Survei Landaian Suhu Sumur Kdd-1 Daerah Panas Bumi Kadidia

advertisement
SURVEI LANDAIAN SUHU SUMUR KDD-1
DAERAH PANAS BUMI KADIDIA
KABUPATEN SIGI, PROVINSI SULAWESI TENGAH
Dudi Hermawan, Santia Ardi Mustofa, Dedi Jukardi, Yuanno Rezky
Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi
SARI
Secara administratif daerah panas bumi Kadidia termasuk dalam wilayah Kabupaten
Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Sumur landaian suhu KDD-1 terletak pada koordinat 179.834
mT dan 9.868.573 mU dengan elevasi 632 m di atas permukaan laut.
Litologi penyusun sumur KDD-1 sampai kedalaman akhir (703,85 m) merupakan
produk dari aktivitas sedimentasi pada zona depresi Kadidia berupa konglomerat, batupasir,
batulempung, dan breksi. Pada umumnya batuan telah mengalami ubahan dengan intensitas
lemah sampai sedang yang dicirikan oleh ubahan hasil proses argilitisasi, oksidasi, dan
silisifikasi. Mineral ubahan tersebut dikelompokkan termasuk ke dalam jenis argilik dan subpropilitik yang berfungsi sebagai lapisan penudung (clay cap) pada sistem panas bumi
Kadidia.
Zona hilang sirkulasi (TLC dan PLC) teramati pada beberapa interval kedalaman mulai
dari kedalaman 109,45 m sampai kedalaman akhir yang mengindikasikan bahwa sumur KDD1 terletak pada zona rekahan yang intensif. Dijumpainya influx air panas (pada interval
kedalaman 293,25 m s.d. 302,25 m, dan 347,25 m s.d. 352,85 m), serta influx air dingin
(interval kedalaman 500,25 m s.d. 593,15 m) sangat mempengaruhi kondisi temperatur
formasi.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode horner plot diperoleh temperatur
formasi sebesar 97oC pada kedalaman 700 m, dengan nilai landaian suhu (thermal gradient)
sebesar 12,8oC/100 m atau sekitar 4 (empat) kali lebih besar dari gradien rata-rata bumi (±
3°C per 100 m). Jika top reservoir berada di kedalaman sekitar 1500 m (survei MT, 2012),
maka perkiraan temperatur di kedalaman tersebut adalah 220 0C.
PENDAHULUAN
Lapangan panas bumi non vulkanik
merupakan lapangan panas bumi yang
belum banyak dikembangkan untuk
pemanfaatan tidak langsung menjadi
energi listrik. Indonesia memiliki jumlah dan
potensi lapangan panas bumi non vulkanik
yang layak untuk dilakukan penyelidikan
maupun penelitian rinci sehingga data yang
dihasilkan diharapkan bermanfaat bagi
pengembangan lapangan panas bumi.
Daerah panas bumi Kadidia, Kabupaten
Sigi,
Provinsi
Sulawesi
Tengah,
merupakan salah satu lapangan panas
bumi non vulkanik yang berpotensi cukup
baik
dan
perlu
untuk
dilakukan
penyelidikan
lebih
lanjut,
karena
berdasarkan hasil penyelidikan terdahulu
diketahui memiliki daerah prospek seluas
16 km2, dengan potensi cadangan terduga
cukup besar yaitu sebesar 66 MWe.
Untuk membuktikan keterdapatan
potensi energi panas bumi ini, maka pada
tahun anggaran 2015, Pusat Sumber Daya
Geologi, Badan Geologi, Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral
melakukan pengeboran landaian suhu di
daerah prospek panas bumi Kadidia,
Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.
Maksud dari pengeboran landaian suhu
Kadidia adalah untuk mengetahui serta
mempertegas zona prospek di lapangan
panas bumi Kadidia, khususnya dalam
rencana
penentuan
lokasi
sumur
eksplorasi atau sumur eksploitasi tahap
berikutnya. Adapun tujuannya
adalah
untuk mendapatkan data-data bawah
permukaan (sub surface) yang meliputi
landaian suhu (thermal gradient), litologi,
mineral ubahan, intensitas, dan tipe
ubahan, serta sebagai pembuktian dari
hasil penyelidikan terpadu sebelumnya
Secara administratif daerah panas
bumi Kadidia termasuk dalam wilayah
Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.
Sumur landaian suhu KDD-1 terletak pada
koordinat 179.834 mT dan 9.868.573 mU
dengan elevasi sekitar 632 m di atas
permukaan laut. (Gambar 1).
OPERASI PENGEBORAN
Operasi pengeboran landaian suhu
KDD-1
dilakukan
dalam
beberapa
trayek/tahapan, yaitu trayek selubung 6”,
trayek selubung 4”, trayek HQ, dan trayek
open
hole.
Operasi
pengeboran
menggunakan tricone bit ukuran 7 5/8”, 5
5/8”, dan diamond bit ukuran 3 4/5”, 3”
(Gambar 3). Secara lebih rinci kegiatan
pengeboran diuraikan seperti berikut.
Trayek Selubung 6” (7 5/8” Hole)
Bor formasi (non-coring) dengan
menggunakan Tricone Bit (TB) ukuran 5
5/8” dari permukaan hingga kedalaman 12
m. Kondisikan lubang, masuk selubung 4”
sampai kedalaman 12 m. Bor formasi
(coring) dengan Diamond Bit (DB) 3 4/5”
dari kedalaman 12 m s.d. 47,45 m. Cabut
rangkaian selubung 4” sampai permukaan.
Perbesar lubang dengan menggunakan TB
7 7/8” sampai kedalaman 47,45 m.
Kondisikan lubang untuk set selubung 6”.
Masuk selubung 6“ dari permukaan hingga
kedalaman 43,50 m (casing shoe) dan
semen selubung.
Trayek Selubung 4” (5 5/8” Hole)
Bor semen menggunakan DB 3 4/5”
dari kedalaman 41,45 m s.d. 47,45 m. Bor
formasi (coring) dengan DB 3 4/5“ dari
kedalaman 47,45 m s.d. 151,45 m.
Perbesar lubang dengan menggunakan TB
5 5/8” dari kedalaman 47,45 m s.d. 151,45
m. Kondisikan lubang dan set selubung 4“.
Lakukan T Logging temperatur
di
kedalaman 150 m. Semen selubung.
Trayek HQ (3 4/5” Hole)
Bor semen menggunakan DB 3 4/5”
dari kedalaman 130,80 m s.d. 154,80 m.
Bor formasi (coring) dengan DB 3 4/5“ dari
kedalaman 154,80 m s.d. 419,25 m.
Lakukan T Logging temperatur di
kedalaman 417,20 m. Bor formasi (coring)
dengan DB 3 4/5“ dari kedalaman 419,25
m s.d. 502,15 m. Kondisikan lubang dan set
casing HQ di kedalaman 502,15 m (casing
shoe HQ).
Trayek Open Hole 3”
Bor formasi (coring) dengan DB NQ
dari kedalaman 502,15 m s.d. 528,90 m.
Lakukan T Logging temperatur
di
kedalaman 513 m. Bor formasi (coring)
dengan DB NQ dari kedalaman 528,90 m
s.d. 703,85 m. Lakukan T Logging
temperatur di kedalaman 700,5 m.
Kendala teknis yang terjadi berupa
seringnya terjadi ambrukan atau runtuhan
pada formasi, namun dapat diatasi dengan
mengatur kekentalan lumpur pembilas dan
pemasangan casing.
GEOLOGI SUMUR
Litologi
sumur
KDD-1
dari
permukaan hingga kedalaman akhir
(703,85
m)
berdasarkan
analisis
megakospis dari conto inti bor disusun oleh
beberapa satuan batuan (Gambar 4),
antara lain:
Soil, pada interval kedalaman 0 m
hingga
12,0
m
berwarna
kuning
kecoklatan, kemerahan sedikit abu-abu
kehitaman. Mengandung butiran lepas
yang terdiri dari detritus klastik berupa
kuarsa, detritus litik andesitik, granit, diorit.
Dijumpai mineral kuarsa dan mineral hitam
dalam
jumlah
sedikit
diperkirakan
merupakan pecahan mineral dari batuan,
dan mineral pengisi rekahan. Lapisan ini
telah mengalami oksidasi kuat, sebagai
lapisan penutup. Batuan ini belum
mengalami ubahan hidrotermal.
Konglomerat (KMRT), dijumpai
pada interval kedalaman 12,0 m s.d. 47,45
m, 80,45 m s.d. 109,70 m, 162,05 m s.d.
183,50 m, dan 216,35 m s.d. 277,70 m. Inti
bor berwarna abu-abu, kecoklatan,
kekuning-kuningan,
keputih-putihan,
sedikit
kemerahan
dan
kehitaman,
berukuran pasir halus sampai kerakal,
sebagian besar belum kompak (lepas).
Disusun oleh detritus klastik berupa
kuarsa, detritus litik granit, andesit dan
diorit, bentuk membulat sampai menyudut
tanggung masa dasar lempung dan pasir.
Batuan sebagian telah mengalami ubahan
hidrotermal menjadi mineral lempung,
oksida besi, kuarsa sekunder dan pirit. Di
beberapa
tempat
dijumpai
sisipan
batulempung bersifat lengket (sticky).
Batupasir (BPS), dijumpai pada
interval kedalaman 47,45 m s.d. 80,45 m,
109,70 m s.d. 154.80 m berwarna abu-abu
kehitaman, keputih-putihan, kehijauan,
sedikit kekuning-kuningan dan kecoklatan.
Berbutir halus sampai pasir kasar, bentuk
membundar tanggung, kemas tertutup,
terkonsolidasi dengan baik, kompak dan
keras, terdiri dari detritus klastik kuarsa,
mineral hitam, detritus litik berkomposisi
andesit, diorit dan fosil tumbuhan. Di
beberapa tempat tampak struktur cross
lamination, dan indikasi sesar.
Batulempung (BLP), dijumpai pada
interval kedalaman 183,5 m s.d. 191 m,
197,45 m s.d. 200,45 m dan banyak
dijumpai sebagai sisipan pada satuan
breksi dan konglomerat. Inti bor berwarna
abu-abu kehitaman, sedikit keputihan,
ukuran lempung, kompak, terdapat fosil
tumbuhan,
terubah
lemah
menjadi
lempung, sticky clay 10%.
Batupasir
dengan
sisipan
batulempung (BPSL), dijumpai pada
interval kedalaman 200,45 m s.d. 216,35
m, 376,75 m s.d. 395,25 dan 489,5 m s.d.
524,30 m. Inti bor berwarna abu-abu
kehitaman, kecoklatan, ukuran butir
lempung-pasir sedang, bentuk butir
membundar, kemas tertutup, kompak,
tampak ada laminasi sejajar, fragmen
tersusun atas kuarsa, litik, matrik lempung,
bersifat sticky clay. Batulempung sebagai
sisipan berwarna hitam, karbonan.
Batupasir kuarsa (BPSK), dijumpai
pada interval kedalaman 277,7 m s.d.
376,75 m. Inti bor bor berwarna abu-abu
kehitaman kehijauan, ukuran butir pasir
halus-sedang, bentuk butir membundar
tanggung-membundar, kemas tertutup,
agak kompak, fragmen tersusun atas
kuarsa, litik. Terdapat sisipan konglomerat
dan ada laminasi sejajar. Batuan terubah
lemah menjadi mineral lempung dan oksida
besi, bersifat sticky clay.
Perselingan konglomerat dengan
batupasir dan batulempung (PKPL),
dijumpai pada interval kedalaman 446,25
m s.d. 489,5 m. Inti bor konglomerat
berwarna abu-abu, ukuran butir pasir
sedang-kerakal, kemas terbuka, pemilahan
buruk, bentuk butir membundar tanggung,
kompak, fragmen polimik litik (granit,
batupasir), kuarsa, feldspar, graded
bedding. Batupasir berwarna abu-abu,
ukuran butir pasir kasar-pasir sedang,
kemas tertutup, pemilahan sedang, bentuk
butir membundar tanggung, friable,
fragmen tersusun atas kuarsa, litik (granit,
batupasir), felspar, sedikit biotit, graded
bedding. Batulempung berwarna hitam,
ukuran butir lempung, laminasi silang siur,
laminasi sejajar
Perselingan
breksi
dengan
batupasir dan batulempung (PBSL),
dijumpai pada interval kedalaman 524,30
m s.d. 590,30 m. Inti bor breksi berwarna
abu-abu-kehijauan-keputihan,
sedikit
kehitaman dan sedikit kecoklatan, ukuran
butir pasir sedang-berangkal, kemas
terbuka, pemilahan buruk, bentuk butir
menyudut-menyudut tanggung, kompak,
fragmen polimik litik (granit, andesit),
kuarsa, felspar, graded bedding, terubah
sedang-kuat,
urat
kuarsa,
mineral
lempung, terhancurkan di beberapa
tempat.
Breksi (BX), dijumpai pada interval
kedalaman 590,30 m s.d. 703,85 m. Inti bor
breksi
berwarna
abu-abu-kecoklatankeputih-putihan,
sedikit
kehitaman
kehijauan, ukuran butir pasir sedangberangkal, kemas terbuka, pemilahan
buruk, bentuk butir menyudut-menyudut
tanggung, kompak, fragmen polimik litik
(granit, andesit, kuarsa, feldspar, graded
bedding, terubah sedang-kuat, urat kuarsa,
mineral
lempung,
oksida
besi,
terhancurkan di beberapa tempat, matriks
pasir sedang-kasar, pecahan granit,
kuarsa.
Litologi sumur KDD-1 mulai dari
kedalaman 12,0 m s.d. 703,85 m telah
mengalami ubahan hidrotermal dengan
intensitas ubahan lemah sampai sedang
(SM/TM = 10 – 65 %) oleh proses ubahan
argilitisasi, oksidasi, dan silisifikasi.
Mineral-mineral
ubahan
tersebut
didominasi oleh mineral lempung berjenis
montmorilonit (smectite group) dan ilit,
klorit, serta zeolit.
Beberapa conto batuan dari sumur
KDD-1 dianalisis di laboratorium untuk
mengukur sifat fisik batuan yang terdiri dari
analisis
porositas,
permeabilitas,
konduktivitas panas, dan densitas batuan.
Hasil analisis menunjukkan nilai porositas
berkisar antara 5,69 % hingga 44,89 %,
permeabilitas berkisar antara 0,00009
mdarcy
hingga
25,42510
mdarcy,
konduktivitas panas berkisar antara 1,10 –
2,35 W/mK, dan densitas berkisar antara
2,1 (BV/g/cm3) hingga 2,8 (BV/g/cm3).
Nilai konduktivitas panas dan densitas
batuan akan digunakan dalam koreksi
temperatur formasi menggunakan metode
Horner Plot.
Kehadiran struktur geologi pada
sumur pengeboran panas bumi dapat
ditafsirkan dari beberapa ciri struktur
seperti sifat fisik batuan (milonitisasi dan
rekahan) yang dikombinasikan dengan
data pengeboran seperti adanya hilang
sirkulasi (total/sebagian) dan terjadinya
drilling break.
Selama kegiatan pengeboran, telah
terjadi hilang sirkulasi total (TLC) di
kedalaman 109,45 m s.d. 110,45 m,
selanjutnya hilang sirkulasi sebagian (PLC)
sebesar 40 lpm pada interval kedalaman
110,45 m s.d. 113,45 m dan pada interval
kedalaman 113,45 m s.d. 154,80 m
sebesar 15 lpm. Pada interval kedalaman
238,45 m s.d. 251,45 m terjadi PLC
sebesar 20 s.d. 30 lpm, dan pada interval
kedalaman 583,75 m s.d. 703,85 m terjadi
PLC sebesar 10 lpm.
Sumur landaian suhu KDD-1 dari
permukaan sampai kedalaman 703,85 m,
umumnya disusun oleh batuan yang belum
terkompakkan dan batuan keras yang
memiliki kekar-kekar dan/atau rekahanrekahan pada interval kedalaman 109 m
s.d. 154,80 m, dan terutama pada interval
kedalaman 502,25 m s.d. 703,85 m,
sehingga mudah terjadi runtuhan (caving).
Dari data-data tersebut di atas terlihat
bahwa sumur KDD-1 terletak pada zona
struktur yang intensif.
Hasil
pengukuran
temperatur
lumpur masuk (Tin) dan temperatur keluar
(Tout) sumur KDD-1 dari permukaan
sampai kedalaman akhir (703,85 m)
berkisar antara Tin sebesar 21,8°C s.d.
36,6°C dan Tout sebesar 23,7°C s.d.
38,5C, dengan selisih temperatur masuk
dan keluar sebesar 0,1 – 6C.
Hasil analisis batuan secara megakospis
dan beberapa parameter bor disajikan
dalam Composite Log pada Gambar 4.
LOGGING TEMPERATUR
Pengukuran logging temperatur
pada lubang sumur bor KDD-1 dilakukan
pada kedalaman 150 m, 417,2 m, 513 m
dan kedalaman 700,50 m.
Pengukuran logging temperatur
menunjukkan temperatur terukur di
kedalaman 150 m sebesar 26,2oC, dengan
temperatur rendam maksimum sebesar
27,3oC, di kedalaman 417,2 m temperatur
terukur sebesar 81,5oC, dengan temperatur
rendam maksimum sebesar 83,4oC, di
kedalaman 513 m temperatur terukur
sebesar 87oC, dengan temperatur rendam
maksimum sebesar 87,2oC, di kedalaman
700,50 m temperatur sebesar 87,2oC,
dengan temperatur rendam maksimum
sebesar
91,3oC.
Hasil
pengukuran
temperatur sumur KDD-1 dapat dilihat
pada Gambar 5.
Selama
kegiatan
pengeboran
terjadi beberapa kali aliran air dari
kedalaman (influx) baik itu influx air panas
maupun influx air dingin. Influx air panas
dijumpai pada interval kedalaman 293,25
m s.d. 302,25 m dan pada interval
kedalaman 347,25 m s.d. 352,85 m. Influx
air dingin dijumpai pada interval kedalaman
502,25 m s.d. 593,15 m. Adanya influx ini
sangat mempengaruhi pembacaan nilai
temperatur
lumpur
pembilas
dan
temperatur sumur.
PEMBAHASAN
Litologi sumur landaian suhu KDD1 telah mengalami ubahan hidrotermal
hasil proses argilitisasi, oksidasi, dan
silisifikasi. Secara keseluruhan tipe ubahan
didominasi tipe argilik (dicirikan oleh
himpunan mineral lempung seperti smektit,
ilit, dan klorit) hingga tipe sub-propilitik
(dicirikan oleh himpunan mineral zeolit,
yang berasosiasi dengan smektit, ilit, dan
klorit), yang berfungsi sebagai batuan
penudung (caprock) pada sistem panas
bumi Kadidia.
Mineral-mineral ubahan tersebut
termasuk ke dalam jenis argilik dan subpropilitik, yang berfungsi sebagai lapisan
penudung panas (clay cap) pada sistem
panas bumi Kadidia.
Secara umum pada sumur KDD-1
terjadi penurunan temperatur (cooling) dari
kondisi paleotemperatur sebesar 100 s.d.
2000C (temperatur pembentukan mineral
ubahan) ke kondisi temperatur formasi
sekarang yaitu sebesar 970C (pengukuran
logging temperatur sumur KDD-1). Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh adanya
recharge air meteorik di sumur KDD-1 pada
zona rekahan yang diindikasikan oleh
kehadiran
mineral
heulandit
yang
merupakan mineral kelompok zeolit yang
kaya akan H2O. Zona rekahan ini terbentuk
akibat pengaruh dari keberadaan Sesar
Kadidia yang terletak dekat dengan Sumur
KDD-1.
Hadirnya mineral-mineral ubahan
dengan intensitas rendah-sedang di sumur
KDD-1 hingga kedalaman akhir yang
didominasi mineral lempung seperti
smektit, ilit, dan klorit mendukung data
survei
terpadu
sebelumnya,
yang
menunjukkan bahwa di kedalaman
tersebut (500 m s.d. 1500 m) lapisan
batuan memiliki tahanan jenis rendah (low
resistivity).
Pada sumur landaian suhu KDD-1,
dijumpai beberapa kali hilang sirkulasi total
(TLC) maupun hilang sirkulasi sebagian
(PLC). TLC dan PLC ini diduga disebabkan
oleh porositas dan permeabilitas yang
cukup tinggi berupa rongga antar butir, dan
rekahan-rekahan batuan.
Pada
pengukuran
logging
temperatur dilakukan perhitungan dengan
metode Horner Plot untuk mendapatkan
harga Initial Temperature (temperatur
formasi). Berdasarkan hasil perhitungan
tersebut diperoleh nilai temperatur formasi
di kedalaman 150 m sebesar 31,96oC
(Gambar 6a), di kedalaman 417 m sebesar
88,71oC (Gambar 6b), di kedalaman 513 m
sebesar 88,79oC (Gambar 6c), dan di
kedalaman 700 meter sebesar 96,87oC
(Gambar 6d).
Berdasarkan temperatur formasi
pada posisi kedalaman 700 m, diperoleh
nilai thermal gradient (landaian suhu)
sebesar 12,8oC/100 meter (Gambar 7)
atau sekitar empat (4) kali gradien rata-rata
bumi (± 3C per 100 m). Selanjutnya, jika
perkiraan top reservoir di daerah panas
bumi Kadidia berada di kedalaman sekitar
1500 m (hasil survei terpadu, 2012) dan
gradien termal diasumsikan linier pada
sumur KDD-1, maka temperatur formasi di
kedalaman tersebut adalah sekitar 220oC.
KESIMPULAN DAN SARAN
Sumur landaian suhu KDD-1
mempunyai kedalaman akhir 703,85 m,
berada di lingkungan batuan sedimen yang
sebagian
telah mengalami
ubahan
hidrotermal dengan tipe ubahan argilik
sampai sub-propilitik yang berfungsi
sebagai lapisan penudung (clay cap) pada
sistem panas bumi Kadidia.
Temperatur formasi di kedalaman
akhir (700 m) sebesar 96,87°C dengan
rata-rata nilai landaian suhu sebesar
12,8oC/100
meter,
dan
perkiraan
temperatur di kedalaman 1500 m
(perkiraan top reservoir) adalah 2200C. Hal
ini menunjukkan bahwa sumur KDD-1
memiliki temperatur yang cukup tinggi, dan
menarik untuk dikembangkan lebih lanjut.
Untuk
pengembangan
daerah
panas bumi Kadidia di masa mendatang,
disarankan untuk melakukan pengeboran
eksplorasi dengan target kedalaman 1800
m s.d. 2500 m, serta pengeboran landaian
suhu di beberapa titik dengan target
kedalaman 500 m s.d. 750 m sehingga
dapat memperoleh data isothermal bawah
permukaan daerah prospek panas bumi
Kadidia.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih
kepada tim pengeboran landaian suhu
Kadidia, Dinas ESDM Kabupaten Sigi, dan
seluruh instansi terkait yang telah
memberikan dukungan dan bantuannya
dalam kegiatan pengeboran landaian suhu
sumur KDD-1.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012, Laporan Survei Terpadu Geologi, Geokimia, dan Geofisika Daerah Panas Bumi
Kadidia, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan
Geologi.
Anonim, 2012, Laporan Survei Magnetotelurik (MT) Daerah Panas Bumi Kadidia, Kabupaten
Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.
Anonim, 2013, Laporan Survei Aliran Panas Daerah Panas Bumi Kadidia, Kabupaten Sigi,
Provinsi Sulawesi Tengah.
Anonim, 2014, Laporan Survei Terpadu (Geologi, Geokimia, Geofisika) Daerah Panas Bumi
Kadidia Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, Pusat Sumber Daya
Geologi, Badan Geologi.
Anonim, 2014, Laporan Survei Magnetotelurik Daerah Panas Bumi Kadidia Selatan,
Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi.
Bemmelen, van R.W., 1949. The Geology of Indonesia. Vol.I A. The Hague. Netherlands.
Bixley, P.F, 1985. Introduction to Geothermal Reservoir Enginerring.
Corbett, G.J., and Leach, T.M., 1998, Southwest Pacific Rim Gold-Copper Systems: Structure,
alteration and mineralisation: Economic Geology, Special Publication 6, 238 p., Society
of Economic Geologists.
Grant, M.A., Donaldson, I.G., Bixley, P.F, Geothermal Reservoir Enginerring, 1982.
Kingston Morrison, 1997. Important Hydrotermal Minerals and their Significance, Seventh
Edition, New Zealand.
Ratman, N & Atmawinata, S., 1993. Peta Geologi Lembar Mamuju, Sulawesi Skala 1:250.000.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung.
Lokasi
Gambar 1. Peta Lokasi Titik Bor Sumur Landaian Suhu KDD-1
Gambar 2. Peta Kompilasi Geosains Daerah Panas Bumi Kadidia
Gambar 3. Konstruksi Sumur Landaian Suhu KDD-1, Daerah Panas Bumi Kadidia
Gambar 4. Composite Log Sumur KDD-1, Daerah Panas Bumi Kadidida
Logging Temperatur Sumur KDD-1
TEMPERATUR ( 0C)
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
220
240
260
280
KEDALAMAN (METER)
300
320
340
360
380
400
420
440
460
480
500
520
540
560
T 150 turun
T 150 naik
580
T 417 turun
600
T 417 naik
620
T 513 turun
640
T 513 naik
T 700 turun
660
T 700 naik
680
700
Gambar 5. Grafik temperatur vs kedalaman sumur KDD-1
32Temp(°C)
89Temp(°C)
HORNER PLOT
TEMPERATURE CORRECTION
SUMUR KDD-1
KEDLMN 150 M
T*ws = 30,83°C
31
30
Slope m = 6,99°C per log cycle
88
87
86
K = 1,85 W/mK
ρ = 2800 kg/m3
C = 800 J/kg.K
tc = 8 jam
rw = 0,0714 m
29
28
T*ws = 87,83°C
HORNER PLOT
TEMPERATURE CORRECTION
SUMUR KDD-1
KEDLMN 417 M
85
Slope m = 18,21°C per log cycle
84
K = 1,29 W/mK
ρ = 2780 kg/m3
C = 800 J/kg.K
tc = 9 jam
rw = 0,046 m
83
27
T = 31,96 0C
y = -3,04ln(x) + 30,83
T = 88,71 0C
82
y = -7,91ln(x) + 87,83
26
81
Series1
25
1
10
D+dT/dT
1
90Temp(°C)
89
Series1
80
Log. (Series1)
D+dT/dT
98Temp(°C)
HORNER PLOT
TEMPERATURE CORRECTION
SUMUR KDD-1
KEDLMN 513 M
T*ws = 88,44°C
88
94
Slope m 50,88°C per log cycle
Slope m 8,17°C per log cycle
87
92
K = 1,94 W/mK
ρ = 2150 kg/m3
C = 800 J/kg.K
tc = 12 jam
rw = 0,046 m
86
85
y = -3,55ln(x) + 88,44
K = 2,358 W/mK
ρ = 2100 kg/m3
C = 800 J/kg.K
tc = 11 jam
rw = 0,0381 m
90
88
84
86
T = 88,79 0C
83
10
D+dT/dT
T = 96,87 0C
y = -22,1ln(x) + 96,00
84
Series1
82
1
Log. (Series1)
HORNER PLOT
TEMPERATURE CORRECTION
SUMUR KDD-1
KEDLMN 700 M
T*ws = 96,00°C
96
10
82
Log. (Series1)
Series1
1
D+dT/dT
10
Log. (Series1)
Gambar 6. Grafik Analisis Temperatur Formasi di Kedalaman 150 m (a), 417 m (b), 513 m
(c), dan 700 m (d), Dengan Metode Horner Plot
Thermal Gradient / Landaian Suhu
Sumur KDD-1
0
Temperatur (°C)
27,00
20,00
40,00
60,00
80,00
100,00
120,00
-100
31,97
Kedalaman (m)
-200
-300
y = -7,818x + 165,2
-400
-500
-600
88,72
88,79
landaian suhu : 12.8°C/100m
Initial
Temperature
-700
96,87
Linear (Initial
Temperature)
Gambar 7. Landaian Suhu (Thermal Gradient) Sumur KDD-1
Download