SITOTOKSISITAS EKSTRAK ETANOL UMBI TEKI

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SITOTOKSISITAS EKSTRAK ETANOL UMBI TEKI
(Cyperus rotundus L.) TERHADAP SEL HeLa
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Linda
NIM : 018114036
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
JalanMu tak terselami
Oleh setiap hati kami
Namun satu hal kupercaya
Ada rencana yang indah
Tiada terduga kasihMu
Heran dan besar bagiku
Arti kehadiranMu slalu
Nyata didalam hidupku
PenyertaanMu sempurna
RancanganMu penuh damai
Aman dan sejahtera
Walau ditengah badai
Ingin ku slalu bersama
Rasakan keindahan
Arti kehadiranMu Tuhan
“ Oh, that You would bless me indeed, and enlarge my territory, that Your hand would
be with me, and that You would keep me from evil, that I may not cause pain !”
(Jabes prayer, Bible in King James version, 1 Chronicles 4 : 10)
Jika Anda berani mengejar impian Anda, maka semua impian Anda akan bisa
tercapai
Walt Disney
Ora et Labora
Anonim
I dedicated this research to:
Jesus Christ that has given me this beautiful life
My beloved parents, Mom and Dad
My brother Sansan and my sister, Mira, Yennie, Marline
You are the jewell in my life
And my almamater
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmat karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Umbi
Teki (Cyperus rotundus L.) terhadap Sel HeLa” sebagai salah satu syarat mencapai
derajat Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan
skripsi, tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku dekan fakultas farmasi.
2. Drs. A. Yuswanto S.U., Ph.D., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan ketenangan, pengarahan, banyak meluangkan waktu dan tenaga
untuk diskusi, atas segala masukan serta sarannya yang begitu berarti dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen penguji yang telah berkenan menguji
dan memberikan banyak masukan dan saran demi peningkatan kualitas karya ini.
4. Drs. Mulyono, Apt., selaku dosen penguji yang telah berkenan menguji dan telah
memberi banyak nasehat, masukan, saran lewat diskusi yang sangat bermanfaat.
5. Ir. Ig. Aris Dwiatmoko, M. Sc., yang telah memberi banyak nasehat, masukan,
saran lewat diskusi yang sangat bermanfaat; Ign. Y Kristio B, M.Si., yang telah
memberikan masukan dalam identifikasi dan determinasi tumbuhan.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Segenap dosen dan karyawan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,
terima kasih atas bantuannya selama menempuh masa kuliah jenjang Strata 1,
Maz Poles dkk, keluarga perpus USD (Mbak Christine, Mas Jumar, dkk) yang
memudahkan penulis mencari literatur, juga atas dukungan, senyum dan doanya.
7. Mbak Istini, Mbak Heni, Pak Pandi, dan segenap karyawan Laboratorium Hayati
UGM yang dengan penuh kesabaran telah banyak membantu dan menemani
dalam penelitian skripsi ini, pak satpam, keluarga perpus UGM (Mas Joko, Bu
Wati, dkk) yang memudahkan penulis mencari literatur, buat dukungan, senyum
dan doanya.
8. Papa, mama, oma, atas segala cinta kasih, semangat, nasehat, dukungan, dan doa
restu yang mengiringi setiap langkahku.
9. Ko Sansan & alu Elsye buat nasehat, dukungan, doa, sehingga memudahkan
penulis dalam menyusun skripsi, my cute funny shiny nephew, Lawrence which
have smile brightening my days; Cie Mira & ko Tony, my niece Felicia yang
cantik jelita, buat hiburan, dukungan dan doanya; Cie Yennie & ko Anwar, si
kecil, cie Yen boeat keceriaan, hiburan dan dukungan yang begitu berarti.
10. Marline, my sweet cute little sist’, atas pengertian, semangat, dukungan, hiburan
dan doanya yang menguatkan.
11. Kay yang menyemangati, menghibur, menasehati, mendoakanku.
12. FRESH Dept. Musik : Ko Riza Andreas buat bantuan, penghiburan, semangat,
dan doanya thx ko!, Immanuel Niko H., Wimbuh, Vien, Alan, k Putu, ko
Ferdinand (ko Titi), k Ratih, for place where we grow up, always fresh, praise and
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
worship!, bu dan pak Heri, Febry, Vivi, Lily, Dewati, Vina, Rony, dkk
kesemuanya atas dukungan doa, semangat, keceriaan, dan penghiburan.
13. Arry, Candra, Nadia, Robby, Yanti, Singgih, Prasodjo, ko Hariyanto, ko
Fernando, Linda Y., Mena, M.M. Fanny O., buat kritikan, saran, masukan,
semangat, doa, keceriaannya selama penyusunan skripsi, thank’s guyz.
14. Rekan-rekan seperjuangan Ndari, Wati, Agnes, Ratih, Mila, Vita, Lucy, atas
kerjasama, canda tawa dan keluh kesah selama penyusunan skripsi ini.
15. Teman-teman kuliah : Danu K., thanx y!; Nana, Reny W., Hartono, Nike, d u
know.. a friend in need is a friend indeed, Oktaf, Pipit, Wiwid, Dian K., Agung,
Budiaji, Resti, Dian, Probo, Bob, Shinta Lia, Silvia, Tyas, Priyadi, Rendeng,
Arod, Adi, atas dukungan, bantuan, kebersamaan, dan suka-dukanya.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
memberikan semangat, dukungan, dan doa yang tulus sehingga membantu
terlaksananya penyusunan skripsi ini dengan lancar.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak terlepas
dari keterbatasan dan kekurangan penulis. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan skripsi ini. Terakhir kali,
besar harapan penulis bahwa skripsi ini dapat bermanfaat bagi perbendaharaan dan
perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Penyakit kanker merupakan penyebab kematian terbesar di dunia, setiap tahun
penderita kanker terus meningkat. Banyak studi dilakukan untuk memperoleh
senyawa-senyawa baru yang memiliki aktivitas antikanker, termasuk dari bahanbahan alam, salah satunya rumput teki. Rumput teki (Cyperus rotundus L.) telah
digunakan dalam pengobatan kanker (cervix cancer) di Cina dan Amazon. Rumput
teki sering digunakan untuk mengobati bermacam-macam penyakit dan mungkin
memiliki efek yang menunjang penyembuhan kanker. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menguji aktivitas ekstrak etanol dari umbi teki terhadap sel HeLa.
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan rancangan
acak, lengkap, pola satu arah. Aktivitas sitotoksik ditetapkan menggunakan metode
MTT (3-(4,5-dimetil-tiazol-2-il)-2,5-dipheniltetrazolium bromide) terhadap sel HeLa.
Hasil dianalisis secara statistik dan harga LC50 kemudian dihitung menggunakan
analisis probit.
Hasil dari uji sitotoksik menunjukkan bahwa ekstrak etanol umbi teki
(Cyperus rotundus L.) mempunyai aktivitas sitotoksik terhadap kultur sel HeLa.
Harga LC50 sebesar 487 μg/ ml.
Kata kunci: umbi teki, sel HeLa, ekstrak etanol, aktivitas sitotoksik, LC50
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Cancer disease is a major cause death in the world, every year cancer sufferer
is increasing. Many studies have been done to get new compounds having anticancer
activity, included from natural resources, one of them is nut grass. Nut grass (Cyperus
rotundus L.) has been used in cancer treatment (cervix cancer) in China and Amazon.
Nut grass is often used to cure various diseases and might have an effect that support
cancer recovery. The purpose of this research was to examine the activity of ethanolic
extract from nut grass tubber against HeLa cell line.
This research is an experimental research with one way pattern complete
random design. The cytotoxic activity was determined using the MTT (3-(4,5dimetil-tiazol-2-il)-2,5-dipheniltetrazolium bromide) method against HeLa cell line .
The results was analysed statistically and the values of LC50 was then calculated
using probit analysis.
The results of the cytotoxic test determined that nut grass tuber ethanolic
extract have cytotoxic activities against HeLa cell culture. The values of LC50 is 487
μg/ ml.
Key words: nutsedge tuber, HeLa cell line, extract ethanolic, cytotoxic activity, LC50
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................. v
PRAKATA ............................................................................................................... vi
INTISARI ................................................................................................................ ix
ABSTRACT ............................................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... xvi
ARTI SINGKATAN DAN ISTILAH ASING ........................................................ xvii
BAB I. PENGANTAR ............................................................................................. 1
A. Latar belakang ..................................................................................................... 1
1. Permasalahan ................................................................................................. 3
2. Keaslian penelitian ......................................................................................... 3
3. Manfaat penelitian ......................................................................................... 4
B. Tujuan penelitian ................................................................................................. 4
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ...................................................................... 5
A. Tumbuhan Cyperus rotundus Linn ...................................................................... 5
1. Keterangan Botani .......................................................................................... 5
2. Morfologi ........................................................................................................ 5
3. Umbi rumput teki ............................................................................................ 6
4. Kandungan kimia ............................................................................................ 7
5. Khasiat dan penggunaan ................................................................................ 7
B. Alkaloid.................................................................................................................8
C. Flavonoid...............................................................................................................9
D. Kanker .................................................................................................................. 10
1. Tinjauan umum ............................................................................................... 10
2. Sel HeLa dan kanker leher rahim ....................................................................14
3. Kultur Sel .........................................................................................................16
E. Uji Sitotoksisitas ................................................................................................. 17
F. Mekanisme Senyawa Antikanker ........................................................................ 20
G. Keterangan Empiris ............................................................................................. 20
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 21
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................................... 21
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...................................................... 21
C. Bahan atau Materi Penelitian .............................................................................. 21
D. Alat-alat Penelitian .............................................................................................. 22
E. Tata Cara Penelitian ............................................................................................ 23
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1. Determinasi tumbuhan ................................................................................. 23
2. Preparasi sampel ........................................................................................... 23
3. Preparasi sel HeLa ........................................................................................ 24
4. Uji sitotoksisitas menggunakan metode MTT.............................................. 25
F. Analisis Hasil ...................................................................................................... 26
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 27
A. Determinasi Tumbuhan........................................................................................ 27
B. Pengumpulan bahan ............................................................................................. 27
C. Sterilisasi alat dan bahan ..................................................................................... 28
D. Preparasi Sampel Ekstrak Etanol Umbi Teki ...................................................... 28
E. Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Umbi Teki........................................................ 29
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 38
A. Kesimpulan ...........................................................................................................38
B. Saran ..................................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 39
LAMPIRAN ............................................................................................................ 44
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................ 59
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I.
Hasil uji sitotoksisitas ekstrak etanol umbi teki terhadap sel HeLa. 32
Tabel II.
Data absorbansi kontrol…………………………………………..
53
Tabel III. Data absorbansi DMSO…………………………………………
53
Tabel IV. Data absorbansi sampel…………………………………………
53
Tabel V.
Perhitungan persen kematian pada DMSO……………………..
54
Tabel VI. Perhitungan persen kematian pada sampel……………………..
54
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.
Sel HeLa………………………………………………………
15
Gambar 2.
Sel HeLa dilihat menggunakan mikroskop fluoresensi ........ .
15
Gambar 3.
MTT direduksi oleh enzim reduktase mitokondria menjadi
formazan berwarna ungu……………………………………
30
Gambar Kristal Formazan……………………………………..
30
Gambar 5. Profil hasil uji persen kematian sel dengan metode MTT..........
33
Gambar 6.
34
Gambar 4.
Probit transformed responses setelah inkubasi 24 jam……......
Gambar 7. Gambar sel HeLa pada kontrol negatif dan perlakuan………… 35
Gambar 8. Gambar sel HeLa pada kontrol dan perlakuan kadar 200
μg/ml, 400 μg/ml, 800 μg/ml………………………………….
36
Gambar 9. Foto tumbuhan rumput teki (Cyperus rotundus L.)……………. 44
Gambar 10. Foto Seluruh Bagian Tumbuhan Teki.......................................... 45
Gambar 11. Foto umbi teki.............................................................................
45
Gambar 12. Foto ELISA reader SLT 340ATC……………………………… 47
Gambar 13. Foto mikroskop inverted Olympus…………………………….. 47
Gambar 14. Foto sentrifuge sigma…………………………………………… 47
Gambar 15. Foto Laminar Air Flow cabinet…………………………………. 48
Gambar 16. Foto inkubator termostat OSK…………………………………. 48
Gambar 17. Foto 96 well plate berisi hasil uji……………………………….. 49
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Foto tumbuhan teki dan umbi teki (Cyperus rotundus L.)……….. 44
Lampiran 2. Foto seluruh bagian tumbuhan teki dan umbi teki ………………. 45
Lampiran 3. Surat Pengesahan Determinasi........................................................ 46
Lampiran 4. Foto ELISA reader, mikroskop inverted Olympus, dan
sentrifuge sigma…………………………………………………
47
Lampiran 5. Foto Laminar Air Flow cabinet dan inkubator termostat OSK….. 48
Lampiran 6. Foto 96 well plate berisi hasil uji yang dibaca pada ELISA reader 49
Lampiran 7. Perhitungan untuk berbagai seri konsentrasi ekstrak etanol…….. 50
Lampiran 8. Data Absorbansi pada Pengujian Sitotoksisitas…………………. 53
Lampiran 9. Perhitungan Persen Kematian Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol
Umbi Teki (Cyperus rotundus L) terhadap Sel Hela……………. 54
Lampiran 10. Hasil uji paired sample t-test……………………………………. 55
Lampiran 11. Hasil analisis probit ekstrak etanol umbi teki (Cyperus rotundus L.)
terhadap kultur sel HeLa dengan metode MTT............................. 56
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ARTI SINGKATAN DAN ISTILAH ASING
continous cell lines : sel yang berasal dari sel primer yang ditumbuhkan terusmenerus
FBS
: Foetal Bovine Serum
MTT
: 3-(4,5-dimetil-tiazol-2-il)-2,5-dipheniltetrazolium bromid)
reagen stopper
: reagen yang terdiri dari larutan SDS 10% dalam HCl 0,01 N
RPMI
: Rosswell Park Memorial Institute
SDS
: Sodium Dodesil Sulfat
tissue culture flask : tempat untuk menumbuhkan sel, berbentuk botol dengan leher
bengkok
96 well plate
: sumuran mikro yang terdiri dari 96 lubang tempat menanam
sel pada uji sitotoksisitas
DMSO
: Dimetilsulfoksida
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Kanker merupakan penyakit dengan angka prevalensi yang sangat tinggi.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, WHO, setiap tahun jumlah penderita
kanker di dunia bertambah 6,25 juta orang. Dalam 10 tahun mendatang
diperkirakan 9 juta orang akan meninggal setiap tahun akibat kanker. Di Indonesia
kanker menempati urutan keenam sebagai penyebab kematian. Kanker
berkembang secara gradual dalam beberapa saat sebagai kombinasi berbagai
pengaruh yaitu lingkungan, makanan, dan gaya hidup (Dipiro, 2003). Berbagai
metode pengobatan kanker telah
dikembangkan, mulai dari khemoterapi,
radioterapi, pengobatan dengan hormon sampai operasi. Namun mahalnya biaya
pengobatan dan tingginya resiko negatif yang mungkin ditimbulkan membuat
banyak kalangan masyarakat mulai beralih pada pengobatan tradisional
menggunakan berbagai macam tumbuhan obat alami.
Rumput teki secara tradisional telah dikenal oleh masyarakat sebagai
tumbuhan obat alami untuk mengobati berbagai penyakit. Biasanya bagian yang
di pakai sebagai obat adalah umbinya (rimpang). Kegunaannya antara lain sebagai
obat kuat, obat sakit perut, obat untuk memperlancar kencing, obat cacingan, obat
peluruh serta pengatur haid, sebagai air pencuci anti keringat, dalam bentuk air
rebusan sebagai obat untuk penyakit mulut (obat kumuran), obat sakit gigi (akar
tongkat dimamah atau sebagai bubuk), dan untuk obat borok. Di daerah Jawa,
Akar Teki digunakan sebagai obat kecut (anti kejang) terhadap sakit mencret.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Minyak terbang yang terdapat pada tumbuhan ini dapat menghindarkan
pertumbuhan Staphyllococcus aureus, tetapi beberapa organisme Iainnya tidak
dapat dicegah pertumbuhannya dengan obat ini. Di Cina dan Amazon, rumput teki
mulai diterapkan dalam pengobatan kanker rahim (cervix cancer) (Anonim, 2006
a; b); tumor payudara (Anonim, 2006c).
Umbi teki mengandung alkaloid, flavonoid/ polifenol, glikosida jantung
dan minyak atsiri/ senyawa terpen. Menurut banyak penelitian alkaloid, flavonoid,
minyak atsiri dan senyawa-senyawa terpen mempunyai potensi antikanker. Salah
satu contoh Vinca rosea (Apocynaceae) yang menunjukkan bahwa tumbuhan itu
mengandung alkaloid (vincristine, vinblastine, leurosidine, vinca dioline,
leurosine dan catharantine) yang mempunyai aktivitas sebagai antikanker.
Mekanisme kerja flavonoid dalam mencegah bahkan mengobati kanker yang telah
terungkap adalah inaktivasi karsinogen, antiproliferasi, penghambatan siklus sel,
induksi apoptosis dan diferensiasi, inhibisi angiogenesis, dan pembalikan
resistensi multiobat atau kombinasi dari mekanisme-mekanisme tersebut
(Anonim, 2006d).
Uji dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek sitotoksik dari
ekstrak etanol umbi teki yang diperoleh secara maserasi tanpa pemisahan/ isolasi
dari zat aktif. Pada penelitian ini uji kandungan kimia tidak dilakukan, dari skripsi
profil kromatografi umbi Cyperus rotundus, L. serta khasiat anti radang dari
ekstrak etanolnya (Raharja, 1994) diketahui ekstrak etanol 70% secara maserasi
umbi teki positif mengandung alkaloid, minyak atsiri, senyawa terpen dan
flavonoid; skripsi efek antihelmintik dari umbi Cyperus rotundus L. serta profil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kromatografinya umbi teki mengandung fenilpropan, terpen, sineol, stronela, sitral
(Rahayu, 1989).
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini di samping berguna untuk
menambah perbendaharaan ilmiah tentang rumput teki, terutama kegunaan dan
khasiatnya yang secara empiris telah terbukti sebagai bahan alam asli untuk
mengobati berbagai penyakit, juga untuk melengkapi sejumlah informasi
sitotoksik dari umbi teki terhadap sel kanker. Dengan demikian akan diperoleh
gambaran yang lebih jelas mengenai potensi Cyperus Rotundus L. ke depan,
untuk dikembangkan sebagai obat alternatif antikanker yang baik.
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
a. Apakah ekstrak etanol dari umbi teki memiliki sifat sitotoksik terhadap sel
HeLa?
b. Seberapa besar nilai LC50 dari ekstrak etanol umbi teki ini terhadap sel HeLa?
2. Keaslian penelitian
Sejauh yang diketahui penulis, belum pernah dilakukan penelitian
mengenai uji sitotoksisitas ekstrak etanol umbi teki terhadap sel HeLa. Penelitian
pada umbi teki yang pernah dilakukan sebelumnya adalah efek antihelmintik dari
umbi Cyperus rotundus L. serta profil kromatografinya (Rahayu, 1989), isolasi
dan identifikasi flavonoid dari umbi Cyperus rotundus L. (Rahardjo, 1990),
identifikasi mikroskopis umbi Cyperus rotundus L. serta daya anti inflamasi
ekstrak etanolnya (Hartini, 1993), dan daya melarutkan minyak atsiri dan infus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
umbi teki (Cyperus rotundus L.) terhadap batu ginjal kalsium secara in vitro
(Suhartiningsih, 1996).
3. Manfaat penelitian
Penelitian mengenai sitotoksisitas ekstrak etanol umbi rumput teki ini
diharapkan memiliki beberapa manfaat antara lain:
a. manfaat teoritis ialah untuk melengkapi dan memperkaya teori yang telah ada
mengenai kegunaan umbi teki.
b. manfaat praktis yang dapat diperoleh ialah dapat digunakan sebagai obat
alternatif antikanker.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan umum :
untuk mengetahui apakah ekstrak etanol dari umbi teki (Cyperus rotundus
L.) memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai senyawa antikanker.
Tujuan khusus :
1. untuk membuktikan efek sitotoksik ekstrak etanol umbi teki terhadap sel HeLa
2. untuk mengetahui seberapa besar nilai LC50 ekstrak etanol umbi teki terhadap
sel HeLa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tumbuhan Cyperus rotundus Linn.
1. Keterangan Botani
a. Sistematika tumbuhan
Tumbuhan rumput teki termasuk dalam famili Cyperaceae, Genus Cyperus,
dan spesies Cyperus rotundus L. (Anonim, 2000).
b. Sinonim
Sinonim rumput teki (Cyperus rotundus, L.) adalah C. curvatus Lianos, C.
hexastochius Rottb., C. leptostachyus Griff., C. madicans Fl. Graec., C.
odoratus Osbeck (Anonim, 2006e).
c. Nama daerah
Jawa: Teki, tekan (Jawa), motta (Madura). Sulawesi: Rukut teki wuta
(Minahasa). Bulih manggasa buai (Buol), Nusa Tenggara: Kareha wai
(Sumba). Maluku: Rukut teki wuta (Alfuru) (Anonim, 1980).
d. Nama Lain
Latin : Cyperus tuberosus. English : Nut grass/ Field sedge. Cina : Xiang fu
(Anonim, 2006e)
2. Morfologi
Akar teki atau Rumput palsu (batang segitiga) hidup sepanjang tahun
dengan ketinggian mencapai 10 sampai 75 cm. Biasanya tumbuhan liar ini
tumbuh di kebun, di ladang dan di tempat lain sampai pada ketinggian 1000 m
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
dari permukaan laut. Tanaman ini mudah dikenali karena bunga-bunganya
berwarna hijau kecoklatan, terletak di ujung tangkai dengan tiga tunas helm
benang sari berwarna kuning jernih, membentuk bunga-bunga berbulir,
mengelompok menjadi satu berupa payung. Ciri khasnya terletak pada buahbuahnya yang berbentuk kerucut besar pada pangkalnya, kadang-kadang melekuk
berwarna coklat, dengan panjang 1,5 - 4,5 cm dengan diameter 5 - 10 mm.
Daunnya berbentuk pita, berwarna mengkilat dan terdiri dari 4-10 helai, terdapat
pada pangkal batang membentuk rozel akar, dengan pelepah daun tertutup tanah.
Pada rimpangnya yang sudah tua terdapat banyak tunas yang menjadi umbi
berwarna coklat atau hitam. Rasanya sepat kepahit-pahitan dan baunya wangi.
Umbi-umbi ini biasanya mengumpul berupa rumpun (Anonim, 2006e).
3. Umbi rumput teki
Berbau khas aromatik, rasa agak pedas dan pahit, menimbulkan rasa tebal
di lidah. Umbi rumput teki utuh berbentuk jorong atau bulat panjang sampai bulat
telur memanjang, bagian pangkal dan ujung umumnya meruncing sangat keras,
sukar dipatahkan; panjang 1 - 5,5 cm, garis tengah 7 mm-1,5 cm; warna coklat
muda sampai coklat kehitaman, kadang-kadang berbintik-bintik putih, permukaan
beruas-ruas, jarak antara tiap ruas sampai lebih kurang 4 mm. Pada permukaan
rimpang terdapat tunas-tunas, pangkal akar, sisa pelepah daun yang telah koyak,
sisa pelepah daun berupa lembaran-lembaran tipis berbentuk tidak beraturan
berwarna coklat muda, coklat sampai kehitaman, terdapat terutama di bagian
pertengahan sampai bagian ujung umbi. Bagian patahan tidak rata, warna putih
kotor. Batas antara korteks dan silinder pusat jelas (Anonim, 1980).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
4. Kandungan kimia
Akar teki mengandung alkaloid, glikosida jantung, flavonoid dan minyak
menguap sebanyak 0,3-1% yang isinya bervariasi, tergantung daerah asal
tumbuhnya. Akar yang berasal dari Jepang berisi cyperol, cyperene I & II, alfacyperone, cyperotundone dan cyperolone, sedangkan yang berasal dari China
berisi patchoulenone dan cyperene (Anonim, 2006e). Rumput teki mengandung
minyak atsiri, alkaloida, glikosida, flavonoid, gula, zat pati, resin (Anonim, 1985;
Wahyono,1988); alkaloid, flavonoid, saponin, minyak lemak (gliserida) (Anonim
2006c).
5. Khasiat dan penggunaan
Biasanya bagian yang di pakai sebagai obat adalah umbinya (rimpang).
Kegunaannya antara lain sebagai obat kuat, obat sakit perut, obat untuk
memperlancar kencing, obat cacingan, obat peluruh serta pengatur haid, sebagai
air pencuci anti keringat, dalam bentuk air rebusan sebagai obat untuk penyakit
mulut (obat kumuran), obat sakit gigi (akar tongkat dimamah atau sebagai bubuk),
dan untuk obat borok (Anonim, 2006e).
Khasiat rumput teki, yakni untuk diuretik, stomakik (Anonim, 1980),
analgesik, anti inflamasi, sedatif, diaforetik, karminatif. Kegunaannya untuk
busung air, haid tidak teratur, mencret, nyeri haid, pencernaan tidak baik, rematik,
sakit perut (Soedibyo, 1998). Umbi rumput teki dapat digunakan sebagai
stimulan, diuretik, anthelmintik emenagoga, adstringen dan obat sakit gigi
(Dharma, 1987). Dapat memberikan efek estrogenik, efek pada uterus, efek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
antiinflamasi, efek pada sistem kardiovaskuler, efek anti bakteri, antipiretika dan
analgetika (Hsou-mou Chang,1987).
B. Alkaloid
Istilah alkaloid pada umumnya mencakup senyawa bersifat basa yang
mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan, sebagai
bagian dari sistem siklik. Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan banyak
yang mempunyai kegiatan fisiologi yang menonjol; jadi digunakan secara luas
dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya tanwarna, sering kali bersifat optis
aktif, kebanyakan berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan.
(misalnya nikotina) pada suhu kamar. Uji sederhana untuk alkaloid dalam daun
atau buah segar adalah rasa pahitnya di lidah, misalnya alkaloid kuinina adalah zat
yang dikenal paling pahit dan pada konsentrasi molar 1x103 memberikan rasa
pahit yang berarti (Harborne, 1987).
Prazat alkaloid yang paling umum adalah asam amino, meski pun,
sebenarnya, biosintesis kebanyakan alkaloid lebih rumit. Secara kimia, alkaloid
merupakan suatu golongan heterogen. Amina tumbuhan (misalnya meskalina) dan
basa purina dan pirimidina (misalnya kafein) kadang-kadang digolongkan sebagai
alkaloid dalam arti umum. Banyak alkaloid bersifat terpenoid dan beberapa
(misalnya solanina, alkaloid-steroid kentang, Solanum tuberosum) sebaiknya
ditinjau dari segi biosintesis sebagai terpenoid termodifikasi. Yang lainnya
terutama berupa senyawa aromatik (misalnya kolkhisina, alkaloid tropolon umbi
‘crocus musim gugur’) yang mengandung gugus basa sebagai gugus rantai
samping (Harborne, 1987).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Alkaloid sebagai golongan dibedakan dari sebagian besar komponen
tumbuhan lain berdasarkan sifat basanya (kation). Senyawa ini biasanya terdapat
dalam tumbuhan sebagai garam berbagai asam organik (Robinson,1995), sehingga
kemungkinan akan dapat ikut terekstraksi dalam pelarut yang bersifat polar.
C. Flavonoid
Flavonoid adalah senyawa fenol alam yang terdapat dalam hampir semua
tumbuhan dari bangsa algae hingga gimnospermae. Di dalam tumbuhan flavonoid
biasanya berikatan dengan gula sebagai glikosida. Molekul yang berikatan dengan
gula tadi disebut aglikon. Di alam dikenal hampir lebih dari 500 aglikon dan
kurang dari 200 flavonoid (Harborne, 1987).
Senyawa-senyawa flavonoid adalah senyawa-senyawa polifenol yang
mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin benzena yang dihubungkan
menjadi satu oleh rantai linier yang terdiri dari 3 atom karbon. Golongan
flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-C6. Artinya
kerangka karbonnya terdiri atas 2 gugus C6 (cincin benzena tersubstitusi)
disambungkan oleh rantai alifatik 3 karbon.
Pada tumbuhan tinggi, flavonoid terdapat baik dalam bagian vegetatif
maupun dalam bunga. Sebagai pigmen bunga flavonoid berperan jelas dalam
menarik burung dan serangga penyerbuk bunga. Fungsi lain flavonoid adalah
untuk pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis, kerja anti mikroba, antivirus,
dan kerja terhadap serangga (Robinson, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Beberapa flavonoid seperti jenis fitoaleksin, merupakan komponen
abnormal yang hanya dibentuk sebagai tanggapan terhadap infeksi, luka, dan
kemudian menghambat fungus. Efek flavonoid terhadap macam-macam
organisme sangat banyak macamnya dan dapat menjelaskan mengapa tumbuhan
yang mengandung flavonoid dipakai dalam pengobatan tradisional (Robinson,
1995).
Flavonoid terdapat pada hampir semua bagian tumbuhan, seperti : daun,
bunga, buah, tepung sari, akar, dan batang. Secara khusus, flavonoid terdapat
terutama dalam bagian yang diatas tanah dan masih muda, misalnya daun, pucukpucuk yang berbunga, dimana terlokalisasi dalam jaringan epidermis dan sel
palisade. Di tingkat seluler umumnya terlarut berbentuk glikosida dalam cairan
vakuola, tetapi juga ditemukan dalam kloroplas dan dinding sel (Geissman, 1962).
Senyawa flavonoid dalam tumbuhan biasanya berbentuk glikosida.
Glikosida flavonoid merupakan senyawa polar, maka umumnya cukup larut dalam
pelarut yang polar seperti : etanol, metanol, butanol, aseton, dimetilsulfoksida,
dimetilformamida, dan air. Gula yang terikat pada flavonoid cenderung
menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air, dengan demikian campuran
pelarut tersebut dengan air merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikosida
(Markham, 1988).
D. Kanker
1.
Tinjauan umum
Pertumbuhan suatu jaringan disebabkan karena adanya kumpulan sel yang
aktif
berproliferasi (hiperplasia). Aktivitas proliferasi yang tidak terkontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
(neoplasia) akan membentuk jaringan abnormal yang disebut neoplasma. Pada
tahap awal, neoplasma berkembang menjadi karsinoma in situ dimana sel-sel pada
jaringan tersebut masih terlokalisasi dan mungkin memiliki kesamaan fungsional
dengan sel normal (King, 2000). Kondisi tersebut dinamakan juga tumor atau
benigna. Sedangkan tumor yang telah mengalami perubahan interaksi terhadap sel
tetangganya (bersifat invasif) dan atau menginduksi terjadinya angiogenesis
disebut malignan (tumor ganas). Malignan sering dikatakan sebagai kanker
(Lodish et al., 2000).
Kanker atau neoplasma adalah suatu penyakit sel dengan ciri gangguan
atau kegagalan mekanisme multiplikasi dan fungsi homeostasis lainnya pada
organisme multiseluler sehingga terjadi pertumbuhan jaringan yang tak terkontrol.
Pada sel normal terjadi keseimbangan pembentukan sel baru dan hilangnya sel-sel
lama. Sedangkan pada sel kanker pertumbuhannya sedikit banyak bersifat otonom
dan biasanya mempunyai keseimbangan positif yaitu jumlah sel yang dibuat lebih
besar daripada jumlah sel yang hilang (Bosman, 1996; Lodish et al., 2000).
Proses terjadinya kanker atau karsinogenesis ini menurut van Cauteren
terbagi menjadi beberapa tahap yaitu :
a. Tahap inisiasi
Tahap ini terjadi pada tahap DNA, dimana suatu zat yang bersifat
genotoksik yang biasa disebut sebagai inisiator, dan akan mengubah informasi
genetik di dalam sel. Hal ini akan menyebabkan sel tersebut berkembang
diluar kontrol diluar sistem tubuh yang normal, yang akan mempengaruhi sel
yang lain (van Cauteren et al., 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
b. Tahap promosi
Tahap ini meliputi ekspresi mutasi yang bisa menyebabkan perubahan
dari fungsi seluler, ekspresi gen, fungsi reseptor, dan pertumbuhan neoplasma
(van Cauteren et al., 1996).
c. Tahap progresif
Dalam prosesnya secara klinis, neoplasma akan berkembang menjadi
ganas. Dan selama proses transisi dari perkembangan sel tumor ini
berlangsung jika sistem imun tidak mampu mengontrol perkembangan sel
tumor maka akan terjadi pembelahan sel tumor secara terus-menerus dan akan
menyebabkan defisiensi imun (van Cauteren et al., 1996).
d.
Tahap metastasis
Pada tahap metastasis, sel kanker membentuk anak sebar. Sel kanker
bermetastase, mengikuti aliran darah kemudian membentuk jaringan kanker
sekunder ke tempat lain (van Cauteren et al., 1996).
Terdapat beberapa istilah yang berkaitan dengan jaringan yang terkena
kanker. Karsinoma merupakan kanker yang muncul pada jaringan epitel, sarkoma
adalah kanker yang menyerang jaringan mesenkim, kanker pada sel darah putih
dinamakan leukimia dan kanker pada sistem syaraf disebut blastoma (King,
2000).
Sel kanker memiliki karakteristik sebagai berikut :
a) Sel kanker mampu mencukupi kebutuhan sinyal pertumbuhannya sendiri/
mensuplai kebutuhan akan faktor pertumbuhan untuk menginduksi proliferasi
sel (Hanahan dan Weinberg cit Septisetyani, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
b) Tidak sensitif terhadap sinyal antipertumbuhan. Sel kanker memiliki
kemampuan inaktivasi ekspresi integrin dan reseptor sel yang lain yang
mampu
merespon
adanya
sinyal
antipertumbuhan
sehingga
sinyal
antipertumbuhan tidak direspon oleh sel kanker (Hanahan dan Weinberg cit
Septisetyani, 2005).
c) Sel kanker mampu menghindar dari mekanisme apoptosis. Apoptosis
merupakan program bunuh diri sel ketika sel tersebut mengalami kerusakan,
baik struktural maupun fungsional, yang tidak dapat ditolerir lagi. Namun sel
kanker dapat menghindar dari kematian dengan mengeblok jalur terjadinya
apoptosis di dalam sel. (Hanahan dan Weinberg cit Septisetyani, 2005).
d) Sel kanker memiliki potensi tak terbatas untuk mengadakan replikasi. Potensi
tak terbatas ini terjadi karena enzim telomerase yang aktif. Sel kanker
mengekspresikan enzim telomerase yang digunakan untuk perpanjangan
telomer sehingga meskipun setelah replikasi DNA terjadi pemendekan
telomer, telomer dapat diperpanjang lagi. Dengan kata lain, enzim ini akan
mencegah terjadinya erosi telomer sehingga memberikan peluang kepada sel
untuk tetap berproliferasi (Hanahan dan Weinberg cit Septisetyani, 2005).
e) Sel
kanker
mampu
menginduksi
angiogenesis
untuk
mencukupi
kebutuhannya akan oksigen dan nutrisi. Suplai faktor pertumbuhan seperti
bFGF (basic Fibroblast Growth Factor), VEGF (Vascular Endothelial
Growth Factor) maupun TGF-α (Trasforming Growth Factor-α) dapat
menginduksi terjadinya angiogenesis. Akan terbentuk cabang baru pada
pembuluh darah yang menuju sel kanker yang kemudian akan mensuplai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kebutuhan nutrisi dan oksigen dari sel kanker (Hanahan dan Weinberg cit
Septisetyani, 2005).
Di samping itu, sel kanker dapat mensekresikan aktivator plasminogen
yang akan mengaktifkan plasminogen menjadi plasmin. Plasminogen tersedia
dalam jumlah besar pada serum normal. Plasmin yang terbentuk akan
mengaktivasi enzim proteolitik yang akan membantu sel kanker menembus basal
lamina, membran yang membatasi pertumbuhan sel kanker sehingga akan
memfasilitasi sel kanker untuk menginvasi jaringan lain. Jika sel kanker mampu
menembus pembuluh darah dan masuk ke dalam sistem peredaran darah, akan
muncul kanker sekunder di jaringan lain yang jauh dari tempat asalnya (Lodish et
al., 2000).
Peristiwa yang mengiringi perubahan baik struktural maupun fungsional
pada sel kanker tersebut difasilitasi dengan terjadinya ketidakstabilan kromosom.
Instabilitas dari kromosom menyebabkan terjadinya mutasi beruntun pada sel
kanker yang pada akhirnya akan menghasilkan sel kanker yang lebih ganas (King,
2000).
2.
Sel HeLa dan kanker leher rahim
Tahun itu 1951. Henrietta Lacks, wanita 31 tahun dari Baltimore, USA
sakit. Dia mendatangi dokter, yang mengkhawatirkan hal terburuk dan
memindahkan koloni sel dari cerviknya. Dokter mengirimkan koloni sel itu ke
laboratorium untuk melihat apakah dia menderita kanker. Henrietta Lacks
meninggal karena kanker tersebut 9 bulan kemudian, 4 Oktober 1951. Sel HeLa
sendiri masih tetap hidup hidup di laboratorium-laboratorium di seluruh dunia 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
tahun sejak kematiannya. Koloni sel HeLa ditunjukkan pada gambar 1 di bawah
(Anonim, 2006f). HeLa cell line merupakan continuous cell line pertama yang
tumbuh sebagai sel yang semi melekat (Lodish et al., 2000).
Gambar 1. Sel HeLa
Kanker leher rahim tergolong karsinoma, yaitu kanker yang terjadi pada
sel skuamos pada jaringan epitelial leher rahim wanita (King, 2000). Kanker leher
rahim pada sel HeLa disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV) 18.
Gambar 2. Sel HeLa dilihat menggunakan mikroskop fluoresensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Faktor seluler dalam HPV yang bertanggungjawab atas munculnya kanker leher
rahim adalah viral E6 dan E7. DNA E6 dan E7 dari virus ini mampu
menyebabkan kekacauan pada siklus dan proliferasi sel akibat tidak aktifnya gen
penekan tumor p53 dan pRb pada sel normal. DNA E6 akan mengikat kuat p53
sedang DNA E7 akan mengikat pRb (King, 2000).
3.
Kultur sel
Pemilihan tipe sel tergantung dari tujuan penelitian yang akan dilakukan.
Pemilihan tipe sel ini dipengaruhi oleh syarat-syarat keberadaan sel pada mulanya,
dari jaringan manusia, atau dari spesies khusus yang lain, atau dari jaringan tumor,
atau dari jaringan bukan tumor. Kultur sel seperti CHO (Chinese Hamster Ovary
Cell),V79, HeLa, BHK (Baby Hamster Kidney Cell), dan L929 (fibroblas jaringan
penghubung normal) lebih sering digunakan dalam uji sitotoksisitas (Snell and
Mullock,1987).
Ketika sel diambil dari jaringan atau organisme dan kemudian ditempatkan
dalam kultur, media yang digunakan harus memberikan kondisi yang membuat sel
dapat hidup, berproliferase dan berdeferensiasi seperti pada keadaan in vivo.
Jaringan normal biasanya memiliki keterbatasan waktu untuk digunakan sebagai
kultur sel, sedangkan kultur sel yang diambil dari tumor dapat digunakan sebagai
sel turunan (cell line) secara terus-menerus (Freshney, 1986).
Medium penumbuh adalah medium biak sel yang sangat diperkaya akan
nutrien. Medium penumbuh terutama dipakai untuk menumbuhkan sel yaitu untuk
sel yang bergerak cepat dalam menyelesaikan siklus sel dan berakhir dengan
penambahan jumlah sel (Sardjono, 1988).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Medium yang digunakan untuk menumbuhkan sel HeLa adalah medium
RPMI 1640-serum. Medium RPMI-1640 mengandung nutrisi yang dibutuhkan sel
seperti asam amino, vitamin, garam-garam anorganik, dan glukosa. Serum
mengandung hormon yang memacu pertumbuhan sel. Albumin akan merupakan
protein transpor, lipid yang diperlukan sel untuk pertumbuhannya, dan mineral
yang merupakan kofaktor enzim. Seluruh komponen dalam medium RPMI 1640serum berguna untuk memberikan nutrisi yang cukup pada sel supaya sel dapat
bertahan hidup dan dapat memperbanyak diri (Freshney, 1986).
E. Uji Sitotoksisitas
Sitotoksisitas ialah sifat toksis/beracun suatu senyawa terhadap sel hidup.
Uji sitotoksisitas ialah suatu uji yang secara in vitro menggunakan kultur sel
dalam mengevaluasi keamanan obat, makanan, kosmetik maupun bahan-bahan
kimia lainnya. Uji ini selain menggunakan kultur sel juga menggunakan primer
kultur dan juga studi farmakokinetika in vitro untuk mengembangkan obat-obat
terapetik dan mengamati toksisitas baik akut maupun kronik (Freshney, 1986).
Uji sitotoksisitas ini merupakan suatu uji yang cepat, terstandarisasi,
sensitif dan tidak terlalu mahal, dengan kepentingan untuk menentukan apakah
suatu material mengandung bahan yang berbahaya (toksis) secara biologik dalam
jumlah yang signifikan. Sensitifitas yang tinggi dari uji ini karena adanya sel uji
yang terisolasi dalam kultur dan tidak adanya mekanisme protektif tubuh yang
mempengaruhi sel uji (Wallin, 1998).
Penggunaan biakan sel mamalia sebagai alternatif dalam pengujian
toksikologi semakin bertambah dibandingkan penggunaan hewan. Beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
alasan digunakan biakan sel mamalia adalah karena meningkatnya tekanan dari
publik untuk mengurangi jumlah hewan yang digunakan dalam penelitian,
tingginya biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan uji menggunakan hewan
percobaan yang berarti dapat dikurangi dengan pengujian tidak menggunakan
hewan. Dengan menggunakan kultur sel, mekanisme toksisitas biokimia bisa
dikerjakan dengan lebih efektif karena kondisi sel lebih mudah dikontrol maupun
dimodifikasi (Snell and Mullock, 1987). Selain itu, dari segi moral perlu
dipertimbangkan penggunaan hewan untuk percobaan (Freshney, 1986).
Uji sitotoksisitas merupakan perkembangan untuk mengidentifikasi obat
sitotoksik baru atau deteksi obat dengan aktivitas antitumor. Sistem penetapan
aktivitas biologis akan menghasilkan kurva dosis - respon dan kriteria respon
seharusnya berhubungan dengan in vivo dari obat sitotoksik. Sitotoksisitas suatu
senyawa merupakan syarat aktivitas antikanker (Bosman, 1999). Suatu ekstrak
tumbuhan atau senyawa hasil isolasi dikatakan berefek sitotoksik jika memiliki
nilai LC50 kurang dari 1000 μg/ml (Meyer et al, 1982). Suatu senyawa dinyatakan
memiliki potensi sebagai antikanker jika memiliki nilai LC50 lebih kecil dari 20
µg/ml (Suffness and Pezzuto, 1991).
Uji
MTT
(3-(4,5-dimetil-tiazol-2-il)-2,5-dipheniltetrazolium
bromid)
didasarkan pada aktivitas mitokondria, yang diinterpretasikan sebagai tolok ukur
kelangsungan hidup sel. Pada uji MTT, garam tetrazolium, 3-(4,5-dimetil-tiazol2-il)2,5-dipheniltetrazolium bromid secara aktif diabsorpsi ke dalam sel hidup dan
direduksi dalam mitokondrial membentuk suatu produk formazan berwarna ungu.
Produk tersebut terakumulasi di dalam sel karena tidak bisa keluar menembus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
membran sel. Saat penambahan DMSO, isopropanil, atau solven lain yang cocok,
produk yang terbentuk tadi akan larut dan dibebaskan sehingga siap diukur
dengan metode kolorimetri (Barille, 1997; Mosmann,1983; Castell et al., 1998).
Pengujian proliferasi sel dengan MTT menurut ATTC menawarkan
metode yang sesuai, kuantitatif, untuk mengevaluasi respon populasi sel untuk
faktor-faktor eksternal, apakah pertumbuhan sel bertambah, tidak berefek, atau
pertumbuhan menurun karena nekrosis atau apoptosis (Anonim, 2006 g; h).
Keistimewaan metode MTT
• Kemajuan teknologi. Kegunaan metode MTT telah didokumentasikan
dalam pustaka untuk berbagai macam penggunaan/ aplikasi.
• Pengukuran akurat. Prosedur spektrofotometer dapat mendeteksi
perubahan yang kecil dalam metabolisme sel, membuatnya lebih sensitif
daripada pewarnaan dengan trypan blue.
• Reagen yang aman. Tidak perlu menyimpan atau memanipulasi substansi
radioaktif.
• Mudah digunakan. Prosedurnya relatif mudah dan penggunaan peralatan
biasa didapatkan/ tersedia di banyak laboratorium.
• Proses cepat. Assays dilakukan pada 96-well plate dan dibaca dengan
pembaca plate mikrotiter mengijinkan terbacanya hasil high-throughput
dari perlakuan pada sample.
• Kaidah penyimpanan. KIT stabil untuk 18 bulan bila disimpan dalam
pendinginan dalam gelap (Anonim, 2006h).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Metode ini cepat, sensitif akurat dan sejumlah besar sampel dapat diuji
secara otomatis dengan menggunakan ELISA reader. MTT dapat digunakan
untuk estimasi sel hidup, baik yang membelah maupun tidak, aktivitas metabolik,
maupun penghambatan yang terjadi di dalam sel (Doyle dan Griffiths, 2000).
F. Mekanisme Senyawa Antikanker
Pada umumnya antikanker menekan pertumbuhan atau proliferasi sel dan
menimbulkan toksisitas yang mungkin sampai menimbulkan kematian secara
langsung dan tidak langsung. Antikanker juga bekerja terhadap sel yang sedang
aktif, maka efek sampingnya terutama mengenai jaringan dengan proliferasi
tinggi seperti sistem hemopoetik dan gastrointestinal (Nafrialdi,1995).
Senyawa yang digunakan sebagai bahan obat kanker memiliki salah satu
kemampuan
untuk
menghambat
terjadinya
kanker
dengan
mekanisme
menghambat sintesis asam nukleat atau dengan menghambat proses pembelahan
sel pada saat mitosis dengan cara mengikat protein tubulin dalam spindle mitosis
dan menghalangi polymerase ke dalam mikrotubulus. Mekanisme lain yaitu
menghambat sintesis DNA dan replikasinya melalui enzim topoisomerase
(Dewick, 1986).
G. Keterangan Empiris
Keterangan empiris yang diharapkan dari penelitian ini adalah efek
sitotoksik ekstrak etanol umbi teki (Cyperus rotundus L.) terhadap sel HeLa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian uji sitotoksisitas ekstrak etanol umbi teki terhadap sel HeLa ini
termasuk penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola
satu arah.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel
a. Variabel bebas adalah konsentrasi ekstrak etanol umbi Cyperus rotundus L.
b. Variabel tergantung adalah persen kematian sel HeLa.
c. Variabel pengacau terkendali adalah suhu, media, kualitas pereaksi, dan umur
sel HeLa.
d. Variabel pengacau tak terkendali adalah kematian alami sel HeLa.
2. Definisi Operasional
Uji sitotoksisitas adalah uji toksisitas secara in vitro menggunakan kultur sel
HeLa
Ekstrak etanol umbi teki adalah hasil maserasi dari umbi teki.
LC50 adalah konsentrasi ekstrak etanol yang dibutuhkan untuk membunuh
sebanyak 50% sel HeLa uji.
C. Bahan atau Materi Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Umbi teki (Cyperus rotundus L.)
21
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2. Kultur sel HeLa yang diambil dari stok di Laboratorium Hayati Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
3. Bahan kimia yang digunakan untuk ekstraksi adalah etanol teknik 70%
Pereaksi-pereaksi untuk uji sitotoksisitas :
a. Media penumbuh sel : RPMI 1640 (Gibco), Fetal Bovine Serum (FBS) 10%
(Gibco), Penisilin-Streptomisin 1% (Gibco), Fungison 0,5% (Gibco), natrium
bikarbonat (Sigma, hepes)
b. Media pencuci sel : RPMI (Rosewell Park Memorial Institute) 1640 (Gibco)
c. Larutan dimetilsulfoksida (DMSO)
d. Larutan 5 mg/ml MTT [3-(4,5-dimetiltiazol-2-il),-2,5-difenil tetrazolium
bromida] dalam RPMI (sigma)
e. Larutan sodium duodecyl sulphate (SDS) 10% dalam asam klorida 0,01 N
(Merck) sebagai reagen stopper
f. Bahan untuk isolasi sel HeLa : trypsin (Sigma)
g. Aquabidestilata
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini bila tidak disebutkan
lain berarti berderajat pro analisa.
D. Alat-alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : alat-alat
gelas lazim, autoklaf, inkubator termostat OSK, sentrifuge sigma, lampu UV,
timbangan analitik Libra-Shimadzu EB 330 H, mesin vorteks Genie2, Plate 96
steril, Tissue culture flask (Nunclon), Laminar Air Flow cabinet, mikropipet
(Gilson), tabung conical, membran filter steril 0,22 μm Millex-65, syringe filter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
polietersulfon steril 0,2 μm Nalgene, Nebauer Haemocytometer, mikroskop
inverted Olympus, ELISA reader SLT, magnetic stirer, dan kamera digital.
E. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi tumbuhan
Bahan utama yang akan digunakan dalam penelitian adalah umbi rumput
teki (Cyperus Rotundus L.). Tumbuhan teki (Cyperus Rotundus L.) telah
dideterminasi terlebih dahulu di laboratorium Farmakognosi Fitokimia Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, menggunakan acuan baku Flora
of Java (Backer dan Bakuizen van den Brink, 1965).
2. Preparasi sampel
Umbi Teki dikumpulkan dari daerah Sumberarum, Moyudan, Sleman (tepi
sungai Progo) pada bulan Juni 2006. Umbi teki dibersihkan (dicuci dengan air
mengalir), kemudian dikeringkan dengan sinar matahari (tutup kain hitam) atau di
oven dengan suhu max 70°C. Simplisia kering kemudian diserbuk dengan lebar
nominal lubang penggilingan 0,75 mm (ayakan 18 mesh), serbuk disimpan dalam
botol coklat.
Ekstrak etanol umbi teki diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan
pelarut etanol 70% dengan cara maserasi. Untuk setiap 50 g serbuk digunakan 450
ml etanol 70%. Ekstraksi dilakukan dalam bejana maserasi selama 2 hari
terlindung dari cahaya sambil sering diaduk. Setelah itu dienaptuangkan dan
disaring, ampas diperas. Ekstrak tersebut selanjutnya diuapkan sampai diperoleh
ekstrak pekat dan disimpan dalam refrigerator sebelum digunakan. Ekstrak siap
diujikan pada sel HeLa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Pembuatan larutan uji
Ekstrak etanol yang sudah difreezed dry diambil 150 mg dilarutkan
dengan DMSO 500 μl sehingga didapat larutan stok 300 mg/ml. Disini perlu ada
penambahan DMSO karena ekstrak tidak larut dalam air. Fungsi DMSO untuk
meningkatkan kelarutan. Larutan uji disaring dengan filter 0,2 μm dan
dimasukkan dalam conical steril, ditutup dengan alumunium foil dan disimpan
dalam lemari es. Selanjutnya dibuat seri kadar ekstrak 100, 200, 400, 600, 800,
1000, 2000 μg/ml dari larutan stok dalam media RPMI. Pembuatan larutan uji
dilakukan dalam Laminair Air Flow Cabinet secara aseptis.
3. Preparasi sel HeLa
a. Propagasi sel HeLa
Sel diambil dari tangki nitrogen cair, kemudian segera dicairkan dalam
penangas air 370C, kemudian ampul disemprotkan dengan etanol 70%. Ampul
dibuka dan sel HeLa dipindahkan dalam tabung conical steril yang berisi
medium RPMI 1640. Suspensi sel disentrifugasi selama 5 menit, supernatan
dibuang, diganti dengan medium RPMI yang baru, kemudian disuspensikan
perlahan. Suspensi sel lalu disentrifugasi kembali selama 5 menit kemudian
dicuci ulang sekali lagi. Supernatan dibuang, pelet ditambahkan 1 ml medium
penumbuh yang mengandung 20% FBS. Disuspensikan secara perlahan
sampai homogen, kemudian sel ditumbuhkan dalam tissue culture flask kecil
dan diinkubasikan dalam inkubator dengan suhu 370C dengan aliran 5% CO2
dan 95% O2. Setelah 24 jam, medium penumbuh diganti dan sel ditumbuhkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
hingga konfluen dan jumlahnya cukup untuk penelitian (Freshney, 1986;
Jacoby dan Pastan, 1979; Sambrook et al, 1989).
b. Panen sel HeLa
Setelah jumlah sel cukup (kurang lebih setelah berumur 7 hari), media
diganti dengan RPMI 1640 baru sebanyak 5 ml kemudian sel dilepaskan dari
dinding flask dengan cara diresuspensikan menggunakan pipet Pasteur. Sel
dipindahkan dalam tabung conical steril dan ditambahkan medium RPMI
sampai volume 10 ml dan disentrifugasi 3000 rpm selama 5 menit. Supernatan
dibuang dan pelet diresuspensikan perlahan dengan 1 ml media. Sel kemudian
dihitung menggunakan haemocytometer. Suspensi sel ditambah sejumlah
medium sehingga memperoleh konsentrasi sel sebesar 3x104/200 μl dan siap
dipakai untuk penelitian (Freshney, 1986; Jacoby dan Pastan, 1979; Sambrook
et al, 1989).
4. Uji sitotoksisitas menggunakan metode MTT
Untuk uji sitotoksisitas, 100 μl suspensi sel HeLa dengan kepadatan 3x104
sel/100 μl media, didistribusikan ke dalam sumuran-sumuran pada 96-well plate
bersama 100 μl ekstrak uji pada berbagai kadar masing-masing : 100; 200; 400;
600; 800; 1000; dan 2000 μg/ml, pengoreksi adalah ekstrak sebanyak 200 μl pada
berbagai kadar. Untuk kontrol digunakan 100 μl suspensi sel dalam sumuran
berisi 100 μl medium dan pengoreksi adalah medium RPMI 1640 sebanyak 200
μl. Untuk perlakuan dengan DMSO digunakan 100 μl suspensi sel ditambahkan
ke dalam sumuran yang berisi 100 μl DMSO dan media. Selanjutnya sel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
diinkubasi dalam inkubator dengan aliran 5% CO2 pada suhu 37°C dan selama 24
jam.
Pada akhir inkubasi, ke dalam masing-masing sumuran ditambahkan 10 μl
MTT 2,5 μg/ml dalam media RPMI 1640, lalu diinkubasikan semalam pada suhu
370C, dalam inkubator dengan aliran CO2 5%. Sel hidup akan bereaksi dengan
MTT dan membentuk warna ungu. Reaksi dihentikan dengan menambahkan 100
μl larutan 1% SDS dalam HCl 0,01 N pada setiap sumuran dan inkubasi semalam
pada suhu kamar. Serapan setiap sumuran dibaca deangan ELISA reader pada
panjang gelombang 550 nm. Besarnya serapan berbanding lurus dengan jumlah
sel yang hidup. Jumlah sel yang hidup diperoleh dengan memplotkan serapan
yang terbaca oleh ELISA reader pada kurva baku vs jumlah atau kepadatan sel
(Anonim, 2001).
F. Analisis Hasil
Pada metode MTT ini, serapan terbaca menunjukkan jumlah sel yang
hidup sehingga hasil akhir uji sitotoksisitas yaitu persen kematian sel yang
diperoleh dari selisih jumlah sel hidup pada sumuran kontrol dengan jumlah sel
hidup pada sumuran yang diberi senyawa uji. Perhitungan persen kematian sel
dilakukan dengan menggunakan rumus Abbot, diperoleh dari persamaan berikut :
% kematian sel =
A-B
x 100%
A
dimana :
A = Rata-rata absorbansi kontrol
B = Rata-rata absorbansi perlakuan
(Meyer et al, 1982)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tumbuhan
Determinasi tumbuhan bertujuan untuk memastikan kebenaran tumbuhan
yang akan digunakan dalam penelitian. Determinasi tumbuhan perlu dilakukan
untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pengambilan sampel tumbuhan.
Determinasi dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia, Fakultas
Farmasi, USD menggunakan buku acuan (Backer dan Bakuizen van den Brink,
1965). Dari hasil determinasi tumbuhan didapatkan kunci sebagai berikut:
Cyperaceae-1b-2a-3b-4b-6b-7a-8a-11. Cyperus-1b-2b-15b-17b-19b-27b-37b-38b39b-42b-44a-45b-46a. Cyperus rotundus L.
Hasil determinasi yang dilakukan menunjukkan bahwa tumbuhan yang
akan diteliti adalah benar tumbuhan Cyperus rotundus atau dikenal sebagai
rumput teki.
B. Pengumpulan bahan
Dalam penelitian, tumbuhan yang digunakan adalah tumbuhan Cyperus
rotundus L. yang memiliki bunga berbulir berwarna hijau kecoklatan, daunnya
berbentuk pita berwarna mengkilat dan terdiri dari 4-10 helai. Sampel umbi teki
yang digunakan biasanya mengumpul berupa rumpun diambil dari tumbuhan yang
tumbuh di daerah Sumberarum, Moyudan, Sleman (tepi sungai Progo) pada bulan
Juni 2006. Umbi yang dikumpulkan dibersihkan dari tanah, kerikil ataupun benda
asing yang terbawa pada saat pengumpulan umbi teki. Pengumpulan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
penyiapan bahan dari satu tempat/ daerah agar kandungan kimianya konsisten
sebab berbeda daerah dapat berbeda kandungan/ untuk menghindari variabel
kandungan kimia yang terlalu besar.
C. Sterilisasi alat dan bahan
Untuk mencegah terjadinya kontaminasi oleh organisme, maka alat-alat
yang digunakan dalam penelitian ini harus disterilkan terlebih dahulu. Alat-alat
tersebut dicuci bersih dengan sabun, dibilas, dikeringkan, setelah itu dibungkus
dengan alumunium foil dan disterilkan dalam autoklaf selama 20 menit pada suhu
1210C (Garfinkle dan Henley, 2000).
D. Preparasi Sampel Ekstrak Etanol Umbi Teki
Umbi yang telah dikumpulkan dicuci bersih, ditiriskan sampai airnya
hilang, kemudian dimasukkan di oven dengan suhu 65˚C selama 24 jam. Dari
oven kemudian diserbuk, diayak dengan ukuran lebar nominal lubang ayakan 0,75
mm. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kandungan air dan mencegah
timbulnya kerusakan akibat reaksi enzimatik dan pertumbuhan mikroba yang
mungkin terjadi bila kandungan air dalam umbi tinggi (Harborne, 1987).
Pengeringan untuk mempermudah saat diserbuk selain itu diharapkan dengan
pengeringan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama apabila tidak segera
digunakan. Setelah kering dibuat serbuk (diblender, diayak). Tujuan diserbuk
adalah untuk meningkatkan luas permukaan simplisia sehingga luas kontak
dengan cairan penyari akan semakin besar dan efektivitas ekstraksi tercapai.
Serbuk dimasukkan dalam dandang maserasi, pelarutnya sesuai dengan
perbandingan yaitu setiap kilogram menggunakan etanol 70% sebanyak 9 liter.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Dari penyerbukan, 500 g serbuk dilarutkan dengan 4,5 liter etanol 70%,
didiamkan sambil diaduk sesekali, sampai cairan penyari jernih, lalu disaring
dengan kertas saring.
Ampas dibuang, filtrat disisihkan. Filtrat diuapkan diatas waterbath dengan
suhu 65˚C dengan dibantu kipas angin dan diaduk-aduk sampai kental.
Didapatkan 43,36 g ekstrak kental.
Suhu yang digunakan adalah 65˚C sebagai suhu yang dianggap optimum.
Suhu lebih dari 65˚C kandungan aktif dapat rusak, sedangkan kurang dari 65˚C
sulit menguap/ memerlukan waktu lama. Pelarut yang digunakan adalah etanol
70% untuk menarik semua zat baik polar maupun non polar. Alkohol,
bagaimanapun juga adalah pelarut serbaguna yang baik untuk ekstraksi
pendahuluan (Harborne,1987). Dalam ekstraksi yang digunakan adalah cara
maserasi dengan pertimbangan selain pengerjaan mudah, tidak memakan waktu
cukup lama.
E. Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Umbi Teki
Uji sitotoksisitas merupakan uji kualitatif dan uji kuantitatif dengan cara
menetapkan kematian sel. Uji sitotoksisitas terhadap sel HeLa dilakukan untuk
mengetahui aktifitas ketoksikan ekstrak etanol umbi teki. Parameter yang
digunakan adalah LC50 yang merupakan implementasi potensi ketoksikan.
Uji sitotoksisitas dilakukan dengan metode MTT. Setelah diberi MTT
diinkubasi selama sekitar 4 jam. MTT adalah garam tetrazolium (3[4,5-dimetiltiazol-2-il]-2,5-difenil tetrazolium bromida) yang larut dalam air. MTT akan
dipecah/ direduksi dalam mitokondria menjadi formazan yang berwarna ungu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
reaksinya diperlihatkan oleh gambar 3, gambar kristal formazan diperlihatkan
pada gambar 4.
Gambar 3. MTT direduksi oleh enzim reduktase mitokondria menjadi formazan berwarna
ungu
Gambar 4. Gambar Kristal Formazan
(I) Formazan, hasil reduksi MTT oleh sel hidup, berbentuk jarum dan berwarna
gelap;
(II) Sel yang mati, tidak mengubah MTT menjadi formazan
Kompleks warna formazan tidak larut dalam air sehingga dilarutkan
terlebih dahulu dengan penambahan 100 μl Sodium Dodesil Sulfat (SDS) 10%
dalam HCl 0,01 N kemudian diinkubasi semalam pada suhu kamar. SDS
berfungsi sebagai reagen stopper untuk menghentikan reaksi enzimatik dan untuk
melarutkan garam formazan, sehingga kompleks warna ungu bisa ditetapkan
secara spektrofotometri dengan ELISA Reader pada λ 550 nm. Jumlah formazan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
yang terbentuk berkorelasi dengan sel yang hidup/ besarnya serapan berbanding
lurus dengan jumlah sel yang hidup.
Ekstrak etanol umbi teki dilarutkan dalam DMSO (Dimetilsulfoksida)
karena ekstrak etanol sukar larut dalam air, sehingga DMSO digunakan untuk
memperbesar kelarutan. Maka perlu dilakukan kontrol pelarut (blanko) untuk
mengetahui pengaruh DMSO terhadap sel. DMSO digunakan sebagai pelarut
karena DMSO adalah pelarut yang baik untuk ion anorganik maupun untuk
senyawa organik. Selain itu, DMSO relatif tidak toksik terhadap sel dibandingkan
etanol dan umum digunakan dalam uji dengan kultur sel. Untuk membuktikan hal
tersebut maka perlu dilakukan perhitungan persen kematian DMSO untuk
mengetahui pengaruh DMSO terhadap kultur sel HeLa.
Sel yang mengalami perlakuan penambahan pelarut DMSO, pengaruh
DMSO lebih kecil daripada pengaruh perlakuan senyawa uji tehadap sel. Hal ini
ditunjukkan dengan persen kematian yang sangat kecil daripada sampel dan
pemberian DMSO tidak memberikan efek toksik yang berarti. Oleh karena itu
DMSO dapat digunakan sebagai pelarut senyawa uji, sehingga diharapkan
kematian sel yang terjadi benar-benar disebabkan oleh ekstrak bukan karena
DMSO.
Dari tabel (lampiran) dapat diketahui bahwa semakin rendah konsentrasi
maka semakin tinggi absorbansi. Absorbansi ini menunjukkan jumlah sel yang
hidup. Pada kadar kecil, banyak sel yang bertahan hidup dan bereaksi dengan
MTT sehingga intensitas warna formazan yang dihasilkan semakin besar dan
ketika diukur absorbansinya, menghasilkan absorbansi yang besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Besarnya absorbansi perlakuan lebih kecil daripada kontrol. Absorbansi
sampel terkoreksi menggambarkan jumlah sel hidup pada perlakuan, sedangkan
absorbansi kontrol terkoreksi menggambarkan jumlah sel yang hidup tanpa
perlakuan (mengoreksi kematian alami). Dengan demikian, absorbansi kontrol
lebih besar daripada perlakuan.
Dari hasil absorbansi, dilakukan perhitungan persen kematian sel. Hasil
perhitungan persen kematian sel yang diberi perlakuan ekstrak etanol umbi teki
mulai kadar tertinggi yaitu 2000 μg/ml sampai kadar terendah 100 μg/ml yang
dibuat melalui pengenceran dari larutan stok ditampilkan pada tabel I.
Tabel I. Hasil uji sitotoksisitas ekstrak etanol umbi teki terhadap sel HeLa dengan metode
MTT
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kadar ekstrak
(μg/ml)
2000
1000
800
600
400
200
100
% kematian
pada sampel
97,43
80,40
62,54
60,66
50,13
13,96
1,49
Persen DMSO
(%)
1,333
0,667
0,533
0,4
0,267
0,133
0,067
% kematian
pada DMSO
-27,161
1,226
3,250
3,985
-10,974
-14,715
-8,461
Persen kematian sel HeLa terbesar (97,43 %) diperoleh pada konsentrasi
ekstrak 2000 μg/ml. Sedangkan pada kadar ekstrak terendah yaitu 100 μg/ml
terlihat persen kematian selnya juga paling kecil yaitu 1,49%. Dari tabel dapat
dilihat pula bahwa kematian 50% sel uji terjadi pada kadar perlakuan sampel
sekitar 400 μg/ml. Persen kematian pada DMSO dan persen kematian sampel
diolah dengan paired sample t-test, didapatkan nilai t = -4,332 dengan tingkat
signifikansi = 0,005. Probabilitas (tingkat signifikans) 0,005 <0,05 maka dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
ditarik kesimpulan terdapat perbedaan yang sangat signifikans antara rata-rata
persen kematian pada DMSO dengan persen kematian pada ekstrak.
Semakin tinggi kadar ekstrak maka semakin besar persen kematian sel
HeLa sehingga, semakin besar pula potensi ketoksikan, dapat dilihat pada grafik
di gambar 5. Secara umum terdapat hubungan langsung antara konsentrasi ekstrak
dan respon yang berupa persen kematian sel, sehingga dapat dikatakan bahwa
potensi ketoksikan ekstrak etanol umbi teki memperlihatkan potensi tergantung
dosis (dose dependent).
Persen kematian sel
120
100
80
60
40
20
0
100 200 400 600 800 1000 2000
Kadar (mikrogram/ml)
Gambar 5. Profil hasil uji persen kematian sel dengan metode MTT.
Hasil
analisis
kuantitatif uji
sitotoksisitas ini
adalah
parameter
ketoksikannya yaitu harga LC50 yang merupakan implementasi potensi ketoksikan
untuk menggambarkan kemampuan menghambat atau membunuh sel kanker.
Harga LC50 menunjukkan kadar ekstrak yang mampu mematikan sel sebesar 50 %
populasi (Hodgson and Levi, 2000). Uji sitotoksisitas meliputi range yang luas
meliputi kadar tertinggi sampai kadar terendah sehingga harga LC50 terdapat
diantara range tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Kadar ekstrak etanol yang menyebabkan 50% sel HeLa mati (LC50) dapat
dihitung dari hasil uji sitotoksisitas ekstrak etanol kadar 2000 μg/ml sampai 100
μg/ml yang telah dikoreksi dengan menggunakan rumus Abbot dilanjutkan
analisis probit (Mursyidi, 1985; Nurrochmad, 2001) sehingga diperoleh gambaran
efek sitotoksik suatu senyawa. Probit transformed responses dapat dilihat pada
gambar 6.
Probit Transformed Responses
2
Probit
1
0
-1
-2
R Sq Linear = 0.98
-3
2.0
2.2
2.4
2.6
2.8
3.0
3.2
3.4
Log of kadar ekstrak (μg/ml)
Gambar 6. Probit transformed responses setelah inkubasi 24 jam
Dari analisis probit didapatkan r Sq linear = 0,98; r hitung = √0,98 =
0,9899; sedangkan r tabel(95%,5) = 0,754; r hitung > r tabel sehingga korelasinya
linier. Dari hasil analisis diperoleh hasil LC50 ekstrak etanol umbi teki adalah 487
μg/ml (LC50 < 1000 μg/ml) yang berarti ekstrak etanol umbi teki bersifat
sitotoksik terhadap sel HeLa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Ekstrak etanol umbi teki bersifat sitotoksik terhadap sel HeLa dapat dilihat
pula secara kualitatif. Pada gambar terlihat bentuk sel HeLa yang hidup adalah
membentuk seperti helaian daun dan melekat di dasar sumuran dan isi selnya
tampak jernih. Sedangkan bentuk sel yang mati akan membulat, keruh dan
mengapung. Sel yang mati terlihat keruh, agak hitam karena inti selnya telah
rusak dan membran sel pecah sehingga bagian sitoplasma yang dapat meneruskan
cahaya hilang.
Pada medium tanpa perlakuan, juga terdapat sel yang mati
mungkin karena kematian alami akibat kurangnya nutrisi, dapat dilihat pada
gambar 7.
(a)
(b)
Gambar 7. Gambar sel HeLa pada kontrol negatif dan perlakuan
(a) Sel HeLa tanpa perlakuan atau kontrol negatif (I) sel hidup (II) sel mati (b) sel HeLa yang
diinkubasi 24 jam dengan ekstrak etanol 400 μg/ml
Dari morfologi sel HeLa, dapat diketahui adanya efek toksik yang
ditimbulkan oleh larutan uji. Seperti halnya pada grafik persen kematian terdapat
korelasi antara konsentrasi larutan uji dengan sitotoksisitasnya. Perbedaan
konsentrasi sampel ternyata menunjukkan perbedaan kerapatan sel, dapat dilihat
pada gambar 8. Pada konsentrasi ekstrak yang semakin rendah maka kerapatan sel
yang terjadi semakin tinggi (rapat) karena semakin banyak sel yang bertahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
hidup. Sedangkan pada konsentrasi ekstrak yang semakin tinggi maka semakin
sedikit sel yang bertahan hidup sehingga kerapatan sel menjadi rendah.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Gambar 8. Gambar sel HeLa pada kontrol dan perlakuan kadar 200 μg/ml, 400 μg/ml, 800
μg/ml
(a) Kontrol negatif (Sel dalam medium), (b) DMSO (sel dalam DMSO+medium),
(c) Perlakuan ekstrak kadar 200 μg/ml, (d) Perlakuan ekstrak kadar 400 μg/ml,
(e) Perlakuan ekstrak kadar 800 μg/ml
(I)Sel hidup (II)Sel mati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Gambar 8 menunjukkan bahwa ekstrak etanol umbi teki memberikan
pengaruh dengan menginduksi kematian sel HeLa. Kadar ekstrak etanol umbi teki
800 μg/ml mempunyai kerapatan sel yang paling rendah dibandingkan dengan 2
kadar lainnya yaitu kadar sampel 400 μg/ml dan 200 μg/ml.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ekstrak etanol umbi teki mempunyai aktivitas sitotoksik terhadap kultur
sel HeLa dengan harga LC50 sebesar 487 μg/ ml.
B. Saran
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan :
1. Isolasi dan identifikasi senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak etanol umbi
teki yang yang mempunyai aktivitas sitotoksik.
2. Uji sitotoksisitas ekstrak etanol umbi teki terhadap sel normal.
3. Penelitian mengenai mekanisme kematian sel kanker oleh ekstrak etanol umbi
teki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1980, Materia Medika Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, 46-51.
Anonim, 1985, Tanaman Obat Indonesia, jilid I, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, hal 81.
Anonim, 2000, Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I), Jilid I, DepKes dan
Kesejahteraan Sosial R.I. Balai Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Jakarta.
Anonim, 2001, Biochemical and Organic Compound for Research and
Diagnostic Reagent, Sigma Chemical Company, 1634-1635.
Anonim, 2006a, Cyperus rotundus Tincture from Amazon Herbs ®,
http://www.tropilab.com/cyperustincture.html. Diakses pada 9 Februari
2006.
Anonim,
2006b, Tiririca (Cyperus rotundus L.),
tree.com/tiririca.htm. Diakses pada 9 Februari 2006.
http://www.rain-
Anonim,
2006c,
Nutgrass/
musta/
Cyperus
http://www.herbalremedies.com/nutgrass-information.html.
pada 9 Februari 2006.
rotundus,
Diakses
Anonim, 2006d, Berita : Obat Tradisional, Sebuah Pedang Bermata Dua,
http://www.trubusonline.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle
&cid=7&articl=376, Trubus. Diakses pada 15 Oktober 2006.
Anonim,
2006e,
Teki
(Cyperus
rotundus
http://www.pfaf.org/database/plants.php?Cyperus+rotundus.
pada 9 Februari 2006.
L.),
Diakses
Anonim, 2006f, Cell culture, http://www-micro.msb.le.ac.uk/Video/culture.html.
Diakses pada 15 Oktober 2006.
Anonim,
2006g, MTT assay - Wikipedia, the free encyclopedia,
http://en.wikipedia.org/wiki/MTT_assay. Diakses pada 15 Oktober
2006.
Anonim,
2006h,
ATCC:
MTT
Cell
Proliferation
Assay
http://search.yahoo.com/www.atcc.org/Products/MttCell.cfm - 24k Diakses pada 15 Oktober 2006.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Alhusin, S., 2002, Aplikasi Statistik Praktis dengan SPSS.10 for Windows, edisi
kedua, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Backer, C. A., dan Bakuizen van den Brink, R. C.,1965, Flora of Java, Volume
III, N. V. Noordhoff, Graningen.
Barile, F.A., 1997, In Vitro Methods in Pharmaceutical Research, Academic
Press, New York.
Bosman, F.T., 1996, Onkology, diterjemahkan oleh Arjono, Edisi V, 3-10, Panitia
kanker RSUP Sardjito.
Castell, J. V., Gomez-Lechon, M. J. Ponsoda, X., Bort, R., 1997, In Vitro
Investigation of the Molecular Mechanism of Hepatotoxicity, in:
Castell, J.V., Gomez-Lechon, M. J., (eds) In Vitro Methods in
Pharmaceutical Research, Academic Press, London.
Dewick, P, M., 1989, Tumour Inhibitors from Plants, 15th Edition, W.B.
Saunders, London, 394-406.
Dharma, 1987, Indonesian Medicinal Plants, First Edition, Balai Pustaka,
Jakarta, 19-20.
Dipiro, J., 2003, Pharmacoterapy, 5th edition, Mc Graw Hill, California USA,
2357.
Doyle, A., Griffiths, J.B., 2000, Cell and Tissue Culture for Medical Research,
John Willey and Sons, Ltd., New York.
Dyson, N., Hawley, P.M., Munger, K., Harlow, E., 1989, The Human Papilloma
Virus-16 E7 Oncoprotein is Able to Bind to the Retinoblastoma Gene
Product, J. Pharm Science, 243.
Freshney, R.I., 1986, Animal Cell Culture A Practical Approach, Ed. I, IRL
Press, Washington DC, 71-73.
Garfinkle, B.D., Henley, M.W., 1961, Sterilization in Gennaro, A.R., Remington:
The Science and Practice of Pharmacy, 20th edition, University of The
Sciences, Philadelphia, 753-765
Geissman, T.A., 1962, The Chemistry of Flavonoid Compounds, Pergamon Press,
Inc., New York.
Hanahan D., Weinberg, R.A., 2000, The Hallmark of Cancer, Cell, 57-70.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Harborne, 1987, Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, Edisi Kedua, Penerbit ITB, Bandung, 85-87; 94-104; 234238.
Hartini,Y.S., 1993, Identifikasi Mikroskopis Umbi Cyperus rotundus L. serta
Daya Anti Inflamasi Ekstrak Etanolnya, Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Hodgson E and Levi, P., 2000, A Textbook of Modern Toxicology, Second
Edition, Mc Graw Hill Companies, Inc., Singapore, 292-294.
Hsou-mou Chang, 1987, Pharmacology and Application of Chinese Materia
Medica, Volume II, World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd., 893.
King, R.J.B., 2000, Cancer Biology, 2nd edition, School of Biological Sciences,
University of Surrey, England.
Lodish, H., Arnold, B., Zipursky, S. L., Matsudara, P., David, B., Darnell, J. E.,
2000, Molecular Cell Biology, W. H. Freeman and Company, London.
Maurice, E.S., Robert, S.G., 1954. The Flavonoids in Biology and Medicine, The
National Vitamin Foundation Inc., New York, 40.
Mahardika, A.W., 2003, Kursus singkat Kultur Sel, Laboratorium Ilmu Hayati
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Markham, K.R., 1988, Techniques of Flavonoid Identification, diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung, 1-69.
Meyer, B.N., Ferrigni, N.R., Putnam, J.E., Jacobsen, L.B., Nochols, D.E., Mc
Laughlin, J.L., 1982, Brine Shrimp: A Convenient General Bioassay for
Active Plant Concenient, Volume 45, Planta Medica, 32-34.
Mosmann, T., 1983, Rapid Colorimetric Assay for Cellular Growth and Survival
: Application to Proliferation and Cytotoxicity Assays, Journal of
Immunological Methods, 65 (1-2): 55-63.
Mursyidi, 1985, Statistika Farmasi dan Biologi, Cetakan I, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 157.
Nafrialdi, Sulistiya, G., 1995. Antikanker, dalam Ganiswara, Farmakologi dan
Terapi, Ed ke-4, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Indonesia,
Jakarta, 686-702.
Nurrochmad, A., 2001, Sintesis
Bisdemetoksihidroksikurkumin
Kurkumin: Bisdemetoksikurkumin,
dan Pentagamavunon serta Uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Ketoksikannya terhadap Sel Myeloma dan Sel Mononuklear Normal
secara in vitro, Tesis, Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Robert
O.
Black,
Baltimore's
History
Special:
Henrietta
Lacks
&
the
Cell
that
Changed
Science,
www.jhu.edu/~jhumag/0400web/01.html - 20k - Johns Hopkins
Magazine -- April 2000. Diakses 15 Oktober 2006.
Raharja, Vonny, 1994, Profil Kromatografi Umbi Cyperus rotundus, L. serta
Khasiat Anti Radang dari Ekstrak Etanolnya, Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Rahardjo, 1990, Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Umbi Cyperus rotundus
L., Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada , Yogyakarta.
Rahayu, 1989, Efek Antihelmintik dari Umbi Cyperus rotundus L. serta Profil
Kromatografinya, Skripsi, Fakultas Farmasi , Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, terjemahan oleh
Kosasih Padmawinata, Edisi keenam, Penerbit ITB, Bandung, 245-254.
Sardjono, B., 1988, Biakan Sel Hewan, Pusat Antar Universitas, UGM,
Yogyakarta.
Sambrook, Fritsch, E.F., Maniatis, T., 1989, Molecular Cloning, A Laboratory
Manual, 2nd Edition, Coldspring Harbor Laboratory Press.
Septisetyani, E.P., 2005, Efek Antiproliferatif Fraksi XIX-XX Ekstrak Etanolik
Daun Gynura procumbens (Lour) Merr., Terhadap Sel HeLa, Skripsi,
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Snell, K., Mullock, B., 1987, Biochemical Toxicology A Practical Approach, IRL
Press, Oxford, Washington DC.
Soedibyo, B.R.A. Mooryati, 1998, Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan
Kegunaan, Balai Pustaka, Jakarta, 360-361.
Soeripto, 1998, Mekanisme Molekuler Karsinogenesis, Bagian Patologi Anatomi,
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Suffness, M., dan Pezzuto, J.M., 1991, Assay Related to Cancer Drug Discovery,
Methods in Plant Biochemistry: Assay for Bioactivity, Volume VI,
Academic Press, London, 71-133.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Suhartiningsih, Retno, 1996, Daya Melarutkan Minyak Atsiri dan Infus Umbi
Teki (Cyperus rotundus L.) Terhadap Batu Ginjal Kalsium Secara In
Vitro, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Teich, N.M., 1997, Oncogenes and Cancer, in Franks, L. M., Teich, N.M.,
Cellular and Molecular Biology of Cancer, 3rd ed., Oxford University
Press, London.
Van Cauteren, H., de Icok, Th. M.C.M., van Schooten, F.J., Introduction to
Carcinogenesis, in Niesink, R.J.M., de Vries, J., Hollinger, M.A., 1996,
Toxicology : Principles and Application, CRC Press, USA, 347-367.
Wahyono, 1988, Laporan Penelitian Identifikasi Senyawa Fenolik dalam
Cyperus rotundus Linn, 2, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Yogyakarta.
Wallin, R.F., Arscott, E.F., 1998, A Practical Guide to ISO: Cytotoxicity, an MD
and DI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto tumbuhan rumput teki (Cyperus rotundus L.)
Gambar 9. Foto tumbuhan rumput teki (Cyperus rotundus L.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Lampiran 2. Foto seluruh bagian tumbuhan teki dan umbi teki
Gambar 10. Foto Seluruh Bagian Tumbuhan Teki
Gambar 11. Foto umbi teki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Lampiran 3. Surat Pengesahan Determinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Lampiran 4. Foto ELISA reader, mikroskop inverted Olympus, dan sentrifuge
sigma
Gambar 12. Foto ELISA reader SLT 340ATC
Gambar 13. Foto mikroskop inverted Olympus
Gambar 14. Foto sentrifuge sigma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Lampiran 5. Foto Laminar Air Flow cabinet dan inkubator termostat OSK
Gambar 15. Foto Laminar Air Flow cabinet
Gambar 16. Foto inkubator termostat OSK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Lampiran 6. Foto 96 well plate berisi hasil uji yang dibaca pada ELISA reader
Gambar 17. Foto 96 well plate berisi hasil uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Lampiran 7. Perhitungan untuk berbagai seri konsentrasi ekstrak etanol
Stok = 0,15 g/ 500 µl DMSO
= 300 mg/ml DMSO
Perhitungan =
0,15 g
500 μl
=
150 mg
500 μl
=
300 mg
1000 μl
= 300 mg/ml = 300 mg ekstrak etanol umbi teki dalam 1 ml DMSO
Konsentrasi 2000 µg/ml
V1N1 = V2N2
V1. 300 mg/ml = 2 ml x (2 x 2000 µg/ml)
V1 =
8000 μg
300 mg / ml
V1 =
8 mg
300 mg/ml
V1 = 0,02667 ml
V1 = 26,7 µl
Volume yang diambil dari stok = 26,7 µl, ditambahkan medium (RPMI
mengandung FBS 10%) ad 2 ml.
Konsentrasi 1000 µg/ml
V1N1 = V2N2
V1. (2 x 2000 µg/ml) = 2 ml x (2 x 1000 µg/ml)
V1 =
4000 μg
4000 μg / ml
V1 = 1 ml
V1 = 1000 µl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Volume yang diambil dari konsentrasi 2000 µg/ml = 1000 µl, ditambahkan
medium (RPMI mengandung FBS 10%) ad 2 ml.
Konsentrasi 800 µg/ml
V1N1 = V2N2
V1. (2 x 2000 µg/ml) = 2 ml x (2 x 800 µg/ml)
V1 =
3200 μg
4000 μg / ml
V1 = 0,8 ml
V1 = 800 µl
Volume yang diambil dari konsentrasi 2000 µg/ml = 800 µl, ditambahkan
medium (RPMI mengandung FBS 10%) ad 2 ml.
Konsentrasi 600 µg/ml
V1N1 = V2N2
V1. (2 x 2000 µg/ml) = 2 ml x (2 x 600 µg/ml)
V1 =
2400 μg
4000 μg / ml
V1 = 0,6 ml
V1 = 600 µl
Volume yang diambil dari konsentrasi 2000 µg/ml = 600 µl, ditambahkan
medium (RPMI mengandung FBS 10%) ad 2 ml.
Konsentrasi 400 µg/ml
V1N1 = V2N2
V1. (2 x 2000 µg/ml) = 2 ml x (2 x 400 µg/ml)
V1 =
1600 μg
4000 μg / ml
V1 = 0,4 ml
V1 = 400 µl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Volume yang diambil dari konsentrasi 2000 µg/ml = 400 µl, ditambahkan
medium (RPMI mengandung FBS 10%) ad 2ml.
Konsentrasi 200 µg/ml
V1N1 = V2N2
V1. (2 x 2000 µg/ml) = 2 ml x (2 x 200 µg/ml)
V1 =
800 μg
4000 μg / ml
V1 = 0,2 ml
V1 = 200 µl
Volume yang diambil dari konsentrasi 2000 µg/ml = 200 µl, ditambahkan
medium (RPMI mengandung FBS 10%) ad 2 ml.
Konsentrasi 100 µg/ml
V1N1 = V2N2
V1. (2 x 2000 µg/ml) = 2 ml x (2 x 100 µg/ml)
V1 =
400 μg
4000 μg / ml
V1 = 0,1 ml
V1 = 100 µl
Volume yang diambil dari konsentrasi 2000 µg/ml = 100 µl, ditambahkan
medium (RPMI mengandung FBS 10%) ad 2 ml.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Lampiran 8. Data Absorbansi pada Pengujian Sitotoksisitas
Tabel II. Data absorbansi kontrol
Replikasi
1.
2.
3.
4.
Σ
Rata-rata
Absorbansi
kontrol sel
(sel+media) (a)
1,678
1,428
1,557
1,460
6,123
1,53075
Absorbansi
media (b)
A
(a-b)
0,715
0,701
0,699
0,746
2,861
0,71525
0,963
0,727
0,858
0,714
3,262
0,8155
Keterangan : Data yang dicetak tebal adalah yang dipakai, sebagai variabel A rata-rata.
Tabel III. Data absorbansi DMSO
No
Kadar
sampel
(μg/ml)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2000
1000
800
600
400
200
100
Persen
DMSO
(%)
1,333
0,667
0,533
0,4
0,267
0,133
0,067
Absorbansi
sel kontrol
DMSO
(media+DMS
O+sel)
Rep-1 Rep-2
1,685 1,779
1,493 1,478
1,464 1,481
1,442 1,469
1,648 1,518
1,648 1,598
1,522 1,637
Ratarata
(c)
1,7320
1,4855
1,4725
1,4555
1,5830
1,6230
1,5795
Absorbansi
Media+DMSO
Rep-1
0,686
0,686
0,697
0,672
0,672
0,689
0,681
Rep-2
0,704
0,674
0,670
0,673
0,684
0,686
0,709
Ratarata
(d)
B
(c-d)
0,6950
0,6800
0,6835
0,6725
0,6780
0,6875
0,6950
1,0370
0,8055
0,7890
0,7830
0,9050
0,9355
0,8845
Tabel IV. Data absorbansi sampel
No
Kadar
sampel
Absorbansi sumuran uji
(media+ekstrak+sel)
(μg/ml)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2000
1000
800
600
400
200
100
Rep-1
1,842
1,387
1,420
1,330
1,322
1,456
1,557
Rep-2
1,814
1,345
1,417
1,371
1,330
1,502
1,530
Rep-3
1,822
1,304
1,435
1,308
1,304
1,466
1,513
Ratarata
(e)
1,826
1,345
1,424
1,336
1,318
1,475
1,533
Absorbansi
larutan uji
(media+ekstrak)
Rep-1 Rep-2
1,835 1,775
1,170 1,201
1,134 1,103
1,009 1,022
0,916 0,908
0,773 0,773
0,730 0,730
Ratarata (f)
C
(e-f)
1,8050
1,1855
1,1185
1,0155
0,9120
0,7730
0,7300
0,0210
0,1595
0,3055
0,3205
0,4060
0,7020
0,8030
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Lampiran 9. Perhitungan Persen Kematian Uji Sitotoksisitas Ekstrak Etanol Umbi
Teki (Cyperus rotundus L) terhadap Sel Hela
Hasil pengamatan uji sitotoksisitas ekstrak etanol umbi teki terhadap sel Hela
dengan perhitungan menggunakan MTT
Tabel V. Perhitungan persen kematian pada DMSO
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kadar
sampel
(μg/ml)
2000
1000
800
600
400
200
100
Persen
DMSO
(%)
1,333
0,667
0,533
0,4
0,267
0,133
0,067
A
(a-b)
0,8155
B
(c-d)
1,0370
0,8055
0,7890
0,7830
0,9050
0,9355
0,8845
Persen kematian (%)
[(A-B)/A] x 100 %
-27,161
1,226
3,250
3,985
-10,974
-14,715
-8,461
Tabel VI. Perhitungan persen kematian pada sampel
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kadar
sampel
(μg/ml)
2000
1000
800
600
400
200
100
A
(a-b)
C
(e-f)
0,8155
0,0210
0,1595
0,3055
0,3205
0,4060
0,7020
0,8030
Persen kematian
sampel (%)
[(A-C)/A] x 100%
97,425
80,400
62,538
60,658
50,133
13,959
1,492
Keterangan : A = absorbansi sel pada medium (tanpa perlakuan); B = absorbansi
sel pada DMSO; C = absorbansi sel pada perlakuan/sampel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 10. Hasil uji paired sample t-test
T-Test
Paired Samples Statistics
Pair
1
perlakuan DMSO
perlakuan ekstrak
Mean
-7.55000
52.37214
Std. Error
Std. Deviation
Mean
11.366593
4.296168
34.294540 12.962118
N
7
7
Paired Samples Correlations
N
Pair
1
perlakuan DMSO &
perlakuan ekstrak
Correlation
7
-.044
Sig.
.925
Paired Samples Test
Paired Differences
Mean
perlakuan DMSO perlakuan ekstrak
-59.92214
Std. Error
Mean
36.600940
13.833855
-93.77237
-26.07192
t
-4.332
df
Sig. (2-tailed)
6
.005
55
Pair
1
Std. Deviation
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower
Upper
55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 11. Hasil analisis probit ekstrak etanol umbi teki (Cyperus rotundus L.)
terhadap kultur sel HeLa dengan metode MTT
Probit ekstrak etanol umbi teki
&
* * * * * * * * * * * *
* * * * * * *
DATA
P R O B I T
A N A L Y S I S
* * * * *
Information
7 unweighted cases accepted.
0 cases rejected because of missing data.
0 cases are in the control group.
0 cases rejected because LOG-transform can't be done.
MODEL Information
ONLY Normal Sigmoid is requested.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - &
* * * * * * * * * * * *
* * * * * * *
P R O B I T
A N A L Y S I S
* * * * *
Parameter estimates converged after 15 iterations.
Optimal solution found.
Parameter Estimates (PROBIT model:
BX):
kadar
=
Pearson
.069
(PROBIT(p)) = Intercept +
Regression Coeff.
Standard Error
Coeff./S.E.
2.77069
.18886
14.67020
Intercept
Standard Error
Intercept/S.E.
-7.44669
.51936
-14.33815
Goodness-of-Fit
Chi Square =
10.219
DF = 5
P
Since Goodness-of-Fit Chi square is NOT significant, no
heterogeneity
factor is used in the calculation of confidence limits.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
&
* * * * * * * * * * * *
* * * * * * *
P R O B I T
A N A L Y S I S
* * * * *
Observed and Expected Frequencies
kadar
Number of
Subjects
Observed
Responses
Expected
Responses
Residual
3.30
100.0
97.4
95.538
1.892
3.00
100.0
80.4
80.658
-.258
2.90
100.0
62.5
72.470
-9.930
2.78
100.0
60.7
59.897
.763
2.60
100.0
50.1
40.625
9.505
2.30
100.0
14.0
14.203
-.243
2.00
100.0
1.5
2.837
-1.347
Prob
.95538
.80658
.72470
.59897
.40625
.14203
.02837
&
* * * * * * * * * * * *
* * * * * * *
P R O B I T
A N A L Y S I S
Confidence Limits for Effective kadar
Prob
kadar
.01
.02
.03
.04
.05
.06
.07
.08
.09
.10
.15
.20
.25
.30
.35
.40
.45
.50
70.47619
88.39532
102.05930
113.71328
124.16763
133.81975
142.89819
151.54825
159.86895
167.93141
205.87347
242.05401
278.12091
315.06785
353.67232
394.66908
438.85156
487.15990
95% Confidence Limits
Lower
Upper
50.68001
65.70679
77.45727
87.64933
96.91032
105.55020
113.74828
121.61905
129.24087
136.67018
172.12870
206.53021
241.20189
276.93811
314.34401
353.96861
396.38157
442.24254
91.00612
111.33893
126.56415
139.39539
150.80296
161.25984
171.03685
180.30553
189.18252
197.75133
237.73466
275.51279
313.02569
351.46970
391.81766
435.03068
482.18689
534.59474
* * * * *
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
.55
.60
.65
.70
.75
.80
.85
.90
.91
.92
.93
.94
.95
.96
.97
.98
.99
540.78598
601.32598
671.03010
753.24973
853.31510
980.46204
1152.77007
1413.22440
1484.49567
1566.00144
1660.79618
1773.46592
1911.32559
2087.04535
2325.36162
2684.81149
3367.44601
492.38944
547.96939
610.64614
682.95265
768.95774
875.70485
1016.86866
1224.54114
1280.40778
1343.86125
1417.11912
1503.49389
1608.23859
1740.39118
1917.45532
2180.42863
2668.70978
593.92665
662.41393
743.17584
840.83192
962.73604
1121.72729
1343.25899
1688.89965
1785.42345
1896.72919
2027.35377
2184.15490
2378.15440
2628.61211
2973.52952
3504.05770
4541.10691
Probit Transformed Responses
2
Probit
1
0
-1
-2
R Sq Linear = 0.98
-3
2.0
2.2
2.4
2.6
2.8
Log of kadar ekstrak (μg/ml)
3.0
3.2
3.4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Download