USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM FORMULASI SALEP EKSTRAK IKAN GABUS (Channa striatus) DAN LIDAH BUAYA (Aloe barbadensis Miller) UNTUK MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA BAKAR BIDANG KEGIATAN : PKM-GT Disusun oleh: Setiyawati 115080313111002 / 2011 Putri Pertiwi 115080313111008 / 2011 Vischa Chindi M 115080301111014 / 2011 UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011 1 HALAMAN PENGESAHAN USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA 1. Judul Kegiatan 2. Bidang Kegiatan 3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap b. NIM c. Jurusan d. Universitas e. Alamat dan No HP : Formulasi Salep Ekstrak Ikan Gabus (Channa Striatus dan Lidah Buaya (Aloe barbadensis Miller) untuk Mempercepat Penyembuhan Luka Bakar : ( ) PKM-GT : 115080313111002 : Manajemen Sumberdaya Perairan : Universitas Brawijaya : Jalan Sumbersari gang 2, 88 Malang/ 085649928753 f. Alamat email : [email protected] 5. Anggota Pelaksana Kegiatan : 2 orang 6. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap : Yunita Eka Puspitasari, S.Pi, MP b. NIP : 19840607 201012 2 003 c. Alamat & No. HP : Jl. Danau Kerinci V G6D/11 SawojajarMalang Malang, 12 Oktober 2011 Mengetahui Pembantu Dekan III Ketu Pelaksana Kegiatan (Dr. Ir. Harsuko Riniwati, MP.) NIP. 19630604 199002 2 002 Setiyawati NIM. 115080313111002 Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan Dosen Pendamping (Ir. R.B. Ainurrasyid, MS.) NIP. 195506181981031002 (Yunita Eka Puspitasari, S.Pi, MP) NIP. 19840607 201012 2 003 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehinga penyusun dapat menyelesaikan penulisan PKM-GT berjudul “Salep Ekstrak Ikan Gabus dan Lidah Buaya untuk Mempercepat Penyembuhan Luka Bakar” tanpa kendala yang berarti. Karya tulis ini adalah hasil dari sebuah gagasan kreatif penulis sebagai suatu ide yang sangat bermanfaat bagi masyarakat khususnya dalam hal penyembuhan luka bakar. Aplikasi metode ini hanyalah sebuah tindakan nyata dalam usaha penyembuhan luka bakar. Selain itu, ucapan terima kasih yang tulus penyusun persembahkan kepada : 1. Kedua orang tua penyusun yang telah memberikan bimbingan, kasih sayang, motivasi, sehingga penyusun dapat sampai ke masa kuliah serta dapat menyelesaikan PKM-GT ini. 2. Ibu Yunita Eka Puspitasari, S.Pi, M. P selaku dosen pendamping yang telah meluangkan waktu Beliau untuk membina penyusun dalam menyusun karya tulis ilmiah ini 3. Rekan-rekan yang telah membantu penyusunan karya tulis ilmiah ini dan rekan-rekan lain yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu. Penyusun menyadari bahwa penulisan ini masih banyak kekurangan sehingga jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan terbatasnya pengetahuan dan kemampuan penyusun. Akhirnya penyusun berharap mudah-mudahan penulisan ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan semua pihak serta para pembaca umumnya. Malang, 4 Oktober 2011 Penyusun 3 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi RINGKASAN .................................................................................................... vii PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 Tujuan ........................................................................................................... 1 Manfaat ......................................................................................................... 1 GAGASAN ......................................................................................................... 2 Klasifikasi Ikan Gabus.......................................... ........................................ 2 Komponen Bioaktif Ikan Gabus ................................................................... 2 Lidah Buaya dan Komponen Bioaktifnya ..................................................... 4 Kulit dan Luka Bakar .................................................................................... 7 Salep dan Mekanisme Absorbsi Obat Melalui Kulit..................................... 9 Proses Penyembuhan Luka ........................................................................... 10 KESIMPULAN .................................................................................................. 11 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 12 DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................... ..... 14 4 DAFTAR GAMBAR Gambar Ikan Gabus............................................................................................. 2 Gambar Lidah Buaya .......................................................................................... 4 Gambar Komponen Asam Amino Lidah Buaya ................................................. 7 Gambar Klasifikasi luka bakar ............................................................................ 8 5 DAFTAR TABEL Tabel Asam Amino Ekstrak Ikan Gabus ............................................................. 3 Tabel Zat Aktif Lidah Buaya (Aloe vera) yang sudah teridentifikasi ................. 6 6 RINGKASAN Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan oleh energi panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik yang menghasilkan efek baik memanaskan atau mendinginkan. Masalah terpenting dalam penanganan luka bakar yang utama adalah mencegah luka tersebut agar tidak terjadi infeksi. Pencegahan infeksi ini dilakukan dengan memberikan salep yang diformulasikan dari ekstrak ikan gabus. Pada ikan gabus terdapat serum albumin yang merupakan komponen yang diproduksi dari darah manusia yang dibutuhkan untuk menyembuhkan luka, baik luka bakar maupun luka pasca operasi. Fungsi utama albumin yakni mengatur tekanan osmotik didalam darah. Albumin menjaga keberadaan air dalam plasma darah sehingga dapat mempertahankan volume darah. Bila jumlah albumin turun akan terjadi penimbunan cairan dalam jaringan (adema) misalnya bengkak dikedua kaki. Ekstrak gel lidah buaya dapat digunakan untuk mengatasi luka akibat sinar X dan luka bakar akibat radiasi radium. Gel lidah buaya berisi glukomannan (salah satu grup dari polisakarida), brandykinase (suatu inhibitor protease), magnesium laktat, senyawa antiprostaglandin, serta anti-inflamatori. Penggunaan sebagai salep (ontmen) mempunyaai pengaruh antimikroba yang dihasilkan lebih cepat dalam penyembuhan luka dibandingkan dengan salep perak sulfadazina. Selain itu penambahan ekstrak lidah buaya membantu dalam pengurangan bau amis yang terdapat pada kandungan ekstrak ikan gabus. 7 PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan gabus yang ada di perairan Indonesia terdiri dari dua kelompok besar yaitu ikan Toman (Ophiocephalus micropeltes) dan ikan Gabus biasa (Ophiocephalus striatus). Ikan gabus biasa dikenal dengan nama lain yaitu bako, haruan, tola, dan kayu. Badannya bulat, pipih pada bagian posterior, punggungnya kecoklatan hampir hitam, bagian perut putih kecoklatan (Jangkaru,1999). Ikan ini biasa memijah pada musim penghujan di tepian sambil menyusun sarang yang melingkar di ujung tanaman sejenis rumput. Telur menetas setelah 1-2 hari. Biasanya gabus mulai reproduksi setelah berumur 2 tahun (Kiswantoro,1986). Saat ini ikan gabus digunakan dalam dunia kedokteran sebagai penyembuh luka pasca operasi dan luka bakar dengan mengambil ekstrak dari ikan gabus tersebut. Ikan Gabus memiliki potensi fungsional yang tinggi, maka dilakukan pengolahan terhadap ikan gabus tersebut menjadi produk obat yang berbentuk (Saleh et al.,1985). Lidah buaya (Aloe vera) adalah salah satu tanaman obat tradisional yang termasuk ke dalam suku Liliaceae, sering ditanam di dalam pot atau halaman rumah hanya saja khasiatnya belum digunakan secara optimal, padahal lidah buaya ini mengandung berbagai zat aktif yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Khasiat yang sudah dikenal pada tanaman ini yaitu mempercepat penyembuhan luka bakar (Furmawanti,2002). Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Salep memiliki keuntungan tersendiri, seperti proses produksi yang lebih sederhana dan murah (Earle,1968). Tujuan Penulisan 1. Memberikan gagasan baru mengenai pemanfaatan ikan gabus dan lidah buaya untuk pengobatan luka bakar dalam bentuk sediaan salep 2. Untuk mengetahui kandungan yang terdapat pada Lidah buaya dan ikan gabus yang berpotensi tinggi dapat membantu mempercepat penyembuhan luka bakar. 3. Untuk memberikan informasi pengetahuan bagi masyarakat mengenai khasiat albumin yang terdapat pada ikan gabus dan glukomannan yang terdapat pada Lidah Buaya Manfaat Penulisan 1. Bagi pemerintah, sebagai rekomendasi kebijakan pemerintah terhadap pembudidayaan ikan gabus dan lidah buaya untuk dimanfaatkan sebagai bahan obat 8 2. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi mengenai khasiat lidah buaya yang banyak terdapat di pekarangan rumah 3. Bagi mahasiswa, sebagai sebuah bahan kajian lebih lanjut yang nantinya dapat ditelusuri akan kebenarannya dalam pemanfaatan ekstrak ikan gabus dan lidah buaya dalam bentuk salep untuk penyembuhan luka bakar GAGASAN Klasifikasi Ikan Gabus Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus) yang di sebut snake head ini tergolong ikan buas dengan makanan berupa zooplankton, katak, kepiting dan lain-lain. Untuk makanan tambahan dapat diberikan cincangan daging ikan-ikan yang tidak memiliki nilai ekonomis atau sisa-sisa penyiangan. Ikan gabus hidup di perairan tawar dengan pH 4,5 sampai 6 dan tidak begitu dalam, ada juga yang hidup di air payau. Tubuhnya hampir bulat panjang, makin kebelakang makin pipih dan di tutupi oleh sisik yang berwarna hitam dengan sedikit belang pada bagian punggung sedangkan perutnya berwarna putih (Asmawi, 1986). Klasifikasi ikan gabus menurut Saanin (1968) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Kelas : Pisces Sub Kelas : Teleostei Ordo : Labyrinthici Sub Ordo : Ophiocephalidae Famili : Ophiocephalidae Genus : Ophiocephalus (Channa) Gambar 1. Ikan gabus Spesies : Ophiocephalus striatus(Channa striatus) Komponen Bioaktif Ikan Gabus Ikan gabus (Channa striatus) merupakan jenis ikan yang sudah banyak dimanfaatkan dan diolah oleh masyarakat untuk dibuat tepung ikan seebagai pakan ternak. Namun, sejalan dengan perkembangan teknologi, ikan gabus tidak hanya digunakan dalam pembuatan pakan ternak. Saat ini ikan gabus juga digunakan dalam dunia kedokteran sebagai penyembuh luka pascaoperasi dan luka bakar dengan cara mengambil ekstrak ikan tersebut. Serum albumin merupakan komponen yang diproduksi dari darah manusia yang dibutuhkan untuk menyembuhkan luka, baik luka bakar maupun luka pasca operasi. Akan tetapi harga serum albumin mahal, sehingga pasien harus mengeluarkan biaya yang cukup besar. Dengan ditemukannya albumin pada ikan gabus diharapkan dapat menjadi alternatif obat untuk mempercepat penyembuhan luka sehingga membantu mengurangi biaya pasien untuk mendapatkan serum albumin tersebut (Saleh et al., 1985). Albumin merupakan protein globular. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak 9 atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula fosfor, belerang dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno,2002). Menurut (Puspitasari,2007) ikan gabus yang diekstrak menggunakan ekstraktor vakum pada suhu 35ºC selama 12,5 menit merupakan perlakuan terbaik ekstraksi crude albumin Ikan Gabus. Adapun profil asam amino dari albumin Ikan Gabus disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Profil asam amino ekstrak ikan gabus Jenis Asam Amino Kadar (µg/mg) Fenilalanin 0,132 Isoleusin 0,098 Leusin 0,169 Valin 0,127 Treonin 0,084 Lisin 0,197 Histidin 0,062 Aspartat 0,072 Glutamat 0,286 Alanin 0,150 Prolin 0,082 Serin 0,081 Glisin 0,140 Sistein 0,017 Tirosin 0,025 Arginin 0,109 NH3 0,026 Sumber : Puspitasari (2007). Asam-asam amino tertentu seperti triptofan, arginin, trisin, fenilalanin, glutamin, alanin, treonin, dan prolin dapat merangsang proses sintesa albumin. Albumin pada manusia terutama banyak mengandung asam aspartat dan glutamate dan sangat sedikit triptofan ( Tandra,dkk,1988 ). Albumin memiliki sejumlah fungsi. Fungsi pertama, yakni mengatur tekanan osmotic di dalam darah. Albumin menjaga keberadaan air dalam plasma darah sehingga dapat mempertahankan volume darah. Fungsi kedua, sebagai sarana pengangkut/transportasi. Albumin juga bermanfaat dalam pembentukan jaringan tubuh yang baru pada saat pertumbuhan dan mempercepat penyembuhan jaringan tubuh, misalnya sesudah operasi, luka bakar dan saat sakit (Handoko, 2003). Sekitar 6-8% plasma darah terdiri atas protein plasma. Biasanya protein plasma dibagi dalam 3 golongan (fibrinogen, globulin, dan albumin) dengan memakai berbagai konsentrasi natrium sulfat dan ammonium sulfat. Fibrinogen merupakan protein prazat fibrin yang membekukan darah (Martin et al., 1982). Fibrinogen, sebagai salah satu penyusun plasma darah, bersama-sama dengan trombin merupakan 10 protein pembeku darah yang menjaga kehilangan darah jika sistem pembuluh terluka (Lehninger, 1988). Gumpalan darah dibentuk oleh protein (fibrinogen) yang terdapat dalam plasma dan bertransformasi menjadi jaringan tak larut dari material fibrosa melalui mekanisme pembekuan darah (Harper, 1975). Aplikasi penggunaan albumin dalam klinis adalah untuk perbaikan gizi dan penyembuhan luka pasca operasi. Dalam uji coba pada instalasi gizi dan bagian bedah RSUD Dr.Syaiful Anwar Malang kepada pasien pasca operasi dengan kadar albumin rendah (1,8 g/dl), pemberian diet kurang lebih 3kg ikan gabus masak/hari telah meningkatkan albumin darah pasien menjadi normal, yakni kurang lebih 3,5-5,5 g/dl dan luka operasi menutup dalam waktu 8 hari tanpa efek samping (Aqua, 2003). Selain albumin , di dalam ikan gabus terdapat mineral yang berupa seng. Fungsi lain dari seng adalah berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi, selain itu seng juga berperan dalam berbagai fungsi organ, misalnya keutuhan penglihatan yang merupakan interaksi metabolisme antara seng dan vitamin A (Revina, 2004). Seng juga bertindak sebagai kofaktor dalam banyak enzim metabolik serta epitalisasi dan kekuatannya (Sabiston and Lyerly, 1994). Lidah Buaya dan Komponen Bioaktifnya Lidah buaya ( Aloe vera linn. ) merupakan tanaman suku Liliaceae asli Afrika yang dapat tumbuh dengan mudah didaerah tropis dengan lahan berpasir dan sedikit air serta memiliki pertumbuhan yang mudah dan cepat. Tanaman ini telah lama dikenal sebagai “The Miracle Plant” serta telah banyak dii gunakan orang diberbagai Negara seperti Cina, Kongo, dan Amerika sebagai obat luka, rambut rontok, tumor, wasir, dan laksansia. Lidah buaya telah dimanfaatkan oleh sekitarr 23 negara yang tercantum dalam daftar prioritas WHO sebagai bahan baku uttama obat dan kosmetika (Fit, 1983; Wijayakusumah, 1990). Klasifikasi Lidah buaya • Dunia : Plantae • Divisi : Spermatophyta • Kelas : Monocotyledoneae • Bangsa : Liliflorae • Suku : Liliaceae • Marga : Aloe • Spesies : Aloe barbadensis Miller Gambar.2 Aloe barbadensis Miller Aloe barbadensis Miller yang ditemukan oleh Phillip Miller, seorang pakar botani yang berasal dari Inggris, pada tahun 1768. Aloe barbadensis Miller mempunyai beberapa keunggulan, di antaranya tahan hama; ukurannya lebih panjang, yakni bisa mencapai 121 cm; berat perbatangnya bisa mencapai 4 kg; dan mengandung 75 nutrisi. Di samping itu, lidah buaya ini aman dikonsumsi, karena mengandung zat polisakarida ( terutama glukomannan ) yang bekerja sama dengan 11 asam amino esensial dan sekunder serta enzim oksidase, katalase, lipase, dan enzimenzim pemecah protein (Furnawanthi,2002). Di Amerika, Lidah Buaya mulai popular pada dekade 1930-an dengan adanya laporan bahwa ekstrak gel lidah buaya dapat digunakan untuk mengatasi luka akibat sinar X dan luka bakar akibat radiasi radium. Dalam kasus ini, pemanfaatan daging lebih banyak dari kulitnya. Gel lidah buaya berisi glukomannan (salah satu grup dari polisakarida), brandykinase (suatu inhibitor protease), magnesium laktat, senyawa antiprostaglandin, serta anti-inflamatori. Penggunaan sebagai salep (ontmen) mempunyaai pengaruh antimikroba yang dihasilkan lebih cepat dalam penyembuhan luka dibandingkan dengan salep perak sulfadazina. Sementara itu, ekstrak lidah buaya mempunyai berbagai aktivitas antibakteri Stapbylococcus aureus, Klobsilla pneumonia, Psedomonas aeruginosa, dan Mycobacterium tuberculosis (Furnawanthi,2002). Pada Lidah Buaya terdapat gel dan eksudat. Jeli lidah buaya ini dapat diperoleh dengan membelah batang lidah buaya. Jeli mengandung zat antibakteri dan antijamur yang dapat menstimulasi fibroblast, yakni sel-sel kulit yang berfungsi menyembuhkan luka (Furnawanthi,2002). Gel lidah buaya sering kali digunakan sebagai pengobatan topikal untuk luka bakar (Heck, 1981). Sedangkan eksudat adalah cairan berwarna kekuningan yang mengandung aloin yang berasal dari lateks yang terdapat di bagian luar kulit lidah buaya. Cairan ini tidak sama dengan gel lidah buaya, dianggap cukup aman dan banyak dimanfaatkan sebagai obat pencahar komersial. Komponen aktif dengan sifat-sifatnya : Lidah buaya mengandung 75 konstituen berpotensi aktif: vitamin, enzim, mineral, gula, lignin, saponin, asam salisilat dan amino acids (Atherton et al., 1998). Lidah buaya mengandung 75 konstituen yang berpotensi aktif seperti vitamin, enzim, mineral, gula, lignin, saponin, asam salisilat dan asam amino (Atherton et al., 1998). 1. Vitamin Lidah buaya mengandung vitamin A (beta-karoten), C dan E, yang merupakan antioksidan untuk menetralisir radikal bebas. Lidah buaya juga mengandung vitamin B12, asam folat, dan kolin. 2. Enzim Lidah buaya mengandung enzim aliiase, fosfatase alkali, amilase, bradykinase, karboksipeptidase, katalase, selulase, lipase, dan peroksidase. Bradykinase membantu mengurangi inflamasi berlebihan bila diterapkan ke kulit topikal, sementara yang lain membantu dalam pemecahan gula dan lemak. 3. Mineral Lidah buaya menyediakan kalsium, kromium, tembaga, selenium, magnesium, mangan, kalium, natrium dan seng. Mereka sangat penting untuk berfungsinya sistem enzim berbagai jalur metabolik yang berbeda dan sedikit antioksidan. 4. Gula Lidah buaya mengandung monosakarida (glukosa dan fruktosa) dan polisakarida: (glukomannan atau polimannosa) yang berasal dari lapisan lendir tanaman dan dikenal sebagai mucopolysaccharides. Yang paling menonjol adalah monosakarida manosa-6-fosfat, dan polisakarida yang paling umum disebut glucomannan [beta12 (1,4)-asetat Mannan]. Acemannan merupakan glukomanan terkemuka juga telah ditemukan. Baru-baru ini, suatu glikoprotein dengan sifat antiallergic, disebut alprogen dan novel senyawa anti-inflamasi, C-glucosyl chromone, telah diisolasi dari gel lidah buaya (Lee et al., 2000). 5. Antrakuinon Lidah buaya mengandung 12 antrakuinon, senyawa fenolik yang secara tradisional dikenal sebagai obat pencahar. Aloin dan emodin bertindak sebagai analgesik, antibakteri dan antivirus. 6. Asam lemak Lidah buaya mengandung 4 steroid tanaman; kolesterol, campesterol, β-sisosterol dan lupeol. Semua memiliki tindakan anti-inflamasi dan lupeol juga memiliki sifat antiseptik dan analgesik. 7. Hormon Auksin dan giberelin membantu dalam penyembuhan luka dan memiliki antiinflamasi. Khasiat lidah buaya dalam penyembuhan luka ini didukung berbagai penelitian, salah satunya publikasi perdana oleh C.E Collins dari Amerika Serikat pada tahun 1934. Penderita radiasi kulit, luka bakar, borok, dan infeksi kulit setelah diobati dengan belahan daun dan salep lidah buaya selama 3 bulan, kulitnya kembali normal tanpa bekas (Furnawanthi,2002). Tabel 2. Kandungan zat aktif lidah buaya (Aloe vera) yang sudah teridentifikasi Zat Aktif Kegunaan Lignin Mempunyai kemampuan penyerapan yang tinggi sehingga memudahkan peresapan gel ke dalam kulit atau mukosa Saponin Mempunyai kemampuan membersihkan dan bersifat antiseptic, serta bahan pencuci yang baik Kompleks Anthraguinone Sebagai bahan laksatif, penghilang rasa sakit, megurangi racun, sebagai anti bakteri, antibiotk. Acemannan Sebagai antivirus, antibakteri, anti jamur, dan dapat menghancurkan sel tunor, serta meningkatkan daya tahan tubuh. Enzim bradykinase, karbiksipeptidase Mengurangi inflamasi, anti alergi dan dapat mengurangi rasa sakit Glukomannan, Mukopolysakarida Memberikan efek imonomodulasi Tennin, Aloctin Sebagai anti inflamasi Salisilat Menghilangkan rasa sakit, dan anti inflamasi Asam Amino Bahan untuk pertumbuhan dan perbaikan serta sebagai sumber energi. Aloe vera menyediakan 20 Asam amino dari 22 13 asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh Memberikan ketahanan tubuh terhadap penyakit dan berinteraksi dengan Vitamin untuk mengandung fungus-fungsi tubuh Vitamin A, B1, B2, B6. B12, C, E, Asam Bahan penting untuk menjalankan fungsi folat tubuh secara normal dan sehat (Purbaya, 2003, Furnawanthi,2002) Glukomanan, sebuah polisakarida manosa-kaya, dan giberelin, hormon pertumbuhan, berinteraksi dengan reseptor faktor pertumbuhan pada fibroblast, sehingga merangsang aktivitas dan proliferasi, yang pada gilirannya secara signifikan meningkatkan sintesis kolagen setelah topikal dan oral Lidah buaya vera. Gel lidah buaya tidak hanyameningkatkan konten kolagen dari luka tetapi juga mengubah komposisi kolagen (tipe III lebih) dan meningkatkan derajat silang penghubungan kolagen. Karena ini, itu mempercepat kontraksi luka dan meningkatkan kemampuan menghilangkan bekas luka (Kucukcelebi et al., 1996). Sebuah peningkatan sintesis asam hyaluronic dan sulfat dermatan pada jaringan granulasi penyembuhan luka setelah pengobatan oral atau topikal telah dilaporkan (Sajithalal et al., 1998). Mineral Gambar.3 Komponen asam amino lidah buaya Aloe vera dapat menyembuhkan luka 8.79 hari lebih pendek dibandingkan dengan kelompok kontrol. Lidah buaya digunakan dalam berbagai bentuk sediaan mungkin efektif dalam memperpendek durasi penyembuhan luka yang pertama untuk luka bakar derajat kedua, dan cenderung untuk meningkatkan tingkat keberhasilan untuk penyembuhan dan laju epitelisasi, meningkatkan sintesis kolagen dan laju epitelisasi oleh efek accemanan (manosa-6 fosfat) untuk merangsang fibroblas (Sajithlal et al., 1998) efek anti-inflamasi (Heggers et al., 1996) efek antimikroba (Lorenzetti et al., 1964) dan efek pelembab (Helvig, 2002). Hasil penelitian menunjukkan pada pemakaian oral lidah buaya dengan dosis 100 mg/ kgBB/ hari mampu menyembuhkan luka 62,5% dan pemakaian topikal pada krim dengan konsentrasi 25% mampu menyembuhkan luka 50,8% pada hewan percobaan (Davis et al., 1989). Kulit dan Luka Bakar Kulit merupakan organ besar yang terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan jaringan subkutan. Kulit berfungsi sebagai pelindung tubuh, mencegah masuknya 14 mikroba (bakteri,virus,jamur), dan menjaga cairan tubuh. Lapisan terluar kulit adalah stratum korneum atau lapisan tanduk yang terdiri dari sel-sel padat dan mati. Sel mati mengandung keratin, yaitu protein fibrosa tidak larut yang membentuk barier terluar kulit. Keratin berfungsi untuk mengusir patogen dan mencegah kehilangan cairan tubuh (Effendy, 1999). Menurut Mutschler ( 1991 ), luka bakar adalah kerusakan jaringan yang timbul akibat kerja suhu yang tinggi. Derajat dan besarnya kerusakan akibat panas ini tergantung kepada besarnya suhu dan lamanya kontak. Akibat terbakar ini dapat dibagi 4 stadium : - Pada luka bakar tahap II, terutama terjadi pembentukan bulla. Akibat kerja panas ini, sel akan rusak dan musnah dan pada saat ini akan dibebaskan mediator radang. Senyawa-senyawa ini kan memperbesar permeabilitas pembuluh dan akan mendorong keluarnya plasma ke jaringan. Jika plasma yang keluar ini melampaui tekanan tertentu, maka jembatan protoplasma antara masing-masing sel epidermis akan terkoyak, dan akan terjadi bulla. Karena pada luka bakar stadium I dan II, stratum genninativum tetap utuh, maka kulit tetap dapat beregenerasi dan dapat terjadi penyembuhan tanpa pembentukan parut. - Luka bakar tahap III, akan menyebabkan kerusakan permanen pada epitel dan kelengkapan kulit lainnya. Akibat suhu yang amat tinggi tersebut, terjadi denaturasi protein dan nekrosis sampai lapisan korium, subkutis atau bahkan lebih dalam lagi. - Luka bakar tahap IV, terjadi jika telah terjadi pengarangan. Di sini, jaringan tidak hanya berkoagulasi tetapi akibat kerja panas yang hebat jaringan akan hitam mengarang. Luka bakar derajat I Luka bakar derajat II dangkal Luka bakar derajat II dalam Luka bakar derajat III Gambar.4 Klasifikasi luka bakar 15 Salep dan Mekanisme Absorpsi Obat Melalui Kulit Obat yang umum digunakan untuk luka luar adalah salep, krim dan gel. Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Salep memiliki keuntungan tersendiri, seperti proses produksi yang lebih sederhana dan murah (Earle,1968). Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakain luar (Anief, 1988). Sedangkan gel adalah dirumuskan sebagai system dispersi, yang minimal terdiri dari dua fase – sebuah fase padat dan sebuah fase cair (gel liofil) atau terdiri dari sebuah fase padat dan fase berbentuuk gas ( gel kserofil) (Noerono, 1994). Salep yang merupakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (Anief, 1988). Salep terbuat dari dasar salep, yang dapat berupa suatu sistem sederhana (misalnya vaselin) atau dari komposisi yang lebih kompleks (misalnya system yang mengandung emulgator), dan bersama dengan bahan aktif atau kombinasi bahan aktif (Voigt, 1994). Menurut Anief ( 1998 ), aturan umum cara pembuatan salep adalah : 1. Zat yang dapat larut dalam dasar salep, dilarutkan bila perlu dengan pemanasan rendah. 2. Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep, lebih dulu diserbuta dan diayak dengan derajat ayakan no.100. 3. Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu mendukung atau menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang tersedia, setelah ini ditambahkan bagian dasar salep yang lain. 4. Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, maka campuran tersebut harus diaduk sampai dingin. Salep harus homogen dan ditentukan dengan cara salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen. Tujuan umum penggunaan obat pada terapi dermatologi adalah untuk menghasilkan efek terapetik pada tempat-tempat spesifik di jaringan epidermis. Absorpsi perkutan didefinisikan sebagai absorpsi absorpsi menembus stratum korneum (lapisan tanduk) dan berlanjut menembus lapisan dibawahnya dan akhirnya masuk ke sirkulasi darah. Kulit merupakan perintang yang efektif terhadap penetrasi perkutan obat (Lachman et al., 1994). Prinsip absorpsi obat melalui kulit adalah difusi pasif yaitu proses di mana suatu substansi bergerak dari daerah suatu system ke daerah lain dan terjadi penurunan kadar gradient diikuti bergeraknya molekul (Anief, 1997). Difusi pasif merupakan bagian terbesar dari proses trans-membran bagi umumnya obat. Tenaga pendorong untuk difusi pasif ini adalah perbedaan konsentrasi obat pada kedua sisi membrane sel (Shargel and Yu, 2005). Ditambahkan pula oleh Martin et al. (1993), bahwa difusi obat berbanding lurus dengan konsentrasi obat, koevisien difusi, viskositas dan ketebalan membran. 16 Proses Penyembuhan Luka Proses penyembuhan luka pada jaringan yang rusak menurut Syamsuhidayat dan Jong (1997), dapat dibagi dalam tiga fase : 1). Fase inflamasi Fase ini berlangsung sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka akan menyebabkan pendarahan dan tubuh akan menghentikanya dengan vasokontriksi, pengerutan ujung pembuluh darah yang terputus dan reaksi hemostatis. 2). Fase poliferasi Disebut fase fibroplasia karena yang terjadi proses poliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung sampai minggu ketiga. Pada fase ini poliferasi luka dipenuhi sel radang, fibroplasias dan kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan berbenjol halus yang disebut granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri dari sel basal terlepas dari dasar dan mengisi permukaan luka, tempatnya diisi sel baru dari proses mitosis, proses migrasi terjadi ke arah yang lebih rendah atau datar. Proses fibroplasias akan berhenti dan mulailah proses pematangan. 3). Fase penyudahan Fase penyudahan disebut fase maturasi. Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan karena gaya gravitasi dan berakhir dengan adanya jaringan yang baru terbentuk. Fase ini berakhir bila semua tanda radang sudah hilang. Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis dan mudah digerakkan dari dasar. Pada akhir fase, adanya luka kulit mampu menahan regangan 80% dari kulit normal. Fase ini berlangsung 3-6 bulan. 17 KESIMPULAN Kesimpulan dari PKM-GT tentang “Formulasi Salep Ekstrak Ikan Gabus dan Lidah Buaya untuk Mempercepat Penyembuhan Luka Bakar” ini adalah : lidah buaya dan ikan gabus masing-masing memiliki komponen aktif yang berperan dalam mempercepat penyembuhan luka bakar. Diharapkan jika keduanya berkolaborasi dapat memberikan efek penyembuhan luka bakar dalam waktu yang lebih cepat dan penutupan luka yang lebih sempurna. Akan tetapi di perlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan emulgator apa yang digunakan dalam menstabilkan gel lidah buaya dan basis yang cocok untuk sediaan salep ekstrak ikan gabus dan lidah buaya. 18 DAFTAR PUSTAKA Anief, Drs. Moh. 1988. Ilmu Meracik Obat teori dan praktik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Aqua.2003. Berburu Kuthuk, Berhemat Rupiah. LPM Aqua. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang Asmawi, A.S. 1986. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. P.T. Gramedia : Jakarta. Atherton P. Aloe vera Revisited. Br J Phytother 1998 : 4 : 76-83. Roy JY. Lee B, Kim JY, Chung Y, Chung MH, Lee SK. Et al. inhibitory mechanism of aloe single component (alprogen) on mediator release in guinea pig plug mast cells activated with specific antigen-antibody reactions.J pharmacol exp Ther 2000:292:114-21 Davidson, V. L. and D.B. Sittman. 1999. Biochemistry 4th Edition. Lippincott Williams & Willkins. Mississippi Davidson, V. L. and D.B. Sittman. 1999. National Medical For Independent Study. Boichemistry 4th Edition. Lippincott Williams and Wilkins A Wolter Kluwer Company. Phyladelphia. Earle, R. L. 1968. Satuan Operasi Dalam Pengolahan Pangan. Alih Bahasa : Zein Nasution. Sastra Huday : Bogor. Fit. 1990. Aloe vera : The Miracle Plant, Anderson Worlds Books Inc., Mountain View, p. 63. Furnawanti, I. 2002. Khasiat dan Manfaat Lidah Buaya Si Tanaman Ajaib. Agro Media Pustaka : Jakarta. Handoko, I. S. 2003. Klinikku-Protein Plasma. Heck E, Head M. Aloe Vera Gel Creams as a Topical Treatment for outpatient burns.Burns. 1981;7 :291-429 19 Jangkaru, Z. 1999. Memelihara Ikan di Kolam Tadah Hujan. Penebar Swadaya. Jakarta Kriswantoro, M. 1986. Mengenal Air tawar. B. P. Karya Bani : Jakarta. Maenthasiong, Ratree., N. Chaiyakunapruk, S. Niruntraporn, Chuenjid Kongkaew. 2007. The efficacy of Aloe vera used for burn Wound healing : Asystematic Review. Burns:33 : 713-718 Martin, D.W. ,Mayes, P.A., Rodwel, V.W. 1982. Biokimia (Review of Biochemistry). Alih Bahasa: Dharma, M.M. dan Kurniawan, A.S. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta Montgomery, R., Robert, L. D., T. M. Conway and Arthur, A. S. 1993. Biokimia Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus Jilid I Edisi Keempat. Penerjemah : M. Ismadi. Gajah Mada University Press : Yogyakarta. Mutschler, Dr. rer. Nat. Dr. med. Ernst. 1991. Dinamika Obat. Penerbit ITB. Bandung Rodriguez MB, CruzN, et al. Comparative Evaluation of Aloe vera in the Management of Burn Wounds in Guinea Pigs. Plast Reconstrsurg. 1988; 81(3) : 386-9 Puspitasari, Y. E. 2007. Pengaruh Suhu dan Lama Pemanasan Menggunakan Ekstraktor Vakum terhadap Crude Albumin Ikan Gabus (Ophiocephalus Striatus). Skripsi Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta : Bandung. Saleh, M. Hari Eko I., Delima H.D., P.S. Siswoputranto., 1985. Standar Tepung Ikan di Dalam Pengembangan Industri Tepung Ikan. Tim Analisa Komoditi, Sekretariat Jenderal. Departemen Pertanian. Tandra, H., W.Soemarto, A. Tjokroprawiro. 1988. Metabolisme dan Aspek Klinik Albumin. Medika No.3 Tahun 14. Surabaya Voight, Rudolf. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Winarmo, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta 20 Wijayakusumah, H. M. H., 1990. Lidah Buaya Tanaman Obat., Murah dan Mudah Didapat. Sinar Tani : Jakarta LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP KETUA DAN ANGGOTA PELAKSANA Ketua Pelaksana a. Nama Lengkap Tempat dan tanggal lahir Alamat asal Alamat di Malang Karya-karya ilmiah yang pernah dibuat Penghargaan-penghargaan ilmiah yang pernah diraih b. Nama Lengkap Tempat dan tanggal lahir Alamat asal Alamat di Malang Karya-karya ilmiah yang pernah dibuat Penghargaan-penghargaan ilmiah yang pernah diraih c. Nama Lengkap Tampat dan tanggal lahir Alamat asal Alamat di Malang Karya-karya ilmiah yang pernah dibuat Penghargaan-penghargaan ilmiah yang pernah diraih :Setiyawati :Bojonegoro, 14 Oktober 1993 :Dsn. Nganti RT9/RW3 kec. Ngraho Bojonegoro :Jl.Sumbersari II, 88 Malang :::Putri Pertiwi :Pringsewu, 11 Januari 1994 :Dsn. Kaum RT2/RW2 Kec.Cilamaya Wetan, Karawang :Jl.Sumbersari II, 88 Malang ::: Vischa Chindi Marshelita : Probolinggo, 7 Oktober 1992 : Jl.Tales 101 RT3/RW4 Kademangan,Probolinggo :Jl.Sumbersari 292C Lowokwaru, Malang ::- 21