Pertemuan ke 4 II. HIMPUNAN 1. Definisi Kumpulan objek-objek yang berbeda dan mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama. Setiap objek yang terdapat dalam himpunan disebut anggota atau unsur atau elemen. Anggota-anggota himpunan ditulis dalam tanda kurung kurawal. 2. Penyajian Himpunan 4 cara menyajikan himpunan : Tabulasi atau enumerisasi Simbol-simbol baku Notasi pembentuk himpunan (set builder) Diagram Venn Tabulasi atau Enumerasi Metode tabulasi adalah cara menulis atau menyatakan himpunan dengan jalan menuliskan semua anggotanya. Jika A adalah himpunan bilangan 1,2,3,4 maka himpunan tersebut ditulis dalam bentuk A = { 1, 2, 3, 4} Contoh 2.3 : Sah-sah saja elemen-elemen di dalam himpunan tidak mempunyai hubungan satu sama lain, asalkan berbeda. Sebagai contoh, {kucing, a, Amir, 10, paku} adalah himpunan yang terdiri dari lima elemen, yaitu kucing, a, Amir, 10, paku Contoh 2.4 : R a, b, a, b, c, a, c C a, a, a K Contoh 2.6 : Himpunan bilangan bulat positif ditulis sebagai 1,2,3, Sedangkan himpunan bilangan bulat sebagai ,2,1,0,1,2, Untuk menyatakan keanggotaan tersebut digunakan notasi : x A Untuk menyatakan x merupakan anggota himpunan A x A Untuk menyatakan x bukan merupakan anggota himpunan A Contoh 2.7 : A 1,2,3,4, R a, b, a, b, c, a, c, dan K 3 A 5 A Maka a, b, c R a R aR K Simbol-simbol Baku Simbol baku yang biasa digunakan untuk mendefinisikan himpunan yang sering digunakan antara lain : P = himpunan bilangan bulat positif Z = himpunan bilangan bulat. Q = himpunan bilangan rasional. R = himpunan bilangan riil. Kadang kita berhubungan dengan himpunan-himpunan yang semuanya merupakan bagian dari sebuah himpunan yang universal. Himpunan yang universal ini disebut semesta dan disimbolkan dengan U Misalnya : U 1, 2, 3, 4, 5 A adalah himpunan bagian dari U, dengan A 1, 3, 5 Notasi Pembentuk Himpunan Himpunan dinyatakan dengan menulis syarat yang harus dipenuhi oleh anggotanya. Notasi:{x | syarat yang harus dipenuhi x } Aturan yang digunakan dalam penulisan syarat keanggotaan : a. Bagian di kiri tanda ‘ | ’ melambangkan elemen himpunan b. Tanda ‘ | ’ dibaca dimana atau sedemikian sehingga c. Bagian di kanan tanda ‘ | ’ menunjukkan syarat keanggotaan himpunan d. Setiap tanda ‘ , ’ di dalam syarat keanggotaan dibaca sebagai dan Contoh 2.9 : A adalah himpunan bilangan bulat positif lebih kecil dari 5, dinyatakan sebagai A = { x | x adalah himpunan bilangan bulat positif lebih kecil dari 5} Atau dalam notasi yang lebih ringkas : A = { x | x P, x < 5 } Yang sama dengan A = { 1, 2, 3, 4 } Diagram Venn Diagram Venn menyajikan himpunan secara grafis. Diagram Venn terdiri dari himpunan atau himpunan-himpunan yang dilambangkan dengan lingkaran dan himpunan semesta dilambangkan dengan persegi panjang. Contoh 2.10: U = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 } A = {1, 2, 3, 5 } B = {2, 5, 6, 8 } U atau S mempunyai anggota bilangan asli < 10 U A B 7 1 3 2 5 8 4 6 3. Kardinalitas Kardinalitas menunjukan jumlah anggota suatu himpunan. Jika terdapat himpunan A, maka kardinal A ditulis dengan lambang n (A) atau |A| Contoh : A={x | x bilangan prima, x 10} A={2, 3, 5, 7 } maka |A| = 4 4. Himpunan Kosong Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak memiliki satupun elemen atau himpunan dengan kardinal = 0. Himpunan kosong dilambangkan dengan atau { }. Contoh : P= {orang Indonesia yang pernah ke bulan}, maka |P| = 0 5. Himpunan Bagian (subset) Sebuah himpunan dapat merupakan bagian dari himpunan lain. Anggota yang terkandung pada himpunan tersebut juga terkandung pada himpunan yang lain. Himpunan A dikatakan himpunan bagian dari himpunan B jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan elemen dari B. Notasi : A B Diagram Venn Himpunan Bagian 1 2 3 4 1,2,3 1,2,3,4,5 5 Suatu himpunan merupakan himpunan bagian dari himpunan itu sendiri. Jika terdapat suatu himpunan A, maka berlaku A A. Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari suatu himpunan. Jika terdapat himpunan kosong dan himpunan A, maka berlaku A. Jika A B dan B C, maka A C 6. Himpunan yang Sama Himpunan A dikatakan sama dengan himpunan B jika dan hanya jika A adalah himpunan bagian B dan B merupakan himpunan bagian A. Dengan menggunakan lambang matematika. A = B A B dan B A 6. Himpunan yang Sama Contoh 2.17 : Jika A 1,2,3 Dan B 3,2,1 Maka A = B Karena urutan elemen di dalam himpunan tidak penting 7. Himpunan yang Ekivalen Himpunan A dikatakan ekivalen dengan himpunan B jika dan hanya jika kardinal A = kardinal B. Dengan menggunakan lambang matematika, A B A = B Contoh 2.18 : Jika A 1,3,5,7 dan B a, b, c, d , maka A ~ B sebab A B 4 8. Himpunan Saling Lepas Himpunan A dan B dikatakan saling lepas jika keduanya tidak mempunyai anggota yang sama. Dalam bentuk lambang dapat ditulis : A // B. Diagram Venn Himpunan Saling Lepas 9. Himpunan Kuasa Himpunan kuasa (power set) adalah suatu himpunan A yang anggota-anggotanya merupakan suatu himpunan bagian A, termasuk himpunan kosong dan himpunan A itu sendiri. Himpunan kuasa dari himpunan A dilambangkan dengan : P (A) atau 2A Contoh 2.20 : Jika A 1, 2 Maka A , 1 , 2, 1,2 10. Operasi Thdp Himpunan Irisan (intersection) Irisan dari himpunan A dan B adalah himpunan semua unsur yang termasuk di dalam A dan di dalam B. Irisan dari himpunan A dan himpunan B dilambangkan A B. Diagram Venn Operasi Irisan Gabungan (union) Gabungan himpunan A dan himpunan B adalah semua unsur yang termasuk di dalam A atau di dalam B. Gabungan dari himpunan A dan himpunan B dilambangkan A B. A B ={X:x A, x B, atau x AB } Diagram Venn Operasi Gabungan Komplemen (complement) Himpunan komplemen adalah himpunan semua unsur yang tidak termasuk dalam himpunan yang diberikan. Jika himpunannya A maka himpunan komplemennya dilambangkan A’ atau Ā Diagram Venn Komplemen U A A Selisih (difference) Selisih himpunan A dan B adalah semua unsur A yang tidak termasuk di dalam B. Selisih himpunan A dan himpunan B dilambangkan A – B atau A B’ Diagram Venn Operasi Selisih Beda Setangkup (symmetric difference) Beda setangkup himpunan A dan himpunan B adalah himpunan yang anggota-anggotanya hanya merupakan anggota himpunan A saja atau B saja. A B A B A B A B B A Diagram Venn Beda Setangkup Perkalian Kartesian Jika terdapat himpunan A dan himpunan B maka perkalian kartesian A x B adalah himpunan yang anggota-anggotanya merupakan pasangan terurut dengan komponen pertama berasal dari himpunan A dan komponen kedua berasal dari himpunan B. A x B ={(a,b) | a A dan b B } Contoh 2.29 : Perkalian Kartesian Misal : Maka : C = { 1, 2, 3 } D = { a, b } C x D = {(1,a) ,(1,b) ,(2,a) ,(2,b), (3,a) , (3,b)} Pasangan berurut (a,b) berbeda dengan (b,a), dengan kata lain (a,b) (b,a) Perkalian kartesian tidak komutatif, yaitu A x B B x A, dengan syarat A atau B tidak kosong Jika A = Ø atau B = Ø, maka A x B = B x A = Ø Jika A dan B merupakan himpunan berhingga, maka : |A x B | = | A | . | B | 11. Perampatan Operasi Himpunan Operasi himpunan dapat dilakukan thdp 2 atau lebih himpunan. n A1 A2 An Ai i 1 n A1 A2 An Ai i 1 n A1 A2 An Ai i 1 n A1 A2 An Ai i 1 Contoh 2.32 : Misalkan : A1 0,2,3 A2 1,2,3,6 A3 1,0,3,9 Maka, Ai 3 dan 3 i 1 Ai 1,0,1,2,3,6,9 3 i 1 12. Hukum-hukum Aljabar Himpunan No 1 2 Hukum Identitas Dominasi (i) (ii) (i) (ii) AØ A A U A AØ Ø A U U 3 Komplemen (i) A A U (ii) A A Ø 4 Idempoten (i) A A A (ii) A A A 5 Involusi A A 6 Penyerapan A A B A 7 Komutatif A B B A A A B A A B B A 8 Asosiatif A B C A B C A B C A B C 9 Distributif A B C A B A C 10 De Morgen A B A B A B C A B A C A B A B 11 Hukum 0/1 Kompl. 2 Ø U U Ø 13. Prinsip Dualitas 1 Identitas : AØ A 2 Dominasi : AØ Ø 3 Komplemen : A A U 4 Idempoten : A A A Dualnya : A U A Dualnya : A U U Dualnya : A A Ø Dualnya : A A A 5 Penyerapan : 6 Komutatif : A A B A A B B A Dualnya : A A B A Dualnya : A B B A 7 Asosiatif : 8 Distributif : Dualnya : A B C A B A C A B C A B A C 9 De Morgan : A B C A B C A B A B 10 Hukum 0/1 Ø U Dualnya : A B C A B C Dualnya : A B A B Dualnya : U Ø 14. Prinsip Inklusi - Eksklusi AB = A + B - A B Menghitung jumlah elemen hasil operasi beda setangkup A B A B 2 A B Contoh 2.35 : Berapa banyaknya bilangan bulat antara 1 dan 100 yang habis dibagi 3 atau 5? Penyelesaian : A = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3. B = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 5. A B = himpunan bilangan bulat yang habis dibagi 3 dan 5 (yaitu himpunan bilangan bulat yang habis dibagi oleh KPK-Kelipatan Persekutuan Terkecil-dari 3 dan 5, yaitu 15) Yang ditanyakan adalah AB. Terlebih dahulu kita harus menghitung A 100 / 3 33 B 100 / 5 20 A B 100 / 15 6 Untuk mendapatkan AB = A + B - A B = 33 + 20 – 6 = 47 Jadi, ada 47 buah bilangan yang habis dibagi 3 atau 5 Prinsip inklusi-eksklusi dapat dirampatkan untuk operasi lebih dari dua buah himpunan ABC = A + B + C - A B - A C - B C + ABC Contoh 2.36 : I = himpunan mhs yang mengambil kuliah Bahasa Inggris. P= himpunan mhs yang mengambil kuliah Bahasa Perancis. J = himpunan mhs yang mengambil kuliah Bahasa Jerman. maka I = 1232, dan P = 879, I P = 103, I J = 23, IPJ = 2092 J = 114 P J = 14, Penyulihan nilai-nilai di atas pada persamaan IPJ = I + P + J - I P - I J - P J + IPJ Memberikan 2092 = 1232 + 879 +114 – 103 -23 -14 + IPJ Sehingga IPJ = 7 Jadi, ada 7 orang mhs yang mengambil ketiga buah kuliah Bahasa Inggris, Perancis dan Jerman. Sifat-sifat Operasi Himpunan dan prinsip dualitas 15. Partisi Partisi dari sebuah himpunan A adalah sekumpulan himpunan bagian tidak kosong A1, A2,…dari A sedemikian sehingga : a. A1 A2 A dan b. Himpunan bagian Ai saling lepas, yaitu Ai A j Ø untuk i j Contoh 2.37 : Misalkan A 1,2,3,4,5,6,7,8 maka 1, 2,3,4, 7,8, 5,6 Adalah partisi dari A 16. Pembuktian Proposisi Himpunan Pernyataan himpunan dapat dibuktikan dengan menggunakan : Diagram Venn Tabel keanggotaan Sifat aljabar/operasi himpunan Definisi Pembuktian dengan menggunakan Diagram Venn Untuk membuktikan kebenaran dari pernyataan himpunan dengan menggunakan diagram Venn : Gambarkan diagram Venn untuk ruas kiri dan ruas kanan kesamaan. Jika ternyata kedua gambar dari diagram Venn tersebut sama maka kesamaan tersebut terbukti benar. Contoh 2.38 : Keduanya memberikan area arsiran yang sama B A C A B C B A C A B A C B A C A B C B A C A B A C Pembuktian dengan menggunakan tabel keanggotaan. Contoh 2.39 : A 0 0 0 0 1 1 1 1 B 0 0 1 1 0 0 1 1 C BC A(BC) AB AC (AB)(A C) 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 p T T F F q T F T F pq T F F F Konjungsi p T T F F q T F T F pq T T T F Disjungsi Pembuktian dengan menggunakan sifat aljabar/operasi himpunan. Contoh 2.40 : Misalkan A dan B himpunan. Buktikan bahwa A B A B A Penyelesaian : A B A B A B B Distributif A U A Komplemen Identitas Pembuktian dengan menggunakan definisi. Membuktikan proposisi himpunan yang tidak berbentuk kesamaan, tetapi proposisi yang berbentuk implikasi. Biasanya terdapat notasi himpunan bagian atau Contoh 2.47 : Misalkan A dan B himpunan. Jika A B Ø maka A C dan A B C Buktikan ! 17. Himpunan Ganda & Operasinya Pada himpunan ganda, terdapat satu anggota yang muncul lebih dari satu kali. Jumlah kemunculan anggota dari suatu himpunan ganda disebut multiplisitas. Contoh : Q = { 1,1,2,2,2,4,7,8,8,9} Multiplisitas 2 adalah 3 Multiplisitas 8 adalah 2 Operasi Gabungan Operasi gabungan pada multiset akan menghasilkan multiplisitas anggotaanggotanya sama dengan multiplisitas maksimum anggota-anggota pada himpunan ganda. Contoh : S = { 1,1,2,2,2,3} T = { 1,1,1,2,2,3,3,4} ST = { 1,1,1,2,2,2,3,3,4} Operasi Irisan Operasi irisan pada multiset akan menghasilkan multiset yang multiplisitas anggota-anggotanya sama dengan multiplisitas minimum anggota-anggota pada himpunan ganda. Contoh : S = { 1,1,2,2,2,3} T = { 1,1,1,2,2,3,3,4} ST = { 1,1,2,2,3} Operasi Selisih Misal S dan T adalah multiset. Operasi selisih S – T akan menghasilkan multiset yang multiplisitas anggotaanggotanya ditentukan dengan cara : Jika multiplisitas anggota yang sama antara S dan T lebih besar pada S maka S – T multiplisitas anggota yang ada pada S dikurangi multiplisitas pada T, jika selisihnya positif Jika multiplisitas anggota yang sama antara S dan T lebih besar pada T, maka multiplisitas anggota yang sama tersebut sama dengan 0 ( jika selisihnya nol atau negatif ) Contoh : S = { 1,1,2,2,2,3} T = { 1,1,1,2,2,3,3,4} S-T = { 2 } T-S = { 1,3,4} Operasi Jumlah Misal S dan T adalah multiset. Operasi penjumlahan S + T akan menghasilkan multiset yang multiplisitas anggotaanggotanya merupakan jumlah dari multiplisitas masingmasing anggota yang sama. Contoh : S = { 1,1,2,2,2,3} T = { 1,1,1,2,2,3,3,4} S+T = { 1,1,1,1,1,2,2,2,2,2,3,3,3,4}