XML

advertisement
PENGARUH JENIS TANAH DAN DOSIS PUPUK KANDANG SAPI
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH
Clara Aurelia Yolanda (1), Radian (2), Surachman (2)
(1)
Mahasiswa Fakultas Pertanian dan (2) Staf Pengajar Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura
Pontianak
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis tanah dan dosis
pupuk kandang sapi yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil bawang merah.
Penelitian ini menggunakan metoda eksperimen lapangan dalam bentuk faktorial
dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari dua faktor yaitu jenis
tanah (T) yang terdiri dari 3 taraf yaitu t1 (tanah gambut), t2 (tanah alluvial), dan t3
(tanah PMK), dan dosis pupuk kandang sapi (P) yang terdiri dari 4 taraf yaitu p0
(Tanpa pemberian pupuk kandang sapi), p1 (62,5 g/polybag ditanah gambut, 50
g/polybag ditanah alluvial dan PMK), p2 (125 g/polybag ditanah gambut, 100
g/polybag ditanah alluvial dan PMK), p3 (187,5 g/polybag ditanah gambut, 150
g/polybag ditanah alluvial dan PMK). Setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan.
Setiap ulangan terdiri dari 3 sampel, sehingga terdapat 36 satuan perlakuan dan
108 tanaman. Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu tinggi tanaman
(cm), jumlah daun per rumpun (helai), berat segar umbi per rumpun (g), berat
kering angin umbi per rumpun (g), dan jumlah umbi per rumpun (umbi).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis tanah berpengaruh nyata
terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar umbi dan berat kering
angin umbi per rumpun. Sedangkan dosis pupuk kandang sapi tidak berpengaruh
nyata terhadap semua variabel. Interaksi terjadi pada variabel jumlah daun pada
minggu ke-4, berat segar umbi, dan berat kering angin umbi per rumpun.
Perlakuan jenis tanah gambut (t1p0) memberikan rerata tertinggi pada variabel
tinggi tanaman yaitu 35,44 cm dan pada minggu ke-8 perlakuan (t1p3) pada
variabel jumlah daun 21,33 helai. Perlakuan jenis tanah PMK (t3p1) memberikan
rerata tertinggi pada variabel jumlah umbi yaitu 6,44 umbi, berat segar umbi per
rumpun 17,61 g, dan berat kering angin umbi per rumpun 16,04 g. Perlakuan
jenis tanah alluvial memberikan rerata terendah terhadap semua variabel
pengamatan.
Kata kunci : Gambut, Alluvial, PMK, Pupuk Kandang Sapi, Bawang Merah
1
THE INFLUENCE OF SOIL TYPE AND DOSAGE FERTILIZER ON THE
GROWTH AND YIELD OF ONION
Clara Aurelia Yolanda (1), Radian (2), Surachman (2)
(1)
Mahasiswa Fakultas Pertanian dan (2) Staf Pengajar Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura
Pontianak
ABSTRACT
This research was conducted to determine the effect of soil type and
dosage of cow manure that suitable for growth and yield of onion. This study
used the methode in a factorial field experiment with patterns completely
randomized design, which consists of two factors: the type of soil (T) consisting
of 3 level, namely t1 (peat soils), t2 (alluvial soil), and t3 (soil PMK), and a dose of
cow manure (P), which consists of 4 level, namely p0 (without cow manure), p1
(62,5 g / polybag ground peat, 50 g / polybag alluvial ground and PMK), p2 (125 g
/ polybag peat ground, 100 g / polybag alluvial ground and PMK), p3 (187,5 g /
polybag peat ground, 150 g / polybag alluvial ground and PMK). Each treatment
consisted of three replications. Each replication consisted of 3 samples, so there
are 36 units and 108 treatment plants. The variables observed in this study,
namely plant height, number of leaves, fresh weight, dry weight, and the number
of bulb.
The results showed that treatment of soils significantly affect on the
variables plant height, number of leaves, fresh weight and dry weight of bulb.
While the dosage of cow manure treatment had no significant effect on all
variables. Interaction occurs on the variable number of leaves at week 4, fresh
weight and dry weight of bulb. Treatment of peat soils gave the highest average
plant height is 32,88 cm at week 8 and the number of leaf blade 16,11 at week 8.
Treatment of PMK soil gave the highest average number of bulb are variable 5,29
bulb, fresh weight 13,93 g, dry winds and heavy bulbs 12,38 g. Alluvial soils
provide the lowest average of all observed variables.
Keywords : Peat, Alluvial, PMK, Cow Manure, Onion
2
PENDAHULUAN
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah jenis tanaman sayuran
yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia, terutama sebagai bumbu
penyedap masakan. Kalimantan Barat tidak tercatat sebagai daerah penghasil
bawang merah, sehingga untuk memenuhi kebutuhan daerah harus mendatangkan
dari daerah lain, yaitu dari Pulau Jawa dari daerah Brebes, oleh karena itu perlu
dilakukan upaya budidaya secara luas untuk mengatasi ketersediaan bawang
merah di Kalimantan Barat.
Kalimantan Barat memiliki tiga jenis tanah yaitu gambut, alluvial, dan
podsolik merah-kuning (PMK). Ketiga tanah ini memiliki kelemahan bila
dijadikan sebagai media tanam. Menurut Hardjowigeno (2003), kandungan tanah
akan unsur hara berbeda-beda sehingga kebutuhan pupuk untuk setiap jenis tanah
dan tanaman juga akan berbeda. Perlu diadakan kegiatan pemupukan dan
pengapuran agar ketiga tanah tersebut menjadi media tumbuh yang baik bagi
bawang merah.
Kegiatan pemupukan digunakan pupuk kandang sebagai salah satu
tindakan untuk mengatasi kendala pada ketiga jenis tanah tersebut. Pupuk yang
digunakan adalah pupuk kandang sapi. Pupuk kandang merupakan pupuk organik
yang memiliki kelebihan untuk memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya
serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah, dan
sebagai sumber zat makanan bagi tanaman (Lingga dan Marsono, 2007).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis tanah
dan dosis pupuk kandang sapi yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil bawang
merah. Diduga dengan pemberian pupuk kandang sapi dengan dosis 100
g/polybag atau setara dengan 25 ton/ha pada tanah alluvial akan memberikan
pengaruh yang terbaik untuk pertumbuhan dan hasil bawang merah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Tanjungpura Pontianak. Waktu penelitian dimulai pada tanggal
tanggal 6 Agustus sampai dengan 5 Oktober 2012.
Penelitian menggunakan bahan yang terdiri dari : tanah (gambut, alluvial,
dan PMK), bibit bawang merah varietas bima brebes, kapur, pupuk, dan polybag.
Sedangkan alat yang terdiri dari : cangkul, ayakan kawat, kamera,
termohigrometer, timbangan elektrik, corong, wadah, alat tulis dan alat-alat lain
yang menunjang penelitian seperti meteran, ember, kertas label, palu, gergaji,
paku, kantong plastik, karung, kayu, atap plastik, kain kasa, gelas ukur, penggaris,
dan pisau cutter.
Penelitian menggunakan polybag dengan metode RAL, dengan dua faktor
yaitu jenis tanah (T) yang terdiri dari 3 taraf yaitu t1 (tanah gambut), t2 (tanah
alluvial), dan t3 (tanah PMK), dan dosis pupuk kandang sapi (P) yang terdiri dari 4
taraf yaitu p0 (Tanpa pemberian pupuk kandang sapi), p1 (62,5 g/polybag ditanah
gambut, 50 g/polybag ditanah alluvial dan PMK), p2 (125 g/polybag ditanah
gambut, 100 g/polybag ditanah alluvial dan PMK), p3 (187,5 g/polybag ditanah
gambut, 150 g/polybag ditanah alluvial dan PMK). Setiap perlakuan terdiri dari 3
ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 3 sampel, sehingga terdapat 36 satuan
perlakuan dan 108 tanaman.
3
Variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu tinggi tanaman, jumlah
daun per rumpun, berat segar umbi per rumpun, berat kering angin umbi per
rumpun, dan jumlah umbi per rumpun.
Analisis data dengan menggunakan ANOVA kemudian data yang
berpengaruh nyata akan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlakuan jenis tanah berpengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman,
jumlah daun, berat segar umbi per rumpun, dan berat kering angin umbi per
rumpun sedangkan untuk jumlah umbi berpengaruh tidak nyata. Hasil analisis
keragaman dosis pupuk kandang sapi berpengaruh tidak nyata terhadap semua
variabel pengamatan. Interaksi antar kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap
variabel jumlah daun pada minggu ke-4, berat segar umbi per rumpun, dan berat
kering angin umbi per rumpun, sedangkan pada variabel tinggi tanaman, jumlah
daun, dan jumlah umbi berpengaruh tidak nyata.
1. Tinggi Tanaman (cm)
Untuk mengetahui perlakuan jenis tanah terhadap tinggi tanaman pada
umur 2, 4, 6 dan 8 minggu maka dilakukan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) yang
hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 . Uji BNJ Pengaruh Jenis Tanah Terhadap Tinggi Tanaman Per
Rumpun Pada Umur 2, 4, 6 dan 8 Minggu
Minggu ke-2
Perlakuan
Rerata
t1
82,45 b
t2
62,23 a
t3
77,75 b
BNJ 5 % = 3,60
Minggu ke-4
Perlakuan
Rerata
t1
109,42 b
t2
69,67 a
t3
107,23 b
BNJ 5 % = 6,03
Minggu ke-6
Perlakuan
Rerata
t1
127,37 b
t2
60,05 a
t3
118,23 b
BNJ 5 % = 20,46
Minggu ke-8
Perlakuan
Rerata
t1
98,63 b
t2
51,20 a
t3
93,45 b
BNJ 5 % = 9,52
Sumber
: Hasil Analisis Data Penelitian 2012
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama berbeda tidak nyata pada uji BNJ 5%.
4
Berdasarkan uji BNJ pada tabel 1 bahwa pengaruh jenis tanah terhadap
tinggi tanaman per rumpun pada perlakuan tanah gambut (t1) dan tanah PMK
(t3) berbeda nyata terhadap perlakuan tanah alluvial (t2).
Pada perlakuan tanah gambut (t1) memberikan rerata tertinggi terhadap
tinggi tanaman dibandingkan tanah alluvial (t2) dan tanah PMK (t3). Setiap
jenis tanah memberikan pertumbuhan yang berbeda pada suatu tanaman
karena sifat fisik, kimia dan biologinya juga berbeda. Tanah gambut
memiliki aerasi yang cukup air dan kelembaban tinggi yang berperan dalam
pembentukan akar dan mempunyai sifat mengikat air yang tinggi. Kecukupan
air yang diberikan pada tanah gambut perlu diperhatikan agar tidak berlebihan
atau berakibat busuk pada umbi. Menurut Harjadi (1991), kelebihan air pada
media atau tanah dapat berakibat tidak baik bagi tanaman, walaupun kelebihan
air ini bukan merupakan racun, akan tetapi kekurangan oksigen atau udaralah
yang menyebabkan kerusakan. Pertumbuhan tinggi tanaman meningkat pada
perlakuan tanah gambut terjadi pada minggu ke-4 dan ke-6 setelah tanam. Hal
ini diduga pada tanah gambut kebutuhan hara tercukupi dan pertumbuhan akar
pada tanah gambut lebih baik dibandingkan dengan tanah alluvial dan PMK
sehingga penyerapan unsur hara lebih optimal menjadikan pertumbuhan tinggi
tanaman pada tanah gambut lebih tinggi daripada tanah alluvial dan PMK.
Berdasarkan hasil penelitian, pertumbuhan tinggi tanaman pada
perlakuan tanah PMK (t3) cukup baik dan memberikan rerata yang tidak jauh
dari perlakuan tanah gambut (t1). Tanah PMK dikenal memiliki fisik tanah
yang kurang mendukung perkembangan akar tanaman. Menurut Leiwakabessy
(1988), tanahnya relatif lebih padat dan rendahnya kandungan air tanah
menyebabkan akar sukar menembus tanah dan difusi O2 berlangsung lambat.
Tanaman memiliki pertumbuhan akar yang baik pada tanah PMK disebabkan
oleh faktor lingkungan. Tanah PMK yang keras pada kondisi yang kering
digemburkan kembali, sehingga pada saat penyiraman dilakukan,
memudahkan air untuk meresap ke dalam tanah dan difusi O2 dapat
berlangsung dengan baik. Air yang masuk dan unsur hara yang terkandung di
dalam tanah diserap dengan baik oleh akar tanaman, dan mencukupi
kebutuhan tanaman untuk melakukan proses pembelahan sel yang kemudian
bertambah ukurannya yang menyebabkan tanaman bertambah tinggi.
2. Jumlah Daun Per Rumpun (helai)
Menurut Gough (2002), jumlah daun sangat penting menentukan
pertumbuhan dan perkembangan umbi. Jumlah anakan yang terbentuk
tergantung pada banyaknya tunas-tunas yang ada dalam umbi bawang.
Semakin banyak anakan yang tumbuh maka jumlah umbi semakin banyak.
Pada perlakuan tanah alluvial (t2) jumlah umbi yang dihasilkan kurang baik
disebabkan karena keadaan akar pada tanah ini jelek mempengaruhi suplai
unsur hara dan air ke daun sehingga proses fotosintesis terganggu dengan
demikian pembentukan umbi juga akan terhambat.
Berdasarkan hasil penelitian, jumlah umbi perlakuan jenis tanah
gambut (t1) dan tanah PMK (t3) lebih baik dibandingkan dengan perlakuan
tanah alluvial (t2) disebabkan pertumbuhan vegetatif seperti akar, panjang
daun, dan jumlah daun menunjukkan pertumbuhan yang baik. Penyerapan
terhadap unsur-unsur hara yang diperlukan di dalam tanah dapat terpenuhi
sehingga pembentukan anakan dapat berlangsung dengan baik.
5
Uji beda nyata jujur (BNJ) interaksi antar kedua perlakuan dapat
dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Uji BNJ Interaksi Pengaruh Jenis Tanah dan Dosis Pupuk Kandang
Sapi Terhadap Jumlah Daun Per Rumpun Pada Minggu Ke-4
Perlakuan
Rerata
t1p0
16,66 bc
t1p1
13,44 bc
t1p2
12,33 bc
t1p3
20,50 bc
t2p0
10,78
a
t2p1
11,78 bc
t2p2
10,67
a
t2p3
11,56
b
t3p0
17,56 bc
t3p1
23,45
c
t3p2
17,45 bc
t3p3
15,33 bc
BNJ 5% = 9,43
Sumber
: Hasil Analisis Data Penelitian 2012
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama berbeda tidak nyata pada uji BNJ 5%.
Berdasarkan tabel 5 didapatkan bahwa kombinasi perlakuan t3p1
memberikan hasil terbaik dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan t2p2,
t2p0, dan t2p3. Perlakuan t2p3 berbeda nyata terhadap t2p2 dan t2p0. Antar
perlakuan t2p1, t1p2, t1p1, t3p3, t1p0, t3p2, t3p0, dan t1p3 tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata terhadap jumlah daun per rumpun pada minggu ke-4.
Rerata tertinggi terdapat pada jenis tanah PMK (t3) dan terendah pada tanah
alluvial (t2).
Pada tanah alluvial memberikan rerata yang rendah disebabkan karena
perakaran yang tidak berkembang dengan baik sehingga mengganggu proses
fotosintesis dan pembentukan daun juga tidak sebaik pada tanah gambut dan
tanah PMK. Pembentukkan jumlah umbi tergantung pada banyaknya jumlah
daun yang tumbuh dan membentuk anakan.
Hasil analisis keragaman interaksi pengaruh jenis tanah dan dosis
pupuk kandang sapi terhadap berat segar umbi per rumpun berpengaruh sangat
nyata. Selanjutnya untuk mengetahui uji beda nyata jujur (BNJ) interaksi
antar kedua perlakuan dapat dilihat pada tabel 3.
3. Berat Segar dan Berat Kering Angin Umbi Per Rumpun (g)
Berdasarkan tabel 3 diatas didapatkan bahwa perlakuan t3p1
memberikan hasil yang terbaik untuk berat segar umbi per rumpun dan
berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan t2p3, t2p0, t2p2, t1p1, dan t2p1.
Perlakuan t1p2 berbeda nyata terhadap perlakuan t1p1 dan t2p1. Antar perlakuan
t3p0, t1p0, t3p3, t1p3, dan t3p2 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap
jumlah umbi per rumpun.
6
Tabel 3. Uji BNJ Interaksi Pengaruh Jenis Tanah dan Dosis Pupuk Kandang
Sapi Terhadap Berat Segar Umbi Per Rumpun
Perlakuan
Rerata
t1p0
12,04 cd
t1p1
6,45 ab
t1p2
8,98 bc
t1p3
13,19 cd
t2p0
3,38 a
t2p1
6,71 ab
t2p2
3,73 a
t2p3
3,30 a
t3p0
10,93 cd
t3p1
17,61 d
t3p2
14,12 cd
t3p3
13,03 cd
BNJ 5% = 5,96
Sumber
: Hasil Analisis Data Penelitian 2012
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama berbeda tidak nyata pada uji BNJ 5%.
Berat segar dan berat kering angin umbi pada perlakuan tanah PMK
(t3) memberikan rerata yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan tanah
gambut (t1) dan tanah alluvial (t2). Jenis tanah PMK (t3) menghasilkan jumlah
daun lebih banyak, sehingga menghasilkan jumlah umbi yang banyak.
Baiknya pertumbuhan umbi ditanah PMK disebabkan oleh faktor kesuburan
tanah. Tanah yang menyediakan sejumlah unsur hara yang dibutuhkan
tanaman merupakan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman, karena
dalam keadaan demikian ketersediaan unsur hara dalam keadaan seimbang.
Ketersediaan hara pada tanah PMK mencukupi untuk pembentukkan umbi dan
menghasilkan rerata yang tinggi untuk berat segar umbi. Pada tanah alluvial
(t2) memberikan rerata terendah untuk berat kering angin umbi per rumpun,
diduga bahwa jeleknya pertumbuhan tanaman pada tanah alluvial
mempengaruhi proses fotosintesis menjadi terhambat sehingga pembentukkan
umbi tidak tumbuh secara maksimal.
Hasil analisis keragaman interaksi pengaruh jenis tanah dan dosis
pupuk kandang sapi terhadap berat kering angin umbi per rumpun berpengaruh
sangat nyata dan untuk mengetahui uji beda nyata jujur (BNJ) interaksi antar
kedua perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.
Berdasarkan tabel 4 didapatkan bahwa perlakuan t3p1 memberikan
hasil yang terbaik untuk berat kering angin umbi per rumpun dan berbeda
sangat nyata dibandingkan perlakuan t2p3, t2p0, t2p2, t1p1, t2p1, t1p2, dan t3p0.
Perlakuan t1p1 berbeda nyata terhadap t2p1, t1p2, dan t3p0. Antar perlakuan
t1p0,t3p3,t1p3, dan t3p2 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap berat
kering angin umbi per rumpun.
7
Tabel 4. Uji BNJ Interaksi Pengaruh Jenis Tanah dan Dosis Pupuk Kandang
Sapi Terhadap Berat Kering Angin Umbi Per Rumpun
Perlakuan
Rerata
t1p0
10,32 de
t1p1
5,10
ab
t1p2
7,09
cd
t1p3
11,98 de
t2p0
2,53
a
t2p1
5,67
bc
t2p2
2,79
a
t2p3
1,92
a
t3p0
9,31
cd
t3p1
16,04
e
t3p2
12,76 de
t3p3
11,40 de
BNJ 5% = 5,75
Sumber
: Hasil Analisis Data Penelitian 2012
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang
sama berbeda tidak nyata pada uji BNJ 5%
Proses fotosintesis pada tanah PMK berlangsung dengan baik.
Menurut Harjadi (1991) besarnya cahaya yang tertangkap pada proses
fotosintesis menunjukkan biomassa, sedangkan besarnya biomassa dalam
jaringan tanaman mencerminkan berat kering. Menurut Aliudin (1977), bahwa
aktifitas fotosintesa dan kandungan klorofil daun meningkatkan pertumbuhan
daun sehingga dapat meningkatkan berat kering tanaman, selain itu
mempengaruhi kualitas umbi yaitu menambah keragaman umbi dan
meningkatkan bahan kering umbi.
KESIMPULAN
1. Perlakuan jenis tanah berpengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman,
jumlah daun, berat segar umbi dan berat kering angin umbi per rumpun.
Sedangkan perlakuan dosis pupuk kandang sapi tidak berpengaruh nyata
terhadap semua variabel.
2. Interaksi terjadi pada variabel jumlah daun pada minggu ke-4, berat segar
umbi, dan berat kering angin umbi per rumpun.
3. Perlakuan jenis tanah gambut memberikan rerata tertinggi pada variabel tinggi
tanaman yaitu 32,88 cm pada minggu ke-8 dan jumlah daun 16,11 helai pada
minggu ke-8. Perlakuan jenis tanah PMK memberikan rerata tertinggi pada
variabel jumlah umbi yaitu 5,29 umbi, berat segar umbi per rumpun 13,93 g,
dan berat kering angin umbi per rumpun 12,38 g. Perlakuan jenis tanah
alluvial memberikan rerata terendah terhadap semua variabel pengamatan.
SARAN
Tanaman bawang merah memerlukan tanah yang subur dan gembur agar
proses pembentukan umbi tumbuh secara maksimal. Suhu yang terlalu tinggi bisa
dikendalikan dengan meletakkan ember yang berisi air di dalam rumah penelitian.
Jika hama menyerang, diperlukan pengendalian agar tidak merusak pertumbuhan
tanaman, lebih baik menggunakan pestisida alami agar aman untuk dikonsumsi.
8
Perlu diadakan penelitian lanjutan dengan meningkatkan dosis pupuk
untuk mengetahui pengaruh jenis tanah dan dosis pupuk kandang sapi terhadap
pertumbuhan dan hasil bawang merah.
DAFTAR PUSTAKA
Alliudin. 1977.
Pola Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah.
Buletin
Hortikultura XIII (3). Lembang.
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. 2009. Luas Panen, Produksi dan
Produktivitas Bawang Merah Indonesia. http://produksi bawang merah
Google.com/2010 03 17 archive.html. (19 Maret 2012).
Gough, R. 2002. Garden guide. http://gardenguide_ Montana.edu/66%200%
20issue/june02.html.21k. [3 Mei 2004]
Harjadi, S. S. 1991. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hardjowigeno. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.
Leiwakabessy, F. W. 1988. Kesuburan Tanah. Jurusan Ilmu Tanah. Faperta.
IPB, Bogor : 222 hal.
Lingga, P. dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar swadaya.
Jakarta.
Salisbury, F. B., dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 3. Alih Bahasa
: Diah R Lukman dan Sumaryono. ITB, Bandung. 343 hal.
Sumarni, N. dan A. Hidayat. 2005. Budidaya Bawang Merah. Balai Penelitian
Tanaman Sayuran. Bandung.
Widi, M. dan A. Asianto. 2007. Mari Bertanam Bawang. CV Wanda Putra
Persada. Pontianak.
9
Download