Pemikiran Harold Innis terhadap Pengembangan Ilmu Komunikasi A. Eko Setyanto Christina Tri Hendriyani Nuryanto Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract There are many new concepts Innis contributed to the development of political economy as well as the science of communication. Donation was obtained through research Innis Innis who roam until meandered Canada, among others, about the fur trade, the development of the railway network and the trans-Pacific trade raw goods, to study communication, Innis found that technology will determine the development of civilization. Media Communication is not something neutral. The media is very biased against time and space (time-biased media and space-biased media). A biased media is media that focus on duration and durable. Such media are usually not practical to carry around and weighs heavy. While media bias is a media space that emphasizes mastery of space or territory. Such media are usually mild and very easy to carry so it is more practical. Replacement of the media bias of media bias media bias time into space, usually influenced by developments in technology. If the shared media bias that accompanies determine civilization, the technology that converts media bias also contribute to the change. In other words, technology will change communication (media) and in time will change civilization. This argument put forward Innis in his research that venture into remote-Peloso inland through in-depth interviews and record the oral history of sites visited. Keywords: Harold Innis, communications science, political economy Pendahuluan Kegiatan berkomunikasi adalah kegiatan yang melekat pada diri manusia. Bahkan komunikasi itu ada berbarengan dengan keberadaan manusia sebagai homo-sociocus. Oleh karena itu, komunikasi melekat pada eksisitensi manusia. Dua hal ini, manusia dan komunikasi, dapat disamakan dengan dua sisi dari sekeping mata uang. Perkembangan peradaban manusia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh komunikasi. 1 Kemampuan manusia untuk berkomunikasi semakin lama menjadi semakin rumit dan kompleks sehingga dapat menjadi pembeda antara dunia manusia dengan dunia binatang. Selanjutnya Littlejohn mengatakan: ”Communication is one of the most pervasive, important, and complex aspects of human life. The ability to communicate on a higher level separates humans from other animals. Our daily lives are strongly affected by our own communication with others as well as by messages from unknown persons from other parts of the world and from the past. If there is a need to know about our world, surely communication deserves our careful attention”. (Littlejohn, 1996, 3). Komunikasi yang dikembangkan oleh manusia sarat dengan berbagai simbol dan karena itu hanya dapat dicerna oleh manusia itu sendiri. Fenomena komunikasi secara serius dipelajari sejak jaman Yunani maupun Romawi kuno dalam kemampuan rhetorika. Selain di eropa, fenomena komunikasi pun dipelajari di India maupun di China. Bahkan kertas sebagai alat/media berkomunikasi ditemukan pertama kali di China sekitar tahun 105M. Aktivitas komunikasi menjadi semakin intensif ketika ditemukannya alat mesin cetak oleh Guttenberg pada tahun 1457. Alat ini membawa revolusi dalam berkomunikasi, terutama komunikasi cetak yang mampu menebar ide dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang relatif singkat. Pada awalnya, kegiatan komunikasi yang semakin masif berupa propaganda untuk menyiarkan agama, baik di Eropa untuk penyiaran agama Kristen maupun di Jazirah Arab untuk penyiaran agama Islam. Penemuan mesin cetak pada awalnya dipergunakan untuk mencetak buku-buku injil. Fenomena komunikasi yang sudah dicermati sejak jaman Yunani Kuno ternyata tidak segera melahirkan kajian tersendiri yang dikenal sebagai Ilmu Komunikasi sampai akhir abad 19. Baru pada awal abad 20, fenomena komunikasi dipelajari secara serius oleh ahli-ahli politik, matematika, psikologi, linguistik dan sebagainya. Kajian-kajian mereka ini pada akhirnya melahirkan ilmu baru yaitu Ilmu Komunikasi. Kajian-kajian para ahli tersebut antara lain Harold Lasswell (ilmu politik), Kurt Lewin (Psikologi sosial), Carl Hovland (psikolog), Paul Lazarsfeld (sosiolog) dan Harold Innis (ekonomi-politik). Kegiatan akademik pada awal kelahiran Ilmu Komunikasi sudah menggambarkan bahwa fenomena komunikasi merupakan suatu obyek yang dapat 2 diteliti oleh berbagai disiplin ilmu. Dengan kata lain, komunikasi bukanlah suatu disiplin ilmu. Ia hanya sekedar obyek kajian dari disiplin ilmu yang sudah ada. Pada perkembangan selanjutnya, seorang ahli yang bernama Wilbur Schramm mengemas menjadi disiplin ilmu tersendiri yang terpisah dari disiplin ilmu-ilmu lainnya. Awal abad 20 merupakan momentum lahirnya disiplin Ilmu Komunikasi karena ada beberapa faktor yang mendorongnya. Faktor-faktor tersebut antara lain penemuan-penemuan baru dibidang sains dan tehnologi ditambah dengan adanya Perang Dunia I dan II yang menggunakan komunikasi terutama propaganda dalam strategi memenangkan perang. Selanjutnya Littlejohn mengatakan: “Although communication has been studied since antiquity, it became an especially important topic in the 20th century. One author describes this development as a ‘revolutionary discovery’, largely caused by the rise of communications technologies such as radio, television, telephone, satellites and computer networking, along with industrialization, big business, and global politics. Clearly, communication has assumed immense importance in our time. Intense interest in the academic study of communication began after WW I, as increasing technologies and literacy made communication a topic concern. The subject was given impetus by the popular 20th century philosophy of progressivism and pragmatism, which stimulated a desire to improve society through widespread social change” (Littlejohn, 1996, 4). Selepas Perang Dunia II, Ilmu Komunikasi berkembang pesat sejalan dengan penemuan-penemuan mutakhir teknologi komunikasi dan komputer serta semakin berkembangnya kegiatan di bidang perdagangan/pemasaran, khususnya bidang periklanan dan public relations. Sejalan dengan kemajuan aktivitas komunikasi, kajian-kajian di bidang komunikasi juga semakin berkembang dan semakin canggih. Namun demikian, kajian-kajian tentang formasi ketika ilmu komunikasi dibentuk, masih jarang dilakukan. Kajian-kajian dengan berbasis pendekatan biografi personal para pelopor Ilmu Komunikasi tidak banyak yang mempelajarinya. Beberapa diantaranya antara lain Everett Rogers (1994) mengkaji sejarah ilmu komunikasi dengan pendekatan biografi personal. Nuryanto (Juli, 2011) meneliti pemikiran Wilbur Schramm dalam upaya membentuk disiplin Ilmu Komunikasi dan Eko 3 Setyanto (2012) meneliti sumbangan pemikiran Harold Lasswell di bidang komunikasi. Sementara itu, masih banyak tokoh-tokoh intelektual pelopor Ilmu Komunikasi yang pemikirannya patut dikaji secara mendalam. Salah satunya adalah Harold Adams Innis (1894-1952). Revolusi Industri di Eropa membawa dampak signifikan bagi perkembangan peradaban manusia, terutama ketika terjadi penemuan-penemuan tehnologi komunikasi. Dampak sosial teknologi komunikasi telah banyak diteliti, terutama dampak dari penemuan mesin cetak, telegram, telepon, film dan televisi. Memasuki tahu 1970-an terjadi revolusi tehnologi komunikasi dengan ditemukannya prosesor mikro komputer, televisi kabel, satelit dan tehnologi pesan elektronik yang membawa perubahan baru dalam studi komunikasi dan sudah barang tentu membawa perubahan sosial masyarakat secara sangat signifikan. Pada posisi inilah Innis menyerukan supaya para ahli komunikasi memperhatikan dan mencermati secara mendalam peran tehnologi komunikasi beserta dampaknya pada masyarakat luas. Innis percaya bahwa perubahan teknologi menyebabkan perubahan masyarakat. Teorinya ini dikenal sebagai technological determinism. Meskipun Harold Innis telah memberikan sumbangan besar dalam perkembangan Ilmu Komunikasi, tradisi keintelektualannya yang multi-disiplin belum banyak dikaji. Padahal kajian-kajian semacam ini penting untuk diketahui oleh mahasiswa komunikasi atau siapa saja yang baru belajar ilmu komunikasi agar mereka dapat memahami secara utuh tradisi intelektual para pendiri ilmu komunikasi. Konsep-konsep yang dikembangkan Innis a) Sejarah Canadian Pacific Railways (CPR). Harold Innis menulis tesis PhD-nya tentang sejarah jaringan kereta api Kanada di bagian Canadian Pacific Railway (CPR). Penyelesaian jaringan kereta api benua pertama tahun 1885 itu telah menjadi saat yang menentukan dalam sejarah Kanada. Disertasi ini akhirnya diterbitkan sebagai buku pada tahun 1923, dapat dilihat sebagai upaya awal untuk mendokumentasikan pentingnya kereta api itu dari titik seorang sejarawan ekonomi terpandang. Kajiannya menggunakan analisis statistik canggih untuk mendukung argumen. Innis menyatakan bahwa 4 proyek konstruksi ini sulit dan mahal ditopang oleh kekhawatiran aneksasi Amerika dari Kanada Barat. Innis berpendapat bahwa “sejarah Canadian Pacific Railroad terutama adalah sejarah penyebaran peradaban Barat atas bagian utara benua Amerika Utara". Sebagai catatan pakar Robert Babe menyatakan bahwa, kereta api membawa industrialisasi, mengangkut pasokan batubara dan bangunan ke tempat manufaktur. Itu juga jenis media komunikasi yang berkontribusi terhadap penyebaran peradaban Eropa. Pakar Arthur Kroker berpendapat bahwa studi Innis tentang the Canadian Pacific Railway adalah yang pertama di mana ia berusaha untuk menunjukkan bahwa teknologi bukanlah sesuatu yang eksternal untuk Kanada, tetapi sebaliknya, adalah kondisi yang diperlukan dan konsekuensi logis dari eksistensi Kanada. b). Teori Staples Innis mengembangkan teori staples (stok bahan mentah), dan metode penyelidikan intelektual, melalui kontribusi besar untuk sejarah ekonomi selama tahun 1920-an dan 1930-an. Pada saat itu, Kanada terutama mengekspor komoditas mentah ke Eropa. Innis berpendapat bahwa pencarian dan eksploitasi komoditas mentah tertentu (atau "staples") seperti ikan, bulu, kayu, produk pertanian dan mineral, menciptakan perekonomian daerah di Kanada. Ia menggambarkan hubungan antara wilayah Kanada sebagai salah satu "jantung" untuk "hinterland." Menurut Innis, jenis tertentu hubungan ekonomi dan politik tumbuh dari dominasi Toronto-Montreal koridor perkotaan selama pinggiran timur, utara dan barat. Pinggiran, atau pedalaman, didominasi oleh inti, atau jantung. Karena jantung itu tergantung pada pencarian dan akumulasi staples (yang terletak di pedalaman) untuk mengabadikan ekonomi, ia berusaha untuk mendapatkan kekuasaan ekonomi dan politik dengan memanfaatkan pedalaman. Sebagai contoh, Innis mengklaim bahwa sebagian besar perdagangan bulu ditentukan batas Kanada. Pentingnya bulu sebagai produk pokok mengakibatkan, terutama, di bagian utara benua yang tersisa Inggris. Meskipun Kanada telah 5 menyatakan kemerdekaannya dari kekuasaan kolonial, itu tetap tergantung pada Inggris untuk perdagangan. Perdangan berdasarakan bahan mentah adalah perdagangan yang rentan. Selain dipengaruhi fluktuasi permintaan dan penawaran, ia juga diperngaruhi oleh kondisi geografi dan alam. Maka untuk menjamin ekspor staples ini dimungkinkan melalui perbaikan jaringan transportasi yang mencakup sungai, dan kemudian kereta api. c). “Dirt” Research (Penelitian Lapangan) Pada tahun 1920, Innis bergabung dengan departemen ekonomi politik di Universitas Toronto. Dia ditugaskan untuk mengajar mata kuliah perdagangan, sejarah ekonomi dan teori ekonomi. Dia memutuskan untuk fokus penelitian ilmiah tentang sejarah ekonomi Kanada, subjek yang sangat diabaikan, dan ia meneliti perdagangan bulu sebagai ranah pertama studinya. Perdagangan bulu telah membawa pedagang Perancis dan Inggris ke Kanada, memotivasi mereka untuk melakukan perjalanan barat sepanjang saling danau dan sungai sistem benua ke pantai Pasifik. Innis menyadari bahwa ia tidak akan hanya perlu mencari dokumen arsip untuk memahami sejarah perdagangan bulu, tetapi juga harus melakukan perjalanan negara sendiri mengumpulkan massa informasi langsung dan mengumpulkan apa yang disebutnya "kotoran" pengalaman. Dengan demikian, Innis bepergian secara luas dimulai pada musim panas 1924. Ia dan temannya menyusuri Sungai Perdamaian dengan perahu sampai ke Danau Athabasca; kemudian menyusuri Sungai Slave ke Great Slave Lake. Mereka melanjutkan perjalanan menyusuri Mackenzie, sungai terpanjang Kanada, ke Samudra Arktik. Selama perjalanannya, Innis tidak hanya meneliti perdagangan bulu namun juga mengumpulkan informasi tentang produk pokok lainnya seperti kayu, pulp dan kertas , mineral, biji-bijian dan ikan. Di mana-mana Innis pergi, metode penelitiannya adalah sama. Ia mewawancarai orang-orang yang berhubungan dengan produksi produk pokok dan mendengarkan cerita mereka. 6 d). Perdagangan Bulu di Kanada Ketertarikan Harold Innis pada hubungan antara negara induk dan koloni dikembangkan dalam studi klasiknya, The Fur Trade di Kanada: Sebuah Pengantar Sejarah Ekonomi Kanada (1930). Buku ini menceritakan perdagangan bulu dari awal abad ke-16 untuk tahun 1920-an. Buku ini berfokus pada petualang orang Eropa yang menjelajahi padang gurun Kanada. Ia menyimpulkan sebagian besar perdagangan bulu menentukan batas-batas Kanada. The Fur Trade di Kanada juga menggambarkan interaksi budaya di antara tiga kelompok orang: orang Eropa di pusat-pusat metropolitan; pemukim Eropa kolonial yang melihat bulu sebagai barang pokok yang dapat diekspor untuk membayar barang-barang manufaktur, dan masyarakat Bangsa Pertama yang memperdagangkan bulu untuk barang-barang industri seperti pot logam, pisau, senjata, dan minuman keras. Innis menggambarkan peran sentral masyarakat bangsa-bangsa pertama dimainkan pengembangan perdagangan bulu. Tanpa teknik berburu terampil mereka, pengetahuan tentang wilayah dan alat-alat canggih seperti sepatu salju, kereta salju dan kano birch-kulit kayu, perdagangan bulu tidak akan ada. Tidak seperti banyak sejarawan yang melihat sejarah Kanada sebagai diawali dengan kedatangan orang Eropa, Innis menekankan kontribusi budaya dan ekonomi masyarakat Bangsa Pertama. The Fur Trade di Kanada menyimpulkan dengan menyatakan bahwa sejarah ekonomi Kanada dapat dipahami dengan memeriksa bagaimana satu produk pokok (bulu) memberi jalan perdagangan kayu, dan kemudian gandum serta mineral. Ketergantungan pada staples menyebabkan Kanada secara ekonomi tergantung pada banyak negara industri maju dan terjadi pergeseran dari satu pokok ke pokok yang lain yang pada gilirannya menyebabkan gangguan dalam kehidupan ekonomi negara. Teori Komunikasi yang Dikembangkan Studi Innis melalui penjelajahan sungai dan danau akhirnya memicu minatnya dalam hubungan ekonomi dan budaya yang berkaitan dengan sistem transportasi dan komunikasi. 7 Selama tahun 1940-an, Innis juga mulai mempelajari industri pulp dan kertas, industri penting pada perekonomian Kanada. Penulis biografi Paul Heyer menulis bahwa Innis melalui studi pulp dan kertas akhirnya menenuju penelitian tentang koran dan jurnalistik. Dengan kata lain, dari melihat industri berbasis sumber daya alam yang mengalihkan perhatian ke industri budaya informasi. Salah satu kontribusi utama Innis untuk studi komunikasi adalah untuk menerapkan dimensi waktu dan ruang untuk berbagai media. Ia membagi media kedalam dua kategori yakni media yang diikat waktu (time binding media) dan media yang diikat ruang (space binding media). Time binding media adalah tahan lama. Media semacam ini termasuk tanah liat atau batu tablet. Space binding media umurnya lebih singkat. Mereka termasuk media modern seperti radio, televisi, dan surat kabar sirkulasi massa. Fokus utama studi Innis 'adalah sejarah sosial media komunikasi; ia percaya bahwa stabilitas relatif budaya tergantung pada keseimbangan dan proporsi media mereka. Untuk mengerti apa yang dimaksud Innis, ada tiga pertanyaan utama yang perlu dijawab: 1. Bagaimana teknologi komunikasi tertentu beroperasi? 2. Asumsi apa yang mereka ambil dari dan memberikan kontribusi kepada masyarakat? 3. Bentuk kekuasaan seperti apa yang mereka mendorong? Bagi Innis, kunci untuk perubahan sosial ditemukan dalam pengembangan media komunikasi. Dia mengklaim bahwa setiap media mewujudkan bias dalam hal organisasi dan kontrol informasi. Setiap kerajaan atau masyarakat umumnya berkaitan dengan durasi waktu ke waktu dan ekstensi dalam ruang. Media Waktu-bias, seperti batu dan tanah liat, tahan lama dan berat. Karena mereka sulit untuk bergerak, mereka tidak mendorong perluasan wilayah; Namun, karena mereka memiliki umur panjang, mereka mendorong perluasan kerajaan dari waktu ke waktu. Innis terkait media ini dengan adat, suci, dan moral. Media Waktu-bias memfasilitasi pengembangan hierarki sosial, seperti archetypally dicontohkan oleh Mesir kuno. Untuk Innis, pidato adalah media waktu-bias. Space-bias media yang ringan dan portabel; mereka dapat diangkut jarak besar. Mereka terkait dengan masyarakat sekuler dan teritorial; mereka memfasilitasi 8 perluasan kerajaan atas ruang. Contohnya adalah kertas, ia mudah diangkut, namun memiliki umur yang relatif pendek. Bagi Innis, organisasi kerajaan tampaknya mengikuti dua model utama. Model pertama adalah militeristik dan peduli dengan penaklukan ruang. Model kedua adalah agama dan peduli dengan penaklukan waktu. Secara Relatif, media yang mendukung menaklukkan militer-ruang biasanya lebih ringan, sehingga kendala jarak yang jauh bisa berkurang. Media yang mendukung kerajaan teokratis memiliki daya tahan relatif sebagai karakteristik utamanya sehingga mereka dapat mendukung konsep hidup yang kekal. Innis memeriksa naik turunnya kerajaan kuno sebagai cara melacak efek media komunikasi. Dia memandang peran media yang menyebabkan pertumbuhan kerajaan; namun juga sekaligus mempercepat keruntuhan kerajaan itu. Dia mencoba untuk menunjukkan bahwa 'bias' Media terhadap waktu atau ruang yang terkena timbal balik yang kompleks yang diperlukan untuk mempertahankan kerajaan. Timbal balik ini termasuk kemitraan antara pengetahuan (dan ide-ide) yang diperlukan untuk membuat dan memelihara sebuah kerajaan, dan kekuatan (atau kekuatan) yang diperlukan untuk memperluas dan mempertahankannya. Untuk Innis, interaksi antara pengetahuan dan kekuasaan selalu merupakan faktor krusial dalam pemahaman kerajaan. Innis berpendapat bahwa keseimbangan antara kata yang diucapkan dan tulisan berkontribusi terhadap berkembangnya Kerajaan Yunani kuno pada zaman Plato. Keseimbangan antara time-biased media melalui kata-kata dan space biased media melalui tulisan kadang-kadang diperlukan. Menurut Innis, tradisi ucapan dapat menjadi dasar ke tradisi tulisan sebagaimana ditunjukkan beralihanya peradaban Yunani ke Imperium Romawi. Pendek kata menurut Innis, suasana permusuhan antara time-biased media dan space biased media, dimana salah satu tradisi meminggirkan yang lain, mengarah pada penciptaan monopoli pengetahuan. Peradaban barat hanya bisa diselamatkan, menurut Innis, dengan memulihkan keseimbangan antara ruang dan waktu. Baginya, itu berarti menghidupkan kembali tradisi lisan dalam universitas dan membebaskan institusi pendidikan tinggi dari tekanan politik dan komersial. Dalam esainya, A Plea for Time, ia menyarankan bahwa dialog yang tulus dalam universitas dapat 9 menghasilkan pemikiran yang kritis yang diperlukan untuk mengembalikan keseimbangan antara kekuasaan dan pengetahuan. Kemudian, universitas bisa mengumpulkan keberanian untuk mengkritisi monopoli yang selalu membahayakan peradaban. Orang-orang yang mengendalikan pengetahuan melalui media yang dominan dari masyarakat tertentu (baik itu ilmiah, pemerintah, elit agama atau profesional) juga mengendalikan realitas, dalam arti bahwa mereka berada dalam posisi untuk menentukan apa pengetahuan yang sah. Dengan cara ini, monopoli pengetahuan mendorong senralisasi kekuasaan. Bias Komunikasi Dalam bukunya The Bias Communication Innis menganggap pentingnya komunikasi untuk peningkatan maupun penurunan sifat budaya. Dia menetapkan dialektika antara media dengan bias waktu dan orang-orang dengan bias ruang. Menurut karakteristik media komunikasi mungkin lebih cocok untuk transportasi, atau untuk penyebaran pengetahuan dari waktu ke waktu, lebih daripada ruang, terutama jika media tersebut berat dan tahan lama dan tidak cocok untuk transportasi, atau untuk penyebaran pengetahuan lebih ruang daripada dari waktu ke waktu, terutama jika media ringan dan mudah diangkut. Dia menyimpulkan bahwa "penekanan relatif tepat waktu atau ruang akan menyiratkan bias signifikansi budaya di mana ia tertanam. Empires yang, dengan kata lain, ditandai dengan media yang mereka gunakan secara efektif, sebagian karena itulah bagaimana orang lain datang untuk mengetahui prestasi mereka. Kemudian ia menunjukkan bagaimana bias ini mempengaruhi naik turunnya kerajaan dari Mesir, Sumeria dan Babilonia, pada abad ke-20 Amerika Utara dan kerajaan-kerajaan Eropa. Jika kita membandingkan dengan perkamen papirus atau kertas, misalnya, berat badan bukanlah benar-benar unsur yang menentukan. Hal ini lebih berguna untuk memikirkan bias media yang terkait dengan kemampuan pesan untuk bertahan hidup transmisi dan berdampak atas ruang atau dari waktu ke waktu. Ini bukan beratnya batu yang selalu membuat media-waktu bias, melainkan kemampuannya untuk bertahan hidup elemen dan bencana alam sehingga 10 mungkin masih berkomunikasi abad pesan atau ribuan tahun kemudian. Piramida, kuil, jembatan, dan katedral dunia masih dapat berkomunikasi sesuatu makna penting mereka kepada kami hari ini, kalau saja kita tahu bagaimana untuk memecahkan kode kerajaan-gedung mereka. Pesan-pesan yang telah berlangsung cenderung bias pandangan kita tentang sejarah kerajaan: Menulis di lapangan tanah liat dan batu telah diawetkan lebih efektif dibandingkan pada papirus. Karena komoditas tahan lama menekankan waktu dan kontinuitas, studi peradaban seperti Toynbee cenderung memiliki bias terhadap agama dan untuk menunjukkan pengabaian masalah ruang, terutama administrasi dan hukum. Kita tahu tentang sejarah kerajaan sebagian besar dari dokumen-waktu bias yang selamat. Innis menunjukkan bahwa media diadopsi oleh peradaban tertentu akan membentuk "karakter pengetahuan" ditularkan oleh budaya itu, tidak hanya di awal pengiriman, tetapi juga dalam penerimaan akhirnya kami. Dalam ide ini adalah asal McLuhan "medium adalah pesan." Analisis Innis 'dapat menjadi kompleks dan multi-dimensi karena ia memahami bahwa umur panjang kekaisaran tergantung pada kemampuan mereka untuk memperpanjang sendiri selama waktu dan ruang. Hal ini sering pertanyaan keseimbangan. Misalnya, ia mengklaim bahwa peradaban Mesir "tampaknya telah sangat dipengaruhi oleh karakter. Pemanfaatan Nil banjir periodik tergantung pada kontrol terpadu dari otoritas mutlak." Penemuan dan adopsi kalender dengan kepastian tanggal untuk festival keagamaan [sidereal kalender diukur waktu oleh pergerakan bintangbintang] memfasilitasi pembentukan sebuah monarki absolut dan pengenaan otoritas Osiris dan Ra, sungai Nil dan Sun, di Mesir atas. Sukses monarki dalam memperoleh kontrol atas Mesir dalam hal ruang mengharuskan perhatian dengan masalah kontinuitas dari waktu ke waktu. Penemuan kalender menjadi cara untuk memperpanjang sebuah kerajaan atas waktu dan ruang. Bagian ini menggambarkan apa yang McLuhan sebut sebagai Innis '"mosaik", yakni pendekatan untuk mengembangkan ide-idenya. Unsur terkait disandingkan, meninggalkan kesenjangan yang membutuhkan pembaca untuk membuat koneksi. Hasilnya adalah sebuah "interface" - "interaksi zat dalam iritasi saling baik," menurut McLuhan. "Ini adalah bentuk alami dari percakapan atau 11 dialog ketimbang wacana tertulis. Dalam penulisan, kecenderungannya adalah untuk mengisolasi aspek beberapa materi dan mengarahkan perhatian pada aspek yang stabil. Dalam dialog ada interaksi sama alami beberapa aspek hal apapun. ini interaksi aspek dapat menghasilkan wawasan atau penemuan. Berulang-ulang, Innis menekankan kebutuhan kesinambungan dengan kebutuhan untuk mengklaim wilayah, keseimbangan kekhawatiran pusat perusahaan bangunan kerajaan, dan secara signifikan ditentukan oleh media komunikasi: "Monopoli pengetahuan yang berpusat di sekitar batu dan hieroglif terkena persaingan dari papirus sebagai media baru dan lebih efisien ". Hal ini benar-benar "monopoli pengetahuan" yang dipertaruhkan dalam umur panjang kerajaan. Media baru mengancam untuk menggantikan monopoli sebelumnya pengetahuan, kecuali media-media tersebut dapat mendaftarkan diri dalam pelayanan struktur kekuasaan sebelumnya. Jika imam dapat memperoleh monopoli atas papirus dan menulis, maka mereka akan mendapatkan kekuasaan relatif terhadap raja yang tergantung pada monumen batu. Batas-batas pergeseran kerajaan, meluas dan kontraktor. Pergeseran persepsi mengubah "pengetahuan," apa yang di klaim kekuasaan perlu diketahui. Kesetiaan baru terbentuk dan monopoli baru mulai dibuat. Dalam waktu sekarang ini, kita telah menyaksikan pergeseran monopoli seperti dalam penyampaian berita kepada massa dari koran radio televisi ke internet. Setiap media memiliki bias, bias yang berubah dalam kaitannya dengan pentingnya orang lain dalam kesadaran budaya. Media, menurut Innis, saling terkait dalam dampaknya terhadap kelangsungan hidup kerajaan. Budaya-budaya yang dibuat kuat melalui mantan monopoli pengetahuan mereka berdasarkan pada film, cetak, atau televisi menjadi rentan terhadap serangan dari budaya yang memanfaatkan teknologi komunikasi baru. Dalam Fuzzy Logic, Matthew Friedman menceritakan bagaimana EZLN - gerakan Zapatista revolusioner Chiapas, Meksiko - menggunakan website untuk melawan propaganda negatif dari pemerintah Meksiko dan Amerika Serikat yang berusaha mendistorsi sifat revolusi kerakyatan ini Innis sering kembali ke drama berkembang bahasa sebagai sarana penting komunikasi. "Sebuah alfabet fleksibel disukai pertumbuhan perdagangan, 12 pengembangan kota-kota perdagangan Fenisia, dan munculnya negara-negara yang lebih kecil tergantung pada bahasa yang berbeda". Tuntutan pidato ditampung ketika vokal ditambahkan ke skrip yang ditulis oleh orang-orang Yunani. Tak pelak, bagaimanapun, "dampak menulis dan pencetakan pada peradaban modern meningkatkan kesulitan memahami peradaban yang didasarkan pada tradisi lisan. Akhir Karier Pada tahun 1940, Harold Innis mencapai puncak pengaruhnya di dua lingkup yaitu akademisi dan masyarakat Kanada. Pada tahun 1941, ia membantu mendirikan Asosiasi Sejarah Ekonomi dan Jurnal Sejarah Ekonomi. Dia kemudian menjadi presiden kedua dari asosiasi ini. Innis memainkan peran sentral dalam mendirikan dua sumber penting bagi pendanaan penelitian akademik yaitu the Canadian Social Research Council (1940) dan Humanities Research Council of Canada (1944). Pada tahun 1944, University of New Brunswick memberi Innis gelar kehormatan, seperti yang dilakukan almamaternya, Universitas McMaster. Université Laval, University of Manitoba dan University of Glasgow juga menganugerahkan gelar kehormatan direntang 1947-1948. Pada 1945, Innis menghabiskan hampir satu bulan di Uni Soviet di mana dia telah diundang untuk menghadiri perayaan ulang tahun ke-220 menandai berdirinya Akademi negara of Sciences. Perjalanan Innis ke Moskow dan Leningrad terjadi sesaat sebelum persaingan AS-Soviet yang menyebabkan permusuhan Perang Dingin. Ia melihat Soviet sebagai penyeimbang menstabilkan penekanan dari Amerika tentang komersialisme, individu dan perubahan yang konstan. Pada tahun 1946, Innis terpilih sebagai presiden Royal Society of Canada. Pada tahun 1947, Innis diangkat Universitas dekan Toronto studi pascasarjana. Pada tahun 1948, ia menyampaikan kuliah di University of London dan Nottingham University. Dia juga memberi kuliah di Oxford, kemudian catatan kuliahnya diterbitkan dalam bukunya Empire and Communication. Pada tahun 1949, Innis diangkat sebagai komisaris di Royal Commission pemerintah federal Transportasi, posisi yang melibatkan perjalanan yang luas pada saat kesehatannya 13 mulai memburuk. Pada dekade terakhir karirnya selama dia bekerja, studi komunikasi adalah waktu yang menyenangkan bagi Innis. Dia boleh dikatakan adalah akademis terisolasi karena rekan-rekannya di bidang ekonomi tidak bisa mengikuti jalan pikirannya. Membayangkan pun masih sulit, bagaimana hubungan perdagangan bahan mentah dengan komunkasi. Innis tutup usia pada tahun 1952 akibat kanker prostat beberapa hari setelah merayakan ulang tahunnya ke 58. Ia meninggalkan seorang isteri dan empat anak. Namanya kemudian diabadikan dalam bentuk Innis College di Universitas Toronto, dan Innis Library di Universitas McMaster. Kesimpulan Pembentukan disiplin Ilmu Komunikasi pada awalnya dipelopori oleh para pakar ilmu social yang berlatar belakang dari berbagai bidang ilmu antara lain ilmu politik, psikologi, matematika, sastra, sosiologi dan ekonomi-politik. Maka pada perkembangan berikutnya Ilmu Komunikasi sebagai disiplin ilmu yang utuh cenderung bersifat ekletik dan multi-disipliner. Ilmu ekonomi-politik memberi sumbangan besar terhadap lahirnya Ilmu Komunikasi melalui pemikiran Harold Innis yang juga seorang professor ilmu ekonomi-politik di UniversitasToronto. Walaupun pemikiran Innis mempunyai kontribusi besar terhadap pembentukan Ilmu Komunikasi terutama melalui teori technological determinism, peran Innis ini masih jarang dikaji. Ada banyak konsep-konsep baru yang disumbangkan Innis terhadap pengembangan ilmu ekonomi politik dan juga ilmu komunikasi. Sumbangan itu diperoleh Innis melalui penelitian Innis yang menjelajah sampai kepedalaman Kanada antara lain tentang perdagangan bulu, pengembangan jaringan kereta api trans pasifik dan perdagangan barang-barang mentah, Untuk kajian komunikasi, Innis menemukan bahwa tehnologi sangat menentukan perkembangan peradaban. Media Komunikasi bukanlah sesuatu yang netral. Media sangat bias terhadap waktu dan ruang (time-biased media and space-biased media). Media yang bias waktu adalah media yang menitikberatkan pada durasi waktu dan tahan lama. Media semacam ini biasanya tidak praktis untuk dibawa dan berbobot berat. Sedangkan media yang bias ruang adalah media 14 yang mementingkan penguasaan ruang atau territorial. Media semacam ini biasanya ringan dan sangat mudah di bawa sehingga lebih praktis. Penggantian terhadap bias media dari media yang bias waktu menjadi media yang bias ruang, biasanya dipengaruhi oleh perkembangan tehnologi. Jika media bersama bias yang menyertai menentukan peradaban, maka tehnologi yang merubah bias media juga berperan terhadap perubahan itu. Dengan kata lain, tehnologi akan merubah komunikasi (media) dan pada saatnya akan merubah peradaban. Argumen ini dikemukakan Innis dalam penelitiannya yang menjelajah ke pelosok-peloso pedalaman melalui wawancara mendalam dan mencatat oral history dari lokasi yang dikunjungi. Daftar Pustaka Anonim, Definition Personality, dalam http://dict.die.net/personality/personality Gendlin, Eugene T, A Theory of Personality Change, http://www.focusing.org/personality_change.html#Personality%20Theory% 20and%20Personality%20Change. Harold Adams Innis (1894-1952). http://www.collectionscanada.gc.ca/innismcluhan/030003-1000-e.html Harold Adams Innis: The Bias of Communications & Monopolies of Power. http://www.media-studies.ca/articles/innis.htm Harold Innis. http://en.wikipedia.org/wiki/Harold_Innis Heyer, Paul. (2003). Harold Innis. Lanham-Maryland: Rowman & Littlefield Publishers Huberman, A Michael dan Miles Mattew B. (2009). “Manajemen Data dan Metode Analisis”, dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln, Handbook of Qualitative Research, terjemahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Key Concepts. http://www.collectionscanada.gc.ca/innis-mcluhan/030003-1010e.html Littlejohn, Stephen W. (1996). Theories of Human Communication, fifth edition, Belmon: Wadsworth. Monopolies of Knowledge. http://www.collectionscanada.gc.ca/innismcluhan/030003-1040-e.html Nuryanto. (2011). Ilmu Komunikasi Dalam Konstruksi Pemikiran Wilbur Schramm, Laporan Penelitian FISIP UNS, tidak diterbitkan. Nuryanto. (Juli 2011). “Ilmu Komunikasi Dalam Konstruksi Pemikiran Wilbur Schramm”. Jurnal Komunikasi Massa. (4), 2. Revolutions in Communications Technology. http://www.collectionscanada.gc.ca/innis-mcluhan/030003-1050-e.html Rogers, Everett M. (1994). A History of Communication Study: A Biographical Approach, Canada: The Free Press. 15 Smith, Louis M. (2009), ”Metode Biografis” dalam Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln, Handbook of Qualitative Research, terjemahan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Staples Theory. http://www.collectionscanada.gc.ca/innis-mcluhan/030003-1020e.html Time- and Space-Bias. http://www.collectionscanada.gc.ca/innismcluhan/030003-1030-e.html Yoseph, Iyus, Hand-out Perkuliahan Psikologi, Yayasan Persatuan Perawat Nasional Indonesia – Akademi Keperawatan PPNI Jawa Barat, tanpa tahun. 16