TUGAS AKHIR

advertisement
L 1
A.
Installasi Fedora Core 4
Langkah pertama untuk membangun sebuah Network Diskless System
adalah membangun sebuah Server yang nantinya akan menjadi host atau
pendistribusi system operasi untuk client. Untuk menginstallasi sebuah operating
sistem terutama yang berbasis Linux, diperlukan sedikit pengetahuan dan
keterampilan bagaimana system operasi sendiri itu bekerja. Maka pada sub bab
ini akan diberikan sedikit gambaran mengenai proses installasi Fedora Core 4
yang dipakai sebagai Server LTSP nantinya.
Proses installasi Fedora dapat dilakukan dengan beberapa metode. Untuk
ini, akan dibahas metode yang paling umum dan prosesnya paling cepat yaitu
proses instalasi melalui media CD-ROM / DVD-ROM. Untuk kali ini dipilih
media DVD-Rom agar proses installasi berjalan tanpa perlu memasukan CD
secara bergantian, karena pada proses releasenya, Fedora Core 4 didistribusikan
dengan 4 keping CD ataupun 1 keping DVD.
Gambar L.1 Tampilan Awal Installasi Fedora Core 4
L 2
Pada menu pilihan installasi Fedora Core 4 terdapat beberapa pilihan menu
yang dapat dipilih. Diantaranya adalah proses instalasi secara umum. Menu
selanjutnya adalah proses instalasi atau upgrade dengan tampilan text. Dan
masih ada menu lain yang dapat dilihat pada pilihan dibawahnya. Dimana opsiopsi tersebut bisa berupa pengetesan memory komputer sebelum melakukan
proses instalasi, tidak melakukan pengecekan hardware pada waktu instalasi,
maupun dengan opsi-opsi kernel seperti pengaturan memory (RAM) yang
dialokasikan pada waktu proses installasi dan pengaturan resolusi layar pada
proses installasi. Untuk saat ini instalasi menggunakan opsi biasa yaitu proses
installasi normal berbasis Graphical User Interface (GUI).
Gambar L.2 Opsi Pilihan Pada Installasi Fedora Core 4
Setelah memilih opsi yang telah ditentukan, proses booting akan berlanjut
dengan proses loading kernel yang ada didalam media installasi ke dalam
memory komputer dan selanjutnya proses installasi dapat berjalan seperti biasa.
Setelah membaca segala persetujuan, memilih bahasa, serta keyboard dan
mouse yang digunakan, proses installasi akan berlanjut dengan memilih tipe
installasi apa yang akan diinstalasikan ke dalam komputer. Terdapat 4 opsi,
L 3
yaitu Personal Desktop, Workstation, Server dan Custom. Instalasi sistem
operasi ini akan menggunakan opsi Custom, karena berhubung sistem operasi
yang nantinya diinstalasikan akan berguna multifungsi yaitu sebagai Server
sekaligus sebagai Client yang aplikasinya dapat digunakan sewaktu-waktu oleh
user itu sendiri.
Gambar L.3 Pilihan Installasi Sistem Pada Fedora Core 4
Setelah memilih tipe installasi yang akan digunakan, proses selanjutnya
adalah memilih lokasi dimana sistem tersebut akan diinstalasikan. Oleh sebab itu
pada bagian ini diharuskan membuat partisi apabila Hard Disk yang akan
digunakan masih baru, ataupun membuat partisi dari free space yang tersisa
yang telah dipakai untuk system operasi lain. Agar Linux dapat berjalan dengan
baik, pada umumnya, minimal Linux memerlukan dua buah partisi agar
sistemnya dapat berjalan dengan normal. Hard Disk yang ada pada komputer
akan dikenali dengan nama sd(x) ataupun hd(x). Dimana lambang hd
merepresentasikan Hard Disk sedangkan lambang x biasanya berupa abjad dan
diikuti huruf yang merepresentasikan disk keberapa dan partisi keberapa.
Sedangkan pada lambang sd mempunyai makna yang kurang lebih sama, namun
L 4
ia dibedakan karena menggunakan interface SCSI. Namun dewasa ini sd(x)
tidak hanya menandakan disk yang menggunakan SCSI, namun juga pada Hard
Disk yang menggunakan interface SATA dan USB Flashdisk.
Selanjutnya partisi pertama yang dibutuhkan Linux adalah partisi yang
diberi nama root ( / ). Partisi root inilah yang nantinya akan berisi file-file sistem
operasi yang akan diinstalasikan. Partisi root ini akan diformat dengan
menggunakan filesystem ext3 yang merupakan filesystem default dari Fedora
Core 4 ini. Selanjutnya partisi yang diperlukan adalah partisi yang disebut swap.
Swap ini berfungsi sebagai virtual memory pada sistem operasi Linux. Dan agar
optimal, disarankan bahwa besar kapasitas partisi swap adalah dua kali dari
memory komputer (RAM).
Gambar L.4 Proses Partisi Pada Saat Installasi
Setelah melakukan proses partisi, proses installasi selanjutnya adalah
penginstallan boot loader Linux ke dalam sistem. Boot Loader ini berfungsi
sebagai boot system untuk Linux, yang bertugas memanggil kernel dan meload
kernel ke dalam memory. Boot Loader ini bisa diinstalasikan pada master boot
record (MBR) maupun pada sector pertama pada sebuah partisi.
Setelah memilih lokasi dimana boot loader akan diinstalasikan, selanjutnya
L 5
adalah konfigurasi kartu jaringan. Dimana kartu jaringan ini akan dikonfigurasi
seperti pemberian IP, Subnet, Gateway, DNS dan sebagainya. Untuk bagian ini,
digunakan default dari opsi installasi yaitu dengan automatic atau DHCP.
Bagian ini tidak terlalu bermasalah karena opsi ini masih bisa di-konfigurasikan
lebih lanjut apabila system sudah selesai diinstalasikan. Kemudian instalasi
dihadapkan dengan sebuah layar yang berhubungan dengan keamanan sistem
operasi Linux itu sendiri yaitu opsi Firewall.
Dimana kita disini bisa memilih ataupun menkonfigurasi Firewall. Bagian
lain yang tidak kalah penting adalah menkonfigurasi Security Enhanced Linux
(SELinux) yang berguna sebagai policy control pada sistem operasi Linux
dimana kita dapat membatasi hak akses pada level-level tertentu, seperti upgrade
kernel, driver maupun yang lainnya. Setelah itu , instalasi dilanjutkan dengan
memilih timezone yang merupakan regional setting pada Linux. Instalasi dapat
disesuaikan dengan lokasi tempat berada, contohnya : Jakarta. Kemudian
instalasi dilanjutkan pada pengisian password root. Root adalah account
administrator di dalam Linux dimana root memiliki kekuasaan tertinggi dalam
mengakses semua sistem di dalam Linux. Oleh sebab itu peran root sangat
penting, maka diharapkan password yang dimasukkan tidak mudah ditebak oleh
orang lain dan gampang diingat untuk alasan keamanan nantinya.
Setelah semua proses diatas berjalan, selanjutnya adalah proses pemilihan
paketpaket yang akan diinstalasikan ke dalam sistem operasi. Terdapat banyak
pilihan untuk memilih paket mana yang dapat diinstalasikan, seperti Desktop
Environment, Application Servers, Administration Tools dan lainnya.
L 6
Gambar L.5 Pemilihan Paket Aplikasi Pada Saat Instalasi
Setelah semua proses pemilihan selesai, installer akan menginstalasikan
system operasi tersebut kedalam komputer. Apabila proses instalasi telah selesai,
maka Fedora Core 4 telah dapat digunakan sebagai sistem operasi untuk
keperluan kita sehari-hari.
Gambar L.6 Proses Pembuatan User Post Installation
L 7
Gambar L.7 Welcome Screen Pada Fedora Core
Gambar L.8 Tampilan Desktop Dengan GNOME
B.
Installasi Linux Terminal Server Project (LTSP)
Setelah proses instalasi sistem operasi Fedora Core 4 selesai, langkah
selanjutnya adalah proses installasi LTSP. LTSP sendiri bersifat Open Source
dan dapat didownload di www.ltsp.org. Proses instalasi LTSP Server dibagi
menjadi 3 tahap yaitu :
• Installasi LTSP Utilites
L 8
• Installasi LTSP Client Packages
• Konfigurasi Layanan (services) yang diperlukan untuk LTSP
1.
Installasi LTSP Utilites
Sejak versi 4.1, LTSP sendiri telah memiliki paket utilites untuk
mengatur installasi dan mengatur paket client LTSP serta membantu untuk
menkonfigurasi layanan - layanan (services) yang diperlukan pada LTSP
Server itu sendiri. Nama paket untuk administrasi ini dinamakan dengan
ltspadmin dan paket untuk konfigurasi disebut ltspcfg. Kedua paket ini
dikemas menjadi satu paket pada ltsp-utils paket. Paket-paket tersebut
dapat didownload dari situs ltsp itu sendiri dan mempunyai dua format
yaitu format RPM dan TGZ. Karena Fedora Core 4 yang digunakan adalah
Linux yang aplikasinya bersifat RPM-based, maka untuk mempermudah
proses instalasi nantinya, disarankan untuk mendownload paket ltsp-utils
yang RPM. Dan untuk implementasi kali ini yang digunakan adalah ltsputils-0.25-0.noarch.rpm. Untuk proses installasi, harus digunakan hak
akses root, dan dengan menggunakan perintah sebagai berikut :
# rpm –ivh ltsp-utils-0.25-0.noarch.rpm
Gambar L.9 Proses Installasi ltsp-utils
L 9
2.
Installasi LTSP Client Packages
Setelah proses installasi ltsp-utils selesai, perintah ltspadmin dapat
dijalakan pada konsole Linux. ltspadmin berfungsi untuk mengatur paketpaket yang diperlukan oleh client LTSP nantinya. ltspadmin akan meminta
lokasi dimana paket ltsp berada.
Selanjutnya adalah melakukan proses download file iso yang berisi
paket-paket LTSP client. File iso yang digunakan adalah versi ltsp-4.2u20.iso. Sebenarnya proses installasi ini dapat dilakukan secara langsung
melalui internet ataupun ftp server yang ada. Pemilihan file iso ini
dilakukan karena file ini dapat disimpan di komputer apabila suatu saat
perlu adanya perawatan ataupun instalasi ulang LTSP Server sedang
koneksi internet tidak tersedia, oleh itu pilihan yang ini merupakan pilihan
terbaik, disamping itu juga file iso dapat diburn ke CD sehingga dapat
disimpan nantinya. Karena file ltspadmin yang didapat berupa file iso dan
tidak dilakukan proses burning ke CD, maka file iso tersebut harus dimount
kedalam suatu direktori agar dapat diakses di dalam Linux. Folder yang
akan dimount adalah di “/ltsp-source/ “ dan mounting dapat dilakukan
dengan menggunakan perintah
#mkdir /ltsp-source/
#mount -o loop ltsp-4.2u2-0.iso /ltsp-source/
Setelah melakukan proses mounting, maka pada direktori /ltspsource/ akan berisi file-file paket LTSP client. Kemudian jalankan perintah
#ltspadmin
Maka akan ditampilkan layar konfigurasi ltspadmin. Dari menumenu ini dapat dilakukan pengaturan dan penginstallan paket-paket LTSP
client.
L 10
Gambar L.10 ltspadmin
Setelah itu pilih menu “Install/Update LTSP Packages”. Di menu ini
akan muncul beberapa pilihan menu dan settingan untuk proses installasi
ltsp client package. Berikut penjelasan menu-menunya :
• Where to retrieve packages from ?
Menjelaskan dimana lokasi file-file paket ltsp client. Karena disini telah
menggunakan file iso maka value yang diisi adalah file:///ltsp-source/
tempat dimana file ltsp-4.2u2- 0.iso di mount.
• In Which directory would you like to place the LTSP client tree?
Pertanyaan ini berarti memilih lokasi installasi paket-paket client ltsp.
Bila tidak diisi parameter untuk bagian ini, installer akan menginstall
paket-paket tersebut ke lokasi defaultnya yaitu di direktori /opt/ltsp.
• If you want to use an HTTP proxy, enter it here ?
Ini merupakan opsi pilihan apabila proses installasi dilakukan melalui
internet yang bekerja dibelakang http proxy server. Karena file yang
dibutuhkan berada pada computer local, maka dapat diabaikan dengan
membiarkan terisi dengan nilai [none].
• If you want to use an FTP Proxy, enter it here?
Ini merupakan opsi pilihan apabila proses installasi dilakukan melalui
internet yang bekerja melalui ftp proxy server. Karena file yang
L 11
dibutuhkan berada pada computer local, maka dapat diabaikan dengan
membiarkan terisi dengan nilai [none].
• Correct ?
Apabila semua telah dikonfigurasi dengan benar, maka nilai yang diisi
untuk variable ini adalah y [yes].
Gambar L.11 Konfigurasi ltspadmin
Setelah itu proses installasi akan dilanjutkan setelah ltspadmin
mendapatkan semua paket yang ada melalui konfigurasi awal tadi dimana
file-file ltsp client packages berada pada direktory /ltsp-source/ dan
menampilkan ke layar paket-paket yang tersedia untuk diinstalasikan ke
dalam komputer.
Untuk dapat menjalankan LTSP Server dengan baik dan lengkap,
maka semua paket yang ditawarkan perlu diinstalasikan ke dalam komputer
ltsp. Maka dilakukan pemilihan semua paket dengan select all pada menu
ltspadmin dan seterusnya akan dilanjutkan dengan proses installasi paketpaket tersebut.
L 12
Gambar L.12 Pilihan Paket Installasi
Gambar L.13 Proses Installasi LTSP Client Packages
3.
Konfigurasi Services LTSP
Setelah melakukan proses installasi, proses selanjutnya adalah meng-
konfigurasi layanan yang diperlukan untuk proses booting pada LTSP
workstation. Secara umum ada empat layanan utama yang diperlukan untuk
proses booting, yaitu :
• DHCP
• TFTP
L 13
• NFS
• XMDCP
Untuk meng-konfigurasi ltsp, dapat digunakan perintah ltspcfg di
command line pada konsole. ltspcfg juga dapat diakses melalui perintah
ltspadmin.
Gambar L.14 Inisialisasi ltspcfg
Gambar L.15 Menu Konfigurasi LTSP
L 14
Pada menu konfigurasi ltsp terdapat beberapa menu yang
mempunyai fungsi antara lain :
• Runlevel
Runlevel adalah variabel yang digunakan oleh program init.
Sistem Linux atau Unix memiliki tingkat level untuk setiap
layanan yang melakukan proses loading.
Dengan adanya tingkatan level ini, user dapat memilih level
berapa yang ingin dijalanin, sesuai dengan layanan yang
diperlukan. Pada runlevel 2 atau 3 biasa digunakan untuk
server yang berbasis text, sedang runlevel 5 adalah untuk
lingkungan kerja server berbasis GUI.
Untuk konfigurasi LTSP secara default, runlevel ini akan
bernilai 5. Karena pada runlevel 5 hampir semua service akan
dijalankan oleh sistem termasuk NFS dan XDMCP sehingga
user bisa mendapatkan tampilan interface pada LTSP client.
• Interface Selection
Pada konfigurasi ini, user dapat memilih interface yang
digunakan oleh ltsp client yang terhubung. Hal ini berguna
apabila LTSP server memiliki NIC lebih dari satu. Setelah
memilih NIC yang digunakan, system akan membuat
modifikasi pada file /etc/exports dan menyiapkan template
untuk konfigurasi dhcpd.conf yang akan digunakan oleh DCHP
server nantinya.
• DHCP Configuration
Pada bagian ini DHCP ltspcfg akan memeriksa layanan dhcpd,
serta akan memberikan konfigurasi default pada DHCP Server
dengan
membuat
dhcpd.conf.sample.
sebuah
template
konfigurasi
L 15
• TFTP Configuration
TFTP adalah service yang dibutuhkan oleh ltsp client untuk
mendownload kernel dari ltsp server. Daemon dari layanan ini
adalah tfpd yang harus diaktifkan untuk menjalankan LTSP.
• Portmapper Configuration
Portmapper diperlukan untuk proses Remote Procedural Cal
(RPC). Setiap RPC service memerlukan portmapper contohnya
adalah NFS.
• NFS Configuration
Layanan NFS memungkin lokal direktori untuk dimount pada
remote komputer. Ini diperlukan untuk LTSP, karena
workstation harus me-mount-ing root filesystem dari Server
LTSP.
• XDMCP Configuration
XDMCP (X Display Manager Control Protocol) dimana X
Server akan mengirim XDMCP query ke Display Manager
pada Server untuk mendapatkan prompt login pada system.
• Create /etc/hosts entries
Services seperti NFS dan Display Manager memerlukan IP
Address mapping pada workstation agar service tersebut dapat
berjalan dengan baik. Pada dasarnya, /etc/hosts ini merupakan
file yang berguna untuk proses mapping alamat ip yang
terdaftar.
• Create /etc/hosts.allow entries
Untuk mengatur layanan yang menggunakan layer security.
Ltspcfg akan memberikan konfigurasi default pada entry ini.
• Create /etc/exports file
File yang mengatur penggunaan NFS. Pada menu pilihan ini,
ltspcfg akan membuat file entry ke dalam /etc/exports sehingga
L 16
NFS dapat berjalan untuk komputer client sehingga dapat
melakukan proses mounting root pada komputer client.
• Create the lts.conf file
Merupakan file untuk konfigurasi untuk setiap komputer client,
dimana tipe-tipe hardware yang digunakan, serta mengatur
semua hal yang berhubungan dengan hardware dan display
client.
4.
Konfigurasi Spesifik pada Workstation
Untuk konfigurasi pada workstation client secara spesifik, semua
diatur dari server. Yaitu dengan pengaturan file-file antara lain :
• /etc/dhcpd.conf
• /etc/hosts
• /opt/ltsp/i386/etc/lts.conf
I.
/etc/dhcpd.conf
LTSP client memerlukan sebuah alamat IP dan informasi-informasi
yang lain untuk mengambil paket-paket yang berada pada server. Untuk
menangani hal ini, maka diperlukan sebuah DHCP Server. Informasi
yang akan diperoleh client dari DHCP Server antara lain :
• IP Address
• Hostname
• IP Address Server
• Gateway
• Nama path yang berisi kernel untuk di didownload
• Directory path yang akan dimount sebagai root system
pada client.
L 17
Gambar L.16 Contoh Konfigurasi File DHCPD
Diatas
adalah
contoh
konfigurasi
yang
diterapkan
pada
implementasi kali ini. Dimana server ltsp akan memiliki IP
192.169.113.150 dengan netmask 255.255.255.0. Konfigurasi gateway
juga
akan
bernilai
sama.
Pada
bagian
option
root-path
“192.169.113.150:/opt/ltsp/i386” adalah path yang akan dimount oleh
client nantinya menjadi root system.
Pemberian IP oleh DCHP Server akan diberikan pada subnet
192.169.113.0 dengan netmask 255.255.255.0 dengan range ip untuk
client 192.169.113.100 - 192.169.113.120. Pada bagian pengaturan
pemberian ip di dalam subnet diberikan perintah tambahan untuk
membedakan antara pengambilan kernel oleh client. Mengingat client
ada yang menggunakan PXE dan etherboot yang memiliki kernel yang
berbeda untuk di download. Karena pada PXE hanya mampu meload
sebesar 32 KB.
II.
/etc/hosts
Komputer yang berada pada jaringan pasti selalu memiliki alamat
IP sehingga dapat melakukan pertukaran data melalui jaringan dengan
L 18
lancar. File /etc/hosts adalah file yang berisi alamat IP komputer yang
dimapping dan nama hostnya sehingga kita bisa mengingat komputer
dengan string daripada mengingat alamat IP.
File /etc/hosts ini akan bekerja seperti DNS pada internet dimana
aplikasi akan mencari nama dan alamat IP komputer pada jaringan di file
tersebut sehingga aplikasi dapat berjalan dengan sempurna.
Pada jaringan umumnya tidak perlu melakukan mapping nama host
ke dalam file /etc/hosts, namun pada LTSP ini diperlukan. Mengingat
NFS akan mengecek file ini dan mengijinkan host yang tercatat untuk
dapat melakukan proses mounting root filesystem melalui jaringan.
Program yang berbasis client-Server pada komputer juga akan terganggu
seperti Display Manager seperti GDM ataupun KDM.
III.
/opt/ltsp/i386/etc/lts.conf
Pada bagian lts.conf ini secara umum dapat menjadi dua konfigurasi
yaitu konfigurasi default dan konfigurasi spesifik untuk setiap client ltsp.
Untuk pengaturan client ltsp dapat berdasarkan nama host pada komputer
yang dapat diatur di dhcpd.conf.
Gambar L.17 Konfigurasi lts.conf
L 19
Berikut adalah beberapa konfigurasi default dari lts.conf :
• SERVER
Merupakan alamat server yang digunakan untuk ltsp yaitu
xdm_server, telnet_host, xfs_server dan syslog_host. Apabila dalam
perancangan semua server tersebut berada pada satu komputer, maka
pendefinisian cukup menggunakan perintah diatas.
• XSERVER = auto
Mendefinisikan X Server yang akan dipakai untuk client. Sebagai
contoh apabila menggunakan XFREE86 versi 4, dapat menentukan
modul-modul yang dipakai untuk graphic cards, contohnya adalah
seperti pada kartu grafis SiS dan S3. Namun sebaiknya nilai pada
parameter ini dikosongkan atau diisi auto untuk melakukan
pendeteksian kartu grafis secara otomatis.
• X_MOUSE_PROTOCOL
Konfigurasi mouse pada client, untuk menentukan protokol mouse
yang dipakai. Nilai default disini adalah bernilai “PS/2”
• X_MOUSE_DEVICE
Konfigurasi mouse dimana mouse client terhubung. Apakah terhubung
ke serial port ataupun ps/2 port. Apabila terhubung ke serial port maka
ia harus bernilai “/dev/ttyS0 atau /dev/ttyS1”. Bila menggunakan port
ps/2 maka ia akan bernilai “/dev/psaux”
• X_MOUSE_RESOLUTION
Merupakan konfigurasi resolusi pada mouse. Nilai defaultnya bernilai
400 untuk mouse jenis PS/2 sedang untuk mouse serial biasanya
bernilai 200.
• X_MOUSE_BUTTON
Merupakan konfigurasi tipe tombol yang digunakan pada mouse.
Apakah mouse tersebut menggunakan 2 tombol ataupun 3 tombol.
L 20
Konfigurasi secara default adalah bernilai 3. (Sesuai pada penggunaan
mouse pada saat ini).
• USE_XFS
Pada konfigurasi ini LTSP client dapat memilih apakah client
membangun sendiri X Font Server ataupun membaca font-font
tersebut melalui NFS. Secara default bernilai N, pembacaan font akan
melalui NFS.
• SCREEN_01 – SCREEN_XX
Mulai LTSP versi 4, dapat digunakan penggunaan screen dari 1-12
screen pada komputer client. Namun secara default akan dibatasi tiga
screen, dan penambahan screen dapat dilakukan dengan memodifikasi
file /opt/ltsp/i386/etc/inittab. Adapun tipe screen yang dapat digunakan
antara lain :
a. Startx [option] : untuk menjalankan X dan display manager dari
server pada screen client.
b. telnet [option] : untuk menjalankan session telnet ke sebuah Server.
c. Shell : untuk menjalankan shell (text mode) di komputer client.
d. Rdesktop [option] : untuk menjalankan protokol rdesktop dimana
komputer client akan terhubung ke terminal Server.
Berikut adalah konfigurasi lts.conf yang dipakai untuk
implementasi Network Diskless System.
IP Address LTSP Server
192.169.113.150 netmask 255.255.255.0
IP Address Windows Terminal Server
192.169.113.251 netmask 255.255.255.0
L 21
Gambar L.18 lts.conf
Gambar di atas merupakan setting untuk client yang akan
melakukan Remote Desktop Connection secara otomatis terhadap
Terminal Server di sistem operasi Microsoft Windows. Layar di
client dapat di tampilkan dengan resoulusi 800x600 serta client
dimungkinkan memiliki dua screen yaitu screen sistem operasi
Microsoft Windows dan screen sistem operasi Linux yang bisa di
switch bergantian.
5.
Terminal Server Windows
Untuk mengaktifkan dukungan layanan Terminal Services pada sistem
operasi Microsoft Windows XP Professional, digunakan program tambahan XP
Unlimited yang memiliki keunggulan dalam melayani server.
I.
Installasi XP Unlimited
Instalasi XP Unlimited dapat dilakukan pada sistem operasi Microsoft
Windows XP Professional Service Pack II. Installasi XP Unlimited hanya
bisa dilakukan oleh account administrator pada Microsoft Windows. Pada
saat instalasi, tidak boleh ada user lain yang sedang connect di dalam
system yang berjalan.
L 22
Gambar L.19 Menu Installasi XP Unlimited
Proses instalasi ini akan dibagi menjadi beberapa tahap, antara lain
pengecekan serial number secara online untuk mecegah pembajakan
terhadap program XP Unlimited itu sendiri kemudia proses backup dan
dilanjutkan dengan peng-instalasi-an modulmodul pada XP Unlimited.
Gambar L.20 Shortcut Maintenance XP Unlimited
L 23
Setelah melakukan installasi XP Unlimited dan melakukan proses
restart pada system, perlu dilakukan beberapa konfigurasi agar dukungan
Terminal Services dapat berjalan dengan baik. Konfigurasi tersebut antara
lain:
• Meng-set IP static pada komputer Terminal Server apabila tidak
didefinisikan pada dhcpd.conf pada LTSP Server. Untuk IP
komputer Terminal Server adalah :
IP Address : 192.169.113.251
Netmask : 255.255.255.0
• Membuat user account dengan tipe group user account remote
desktop account yang dapat melakukan proses login ke dalam
Terminal Server.
• User account harus memiliki password, karena untuk melakukan
login melalui Terminal Server, password diperlukan karena
berhubungan dengan policy dan keamanan sistem.
• Membuka firewall untuk remote desktop sessions pada protocol
3389. Port ini secara default ditutup oleh Windows, oleh itu harus
dibuka terlebih dahulu untuk mengijinkan komputer client dapat
melakukan Remote Desktop Connection.
6.
Testing dan Troubleshooting
Setelah melakukan implementasi, maka dilakukan testing terhadap
beberapa hal, yaitu :
• Kestabilan Jaringan / Login ke Server
• Pengenalan Hardware pada client oleh server
• Hak Akses User pada Server.
L 24
Untuk testing pada kestabilan jaringan dan hardware pada client, dapat
diamati langsung terhadap jaringan yang sudah diloading di client apakah client
tersebut dapat berjalan dengan normal atau mengalami masalah-masalah.
Sedang untuk testing hak akses, digunakan Group Policy Editor yang
terdapat pada Windows XP untuk membatasi user-user yang melakukan login ke
dalam Application Server yang berupa Windows seperti hak akses control panel,
direktori.
Dalam testing Network Diskless System, ditemukan beberapa masalah,
terutama mengenai masalah compability antara driver yang ada pada client dan
server, pengenalan LAN Card yang tidak terdeteksi secara otomatis, tidak
mampunya monitor client menggunakan display resolusi yang sama besarnya
dengan LTSP Server sehingga di layar tidak mendapatkan display.
Berikut ini adalah beberapa troubleshooting yang terjadi pada waktu
percobaan :
a.
Pengenalan Ethernet card Broadcom untuk booting client.
Pada Ethernet tipe Broadcom pada notebook Acer (Asphire S620)
tidak dapat melakukan proses downloading kernel dengan baik karena
modul Ethernet Broadcom ini tidak dapat diloading secara otomatis pada
saat LTSP client melakukan proses booting. Kasus ini juga bisa berlaku
untuk Ethernet lainnya mengingat banyaknya tipe Ethernet untuk masingmasing komputer. Untuk itu harus dilakukan pemberian modul secara
manual untuk client yang menggunakan Ethernet tipe ini. Untuk mengatasi
masalah tersebut, harus diberikannya reserve IP melalui DHCP Server
kepada computer client tersebut. Untuk pemberian reserve IP melalui
DHCP Server dapat dilakukan dengan memberikan konfigurasi seperti
berikut pada dhcpd.conf di LTSP.
L 25
Gambar L.21 Reserved IP Untuk Client Tertentu
Dengan konfigurasi tersebut, komputer client yang memiliki MAC
Address
00-16-36-31-d3-74
akan
mendapatkan
IP
Address
192.169.113.135. Dengan demikian komputer client dapat dikonfigurasi
lebih spesifik mengenai perangkat keras yang ada didalamnya.
Setelah melakukan konfigurasi diatas, perlu ditambahkan konfigurasi
pada saat loading kernel dengan memerintahkan kernel me-loading modul
ethernet card yang dimaksud. Caranya adalah dengan membuat sebuah file
di direktori /tftpboot/lts/ 2.6.17.3-ltsp-1/pxeLinux.cfg/ kemudian copy file
default dan ubah nama filenya menjadi hex dari IP tersebut. Contohnya
adalah bahwa IP 192.169.113.135 akan bernilai heksadesimal sebagai
C0A97187 (semua huruf kapital) dan disave pada direktori yang sama dan
didalam file tersebut berisi :
prompt 0
label Linux
kernel bzImage-2.6.17.3-ltsp-1
append rw root=/dev/ram0 initrd=initramfs.gz NIC=b44
L 26
Dengan demikian IP address 192.169.113.135 akan melakukan
loading file C0A97187 untuk melakukan proses loading modul untuk
Ethernet card tersebut.
b.
Konfigurasi spesifik untuk client tertentu
Untuk konfigurasi khusus terhadap client tertentu, seperti mengubah
resolusi pada layar monitor pada client, dapat dilakukan dengan
penambahan konfigurasi pada lts.conf.
Gambar L.22 Konfigurasi Client Secara Spesifik
Dengan
konfigurasi
diatas,
klien
dengan
host
ws109
akan
mendapatkan konfigurasi tambahan yaitu dengan display 1024x768, dengan
mouse resolusi sebesar 300dpi dan mendapatkan screen session ketiga
berupa shell session.
Download