SCHOOL EDUCATION JOURNAL PGSD FIP UNIMED VOL. 4 No.1 Desember 2015, ISSN Cetak 2407-4926, ISSN Online 2355-1720 Terbit dua kali setahun pada Juni dan Desember. Berisi tulisan dari basil penelitian, pendidikan, pembelajaran, ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, bahasa, seni, sosial, fenomena, dan pengabdian masyarakat. Pimpinan Redaksi Dr. Irsan, M.Pd., M.Si. Sekretaris Redaksi Elvi Mailani, S.Si., M.Pd Reviewer Prof. Dr. Saraka, M.Pd (UNIVERSITAS MULA WARMAN KALIMANTAN TIMUR) Prof. Dr. Salfen Hasri, M.Pd. (UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA) Prof. Dr. Abdul Rahman A. Gani, S.H., M.Pd. (PASCASARJANA UHAMKA JAKARTA) Dr. Nasrun, MS. (UNIVERSITAS NEGERI MEDAN) Tim Editor Prof. Dr. Yusnadi, MS. (UNIVERSITAS NEGERI MEDAN) Prof. Dr. Mustafa Kamil, M.Pd. (UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG) Prof. Dr. Syahrial, M.Pd. (UNIVERSITAS NEGERI PADANG) Dr. Suryaman, M.Pd. (PASCASARJANA UNIV. PGRI ADffiUANA SURABAYA) Pelaksana Teknis Nurul Annisa Mifta Khairina DAFTAR lSI PEMENUHAN PENil,AIAN KINERJA GURU (PKG) BAG! GURU SON 101801 DAN SON 108075 KECAMATAN DELI TUA KABUPATEN DELI SERDANG. (Halimatussakdiah, Khairul Anwar, 1-10) PENGUASAAN KONSEP DASAR IPA PADA MAHASISWA PGSD UNIMED PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES. (Lala Jclita Ananda, Khairul Anwar, 11-18) PENERAPAN MODEL BASED LEARNING PEMECAI-IAN MASALAl-1. (Tiur Malasari, 19-31) UNTUK MENINGKATKAN MELALUI KEMAMPUAN PENERAPAN METODE DISKUSI BERBANTUAN LKS UNTUK MEMPERBAIKI KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS YIII-2 SMP NEGERI 4 MEDAN. (Eiza Yeni, 32-41) MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM l-IAS II, BELAJAR IPA SISWA KELAS IX-4 SMP NEGERI I BANG UN PURBA. (Erhaini Purba, 42-52) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMEN7) DALAM MENINGKATKAN MOTIY ASI BELAJAR IPS Dl KELAS VII-S SMP NEGERI 3 PER CUT SEI TUAN. (Idawati, 53-65) EFEKTIFIT AS MODEL PEMBELAJARAN GROUP INYESTIGASI DALAM MENINGKA TKAN I-IASILBELAJAR PKn SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI I BANGUN PURBA. (JuriahPurba, 66-74) TEACHING AND LEARNING SYSTEM OF EQUATIONS IN TWO VARIABLES IN COOPERATIVE LEARNING WITH (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) STAD TYPE (Glory Indira Diana Purba. 75-90) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAl) DALAM PENINGKATAN AKTIYITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS IX-10 SMP NEGERI 4 MEDAN. (Isak Ritonga, 91-98) PENINGKATAN HASil, BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS VII-7SMP NEGERI I BANG UN PURBA. (Pujien Barus, 99- 107) PENGARUI-I KOMPETENSI MENGAJAR GURU DAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SD KELAS VI. (Reflina Sinaga, 108-114) UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBA YA DI SMP NEGERI 3 SATU ATAP BANG UN PURBA. (Asmiah, 115-126). PENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MICROSOFT EXCEL DENGAN MENGGUNAKAN METODE TUTOR SEBA YA DI KELAS VIII-D SMP NEGERI I BATANGKUIS. (Hari Indrawan Siregar, 127-140) PENERAPAN MODEL P.EMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII-2 SMP NEGERI 4 MEDAN. (Nurull-luda, 141-150) PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOL YING PADA BIDANG STUD I SEN I BUDAY A DI KELAS Vll-6 SMP NEGERI 7 MEDAN. (Lora Elpina, 151-163) PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SON 028229 PAYAROBA KOTA BINJAI. (Wesly Silalahi, 164-171) PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKENDALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PAl) A MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SDN 028229 PA YAROBA KOT A BINJAI Wesly Silalahi Do sen jurusan PPSD Prodi Pgsd FIP UNIMED Surel: [email protected] Abstrak Penelitian 1111 bertujuan untuk peningkatan mengetahui keterampilanberbicara siswa dengan menggunakan model pembelajaran Time Token. Dari hasil penelitian pada siklus I diketahui keterampilan berbicara siswa masih rendah dengan ketuntasan klasikalnya 16,67% dari keseluruhan jumlah siswa. Pada siklus I pertemuan kedua, mengalami peningkatan menjadi 36,12%. Meskipun telah terjadi peningkatan keterampilan berbicara pada siswa, namun hasil yang didapatkan masih belum sesuai dengan nilai ketuntasan keterampilan berbicara yaitu 70. Untuk itu, peneliti melanjutkan penelitian pada siklus II. Pada siklus II pertemuan pertama, didapati bahwa keterampilan berbicara siswa meningkat dengan persentase ketuntasan mencapai 61,11%. Pada siklus II pertemuan kedua peningkatan ketuntasan keterampilan berbicara siswa mencapai 91,67%. Kata Kunci : Model Time Token, Keterampilan Berbicara. PENDAHULUAN Berbicara merupakan salah satu komponen dasar yang paling penting dalam berkomunikasi. Hal ini dikarenakan melalui berbicara, setiap manusia dapat berkomunikasi secara normal dengan manusia lain. Melalui berbicara juga, setiap orang dapat mengungkapkan apa yang dia pikirkan, rasakan, alami, inginkan, dan masih banyak lagi. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa berbicara merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap orang. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dasar yang wajib dikuasai oleh seluruh siswa pada semua jenjang pendidikan. Di dalam Bahasa Indonesia terdapat 4 komponen keterampilan berbahasa yang harus dikuasai, salah satunya adalah keterampilan berbicara. Kemampuan seseorang dalam berbahasa dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan. Kemampuan seseorang dalam berbicara tidak hanya dilihat dari kemampuannya dalam mengeluarkan kata-kata, namun dilihat juga dari keterampilannya dalam menyampaikan kata-kata tersebut. Di 164 Di dalam berbicara, terjadi komunikasi lisan dengan orang lain, baik secara langsung bertatap muka dengan orang yang diajak bicara, ataupun melalui alat komunikasi, seperti telepon, handphone, ataupun video. Sebuah komponen komunikasi lisan yang efektif adalah fragmatika, yakni konvensi-konvensi sosial yang mengarahkan interaksi lisan yang tepat dengan orang lain.Pragmatika mencakup tidak hanya peraturanperaturan mengenm etiket, bergantian berbicara dalam suatu percakapan, berpamitan bila hendak perg1, dan sebagainya, tetapi mencakup pula strategi-strategi mengawali dan mengakhiri percakapan, mengubah subjek pembicaraan, menceritakan kisah, dan berdebat secara efektif. Anakanak terns memperbaiki pengetahuan mereka mengenai pragmatika sepanjang tahun-tahun sekolah dasar. Di Sekolah Dasar khususnya, masih sangat minim terdapat siswa yang memiliki keterampilan dalam berbicara. Siswa masih belum mampu mengungkapkan apa yang mereka fikirkan dan rasakan. Mereka cenderung lebih suka diam saat guru mengajukan pertanyaan seputar materi yang mereka pelajari. Hal itu bukan sepenuhnya dikarenakan mereka tidak mengetahui jawaban atas pertanyaan tersebut, namun mereka tidak memiliki keberanian untuk mengatakannya. Situasi seperti m1 bukan sepenuhnya terjadi karena kesalahan siswa. Namun, bisa juga terjadi karena kurangnya model pembelajaran yang dikuasai guru dalam menerapkan materi pembelajaran. Pada kenyataannya saat ini masih banyak guru yang masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru (teacher oriented) . Dalam proses belajar mengajar guru lebih sering menggunakan metode mengajar yang monoton, yaitu dengan metode ceramah, dan tanya jawab Hal m1 tentu akan menimbulkan kejenuhan bagi siswa dalam kegiatan belajar mengajar Oleh karena itu sudah selayaknya dalam kegiatan belajar mengajar, guru memvariasikan cara mengajarnya dengan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif digunakan untuk mempengaruhi perhatian siswa, agar sepenuhnya tertuju dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Melalui observasi awal yang peneliti lakukan pada siswa kelas V SDN 028229 Payaroba Kota Binjai, masih ditemukan banyak siswa yang kurang terampil dalam berbicara, khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini terlihat dari kurangnya kosakata yang dimiliki s1swa dalam mengungkapkan pendapatnya terhadap suatu permasalahan. Padahal, terdapat beberapa kompetensi dasar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mengharuskan siswa terampil dalam berbicara, misalnya menanggapi cerita tentang peristiwa yang terjadi 165 p di sekitar secara lisan. Begitu pula di dalam diskusi, seringkali kegiatan diskusi tidak berjalan lancar karena siswa tidak mampu mengungkapkan buah pikirannya melalui kosakata yang baik dan benar. Kegiatan diskusi pun menjadi sangat membosankan dan kaku. Selain itu, keberanian s1swa dalam berbicara juga masih sangat rendah. Bergerak dari pernyataan diatas, menurut penulis, salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam mengatasi masalah tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berbicara stswa. Dalam hal m1, peneliti mencoba menggunakan Model Pembelajaran Time Token untuk meningkatkan keterampilan berbicara s1swa kelas V. Model pembelajaran Time Token merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan kupon berbicara sebagai alat untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dimana setiap kupon mempunyai waktu berbicara selama 30 detik. Model pembelajaran ini melibatkan semua stswa dalam pelaksanaannya, sehingga fikiran dan perhatia!l siswa akan tetap tertuju pada kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. METODE PENELITIAN Penelitian 1m berlokasi di SDN 028229 Payaroba Kota Binjai pada bulan April sampai Juni 2013. Penelitian 1m adalah penelitian tindakan kelas. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Apakah dengan menggunakan Model Time Token dapat .oembelaiaran ., Keterampilan Meningkatkan Berbicara Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN 028229 Payaroba Kota Binjai T.A?" Tujuan penelitian adalah untuk untuk meningkatkan keterampilan berbicara dalam mata pelajaran bahasa Indonesia siswa SD kelas V dengan Menggunakan Model Pembelajaran Time Token di SDN 028229 Payaroba Kota Binjai. Populasi penelitian adalah seluruh s1swa Kelas V di SDN 028229 Payaroba Kota Binjai T.A. Adapun yang menjadi variabel dalam 1m adalah: Model penelitian pembelajaran Time Token dan Keterampilan Berbicara. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada tindakan siklus I dan siklus II, peneliti bertindak selaku guru pelaksana kegiatan pembelajaran di kelas dengan menerapkan model pembelajaran Time Token sedangkan wali kelas IV bertindak selaku observer (pengamat) yang mengamati proses pembelajaran yang dilakukan peneliti dan keaktifan belajar siswa selama pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan tindakan sesuai dengan yang telah direncanakan, berupa pelaksanaan proses pembelajaran sesuai den[;an rencana pelaksanaan pembelajaran. 166 sil pe di di p p la s tl p s 0 s Pelaksanaan tindakan kelas setiap siklus dilakukan selama dua kali pertemuan, pelaksanaan siklus II dilakukan berdasarkan refleksi dan dilakukan perbaikan dan pengembangan pelaksanaan langkahpembelajaran dengan langkah pelaksanaan tindakan sebagai berikut: Pada kegiatan awal: Pada tindakan awal, guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa. Kemudian dilanjutkan dengan mengabsensi siswa untuk mengecek kehadiran siswa. Nama siswa dipanggil satu persatu dan siswa yang dipanggil namanya tunjuk tangan. Melakukan appersepsi, guru mengaitkan materi yang akan disampaikan dengan memberikan motivasi kepada siswa. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan stswa mendengarkan dengan seksama. Guru menjelaskan materi pelajaran yaitu mengenai persoalan faktual. Guru menanyakan kepada siswa beberapa contoh persoalan faktual yang sedang terjadi saat ini. Siswa yang mengetahui tunjuk tangan dan menjawab pertanyaan guru. Selanjutnya, Guru membagi siswa dalam 6 kelompbk dimana setiap kelompok terdiri dari 6 orang stswa. Setelah semua s1swa bergabung dikelompoknya, Guru membagikan kupon berbicara kepada siswa dan masing-masing siswa mendapat 2 kupon berbicara dimana satu kupon memiliki waktu 30 detik. Guru menugaskan setiap kelompok untuk membahas persoalan faktual yang telah dijelaskan sebelumnya. Dan Guru mengamati dan memfasilitasi jalannya diskusi. Guru meminta setiap kelompok untuk membacakan hasil diskusinya. Guru menyuruh siswa dari kelompok lain untuk memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi kelompok Siswa yang mgm pertama. menyampaikan pendapatnya harus memberikan terlebih dahulu kupon berbicara yang ia miliki. Siswa kemudian memberikan tanggapan, kritik, dan saran terhadap hasil diskusi kelompok pertama. Demikian seterusnya sampa1 semua siswa berbicara dan kupon berbicara yang dipegangnya habis.Guru mengamati siswa yang menggunakan kupon berbicaranya dan siswa yang tidak menggunakan kupon berbicaranya. Guru menilai siswa yang memberikan pendapatnya sesum dengan lembar observasi penilaian keterampilan berbicara. Guru bersama siswa membahas basil diskusi yang baru dilaksanakan. Guru memberikan kesempatan bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami dari materi yang telah diajarkan. Guru meluruskan kesalahpahaman dan memberikan penguatan. Berdasarkan analisis data diketahui bahwa tingkat ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan. Peningkatan hasil belajar siswa secara klasikal dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 167 Tabel Rekapitulasi Nilai Pada Siklus I, dan Siklus II Siswa Nomor Responden 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 ... . Jumlah siswa yang terampil Ketuntasan Klasikal Siklus I Pert I Pert II I Siklus II Pert I Pert II 50 45 45 45 70 45 60 60 45 60 90 45 50 70 60 45 90 60 45 70 50 60 50 50 60 50 50 60 50 50 50 60 60 60 80 60 60 60 60 60 90 65 70 60 60 70 95 75 60 70 75 60 90 65 60 75 60 65 65 65 60 60 70 65 65 60 60 60 70 65 90 95 65 65 65 65 95 75 85 75 65 85 100 85 65 85 90 65 95 85 65 90 65 90 90 75 65 65 90 85 85 65 65 65 95 90 100 100 95 95 90 65 100 90 100 95 65 90 100 100 95 100 95 100 95 95 100 90 100 100 90 90 65 95 100 95 90 95 100 90 100 90 100 100 6 orang 16,67% 13 orang 36,12% 22 orang 61,11% 33 orang 91,67% 168 Dengan model pembelajaran time token dapat terlihat perubahan dengan meningkatnya persentase berbicara siswa Untuk mendukung penjelasan di atas dapat dilihat pada tabel persentase belajar siswa dari Siklus I dan Siklus II di atas. Peningkatan keterampilan berbicara s1swa dari siklus I pertemuan I sampai dengan siklus II pertemuan II dimana berdasarkan ketuntasan secara klasikal pada kondisi awal (16,67%), siklus I (36,12%), dan pada siklus II mencapai (91,67%). Pembahasan Secara umum, keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia pada pokok bahasan persoalan faktual pada kelas V SDN 028229 Payaroba Kota Binjai dengan menggunakan model pembelajaran time token dpat terlihat perubahan dengan meningkatnya persentase berbicara. Siswa yang terampil dalam berbicara pada siklus I pertemuan I sebanyak 6 orang siswa (16,67%) dan yang belum terampil sebanya 30 orang siswa (83,33%), pada siklus I pertemuan II sebanyak 13 orang siswa (36,12%) yang terampil berbicara dan yang belum terampil sebanyak 23 orang siswa (63,88%). Pada siiklus II diperoleh hasil keterampilan siswa dimana pada siklus II pertemuan I sebanyak 22 orang siswa (61,11 %) yang dinyatakan terampil dan sebanyak 14 orang s1swa (38,9%) yang dinyatakan tidak terampil. Pada siklus II pertemuan II, didapati sebanyak 33 orang siswa (91,67%) yang dinyatakan terampil, dan sebanyak 3 orang SISWa (8,33%) yang dinyatakan tidak terampil berbicara. Hasil observasi awal yang dilakukan peneliti sebelum melakukan tindakan ialah masih banyak ditemui siswa yang tidak terampil berbicara. Hanya 3 orang siswa saja yang mampu terampil dalam berbicara semntara 33 orang siswa lainnya masih ragu-ragu, malumalu, dan bahkan beberapa siswa tidak berani berbicara. Oleh karena itu, peneliti melakukan suatu model pembelajaran, yaitu model pembelajaran time token yang diharapkan penggunaannya dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Setelah pemberian pelajaran dengan menggunakan model pembelajaran time token yaitu dengan cara memberikan kartu kupon berbicara yang berjumlah 2 buah kepada setiap siswa dalam mengikuti pelajaran bahasa Indonesia pada materi pokok persoalan faktual di SDN 028229 Payaroba Kota Binjai. Pada siklus I pertemuan I keterampilan berbicara siswa secara klasikal yaitu 16,67%. Pada siklus I pertemuan II keterampilan berbicara s1swa meningkat menjadi 36,12%. Berdasarkan hasil pada siklus I dalam 2 kali pertemuan, maka diperoleh · kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran time token dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa yang 169 dilakukan peneliti masih belum optimal dalam penggunaannya, maka peneliti perlu melanjutkan ke siklus II. Siklus II yang merupakan perbaikan dari siklus I melalui penggunaan model pembelajaran time token menunjukkan perubahan hasil yang meningkat. Pada siklus II pertemuan I, diperoleh tingkat ketuntasan keterampilan berbicara s1swa secara klasikal sebesar 61, 11 %. Kemudian dilanjutkan pada siklus II pertemuan II yang memperoleh hasil ketuntasan keterampilan berbicara siswa secara klasikal yaitu sebanyak 91,67%. Dengan demikian, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti serta observasi yang dilakukan dari siklus I hingga siklus II, penggunaan model pembelajaran time token yang diterapkan oleh peneliti secara klasikal dipandang baik dan dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia pada materi pokok persoalan faktual siswa kelas V SDN 028229 Payaroba Kota Binjai. SIMPULAN DAN SAR~N Berdasarkan hasil dan temuan 1m, maka dapat penelitian dirumuskan beberapa kesimpulan, antara lain : a. Model pembelajaran time token dapat meningkatkan keterampilan berbicara s1swa pada materi pokok persoalan faktual. b. Model pembelajaran time token merupakan salah satu alat bantu yang memampukan siswa untuk mencapai ketuntasan belajar di sekolah. c. Dari hasil penelitian pada siklus I diketahui keterampilan berbicara siswa masih rendah. Siswa yang mencapai ketuntasan keterampilan berbicara persentase ketuntasan belajarnya hanya mencapai 16,67% dari keseluruhan jumlah siswa. Pada siklus I pertemuan kedua, siswa yang mencapa1 ketuntasan keterampilan berbicara mengalami peningkatan persentase ketuntasan keterampilannya menjadi 36,12%. Meskipun telah terjadi peningkatan keterampilan berbicara pada siswa, namun hasil yang didapatkan masih belum sesuat dengan nilai ketuntasan keterampilan berbicara yaitu 70. Untuk itu, peneliti melanjutkan penelitiaan pada siklus II. Pada siklus II pertemuan pertama, didapati bahwa keterampilan berbicara s1swa meningkat dengan persentase ketuntasan mencapai 61, 11%. Pada siklus II pertemuan kedua ini kembali terjadi peningkatan ketuntasan keterampilan berbicara siswa mencapat 91 ,67%. Hal 1m membuktikan bahwa ketuntasan keterampilan berbicara siswa sampai pada siklus II pertemuan kedua telah mencapai lebih dari 70%. 170 token bantu DAFTAR RUJUKAN Abdurrahrnan, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Be/ajar. Jakarta. PT. Rineka Cipta. Aqip, Zainal. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Arikunto, Suharsimi.dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Dewi R. 2010. Profesionalisasi Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Medan : Pasca Sarjana UNIMED. Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada. Kosasih. 2006. Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: Yrama Widya. Moeslichatoen, R. 2004. Model Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Muhibbin, Syah. 2004. Kompeten Berbahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Rohmadi, M. 2008. Teori dan Aplikasi Bahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press. Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Soemardji. 1992. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pe1ajar. Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Tarigan, Guntur. 2007. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Bandung: Berbahasa. Angkasa. 171