BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Etis Tentang Permintaan Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode tertentu (Pratama Rahardja dan Mandala Manurung, 2002). Jika orang menyatakan permintaan, maka yang dimaksud adalah permintaan yang disertai daya beli (purhasing power) terhadap suatu benda. Pemilihan atas berbagai barang dan jasa yang dibutuhkan adalah hal pertama yang dilakukan seseorang dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang, disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen (the theory of consumer behavior) yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya. (Pindyck dan Rubinfeld, 2007). Perilaku tersebut sesuai dengan hukum permintaan (Samuelson dan Nordhaus, 2001), yang mengatakan bahwa bila harga suatu barang atau jasa naik, maka jumlah barang dan jasa yang diminta konsumen akan mengalami penurunan. Sebaliknya bila harga dari suatu barang atau jasa turun, maka jumlah barang dan jasa yang diminta konsumen akan mengalami kenaikan (ceteris paribus). 6 Perubahan harga barang-barang yang saling berkaitan juga mempengaruhi permintaan. Suatu barang merupakan barang substitusi bila salah satu barang harganya naik akan memicu kenaikan jumlah permintaan barang lain. Suatu barang merupakan barang komplementer bila kenaikan harga salah satu barang memicu penurunan jumlah permintaan barang lain. Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Berdasarkan ciri hubungan antara permintaan dan harga, dapat dibuat kurva permintaan. (Sugiarto, 2005). Kurva permintaan dapat bergeser ke kiri atau ke kanan sebagai efek faktor bukan harga. Secara umum faktor penentu permintaan yaitu harga barang itu sendiri, harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut, pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat, corak distribusi pendapatan dalam masyarakat, cita rasa masyarakat, jumlah penduduk, dan ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang (Palutturi, 2005). Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan faktor-faktor yang mempengaruhinya (ceteris paribus). Elastisitas permintaan perlu dibedakan kepada tiga konsep yaitu: elastisitas permintaan karena harga (price elasticity of demand), elastisitas permintaan karena pendapatan (income elasticity of demand), dan elastisitas permintaan karena harga silang (cross price elasticity of demand). (Pindyck dan Rubinfeld, 2007). Elastisitas mengukur kepekaan satu variabel dengan variabel lainnya. Secara spesifik, elastisitas adalah suatu bilangan yang menunjukkan persentase 7 perubahan yang terjadi pada suatu variabel sebagai reaksi atas setiap 1 persen kenaikan pada variabel lain. Ekonom Vilfredo Pareto (1848-1923) menemukan bahwa seluruh unsur penting dari teori permintaan dapat dianalisis dengan tanpa konsep utilitas. Pareto mengembangkan apa yang dewasa ini disebut kurva-kurva indiferens (indifference curves). Kurva ini dapat menunjukkan selera dan ekuilibrium konsumen. Kurva indiferen menunjukkan berbagai kombinasi dari komoditi X dan komoditi Y yang menghasilkan utilitas atau kepuasan yang sama kepada konsumen. Kurva indiferen yang lebih tinggi menunjukkan jumlah kepuasan yang semakin besar dan sebaliknya kurva yang lebih rendah menunjukkan jumlah kepuasan yang lebih rendah pula. (Samuelson dan Nordhaus, 2001). Hukum permintaan adalah hukum yang menjelaskan tentang adanya hubungan yang bersifat negatif antara tingkat harga dengan jumlah barang yang diminta. Apabila harga naik jumlah barang yang diminta sedikit dan apabila harga rendah jumlah barang yang diminta meningkat. Dengan demikian hukum permintaan berbunyi: “Semakin turun tingkat harga, maka semakin banyak jumlah barang yang tersedia diminta, dan sebaliknya semakin naik tingkat harga semakin sedikit jumlah barang yang bersedia diminta.” (Samuelson, 1993) Pada hukum permintaan berlaku asumsi ceteris paribus. Artinya hukum permintaan tersebut berlaku jika keadaan atau faktor-faktor selain harga tidak berubah (dianggap tetap). Defenisi lain mengenai permintaan adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai kemungkinan harga, dalam 8 jangka waktu tertentu, dengan anggapan hal-hal lain tetap sama (cateris paribus) (Gilarso, 1993). Disamping hukum permintaan pada hakekatnya merupakan suatu hipotesa yang menyatakan : semakin rendah harga suatu barang, makin banyak permintaan keatas barang tersebut, sebaliknya makin tinggi harga suatu barang, makin sedikit permintaan keatas barang tersebut (Sadono Sukirno, 2004). Jadi definisi permintaan menunjukkan hubungan antara berbagai tingkat harga dengan jumlah barang yang akan dibeli oleh konsumen. Keadaan-keadaan lain dinggap tidak berubah. Perlu diningat bahwa sewaktu kita dirumuskan, dimasukkan pernyataan cateris paribus, artinya “ keadaan lain tetap sama”. Adapun keadaan lain tersebut antara lain: pendapatan, harga barang lain yang terkait, selerah atau kebiasaan, dan jumlah penduduk. Biasanya juga dianggap bahwa jumlah jumlah barang yang akan dibeli berbanding terbalik dengan harga. Semakin mahal/tinggi harga barang tertentu makin sedikit jumlah yang akan dibeli oleh masyarakat. Dan apabila faktor lain tidak berubah, makin rendah harga pasar, makin banyak jumlah barang tersebut diminta, fakta penting inilah yang akan dikenal dengan sebutan Hukum Permintaan. 2.1.1 Beberapa Faktor Penentu Permintaan Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mentukan jumlah barang yang akan di minta. Diantara faktor-faktor yang terpenting adalah: 1. Harga barang itu sendiri 2. Jika harga suatu barang semakin rendah, maka permintaan terhadap suatu barang itu bertambah. Begitu juga sebaliknya. Hal ini membawah kita ke 9 hukum permintaan, yang menyatakan “ makin rendah harga suatu barang, makin banyak permintaan keatas suatu barang tersebut, sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan keatas barang tersebut” (Sadono Sukirno,2002). 3. Harga barang-barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut. 4. Harga barang lain juga dapat mempengaruhi permintaan suatu barang, tetapi kedua macam barang dapat bersifat subtitusi (pengganti) dan berifat komplemen (pelengkap). Suatu barang menjadi subtitusi dari pada barang lain yakni jika barang komoditi tersebut dapat memuaskan keperluan atau keinginan yang sama. Sedangkan suatu barang disebut komplemen jika barang tersebut cenderung dipakai secara (Sadono Sukirno,2004). 5. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat. Tingkat pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Jika pendapatan masyarakat meningkat, orang cenderung membeli lebih banyak, hampir sega hal (Samuelson, 1993). Dengan kata lain jika pendapatan seseorang meningkat maka permintaannya terhadap suatu barang akan lebih banyak dibanding sebelum pendapatannya meningkat. 6. Corak distribsi pendapatan dalam masyarakat. Distribusi pendapatan yang buruk mengakibatkan buku hanya dikonsumsi oleh masyarakat dengan pendapatan tinggi. 7. Selerah atau kebiasaan 10 Selerah atau kebiasaan juga dapat mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang. Selerah konsumen dapat dipengaruhi oleh umur, perubahan pendapatan, lingkungan dan sebagainya (Soediyono, 1980). 8. Jumlah penduduk. Permintaan memiliki hubungan positif dengan jumlah penduduk. Apabila jumlah penduduk bertambah, maka permintaan terhadap suatu barang tertentu akan meningkat. (Samuelson, 1993). 9. Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang (Sadono Sukirno,1998). 2.1.2 Income effect dan substitution effect Income effect adalah pengaruh pendapatan yang menyebabkan konsumen mengurangi pembelian terhadap suatu barang oleh karena pendapatan menurun (Bilas, 1988). Maksudnya apabila harga suatu barang naik, maka berarti secara rill pendapatan yang berupa uang yang digunakan untuk membeli barang tersebut akan turun dengan kata lain keadaan seseorang semakin “miskin” dari pada keadaan sebelumnya. Maka dia harus mengurangi jumlah pembelian barang tersebut. Sebaliknya apabila harga sesuatu barang atau jasa turun, maka secara rill dapat berarti bahwa pendapatan berupa uang yang digunakan untuk membeli barang tersebut naik, dengan lain keadaan seseorang semakin “kaya” bila dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Maka ia harus dapat menambah jumlah pembeliannya, baik untuk jenis barang tersebut atau untuk membeli jenis barang lainnya. 11 Substitution effect atau efek substitusi adalah penggantian konsumsi suatu barang dengan harga yang relativ tinggi dengan barang lain yang serupa yang harganya relativ lebih rendah (Bilas, 1988). Maksudnya apabila harga suatu barang atau jasa naik dan harga barang-barang lain tetap konstan, maka konsumen akan berusa mengganti barang lain yang harganya relatif lebih murah. Misalnya harga beras yang biasa dimakan sehari-hari mengalami kenaikan diganti dengan beras jagung dengan harga yang relatif lebih murah. Sebaliknya apabila terjadi penurunan harga beras biasa, maka konsumen akan menambah jumlah pembelian beras tersebut. Maka dengan adanya efek subsitusi permintaan akan beras menjadi bertambah apabila harga tersebut turun dan sebaliknya permintaan akan berkurang apabila harganya naik, dengan anggapan bahwa harga barang lain tetap. Kesimpulan bahwa income effect maupun substitution effect, keduaduanya menunjukkan bahwa turunnya harga dari suatu barang akan mengakibatkan jumlah barang yang diminta akan naik dan sebaliknya apabila harga suatu barang naik mengakibatkan jumlah barang yang diminta akan mengalami penurunan. Tetapi beberapa keadaan yang tidak umum yang merupakan pengecualian dari ketentuan tersebut diatas dimana kurva permintaan mempunyai kemiringan positif yang artinya menunjukkan bahwa naiknya harga suatu barang, jumlah barang yang diminta juga naik dan sebaliknya. Ada empat kasus yang dipakai sebagai contoh dari hal tersebut: 1. Kasus Giffen, yang menyatakan bahwa naiknya harga suatu barang mengakibatkan naiknya jumlah barang yang diminta dan sebaliknya. Kasus ini terjadi bila income effect yang negatif bagi barang inferior 12 adalah begitu besarnya sehingga substitution effect yang selalu positif tidak dapat menutup income effect yang negatif. Berarti bahwa income effect lebih besar dari pada substitution effect yang selalu positif. Hal ini mengakibatkan bahwa turunnya harga barang juga menurunkan jumlah barang yang diminta. 2. Kasus spikulasi, maksunya apabila konsumen berharap bahwa harga barang berubah akan naik terus menerus maka kenaikan hingga saat ini justru dapat diikuti dengan kenaikan permintaa akan barang tersebut saat ini. Berarti kurva permintaan naik dari kiri bawah ke kanan atas. 3. Kasus barang-barang prestise, maksudnya bahwa untuk barang-barang tertentu seperti emas, maka kenaikan harga barang saat diikuti oleh kenaikan jumlah barang yang diminta. Semakin tinggi harga barang tersebut konsumen semakin bersedia untuk membayarnya. Jadi kurva permintaan akan naik dari bawah ke kanan atas. 4. Kasus harga dan kualitas, konsumen beranggapan bahwa barang barang yang harganya lebih tinggi mempunyai kualitas yang lebih tinggi. Jadi semakin tinggi harga kecenderungan konsumen untuk membelinya. Berarti harga semakin tinggi semakin banyak barang yang diminta. Maka kurva permintaan akan naik dari kiri bawah ke kanan atas. 2.2 Konsep Elastisitas 2.2.1 Elastisitas Harga dari Permintaan (Price Elasticity of Demand) Elastisitas harga permintaan adalah tingkat kepekaan perubahan jumlah barang/jasa yang diminta terhadap perubahan harga. 13 a) Macam-macam Elastisitas Harga Permintaan 1. Permintaan Elastis (Ed > 1) Apabila diperoleh Ed > 1, sifat permintaan dikatakan elastis. Hal ini berarti konsumen peka terhadap perubahan harga barang atau perubahan harga sebesar 1% menyebabkan terjadinya perubahan jumlah yang diminta lebih dari 1%. Barang-barang yang mempunyai sifat permintaan yang elastis adalah barang-barang yang mempunyai pengganti (substitusi) dan barang-barang elektronik, seperti VCD, televisi, dan DVD. 2. Permintaan Inelastis (Ed < 1) Pada jenis elastisitas ini konsumen kurang peka terhadap perubahan harga. Artinya, meskipun harga naik atau turun, masyarakat akan tetap membelinya. Barang yang mempunyai elastisitas yang inelastis adalah barang-baramg kebutuhan pokok dan barang-barang yang tidak mempunyai pengganti (subtitusi). Ed < 1 berarti perubahan harga sebesar 1% menyebabkan perubahan jumlah barang yang diminta kurang dari 1%. 3. Permintaan Elastis Uniter (Ed = 1) Elastisitas permintaan ini mengandung arti bahwa perubahan harga sebesar 1% menyebabkan terjadinya perubahan jumlah barang yang diminta sebesar 1%. 4. Permintaan Elastis Sempurna (Ed = • ) Suatu barang/jasa disebut memiliki elastisitas sempurna jika memiliki koefisien elastisitas tak terhingga. Dengan demikian, pada harga tertentu jumlah yang diminta konsumen mencapai tidak terhingga atau berapa pun persediaan barang/jasa yang ada akan habis diminta oleh 14 konsumen. Salah satu komoditas yang memiliki ciri ini adalah bahan bakar minyak (BBM). 5. Permintaan Inelastis Sempurna (Ed = 0) Untuk barang yang penting sekali (kebutuhan yang sangat pokok), berapa pun perubahan harga tidak akan memengaruhi jumlah barang yang diminta. Kurva untuk jenis elastisitas ini akan berbentuk garis lurus yang sejajar dengan sumbu vertikal (sumbu P). 2.2.2 Faktor-faktor yang memengaruhi Elastisitas Permintaan Jika kita mengambil keputusan dari uraian di atas, ternyata barang/ jasa tertentu tidak memiliki elastisitas yang sama. Faktor yang memengaruhinya adalah sebagai berikut. 1. Ketersediaan barang subtitusi atas suatu barang dan juga semakin tinggi tingkat kemampuannya mensubtitusi maka permintaan barang tersebut semakin elastis. 2. Intensitas kebutuhan (desakan kebutuhan) Kebutuhan pokok bersifat inelastis, artinya semakin penting kebutuhan pokok itu semakin inelastis permintaannya. Artinya, meskipun harga naik, masyarakat tetap membutuhkan dan tetap membelinya. Sebaliknya, barang mewah lebih bersifat elastis karena tidak mesti diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pembelinya dapat ditunda dan jumlah pembeli banyak seandainya harga turun. 3. Pendapatan konsumen 15 Jika pendapatan konsumen relatif besar dibandingkan dengan harga barang, permintaan akan inelastis. Sebaliknya, konsumen yang berpendapatan kecil dengan terjadinya perubahan harga sedikit saja akan memengaruhi permintannya terhadap barang sehingga permintaan bersifat elastis. 4. Tradisi Barang yang sudah menjadi kebiasaan (tradisi) untuk dipergunakan, barang tersebut harganya akan naik. Orang akan tetap membelinya sehingga untuk barang ini permintaannya cenderung elastis. 2.3 Beberapa Pengertian dan Faktor Penentu Harga 2.3.1 Aspek Penentuan Harga Harga sebuah produk atau jasa merupaka faktor pentu utama permintaan pasar. Harga mempengaruhi posisi persaingan dan bagian saham pasa dari perusahaann. Maka selayaknya, jika harga mempunyai pengaruh yang tidak kecil terhadap pendapatan dan laba bersih perusahaan. Harga dapat didefenisikan sebagai suatu nilai tukar untuk manfaat yang ditimbulkan oleh barang dan jasa tertentu bagi seseorang (Asri 1991). Sebagai mana dikemukakan oleh Stanto (Agipora, 2002) harga dapat pula diartikan sebagai jumlah uang (kemungkinan ditambah berupa barang) yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan layanan yang menyertainya. Dalam praktek, ada lima macam tujuan penetapan harga sebagaimana di kemukakan oleh (Sugiyanto, 2005) yaitu: 16 1. Penetrasi pasar, dengan cara menetapkan harga yang relatif rendah yang bertujuan untuk menarik banyak pembeli. 2. Mengeruk uang sebanyak-banyaknya dari golongan pembeli yang bersedia memebayar harga tinggi, kemudian berangsur-angsur menurunkannya untuk menarik segmen pasar yang peka pada harga. 3. Mendapatkan uang tunai secepat mungkin. Hal semacam ini merupakan tujuan dari perusahaan yang berada dalam kesulitan keuangan, atau menganggap masa depan suram. 4. Mendapatkan rate or return yang memuaskan. 5. Meningkatkan penjualan seluruh product line denagan cara menetapkan harga yang rendah bagi barang yang disukai, untuk menarik sebanyak mungkin pembeli, yang diharapkan juga akan tertarik untuk membeli barang-barang lainnya. Bila dilihat uraian diatas, maka tujuan penetapan harga oleh perusahaan lebih menekankan pada usaha merangsang pembelian oleh konsumen akan produk yang ditawarkan perusahaan. 2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Harga Dalam kenyataannya, tingkat harga yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa fakto (Swastha dan Irawan, 1985) yaitu: 1. Keadaan perekonomian Hal ini sangat mempegaruhi tingkat harga yang berlaku pada periode resesi, misalnya harga berada pada tingkat yang rendah. 2. Permintaan 17 Pada umumnya tingkat harga yang lebih rendah akan mengakibatkan jumlah yang diminta beningkat. 3. Elastisitas permintaan, dalam hal sifat permintaan pasar. Jika terjadi kenaikan harga maka penjualan akan menurun, dalam artian permintaan berkurang dan sebaliknya. 4. Persaingan Harga jual beberapa macam barang sering dipengaruhi oleh persaingan yang ada. 5. Biaya Hal ini merupakan dasar bagi penentuan harga 6. Tujuan Tujuan perusahaan, yang antara lain adalah untuk memperoleh laba. 7. Pengawasan pemerintah. 2.4 Buku dan Pemanfaatan Referensi Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman. Buku merupakan sarana yang menjadi titik perhatian utama, sebagai mana yang dikemukakan oleh seorang ahli liguistic pei yang dikutip oleh Suriah (1998), mengatakan bahwa: “Buku-buku merupakan kearifan yang terhimpun umat manusia. Buku-bukulah yang memberikan kita jalan masuk pada semua aneka ragam bentuk pemikiran dari masa lampau dan sekarang yang bersifat agamawi, filsafati, kesenian, puitis, khayali, dan ilmiah”. 18 Demikian gambaran dari peranan buku-buku yang menunjukkan betapa pentingnya dalam kehidupan umat manusia dari berbagai bidang dan aktivitas ilmuan, sehingga semua itu dapat melewati perpindahan setiap jaman serta generasi dan berkembang menjadi suatu yang bermanfaat bagi peradaban. Dapat dikatakan bahwa buku yang baik adalah buku yang isinya benar-benar membantu pembaca memahami materi yang dibahas didalamnya. Buku yang bisa memberikan keterangan yang jelas, tidak berbelit-belit, ditata dengan baik, sekaligus menarik. Menurut Nasution (1989) :” Buku pelajaran merupakan alat pengajaran yang paling banyak digunakan diantara semua alat pengajaran lainnya. Buku pelajaran telah digunakan sejak manusia pandai menulis dan membaca, akan tetapi meluas dengan pesat dengan ditemukannya alat cetak. Buku pelajaran hanya salah satu sumber pelajaran yang perlu diperlengkap dengan sumber lain seperti, perpustakaan, observasi lingkungan, atau sumber media cetak lainnya. Ada berbagai macam buku yang bermanfaat bagi mahasiswa dalam menunjang perkuliahan, diantaranya adalah buku diktat (handbook), buku terjemahan, dan buku referensi. Diktat atau (hand book) adalah buku yang membuat fakta atau peristiwa, bahkan membuat proses kegiatan secara rinci dari satu bidang tertentu. Buku diktat jelas berbeda dengan buku teks atau buku pelajaran. Buku teks cenderung berisi informasi yang harus dipelajari oleh seorang siswa, sedangkan buku pedoman lebih merupakan petunjuk mempelajari sesuatu agar mencapai hasil yang maksimum. Buku diktat atau buku pedoman lebih praktis karena berisi petunjuk-petunjuk praktis cara mengerjakan sesuatu secara sistematis, sesuai 19 dengan isi yang dianjurkan dalambuku tersebut. Buku pedoman bertujuan melayani pembacanya mengenai berbagai sumber informasi pengetahuan dengan tingkat referensi yang lengkap. Buku terjemahan adalah buku pegangan Dosen atau handbook berbahasa asing yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Sedangkan buku referensi adalah buku yang berisi bidang-bidang mata kulia tertentu yang menjadi buku tambahan selain buku diklat sebagai buku pegangan bagi Dosen dan Mahasiswa untuk menunjang keberhasilan perkuliahan. Di perguruan tinggi, harus disadari dari Mahasiswa bahwa kebutuhan akan pelajaran harus datang dari Mahasiswa. Manifestasi dari kesadaran tersebut adalah dengan belajar sendiri. Materi yang diterima di bangkuh kulia sudah cukup, akan tetapi mahasiswa perlu memperdalam dengan mencari buku-buku sumber belajar lainnya. Beberapa pendapat ahli mengemukakan hal tersebut sebagai berikut: Pendapat puspoprodjo yang dikutip Hermana (1994) menyatakan bahwa: “berbeda dengan pendidikan lanjutan di mana si pelajar secara relatif masih mendapatkan perlindungan dan bimbingan, Universitas hampir seluruhnya mempercayakan segala sesuatunya kepada Mahasiswa”. Hamalik berpendapat (1990): “ ada diantara Dosen yang berkata, bahwa ilmu pengetahuan yang diberikan hanyalah berkisar 10%-25% saja. Oleh karena itu Mahasiswa harus berusaha agar jagan semata-mata menggantungkan diri dari kulia saja kendatipun kita harus mengakui bahwa bahan-bahan utama biasanya diperoleh melalui kuliah. Berdasarkan pendapat tersebut diketahui bahwa belajar mandiri sangat diperlukan, karena mahasiswa sudah dianggap mampu seta perlu diperhatikan 20 bahwa apa yang didapat dari bangku kulia sangat minim. Untuk menunjang keberhasilan belajar mandiri, sangat diperlukan kegiatan membaca, memahami, dan mengaplikasikan buku-buku referensi. Diantara referensi yang menunjang untuk dipergunakan yaitu buku yang berkaitan dengan matakulia di luar buku wajib dan catatan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat para ahli sebagai berikut: Pendapat Hamalik (1990), mengatakan bahwa: “Buku-buku banyak memeberikan bahan-bahan yang penting sebagai suatu ilmu pengetahuan, sebab berisikan bahan-bahan berupa ide-ide, pengalaman-pengalaman, sumber-sumber berbagai teori dan pendapat dalam ilmu itu. Pendapat Rusyan dan Daryani, yang dikutip Hermana, (1994), mengatakan bahwa: “Buku adalah sumber ilmu, oleh karenanya membaca buku adalah keharusan siswa dan Mahasiswa. Kebiasaan membaca buku harus dibudidayakan dalam kehidupan terutama buku-buku ilmiah. Dengan membaca buku, anda lebih kaya dalam memahami ilmu/bahan pelajaran yang diberikan guru/dosen. Bahkan tidak mustahil anda mengetahui terlebih dahulu sebelum bahan tersebut diberikan guru atau dosen. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, dapat diketahui bahwa kegiatan memanfaatkan buku sangat diperlukan. Dengan memanfaatkan buku-buku referensi, dapat menemukan pengalaman-pengalaman dan ide-ide baru dari referensi tersebut. Dengan pemanfaatan buku referensi secara baik maka prestasi Mahasiswa pun akan baik, karena ilmu yang ada di dalam buku referensi akan bermanfaat dalam menyelesaikan tugas-tugas maupun dalam ujian. 21 Buku referensi yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah bahanbahan tertulis yang berkaitan dan dapat menunjang mata kuliah. Pemanfaatan berasal dari kata yang berarti guna, faedah, laba. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) pemanfaatan berarati proses, cara perbuatan memanfaatkan sesuatu. Maka kata pemanfaatan secara operasional dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menggunakan, memanfaatkan dengan sungguh-sungguh sesuatu hal agar dipahami dan dapat diaplikasikan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan dalam memperoleh hasil belajar yang maksimal. Proses atau cara pemanfaatan buku referensi dapat dilakukan mahasiswa dengan beberapa hal, diantaranya: a. Persiapan Keinginan mahasiswa untuk mempersiapkan bahan pelajaran yaitu buku referensi sebagai usaha untuk mendapati materi pembelajaran yang akan dibahas dalam kegiatan pembelajaran. b. Upaya Usaha yang dilakukan mahasiswa untuk mendapatkan buku referensi, yaitu dengan membeli ke toko buku, meminjam ke perpustakaan maupun meminjam kepada teman, dan lain sebagainya. Lalu upaya untuk memahami dan megaplikasikan isi buku referensi tersebut agar dapat melancarkan kegiatan belajar. c. Frekuensi Intensitas yang menunjukkan sering tidaknya mahasiswa memanfaatkan buku referensi. 22 d. Lamanya waktu/durasi Lamanya waktu yang digunakan mahasiswa dalam memanfaatkan buku referensi. Kegiatan Membaca a. Pengertian Kegiatan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) tersurat bahwa kegiatan adalah aktivitas, usaha pekerjaaan; kekuatan dan ketangkasan (dalam berusaha); kegairahan. Dan pendapat lain Rusyana (1984) menjelaskan tentang kegiatan yaitu “Sebagai perbuatan yang dilakukan dengan sadar dan bertujuan untuk mencapai sasaran yang ditentukan”. Lebih jauh Rusyana menyatakan bahwa kegiatan itu berfungsi menumbulkan pengalaman, dan pengalaman tersebut penting kedudukannya dalam proses belajar. Kegiatan yang dilakukan atau direaksi oleh seseorang membentuk pengalaman bagi orang itu.oleh karena itu kegiatan dapat disimpulkan sebagai usaha untuk melakukan suatu pekerjaan atau perbuatan tertentu. b. Pengertian Membaca Banyak pendapat tentang pengertian membaca. Pengertian membaca dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah : 1. Melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya di hati); 2. Mengeja atau melapalkan apa yang tertulis; 3. Mengucapkan; 4. Mengetahui, Meramalkan; 23 5. Menduga, memperhitungkan, memahami. (Depdikbud, 2003). Hernowo (2003) berpendapat bahwa membaca adalah salah satu bentuk interaksi dalam proses belajar. Pendapat ini memandang bahwa membaca merupakan suatu kegiatan pengenalan, mengetahui isi bacaan tertulis disertai dengan pemberian arti dan pemahaman. Tarigan (1983) berpendapat bahwa “membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis”. Dan menurut Descrates yang dikutip oleh Hernowo (2004), bahwa membaca buku yang baik itu bagaikan mengandalkan percakapan dengan para cendikiawan yang paling cemerlang dari masa lampau, yakni para penulis buku itu. Ini semua bahkan merupakan percakapan berbobot lantaran dalam buku-buku itu mereka meenuangkan gagasan-gagasan mereka yang terbaik. Misdan dan Harjasujana yang dikutip oleh suhiah (1998) bahwa membaca dapat didefenisikan sebagai suatu interaksi, suatu komunikasi yang memberi kesempatan kepada pembaca dan penulis untuk mambawa latar belakang, bahasan, dan hasrat masing-masing untuk saling berkenalan dengan orang lain. Masih dipandang sebagai proses kegiatan membaca adalah proses yan melibatkan aspek fisik dan psikis membaca. Finochiaro dan Bonomo dalam Tarigan (1989) misalnya berpendapat bahwa ‘membaca adalah memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung didalam bahasa tertulis’. Dapat juga diartikan bahwa membaca adalah perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja sama bebrapa keterampila, yaitu mengamati dan memikirkan. 24 Pada pendapat tersebut terlihat kegiatan fisik yaitu dalam mengamati bahasa tertulis dengan menggunakan organ tubuh terutama mata yang berkelanjutan dengan proses mental, yaitu memahami dan memikirkan makna yang terkandung dalam bahasa tertulis dengan bermodalkan pengalaman dan gagasan-gagasan. Dengan demikian membaca bukanlah suatu proses yang pasif tetapi merupakan proses yang aktif bahkan interaktif. Pada saat membaca, pembaca dituntut mengenal dan memahami lambanglambang lukisan dengan melibatkan kamampuan penalaran. Oleh karena itu pada dasarnya membaca juga merupakan proses bernalar (berpikir) atau proses kognitif. Hal ini dipertegas dengan pendapat Nurhadi (1987) yang mengatakan bahwa: membaca itu adalah sebuah proses yang kompleks dan rumit. Kompleks artinya dalam proses membaca terlibat berbagai faktor internal dapat berupa intelegensi (IQ, minat, bakat, motivasi, tujuan membaca, dan sebagainya. Faktor eksternal bisa alam bentuk sarana membaca, teks bacaan (sederhana, berat, mudah, sulit), faktor lingkungan, atau faktor latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan dan tingkat tradisi membaca. Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan proses yang kompleks yang melibatkan aspek fisik dan spikis dalam mengenali dan mengidentifikasi bahasa tertulis dan lambang grafis lainnya untuk memahami, memikirkan, menginterprestasikan, serta mengevaluasi makna yang terkandung di dalamya. c. Tujuan membaca Segala sesuatu yang kita lakukan pasti untuk mencapai satu tujuan, baik tujuan pendek maupun tujuan panjang, juga tujuan umum dan khusus, setiap 25 kegiatan pasti ada tujuannya. Begitu pula dengan kegiatan membaca, tujuan membaca juga mempunyai hubungan dengan kemampuan membaca. Tarigan (1983) berpendapat bahwa “Tujuan utama membaca adalah untuk mecari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, artinya (Meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita alam membaca”. Adapun tujuan membaca menurut Nurhadi (2004) adalah: 1. Memahami secara detail dan menyeluruh isi buku. 2. Menangkap ide pokok/gagasan utama buku secara cepat. 3. Medapatkan informasi tentang sesuatu. 4. Mengenali makna kata-kata yang sulit. 5. Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di seluruh dunia. 6. Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di masyarakat. 7. Ingin memperoleh kenikmatan dari karya fiksi. 8. Ingin menilai kebenaran gagasan penulis. Tujuan-tujuan membaca diatas dirangkum dalam variasi tujuan sebagai berikut: 1. Membaca untuk tujuan studi. 2. Membaca untuk tujuan menangkap garis besar bacaan. 3. Membaca untuk tujuan menikmati karya sastra. 4. Membaca untuk tujuan mengisi waktu luang. 5. Membaca untuk tujuan mencari keterangan tentang suatu istilah. Tujuan membaca merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan membaca. Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan 26 membaca bertujuan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan pembaca. d. Kegiatan Membaca Kegiatan membaca buku bukanlah kegiatan yang mudah dan ringan dilakukan. Kegiatan membaca buku memerlukan energi yang sangat besar agar proses kegiatan membaca tersebut berlangsung efektif. Didalam kegiatan membaca buku, hampir seluruh komponen otak hidup. Seorang pembaca buku perlu mengigat, menyimpan, mengait-gaitkan, dan memaknai apa yang dibacanya. Kegiatan membaca juga dapat dikatakan sebagai proses menyerap hal-hal penting yang belum terstruktur atau tersusun dengan jelas dari luar. Hernowo (2005) mengatakan bahwa kegiatan membaca buku adalah kegiatan yang berkaitan dengan teks. Agar dapat menyerap informasi yang bermanfaat dari buku, seseorang perlu memiliki keterampilan atau kemampuan menncerna teks, teks dapat diandalkan untuk membangun makna secara utuh. Dengan demikian kegiatan membaca mengandung pengertian perbuatan membaca yang dilakukan secara sadar dan bertujuan untuk mencapai sasaran yaitu dapat memahami atau menarik makna dari bacaan yang dihadapi. Rusyana (1984) menyatakn bahwa kegiatan itu berfungsi menimbulkan pengalaman, dan pengalaman tersebut penting kedudukannya dalam proses belajar. Jadi kegiatan membaca yang dilakkan atau direaksi oleh pembaca, dapat membentuk pengalaman dalam arti membentuk pemahaman terhadap bacaan. Pengalaman yang diperoleh merupakan pengalaman menyusun makna dari konteks dalam bahan bacaan sehingga mewujudkan suatu perpaduan antara bahan bacaan dengan bahan yang telah ada dalam pikiran dan 27 menimbulkan suatu pemahaman baru. Kegiatan membaca dengan demikain merupakan aktivitas penting yang mesti dilakukan terutama oleh mereka yang belajar, dalam hal ini adalah mahasiswa, agar dapat terwujud suatu pemahaman terhadap buku bacaan yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan belajar Mahasiswa. e. Pengembangan Kegiatan Membaca Kegiatan membaca pada saat ini memang sangat penting bagi setiap individu atau kelompok masyarakat. Pentingnya kegiatan membaca ini tersirat dalam pendapat Harjasujana (1998) yang mengatakan bahwa: “ era sumber daya manusia mengutamakan perolehan pendidikan dan perkembangan mental sebagai persyaratan untuk memperoleh lapangan kerja yang layak. Adapun perolehan pendidikan dan perkembangan mental itu tidak bisa berlangsung dalam masyarakat aliteral/buta wacana. Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa pengembangan kegiatan membaca hendaklah dimulai dengan cara menumbuhkan motivasi membaca yakni dengan menjadikan kegiatan-kegiatan membaca sebagai kebutuhan. Dan diakrabkan dengan sumber-sumber bacaan, sebagaimana pendapat lain dari Hernowo (2005) : yaitu membaca adalah salah satu metode sangat penting untuk mengembangkan diri. Membaca buku, secara beragam dan kaya, akan membuat seseorang waspada terhadap perubahan-perubahan yang sedang terjadi. Tentulah kemudian seseorang yang dapat menjalankan kegiatan membaca dapat menemukan hal-hal baru bagi keperluan perkembangan. 28 2.5 Beberapa Hasil Study Sebelumnya Dalam bagian ini memuat penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain. Permasalahan yang diangkat pun juga perna dilakukan oleh beberapa peneliti yang mana menjadi dasar pemikiran penulis dalam menyuusun skripsi ini. Penelitian sebelumnya tentang permintaan buku, penulis dapatkan dari luar kota makassar. Hal ini disebabkan karena penulis tidak mendapatkan referensi penelitian untuk wilayah kota makassar. Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang penulis bisa kutip adalah sebagai berikut. Penelitian oleh Hiranda Hutagalung (2008) yang menganalisis permintaan mahasiswa terhadap buku dalam menunjang perkuliahan. Penelitian ini menelaah bagaimana pengaruh pendapatan, minat baca dan harga buku terhadap permintaan buku dalam menunjang perkuliahan. Model analisis yang digunakan adalah model analisis regresi berganda dalam bentuk logaritma. Bedasarkan analisis empiris diperoleh kesimpulan bahwa variabel pendapatan, minat baca dan harga buku berpengaruh positif terhadap permintaan buku dalam menunjang perkuliahan. Selain itu Saskia (2003) yang menuangkan tulisannya dengan Judul “ pengaruh Pemanfaatan Buku Referensi Terhadap Prestasi Mahasiswa” 2.6 Kerangka Konseptual Universitas Hasanuddin merupakan kampus terbesar di Indonesia bagian Timur dan memiliki jumlah mahasiswa yang cukup banyak dengan jumlah fakultas 14. Dalam pandangan masyarakat bahwa mahasiswa Universitas 29 Hasanuddin yang setiap harinya bergelut dengan buku-buku dalam menunjang pendidikannya. Belajar adalah pekerjaan setiap mahasiswa, untuk boleh menjadi mahasiswa yang cerdas yang kaya dengan ilmu pengetahuan. Namun terkadang ada sebagian mahasiswa yang memiliki kendala dalam memenuhi kebutuhan pendidikannya karena latar belakang ekonomi yang kurang mampu. Sehingga itu terkadang menjadi penghalang dan alasan sebagian mahasiswa untuk memiliki buku. Faktor ekonomi yang menyangkut dengan pembahasan mengenai permintaan buku ini yang memiliki pengaruh, maka dapat memuat dengan mengambarkan kerangka pikir seperti berikut. Uang Saku Pendapatan Orang Tua Harga Minat Baca Permintaan Buku IPK rata-rata Priodi/jurusan Jenis Kelamin Tempat tinggal 30 2.7 Hipotesis Dalam melaksanakan penelitian, hipotesa juga menjadi perlu agar sasaran yang ingin dicapai menjadi terarah. Hipotesa merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang sedang diteliti, yang kebenarannya akan di buktikan secara empiris dengan menggunakan data-data yang berhubungan. Adapun yang menjadi hipotesis dari permasalahan adalah sebagai berikut: 1. Penerimaan uang saku (X1), pendapatan Orang Tua (X2), IPK (X5), prodi/jurusan (D1), jenis kelamin (D2), dan tempat tinggal (D3) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap permintaan buku mahasiswa. 2. Harga (X3) dan minat baca (X4) berpengaruh positif nan signifikan terhadap permintaan buku. 31