selanjutnya motivasi merupakan
motif yang telah menjadi aktif pada saat-
cooperative learning jigsaw
Hasil penelitian berdasarkan tabel
saat
tertentu
(Wingkel,
2009).
Jadi
1.2 didapatkan bahwa skor motivasi belajar
motivasi merupakan bagian dalam dari
sebelum dan sesudah penerapan metode
suatu
cooperative
terdapat
seseorang dalam bertindak dengan cara
peningkatan nilai mean, mulai dari pre test
yang jelas untuk memenuhi beberapa
dengan nilai mean 135,33, sampai dengan
tujuan tertentu. Motivasi juga menjelaskan
post test -3 nilai mean 158,03.
mengapa orang melakukan suatu tindakan.
learning
jigsaw
Beberapa
penelitian yang dilakukan Mengduo &
keadaan
yang
menyebabkan
Setiap aktifitas yang dilakukan oleh
Xiaoling (2010), menunjukkan bahwa
seseorang itu didorong oleh suatu kekuatan
11
dari dalam diri orang itu sendiri. Kekuatan
3. Gambaran Hasil belajar sebelum dan
pendorong inilah yang selanjutnya disebut
sesudah
sebagai
learning jigsaw
motivasi
(Nursalam,
Efendi,
2008). Sedangkan yang dimaksud dengan
diterapkan metode cooperative
Hasil penelitian berdasarkan tabel 1.3
motivasi belajar menurut Pujiadi (2007)
didapatkan bahwa
skor hasil belajar
mendefinisikan tentang motivasi belajar
sebelum dan sesudah penerapan metode
mahasiswa adalah suatu keadaan dalam
cooperative
diri mahasiswa yang mendorong dan
peningkatan nilai mean, mulai dari pre test
mengarahkan perilakunya kepada tujuan
dengan nilai mean 68,43 sampai dengan
yang ingin dicapainya dalam mengikuti
post test -3 nilai mean 83,03.
learning
jigsaw
terdapat
pendidikan. Idealnya, tujuan mahasiswa
Beberapa penelitian yang dilakukan
dalam mengikuti pendidikan adalah untuk
oleh Souvignier & Kronenberger (2007),
menguasai bidang ilmu yang dipelajarinya.
hasil penelitian menunjukkan bahwa dari
Sehingga dalam mempelajari setiap bahan
tiga kondisi pembelajaran, didapatkan
pembelajaran, mahasiswa terdorong untuk
bahwa
menguasai bahan pembelajaran
jigsaw memberikan hasil belajar yang
tersebut
pembelajaran
dengan
dengan baik, dan bukan hanya untuk
memuaskan.
sekedar lulus meski dengan nilai yang
dilakukan oleh Ulfa & Sumaryati (2010)
sangat baik.
hasil
Adanya dorongan mahasiswa untuk
Penelitian
penelitian
lain
metode
menunjukkan
yang
bahwa
dengan penerapan metode Cooperative
termotivasi belajar, selain didorong oleh
learning-jigsaw
suatu kekuatan dari dalam diri sendiri juga
peningkatan prestasi belajar mahasiswa .
tidak terlepas dari pengaruh ekternal yang
Belajar
salah satunya adalah adanya penerapan
classroom,
merupakan
suatu
terjadi
proses
perubahan perilaku atau pribadi seseorang
proses pembelajaran yang yang baik.
berdasarkan
12
praktik
atau
pengalaman
tertentu (Muhhibin, 2007). Banyak faktor
belajarnya sesuai dengan bobot yang
yang mempengaruhi belajar yang salah
dicapainya (Winkel, 2009 ). Hasil belajar
satunya
Secara
merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan
sederhana, minat berarti kecenderungan
dari kegiatan belajar, karena kegiatan
atau
belajar
adalah
faktor
keinginan
yang
minat.
besar
terhadap
merupakan
proses,
sedangkan
sesuatu. Minat seperti yang dipahami oleh
prestasi merupakan hasil dari proses
beberapa
dapat
belajar. Prestasi belajar yaitu hasil yang
mempengaruhi kualitas pencapaian hasil
dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar
belajar siswa dalam bidang studi tertentu.
sebagaimana yang dinyatakan dalam nilai
Selain minat belajar juga dipengaruhi oleh
(Poerwanto, 2008). Banyak faktor yang
motivasi. Motivasi merupakan keadaan
mempengaruhi hasil belajar, salah satunya
internal organisme yang mendorong untuk
adalah terletak pada proses mengajar itu
melakukan
sendiri
orang
selama
sesuatu.
ini
Karena
belajar
termasuk
tersedianya
sumber
merupakan suatu proses yang timbul dari
belajar yang memadai. Sumber belajar itu
dalam, faktor motivasi memegang peranan
dapat berupa media atau alat bantu belajar
penting pula. Kekurangan atau ketiadaan
serta bahan baku penunjang. AIat bantu
motivasi, baik
internal
belajar merupakan semua alat yang dapat
maupun yang bersifat eksternal akan
digunakan untuk membantu siswa dalam
menyebabkan
melakukan
individu
yang bersifat
kurang
dalam
bersemangatnya
melakukan
perbuatan
belajar.
Maka
proses
dengan pelajaran yang di setting dengan
pembelajarannya yang akan berdampak
baik akan lebih menarik, menjadi konkret,
pada prestasinya.
mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga
serta akan mendapatkan hasil belajar yang
Hasil belajar adalah suatu bukti
keberhasilan
belajar
atau
lebih
kemampuan
bermakna.
Dengan
proses
pembelajaran yang baik maka akan sangat
seseorang siswa dalam melakukan kegiatan
13
berdampak kepada hasil pembelajaran
&
yang berkualitas, termasuk nilai hasil
menunjukkan bahwa penerapan metode
belajar peserta didik.
Cooperative learning jigsaw classroom,
5. Pengaruh
penerapan
motivasi dan hasil belajar
penelitian
akademik
instrinsik
mahasiswa,
waktu
&
motivasi
dibanding
diberikan
metode
pembelajaran langsung (direct instruction).
1.4 dan 1.5 menunjukkan bahwa dari hasil
uji paired sampel t-test penerapan metode
Motivasi belajar yang dirancang
terhadap
oleh Keller (1987), yang dikutip oleh
motivasi belajar didapatkan nilai pre-post-
Huang, et all (2006) dengan berdasarkan
1 p-value 0,012, pre-post-2 p-value 0,000,
teori-teori motivasi. Menurutnya seorang
dan pre-post-3 p-value 0,001. Sedangkan
pendidik
tabel 4.6 menunjukkan bahwa bahwa dari
kepada peserta didiknya, agar mereka mau
hasil uji paired sampel t-test penerapan
belajar. Harapan dari teori ini, mengangap
metode
bahwa orang termotivasi untuk belajar jika
cooperative
jigsaw
hasil
kemampuan
sebelumnya
Hasil penelitian berdasarkan tabel
learning
(2007),
ada pengaruh yaitu adanya peningkatan
metode
cooperative learning jigsaw terhadap
cooperative
Berger
learning
jigsaw
perlu
terhadap hasil belajar didapatkan semua
ada
nilai-nilai
nilai mulai pre-post-1 , pre-post-2, dan
disampaikan
memberikan
motivasi
pengetahuan
(yakni
untuk
yang
memenuhi
p-value 0,000 (p value < α
kebutuhan pribadi), dan jika ada harapan
0,05) yang berarti H1 diterima atau dapat
mencapai keberhasilan. Dari hasil analisa
diartikan terdapat pengaruh penerapan
penerapan metode cooperative learning
metode
jigsaw
jigsaw terhadap item atau komponen
motivasi dan hasil belajar
motivasi belajar, yang ditampilkan dalam
mahasiswa. Hasil penelitian ini diperkuat
tabel. 4.6, menunjukkan bahwa rata-rata
oleh penelitian yang dilakukan oleh Hanze
motivasi
pre-post-3
terhadap
cooperative
learning
14
belajar
responden
setelah
penerapan metode pembelajaran jigsaw,
yang sangat penting. Motivasi menjadi
dari ke empat item yang paling tinggi
kondisi yang esensial dalam pembelajaran,
adalah item relevan/kegunaan yaitu 4,09,
“motivation is an essential condition of
kemudian rata-rata kedua adalah kepuasan
learning”, sehingga hasil belajar peserta
yaitu 4,07 dan item rata-rata yang terendah
didik sangat ditentukan oleh motivasi yang
adalah item
percaya diri yaitu yang
dimilikinya. Semakin besar motivasi dalam
terendah pad item kepercayaan diri yaitu
diri peserta didik, makin besar pula hasil
4,02.
belajar yang akan dicapai. Demikian pula,
Keller,
Sesuai teori yang dirancang oleh
bahwa
relevan
atau
adanya
semakin tepat motivasi yang diberikan
hubungan kegunaan materi yang dipelajari
oleh pendidik,
oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan
dari proses pembelajaran. Motivasi dapat
bagi peserta didik itu sendiri. Peserta didik
menentukan intensitas usaha peserta didik
akan berpikir tentang goal orientation atau
dalam
berorientasi pada tujuan belajar, sehingga
melakukan belajar. Salah satu upaya
peserta didik akan menilai kebutuhan
seorang pendidik untuk memotivasi peserta
untuk belajar untuk dirinya. Selain itu
didiknya dalam proses pembelajaran, agar
materi pembelajaran yang sesuai dengan
potensi-potensi
kebutuhan
dimilikinya mempunyai korelasi positif
memberikan
bagi
peserta
semangat
didik,
mereka
akan
untuk
semakin baik pula hasil
melakukan
sesuatu,
termasuk
(potencies)
yang
dengan prestasinya (achievement).
belajar, terutama apabila materi yang
Proses
dipelajari karena sesuai dengan bidang
pembelajaran
jigsaw
merupakan salah satu model pembelajaran
ilmu atau profesi yang sedang ditekuni.
kooperatif
Menurut Ely (1983) yang dikutip oleh
kemudian
Poulsen, et all (2008), dalam proses
yang
dikembangkan
diadaptasi
oleh
Slavin
dan
di
Universitas John Hopkins (Arends, 2008).
pembelajaran dikelas, motivasi menjadi hal
Model ini merupakan salah satu model
15
pembelajaran
kooperatif
(cooperatif
model kooperatif jigsaw ini peserta didik
learning) yang mengupayakan peserta
memiliki
didik mampu mengajarkan kepada peserta
mengemukakan pendapat dan mengolah
didik
informasi
yang
lain
dan
berusaha
banyak
yang
kesempatan
didapat
dan
untuk
dapat
mengoptimalkan keseluruh anggota kelas
meningkatkan
sebagai satu tim yang maju bersama. Di
berkomunikasi,
sinilah
membangun
bertanggung jawab terhadap keberhasilan
pengetahuannya sekaligus perasaaan yang
kelompoknya dan ketuntasan bagian materi
diwujudkan dalam perilaku belajar dan
yang dipelajari dan dapat menyampaikan
peduli terhadap orang lain.
informasinya kepada kelompok lain. Lie,
mahasiswa
Menurut
(2009),
anggota
kelompok
model
juga menyatakan bahwa jigsaw merupakan
pendidik
salah satu tipe atau model pembelajaran
berpesan sebagai fasilitator yang berfungsi
kooperatiif yang fleksibel. Banyak riset
sebagai jembatan penghubung ke arah
telah
pemahaman yang lebih tinggi, dengan
pembelajaran kooperatif dengan dasar
catatan peserta didik sendiri. Pendidik
jigsaw. Riset tersebut secara konsisten
tidak hanya memberikan pengetahuan pada
menunjukkan bahwa peserta didik yang
peserta
terlibat
pembelajaran
Slavin
keterampilan
kooperatif
didik,
tetapi
ini
harus
juga
dilakukan
didalam
berkaitan
pembelajaran
dengan
model
membangun dalam pikirannya. Peserta
kooperatif model jigsaw ini memperoleh
didik
untuk
prestasi lebih baik, mempunyai sikap yang
mendapatkan pengetahuan langsung dalam
lebih baik dan lebih positif terhadap
menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan
pembelajaran.
mempunyai
kesempatan
kesempatan bagi peserta didik untuk
menemukan
dan
menerapkan
Menurut Johnson & Stanne, (2000),
ide-ide
yang telah melakukan penelitian tentang
mereka sendiri. Menurut Lie (2008), dalam
pembelajaran kooperatif model jigsaw
16
yang
hasilnya
menunjukkan
bahwa
metode
Cooperative
interaksi kooperatif memiliki berbagai
classroom,
pengaruh positif terhadap peserta didik.
kemandirian dan prestasi belajar.
Pengaruh positif tersebut adalah : (1)
yaitu
learning
Berdasarkan
adanya
hasil
peningkatan
penelitian
pembahasan
(2) meningkatkan daya ingat, (3) dapat
disimpulkan bahwa
digunakan untuk mencapai tarap penalaran
learning
tingkat tinggi, (4) mendorong tumbuhnya
pembelajaran yang sangat efektif
motivasi instrinsik (kesadaran individu),
dipakai
(5) meningkatkan hubungan antar manusia
berbasis atau berpusat pada peserta didik.
yang heterogen, (6) meningkatkan sikap
Karena dalam pembelajaran kooperatif
peserta didik yang positif terhadap sekolah,
jigsaw ini akan dibangun kecakapan
(7) meningkatkan sikap positif peserta
belajar, mempelajari pengetahuan yang
didik terhadap guru, (8) meningkatkan
lebih mendalam dari hasil diskusi tiap-tiap
harga diri peserta didik, (9) meningkatkan
kelompok, terutama adanya kelompok ahli
perilaku penyesuaian sosial yang positif,
dalam proses pembelajaran jigsaw. Model
dan (10) meningkatkan ketrampilan hidup
pembelajaran
bergotong-royong.
kemampuan peserta didik untuk berpikir
Noviani
(2010)
pengembangan
penelitian
model
kritis,
jigsaw
sebagai
belajar
ini
diatas
dan
meningkatkan hasil belajar peserta didik,
Hasil penelitian lain oleh Wardani &
tersebut
jigsaw
dapat
metode cooperative
merupakan
model
dapat
metode
untuk
pembelajaran
meningkatkan
mengeluarkan
pendapat
tentang
secara terbuka, bekerjasama tim, belajar
pembelajaran
mengembangkan sosialisasi antar peserta
cooperative learning jigsaw dalam upaya
didik
untuk meningkatkan kemandirian dan
penelitian ini menunjukkan bahwa metode
prestasi
penerapan cooperative learning jigsaw
belajar
mahasiswa.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penerapan
17
dan
pendidik.
Dengan
hasil
sangat mempengaruhi motivasi dan hasil
Asosiasi Institusi Pendidikan Ners (2015).
Kurikulum Pendidikan Ners 2015
, AIPNI, Jakarta.
belajar mahasiswa.
KESIMPULAN
Budiman., & Riyanto, A. (2014). Kapita
Selekta Kuesioner. Jakarta :
Salemba Medika.
Ada pengaruh penerapan metode
Cooperarative learning jigsaw terhadap
Creswell, J.W. (2014). Research Design
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif
dan Mixed, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
motivasi dan hasil belajar mahasiswa Prodi
S1 Keperawatan STIKes Ganesha Husada
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, K., & Leny, N. (2010) Model
Jigsaw
dalam
perkuliahan
pengantar Ilmu Ekonomi untuk
meningkatkan kemandirian dan
prestasi mahasiswa, 46-54.
Arends, R. (2008). Cooperative Learning,
Mempraktekkan
Cooperative
Learning di Ruang-ruang Kelas.
Jakarta : PT. Grazindo
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Pembelajaran
dan
Kemahasiswaan. (2012) Sistem
Pendidikan Tinggi. Jakarta.
Arends, R. (2008). Learning to Teach,
Belajar
untuk
Mengajar.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Pembelajaran
dan
Kemahasiswaan.
(2015).
Pedoman Kurikulum Pendidikan
Tinggi . Jakarta.
Kediri .
Anita., Lie. (2008). Cooperative Learning,
Mempraktekkan
Cooperative
Learning di Ruang-ruang Kelas,
Jakarta : PT. Grazindo.
Direktorat Pendidikan dan Kebudayaan.
(2016). Pedoman Pendidikan
Budi Pekerti . Jakarta.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian
Suatu PendekatanPraktik. Jakarta
: Rineka Cipta.
Hamalik, O. (2008). Proses Belajar
Mengajar.
Jakarta : PT Bumi
Aksara.
Arifin, Z. (2014). Evaluasi Pembelajaran
Prinsip Teknik dan Prosedur.
Bandung : Remaja Rosda Karya.
Hanze,
Aronson, E., & Patnoe, S. (2011).
Cooperation in the Classroom :
The Jigsaw method (3rd. ed).
London : Pinter & Martin, Ltd.
18
M., & Berger, R. (2007).
Cooperative
Learning-jigsaw
classroom, Motivational Effects,
and student Characteristics : An
experimental study comparing
cooperative learning and direct
instruction. Institute of Psychology.
Jurnal Learning and Instruction,
v17, p 29-41.
Huang, et all. (2006). A Preliminary
Validation of Attention, Relevance,
Confidence
and
Satisfaction
Model-based Instructional Material
Motivational. Jurnal of Educational
Technology. v26, p 243-259.
Muhibbin, Syah. (2007). Psikologi
Pendidikan, Bandung : PT Remaja
Rosdakarya
Niegmann, et all. (2008). Motivation
design
Attention,
Relevance,
Confidence,
Satisfaction.Lernen,
Heidelberg.
Huang, H, et all. (2013). A Jigsaw-Based
Cooperative Learning Approach to
Improve Learning Outcome for
Mobile Situated Learning. Jurnal of
Educational Tecnology and Society.
v 17(1), p.128-140.
Notoatmodjo., S. (2003). Pengantar
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Kesehatan, Jakarta :
Rineka Cipta
Notoatmodjo., S. (2005). Metodologi
Penelitian Kesehatan, Jakarta :
Rineka Cipta.
John,W,Creswell (2014). Research Design
Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif
dan Mixed, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Nursalam., & Efendi. (2008). Pendidikan
Dalam Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Kelana,
K,M.
(2011).
Metodologi
Penelitian Keperawatan, Jakarta,
CV. Trans Info Media.
Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan Pendekatan
Praktis, Jakarta : Salemba Medika.
Keller, J. (2004). Learner Motivation and
E-Learning
Design
:
A
Multinationally Validated Process.
Journal of Educational, v 29(3), p
229-239.
Poulsen, et all. (2008). ARCS Model of
Motivational
Design
(Keller).
Learning-Theories : from :
http://www.learningtheories.com/kellers-arcs-model-ofmotivational-design.html
Koordinator Perguruan Tinggi Swasta
Wilayah VII Jawa Timur. (2016).
Teknik
Penulisan
Modul
Pembelajaran. Surabaya.
Purwanto. (2008). Evaluasi Hasil Belajar.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Lie.,A.(2008). Cooperative Learning,
Mempraktekkan
Cooperative
Learning di Ruang-ruang Kelas,
Jakarta : PT. Grazindo.
Purwanto. (2010). Instrumen Penelitian
Sosial
dan
Pendidikan
Pengembangan.
Yogyakarta
:
Pustaka Pelajar.
Mengduo.,. & Xiaoling, J. (2010). Jigsaw
Strategy as a Cooperative Learning
Technique : Focusing on the
Language Learners. Jurnal of
Applied Linguistics. V33 (4), p
113-125.
Ratna, W. (2007). Understanding Action
Research, Center for Collaborative
Action Research, Available at
http://cadres.pepperdine.edu/c.car/de
fine.html
19
Ratna, W. (2008). Model Pembelajaran
Langsung. Bandung : PT Remaja
Rosda Karya.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif . Bandung :
Alfabeta.
Rusman.
(2011).
Model-model
Pembelajaran
menggembangkan
Profesional Guru. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Sugiyono. (2015). Statistika Untuk
Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sulistiowati., & Martono.,S. (2009).
Analisis
factor-faktor
yang
mempengaruhi motivasi belajar
mahasiswa, Prodi Sistem Informasi
STIKOM, Surabaya
Sanjaya, W,. (2010).
Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Sardiman.,A.M. (2008). Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta :
PT Raja Grafindo Permata.
Standar Nasional Perguruan Tinggi.
(2012). Tentang Standar Proses
Pembelajaran. 2012. Jakarta.
Setyosari,
Punaji. (2010).
Metode
Penelitian
Pendidikan
Dan
Pengembangan.
Jakarta : Kencana Prenada Media
Group.
Standar Nasional Perguruan Tinggi.
(2012). Tentang Standar Sarana
Prasarana. 2012. Jakarta.
Slavin, E. (2009). Student Team Learning,
Teknik Pembelajaran Kooperatif.
Jakarta : Permata Puri Media.
Sobur, Alex. (2003). Psikologi
Bandung : Pustaka Setia.
Standar Nasional Perguruan Tinggi.
(2012). Tentang Standar Tenaga
Pendidik dan Kependidikan. 2012.
Jakarta.
Umum.
Syamsuddin,
(2007).
Psikologi
Pendidikan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Song, S.H, & Keller, J.M., (2001).
Effectiveness of motivationally
adaptive instruction on the dynamic
aspects of motivation. Education
Technology
Research
and
development, v5 p 49-55.
Ulfa.,
Souvignier.,E. & Kronenberger. (2007).
Cooperative learning in third
graders’
Jigsaw
group
for
mathematics and science with and
without questioning. Jurnal of
Educational Psychology. v77, p
755-771.
L. & Sumaryati, S. (2010).
Peningkatan Prestasi belajar Mata
Kuliah
Dasar-dasar Akuntasi
melalui penerapan Model-Jigsaw,
Journal
Program
Pendidikan
Ekonomi. V 13 (1) p 16-26.
Uno, B. (2008). Teori Motivasi Dan
Pengukurannya. Jakarta : PT Bumi
Aksara.
Uno, B. (2014). Assesment Pembelajaran.
Jakarta : PT Bumi Aksara.
Wardani., D. & Novianti, l. (2010). Model
Jigsaw
dalam
Perkuliahan
20
Pengantar Ilmu Ekonomi untuk
meningkatkan
Motivasi
dan
Prestasi belajar. Journal Program
Pendidikan Ekonomi. V 13 (1) p
46-54.
Winkel.,W.S (2009). Bimbingan di
Institusi Pendidikan. Jakarta :
Grafindo.
21
Download