- Digital Repository Universitas Negeri Medan

advertisement
SCHOOL EDUCATION JOURNAL PGSD FIP UNIMED
VOL. 4 No.1 Desember 2015, ISSN Cetak 2407-4926, ISSN Online 2355-1720
Terbit dua kali setahun pada Juni dan Desember. Berisi tulisan dari basil penelitian,
pendidikan, pembelajaran, ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, bahasa, seni, sosial,
fenomena, dan pengabdian masyarakat.
Pimpinan Redaksi
Dr. Irsan, M.Pd., M.Si.
Sekretaris Redaksi
Elvi Mailani, S.Si., M.Pd
Reviewer
Prof. Dr. Saraka, M.Pd (UNIVERSITAS MULA WARMAN KALIMANTAN TIMUR)
Prof. Dr. Salfen Hasri, M.Pd. (UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA)
Prof. Dr. Abdul Rahman A. Gani, S.H., M.Pd. (PASCASARJANA UHAMKA JAKARTA)
Dr. Nasrun, MS. (UNIVERSITAS NEGERI MEDAN)
Tim Editor
Prof. Dr. Yusnadi, MS. (UNIVERSITAS NEGERI MEDAN)
Prof. Dr. Mustafa Kamil, M.Pd. (UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG)
Prof. Dr. Syahrial, M.Pd. (UNIVERSITAS NEGERI PADANG)
Dr. Suryaman, M.Pd. (PASCASARJANA UNIV. PGRI ADffiUANA SURABAYA)
Pelaksana Teknis
Nurul Annisa
Mifta Khairina
DAFTAR lSI
PEMENUHAN PENil,AIAN KINERJA GURU (PKG) BAG! GURU SON 101801 DAN SON 108075
KECAMATAN DELI TUA KABUPATEN DELI SERDANG. (Halimatussakdiah, Khairul Anwar, 1-10)
PENGUASAAN KONSEP DASAR IPA PADA MAHASISWA PGSD UNIMED
PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES. (Lala Jclita Ananda, Khairul Anwar, 11-18)
PENERAPAN MODEL
BASED LEARNING
PEMECAI-IAN MASALAl-1. (Tiur Malasari, 19-31)
UNTUK
MENINGKATKAN
MELALUI
KEMAMPUAN
PENERAPAN METODE DISKUSI BERBANTUAN LKS UNTUK MEMPERBAIKI KEMAMPUAN
PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS YIII-2 SMP NEGERI 4
MEDAN. (Eiza Yeni, 32-41)
MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM l-IAS II, BELAJAR IPA SISWA KELAS
IX-4 SMP NEGERI I BANG UN PURBA. (Erhaini Purba, 42-52)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAM GAMES TOURNAMEN7)
DALAM MENINGKATKAN MOTIY ASI BELAJAR IPS Dl KELAS VII-S SMP NEGERI 3 PER CUT SEI
TUAN. (Idawati, 53-65)
EFEKTIFIT AS MODEL PEMBELAJARAN GROUP INYESTIGASI DALAM MENINGKA TKAN
I-IASILBELAJAR PKn SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI I BANGUN PURBA. (JuriahPurba, 66-74)
TEACHING AND LEARNING SYSTEM OF EQUATIONS IN TWO VARIABLES IN COOPERATIVE
LEARNING WITH (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) STAD TYPE (Glory Indira Diana
Purba. 75-90)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAl) DALAM
PENINGKATAN AKTIYITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS
IX-10 SMP NEGERI 4 MEDAN. (Isak Ritonga, 91-98)
PENINGKATAN HASil, BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STAD DI KELAS VII-7SMP NEGERI I BANG UN PURBA. (Pujien Barus, 99- 107)
PENGARUI-I KOMPETENSI MENGAJAR GURU DAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP
KONSEP DIRI DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA SD KELAS VI. (Reflina Sinaga, 108-114)
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBA YA DI SMP NEGERI 3 SATU ATAP BANG UN
PURBA. (Asmiah, 115-126).
PENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MICROSOFT EXCEL
DENGAN MENGGUNAKAN METODE TUTOR SEBA YA DI KELAS VIII-D SMP NEGERI I
BATANGKUIS. (Hari Indrawan Siregar, 127-140)
PENERAPAN MODEL P.EMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER
DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII-2 SMP NEGERI 4 MEDAN.
(Nurull-luda, 141-150)
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM SOL YING PADA BIDANG STUD I SEN I BUDAY A DI KELAS Vll-6 SMP NEGERI 7
MEDAN. (Lora Elpina, 151-163)
PENGGUNAAN MODEL
PEMBELAJARAN TIME TOKEN DALAM
MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V
SON 028229 PAYAROBA KOTA BINJAI. (Wesly Silalahi, 164-171)
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKENDALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PAl) A
MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA
KELAS V SDN 028229 PA YAROBA KOT A BINJAI
Wesly Silalahi
Do sen jurusan PPSD Prodi Pgsd FIP UNIMED
Surel: [email protected]
Abstrak
Penelitian
1111
bertujuan
untuk
peningkatan
mengetahui
keterampilanberbicara siswa dengan menggunakan model pembelajaran Time
Token. Dari hasil penelitian pada siklus I diketahui keterampilan berbicara siswa
masih rendah dengan ketuntasan klasikalnya 16,67% dari keseluruhan jumlah
siswa. Pada siklus I pertemuan kedua, mengalami peningkatan menjadi 36,12%.
Meskipun telah terjadi peningkatan keterampilan berbicara pada siswa, namun
hasil yang didapatkan masih belum sesuai dengan nilai ketuntasan keterampilan
berbicara yaitu 70. Untuk itu, peneliti melanjutkan penelitian pada siklus II. Pada
siklus II pertemuan pertama, didapati bahwa keterampilan berbicara siswa
meningkat dengan persentase ketuntasan mencapai 61,11%. Pada siklus II
pertemuan kedua peningkatan ketuntasan keterampilan berbicara siswa mencapai
91,67%.
Kata Kunci : Model Time Token, Keterampilan Berbicara.
PENDAHULUAN
Berbicara merupakan salah
satu komponen dasar yang paling
penting dalam berkomunikasi. Hal
ini dikarenakan melalui berbicara,
setiap manusia dapat berkomunikasi
secara normal dengan manusia lain.
Melalui berbicara juga, setiap orang
dapat mengungkapkan apa yang dia
pikirkan, rasakan, alami, inginkan,
dan masih banyak lagi. Oleh sebab
itu, dapat dikatakan bahwa berbicara
merupakan kemampuan dasar yang
harus dimiliki setiap orang.
Bahasa Indonesia merupakan
salah satu mata pelajaran dasar yang
wajib dikuasai oleh seluruh siswa
pada semua jenjang pendidikan. Di
dalam Bahasa Indonesia terdapat 4
komponen keterampilan berbahasa
yang harus dikuasai, salah satunya
adalah
keterampilan
berbicara.
Kemampuan
seseorang
dalam
berbahasa dapat
mencerminkan
pikirannya.
Semakin
terampil
seseorang berbahasa, semakin cerah
dan jelas pula jalan pikirannya.
Keterampilan hanya dapat diperoleh
dan dikuasai dengan jalan praktek
dan banyak latihan.
Kemampuan seseorang dalam
berbicara tidak hanya dilihat dari
kemampuannya dalam mengeluarkan
kata-kata, namun dilihat juga dari
keterampilannya
dalam
menyampaikan kata-kata tersebut. Di
164
Di
dalam berbicara, terjadi komunikasi
lisan dengan orang lain, baik secara
langsung bertatap muka dengan
orang yang diajak bicara, ataupun
melalui alat komunikasi, seperti
telepon, handphone, ataupun video.
Sebuah komponen komunikasi
lisan yang efektif adalah fragmatika,
yakni konvensi-konvensi sosial yang
mengarahkan interaksi lisan yang
tepat dengan orang lain.Pragmatika
mencakup tidak hanya peraturanperaturan
mengenm
etiket,
bergantian berbicara dalam suatu
percakapan, berpamitan bila hendak
perg1,
dan
sebagainya,
tetapi
mencakup
pula
strategi-strategi
mengawali
dan
mengakhiri
percakapan,
mengubah
subjek
pembicaraan, menceritakan kisah,
dan berdebat secara efektif. Anakanak terns memperbaiki pengetahuan
mereka
mengenai
pragmatika
sepanjang tahun-tahun sekolah dasar.
Di Sekolah Dasar khususnya,
masih sangat minim terdapat siswa
yang memiliki keterampilan dalam
berbicara. Siswa masih belum
mampu mengungkapkan apa yang
mereka
fikirkan dan rasakan.
Mereka cenderung lebih suka diam
saat guru mengajukan pertanyaan
seputar materi yang mereka pelajari.
Hal
itu
bukan
sepenuhnya
dikarenakan
mereka
tidak
mengetahui jawaban atas pertanyaan
tersebut, namun mereka tidak
memiliki
keberanian
untuk
mengatakannya.
Situasi seperti m1 bukan
sepenuhnya terjadi karena kesalahan
siswa. Namun, bisa juga terjadi
karena
kurangnya
model
pembelajaran yang dikuasai guru
dalam
menerapkan
materi
pembelajaran. Pada kenyataannya
saat ini masih banyak guru yang
masih
menggunakan
model
pembelajaran konvensional yang
berpusat pada guru (teacher oriented)
. Dalam proses belajar mengajar guru
lebih sering menggunakan metode
mengajar yang monoton, yaitu
dengan metode ceramah, dan tanya
jawab
Hal m1 tentu akan
menimbulkan kejenuhan bagi siswa
dalam kegiatan belajar mengajar
Oleh
karena
itu
sudah
selayaknya dalam kegiatan belajar
mengajar, guru memvariasikan cara
mengajarnya
dengan
model
pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran kooperatif digunakan
untuk
mempengaruhi
perhatian
siswa, agar sepenuhnya tertuju dalam
kegiatan belajar-mengajar sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar.
Melalui observasi awal yang
peneliti lakukan pada siswa kelas V
SDN 028229 Payaroba Kota Binjai,
masih ditemukan banyak siswa yang
kurang terampil dalam berbicara,
khususnya pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Hal ini terlihat
dari kurangnya kosakata yang
dimiliki
s1swa
dalam
mengungkapkan
pendapatnya
terhadap
suatu
permasalahan.
Padahal,
terdapat
beberapa
kompetensi dasar dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia yang
mengharuskan siswa terampil dalam
berbicara, misalnya menanggapi
cerita tentang peristiwa yang terjadi
165
p
di sekitar secara lisan. Begitu pula di
dalam diskusi, seringkali kegiatan
diskusi tidak berjalan lancar karena
siswa tidak mampu mengungkapkan
buah pikirannya melalui kosakata
yang baik dan benar. Kegiatan
diskusi
pun
menjadi
sangat
membosankan dan kaku. Selain itu,
keberanian s1swa dalam berbicara
juga masih sangat rendah.
Bergerak
dari
pernyataan
diatas, menurut penulis, salah satu
alternatif yang dapat digunakan
dalam mengatasi masalah tersebut
adalah dengan menggunakan model
pembelajaran
yang
dapat
meningkatkan
keterampilan
berbicara stswa. Dalam hal m1,
peneliti
mencoba
menggunakan
Model Pembelajaran Time Token
untuk meningkatkan keterampilan
berbicara s1swa kelas V. Model
pembelajaran Time Token merupakan
suatu model pembelajaran yang
menggunakan
kupon
berbicara
sebagai alat untuk meningkatkan
keterampilan berbicara siswa dimana
setiap kupon mempunyai waktu
berbicara selama 30 detik. Model
pembelajaran ini melibatkan semua
stswa
dalam
pelaksanaannya,
sehingga fikiran dan perhatia!l siswa
akan tetap tertuju pada kegiatan
pembelajaran
yang
sedang
berlangsung.
METODE PENELITIAN
Penelitian 1m berlokasi di
SDN 028229 Payaroba Kota Binjai
pada bulan April sampai Juni 2013.
Penelitian 1m adalah penelitian
tindakan kelas. Rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah "Apakah
dengan
menggunakan
Model
Time Token dapat
.oembelaiaran
.,
Keterampilan
Meningkatkan
Berbicara Pada Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Siswa Kelas V
SDN 028229 Payaroba Kota Binjai
T.A?"
Tujuan penelitian adalah
untuk
untuk
meningkatkan
keterampilan berbicara dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia siswa SD
kelas V dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Time Token di SDN
028229 Payaroba Kota Binjai.
Populasi penelitian adalah seluruh
s1swa Kelas V di SDN 028229
Payaroba Kota Binjai T.A. Adapun
yang
menjadi
variabel
dalam
1m
adalah:
Model
penelitian
pembelajaran Time Token dan
Keterampilan Berbicara.
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
Pada tindakan siklus I dan
siklus II, peneliti bertindak selaku
guru
pelaksana
kegiatan
pembelajaran di kelas dengan
menerapkan model pembelajaran
Time Token sedangkan wali kelas IV
bertindak
selaku
observer
(pengamat) yang mengamati proses
pembelajaran yang dilakukan peneliti
dan keaktifan belajar siswa selama
pembelajaran berlangsung. Kegiatan
yang dilaksanakan dalam tahap ini
adalah melaksanakan tindakan sesuai
dengan yang telah direncanakan,
berupa
pelaksanaan
proses
pembelajaran sesuai den[;an rencana
pelaksanaan
pembelajaran.
166
sil
pe
di
di
p
p
la
s
tl
p
s
0
s
Pelaksanaan tindakan kelas setiap
siklus dilakukan selama dua kali
pertemuan, pelaksanaan siklus II
dilakukan berdasarkan refleksi dan
dilakukan
perbaikan
dan
pengembangan
pelaksanaan
langkahpembelajaran
dengan
langkah
pelaksanaan
tindakan
sebagai berikut:
Pada kegiatan awal: Pada
tindakan awal, guru membuka
pelajaran
dengan
mengucapkan
salam dan
berdoa.
Kemudian
dilanjutkan dengan mengabsensi
siswa untuk mengecek kehadiran
siswa. Nama siswa dipanggil satu
persatu dan siswa yang dipanggil
namanya tunjuk tangan. Melakukan
appersepsi, guru mengaitkan materi
yang akan disampaikan dengan
memberikan motivasi kepada siswa.
Setelah itu guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dan stswa
mendengarkan dengan seksama.
Guru menjelaskan materi
pelajaran yaitu mengenai persoalan
faktual. Guru menanyakan kepada
siswa beberapa contoh persoalan
faktual yang sedang terjadi saat ini.
Siswa yang mengetahui tunjuk
tangan dan menjawab pertanyaan
guru. Selanjutnya, Guru membagi
siswa dalam 6 kelompbk dimana
setiap kelompok terdiri dari 6 orang
stswa.
Setelah
semua
s1swa
bergabung dikelompoknya, Guru
membagikan kupon berbicara kepada
siswa dan masing-masing siswa
mendapat 2 kupon berbicara dimana
satu kupon memiliki waktu 30 detik.
Guru menugaskan setiap kelompok
untuk membahas persoalan faktual
yang telah dijelaskan sebelumnya.
Dan
Guru
mengamati
dan
memfasilitasi jalannya diskusi.
Guru meminta setiap kelompok
untuk membacakan hasil diskusinya.
Guru menyuruh siswa dari kelompok
lain untuk memberikan tanggapan
terhadap hasil diskusi kelompok
Siswa
yang
mgm
pertama.
menyampaikan pendapatnya harus
memberikan terlebih dahulu kupon
berbicara yang ia miliki. Siswa
kemudian memberikan tanggapan,
kritik, dan saran terhadap hasil
diskusi kelompok pertama.
Demikian seterusnya sampa1
semua siswa berbicara dan kupon
berbicara
yang
dipegangnya
habis.Guru mengamati siswa yang
menggunakan kupon berbicaranya
dan siswa yang tidak menggunakan
kupon berbicaranya. Guru menilai
siswa yang memberikan pendapatnya
sesum dengan lembar observasi
penilaian keterampilan berbicara.
Guru bersama siswa membahas basil
diskusi yang baru dilaksanakan. Guru
memberikan
kesempatan
bertanya
mengenai hal-hal yang belum dipahami
dari materi yang telah diajarkan. Guru
meluruskan
kesalahpahaman
dan
memberikan penguatan.
Berdasarkan
analisis
data
diketahui bahwa tingkat ketuntasan
hasil belajar siswa secara klasikal
mengalami peningkatan. Peningkatan
hasil belajar siswa secara klasikal
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
167
Tabel Rekapitulasi Nilai Pada Siklus I, dan Siklus II Siswa
Nomor Responden
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
...
.
Jumlah siswa yang terampil
Ketuntasan Klasikal
Siklus I
Pert I
Pert II
I
Siklus II
Pert I
Pert II
50
45
45
45
70
45
60
60
45
60
90
45
50
70
60
45
90
60
45
70
50
60
50
50
60
50
50
60
50
50
50
60
60
60
80
60
60
60
60
60
90
65
70
60
60
70
95
75
60
70
75
60
90
65
60
75
60
65
65
65
60
60
70
65
65
60
60
60
70
65
90
95
65
65
65
65
95
75
85
75
65
85
100
85
65
85
90
65
95
85
65
90
65
90
90
75
65
65
90
85
85
65
65
65
95
90
100
100
95
95
90
65
100
90
100
95
65
90
100
100
95
100
95
100
95
95
100
90
100
100
90
90
65
95
100
95
90
95
100
90
100
90
100
100
6 orang
16,67%
13 orang
36,12%
22 orang
61,11%
33 orang
91,67%
168
Dengan model pembelajaran
time token dapat terlihat perubahan
dengan meningkatnya persentase
berbicara siswa Untuk mendukung
penjelasan di atas dapat dilihat pada
tabel persentase belajar siswa dari
Siklus I dan Siklus II di atas.
Peningkatan
keterampilan
berbicara s1swa dari siklus I
pertemuan I sampai dengan siklus II
pertemuan II dimana berdasarkan
ketuntasan secara klasikal pada
kondisi awal (16,67%), siklus I
(36,12%), dan pada siklus II
mencapai (91,67%).
Pembahasan
Secara umum, keterlibatan
siswa dalam proses pembelajaran
bahasa Indonesia pada pokok
bahasan persoalan faktual pada kelas
V SDN 028229 Payaroba Kota
Binjai dengan menggunakan model
pembelajaran time token dpat terlihat
perubahan dengan meningkatnya
persentase berbicara. Siswa yang
terampil dalam berbicara pada siklus I
pertemuan I sebanyak 6 orang siswa
(16,67%) dan yang belum terampil
sebanya 30 orang siswa (83,33%),
pada siklus I pertemuan II sebanyak
13 orang siswa (36,12%) yang
terampil berbicara dan yang belum
terampil sebanyak 23 orang siswa
(63,88%). Pada siiklus II diperoleh
hasil keterampilan siswa dimana
pada siklus II pertemuan I sebanyak
22 orang siswa (61,11 %) yang
dinyatakan terampil dan sebanyak 14
orang
s1swa
(38,9%)
yang
dinyatakan tidak terampil. Pada
siklus II pertemuan II, didapati
sebanyak 33 orang siswa (91,67%)
yang dinyatakan terampil, dan
sebanyak 3 orang SISWa (8,33%)
yang dinyatakan tidak terampil
berbicara.
Hasil observasi awal yang
dilakukan
peneliti
sebelum
melakukan tindakan ialah masih
banyak ditemui siswa yang tidak
terampil berbicara. Hanya 3 orang
siswa saja yang mampu terampil
dalam berbicara semntara 33 orang
siswa lainnya masih ragu-ragu, malumalu, dan bahkan beberapa siswa
tidak berani berbicara.
Oleh karena itu, peneliti
melakukan
suatu
model
pembelajaran,
yaitu
model
pembelajaran time token yang
diharapkan penggunaannya dapat
meningkatkan
keterampilan
berbicara siswa. Setelah pemberian
pelajaran
dengan
menggunakan
model pembelajaran time token yaitu
dengan cara memberikan kartu
kupon berbicara yang berjumlah 2
buah kepada setiap siswa dalam
mengikuti
pelajaran
bahasa
Indonesia pada materi pokok
persoalan faktual di SDN 028229
Payaroba Kota Binjai. Pada siklus I
pertemuan I keterampilan berbicara
siswa secara klasikal yaitu 16,67%.
Pada siklus
I pertemuan II
keterampilan
berbicara
s1swa
meningkat menjadi 36,12%.
Berdasarkan hasil pada siklus I
dalam 2 kali pertemuan, maka
diperoleh · kesimpulan
bahwa
penggunaan model pembelajaran
time token dalam meningkatkan
keterampilan berbicara siswa yang
169
dilakukan peneliti masih belum
optimal dalam penggunaannya, maka
peneliti perlu melanjutkan ke siklus
II.
Siklus II yang merupakan
perbaikan dari siklus I melalui
penggunaan model pembelajaran
time token menunjukkan perubahan
hasil yang meningkat. Pada siklus II
pertemuan I, diperoleh tingkat
ketuntasan keterampilan berbicara
s1swa secara klasikal
sebesar
61, 11 %. Kemudian dilanjutkan pada
siklus II pertemuan II yang
memperoleh
hasil
ketuntasan
keterampilan berbicara siswa secara
klasikal yaitu sebanyak 91,67%.
Dengan demikian, berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti serta observasi yang
dilakukan dari siklus I hingga siklus
II, penggunaan model pembelajaran
time token yang diterapkan oleh
peneliti secara klasikal dipandang
baik dan dapat meningkatkan
keterampilan berbicara siswa pada
mata pelajaran bahasa Indonesia
pada materi pokok persoalan faktual
siswa kelas V SDN 028229 Payaroba
Kota Binjai.
SIMPULAN DAN SAR~N
Berdasarkan hasil dan temuan
1m,
maka
dapat
penelitian
dirumuskan beberapa kesimpulan,
antara lain :
a. Model pembelajaran time token
dapat
meningkatkan
keterampilan berbicara s1swa
pada materi pokok persoalan
faktual.
b. Model pembelajaran time token
merupakan salah satu alat bantu
yang memampukan siswa untuk
mencapai ketuntasan belajar di
sekolah.
c. Dari hasil penelitian pada siklus
I
diketahui
keterampilan
berbicara siswa masih rendah.
Siswa yang mencapai ketuntasan
keterampilan
berbicara
persentase ketuntasan belajarnya
hanya mencapai 16,67% dari
keseluruhan jumlah siswa. Pada
siklus I pertemuan kedua, siswa
yang
mencapa1
ketuntasan
keterampilan
berbicara
mengalami
peningkatan
persentase
ketuntasan
keterampilannya
menjadi
36,12%. Meskipun telah terjadi
peningkatan
keterampilan
berbicara pada siswa, namun
hasil yang didapatkan masih
belum sesuat dengan nilai
ketuntasan
keterampilan
berbicara yaitu 70. Untuk itu,
peneliti melanjutkan penelitiaan
pada siklus II. Pada siklus II
pertemuan pertama, didapati
bahwa keterampilan berbicara
s1swa
meningkat
dengan
persentase ketuntasan mencapai
61, 11%. Pada siklus
II
pertemuan kedua ini kembali
terjadi peningkatan ketuntasan
keterampilan berbicara siswa
mencapat 91 ,67%. Hal 1m
membuktikan bahwa ketuntasan
keterampilan berbicara siswa
sampai pada siklus II pertemuan
kedua telah mencapai lebih dari
70%.
170
token
bantu
DAFTAR RUJUKAN
Abdurrahrnan,
Mulyono.
2009.
Pendidikan
Bagi
Anak
Berkesulitan Be/ajar. Jakarta.
PT. Rineka Cipta.
Aqip, Zainal. 2008. Penelitian
Tindakan Kelas. Bandung:
Yrama Widya.
Arikunto,
Suharsimi.dkk. 2008.
Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Dewi R. 2010. Profesionalisasi Guru
Melalui Penelitian Tindakan
Kelas. Medan : Pasca Sarjana
UNIMED.
Istarani.
2012.
58
Model
Pembelajaran
Inovatif.
Medan: Media Persada.
Kosasih. 2006. Ketatabahasaan dan
Kesusastraan.
Bandung:
Yrama Widya.
Moeslichatoen, R. 2004. Model
Pengajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
Muhibbin, Syah. 2004. Kompeten
Berbahasa
Indonesia.
Jakarta: Rineka Cipta.
Rohmadi, M. 2008. Teori dan
Aplikasi Bahasa Indonesia.
Surakarta: UNS Press.
Setyosari, Punaji. 2010. Metode
Penelitian Pendidikan dan
Pengembangan.
Jakarta:
Kencana Prenada Media
Group.
Soemardji. 1992. Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative
Learning.
Yogyakarta:
Pustaka Pe1ajar.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi
Pendidikan
Dengan
Pendekatan Baru. Bandung:
PT.
Remaja
Rosdakarya
Offset.
Tarigan, Guntur. 2007. Berbicara
Sebagai Suatu Keterampilan
Bandung:
Berbahasa.
Angkasa.
171
Download