JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No.1, (2014) 1-4 1 Analisa Pengaruh Proses Segmentasi Citra terhadap Klasifikasi Citra Rontgen Paru-Paru dengan JST Backpropagation Muhimmatul Khoiro, M. Arief Bustomi. Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected] Abstrak— Analisa pengaruh proses segmentasi citra terhadap klasifikasi citra rontgen paru-paru dengan JST backpropagation telah dilakukan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data citra grayscale foto sinar-X paru-paru yang terlah didiagnosa oleh dokter sebanyak 150 data dengan rincian 90 data untuk pelatihan dan 60 data untuk pengujian. Citra foto rontgen ini akan disegmentasi terlebih dahulu sebelum diklasifikasikan ke dalam tipe paru-paru normal, paru-paru yang terkena kanker dan paru-paru yang terkena efusi. Segementasi dilakukan dengan menggunakan mask yang dibuat dengan proses deteksi tepi canny dan operasi morfologi dilasi. Pada proses pelatihan didapatkan nilai akurasi sebesar 100% sedangkan proses pengujian menunjukkan akurasi sebesar 68,33%. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya dengan bahan dan metode yang sama tanpa proses segmentasi, pada penelitian terjadi peningkatan performasi jaringan. Dengan adanya proses segmentasi citra, jaringan lebih mudah mengenali pola masukkan dari citra. rendahnya kualitas gambar atau bahkan dapat disebabkan karena faktor subyektivitas dan kriteria pengambilan keputusan yang berbeda antara dokter atau ahli radiolog. Untuk membantu dan mempermudah kinerja dokter dan ahli radiolog tersebut perlu dikembangkan suatu perangkat lunak komputer untuk membantu diagnosis yang efektif, cepat, dan akurat. Dalam penelitian ini dikenalkan jaringan syaraf tiruan (JST) yang diharapkan mampu mengidentifikasi citra sinar-X paru-paru. Jaringan Syaraf Tiruan adalah sistem pemrosesan informasi yang mempunyai karakteristik secara umum seperti jaringan saraf biologis (otak manusia). Elemen-elemen struktural dari JST secara umum adalah simpul-simpul, lapisan-lapisan, sambungan antar simpul, paket bobot sambungan. Simpul-simpul dianggap sebagai elemen komputasional atau elemen pemroses karena didalamnya terjadi penjumlahan input-input yang diterima ( xi ) terlebih Kata Kunci—Segmentasi Citra, Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation, Citra foto rontgen paru-paru dahulu dikalikan dengan bobot sambungan ( wi ) yang dibawa tiap input. [3] Dalam penelitian ini, metode klasifikasi yang digunakan dalah jaringan syaraf tiruan umpan maju, dengan pembobot dikoreksi yang dinamakan metode Backpropagation. Hal ini disebabkan metode Backpropagation termasuk ke dalam pelatihan supervised (terbimbing) dan cocok untuk berbagai aplikasi, serta hasil yang dikerjakan lebih optimal dibandingkan dengan metode jaringan syaraf tiruan lainnya[4]. Pada penelitian ini citra paru-paru akan diklasifikasikan ke tiga kondisi, yakni kondisi normal, kanker, dan efusi yang dibedakan berdasarkan warna pada paru-paru. Paru-paru normal akan tampak hitam dan tidak terdapat adanya flek putih yang menutupi paru-paru. Paru-paru yang terkena kanker akan terlihat adanya flek-flek putih yang menutupi paru-paru. Sedangkan untuk efusi warna putih yang menutupi paru-paru lebih rapat dan dominan[5]. Kinerja klasifikasi jaringan syaraf tiruan dapat ditingkat dengan beberapa faktor, salah satunya dengan proses pengolahan citra sebelum diklasifikasi. Pengolahan citra merupakan suatu sistem di mana proses dilakukan dengan masukan berupa citra, dan menghasilkan citra pula dengan kualitas yang lebih baik[6]. Dalam penelitian ini, pengolahan citra yang digunakan dan dapat diperkiran dapat meningkatkan performasi kinerja JST backpropagation adalah segmentasi citra untuk menfokuskan analisis citra pada daerah dada(paru-paru) yang menjadi objek dalam penelitian ini. I. PENDAHULUAN Aplikasi pengolahan citra telah berkembang cukup pesat sejak Land, Zworykin, dan Hatke menemukan electronic translating microskope untuk memperagakan citra ultraungu pada layar televisi pada tahun 1958. Setelah itu bermunculan berbagai aplikasi untuk mendeskripsikan citra ke dalam bentuk digital. Salah satu aplikasi pencitraan digital yang paling terkenal dalam bidang medis sampai saat ini adalah tomografi sinar-X. Tomografi sinar-X ini digunakan untuk merekam dan meneliti keadaan maupun tubuh manusia secara keseluruhan dengan menggunakan radiasi sinar X[1]. Dalam dunia biomedis, hasil citra sinar-X atau sinar rontgen sering digunakan untuk mendiagnosa penyakit dalam tubuh pasien. Pendiagnosaan ini biasanya dilakukan oleh dokter/ahli radiolog dengan cara menganalisa citra foto X-ray dan menemukan kelainan yang ada. Salah satu tugas seorang dokter dan ahli radiolog yang penting dan cukup sulit adalah ketika mendeteksi dan mendiagnosa kelainan organ tubuh yang letaknya tersembunyi. Paru-paru merupakan salah satu organ tubuh yang sulit dideteksi dan didiagnosis oleh kebanyakan ahli radiolog. Dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat kegagalan ahli radiolog untuk mendiagnosa bintil kecil pada paru-paru sebesar 30% dari kasus nyata [2]. Kesalahan ini dapat disebabkan karena struktur anatomi yang terlihat samar atau JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No.1, (2014) 1-4 (a) (b) 2 (c) Gambar 1. Contoh citra digital hasil rontgen paru-paru: (a) normal, (b) efusi, (c) kanker Proses segmentasi daerah dada dilakukan untuk memisahkan daerah paru-paru yang terlihat pada citra dari background, seperti bagian tulang bahu sehingga obyek yang akan didiskripsikan selanjutnya lebih terfokus pada daerah dada saja[7]. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh proses segmentasi citra terhadap klasifikasi citra rontgen dengan mengacu pada penelitian sebelumnya dengan judul ―Klasifikasi Citra Paru-paru dengan Ekstraksi Fitur Histogram dan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation‖. Diharapkan penelitian ini akan menghasilkan perfomasi yang lebih optimal dari penelitian sebelumnya. II. METODE A.Obyek penelitian Obyek yang digunakan merupakan citra rontgen paru-paru sebanyak 150 citra yang telah didiagnosa oleh dokter sebelumnya. Obyek tersebut dibagi untuk keperluan pelatihan perangkat lunak sebanyak 90 sampel dengan rincian 30 sampel citra X-ray paru-paru normal, 30 sampel citra X-ray paru-paru yang terkena kanker dan 30 sampel citra X-ray paru-paru yang terkena efusi dan untuk keperluan pengujian perangkat lunak sebanyak 60 sampel dengan rincian 20 sampel citra X-ray paru-paru normal, 20 sampel citra X-ray paru-paru yang terkena kanker dan 20 sampel citra X-ray paru-paru yang terkena efusi. Citra digital tersebut tersimpan dalam format BMP (Bitmap) dengan resolusi 8 bit. Gambar 1 merupakan contoh data citra yang diolah dalam penelitian Tugas Akhir ini. Sedangkan dalam perancangan perangkat lunak digunakan pemrograman Matlab versi 7.10.0.499(R2010a). B. Pemrosesan Awal Citra Pemrosesan awal citra sangat penting dilakukan untuk meningkatkan kualitas visual citra dan menonjolkan beberapa aspek informasi yang terkandung dalam citra sehigga dapat mempermudah proses yang akan dilakukan selanjutnya. Hal pertama yang dilakukan dalam proses ini adalah mengubah Citra yang awalnya merupakan tipe RGB diubah menjadi citra grayscale agar dapat mempermudah proses analisis lebih lanjut. Kemudian dilakukan proses filterisasi citra untuk mengurangi noise pada citra dengan menggunakan median filter dan proses ekualisasi histogram adaptif untuk memperlihatkan detail pada citra. Citra hasil pemrosesan awal dapat dilihat pada gambar 2 (a) C. Segmentasi Daerah Paru-paru Proses segmentasi dilakukan untuk memisahkan daerah (a) (b) Gambar 2. (a) Citra hasil pemrosesan awal, (b) Citra hasil segmentasi dada yang menjadi obyek fokusan dalam penelitian ini dari obyek yang lainnya di dalam citra (tulang bahu, dan sebagainya). Pada proses ini dilakukan pembuatan mask citra dimana mask tersebut merupakancitra biner yang menunjukkan luasan daerah paru-paru dengan nilai piksel 1 dan sisanya dengan nilai piksel 0. Pembuatan mask sendiri dibuat menggunakan beberapa operasi pengolahan citra yakni deteksi tepi canny, komplemen dan operasi morphologi erosi dengan menggunakan strel square berukuran 2x2 kemudian dibentuk secara manual. Segmentasi dilakukan dengan mengalikan (multiplying) citra dengan mask. Citra hasil segmentasi dapat dilihat pada gambar 2 (b). D. Ekstraksi Fitur Citra Proses ekstraksi ciri bertujuan untuk mendapatkan informasi-informasi penting dari citra paru-paru. Citra yang telah difilter kemudian diekstraksi nilai-nilai fitur histogram yang ada pada citra tersebut. Ekstraksi fitur histogram merupakan metode pengambilan ciri yang didasarkan pada karakteristik histogram citra. Histogram menunjukkan probabilitas kemunculan nilai derajat keabuan piksel pada suatu citra. Dari nilai-nilai pada histogram yang dihasilkan, dapat dihitung beberapa parameter ciri orde pertama, antara beberapa fitur yang digunakan dalam penelitian ini yakni ratarata (mean), standar deviasi, kurtosis, skewness dan entropy [6]. E. Klasifikasi Citra dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Proses pengklasifikasian citra pada penelitian ini dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan backpropagation. Proses pengklasifikasian ini terdiri dari dua proses yakni proses pelatiahan dan proses pengujian. Jaringan terlebih dahulu dilatihkan dengan citra latih. Pelatihan dilakukan dengan menggunakan parameter-parameter yang bernilai tetap, yakni jumlah neuron layar tersembunyi sebanyak 2500, epoch 370, learning rate 0,1 dan error 10-6. Pelatihan yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan nilai-nilai bobot dari jaringan. Bobot yang didapatkan akan tersimpan dan menjadi nilai yang akan digunakan untuk proses pengujian citra uji. Analisa proses klasifikasi dilakukan dengan menggunakan performasi sistem jaringan. Performasi sistem jaringan diuji dengan menggunakan nilai akurasi. Dimana nilai akurasi merupakan tingkat keakuratan sistem dalam mengenali data input yang diberikan sehingga menghasilkan JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No.1, (2014) 1-4 3 Gambar 3. Arsitektur Jaringan Backpropagation dalam penelitian Gambar 4. grafik performasi pelatihan jaringan Gambar 4. Tampilan Neural network Training (proses pelatihan Jaringan) pada MATLAB output yang benar. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: ini, jaringan yang dibentuk memiliki satu layar tersembunyi dimana layar tersembunyi mengandung 2500 neuron, seperti yang ditunjukkan pada gambar 3. Jaringan syaraf tiruan yang dibentuk dalam penelitian menggunakan fungsi aktivasi sigmoid bipolar yang nilainya berkisar antara -1 hingga 1. Fungsi ini digunakan berdasarkan penentuan target yang digunakan. Dalam penelitian ini, digunakan tiga nilai target yakni nilai target -1 untuk jenis citra rontgen paru-paru efusi, nilai target 0 untuk jenis citra rontgen paru-paru kanker dan nilai target 1 untuk jenis citra rontgen paru-paru normal. Perfomasi sistem jaringan dapat dilihat dari perhitungan tingkat akurasi yang menunjukkan tingkat keakuratan sistem dalam mengenali input yang diberikan sehingga menghasilkan output yang benar Dalam proses pelatihan, nilai akurasi yang didapatkan berubah-berubah. Hal ini terjadi karena inisialisasi bobot awal jaringan ditentukan secara otomatis oleh program MATLAB secara acak. Dari pelatihan yang dilakukan berulang kali dengan parameter yang tetap didapatkan nilai akurasi pelatihan terbaik, seperti tabel 1 berikut. Tabel 1. Hasil klasifikasi citra latih akurasi jumlah data yang benar 100% ...................... (1) jumlah data keseluruhan III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelatihan Sistem Jaringann Klasifikasi citra rontgen paru-paru dalam penelitian ini menggunakan metode jaringan syaraf tiruan Backpropagation dimana di dalamnya terdapat dua proses, yakni proses pelatihan jaringan dan proses pengujian jaringan. Proses pelatihan digunakan untuk mencari bobot dan proses pengujian digunakan untuk menguji sistem dengan menggunakan bobot yang telah didapatkan pada proses pelatihan. Jaringan syaraf tiruan backpropagation memiliki arsitektur jaringan yang terdiri dari layar input, layar tersembunyi dan layar output. Pembangunan sistem jaringan dilakukan dengan mengubah parameter-parameter yang ada di dalamnya, seperti jumah layar tersembunyi, jumlah neuron pada layar tersembunyi, dan fungsi aktifasi. Pada penelitian Citra Latih Normal Kanker Efusi Terdeteksi sebagai Normal Kanker Efusi 30 0 0 0 30 0 0 0 30 Rata-rata prosentase Tingkat Akurasi 100% 100% 100% 100% Jumlah Citra 30 30 30 90 Gambar 4. menunjukkan tampilan proses pelatihan jaringan pada program MATLAB yang menghasilkan nilai akurasi seperti pada tabel 1. Pada gambar tersebut dapat terlihat jelas bahwa waktu yang dibutuhkan untuk proses pelatihan adalah 15 detik. Waktu ini dapat dibilang cukup lama untuk proses pelatihan saja. Oleh karena itu, waktu pelatihan dibatasi sebelumnya. Setelah proses pelatihan dengan 370 iterasi dihasilkan nilai error sebesar 0,00583. Nilai ini cukup relatif kecil dan dapat dianggap mendekati nilai error yang diharapkan sebelumnya. Gambar 5. menunjukkan grafik performasi pelatihan jaringan yang diplot berdasarkan nilai Mean Squared Error (MSE) pada setiap iterasi. Dapat dilihat pada grafik tersebut bahwa nilai MSE relatif turun pada setiap iterasi dan JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No.1, (2014) 1-4 mendapatkan nilai mse terendah (performasi terbaik) setelah iterasi ke-370. Hal ini menunjukkan bahwa sistem jaringan dapat mengenali pola klasifikasi dengan 370 iterasi dan sistem jaringan yang terbentuk dapat dikatakan cukup baik untuk mengklasifikasi citra rontgen paru-paru. Dari proses pelatihan ini, didapatkan bobot yang kemudian disimpan untuk proses pengujian selanjutnya B. Pengujian Sistem Jaringan Proses pengujian digunakan untuk menguji sistem dengan menggunakan bobot yang telah didapatkan pada proses pelatihan. Proses ini dilakukan dengan menggunakan data 60 citra uji yang telah dipilih sebelumnya. Dengan menggunakan bobot yang didapatkan pada proses pelatihan sebelumnya, didapatkan hasil klasifikasi citra uji, seperti pada tabel 2 berikut. Tabel 2. Hasil Klasifikasi Data Latih Citra Latih Normal Kanker Efusi Terdeteksi sebagai Normal Kanker Efusi 13 3 4 5 10 5 0 2 18 Rata-rata prosentase Tingkat Akurasi 65% 50% 90% 68,33% 4 penelitian sebelumnya, proses segmentasi pada klasifikasi dapat meningkatkan performasi jaringan pada proses pelatihan dan proses pengujian dengan tingkat akurasi sebesar 100% pada pelatihan dan 68,33% pada pengujian. Dengan adanya proses segmentasi citra, jaringan lebih mudah mengenali pola masukkan dari citra. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Arief Bustomi selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan, saran serta diskusi sehingga penelitian ini dapat terselesaikan. DAFTAR PUSTAKA [1] [2] Jumlah Citra 20 20 20 60 Pada tabel 2 di atas menunjukkan sistem masih belum bisa mengklasifikasi citra uji dengan benar seluruhnya. Citra uji yang masih sedikit untuk dikenali adalah citra rontgen paru-paru kanker sedangkan citra uji yang paling banyak dikenali adalah jenis citra paru-paru efusi. Hal ini dapat dikarenakan citra paru-paru efusi memiliki karakteristik yang terlihat berbada dari jenis citra paru-paru yang lain, yakni daerah paru-paru yang terlihat di dalam citra paru-paru efusi memiliki luas paling kecil daripada yang lain sehingga lebih mudah dikenali oleh jaringan. Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Hasan Bisri pada tahun 2013, penelitian ini dilakukan dengan bahan yang sama dan metode yang sama namun dalam penelitian ini persiapan bahan juga dilakukan dengan proses segmentasi citra paru-paru untuk menfokuskan analisis citra pada daerah dada saja. Dimana pada penelitian sebelumnya didapatkan nilai akurasi pelatihan sebesar 98,89% dengan nilai error 0,01 dan nilai akurasi pada pengujian sebesar 65%. Hasil penelitian menunjukkan nilai akurasi pada proses pelatihan dan proses pengujian mengalami peningkatan daripada penelitian sebelumnya. Bahkan pada proses pelatihan, jaringan dapat mengenali seluruh citra masukkan dengan ditandai dengan nilai akurasi pelatihan mencapai 100%. Selain itu, nilai error yang dihasilkan juga jauh lebih kecil yang menunjukkan tingkat kesalahan pengenalan jaringan tehadap citra yang telah disegmentasi juga lebih kecil. Hal ini membuktikan bahwa dengan adanya proses segmentasi citra, jaringan lebih mudah mengenali pola masukkan dari citra. IV. KESIMPULAN Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian yang telah dilakukan adalah jika dibandingkan dengan hasil [3] [4] [5] [6] [7] Watiningsih, Tri. Juni 2012. Pengolahan Citra Foto Sinar-X untuk Mendeteksi Kelainan Paru. Teodolita, vol. 13, pp 14-30. Fontana, R. S. Sanderson, D. R. Woolner, L. B. Taylor, W. F. Miller, W. E. dan Muhm, J. R. 1986. Lung cancer screening: The Mayo program. J. Occupat. Med., Vol. 28, pp. 746 – 750. Nurhayati dan Iskandarianto, Fitri Adi. 2010. Penerapan Metode Back Propagation Neural Network pada Pendeteksian Kelainan Otak Ischemic Cerebral Infraction dengan Bahasa Pemrograman Delphi. Jurnal Fisika dan Aplikasinya. Surabaya. Mardiyanto, Is. dan Pratiwi, Dian. 2008. Sistem Deteksi Penyakit Pengeroposan Tulang dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Representasi Ciri dalam Ruang Eigen. Universitas Trisakti. Jakarta. CommIT, Vol. 2, No 1. Saksono, Hanung Tyas. Rizal, Achmad. Usman, Koredianto. 2010. Pendeteksian Kanker Paru-paru dengan menggunakan Transformasi Wavelet dan Metode Linear Discriminant Analysis. Institut Teknologi Telkom. Bandung. Bisri, Hasan. 2013. Klasifikasi Citra Paru-paru dengan Ekstraksi Fitur Histogram dan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation. J. Sains dan Seni POMITS, vol.2. 2337-3520 Patil, Dr. S.A. dan Kuchanur, M.B. 2012. Lung Cancer Classification Using Image processing. International Journal of Engineering and Innovative Technology (IJEIT). vol. 2. Pp. 2277-3754