eJournal Buat PDF (06-05-14-02-20-09)

advertisement
eJournal Ilmu Administrasi Bisnis, 2014, 2 (2) : 160-172
ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id
© Copyright 2014
Analisis Kontribusi Volume Penjualan Pada Laba Produk CFC
(Californian Fried Chicken) RSUD AWS Samarinda
Yosua Fikapril P
eJournal Administrasi Bisnis
Volume 2, Nomor 2, 2014
HALAMAN PERSETUJUAN PENERBITAN ARTIKEL EJOURNAL
Artikel eJournal dengan identitas sebagai berikut :
Judul
: Analisis Kontribusi Volume Penjualan Pada Laba Produk
CFC (California Fried Chicken) RSUD AWS Samarinda.
Pengarang
: Yosua Fikapril P
NIM
: 0902095011
Program
: S1 Administrasi Bisnis
Fakultas
: Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Mulawarman
telah diperiksa dan disetujui untuk disetujui untuk di-online-kan die Journal
Program S1 Administrasi Bisnis Fisip Unmul.
Samarinda, 10 Mei 2014
Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. M. Zaini, M.Si
NIP. 19670601 200312 1 001
Adietya Arie H, S.Sos., M.AB
NIP. 19591023 198803 1 001
Bagian bawah ini diisi
DIISI OLEH BAGIAN PERPUSTAKAAN S1 ADMINISTRASI BISNIS
Identitas terbitan untuk artikel diatas
Nama Terbitan : eJournal Administrasi Bisnis
Bagian Perpustakaan S1 AB
Volume
:2
Nomor
:2
Tahun
: 2014
Halaman
: 160-172
Adietya Arie H, S.Sos., M.AB
NIP. 19591023 198803 1 001
eJournal Ilmu Administrasi Bisnis, 2014, 2 (2) : 160-172
ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id
© Copyright 2014
Analisis Kontribusi Volume Penjualan Pada Laba Produk CFC
(California Fried Chicken) RSUD AWS
Samarinda
Yosua Fikapril P1
Abstrak
Penelitian ini adalah untuk mengetahui produk manakah yang
menghasilkan volume penjualan dan laba yang paling besar di CFC (California
Fried Chicken) RSUD AWS Samarinda periode bulan Januari sampai bulan
Maret 2012.
Berdasarkan hasil penelitian penulis, dapat diketahui bahwa produk yang
menghasilkan volume penjualan dan laba terbesar dari tiap jenis makanan dan
minuman adalah Dada penjualan 5.597 pcs (Rp 73,779,654) dengan 8,18%
memberikan kontribusi laba sebesar Rp 14.795.254. Friench Fries penjualan
4.586 porsi (Rp 66,703,370) dengan 7,4% memberikan kontribusi laba sebesar Rp
13.384.460, dan Rice penjualan 10.098 porsi (Rp 59,669,082) dengan 6,63%
memberikan kontribusi laba sebesar Rp 11.991.752. Sedangkan volume penjualan
terbesar dari jenis minuman adalah Milk Shake Choco penjualan 1.680 porsi (Rp
24,435,600) dengan 2,71% memberikan kontribusi laba sebesar Rp 4.919.693,
Pepsi Medium penjualan 2.436 porsi (Rp 24,360,000) dengan 2,7% memberikan
kontribusi laba sebesar Rp 4.883.519 dan Ice Cream Vanila penjualan 5.056 porsi
(Rp 22,979,520)dengan 2,54% memberikan kontribusi laba sebesar Rp 4.594.125.
Kata kunci: Volume Penjualan, Laba
Pendahuluan
Pada saat ini terjadinya modernisasi dalam masyarakat yang menyebabkan
perubahan dalam gaya hidup. Perubahan tersebut terlihat dari pola konsumsi
masyarakat yang serba ingin cepat dan praktis. Mobilitas masyarakat kota yang
semakin meningkat menyebabkan terbatasnya waktu untuk memasak dan
mengolah makanan sendiri sehingga banyak masyarakat yang lebih memilih
makan di luar rumah. Dan bagi masyarakat sekarang ini mengkonsumsi makanan
di restoran bukan hanya untuk menghilangkan rasa lapar saja akan tetapi ada
1
Mahasiswa S1 Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unversitas
Mulawarman, Email : [email protected]
Analisis Kontribusi Volume Penjualan Pada Laba Produk CFC, (Yosua)
motivasi lain yaitu untuk berkumpul, beristirahat, bertemu dengan relasi bisnis dan
hal tersebut menjadi bagian dari gaya hidup sebagian besar masyarakat kita.
Kini usaha makanan cepat saji sangatlah berkembang dengan pesat,
terbukti dengan banyaknya restoran asing yang berdiri di kota Samarinda, seperti
KFC, McDonald’s, dan TEXAS. Hal ini menunjukan bahwa persaingan dalam
bisnis restoran semakin kuat dan mendorong para usahawan untuk selalu
mengembangkan usahanya.
Mengingat persaingan usaha yang semakin ketat, perusahaan dituntut
untuk berani menghadapi dan mampu beradaptasi dengan lingkungan yang ada.
Kebijakan di bidang investasi perusahaan menjadi faktor yang menentukan
keberhasilan perusahaan untuk tetap unggul dalam persaingan. Salah satu cara
agar perusahaan dapat tetap berdiri ialah dengan memperoleh laba yang maksimal.
Karena dengan hasil laba tersebut perusahaan bisa menjalankan operasi
perusahaan untuk meraih kesuksesan dan untuk mengembangkan perusahaan agar
terus berkelanjutan.Untuk memperoleh laba yang maksimal perusahaan tentunya
menghadapi persaingan dengan perusahaan-perusahaan lain. Disamping itu,
perusahaan juga melakukan berbagai hal seperti pengefesiensian biaya serta
meningkatkan hasil penjualan yang dapat dilakukan dengan cara meguasai pasar,
walaupun di setiap kegiatan memiliki berbagai macam resiko.
Manajemen perusahaan yang semula hanya memusatkan perhatiannya
pada bidang produksi, haruslah mulai memperluas perhatiannya pada kebijakan
investasi pada tiap produk. Oleh sebab itu pihak perusahaan harus memperhatikan
kegiatan penjualan, kapan produk perusahaan dapat dijual serta bagaimana
menggerakkan pelaku perusahaan agar terhindar dari inefisiensi biaya.
Tujuan utama dari kebijakan investasi adalah berusaha untuk
meningkatkan jumlah penjualan agar dapat menghasilkan laba yang diinginkan
dengan cara menawarkan produk kepada konsumen dalam jangka panjang, maka
dengan meningkatkan omset penjualan dapat memperoleh laba yang diinginkan,
dan sudah seharusnya perusahaan baik kecil maupun besar memperhatikan hal-hal
yang berhubungan dengan kegiatan penjualan.
Dalam rangka mencapai laba yang maksimal, maka pihak perusahaan
harus memperhatikan dua faktor penting, yaitu jumlah penjualan dan biaya-biaya
yang harus dikorbankan untuk mencapai penjualan tersebut.
Biaya dalam suatu perusahaan merupakan motor penggerak dalam setiap
aktivitas perusahaan. Dalam menjalankan aktivitas perusahaan senantiasa
mengorbankan biaya guna kelancaran operasi.
Manajemen dapat mengambil tindakan atau kebijakan bagi produk yang
kurang menguntungkan, sedangkan untuk produk yang memberikan keuntungan
yang besar dipertahankan dan ditingkatkan yakni dengan diketahui penjualan
produk yang ada di perusahaan.
California Fried Chicken (CFC) RSUD AWS Samarinda merupakan salah
satu cabang perusahaan yang bergerak di bidang kuliner, antaralain produk
unggulan penjualannya merupakan hasil murni dari olahan berbahan dasar ayam
yang akan dijual kepada konsumen.
161
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 2, 2014 : 160-172
Selama ini CFC RSUD AWS Samarinda mengukur kemampuan
menghasilkan laba hanya dengan memperhitungkan laba atau rugi secara
keseluruhan saja, tanpa memperhitungkan dan menganalisa laba dari volume
penjualan masing-masing produk CFC yang dijual.
Memperhitungkan kontribusi volume penjualanlan dari masing-masing
laba produk CFC sangat diperlukan, agar memudahkan pihak manajemen
perusahaan dalam pengambilan keputusan yang lebih tepat dan kebijakan investasi
terhadap masing-masing produk CFC. Sekiranya ada produk yang kurang mampu
menghasilkan laba yang besar bagi perusahaan tentu memerlukan kebijakan
investasi tersendri. Setelah memperoleh hasil laporan perhitungan dan analisa
produk yang dominan, barulah bisa melihat produk mana yang memberikan laba
paling besar yang dijual oleh CFC RSUD AWS Samarinda.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul Analisis Kontribusi Volume Penjualan Pada Laba Produk
CFC (California Fried Chicken) RSUD AWS Samarinda.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Produk manakah yang
menghasilkan volume penjualan dan laba yang paling besar di CFC (California
Fried Chicken) RSUD AWS Samarinda.
Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk mengetahui volume penjualan
dan kontribusi laba tiap produk yang paling besar di CFC (California Fried
Chicken) RSUD AWS Samarinda periode bulan Januari sampai bulan Maret 2012.
Kerangka Dasar Teori
Pengertian Akuntansi
Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian
mengenai informasi keuangan yang akan membantu manajer, investor, otoritas
pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan
di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah. Akuntansi adalah seni
dalam mengukur, menginterpretasikan aktivitas keuangan. Secara luas, akuntansi
juga dikenal sebagai bahasa bisnis .Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu
laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer,
pengambil kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham,
kreditur, atau pemilik. Pencatatan harian yang terlibat dalam proses ini dikenal
dengan istilah pembukuan.
Akutansi dalam dunia usaha memegang peranan yang sangat penting
dalam menjalankan operasi perusahaan tersebut, apabila ilmu akuntansi pada
perusahaan diterapkan dengan baik, maka perusahaan dapat lebih profesional dan
bijaksana dalam pengambilan keputusan agar keputusan yang diambil benar-benar
menunjang keberhasilan usaha.
Akutansi menjelaskan bahwa setiap perusahaan dianggap sebagai satu
kesatuan akutansi yang berdiri sendri dan terpisah dari pihak-pihak yang
berkepentingan dengan sumber-sumber atau kekayaan perusahaan. Karena dengan
adanya pemisah ini akan memberikan informasi yang jelas kepada pihak-pihak
yang berkepentingan mengenai pertanggungjawaban keuangan perusahaan.
162
Analisis Kontribusi Volume Penjualan Pada Laba Produk CFC, (Yosua)
Akutansi sering dikaitkan sebagai suatu teori dalam pencatatan baik
berupa pengidentifikasian, peringkasan dan penafsiran terhadap suatu informasi
akutansi yang tujuan akhirnya adalah suatu laporan akhir. Laporan akhir dari seni
pencatatan informasi ini akan berupa gambaran mengenai posisi keuangan suatu
perusahaan. Hal ini sesuai dengan pengertian akutansi yang dikemukakan oleh
para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut :
Sugiarto dan Suwardjono (1999 : 4) mengemukakan bahwa akuntansi
dapat didefinisikan dari dua segi yaitu pertama dari segi ilmu akuntansi yang
berarti keseluruhan pengetahuan yang bersangkutan dengan fungsi menghasilkan
informasi keuangan suatu unit organisasi kepada pihak yang berkepentingan untuk
dijadikan dasar pengambilan keputusan. Kedua dari segi proses atau kegiatannya
akuntansi dapat diartikan sebagai kegiatan pencatatan, penyortiran, penggolongan,
pengikhtisaran, peringkasan dan penyajian transaksi keuangan suatu unit
organisasi dengan cara tertentu.
Jusuf (2004 : 1) mengartikan akutansi adalah proses pencatatan,
penggologan, peringkasaan, pelaporan dan penganalisaan data keuangan suatu
organisasi.” Definisi ini menunjukan bahwa kegiatan akutansi merupakan tugas
yang kompleks dan menyangkut bermacam-macam kegiatan.
Mardiasmo (2000 : 1) mengemukakan bahwa akutansi adalah seni
pencatatan, penggolongan, peringkasan dan pelaporan transaksi-transaksi
keuangan suatu organisasi dengan cara-cara tertentu yang sistematis serta
penafsiran terhadap hasilnya.
Horgren dan Harisson (2007 : 4) menyatakan bahwa akuntansi adalah
sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, memroses data menjadi laporan,
dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pengambil keputusan.
American Institutte of Certified Public Accountabble ( AICPA ) dalam
Statement of The Accounting Prinple Board No. 4 yang dikutip Smith dkk (1998 :
2) menjelaskan bahwa Accounting is servis activity, it’s function to provide
quantitative information primarily financial in nature, about in making reasoned
choices among alternative courses of action. Yang berarti bahwa akutansi adalah
suatu aktivitas jasa yang fungsinya menyediakan informasi kuantitatif, terutama
yang bersifat keuangan tentang satuan-satuan ekonomis yang dapat bermanfaat
dalam pengambilan keputusan ekonomis dalam menerapkan pilihan-pilihan yang
logis diantara alternative tindakan.
Peran Akuntansi
Sejak ilmu pembukuan di temukan dan di perkenalkan oleh seseorang
yang berkebangsaan italia yang bernama Luca Pacioli, maka ilmu akutansi tidak
bisa lagi di lepaskan dalam kehidupan sehari-hari, baik itu disadari ataupun tidak
disadari, misalnya dalam kehidupan perseorangan. Hal ini akan secara nampak
bahwa akutansi itu sangat di perlukan bagi perusahaan dan itu akan disadari akan
pentingnya hal tersebut bagi suatu perusahaan. Begitu pentingnya peranan
akutansi sehingga tiap organisasi atau perusahaan haruslah mempunyai fungsi
akutansi dalam struktur organisasinya. Di Indonesia kewajiban melakukan
pembukuan setiap perusahaan didasarkan pada kitab Undang-Undang Hukum
163
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 2, 2014 : 160-172
Dagang (KUHD) pasal 6 yang berbunyi : Tiap-tiap orang yang melakukan atau
menjalankan perusahaan atau menyelenggarakan pembukuan perusahaan,
sehingga diketahui segala hak dan kewajibannya.
Kegiatan perusahaan meliputi suatu arus perputaran dana, yang mana dana
itu di peroleh dari pemilik dan kreditur untuk digunakan melakukan usaha yang
bisa menghasilkan laba yang pada akhirnya diterima dalam bentuk transaksi dan
kejadian-kejadianyang perlu dicatat serta dilaporkan. Disinilah akuntansi
mempunyai peranan penting dalam proses pencatatan pelaporan.
Akuntasi Manajemen
Akutansi manajemen adalah salah satu bidang akuntansi yang tujuan
utamanya adalah menyajikan laporan-laporan sebagai satu satuan usaha untuk
kepentingan pihak internal dalam rangka melaksanakan proses manajemen yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.
Akuntansi manajemen menurut Rudianto (2006 : 4) merupakan sistem
alat, yakni jenis informasi yang dihasilkannya ditujukan kepada pihak-pihak
internal organisasi, seperti manajer keuangan, manajer produksi, manajer
pemasaran dan sebagainya guna pengambilan keputusan internal organisasi.
Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan,
yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi
selama tahun buku yang bersangkutan. Sundjaja dan Barlian (2001 : 47),
menyatakan bahwa laporan keuangan adalah suatu laporan yang menggambarkan
hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pihakpihak yang berkepentingan dengan data keuangan atau aktivitas perusahaan.
Neraca
Neraca menurut Yusuf (2003 : 21) adalah suatu daftar yang
menggambarkan aktiva kekayaan, kewajiban dan modal yang dimiliki oleh suatu
perusahaan pada saat tertentu. Sedangkan Baridwan (2004 : 18) memberikan
pengertian neraca adalah laporan keuangan yang menunjukkan keadaan
keuangan suatu perusahaan pertanggal tertentu.
Laporan Laba Rugi
Laporan Laba Rugi adalah suatu bentuk laporan keuangan yang
menyajikan informasi hasil usaha perusahaan yang isinya terdiri dari pendapatan
usaha dan beban usaha untuk satu periode akuntansi tertentu.
Baridwan (2004 : 18) mengemukakan pendapatanya mengenai laporan
laba rugi sebagai suatu laporan yang menunjukkan penghasilan-penghasilan dan
biaya dari satu unit usaha periode tertentu, selisih antara penghasilan dan biaya
merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita perusahaan
Laporan Perubahan Modal
Menurut Baridwan (2004 : 18), yang dimaksud dengan laporan perubahan
modal adalah laporan yang menunjukkan sebab-sebab perubahan modal dari
jumlah awal periode menjadi jumlah modal akhir periode.
Sedangkan Dunia
(2000 : 19) menjelaskan laporan perubahan modal adalah merupakan ikhtisar dari
perubahan-perubahan dalam equitas atau modal yang terjadi selama periode waktu
164
Analisis Kontribusi Volume Penjualan Pada Laba Produk CFC, (Yosua)
tertentu, misalnya sebulan atau setahun. Laporan ini hanya disusun untuk bentuk
usaha perseorangan. Laporan ini berkaitan dengan neraca dan laporan laba rugi.
Laporan Perubahan Posisi Keuangan
Adapun yang dimaksud dengan laporan perubahan posisi keuangan yang
dijelaskan oleh Dunia (2000 : 19) adalah laporan perubahan posisi keuangan atau
laporan arus kas merupakan ikhtisar dari penerimaan dan pengeluaran kas periode
waktu atau masa tertentu, misalnya sebulan atau setahun.Sedangkan menurut
Bardiwan (2004 : 18) laporan perubahan posisi keuangan adalah laporan yang
menunjukkan arus dana perubahan-perubahan dalam posisi keuangan selama
tahun buku yang bersangkutan (FASB dalam SFAS Nomor 95 menentukan
laporan ini diganti dengan laporan arus kas.
Tujuan dan Fungsi Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah agar memudahkan para investor dan
kreditor (stakeholder) yang berkepentingan pada perusahaan tersebut dalam hal
pengambilan keputusan ekonomi yang di butuhkan dan diperlukan oleh iklim
perusahaan.
Fungsi laporan keuanagan adalah sebagai bahan pertimbangan bagi pihak
yang berkepentingan atau pihak pemakai dalam membuat keputusan ekonomi,
seperti keputusan investasi, pembelian kredit, atau keputusan lainya mengenai
kegiatan operasi perusahaan. Selain itu juga berfungsi sebagai penaksiran waktu
dan ketidakpastian penerimaan uang dimasa yang akan datang dengan
membandingkan hasil operasi perusahaan diwaktu yang lalu. sedangkan fungsi
laporan keuangan lainya adalah untuk menunjukkan sumber-sumber ekonomi
suatu perusahaan, kejadian dan keadaan yang mempengaruhi hal tersebut.
Pengertian Biaya
Biaya (cost) adalah kas atau setara kas yang dikorbankan (dibayarkan)
untuk barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat (pendapatan) pada
saat ini atau mendatang bagi organisasi. Disebut setara kas (cash equivalent)
karena sumber daya non kas dapat ditukarkan dengan barang atau jasa yang
dikehendaki. Sebagai contoh ketika perusaahaan membeli keperluan perusahaan
secara tunai atau kredit, jumlah pembayaran untuk keperluan tersebut merupakan
biaya perolehan keperluan perusahaan. Sebaliknya, walaupun pembayaran deviden
kepada para pemegang saham juga merupakan sebuah bentuk pembayaran, namun
pembayaran itu bukanlah biaya karena pembayaran deviden tidak menghasilkan
pendapatan bagi perusahaan.
Biaya menurut Baridwan (2005 ; 17) dalam arti luas biaya adalah
pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi
atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti
sempit biaya diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh
aktiva.
Honrgren (2000 : 28) memberikan definisi tentang biaya yaitu : “ Cost is
resources sacrified or forgone to achieve a specific objektif. It is usually
meansured as the monetary amout that must be paid to goods and sevice”.
Pendapat tersebut berarti bahwa biaya adalah sumber daya yang dikorbankan
165
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 2, 2014 : 160-172
untuk mencapai tujuan tertentu. Biasanya sebagai jumlah moneter yang harus
dibayar untuk mendapatkan barang dan jasa.
Penggolongan Biaya
Penggolongan biaya perlu dilakukan oleh perusahaan, hal ini dilakukan
dengan maksud agar sistem akutansi biaya dapat dilaksanakan secara teratur dan
berguna sebagai bahan informasi sesuai dengan keperluan manajemen perusahaan.
Menurut Mulyadi (2002 : 14) ada lima penggolongan biaya sebagai
berikut :
a. Penggolongan biaya menurut obyek pengeluaran.
1. Penggolongan biaya menurut obyek pengeluaran.
2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan.
3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan suatu yang dibiayai.
4. Penggolongan biaya menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan.
5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya.
Volume Penjualan
Volume penjualan dapat dijabarkan sebagai umpan balik dari kegiatan
penjualan yang dilaksanakan oleh perusahaan. Volume penjualan menunjukan
produktifitas suatu perusahaan dan juga keberhasilan dalam penjualan.
Semakin besar volume penjualan maka semakin besar pula kemungkinan untuk
mendapat keuntungan atau mengalami pertumbuhan laba perusahaan.
Keberhasilan usaha penjualan dapat dilihat dari volume penjualan yang didapat.
Dengan kata lain apakah usaha tersebut mendapatkan laba atau tidak, sangat
bergantung pada keberhasilan penjualan itu.
Pengertian volume penjualan menurut Anorga (1993 :213) menyatakan
bahwa volume penjualan adalah jumlah yang dipandang dari hubungan biaya
dalam perusahaan dapat memperkirakan target unit penjualan untuk memperoleh
laba yang ditentukan.
Kontribusi Laba
Kontribusi laba merupakan kelebihan pendapatan dari tiap laba produk,
informasi kontribusi laba memberikan gambaran jumlah yang tersedia untuk
menutup biaya tetap dan untuk menghasilkan laba, semakin besar kontribusi laba
tiap produk semakin besar kesempatan yang diperoleh perusahaan untuk menutup
biaya tetap dan untuk menghasilkan laba.
Menurut Kotler (1993:34) kontribusi laba merupakan bagian-bagian tiap
laba produk dari hasil total keseluruhan laba. Kontribusi laba dapat dihitung
dengan cara mengurangi pendapatan dari harga pokok penjualan dan biaya-biaya
variabel. maka selisihnya merupakan laba dan sebaliknya seandainya jumlah
penjualan lebih kecil dari biaya maka selisihnya merupakan kerugian.
Konsep Laba
Telah diketahui bahwa tujuan umum perusahaan untuk memperoleh laba,
sehingga kondisi perkembangan perusahaan dapat terjamin pada masa yang akan
datang pad tingkat laba tertentu. Kondisi atau tingkat laba suatu perusahaan dapat
terlihat pada saat laporan keuangan disusun khususnya pada laporan rugi laba.
166
Analisis Kontribusi Volume Penjualan Pada Laba Produk CFC, (Yosua)
Baridwan (2004 : 29) menyatakan bahwa laba adalah kenaikan modal
(aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang
terjadi dari suatu badan usaha dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang
mempengaruhi badan usaha selama satu periode kecuali yang timbul dari
pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik.
Pengukuran Laba
Selain untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup suatu usaha, laba
yang telah dihasilkan juga digunakan untuk mengidentifikasi beberapa hal seperti
yang diungkapkan oleh Hansen (2001 : 542) bahwa perusahaan-perusahaan
tertarik untuk mengukur laba. Pada kenyataannya, perusahaan-perusahaan
diklasifikasikan sesuai dengan apakah laba menjadi tujuan utama atau tidak,
mereka merupakan entitas yang mencari laba atau yang tidak mencari laba.
Terdapat banyak alasan untuk mengukur keuntungan. Termaksuk dalam hal ini
adalah menentukan kelangsungan hidup perusahaan, mengukur kinerja manajerial,
menentukan apakah perusahaan menaati atau tidak peraturan pemerintah, dan
member tanta pada pasar tentang kesempatan bagi pihak lain untuk menghasilkan
laba.
Pemilik perusahaan ingin mengetahui jika perusahaan dapat bertahan
dalam jangka pendek/panjang, tetap berada dalam usaha tidak hanya merupakan
cara untuk sebuah tujuan tapi merupakan tujuan itu sendri. Untuk dapat
mengetahui seberapa lama kelangsungan hidup suatu usaha dapat bertahan, maka
dilakukan pengamatan terhadap kecendrungan laba yang dihasilkan oleh
perusahaan dalam beberapa periode akutansi.
Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriftif kuantitatif
yang berusaha menggambarkan objek secara nyata dan apa adanya untuk
mengetahui nilai suatu variabel.
Definisi Operasional
1. Laba merupakan selisih antara pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan
untuk memproduksi produk. Laba yang dimaksud dalam penulisan ini adalah
laba operasi (laba sebelum bunga dan pajak), yaitu penjualan dikurangi harga
pokok penjualan dan biaya operasi pada bulan Januari sampai bulan Maret
2012.
2. Harga pokok penjualan seluruh biaya baik langsung yang dikeluarkan untuk
memproduksi produk yang merupakan operasi utama perusahaan dalam suatu
periode tertentu. Adapun unsur-unsur harga pokok adalah sebagai berikut :
a. Biaya Produksi, terdiri dari : Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,
dan biaya perawatan alat pada bulan Januari sampai dengan bulan
Maret 2012.
b. Biaya Administrasi, terdiri dari : Gaji karyawan, biaya alat tulis,
biaya foto copy, dan biaya perlengkapan pada bulan Januari sampai
dengan Maret 2012.
167
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 2, 2014 : 160-172
c. Biaya Perawatan Gedung, terdiri dari : Biaya perawatan gedung pada
bulan Januari sampai dengan Maret 2012.
d. Biaya Umum, terdiri dari : Biaya seluruh operasional pada bulan
Januari sampai dengan bulan Maret 2012.
3. Harga pokok penjualan merupakan dasar jumlah tertentu yang akan
dibayarkan oleh konsumen terhadap barang atau jasa yang diterima. Penetapan
harga jual dapat ditentukan berdasrkan biaya produksi, tingkat margin,
keuntungan dan faktor lain yang mempengaruhinya.
4. Kontribusi laba merupakan hasil dari harga penjualan dikurangi jumlah biayabiaya. Setelah kontribusi laba msing-masing produk diketahui kemudian
dikomparatifkan untuk mengetahui produk manakah yang memberikan
kontribusi laba yang paling signifikan.
Rincian Data yang Diperlukan
1. Gambaran umum store CFC (California Fried Chicken) RSUD AWS di
Samarinda.
2. Struktur organisasi store CFC (California Fried Chicken) RSUD AWS di
Samarinda.
3. Realisasi volume penjualan masing-masing jenis produk selama periode
bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2012.
4. Harga jual masing-masing jenis produk selama periode Januari sampai
dengan bulan Maret 2012.
5. Data-data lain yang mendukung penulisan ini.
Teknik Pegumpulan Data
Proses pengumpulan data yang diperlukan untuk mewujudkan penulisan
laporan ini, dilakukan penulisan dengan dua metode, yaitu :
1. Penelitian Kepustakaan (Library research), penelitian kepustakaan adalah
suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari
serta mengumpulkan data melalui laporan-laporan dan lain-lain yang
relvan dengan penelitian ini.
2. Penelitian Lapangan (Field work research), penelitian lapangan adalah
data yang diperoleh dengan mengadakan penelitian secara langsung
terhadap objek yang diteliti, dengan cara mengumpulakan data-data pada
CFC (California Fried Chicken) RSUD AWS di Samarinda dengan
mengunakan teknik sebagai berikut:
a. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung dilapangan
untuk mencatat gejala-gejala yang ditemui pada objek yang di
teliti.
b. Wawancara (interview), yaitu melakukan pengumpulan data pada
CFC (California Fried Chicken) di Samarinda dengan cara
wawancara langsung dengan Manajer secara sistematis guna
mendukung penelitian penulisan skripsi ini.
168
Analisis Kontribusi Volume Penjualan Pada Laba Produk CFC, (Yosua)
Teknik Analisis Data
1. Seluruh unsur biaya-biaya operasional selama periode bulan Januari
sampai dengan bulan Maret 2012 sehingga diketahui total keseluruhan.
2. Total biaya operasional kemudian dialokasikan atas dasar penjualan pada
seluruh produk.
3. Menghitung laba tiap produk yang memberikan kontribusi laba terbesar
dan langsung dapat disusun melalui laporan laba rugi.
Hasil Penelitian
Seperti yang telah dirumuskan dalam penulisan skripsi ini adalah, untuk
mencari produk mana yang memberikan kontribusi laba yang paling besar
berdasarkan volume penjualan pada CFC (California Fried Chicken) RSUD AWS
di Samarinda periode bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2012.
Berdasarkan data hasil volume penjualan, penulis menghitung dasar
alokasi masing-masing produk yang dibedakan menjadi dua jenis, yaitu produk
makanan dan minuman yang bisa dilihat jelas pada produk makanan total
keseluruhan hasil penjualan tiap produk makanannya sebesar Rp 698,873,436
dengan dasar alokasi 77,53%. Tiga volume penjualan produk makanan terbanyak
diposisi pertama ada pada produk Dada penjualan sebanyak 5.597 pcs sebesar Rp
73,779,654 dengan 8,18%. Diposisi kedua produk Friench Fries penjualan
sebanyak 4,586 porsi sebesar Rp 66,703,370 dengan 7,4%. Diposisi ketiga produk
Rice dengan sebanyak 10.098 porsi sebesar Rp 59,669,082 dengan 6,63%. Alasan
produk Dada menempati posisi pertama dalam volume penjualan produk makanan
yang terbanyak karena produk tersebut memiliki rasa yang original dan dari segi
bentuk lebih besar mempunyai banyak daging dari produk ayam original lain dan
harga masih terjangkau buat konsumen. Kemudian alasan pada produk Friench
Fries yang menempati posisi kedua dalam volume penjualan makanan karena
produk tersebut bisa menjadi pengganti nasi bagi kosumen yang tidak
mengkonsumsi nasi dan dari segi rasanya renyah. Dan produk Rice yang
menempati posisi ketiga dalam volume penjualan makanan dikarenakan produk
tersebut merupakan makan pokok bagi orang Indonesia.
Penjualan produk terendah pada jenis makanan ada pada Banplit penjualan
sebanyak 3 porsi sebesar Rp 30,000 dengan 0.003% akan tetapi produk tersebut
tidak berpengaruh penting pada perusahaan, karna produk tersebut dibuat sengaja
untuk kesejahtraan para karywan CFC.
Dari total hasil volume penjualan tiap produk minuman sebesar Rp
202,531,263 dengan 22,47%. Tiga volume penjualan produk minuman terbanyak
diposisi pertama ada pada produk Milk Shake Choco penjualan sebanyak 1.680
porsi sebesar Rp 24,435,600 dengan 2,71%. Diposisi kedua ada pada produk Pepsi
Medium penjualan sebanyak 2.436 porsi sebesar Rp 24,360,000 dengan 2,7%.
Diposisi ketiga ada pada Produk Ice cream vanilla penjualan sebanyak 5.056 porsi
sebesar Rp 22,979,520 dengan 2.54%. Alasan produk Milk Shake Choco
menempati posisi pertama dalam volume penjualan produk minuman karena
produk tersebut dari segi rasa enak dan disukai disemua kalangan mulai dari anak169
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 2, 2014 : 160-172
ana, remaja dan orang dewasa. Kemudian alasan pada produk Pepsi medium yang
menempati posisi kedua dalam volume penjualan minuman karena produk tersebut
merupakan salah satu minuman yang pas apabila dikosumsi dengan makanan fast
food seperti produk yang ada di CFC. Dan produk Ice Cream Vanilla yang
menempati posisi ketiga dalam volume penjualan Minuman dikarenakan produk
tersebut murah dan rasanya enak disukai disemua kalangan, akan tetapi porsinya
tidak terlalu banyak atau besar seperti produk minuman lainya.
Penjualan produk paling sedikit ada pada produk Mirinda regular
penjualan sebanyak 36 porsi sebesar Rp 327,276 dengan 0.03%. Hal yang
membuat penjualan produk Mirinda sedikit dikarenakan konsumen tidak banyak
yang menyukai rasanya dan lebih memilih Pepsi.
Dari total keseluruhan harga pokok penjualan sebesar Rp 586.903.524
dengan mengunakan dasar alokasi penulis dapat meghitung masing-masing harga
pokok penjualan tiap produknya yang dibedakan menjadi dua, yaitu produk
makanan dan minuman. Pada produk makanan total harga pokok penjualan tiap
produknya sebesar Rp 455,206,302 dengan 77.53%. Sedangkan pada produk
minuman total harga pokok penjualan tiap produknya sebesar Rp 131,877,222
dengan 22.47%.
Selanjutnya penulis akan membahas hasil perhitungan kontribusi laba dari
jenis produk makanan dan minuman yang dapat dilihat pada perhitungan
kontribusi laba. Kemudian dialokasikan pada tiap jenis produk makanan dan
minuman.
Untuk jenis produk makanan total keseluruhan laba tiap produk makanan
sebesar Rp 140,229,344 dengan 77.53%. Dapat dilihat pada tiga laba produk
makanan terbesar ada pada produk Dada kontribusi laba sebesar Rp 14.795.254
dengan 8.18%. Produk Friench Fries kontribusi laba sebesar Rp 13,384,460
dengan 7,4%. Dan produk Rice dengan kontribusi laba sebesar Rp 11,991,752
dengan dasar alokasi 6,63%. Sedangkan laba yang terendah ada pada produk Up
Size Pepsi kontribusi laba sebesar Rp 18,087 dengan 0.01%.
Untuk jenis produk minuman total keseluruhan laba tiap produk minuman
sebesar Rp 40,641,731 dengan 22.47%. Dan dapat dilihat pada tiga laba produk
minuman yang tebanyak ada pada produk Milk Shake Choco kontribusi laba
sebesar Rp 4.919.693 dengan 2.71%. Produk Pepsi Medium kontribusi laba
sebesar Rp 4,883,519 dengan 2,7%. Dan produk Ice Cream Vanila kontribusi laba
sebesar Rp 4,594,125 dengan 2,54%. Sedangkan laba yang terendah ada pada
produk Mirinda Reguler sebesar Rp 54,261 dengan 0.03%.
Selanjutnya penulis akan membahas hasil perhitungan kontribusi laba per
pcs atau per paket dengan persentase laba terhadap harga jual terbesar dari jenis
produk makanan dan minuman. Pada perhitungan laba jenis makanan per pcs atau
per paket yang terbesar ada pada paket Astaga 4 dengan laba per paket Rp 7,303
dan persentase laba terhadap harga jual sebesar 0,200831%. Sedangkan laba per
pcs atau per porsi yang terkecil ada pada Up Size Pepsi dengan laba per cup Rp
127 dan persentase laba terhadap harga jual sebesar 0,140125%. Akan tetapi
170
Analisis Kontribusi Volume Penjualan Pada Laba Produk CFC, (Yosua)
persentase laba terhadap harga jual yang paling besar ada pada produk Cal Roll
sebesar 0,217182%.
Pada perhitungan laba jenis minuman per pcs atau per porsi yang terbesar
ada pada Strawberry Jelly dengan laba per cup Rp 3,076 dan persentase laba
terhadap harga jual sebesar 0.199032%. Sedangkan laba per pcs atau per porsi
yang terkecil ada pada Ice Cream Vanilla dengan laba per cone Rp 909 dan
persentase laba terhadap harga jual sebesar 0,199923%. Akan tetapi persentase
laba terhadap harga jual yang paling besar ada pada produk Pepsi Reguler sebesar
0,218367%.
PENUTUP
Volume penjualan tiap produk jenis makanan yang terbesar adalahDiposisi
pertama produk Dada, diposisi kedua produk Friench Fries, diposisi ketiga produk
Rice. Sedangkan volume penjualan tiap produk jenis minuman yang terbesar
adalah diposisi pertama produk Milk Shake Choco, diposisi kedua produk Pepsi
Medium, diposisi ketiga produk Ice Cream Vanila.
Kontribusi laba tiap produk jenis makanan yang terbesar adalah sebagai
diposisi pertama produk Dada, diposisi kedua produk Friench Fries, diposisi ketiga
produk Rice. Sedangkan kontribusi laba tiap produk jenis minuman yang terbesar
adalah diposisi pertama produk Milk Shake Choco, diposisi kedua produk Pepsi
Medium, diposisi ketiga produk Ice Cream Vanila.
Sebaiknya perusahaan menambah stok dan meningkatkan produksi jenis
makanan dan minuman. Dari produk makanan seperti Dada, Friench Fries dan
Rice. Sedangkan dari produk minuman seperti Milk Shake Choco, Pepsi Medium,
dan Ice Cream Vanila. Karena produk tersebut banyak diminati oleh konsumen
dan sering mengalami kehabisan stok. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
jenis produk tersebut memberikan kotribusi laba yang paling besar bagi
perusahaan.
Sebaiknya perusahaan meningkatkan juga penjualan produk yang harga
pokok produksinya rendah akan tetapi memberikan kontribusi laba yang besar
seperti produk Cal Roll dari jenis makanan dan Pepsi Reguler dari jenis minuman.
Sebaiknya bagi produk yang kurang penjualannya dan kurang memberikan
kontribusi laba diberi kebijakan khusus dari perusahaan dengan cara lebih
menawarkan lagi kepada konsumen, penginovasian produk seperti paket murah ,
promosi, atau bisa juga mengganti dengan produk baru yang bisa berpeluang
menghasilkan laba yang lebih baik bagi perusahaan.
Daftar Pustaka
Baridwan Zaki, 2004, Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan, Cetakan
Pertama, BPFE Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Demit Rico, 1997, Pengantar Akuntansi Biaya, Harvarindo, Jakarta.
Firdaus A. Dunia. 2000. Modul Pengantar Akuntansi 1. Edisi Keempat. LPFE
Universitas Indonesia. Jakarta.
171
eJournal Administrasi Bisnis, Volume 2, Nomor 2, 2014 : 160-172
Garisson dan Noreen, 2000, Intermediate Accounting Comprehensive Volume,
Terjemahan Nugroho widjajanto, Jilid Satu, Edisi Kedelapan, Cetakan
Kedua, Erlangga, Jakarta.
Halim Abdul dan Supomo Bambang, 2005, Akuntansi Manajemen, Cetakan
Kesebelas, BPFE, Yogyakarta.
Harisson T Walter, 2007, Cost Accounting Planning and Control, Eight
Edition, South Westren-Publishing Co, Ohio.
Harnanto, 2003, Manajemen Pemasaran Dasar, Konsep dan Strategi, Cetakan
Keenam, Rajawali Pers, Jakarta.
Honrgren T. Charles, George Foster and Srikant M. Datar, 2000, Cost
Accounting; A Managerial Emphasis, Tent Edition, New Jersey,
Prentice Hall Inc.
Jusup Al Haryono, 2003, Dasar-dasar Akuntansi, Jilid Pertama, Edisi
Keenam, Cetakan Kedua, STIE YKKPN, Yogyakarta.
Kotler dan Amstrong, 2001, Akuntansi Keuangan Konsep dan Aplikasi, Edisi
Pertama, Salemba Empat, Jakarta.
Mardiasmo, 2000, Akuntansi Keuangan Dasar 1, Edisi Ketiga, Cetakan
Pertama BPFE Universitas gadjah Mada, Yogyakarta.
Marwan, 1991, Teori Akuntansi, PT. Raja Grafindo Perseda, Jakarta.
Mulyadi, 2002, Akuntansi Biaya, Edisi Kelima, Cetakan Kesembilan, Aditya
Media Yogyakarta.
Murti Sumarni dan Soeprihanto Jhon, 2000, Pengantar Bisnis Dasar-Dasar
Ekonomi Perusahaan, Edisi kelima, Cetakan Ketiga, Liberty Yogyakarta.
__________, 2000, Akuntansi Manajemen : Konsep, Manfaat & Rekayasa,
Edisi kedua, Cetakan Keempat, STIE-YKPN, Yogyakarta.
S. Munawir, 2000, Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Keenam. Liberty.
Yoygyakarta
Soemita, 2003, Akuntansi Biaya, Edisi 3, Badan Penerbit UNDIP, Semarang.
Sugiarto dan Suwardjono, 1999, Pengantar Bisnis Dasar-Dasar Ekonomi
Perusahaan, Edisi Kelima, Cetakan Ketiga, Liberty Yogyakarta.
Sundjaja dan Barlian, 2001, Analisis Laporan Keuangan Perusahaan, Cetakan
Kesebelas, BPFE, Yogyakarta.
Supriyono, R. A. 2000. Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian
Biaya serta Pembuatan Keputusan. Yogyakarta : BPFE
__________. 2002. Accounting, Twentieth Edition, By South-Western
Publishing Co, Cincinnati.
Woefel J. Charles.2000. Financial Statement Analysis : Memantau Kesehatan
Perusahaan Melalui Laporan Keuangan. Alih Bahasa Susanto Limin.
Penerbit Abadi Tandur. Jakarta.
172
Download