SURVEI LANDAIAN SUHU SUMUR KDD-1 DAERAH PANAS BUMI KADIDIA KABUPATEN SIGI, PROVINSI SULAWESI TENGAH Dudi Hermawan, Santia Ardi Mustofa, Dedi Jukardi, Yuanno Rezky Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Secara administratif daerah panas bumi Kadidia termasuk dalam wilayah Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Sumur landaian suhu KDD-1 terletak pada koordinat 179.834 mT dan 9.868.573 mU dengan elevasi 632 m di atas permukaan laut. Litologi penyusun sumur KDD-1 sampai kedalaman akhir (703,85 m) merupakan produk dari aktivitas sedimentasi pada zona depresi Kadidia berupa konglomerat, batupasir, batulempung, dan breksi. Pada umumnya batuan telah mengalami ubahan dengan intensitas lemah sampai sedang yang dicirikan oleh ubahan hasil proses argilitisasi, oksidasi, dan silisifikasi. Mineral ubahan tersebut dikelompokkan termasuk ke dalam jenis argilik dan subpropilitik yang berfungsi sebagai lapisan penudung (clay cap) pada sistem panas bumi Kadidia. Zona hilang sirkulasi (TLC dan PLC) teramati pada beberapa interval kedalaman mulai dari kedalaman 109,45 m sampai kedalaman akhir yang mengindikasikan bahwa sumur KDD1 terletak pada zona rekahan yang intensif. Dijumpainya influx air panas (pada interval kedalaman 293,25 m s.d. 302,25 m, dan 347,25 m s.d. 352,85 m), serta influx air dingin (interval kedalaman 500,25 m s.d. 593,15 m) sangat mempengaruhi kondisi temperatur formasi. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode horner plot diperoleh temperatur formasi sebesar 97oC pada kedalaman 700 m, dengan nilai landaian suhu (thermal gradient) sebesar 12,8oC/100 m atau sekitar 4 (empat) kali lebih besar dari gradien rata-rata bumi (± 3°C per 100 m). Jika top reservoir berada di kedalaman sekitar 1500 m (survei MT, 2012), maka perkiraan temperatur di kedalaman tersebut adalah 220 0C. PENDAHULUAN Lapangan panas bumi non vulkanik merupakan lapangan panas bumi yang belum banyak dikembangkan untuk pemanfaatan tidak langsung menjadi energi listrik. Indonesia memiliki jumlah dan potensi lapangan panas bumi non vulkanik yang layak untuk dilakukan penyelidikan maupun penelitian rinci sehingga data yang dihasilkan diharapkan bermanfaat bagi pengembangan lapangan panas bumi. Daerah panas bumi Kadidia, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, merupakan salah satu lapangan panas bumi non vulkanik yang berpotensi cukup baik dan perlu untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut, karena berdasarkan hasil penyelidikan terdahulu diketahui memiliki daerah prospek seluas 16 km2, dengan potensi cadangan terduga cukup besar yaitu sebesar 66 MWe. Untuk membuktikan keterdapatan potensi energi panas bumi ini, maka pada tahun anggaran 2015, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melakukan pengeboran landaian suhu di daerah prospek panas bumi Kadidia, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Maksud dari pengeboran landaian suhu Kadidia adalah untuk mengetahui serta mempertegas zona prospek di lapangan panas bumi Kadidia, khususnya dalam rencana penentuan lokasi sumur eksplorasi atau sumur eksploitasi tahap berikutnya. Adapun tujuannya adalah untuk mendapatkan data-data bawah permukaan (sub surface) yang meliputi landaian suhu (thermal gradient), litologi, mineral ubahan, intensitas, dan tipe ubahan, serta sebagai pembuktian dari hasil penyelidikan terpadu sebelumnya Secara administratif daerah panas bumi Kadidia termasuk dalam wilayah Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Sumur landaian suhu KDD-1 terletak pada koordinat 179.834 mT dan 9.868.573 mU dengan elevasi sekitar 632 m di atas permukaan laut. (Gambar 1). OPERASI PENGEBORAN Operasi pengeboran landaian suhu KDD-1 dilakukan dalam beberapa trayek/tahapan, yaitu trayek selubung 6”, trayek selubung 4”, trayek HQ, dan trayek open hole. Operasi pengeboran menggunakan tricone bit ukuran 7 5/8”, 5 5/8”, dan diamond bit ukuran 3 4/5”, 3” (Gambar 3). Secara lebih rinci kegiatan pengeboran diuraikan seperti berikut. Trayek Selubung 6” (7 5/8” Hole) Bor formasi (non-coring) dengan menggunakan Tricone Bit (TB) ukuran 5 5/8” dari permukaan hingga kedalaman 12 m. Kondisikan lubang, masuk selubung 4” sampai kedalaman 12 m. Bor formasi (coring) dengan Diamond Bit (DB) 3 4/5” dari kedalaman 12 m s.d. 47,45 m. Cabut rangkaian selubung 4” sampai permukaan. Perbesar lubang dengan menggunakan TB 7 7/8” sampai kedalaman 47,45 m. Kondisikan lubang untuk set selubung 6”. Masuk selubung 6“ dari permukaan hingga kedalaman 43,50 m (casing shoe) dan semen selubung. Trayek Selubung 4” (5 5/8” Hole) Bor semen menggunakan DB 3 4/5” dari kedalaman 41,45 m s.d. 47,45 m. Bor formasi (coring) dengan DB 3 4/5“ dari kedalaman 47,45 m s.d. 151,45 m. Perbesar lubang dengan menggunakan TB 5 5/8” dari kedalaman 47,45 m s.d. 151,45 m. Kondisikan lubang dan set selubung 4“. Lakukan T Logging temperatur di kedalaman 150 m. Semen selubung. Trayek HQ (3 4/5” Hole) Bor semen menggunakan DB 3 4/5” dari kedalaman 130,80 m s.d. 154,80 m. Bor formasi (coring) dengan DB 3 4/5“ dari kedalaman 154,80 m s.d. 419,25 m. Lakukan T Logging temperatur di kedalaman 417,20 m. Bor formasi (coring) dengan DB 3 4/5“ dari kedalaman 419,25 m s.d. 502,15 m. Kondisikan lubang dan set casing HQ di kedalaman 502,15 m (casing shoe HQ). Trayek Open Hole 3” Bor formasi (coring) dengan DB NQ dari kedalaman 502,15 m s.d. 528,90 m. Lakukan T Logging temperatur di kedalaman 513 m. Bor formasi (coring) dengan DB NQ dari kedalaman 528,90 m s.d. 703,85 m. Lakukan T Logging temperatur di kedalaman 700,5 m. Kendala teknis yang terjadi berupa seringnya terjadi ambrukan atau runtuhan pada formasi, namun dapat diatasi dengan mengatur kekentalan lumpur pembilas dan pemasangan casing. GEOLOGI SUMUR Litologi sumur KDD-1 dari permukaan hingga kedalaman akhir (703,85 m) berdasarkan analisis megakospis dari conto inti bor disusun oleh beberapa satuan batuan (Gambar 4), antara lain: Soil, pada interval kedalaman 0 m hingga 12,0 m berwarna kuning kecoklatan, kemerahan sedikit abu-abu kehitaman. Mengandung butiran lepas yang terdiri dari detritus klastik berupa kuarsa, detritus litik andesitik, granit, diorit. Dijumpai mineral kuarsa dan mineral hitam dalam jumlah sedikit diperkirakan merupakan pecahan mineral dari batuan, dan mineral pengisi rekahan. Lapisan ini telah mengalami oksidasi kuat, sebagai lapisan penutup. Batuan ini belum mengalami ubahan hidrotermal. Konglomerat (KMRT), dijumpai pada interval kedalaman 12,0 m s.d. 47,45 m, 80,45 m s.d. 109,70 m, 162,05 m s.d. 183,50 m, dan 216,35 m s.d. 277,70 m. Inti bor berwarna abu-abu, kecoklatan, kekuning-kuningan, keputih-putihan, sedikit kemerahan dan kehitaman, berukuran pasir halus sampai kerakal, sebagian besar belum kompak (lepas). Disusun oleh detritus klastik berupa kuarsa, detritus litik granit, andesit dan diorit, bentuk membulat sampai menyudut tanggung masa dasar lempung dan pasir. Batuan sebagian telah mengalami ubahan hidrotermal menjadi mineral lempung, oksida besi, kuarsa sekunder dan pirit. Di beberapa tempat dijumpai sisipan batulempung bersifat lengket (sticky). Batupasir (BPS), dijumpai pada interval kedalaman 47,45 m s.d. 80,45 m, 109,70 m s.d. 154.80 m berwarna abu-abu kehitaman, keputih-putihan, kehijauan, sedikit kekuning-kuningan dan kecoklatan. Berbutir halus sampai pasir kasar, bentuk membundar tanggung, kemas tertutup, terkonsolidasi dengan baik, kompak dan keras, terdiri dari detritus klastik kuarsa, mineral hitam, detritus litik berkomposisi andesit, diorit dan fosil tumbuhan. Di beberapa tempat tampak struktur cross lamination, dan indikasi sesar. Batulempung (BLP), dijumpai pada interval kedalaman 183,5 m s.d. 191 m, 197,45 m s.d. 200,45 m dan banyak dijumpai sebagai sisipan pada satuan breksi dan konglomerat. Inti bor berwarna abu-abu kehitaman, sedikit keputihan, ukuran lempung, kompak, terdapat fosil tumbuhan, terubah lemah menjadi lempung, sticky clay 10%. Batupasir dengan sisipan batulempung (BPSL), dijumpai pada interval kedalaman 200,45 m s.d. 216,35 m, 376,75 m s.d. 395,25 dan 489,5 m s.d. 524,30 m. Inti bor berwarna abu-abu kehitaman, kecoklatan, ukuran butir lempung-pasir sedang, bentuk butir membundar, kemas tertutup, kompak, tampak ada laminasi sejajar, fragmen tersusun atas kuarsa, litik, matrik lempung, bersifat sticky clay. Batulempung sebagai sisipan berwarna hitam, karbonan. Batupasir kuarsa (BPSK), dijumpai pada interval kedalaman 277,7 m s.d. 376,75 m. Inti bor bor berwarna abu-abu kehitaman kehijauan, ukuran butir pasir halus-sedang, bentuk butir membundar tanggung-membundar, kemas tertutup, agak kompak, fragmen tersusun atas kuarsa, litik. Terdapat sisipan konglomerat dan ada laminasi sejajar. Batuan terubah lemah menjadi mineral lempung dan oksida besi, bersifat sticky clay. Perselingan konglomerat dengan batupasir dan batulempung (PKPL), dijumpai pada interval kedalaman 446,25 m s.d. 489,5 m. Inti bor konglomerat berwarna abu-abu, ukuran butir pasir sedang-kerakal, kemas terbuka, pemilahan buruk, bentuk butir membundar tanggung, kompak, fragmen polimik litik (granit, batupasir), kuarsa, feldspar, graded bedding. Batupasir berwarna abu-abu, ukuran butir pasir kasar-pasir sedang, kemas tertutup, pemilahan sedang, bentuk butir membundar tanggung, friable, fragmen tersusun atas kuarsa, litik (granit, batupasir), felspar, sedikit biotit, graded bedding. Batulempung berwarna hitam, ukuran butir lempung, laminasi silang siur, laminasi sejajar Perselingan breksi dengan batupasir dan batulempung (PBSL), dijumpai pada interval kedalaman 524,30 m s.d. 590,30 m. Inti bor breksi berwarna abu-abu-kehijauan-keputihan, sedikit kehitaman dan sedikit kecoklatan, ukuran butir pasir sedang-berangkal, kemas terbuka, pemilahan buruk, bentuk butir menyudut-menyudut tanggung, kompak, fragmen polimik litik (granit, andesit), kuarsa, felspar, graded bedding, terubah sedang-kuat, urat kuarsa, mineral lempung, terhancurkan di beberapa tempat. Breksi (BX), dijumpai pada interval kedalaman 590,30 m s.d. 703,85 m. Inti bor breksi berwarna abu-abu-kecoklatankeputih-putihan, sedikit kehitaman kehijauan, ukuran butir pasir sedangberangkal, kemas terbuka, pemilahan buruk, bentuk butir menyudut-menyudut tanggung, kompak, fragmen polimik litik (granit, andesit, kuarsa, feldspar, graded bedding, terubah sedang-kuat, urat kuarsa, mineral lempung, oksida besi, terhancurkan di beberapa tempat, matriks pasir sedang-kasar, pecahan granit, kuarsa. Litologi sumur KDD-1 mulai dari kedalaman 12,0 m s.d. 703,85 m telah mengalami ubahan hidrotermal dengan intensitas ubahan lemah sampai sedang (SM/TM = 10 – 65 %) oleh proses ubahan argilitisasi, oksidasi, dan silisifikasi. Mineral-mineral ubahan tersebut didominasi oleh mineral lempung berjenis montmorilonit (smectite group) dan ilit, klorit, serta zeolit. Beberapa conto batuan dari sumur KDD-1 dianalisis di laboratorium untuk mengukur sifat fisik batuan yang terdiri dari analisis porositas, permeabilitas, konduktivitas panas, dan densitas batuan. Hasil analisis menunjukkan nilai porositas berkisar antara 5,69 % hingga 44,89 %, permeabilitas berkisar antara 0,00009 mdarcy hingga 25,42510 mdarcy, konduktivitas panas berkisar antara 1,10 – 2,35 W/mK, dan densitas berkisar antara 2,1 (BV/g/cm3) hingga 2,8 (BV/g/cm3). Nilai konduktivitas panas dan densitas batuan akan digunakan dalam koreksi temperatur formasi menggunakan metode Horner Plot. Kehadiran struktur geologi pada sumur pengeboran panas bumi dapat ditafsirkan dari beberapa ciri struktur seperti sifat fisik batuan (milonitisasi dan rekahan) yang dikombinasikan dengan data pengeboran seperti adanya hilang sirkulasi (total/sebagian) dan terjadinya drilling break. Selama kegiatan pengeboran, telah terjadi hilang sirkulasi total (TLC) di kedalaman 109,45 m s.d. 110,45 m, selanjutnya hilang sirkulasi sebagian (PLC) sebesar 40 lpm pada interval kedalaman 110,45 m s.d. 113,45 m dan pada interval kedalaman 113,45 m s.d. 154,80 m sebesar 15 lpm. Pada interval kedalaman 238,45 m s.d. 251,45 m terjadi PLC sebesar 20 s.d. 30 lpm, dan pada interval kedalaman 583,75 m s.d. 703,85 m terjadi PLC sebesar 10 lpm. Sumur landaian suhu KDD-1 dari permukaan sampai kedalaman 703,85 m, umumnya disusun oleh batuan yang belum terkompakkan dan batuan keras yang memiliki kekar-kekar dan/atau rekahanrekahan pada interval kedalaman 109 m s.d. 154,80 m, dan terutama pada interval kedalaman 502,25 m s.d. 703,85 m, sehingga mudah terjadi runtuhan (caving). Dari data-data tersebut di atas terlihat bahwa sumur KDD-1 terletak pada zona struktur yang intensif. Hasil pengukuran temperatur lumpur masuk (Tin) dan temperatur keluar (Tout) sumur KDD-1 dari permukaan sampai kedalaman akhir (703,85 m) berkisar antara Tin sebesar 21,8°C s.d. 36,6°C dan Tout sebesar 23,7°C s.d. 38,5C, dengan selisih temperatur masuk dan keluar sebesar 0,1 – 6C. Hasil analisis batuan secara megakospis dan beberapa parameter bor disajikan dalam Composite Log pada Gambar 4. LOGGING TEMPERATUR Pengukuran logging temperatur pada lubang sumur bor KDD-1 dilakukan pada kedalaman 150 m, 417,2 m, 513 m dan kedalaman 700,50 m. Pengukuran logging temperatur menunjukkan temperatur terukur di kedalaman 150 m sebesar 26,2oC, dengan temperatur rendam maksimum sebesar 27,3oC, di kedalaman 417,2 m temperatur terukur sebesar 81,5oC, dengan temperatur rendam maksimum sebesar 83,4oC, di kedalaman 513 m temperatur terukur sebesar 87oC, dengan temperatur rendam maksimum sebesar 87,2oC, di kedalaman 700,50 m temperatur sebesar 87,2oC, dengan temperatur rendam maksimum sebesar 91,3oC. Hasil pengukuran temperatur sumur KDD-1 dapat dilihat pada Gambar 5. Selama kegiatan pengeboran terjadi beberapa kali aliran air dari kedalaman (influx) baik itu influx air panas maupun influx air dingin. Influx air panas dijumpai pada interval kedalaman 293,25 m s.d. 302,25 m dan pada interval kedalaman 347,25 m s.d. 352,85 m. Influx air dingin dijumpai pada interval kedalaman 502,25 m s.d. 593,15 m. Adanya influx ini sangat mempengaruhi pembacaan nilai temperatur lumpur pembilas dan temperatur sumur. PEMBAHASAN Litologi sumur landaian suhu KDD1 telah mengalami ubahan hidrotermal hasil proses argilitisasi, oksidasi, dan silisifikasi. Secara keseluruhan tipe ubahan didominasi tipe argilik (dicirikan oleh himpunan mineral lempung seperti smektit, ilit, dan klorit) hingga tipe sub-propilitik (dicirikan oleh himpunan mineral zeolit, yang berasosiasi dengan smektit, ilit, dan klorit), yang berfungsi sebagai batuan penudung (caprock) pada sistem panas bumi Kadidia. Mineral-mineral ubahan tersebut termasuk ke dalam jenis argilik dan subpropilitik, yang berfungsi sebagai lapisan penudung panas (clay cap) pada sistem panas bumi Kadidia. Secara umum pada sumur KDD-1 terjadi penurunan temperatur (cooling) dari kondisi paleotemperatur sebesar 100 s.d. 2000C (temperatur pembentukan mineral ubahan) ke kondisi temperatur formasi sekarang yaitu sebesar 970C (pengukuran logging temperatur sumur KDD-1). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya recharge air meteorik di sumur KDD-1 pada zona rekahan yang diindikasikan oleh kehadiran mineral heulandit yang merupakan mineral kelompok zeolit yang kaya akan H2O. Zona rekahan ini terbentuk akibat pengaruh dari keberadaan Sesar Kadidia yang terletak dekat dengan Sumur KDD-1. Hadirnya mineral-mineral ubahan dengan intensitas rendah-sedang di sumur KDD-1 hingga kedalaman akhir yang didominasi mineral lempung seperti smektit, ilit, dan klorit mendukung data survei terpadu sebelumnya, yang menunjukkan bahwa di kedalaman tersebut (500 m s.d. 1500 m) lapisan batuan memiliki tahanan jenis rendah (low resistivity). Pada sumur landaian suhu KDD-1, dijumpai beberapa kali hilang sirkulasi total (TLC) maupun hilang sirkulasi sebagian (PLC). TLC dan PLC ini diduga disebabkan oleh porositas dan permeabilitas yang cukup tinggi berupa rongga antar butir, dan rekahan-rekahan batuan. Pada pengukuran logging temperatur dilakukan perhitungan dengan metode Horner Plot untuk mendapatkan harga Initial Temperature (temperatur formasi). Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai temperatur formasi di kedalaman 150 m sebesar 31,96oC (Gambar 6a), di kedalaman 417 m sebesar 88,71oC (Gambar 6b), di kedalaman 513 m sebesar 88,79oC (Gambar 6c), dan di kedalaman 700 meter sebesar 96,87oC (Gambar 6d). Berdasarkan temperatur formasi pada posisi kedalaman 700 m, diperoleh nilai thermal gradient (landaian suhu) sebesar 12,8oC/100 meter (Gambar 7) atau sekitar empat (4) kali gradien rata-rata bumi (± 3C per 100 m). Selanjutnya, jika perkiraan top reservoir di daerah panas bumi Kadidia berada di kedalaman sekitar 1500 m (hasil survei terpadu, 2012) dan gradien termal diasumsikan linier pada sumur KDD-1, maka temperatur formasi di kedalaman tersebut adalah sekitar 220oC. KESIMPULAN DAN SARAN Sumur landaian suhu KDD-1 mempunyai kedalaman akhir 703,85 m, berada di lingkungan batuan sedimen yang sebagian telah mengalami ubahan hidrotermal dengan tipe ubahan argilik sampai sub-propilitik yang berfungsi sebagai lapisan penudung (clay cap) pada sistem panas bumi Kadidia. Temperatur formasi di kedalaman akhir (700 m) sebesar 96,87°C dengan rata-rata nilai landaian suhu sebesar 12,8oC/100 meter, dan perkiraan temperatur di kedalaman 1500 m (perkiraan top reservoir) adalah 2200C. Hal ini menunjukkan bahwa sumur KDD-1 memiliki temperatur yang cukup tinggi, dan menarik untuk dikembangkan lebih lanjut. Untuk pengembangan daerah panas bumi Kadidia di masa mendatang, disarankan untuk melakukan pengeboran eksplorasi dengan target kedalaman 1800 m s.d. 2500 m, serta pengeboran landaian suhu di beberapa titik dengan target kedalaman 500 m s.d. 750 m sehingga dapat memperoleh data isothermal bawah permukaan daerah prospek panas bumi Kadidia. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada tim pengeboran landaian suhu Kadidia, Dinas ESDM Kabupaten Sigi, dan seluruh instansi terkait yang telah memberikan dukungan dan bantuannya dalam kegiatan pengeboran landaian suhu sumur KDD-1. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2012, Laporan Survei Terpadu Geologi, Geokimia, dan Geofisika Daerah Panas Bumi Kadidia, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi. Anonim, 2012, Laporan Survei Magnetotelurik (MT) Daerah Panas Bumi Kadidia, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Anonim, 2013, Laporan Survei Aliran Panas Daerah Panas Bumi Kadidia, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Anonim, 2014, Laporan Survei Terpadu (Geologi, Geokimia, Geofisika) Daerah Panas Bumi Kadidia Selatan, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi. Anonim, 2014, Laporan Survei Magnetotelurik Daerah Panas Bumi Kadidia Selatan, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi. Bemmelen, van R.W., 1949. The Geology of Indonesia. Vol.I A. The Hague. Netherlands. Bixley, P.F, 1985. Introduction to Geothermal Reservoir Enginerring. Corbett, G.J., and Leach, T.M., 1998, Southwest Pacific Rim Gold-Copper Systems: Structure, alteration and mineralisation: Economic Geology, Special Publication 6, 238 p., Society of Economic Geologists. Grant, M.A., Donaldson, I.G., Bixley, P.F, Geothermal Reservoir Enginerring, 1982. Kingston Morrison, 1997. Important Hydrotermal Minerals and their Significance, Seventh Edition, New Zealand. Ratman, N & Atmawinata, S., 1993. Peta Geologi Lembar Mamuju, Sulawesi Skala 1:250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung. Lokasi Gambar 1. Peta Lokasi Titik Bor Sumur Landaian Suhu KDD-1 Gambar 2. Peta Kompilasi Geosains Daerah Panas Bumi Kadidia Gambar 3. Konstruksi Sumur Landaian Suhu KDD-1, Daerah Panas Bumi Kadidia Gambar 4. Composite Log Sumur KDD-1, Daerah Panas Bumi Kadidida Logging Temperatur Sumur KDD-1 TEMPERATUR ( 0C) 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 KEDALAMAN (METER) 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500 520 540 560 T 150 turun T 150 naik 580 T 417 turun 600 T 417 naik 620 T 513 turun 640 T 513 naik T 700 turun 660 T 700 naik 680 700 Gambar 5. Grafik temperatur vs kedalaman sumur KDD-1 32Temp(°C) 89Temp(°C) HORNER PLOT TEMPERATURE CORRECTION SUMUR KDD-1 KEDLMN 150 M T*ws = 30,83°C 31 30 Slope m = 6,99°C per log cycle 88 87 86 K = 1,85 W/mK ρ = 2800 kg/m3 C = 800 J/kg.K tc = 8 jam rw = 0,0714 m 29 28 T*ws = 87,83°C HORNER PLOT TEMPERATURE CORRECTION SUMUR KDD-1 KEDLMN 417 M 85 Slope m = 18,21°C per log cycle 84 K = 1,29 W/mK ρ = 2780 kg/m3 C = 800 J/kg.K tc = 9 jam rw = 0,046 m 83 27 T = 31,96 0C y = -3,04ln(x) + 30,83 T = 88,71 0C 82 y = -7,91ln(x) + 87,83 26 81 Series1 25 1 10 D+dT/dT 1 90Temp(°C) 89 Series1 80 Log. (Series1) D+dT/dT 98Temp(°C) HORNER PLOT TEMPERATURE CORRECTION SUMUR KDD-1 KEDLMN 513 M T*ws = 88,44°C 88 94 Slope m 50,88°C per log cycle Slope m 8,17°C per log cycle 87 92 K = 1,94 W/mK ρ = 2150 kg/m3 C = 800 J/kg.K tc = 12 jam rw = 0,046 m 86 85 y = -3,55ln(x) + 88,44 K = 2,358 W/mK ρ = 2100 kg/m3 C = 800 J/kg.K tc = 11 jam rw = 0,0381 m 90 88 84 86 T = 88,79 0C 83 10 D+dT/dT T = 96,87 0C y = -22,1ln(x) + 96,00 84 Series1 82 1 Log. (Series1) HORNER PLOT TEMPERATURE CORRECTION SUMUR KDD-1 KEDLMN 700 M T*ws = 96,00°C 96 10 82 Log. (Series1) Series1 1 D+dT/dT 10 Log. (Series1) Gambar 6. Grafik Analisis Temperatur Formasi di Kedalaman 150 m (a), 417 m (b), 513 m (c), dan 700 m (d), Dengan Metode Horner Plot Thermal Gradient / Landaian Suhu Sumur KDD-1 0 Temperatur (°C) 27,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 -100 31,97 Kedalaman (m) -200 -300 y = -7,818x + 165,2 -400 -500 -600 88,72 88,79 landaian suhu : 12.8°C/100m Initial Temperature -700 96,87 Linear (Initial Temperature) Gambar 7. Landaian Suhu (Thermal Gradient) Sumur KDD-1