ANALISIS PENGARUH PSAK 24 (REVISI 2013)

advertisement
ANALISIS PENGARUH PSAK 24 (REVISI
2013) TERHADAP LAPORAN KEUANGAN
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DALAM INDEKS BISNIS 27 PADA TAHUN
2013
Lisa Monica, Hery Gunawan
Binus University, Jalan Kebon Jeruk Raya No.27,Kebon Jeruk-Jakarta Barat 11530,
+618999945883. [email protected]
ABSTRACT
Research goals to determine the impact of the implementation of SFAS 24 (revised 2013 ) with respect
to aspects of the recognition , measurement, presentation and disclosure in the financial statements of
companies listed in the Business Index 27. This study uses secondary corporate data in 2013 that lists
account the long-term post-employment benefits and are qualitative . Analysis conducted the
simulation presents the impact of SFAS 24 (revised 2013 ) on a sample of 18 companies . Results from
this study is the impact resulting from the elimination of the corridor method , the imposition of past
service costs directly in the income statement and changes in net interest calculation . The
conclusions of the study is to increase or decrease the value of other comprehensive income to rely on
unrecognized actuarial gains / losses, earnings decreased due to the recognition of past service cost ,
which affects the calculation of net interest income and operating expenses . ( L ) .
Keywords : SFAS 24, other comprehensive income, actuarial gains / losses
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak implementasi PSAK 24 (revisi 2013)
sehubungan dengan aspek pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan pada
laporan keuangan perusahaan yang terdaftar dalam Indeks Bisnis 27. Penelitian ini
menggunakan data perusahaan sekunder tahun 2013 yang mencantumkan akun imbalan
pascakerja jangka panjang dan bersifat kualitatif. Analisis yang dilakukan yaitu menyajikan
simulasi dampak PSAK 24 (revisi 2013) pada 18 perusahaan yang menjadi sampel. Hasil
dari penelitian ini merupakan dampak akibat dari penghapusan metode koridor,
pembebanan biaya jasa lalu secara langsung pada laporan laba rugi dan perubahan
perhitungan bunga neto. Simpulan dari penelitian ialah meningkat atau menurunnya nilai
dari pendapatan komprehensif lain bergantung pada keuntungan/kerugian aktuarial yang
belum diakui, laba yang menurun karena pengakuan biaya jasa lalu, perhitungan bunga neto
yang mempengaruhi laba dan beban operasi. (L).
Kata kunci : PSAK 24, pendapatan komprehensif lain, keuntungan/kerugian aktuarial
PENDAHULUAN
Imbalan Kerja merupakan kewajiban yang akan diberikan kepada para pekerja
atau karyawan dalam periode tertentu. Setiap Perusahaan dalam berbagai industri akan
mencantumkan akun kewajiban imbalan kerja. Selain imbalan dalam bentuk gaji,
perusahaan juga perlu membayar biaya lain untuk karyawannya seperti tunjangan, dana
pensiun, dan lainnya yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup karyawannya.
Pembahasan dan penyajian mengenai tunjangan, dana pensiun, dan sebagainya
dalam laporan keuangan diatur dalam Peraturan Standar Akuntasi Keuangan (PSAK) yang
merupakan pedoman semua praktek akuntansi. PSAK yang terkait ialah PSAK 24 yang
mengatur Imbalan Kerja dan Undang-undang yang terkait ialah Undang-undang
Ketenagakerjaan no 13 tahun 2003.
Dalam Undang-undang Ketenagakerjaan ada ketentuan mengenai imbalan
pascakerja yang meliputi imbalan karena karyawan pensiun, cacat, meninggal dunia, dan
mengundurkan diri secara baik-baik. Dimana dengan adanya alasan ini perusahaan harus
mencadangkan dana sesuai prinsip accrual basis, perusahaan harus mempersiapkan hutang
untuk imbalan pascakerja yang akan jatuh tempo nanti.
Jika karyawan keluar karena pensiun, maka perusahaan harus memberikan
manfaat pesangon pensiun kepada karyawan tersebut. Bila perusahaan menerapkan PSAK
24 (revisi 2013) dengan mencadangkan dana, maka perusahaan tersebut tidak secara
langsung mengurangi laba perusahaan karena telah mencadangkan dana untuk imbalan ini.
Dari itu perusahaan lebih baik menerapkan PSAK 24 (revisi 2013) karena alasan ini
berkaitan dengan arus kas perusahaan.
PSAK 24 revisi 2013 telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada
19 Desember 2013. PSAK yang merevisi PSAK 24 revisi 2010 ini akan efektif diterapkan
untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2015. PSAK 24 revisi
2010 dan PSAK 24 revisi 2013 mempunyai 3 perbedaan pokok secara umum yaitu
pengukuran dan asumsi yang diatur lebih detil, tidak ada lagi komponen perubahan nilai
kini kewajiban yang boleh diamortisasi atau ditangguhkan pengakuannya, dan restrukturasi
komponen beban.
Ikatan Akuntan Indonesia (2013:35) menyatakan penerapan PSAK 24 revisi 2013
ini dimulai pada atau setelah 1 Januari 2015, dengan itu maka akan memberikan dampak
langsung bagi perusahaan karena meningkatnya beban imbalan kerja bagi perusahaan yang
akan mempengaruhi laporan laba rugi secara signifikan. Termasuk perusahaan yang
terdaftar di Indeks Bisnis 27, yang terdiri dari berbagai industri. Indeks ini merupakan hasil
kerja sama PT Bursa Efek Indonesia dengan harian Bisnis Indonesia dimana pemilihan
konstituen indeks berdasarkan kinerja emiten dengan kriteria seleksi secara fundamental,
historikal data transaksi (teknikal) dan akuntabilitas.
Indeks Bisnis 27 memuat perusahaan dalam berbagai kategori industri, yakni
kategori umum seperti agrikultur dan pertambangan, manufaktur, dan perbankan. Buku
Panduan Indeks (2010:15) menyatakan Indeks Bisnis 27 diluncurkan pada tanggal 27
Januari 2009 atas kerjasama Bursa Efek Indonesia dengan Harian Bisnis Indonesia, akan
tetapi untuk mendapatkan data historikal, hari dasar yang digunakan untuk perhitungan
indeks ini adalah tanggal 28 Desember 2004. Review dan pergantian saham yang masuk
perhitungan indeks Bisnis 27 dilakukan setiap enam bulan , yaitu setiap awal bulan Mei dan
November.
Mengacu pada peneletian sebelumnya, penulis ingin melakukan penelitian dari
berbagai sektor dengan kriteria tertentu. Sehingga penulisan ini menjadi lebih unggul untuk
melanjutkan penelitian sebelumnya, karena penulis menggunakan banyak sampel untuk
bahan penelitian, dibandingkan penelitian sebelumnya yang fokus dengan satu sektor
industri atau satu perusahaan.
Berkaitan dengan hal diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
dampak penerapan PSAK 24 revisi 2013 yang terjadi bagi perusahaan dalam indeks Bisnis
27 periode tahun 2013 karena Indeks ini merupakan Indeks saham perusahaan yang terdiri
dari perusahaan dengan reputasi baik, yang setiap enam bulan sekali diseleksi oleh Bursa
Efek Indonesia dengan surat kabar Bisnis Indonesia dan komite seleksi khusus yang terdiri
dari para ahli tata kelola berbagai jenis perusahaan. Dengan reputasi yang jelas ini
diharapkan dapat menjadi sampel yang menerapkan praktik akuntansi bagi kewajiban
imbalan kerja yang dimiliki perusahaan dalam melakukan penyajian, pengukuran dan
pengungkapan di laporan keuangan dalam sebuah laporan tugas akhir penulis dengan judul
“ANALISIS PENGARUH PSAK 24 (REVISI 2013) TERHADAP LAPORAN
KEUANGAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DALAM INDEKS BISNIS
27 PADA TAHUN 2013”
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif dimana menyajikan kembali perhitungan (simulasi)
menurut PSAK 24 revisi 2010 dan PSAK 24 revisi 2013 untuk mengetahui dampak
signifikan yang ditimbulkan dari PSAK 24 revisi 2013.
2. Pengumpulan data dilakukan secara tidak langsung, yaitu dengan mengambil data arsip
laporan keuangan dari situs resmi Bursa Efek Indonesia.
3. Unit analisis adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Indeks Bisnis 27 yang
mencantumkan kewajiban imbalan pascakerja jangka panjang yang belum diakui dalam
laporan posisi keuangan.
4. Penelitian ini menggunakan data dalam kurun waktu tertentu (cross sectional) yaitu pada
tahun 2013.
5. Berdasarkan data historis, peneliti membaca dan mempelajari laporan keuangan perusahaan
pada periode akuntansi 2013.
HASIL DAN BAHASAN
Metode yang digunakandalampenelitianiniadalah:
1. Unit ygdianalisisadalahperusahaan-perusahaan manufaktur yang masukdalamindeks kompas
100sertaterdaftardalam Bursa Efek Indonesia yang
mencantumkankewajibanimbalanpascakerjajangkapanjang yang
belumdiakuidalamlaporanposisikeuangan tahun 2013.
2. Data yang dipakaipenelitibersifathistoris,
artinyapenelitimembacadanmempelajarilaporankeuanganperusahaanpadaperiodeakuntansi
yang sudahlewat.
3. Pengumpulan data dengan sistem tidaklangsungdenganmengambil data
LaporanKeuanganperusahaanterkaitdari Bursa Efek Indonesia
4. PenelitianinibersifatKualitatif
5. Data yang digunakanbersifatdalamkurunwaktutertentu(Cross Sectional) yaitupadatahun
2013
6. Metode yangdigunakanpenelitiadalahmetodedeskriptifanalisis,
yaitumetodedengancaramengumpulkandanmenyajikan data yang
digunakandalampenelitiandengancaraanalisisdanstudiliteratur.
HASIL DAN BAHASAN
Dari hasil analisis yang telah disajikan dapat diketahui perubahan dalam aspek pengakuan
yaitu 6 perusahaan mengalami peningkatan dalam kerugian penghasilan komprehensif lain dan 11
perusahaan mengalami peningkatan keuntungan penghasilan komprehensif lain. Dan dalam aspek
pengukuran yaitu 12 perusahaan mengalami penurunan laba perusahaan, 6 perusahaan mengalami
peningkatan laba perusahaan, 8 perusahaan mengalami penurunan dalam beban operasional dan 8
perusahaan mengalami peningkatan beban operasional. Jumlah sample yang digunakan ialah 18
sample perusahaan yang terdaftar dalam Indeks Bisnis 27.
Peningkatan atau penurunan yang merupakan pengaruh implementasi PSAK 24 (revisi 2013)
diantaranya adalah pembebanan keuntungan dan kerugian aktuarial secara langsung ke penghasilan
komprehensif lain yang sebelumnya perusahaan menggunakan pendekatan koridor.
Dengan adanya peningkatan dan penurunan pada penghasilan komprehensif lain memberikan
dampak pada ekuitas perusahaan. Bila terjadi peningkatan kerugian penghasilan komprehensif lain
memberikan kerugian bagi pemilik saham dan kepentingan non pengendali. Dengan adanya
peningkatan keuntungan maka laba komprehensif yang dapat diatribusikan ke pemilik saham dan
kepentingan non pengendali akan meningkat. Hal ini terjadi karena penghasilan komprehensif lain
mempengaruhi laba komprehensif tahun berjalan dimana semakin tinggi kerugian penghasilan
komprehensif lain maka laba yang diatribusikan semakin menurun.
Dampak implementasi PSAK 24 (revisi 2013) mempengaruhi laporan laba rugi perusahaan
yaitu laba sebelum pajak dan beban operasional. Dari segi laba sebelum pajak PSAK 24 (revisi 2013)
mengalami perubahan perhitungan bunga dimana pada PSAK 24 (revisi 2010) untuk perhitungan
biaya bunga dan hasil yang diharapkan dari aset program dipisah dengan menggunakan tingkat bunga
yang berbeda sedangkan pada PSAK 24 (revisi 2013) menggunakan satu tingkat bunga untuk
menghitung biaya bunga dan hasil yang diharapkan dari aset program. Dan dari segi beban
operasional PSAK 24 (revisi 2013) mempengaruhi beban perusahaan yang mencakup beban imbalan
karyawan dimana terdapat perubahan perhitungan bunga dan hasil yang diharapkan dari aset program.
Dimana kenaikan dan penurunan pada beban operasional memberikan dampak bagi laba sebelum
pajak.
Selain perubahan pada perhitungan bunga dan hasil yang diharapkan dari aset program
terdapat pengakuan keuntungan dan kerugian yang belum diakui yang sebelumnya dapat diamortisasi
dimana pada PSAK 24 (revisi 2013) keuntungan dan kerugian yang belum diakui harus langsung
diakui pada laporan laba rugi yang mempengaruhi laba sebelum pajak yang mengakibatkan
peningkatan atau penurunan laba sebelum pajak.
Dengan adanya peningkatan atau penurunan laba sebelum pajak dapat mempengaruhi pada
saham yang diatribusikan pada pemegang saham dan kepentingan non-pengendali. Semakin
meningkat labanya akan menimbulkan rasa kepercayaan dan keyakinan pemegang saham terhadap
kinerja manajemen perusahaan dan sebaliknya bila menurun. Selain itu peningkatan laba juga akan
memberikan dampak bagi pemegang saham dan calon investor untuk bergabung dengan perusahaan
karena pengelolaan perusahaan yang baik dan sebaliknya bila menurun.
Penerapan ini memunculkan akun-akun yang sebelumnya belum diakui, berkaitan dengan itu
maka akan muncul jurnal yang bersangkutan. Berikut contoh jurnal yang dimaksud bila biaya pensiun
diakui dengan mengakui secara langsung pendapatan aktuarial pada pendapatan komprehensif lain.
Beban Pensiun
xxx
Pendapatan Komprehensif lain
xxx
Kas
xxx
Liabilitas
xxx
Berikut adalah contoh analisa dari penerapan PSAK 24 (2013) berdasarkan aspek pengakuan dan
pengukuran :
Tabel 4.4 PT ASTRA INTERNASIONAL Tbk
PT ASTRA INTERNATIONAL Tbk (miliar Rupiah)
PSAK 24
Aspek Pengakuan
(2010)
Exchange difference on translation of financial
1.468
statements in foreign currencies
Available for sale financial asset
(522)
Cash flow hedges
201
Actuarial gains/(losses) from post employment
114
benefit obligations
Share of other comprehensive of associates, net of tax
(5)
Share of other comprehensive income of jointly
158
controlled entities, net of tax
Gains on revaluation of fixed assets
82
Related income tax
(85)
Total Other Comprehensive Income
1.411
Actuarial Gain/loss
Unrecognized actuarial gain/loss
1.411
Total Other Comprehensive Income
Increase/Decrease
selisih
PSAK 24
(2010)
193.880
(158.569)
35.311
(8.163)
(8.545)
943
(1.109)
(751)
3.949
(409)
1.303
4.994
27.523
27.523
selisih
Aspek Pengukuran
Revenue
Cost of revenue
Gross profit
Selling Expense
General and administrative expenses
Interest income
Interest expense
Foreign exchange loss, net
Other income
Other expenses
Share of results of associates
Share of results of jointly controlled entities
Profit before income tax
interest cost
Expected return on plan asset
net interest
Unrecognized past service cost
Actuarial Gain/Loss
Profit before income tax
Increase/Decrease
Selling Expense
General and administrative expenses
Operating expense
Interest cost
Expected Return on plan asset
Net interest
Actuarial gain/loss
Total Operating expenses
Increase/Decrease
8.163
8.545
16.708
16.708
PSAK 24
(2013)
1.468
(522)
201
114
(5)
158
(170)
(170)
231
(87)
(158)
(136)
(151)
(231)
87
158
15
82
(85)
1.411
(170)
1.241
-12%
PSAK 24
(2013)
193.880
(158.569)
35.311
(8.163)
(8.545)
943
(1.109)
(751)
3.949
(409)
1.303
4.994
27.523
231
(87)
(158)
(136)
27.372
-0,55%
8.163
8.545
16.708
(231)
87
158
16.723
0,09%
Berdasarkan Aspek Pengungkapan, dari 18 perusahaan yang menjadi sampel penelitian
belum mengungkapkan laporan imbalan pascakerja sesuai PSAK 24 (revisi 2013) karena adanya
larangan penerapan dini sebelum tanggal efektir yaitu 1 januari 2015 dimana perusahaan wajib
mengungkapkan mengenai :
a.Karakteristik dari program imbalan pasti beserta resiko yang terkait
b.Resiko yang timbul dari perubahan program imbalan pasti
c.RekonsiliasidarisaldoawalkesaldoakhirdariLiabilitas (aset) imbalanpastineto
serta
perhitungan terpisah untuk saldo akun tertentu.
d. Deskripsi atas amandemen,kurtailmen, atau penyelesaian program.
e. Asumsi akuntansi yang signifikan dalam penentuan nilai kini kewajiban imbalan pasti.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisa dan pembahasan yang telah dilakukan untuk mengetahui
dampak implementasi PSAK 24 (revisi 2013) pada laporan keuangan perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, penulis menemukan bahwa masih terdapat perusahaan
yang menggunakan pendekatan koridor dalam pengakuan keuntungan dan kerugian aktuarial
dalam laporan keuangan perusahaannya. Berikut ialah kesimpulannya :
1.
2.
Implementasi PSAK 24 (revisi 2013) mempengaruhi Other Comprehensive Income
dari aspek pengakuan pada laporan keuangan perusahaan yaitu pembebanan
keuntungan dan kerugian aktuarial secara langsung pada penghasilan komprehensif
lainnya yang pada PSAK 24 (revisi 2010) entitas diperbolehkan membebankan
keuntungan dan kerugian aktuarial pada laba/rugi, pendapatan komprehensif lainnya
atau laba/ rugi menggunakan pendekatan koridor. Dengan adanya perubahan
komponen tersebut maka menimbulkan dampak pada pendapatan komprehensif lain
dengan total presentase 33 % perusahan mengalami peningkatan kerugian
pendapatan komprehensif lain untuk 6 perusahaan dari 18 perusahaan yang menjadi
objek penelitian.
Implementasi PSAK 24 (revisi 2013) mempengaruhi Profit Before Income Tax dari
aspek pengukuran yaitu perubahan komponen kewajiban imbalan pasti dan aset
program antara lain biaya jasa, komponen perhitungan bunga (penghapusan konsep
hasil yang diharapkan dari aset program). Perubahan tersebut memberikan dampak
pada komponen laba sebelum pajak dipengaruhi oleh komponen perhitungan bunga
yang sebelumnya presentase biaya bunga dan hasil yang diharapkan dari aset
program memiliki presentase masing-masing. Dengan adanya penerapan PSAK
(revisi 2013) untuk perhitungan bunga menggunakan satu tingkat bunga,
pembebanan biaya jasa lalu secara langsung, keuntungan dan kerugian aktuarial
yang sebelumnya menggunakan pendekatan koridor harus disesuaikan dengan
PSAK 24 (revisi 2013). Dengan adanya perubahan komponen tersebut maka
menimbulkan dampak yang cukup signifikan dengan total presentase 67%
perusahaan mengalami penurunan laba sebelum pajak untuk 12 perusahaan dari 18
perusahaan yang menjadi objek penelitian.
3.
Implementasi PSAK 24 (revisi 2013) mempengaruhi Operational Expense dari
aspek pengukuran karena beban operasional dipengaruhi oleh komponen
perhitungan bunga dan keuntungan dan kerugian aktuarial seperti pada laba sebelum
pajak. Dengan adanya perubahan komponen tersebut maka menimbulkan dampak
yang signifikan dengan total presentase 44 % perusahaan mengalami peningkatan
beban operasional untuk 8 dari 18 perusahaan yang menjadi objek penelitian.
4.
Implementasi PSAK 24 (revisi 2013) sehubungan dengan aspek penyajian dan
pengungkapan, dari 18 perusahaan yang menjadi objek penelitian belum ada yang
menyajikan dan mengungkapkan perhitungan dalam liabilitas imbalan pascakerja
karena adanya aturan larangan penerapan dini sebelum 1 Januari 2015. Perusahaan
wajib mengungkapkan:
a.
Karakteristik dari program imbalan pasti beserta resiko yang terkait
b. Resiko yang timbul dari perubahan program imbalan pasti
c. Rekonsiliasi dari saldo awal ke saldo akhir dari Liabilitas (aset) imbalan pasti
neto.
d. Deskripsi dari setiap amandemen, kurtailmen, dan penyelesaian program.
e. Asumsi akuntansi yang signifikan dalam penentuan nilai kini kewajiban imbalan
pasti.
Saran yang diberikan penulis berdasarkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
Penerapan ini mengakibatkan penambahan beban imbalan kerja yang mempengaruhi
laporan keuangan, dimana perusahaan harus mengungkapkan bahwa perubahan yang terjadi
bukan karena penurunan kinerja perusahaan, melainkan karena adanya penerapan PSAK 24
(revisi 2013). Untuk menjaga kepercayaan investor, maka perusahaan lebih baik memberikan
keterangan berkaitan dengan hal ini pada catatan atas laporan keuangan.
Implementasi PSAK 24 (revisi 2013) merupakan adopsi secara penuh IAS 19R (2013)
sehingga laporan keuangan perusahaan dapat diperbandingkan dengan perusahaan yang terdaftar di
luar negeri. Perusahaan harus siap dengan perubahan-perubahan yang terus terjadi dalam standar
akuntansi untuk berkonfergensi dengan IFRS yang akan membawa kesamaan dalam pengakuan dan
pengukuran serta penyajian dan pengungkapan dalam laporan keuangan perusahaan. Perusahaanperusahaan harus dapat menghadapi perubahan yang ada dan selalu memperbaharui standar-standar
akuntansi melalui Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Dalam menghadapi pembaharuan PSAK 24,
perusahaan dapat melakukan upaya seperti menambahkan pengungkapan bahwa penurunan
penghasilan komprehensif lain tersebut merupakan akibat dari perubahan standar akuntansi bukan dari
penurunan kinerja manajemen dan melakukan perbaikan pemodelan asumsi aktuaria seperti kenaikan
gaji tahunan.
Perusahaan-perusahaan dalam menghadapi perubahan ada yang bersikap membuka diri dan
tidak sedikit yang menutup diri atas perubahan yang ada sehingga sangat dibutuhkan peran Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI) selaku pihak yang bertanggung jawab dalam pembuatan standar akuntansi
untuk mensosialisasikan perubahan-perubahan standar yang ada dengan melakukan seminar atau
pelatihan-pelatihan bagi karyawan dalam penerapan standar akuntansi yang baru.
REFERENSE
Akuntan Online.(2013). Rosita Khawatir, Industri tolak 8 ED PSAK. Diakses 16 Maret dari
www.akuntanonline.com
Armanto Witjaksono, Stefanus Arianto, Theresia Lesmana (2014). Dampak Penerapan PSAK 24
Tahun 2013. Jurnal Gici Volume 4 (1):1-8
Bursa Efek Indonesia. Laporan Keuangan dan Tahunan Perusahaan Tercatat. Diakses 23 Februari
2015 dari www.idx.co.id
Bursa Efek Indonesia. (2015). Pengumuman Saham yang masuk dan Keluar dalam Perhitungan
Indeks Bisnis 27 No. Peng-00769/BEI.OPP/10-2014. Diakses 23 Februari 2015 dari
www.idx.co.id
Elfrida. (2012) Analisis Penerapan PSAK 58 Revisi 2009/ IFRS 5 pada Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Singapura. Jakarta : Program Pascasarjana
Universitas Indonesia.
Felicia, T. (2014). Analisa Pengaruh Psak 24 (2013) Terhadap Laporan Keuangan Perusahaan yang
terdaftar dalam Indeks Kompas 100. Jakarta : Program Pascasarjana Universitas Bina
Nusantara
Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juni 2012
Ikatan Akuntan Indonesia. (2013). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK 24: Imbalan
Kerja.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2013). Exposure Draft PSAK 24: Imbalan Kerja. Diakses tanggal 20
Maret 2015 dari www.iaiglobal.or.id.
Indonesia Stock Exchange. (2010). Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia.
Jakarta.
Indonesia.(2003) Undang-Undang Republik Indonesia no. 13 Tahun 2013 Tentang Ketenagakerjaan.
Diakses tanggal 18 Maret 2015 dari www.hukumonline.com
Pusatis. Pengertian Indeks Bisnis-27. Diakses 14 Maret 2015 dari http://pusatis.com
Silitonga, F.P. (2013). Analisa Penerapan PSAK No.34 (Revisi 2010) atas Pengakuan Pendapatan
pada Perusahaan Jasa Konstruksi PT.TPHE. Jakarta : Program Pascasarjana Universitas
Bina Nusantara
Tjandra, Gerry.(2014). Dampak Penerapan PSAK 24 (revisi 2010), FAS 58 dan PSAK 24 (revisi
2013) Program Pascakerja Imbalan Pasti. Disertasi tidak diterbitkan. Jakarta:Program
Pasca Sarjana Universitas Trisakti.
Wikipedia. Pengertian Bisnis Indonesia. Diakses 14 Maret 2015 dari http://id.wikipedia.org
RIWAYAT PENULIS
Lisa Monica lahir di Jakarta pada 3 Juni 1993. Penulis menamatkan S1 di Universitas Bina
Nusantara dalam bidang Ilmu Ekonomi pada tahun 2015.
Download