BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pemberian Informasi 1. Pengertian Informasi Informasi adalah merupakan pemberitahuan, penerangan, kabar atau berita tentang sesuatu, identik dengan jalan masuk.Pemberian informasi merupakan suatu perlakuan terhadap pasien atau keluarga dengan cara memberikan penjelasan secara langsung (verbal) dengan menggunakan bahasa sederhana dan dapat dimengerti dalam rangka mendiskusikan masalah-masalah yang tidak dimengerti oleh pasien atau keluarga (Sunyar, 2009). Pemberian informasi juga dapat diartikan sebagai memberikan bantuan penerangan kepada pasien mengenai segala kemungkinan yang terjadi, sehingga pasien siap dalam menghadapi dan menyesuaikan dengan keadaan dirinya.Setiap orang berhak mendapatkan informasi yang jelas dan benar tentang berbagai aspek terutama berkaitan dengan masalah kesehatan (Baradero, dkk. 2009). 2. Tipe Pemberian Informasi Nicholas (2010), menyatakan bahwa pemberian informasi mempunyai 5 tipe : a. Tipe fact finding, yaitu : informasi yang dibutuhkan seseorang untuk menjawab pertanyaan tertentu b. Tipe current awareness, yaitu : informasi yang dibutuhkan seseorang agar dapat mengikuti perkembangan c. Tipe riset, yaitu : seseorang membutuhkan informasi tertentu secara lengkap dan mendalam 5 dalam bidang 6 d. Tipe briefiny, yaitu : informasi yang dibutuhkan seseorang mengenai topik tertentu secara ringkas dan sepintas e. Tipe stimulus, yaitu : informasi yang dibutuhkan seseorang untuk merangsang ide-ide baru. 3. Faktor-faktor yang Menghambat Pemberian Informasi Faktor-faktor yang menghambat perawat dalam memberikan informasi kepada pasien dan keluarga (Bastable, 2009). a. Kesiapan perawat dalam memberikan informasi kesehatan Banyak perawat yang tidak siap dalam memberikan informasi kepada pasien dan keluarga. Adapun alasan perawat mengaku tidak siap karena tidak yakin dengan keterampilan dan kemampuannya. Menurut hasil penelitian didapatkan bahwa aktivitas pemberian informasi yang dilakukan oleh perawat kepada pasien dan keluarganya yang merupakan tanggung jawab perawat secara keseluruhan hasilnya tidak memuaskan. b. Kurangnya waktu dalam memberikan informasi kesehatan Kurangnya pemahaman perawat mengenai manfaat informasi kesehatan pada pasien dan keluarga. c. Karakter pribadi perawat Karakter pribadi para perawat mempunyai peranan penting dalam menentukan hasil dalam proses pemberiaan informasi. Perawat yang kurang mempunyai keyakinan dalam memberikan informasi kepada pasien akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan pasien mengatasi penyakitnya. 4. Prinsip Perawat Dalam Memberikan Informasi Menurut Potter dan Perry (2009), hal hal yang harus diperhatikan perawat dalam memberikan informasi kepada pasien antara lain : 7 a. Menggunakan nada bicara yang lambat ketika memberikan informasi kesehatan 5. b. Memberikan penjelasan yang mudah dipahami dan tidak berbelit-belit c. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami pasien d. Menciptakan suasana lingkungan yang aman dan nyaman e. Menjelaskan tujuan yang spesifik dalam memberikan informasi f. Memberikan informasi yang berguna bagi pasien dan keluarga. Tujuan Pemberian Informasi Pada Pasien Pre Operasi Pemberian informasi pada pasien pre operasi adalah memberikan pengetahuan atau informasi tentang tindakan yang akan dialami pasien sebelum operasi, waktu operasi dan hal-hal yang dialami pasien selama operasi sehingga mereka dapat memahami dan diharapkan pasien menjadi lebih siap menghadapi operasi. Manfaat pemberian informasi pre operasi yang diberikan oleh perawat kepada pasien (Astuti, 2009) meliputi : a. Memenuhi kebutuhan pasien tentang pengetahuan pre operasi b. Meningkatkan keamanan pasien c. Meningkatkan kenyamanan psikologis dan fisiologis d. Meningkatakan keikutsertaan pasien dan keluarganya dalam perawatan e. Meningkatkan kepatuhan terhadap instruksi yang dijelaskan B. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang pernah dialami oleh setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asalnya maupun wujudnya (Sutardjo, 2010). 8 Kecemasan merupakan sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada waktu tertentu dalam kehidupannya.Kecemasan merupakan reaksi normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan bisa muncul sendiri atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai gangguan emosi (Savitri, 2009). Menurut Kaplan, dkk. (2009) kecemasan merupakan respon terhadap situasi tertentu yang mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau belum pernah dilakukan serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Kecemasan dapat dialami siapapun, namun cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Rochman, 2010). Kecemasan merupakan sebuah perasaan khawatir yang samar samar sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu yang bersangkutan. Individu mengalami kecemasan karena adanya ketidakpastian dimasa mendatang. Sedangkan Sundari, (2009) memahami kecemasan sebagai suatu keadaan yang menggoncangkan karena adanya ancaman terhadap kesehatan. Kecemasan juga merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku, baik tingkah laku yang menyimpang ataupun yang terganggu. Keduaduanya merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap kecemasan tersebut (Gunarsa, 2009). Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat diatas bahwa kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat 9 mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan kaarena adanya ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. 2. Gejala-gejala Kecemasan Rochman (2010) mengemukakan beberapa gejala-gejala dari kecemasan antara lain: a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan bentuk ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas. b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat iritable, akan tetapi sering juga dihinggapi depresi. c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, delucion of persecution atau delusi yang dikejar-kejar. d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak berkeringat, gemetar, dan sering menderita diare. e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi. Nevid, dkk. (2009), mengklasifikasikan gejala-gejala kecemasan dalam tiga jenis gejala, diantaranya yaitu : a. Gejala fisik dari kecemasan yaitu: kegelisahan, anggota tubuh gemetar, banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak kencang, merasa lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung. b. Gejala behavioral dari kecemasan yaitu : berperilaku menghindar, terguncang, melekat dan dependen. c. Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan segera terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, fikiran terasa bercampur aduk atau sulit berkonsentrasi. 10 3. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan Daradjat (dalam Rochman, 2010) mengemukakan beberapa penyebab dari kecemasan yaitu : a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas dalam pikiran. b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya. Kecemasan sering kali berkembang selama jangka waktu dan sebagian besar tergantung pada seluruh pengalaman hidup sesorang. Peristiwa-peristiwa atau situasi khusus dapat mempercepat munculnya serangan kecemasan. Menurut Ramaiah (2009), beberapa faktor yang menunjukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu: a. Lingkungan Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap lingkungannya. b. Emosi yang ditekan Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama. 11 c. Sebab-sebab fisik Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Hal ini terlibat dalam kondisi seperti misalnya kehamilan, semasa remaja dan sewaktu pulih dari suatu penyakit. Selama ditimpa kondisi-kondisi seperti ini, perubahan-perubahan lazim muncul, dan ini dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Rufaidah (2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhikecemasan adalah : a. Faktor fisik Kelemahan fisik dapat melemahkan kondisi mental individu sehingga memudahkan timbulnya kecemasan. b. Trauma atau konflik Munculnya gejala kecemasan sangat bergantung pada kondisi individu, dalam arti bahwa pengalaman-pengalaman emosional atau konflik mental yang terjadi pada individu akan memudahkan timbulnya gejala-gejala kecemasan. c. Lingkungan awal yang tidak baik Lingkungan adalah faktor-faktor utama yang dapat mempengaruhi kecemasan individu, jika faktor tersebut kurang baik maka akan menghalangi pembentukan kepribadian sehingga muncul gejala-gejala kecemasan. 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Pre Operasi Ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan pasienpreoperasi menurut Stuart (2009) : a. Faktor ekternal : 1) Ancaman integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik, pembedahan yang akan dilakukan). 12 2) Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas diri, harga diri, dan hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status/peran. 3) Pemberian informed consent. b. Faktor internal antara lain : 1) Usia : seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan dari pada seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya. 2) Jenis kelamin : gangguan panik merupakan gangguan cemas yang ditandai oleh kecemasan yang spontan dan episodik, gangguan ini lebih sering dialami oleh wanita dari pada pria. 3) Pendidikan dan status ekonomi : tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan, tingkat pendidikan seseorang atau individu akan berpengaruh terhadap kemampuan berfikir, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan menangkap informasi baru termasuk dalam menguraikan masalah yang baru. 4) Potensi stressor : stressorpsikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga itu terpaksa mengadakan adaptasi. 5) Maturitas: individu yang memiliki kematangan kepribadian lebih sukar mengalami gangguan kecemasan, karena individu yang matur mempunyai daya adaptasi yang lebih besar terhadap kecemasan. 13 6) Keadaan fisik : seseorang mengalami gangguan fisik seperti cidera, operasi akan mudah mengalami kelelahan fisik sehingga lebih mudah mengalami kecemasan, disamping itu orang yang mengalami kelelahan fisik mudah mengalami kecemasan. 6. Jenis-jenis Kecemasan Kecemasan merupakan perubahan suasana hati, perubahan didalam dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar. Pedak (2009) membagi kecemasan menjadi tiga jenis kecemasanyaitu : a. Kecemasan Rasional Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian. Ketakutan ini dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme pertahanan dasariah kita. b. Kecemasan Irrasional Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah keadaankeadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam. c. Kecemasan Fundamental Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan ini disebut kecemasan eksistensial yang mempunyai peran fundamental bagi kehidupan manusia. 7. Tingkat Kecemasan Menurut Asmadi (2009), tiap tingkatan kecemasan mempunyai karakteristik atau manifestasi yang berbeda satu sama lain. Manifestasi kecemasan yang terjadi bergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi ketegangan, harga diri dan mekanisme koping yang digunakannya. 14 Tabel 2.1 Tingkat Kecemasan dan Karakteristiknya Tingkat Kecemasan Kecemasan ringan Karakteristik 1. Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari 2. Kewaspadaan meningkat 3. Persepsi terhadap lingkungan meningkat 4. Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan kreativitas 5. Respons fisiologis: sesekali napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka 6. berkerut, serta bibir bergetar. 7. Respons kognitif: mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif dan terangsang untuk melakukan tindakan. 8. Respons perilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan dan suara kadang-kadang meninggi. Kecemasan sedang 1. Respons fisiologis: sering napas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, sering berkemih dan letih. 2. Respons kognitif: memusatkan perhatiannya pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima. 3. Respons perilaku dan emosi: gerakan tersentaksentak, terlihat lebih tegang, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak aman. Kecemasan Berat 1. Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. 2. Respons fisiologis: napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan berkelabut serta tampak tegang 3. Respons kognitif: tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan / tuntutan serta lapang persepsi menyempit. 4. Respons perilaku dan emosi: perasaan terancam meningkat dan komunikasi menjadi terganggu (verbalisasi cepat). 15 Panik 1. Respons fisiologis: napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi serta rendahnya koordinasi motorik. 2. Respons kognitif: gangguan realitas, tidak dapat berpikir logis, persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, dan ketidakmampuan memahami situasi. 3. Respons perilaku dan emosi: agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriakteriak, kehilangan kendali/kontrol diri (aktivitas motorik tidak menentu), perasaan terancam, serta dapat berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan orang lain. Sedangkan menurut Pieter, dkk. (2011) tingkat kecemasan dibagi menjadi 3 yaitu : a. Kecemasan tingkat rendah Berhubungan dengan ketegangan peristiwa kehidupan sehari-hari, biasanya kecemasan ini menghasilkan kreativitas. b. Kecemasan tingkat sedang Pada kecemasan sedang, lebih memilih untuk memfokuskan diri pada hal hal penting saat itu juga dan mengesampingkan halhal lain. c. Kecemasan tingkat tinggi Lapangan persepsinya menjadi sangat sempit, individu cenderung memikirkan hal-hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal lain. Individu sulit untuk berpikir realitas dan membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain. Reaksi-reaksi fisiologis diantaranya nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, banyak berkeringat, rasa sakit kepala dan mengalami ketegangan.Reaksi kognitifnya adalah lapangan persepsi yang sangat sempit dan tidak mampu untuk menyelesaikan masalah.Adapun reaksi emosinya terlihat dari perasaan perasaan yang tidak aman. 16 8. Dampak Dari Kecemasan Semiun (2010) membagi beberapa dampak dari kecemasan kedalam beberapa simptom, antara lain : a. Simptom Suasana Hati Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber yang tidak diketahui. b. Simptom Kognitif Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah yang real yang ada. c. Simptom Motor Simptom motor merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari ancaman apa saja yang dirasanya mengancam. MenurutRamaiah (2009) kecemasan biasanya dapat menyebabkan dua akibat, yaitu: a. Kepanikan yang amat sangat dan karena itu gagal berfungsi secara normal atau menyesuaikan diri pada situasi. b. Gagal mengetahui terlebih dahulu bahayanya dan mengambil tindakan c. Kecemasan merupakan suatu perasaan khawatir, takut yang dapat di gambarkan pada perilaku seseorang berupa agitasi, panik, eforia, anhedonia,kesepian, kedangkalan, afek dan emosi yang tidak wajar, afek dan emosi yang labil, ambivalensi, apatis, amarah (Sunaryo, 2009). Sedangkan menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010)perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor : 17 a. Faktor predisposisi(predisposing factors) yaitu faktor yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan, sistem nilai yang dianut, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. b. Faktor pemungkin (enabling factors) yang mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. c. Faktor penguat (reinforcing factors), faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku petugas kesehatan. Pengaruh kecemasan terhadap tercapainya kedewasaan, merupakan masalah penting dalam perkembangan kepribadian. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan: jenis kelamin, umur, lingkungan dan situasi, tipe kepribadian, keadaan fisik, pendidikan dan status ekonomi (Stuart, 2009). C. Konsep PreOperasi 1. Pengertian PreOperasi Keperawatan preoperasi adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien. Preoperasi adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi atau pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan kemeja operasi (Smeltzer & Bare, 2009). 2. Gambaran Pasien PreOperasi Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun actual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis. Menurut Long B.C (2009), pasien preoperasi akan mengalami reaksi emosional berupa kecemasan. Berbagai alasan yang dapat menyebabkan kecemasan/ketakutan pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain : 18 a. Takut nyeri setelah pembedahan b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal (body image). c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti) d. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai penyakit yang sama. e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas. f. Takut mati saat di bius/tidak sadar lagi. g. Takut operasi gagal. Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat mempengaruhi respon fisiologis tubuh yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti : meningkatnya frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol,telapak tangan yang lembab,gelisah,menanyakan pertanyaan yang sama berulangkali,sulit tidur dan sering berkemih. Persiapan yang baik selama periode operasi membantu menurunkan resiko operasi dan meningkatkan pemulihan pasca bedah. Tujuan tindakan keperawatan preoperasi menurut Luckman dan Sorensen (2010),dimaksudkan untuk kebaikan bagi pasien dan keluarganya meliputi : a. Menunjukkan rasa takut dan cemasnya hilang atau berkurang (baik ungkapan secara verbal maupun ekspresi muka). b. Dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan mobilisasi yang dilakukan setelah tindakan operasi. c. Terpelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan nutrisi. d. Tidak terjadi vomitus karena aspirasi selama pasien dalam pengaruh anestesi. e. Tidak ada atau berkurangnya kemungkinan terjadi infeksi setelah tindakan operasi. f. Mendapatkan istirahat yang cukup. 19 g. Menjelaskan tentang prosedur operasi, jadwal operasi serta menandatangi inform consent. h. 3. Kondisi fisiknya dapat didetekasi selama operasi berlangsung. Tindakan Keperawatan Pre Operasi Tindakan keperawatan adalah setiap terapi perawatan langsung yang dilakukan perawat untuk kepentingan klien, tersebut termasuk terapi yang dilakukan perawat berdasarkan diagnosis keperawatan, pengobatan yang dilakukan dokter berdasarkan diagnosis medisdan melakukan fungsi penting sehari hari untuk klien yang tidak dapat melakukannya (Mc.Closkey &Bulechek, 1992 dikutip Barbara. 2009). Tindakan keperawatan preoperasi merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam rangka mempersiapkan pasien untuk dilakukan tindakan pembedahan dengan tujuan untuk menjamin keselamatan pasien intraoperasi. Persiapan fisik maupun persiapan penunjang serta persiapan mental sangat diperlukan karena kesuksesan tindakan pembedahan berawal dari kesuksesan persiapan yang dilakukan selama tahap persiapanpasien. 4. Persiapan Pasien Pre Operasi di Unit Perawatan a. Persiapan fisik Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh dibagi dalam 2 tahapan, yaitu Persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang operasi. Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien sebelum operasi menurut Brunner dan Suddarth (2009), antara lain : 1) Status Kesehatan Fisik Secara Umum Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi identitas klien,riwayat penyakit seperti keluarga,pemeriksaan kesehatan masa fisik lengkap lalu,riwayat antara lain kesehatan status hemodinamika,status kardiovaskuler,status pernafasan,fungsi ginjal 20 dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologdan lain-lain.Selain itu pasien harus istirahat yang cukup,karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik,tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadi haidlebih awal. 2) Status Nutrisi Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit trisep,ingkar lengan atas,kadar protein darah (protein dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca bedah dan mengakibatkan pasien lebih lama dirawat di rumah sakit. 3) Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dalam input dan out put cairan.Keseimbangan cairan dan elektrolit erat dengan fungsi ginjal.Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan.ekskresi metabolik obat-obatan anestesi 4) Kebersihan Lambung dan Kolon Lambung dan kolon harus dibersihkan terlebih dahulu.Tujuan pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari masuknya cairan lambung ke paru paru (aspirasi) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. 21 5) Pencukuran Daerah Operasi Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untukn menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka. 6) Personal Hygiene Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi karena tubuh yang kotor merupakan sumber kuman dan dapat mengkibatkan infeksi pada daerah operasi. 7) Pengosongan Kandung Kemih Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan pemasangan kateter.Selain untuk pengosongan isi bladder tindakan kateterisasi juga diperlukan untuk balance cairan. 8) Latihan Pre Operasi Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi,hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi, seperti : nyeri daerah operasi,batuk dan banyak lendir pada tenggorokan. Latihan yang diberikan pada pasien sebelum operasi antara lain: a) Latihan Nafas Dalam Latihan nafas dalam bermanfaat untuk mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaksasi sehingga pasien mampu beradaptasi dengan nyeri dan dapat meningkatkan kualitas tidur. Dengan melakukan latihan nafas dalam secara efektif maka pasien dapat segera mempraktekkan hal ini segera setelah operasi sesuai kondisi dan kebutuhan pasien. 22 b) Latihan Batuk Efektif Latihan batuk efektif sangat bermanfaat bagi pasien setelah operasi untuk mengeluarkan sekret atau lendir.Pasien dilatih dengan cara pasien condong kedepan dari posisi semifowler, jalinlan jari-jari tangan dan letakkan melintang diatas insisi sebagai bebat ketika batuk. Kemudian pasien nafas dalam seperti cara nafas dalam (3-5 kali). c) Latihan Gerak Sendi Latihan gerak sendi merupakan hal yang sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi,pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan. b. Persiapan Penunjang Persiapan penunjang yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti ecokardigrafi (EKG) dan lain lain. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien pre operasi antara lain : 1) Pemeriksaan radiologik dan diagnostik, seperti : Foto thorax, abdomen, foto tulangatau daerah fraktur, Ultra Sono Grafi (USG), Computerized Tomography Scan (CT scan), BNO-IVP, Renogram, Cystoscopy, Mammografi, Colon in Loop (CIL), Electro Cardio Grafi (EKG/EEG), Electro Enchephalo Grafi (ECHO, EEG). 2) Pemeriksaan laboratorium, Berupa pemeriksaan darah : hemoglobin, angka leukosit, limfosit, laju endap darah (LED), jumlah trombosit, protein total atau albumin dan globulin. 3) Biopsi 4) Pemeriksaan KGD 23 c. Pemeriksaan Status Anestesi Pemeriksaan status fisik untuk dilakukan pembiusan ditujukan untuk keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anestesi demi kepentingan pembedahan,pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan yang digunakan adalah dengan menggunakan metode American Society of Anasthesiologist(ASA). d. Informed Consent Hal yang sangat penting terkait aspek hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat yaitu,informed consent.Baik pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis,operasi sekecil apapun mempunyai resiko.Oleh sebab itu setiap pasien dan keluarganya wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis atau pembedahan dan anestesi. e. Persiapan Mental (Psikis) Persiapan mental hal yang tidak kalah pentingnya dalam persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental menurut Taylor (2010), dapat dilakukan dengan berbagai cara : 1) Membantu pasien mengetahui tentang tindakan yang dialami pasien sebelum operasi, memberikan informasi tentang, waktu operasi, halhal yang dialami pasien selama operasi, memberitahukan suasana dan peralatan yang ada di kamar operasi. 2) Memberi penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap dapat mengurangi kecemasan pasien. 24 3) Memberikan kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan segala prosedur yang ada dan memberi kesempatan kepada pasien dan keluarganya untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien diantar ke kamar operasi. 4) Mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien. 5) Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecemasan dan pasien dapat tidur. f. Obat-obat pre medikasi Pasien akan diberikan obat obatan pre medikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Obat-obatan pre medikasi yang diberikan biasanya valium atau diazepam.Antibiotik profilaksis biasanya diberikan sebelum pasien operasi.Antibiotik profilaksis diberikan 1-2 jam sebelum operasi dan dilanjutkan pasca bedah 2-3 kali (Sjamsuhidayat &Dejong,2009). 5. Jenis-jenis Tindakan Keperawatan Pre Operasi Kegiatan perawatan yang bisa dilakukan sesuai peran perawat preoperasi antara lain mengindentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi resiko pelaksanaan operasi,mengkaji kebutuhan fisik dan psikologis dan memfasilitasi persiapan fisik dan psikologis selama masa preoperasi (Taylor, 2010). Adapun tindakan keperawatan preoperasi yang dapat dilakukan sesuai peran perawat preoperasi adalah : a. Membina hubungan terapeutik, memberi kesempatan kepada klien untuk menyatakan rasa takut dan perhatiannya terhadap rencana operasi. b. Melakukan sentuhan untuk menunjukkan adanya empati dan perhatian. c. Menerangkan atau menjawab tentang berbagai prosedur operasi. 25 d. Meningkatkan pemenuhan nutrisi dan hidrasi. e. Mengajarkan batuk dan nafas dalam. f. Mengajarkan menejemen nyeri setelah pembedahan. g. Menerangkan alat alat yang digunakan oleh klien selama operasi. Sehari sebelum operasi. Memberikan dukungan emosional,menjawab pertanyaan dan memberikan dukungan spiritual bila diperlukan,melakukan pembatasan diet preoperasi, menyiapkan kebutuhan eliminasi selama dan setelah pembedahan,mencukur dan menyiapkan daerah operasi hari pembedahan, mengecek bahwa bahan dan obat-obatan telah lengkap,mengecek tanda tanda vital,mengecek inform consent, melanjutkan persiapan nutrisi dan hidrasi,melepaskan protese dan kosmetik,melakukan perawatan mulut, blas mengosongkan dan bowel,mempersiapkan catatan yang diperlukan selama preoperasi,memberikan obat-obatan yang perlu diberikan. Adapun tindakan keperawatan yang perlu diberikan pada pasien preoperasi menurut Potter dan Perry (2009),pada hari pembedahan diantaranya : Memeriksa isi rekam medis dan melengkapi pencatatan,seperti : pemeriksaan penunjang dan inform consent, melakukan pengukuran tanda tanda vital, melakukan pembersihan pasien, melakukan pembersihan rambut dan kosmetik, melakukan pemeriksaan protese, mempersiapkan usus dan kandung kemih, melakukan prosedur khusus seperti pemasangan naso tube(NGT),memberikan obat preoperasi. D. Kerangka Konsep Skema 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independent Variabel Dependent Pemberian informasi Kecemasan pre operasi gastric 26 E. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada hubungan pemberian informasi dengan kecemasan pada pasien preoperasi diruang rawat inap Rumah Sakit Harapan Pematang Siantar tahun 2014.