MODUL 6 Aspek Struktural Pelaku Ekonomi Indonesia KATA PENGANTAR "KEAJAIBAN yang hilang". Itulah istilah yang paling pantas diberikan bagi perekonomian Indonesia sepanjang tahun 1998. Setelah berpuluh-puluh tahun terbuai oleh pertumbuhan yang begitu mengagumkan, tahun 1998 ekonomi Indonesia mengalami kontraksi begitu hebat. Laporan akhir tahun ekonomi akan mengungkap semua persoalan itu dan mencoba menggambarkan keadaan untuk tahun mendatang. BADAI krisis yang melanda Indonesia sejak akhir tahun 1997 yang lalu merupakan malapetaka nasional yang sangat pelik untuk diatasi. Mulai dari krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi, sampai kepada implikasinya yang berupa krisis kepercayaan terhadap pemerintah dan berujung pada krisis politik. Krisis demi krisis tersebut timbul sebagai akibat berantai dari keberhasilan semu peran rejim orde baru dalam meng- antarkan Bangsa Indonesia mencapai cita-cita kemerdekaan di berbagai aspek kehidupan. Keberhasilan pembangunan ekonomi dan politik yang dibanggakan selama ini hanyalah merupakan keberhasilan semu yang tidak memiliki fondasi yang kuat untuk keber-kelanjutannya. Kebanggaan atas perkembangan ekonomi Indonesia yang selama dekade yang lalu mencapai rata-rata 7% per tahun, ternyata tidak mampu bertahan oleh serangan badai krisis. Krisis moneter yang terjadi telah menolak hipotesis bahwa sistem meneter Indonesia adalah kuat dan berdiri diatas parameter ekonomi makro yang sehat. Krisis ekonomi telah menolak hipotesis bahwa fundamental ekonomi Indonesia kuat dan memikul beban pertumbuhan yang tinggi disertai dengan pemerataan yang seimbang. Pada kenyataannya, diperkirakan 80% kegiatan ekonomi Indonesia hanya dinikmati oleh 17-20% penduduk Indonesia, suatu kenyataan yang sangat rawan bagi kestabilan nasional yang telah dibangun oleh rejim orde baru. Timbulnya krisis kepercayaan terhadap pemerintah, telah menolak hipotesis mengenai legitimasi hati nurani rakyat terhadap rejim orde baru. Rakyat Indonesia, ‘12 1 Perekonomian Indonesia Drs. Hasanuddin Pasiama, MS. Pusat Bahan Ajar dan Elearning Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id REORIENTASI PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA DALAM ERA REFORMASI DAN PERKEMBANGANNYA (Peranan Sektor Agribisnis dan Agroindustri) Orientasi Pembangunan Ekonomi Orde Baru Pembangunan ekonomi selama rejim orde baru secara fisik cukup berhasil, namun secara fundamental sangat rapuh. Orientasi pembangunan selama rejim orde baru secara konseptual juga meyakinkan. Namun, secara praktis dan operasional sangat buruk dan tidak efisien. Tidak dapat disembunyikan lagi bahwa Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN) telah terjadi di mana-mana, mulai dari aparat desa sampai aparat pemerintah pusat, baik eksekutif dan legeslatif maupun lembaga-lembaga negara yang lain. Konglomerasi yang merugikan, serta praktek-praktek monopoli dan kartel yang menyengsarakan masyarakat banyak telah terjadi di berbagai industri dan pasar komoditas. Sungguh sangat mengagetkan ketika dipublikasikan di media massa perusahaan-perusahaan milik keluarga terkemuka suatu rejim dan kerabatnya beberapa waktu yang lalu. Ternyata hampir semua sektor bisnis telah dimasuki, mulai dari jasa perbankan, konstruksi, perkebunan, otomotif, industri pangan, kehutanan, dll. Dengan jumlah kepemilikan unit bisnis yang sangat banyak. Ditambah lagi dari yayasan-yayasan yang dipimpin oleh keluarga tersebut yang juga memiliki banyak unit bisnis dari bidang bisnis yang beragam. Tidak salah bila ada sebagian masyarakat yang menganggapnya sebagai suatu Kerajaan Bisnis. Besarnya kerajaan bisnis tersebut dan faktanya dalam memasuki berbagai bidang bisnis menimbulkan prasangka bahwa kerajaan bisnis tersebut dibesarkan dengan praktek-praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme. Selain itu, munculnya konglomeratkonglomerat besar dari warga negara keturunan yang disinyalir mendapatkan fasilitas kemudahan menyebabkan munculnya pretensi yang cukup panas bagi kestabilan kehidupan sosial- ekonomi masyarakat. Implikasinya adalah munculnya masalah SARA dan antipati terhadap warga negara keturunan. Logika kuantitatif dan kualitatif sulit dapat menerima bahwa antara warga negara asli dan keturunan diperlakukan secara adil dalam memanfaatkan kesempatan bisnis selama rejim orde baru berdasarkan fakta yang ada, walaupun analisis peluang memungkinkannya. Namun, proses berbisnis dan ‘12 3 Perekonomian Indonesia Drs. Hasanuddin Pasiama, MS. Pusat Bahan Ajar dan Elearning Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id e. Fundamental pembangunan industri yang kuat harus berorientasi pada domestic resource based industries. f. Pembangunan ekonomi di sektor jasa harus seimbang dengan pembangunan industri yang kuat, karena sektor jasa tidak akan memiliki landasan fundamental yang kuat jika sektor industrinya tidak kuat. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka Indonesia perlu mengadakan reorientasi pembangunan ekonomi dalam semangat reformasi. Masyarakat jangan sampai terjebak oleh rasa pesimistik atau terbawa oleh arus kepentingan politik golongan tertentu. Semua anak bangsa bertanggung jawab atas masa depan bangsa Indonesia, dan memprioritaskan perbaikan ekonomi dan kesejahteraan rakyat secepat mungkin. Reorientasi pembangunan ekonomi harus dilakukan sebagai upaya peletakan fondasi yang kuat bagi ekonomi negara yang telah diporakporandakan oleh serangkaian badai krisis yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 yang lalu. Peletakan fondasi ekonomi yang kuat tersebut hendaknya ditekankan pada prioritas pengembangan sektor yang berbasis pada keunggulan komparatif sumberdaya domestik dan berakar pada ekonomi rakyat. Pada dasarnya, banyak sektor bisnis potensial yang merupakan resource based industries nasional, seperti industri migas dan tambang, jasa pariwisata, serta hasil hutan tropis. Sejarah mencatat bahwa sektor migas telah mengangkat perekonomian negara-negara Timur Tengah ke pertumbuhan yang cukup tinggi dan stabil. Namun, mengingat resources tersebut tidak dapat diperbaharui, maka kelestariaanya tidak dapat diandalkan. Begitu juga industri migas Indonesia, yang selama rejim orde baru berkuasa telah banyak dieksploitasi. Namun, eksploitasi tersebut diduga tidak efisien dan diliputi oleh praktek-praktek KKN yang merugikan negara, sehingga hasilnya tidak dinikmati oleh seluruh bangsa Indonesia secara optimal. Eksploitasi di bidang pertambangan juga sangat memprihatinkan. Dalam hal-hal tertentu, bangsa Indonesia seolah-olah hanya menjadi penonton dan mengurut dada menyaksikan kekayaan alam dieksploitasi dan dinikmati oleh bangsa lain. Eksploitasi kekayaan hutan tropis juga diberitakan oleh berbagai media massa cukup memprihatinkan. Akhir-akhir ini banyak terjadi kebakaran lahan dan hutan yang ‘12 5 Perekonomian Indonesia Drs. Hasanuddin Pasiama, MS. Pusat Bahan Ajar dan Elearning Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id