PENGARUH JENIS TANAH DAN DOSIS PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH Clara Aurelia Yolanda (1), Radian (2), Surachman (2) (1) Mahasiswa Fakultas Pertanian dan (2) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis tanah dan dosis pupuk kandang sapi yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil bawang merah. Penelitian ini menggunakan metoda eksperimen lapangan dalam bentuk faktorial dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari dua faktor yaitu jenis tanah (T) yang terdiri dari 3 taraf yaitu t1 (tanah gambut), t2 (tanah alluvial), dan t3 (tanah PMK), dan dosis pupuk kandang sapi (P) yang terdiri dari 4 taraf yaitu p0 (Tanpa pemberian pupuk kandang sapi), p1 (62,5 g/polybag ditanah gambut, 50 g/polybag ditanah alluvial dan PMK), p2 (125 g/polybag ditanah gambut, 100 g/polybag ditanah alluvial dan PMK), p3 (187,5 g/polybag ditanah gambut, 150 g/polybag ditanah alluvial dan PMK). Setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 3 sampel, sehingga terdapat 36 satuan perlakuan dan 108 tanaman. Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu tinggi tanaman (cm), jumlah daun per rumpun (helai), berat segar umbi per rumpun (g), berat kering angin umbi per rumpun (g), dan jumlah umbi per rumpun (umbi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis tanah berpengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar umbi dan berat kering angin umbi per rumpun. Sedangkan dosis pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel. Interaksi terjadi pada variabel jumlah daun pada minggu ke-4, berat segar umbi, dan berat kering angin umbi per rumpun. Perlakuan jenis tanah gambut (t1p0) memberikan rerata tertinggi pada variabel tinggi tanaman yaitu 35,44 cm dan pada minggu ke-8 perlakuan (t1p3) pada variabel jumlah daun 21,33 helai. Perlakuan jenis tanah PMK (t3p1) memberikan rerata tertinggi pada variabel jumlah umbi yaitu 6,44 umbi, berat segar umbi per rumpun 17,61 g, dan berat kering angin umbi per rumpun 16,04 g. Perlakuan jenis tanah alluvial memberikan rerata terendah terhadap semua variabel pengamatan. Kata kunci : Gambut, Alluvial, PMK, Pupuk Kandang Sapi, Bawang Merah 1 THE INFLUENCE OF SOIL TYPE AND DOSAGE FERTILIZER ON THE GROWTH AND YIELD OF ONION Clara Aurelia Yolanda (1), Radian (2), Surachman (2) (1) Mahasiswa Fakultas Pertanian dan (2) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak ABSTRACT This research was conducted to determine the effect of soil type and dosage of cow manure that suitable for growth and yield of onion. This study used the methode in a factorial field experiment with patterns completely randomized design, which consists of two factors: the type of soil (T) consisting of 3 level, namely t1 (peat soils), t2 (alluvial soil), and t3 (soil PMK), and a dose of cow manure (P), which consists of 4 level, namely p0 (without cow manure), p1 (62,5 g / polybag ground peat, 50 g / polybag alluvial ground and PMK), p2 (125 g / polybag peat ground, 100 g / polybag alluvial ground and PMK), p3 (187,5 g / polybag peat ground, 150 g / polybag alluvial ground and PMK). Each treatment consisted of three replications. Each replication consisted of 3 samples, so there are 36 units and 108 treatment plants. The variables observed in this study, namely plant height, number of leaves, fresh weight, dry weight, and the number of bulb. The results showed that treatment of soils significantly affect on the variables plant height, number of leaves, fresh weight and dry weight of bulb. While the dosage of cow manure treatment had no significant effect on all variables. Interaction occurs on the variable number of leaves at week 4, fresh weight and dry weight of bulb. Treatment of peat soils gave the highest average plant height is 32,88 cm at week 8 and the number of leaf blade 16,11 at week 8. Treatment of PMK soil gave the highest average number of bulb are variable 5,29 bulb, fresh weight 13,93 g, dry winds and heavy bulbs 12,38 g. Alluvial soils provide the lowest average of all observed variables. Keywords : Peat, Alluvial, PMK, Cow Manure, Onion 2 PENDAHULUAN Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah jenis tanaman sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia, terutama sebagai bumbu penyedap masakan. Kalimantan Barat tidak tercatat sebagai daerah penghasil bawang merah, sehingga untuk memenuhi kebutuhan daerah harus mendatangkan dari daerah lain, yaitu dari Pulau Jawa dari daerah Brebes, oleh karena itu perlu dilakukan upaya budidaya secara luas untuk mengatasi ketersediaan bawang merah di Kalimantan Barat. Kalimantan Barat memiliki tiga jenis tanah yaitu gambut, alluvial, dan podsolik merah-kuning (PMK). Ketiga tanah ini memiliki kelemahan bila dijadikan sebagai media tanam. Menurut Hardjowigeno (2003), kandungan tanah akan unsur hara berbeda-beda sehingga kebutuhan pupuk untuk setiap jenis tanah dan tanaman juga akan berbeda. Perlu diadakan kegiatan pemupukan dan pengapuran agar ketiga tanah tersebut menjadi media tumbuh yang baik bagi bawang merah. Kegiatan pemupukan digunakan pupuk kandang sebagai salah satu tindakan untuk mengatasi kendala pada ketiga jenis tanah tersebut. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang sapi. Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang memiliki kelebihan untuk memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman (Lingga dan Marsono, 2007). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis tanah dan dosis pupuk kandang sapi yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil bawang merah. Diduga dengan pemberian pupuk kandang sapi dengan dosis 100 g/polybag atau setara dengan 25 ton/ha pada tanah alluvial akan memberikan pengaruh yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil bawang merah. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak. Waktu penelitian dimulai pada tanggal tanggal 6 Agustus sampai dengan 5 Oktober 2012. Penelitian menggunakan bahan yang terdiri dari : tanah (gambut, alluvial, dan PMK), bibit bawang merah varietas bima brebes, kapur, pupuk, dan polybag. Sedangkan alat yang terdiri dari : cangkul, ayakan kawat, kamera, termohigrometer, timbangan elektrik, corong, wadah, alat tulis dan alat-alat lain yang menunjang penelitian seperti meteran, ember, kertas label, palu, gergaji, paku, kantong plastik, karung, kayu, atap plastik, kain kasa, gelas ukur, penggaris, dan pisau cutter. Penelitian menggunakan polybag dengan metode RAL, dengan dua faktor yaitu jenis tanah (T) yang terdiri dari 3 taraf yaitu t1 (tanah gambut), t2 (tanah alluvial), dan t3 (tanah PMK), dan dosis pupuk kandang sapi (P) yang terdiri dari 4 taraf yaitu p0 (Tanpa pemberian pupuk kandang sapi), p1 (62,5 g/polybag ditanah gambut, 50 g/polybag ditanah alluvial dan PMK), p2 (125 g/polybag ditanah gambut, 100 g/polybag ditanah alluvial dan PMK), p3 (187,5 g/polybag ditanah gambut, 150 g/polybag ditanah alluvial dan PMK). Setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 3 sampel, sehingga terdapat 36 satuan perlakuan dan 108 tanaman. 3 Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu tinggi tanaman, jumlah daun per rumpun, berat segar umbi per rumpun, berat kering angin umbi per rumpun, dan jumlah umbi per rumpun. Analisis data dengan menggunakan ANOVA kemudian data yang berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Perlakuan jenis tanah berpengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar umbi per rumpun, dan berat kering angin umbi per rumpun sedangkan untuk jumlah umbi berpengaruh tidak nyata. Hasil analisis keragaman dosis pupuk kandang sapi berpengaruh tidak nyata terhadap semua variabel pengamatan. Interaksi antar kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah daun pada minggu ke-4, berat segar umbi per rumpun, dan berat kering angin umbi per rumpun, sedangkan pada variabel tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah umbi berpengaruh tidak nyata. 1. Tinggi Tanaman (cm) Untuk mengetahui perlakuan jenis tanah terhadap tinggi tanaman pada umur 2, 4, 6 dan 8 minggu maka dilakukan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 . Uji BNJ Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Tinggi Tanaman Per Rumpun Pada Umur 2, 4, 6 dan 8 Minggu Minggu ke-2 Perlakuan Rerata t1 82,45 b t2 62,23 a t3 77,75 b BNJ 5 % = 3,60 Minggu ke-4 Perlakuan Rerata t1 109,42 b t2 69,67 a t3 107,23 b BNJ 5 % = 6,03 Minggu ke-6 Perlakuan Rerata t1 127,37 b t2 60,05 a t3 118,23 b BNJ 5 % = 20,46 Minggu ke-8 Perlakuan Rerata t1 98,63 b t2 51,20 a t3 93,45 b BNJ 5 % = 9,52 Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian 2012 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNJ 5%. 4 Berdasarkan uji BNJ pada tabel 1 bahwa pengaruh jenis tanah terhadap tinggi tanaman per rumpun pada perlakuan tanah gambut (t1) dan tanah PMK (t3) berbeda nyata terhadap perlakuan tanah alluvial (t2). Pada perlakuan tanah gambut (t1) memberikan rerata tertinggi terhadap tinggi tanaman dibandingkan tanah alluvial (t2) dan tanah PMK (t3). Setiap jenis tanah memberikan pertumbuhan yang berbeda pada suatu tanaman karena sifat fisik, kimia dan biologinya juga berbeda. Tanah gambut memiliki aerasi yang cukup air dan kelembaban tinggi yang berperan dalam pembentukan akar dan mempunyai sifat mengikat air yang tinggi. Kecukupan air yang diberikan pada tanah gambut perlu diperhatikan agar tidak berlebihan atau berakibat busuk pada umbi. Menurut Harjadi (1991), kelebihan air pada media atau tanah dapat berakibat tidak baik bagi tanaman, walaupun kelebihan air ini bukan merupakan racun, akan tetapi kekurangan oksigen atau udaralah yang menyebabkan kerusakan. Pertumbuhan tinggi tanaman meningkat pada perlakuan tanah gambut terjadi pada minggu ke-4 dan ke-6 setelah tanam. Hal ini diduga pada tanah gambut kebutuhan hara tercukupi dan pertumbuhan akar pada tanah gambut lebih baik dibandingkan dengan tanah alluvial dan PMK sehingga penyerapan unsur hara lebih optimal menjadikan pertumbuhan tinggi tanaman pada tanah gambut lebih tinggi daripada tanah alluvial dan PMK. Berdasarkan hasil penelitian, pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan tanah PMK (t3) cukup baik dan memberikan rerata yang tidak jauh dari perlakuan tanah gambut (t1). Tanah PMK dikenal memiliki fisik tanah yang kurang mendukung perkembangan akar tanaman. Menurut Leiwakabessy (1988), tanahnya relatif lebih padat dan rendahnya kandungan air tanah menyebabkan akar sukar menembus tanah dan difusi O2 berlangsung lambat. Tanaman memiliki pertumbuhan akar yang baik pada tanah PMK disebabkan oleh faktor lingkungan. Tanah PMK yang keras pada kondisi yang kering digemburkan kembali, sehingga pada saat penyiraman dilakukan, memudahkan air untuk meresap ke dalam tanah dan difusi O2 dapat berlangsung dengan baik. Air yang masuk dan unsur hara yang terkandung di dalam tanah diserap dengan baik oleh akar tanaman, dan mencukupi kebutuhan tanaman untuk melakukan proses pembelahan sel yang kemudian bertambah ukurannya yang menyebabkan tanaman bertambah tinggi. 2. Jumlah Daun Per Rumpun (helai) Menurut Gough (2002), jumlah daun sangat penting menentukan pertumbuhan dan perkembangan umbi. Jumlah anakan yang terbentuk tergantung pada banyaknya tunas-tunas yang ada dalam umbi bawang. Semakin banyak anakan yang tumbuh maka jumlah umbi semakin banyak. Pada perlakuan tanah alluvial (t2) jumlah umbi yang dihasilkan kurang baik disebabkan karena keadaan akar pada tanah ini jelek mempengaruhi suplai unsur hara dan air ke daun sehingga proses fotosintesis terganggu dengan demikian pembentukan umbi juga akan terhambat. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah umbi perlakuan jenis tanah gambut (t1) dan tanah PMK (t3) lebih baik dibandingkan dengan perlakuan tanah alluvial (t2) disebabkan pertumbuhan vegetatif seperti akar, panjang daun, dan jumlah daun menunjukkan pertumbuhan yang baik. Penyerapan terhadap unsur-unsur hara yang diperlukan di dalam tanah dapat terpenuhi sehingga pembentukan anakan dapat berlangsung dengan baik. 5 Uji beda nyata jujur (BNJ) interaksi antar kedua perlakuan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Uji BNJ Interaksi Pengaruh Jenis Tanah dan Dosis Pupuk Kandang Sapi Terhadap Jumlah Daun Per Rumpun Pada Minggu Ke-4 Perlakuan Rerata t1p0 16,66 bc t1p1 13,44 bc t1p2 12,33 bc t1p3 20,50 bc t2p0 10,78 a t2p1 11,78 bc t2p2 10,67 a t2p3 11,56 b t3p0 17,56 bc t3p1 23,45 c t3p2 17,45 bc t3p3 15,33 bc BNJ 5% = 9,43 Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian 2012 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNJ 5%. Berdasarkan tabel 5 didapatkan bahwa kombinasi perlakuan t3p1 memberikan hasil terbaik dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan t2p2, t2p0, dan t2p3. Perlakuan t2p3 berbeda nyata terhadap t2p2 dan t2p0. Antar perlakuan t2p1, t1p2, t1p1, t3p3, t1p0, t3p2, t3p0, dan t1p3 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap jumlah daun per rumpun pada minggu ke-4. Rerata tertinggi terdapat pada jenis tanah PMK (t3) dan terendah pada tanah alluvial (t2). Pada tanah alluvial memberikan rerata yang rendah disebabkan karena perakaran yang tidak berkembang dengan baik sehingga mengganggu proses fotosintesis dan pembentukan daun juga tidak sebaik pada tanah gambut dan tanah PMK. Pembentukkan jumlah umbi tergantung pada banyaknya jumlah daun yang tumbuh dan membentuk anakan. Hasil analisis keragaman interaksi pengaruh jenis tanah dan dosis pupuk kandang sapi terhadap berat segar umbi per rumpun berpengaruh sangat nyata. Selanjutnya untuk mengetahui uji beda nyata jujur (BNJ) interaksi antar kedua perlakuan dapat dilihat pada tabel 3. 3. Berat Segar dan Berat Kering Angin Umbi Per Rumpun (g) Berdasarkan tabel 3 diatas didapatkan bahwa perlakuan t3p1 memberikan hasil yang terbaik untuk berat segar umbi per rumpun dan berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan t2p3, t2p0, t2p2, t1p1, dan t2p1. Perlakuan t1p2 berbeda nyata terhadap perlakuan t1p1 dan t2p1. Antar perlakuan t3p0, t1p0, t3p3, t1p3, dan t3p2 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap jumlah umbi per rumpun. 6 Tabel 3. Uji BNJ Interaksi Pengaruh Jenis Tanah dan Dosis Pupuk Kandang Sapi Terhadap Berat Segar Umbi Per Rumpun Perlakuan Rerata t1p0 12,04 cd t1p1 6,45 ab t1p2 8,98 bc t1p3 13,19 cd t2p0 3,38 a t2p1 6,71 ab t2p2 3,73 a t2p3 3,30 a t3p0 10,93 cd t3p1 17,61 d t3p2 14,12 cd t3p3 13,03 cd BNJ 5% = 5,96 Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian 2012 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNJ 5%. Berat segar dan berat kering angin umbi pada perlakuan tanah PMK (t3) memberikan rerata yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan tanah gambut (t1) dan tanah alluvial (t2). Jenis tanah PMK (t3) menghasilkan jumlah daun lebih banyak, sehingga menghasilkan jumlah umbi yang banyak. Baiknya pertumbuhan umbi ditanah PMK disebabkan oleh faktor kesuburan tanah. Tanah yang menyediakan sejumlah unsur hara yang dibutuhkan tanaman merupakan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman, karena dalam keadaan demikian ketersediaan unsur hara dalam keadaan seimbang. Ketersediaan hara pada tanah PMK mencukupi untuk pembentukkan umbi dan menghasilkan rerata yang tinggi untuk berat segar umbi. Pada tanah alluvial (t2) memberikan rerata terendah untuk berat kering angin umbi per rumpun, diduga bahwa jeleknya pertumbuhan tanaman pada tanah alluvial mempengaruhi proses fotosintesis menjadi terhambat sehingga pembentukkan umbi tidak tumbuh secara maksimal. Hasil analisis keragaman interaksi pengaruh jenis tanah dan dosis pupuk kandang sapi terhadap berat kering angin umbi per rumpun berpengaruh sangat nyata dan untuk mengetahui uji beda nyata jujur (BNJ) interaksi antar kedua perlakuan dapat dilihat pada tabel 4. Berdasarkan tabel 4 didapatkan bahwa perlakuan t3p1 memberikan hasil yang terbaik untuk berat kering angin umbi per rumpun dan berbeda sangat nyata dibandingkan perlakuan t2p3, t2p0, t2p2, t1p1, t2p1, t1p2, dan t3p0. Perlakuan t1p1 berbeda nyata terhadap t2p1, t1p2, dan t3p0. Antar perlakuan t1p0,t3p3,t1p3, dan t3p2 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap berat kering angin umbi per rumpun. 7 Tabel 4. Uji BNJ Interaksi Pengaruh Jenis Tanah dan Dosis Pupuk Kandang Sapi Terhadap Berat Kering Angin Umbi Per Rumpun Perlakuan Rerata t1p0 10,32 de t1p1 5,10 ab t1p2 7,09 cd t1p3 11,98 de t2p0 2,53 a t2p1 5,67 bc t2p2 2,79 a t2p3 1,92 a t3p0 9,31 cd t3p1 16,04 e t3p2 12,76 de t3p3 11,40 de BNJ 5% = 5,75 Sumber : Hasil Analisis Data Penelitian 2012 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda tidak nyata pada uji BNJ 5% Proses fotosintesis pada tanah PMK berlangsung dengan baik. Menurut Harjadi (1991) besarnya cahaya yang tertangkap pada proses fotosintesis menunjukkan biomassa, sedangkan besarnya biomassa dalam jaringan tanaman mencerminkan berat kering. Menurut Aliudin (1977), bahwa aktifitas fotosintesa dan kandungan klorofil daun meningkatkan pertumbuhan daun sehingga dapat meningkatkan berat kering tanaman, selain itu mempengaruhi kualitas umbi yaitu menambah keragaman umbi dan meningkatkan bahan kering umbi. KESIMPULAN 1. Perlakuan jenis tanah berpengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar umbi dan berat kering angin umbi per rumpun. Sedangkan perlakuan dosis pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel. 2. Interaksi terjadi pada variabel jumlah daun pada minggu ke-4, berat segar umbi, dan berat kering angin umbi per rumpun. 3. Perlakuan jenis tanah gambut memberikan rerata tertinggi pada variabel tinggi tanaman yaitu 32,88 cm pada minggu ke-8 dan jumlah daun 16,11 helai pada minggu ke-8. Perlakuan jenis tanah PMK memberikan rerata tertinggi pada variabel jumlah umbi yaitu 5,29 umbi, berat segar umbi per rumpun 13,93 g, dan berat kering angin umbi per rumpun 12,38 g. Perlakuan jenis tanah alluvial memberikan rerata terendah terhadap semua variabel pengamatan. SARAN Tanaman bawang merah memerlukan tanah yang subur dan gembur agar proses pembentukan umbi tumbuh secara maksimal. Suhu yang terlalu tinggi bisa dikendalikan dengan meletakkan ember yang berisi air di dalam rumah penelitian. Jika hama menyerang, diperlukan pengendalian agar tidak merusak pertumbuhan tanaman, lebih baik menggunakan pestisida alami agar aman untuk dikonsumsi. 8 Perlu diadakan penelitian lanjutan dengan meningkatkan dosis pupuk untuk mengetahui pengaruh jenis tanah dan dosis pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah. DAFTAR PUSTAKA Alliudin. 1977. Pola Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah. Buletin Hortikultura XIII (3). Lembang. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2009. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Bawang Merah Indonesia. http://produksi bawang merah Google.com/2010 03 17 archive.html. (19 Maret 2012). Gough, R. 2002. Garden guide. http://gardenguide_ Montana.edu/66%200% 20issue/june02.html.21k. [3 Mei 2004] Harjadi, S. S. 1991. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hardjowigeno. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta. Leiwakabessy, F. W. 1988. Kesuburan Tanah. Jurusan Ilmu Tanah. Faperta. IPB, Bogor : 222 hal. Lingga, P. dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar swadaya. Jakarta. Salisbury, F. B., dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 3. Alih Bahasa : Diah R Lukman dan Sumaryono. ITB, Bandung. 343 hal. Sumarni, N. dan A. Hidayat. 2005. Budidaya Bawang Merah. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. Widi, M. dan A. Asianto. 2007. Mari Bertanam Bawang. CV Wanda Putra Persada. Pontianak. 9