mineral-dan

advertisement
http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Zirkon/ulasan.asp?xdir=Zirkon&commId=34&comm=Zirk
on
1. ASBES
Asbes adalah istilah pasar untuk bermacam-macam mineral yang dapat dipisah-pisahkan hingga
menjadi serabut yang fleksibel. Berdasarkan komposisi mineralnya, asbes dapat digolongkan menjadi
dua bagian. Golongan serpentin; yaitu mineral krisotil yang merupakan hidroksida magnesium silikat
dengan komposisi Mg6(OH)6(Si4O11) H2O, Golongan amfibol; yaitu mineral krosidolit, antofilit,
amosit, aktinolit dan tremolit.
Walaupun sudah jelas mineral asbes terdiri dari silikat-silikat kompleks, tetapi dalam menulis
komposisi mineral asbes terdapat perbedaan. Semula dianggap bahwa silikatnya terdiri dari molekul
Si11O12. Akan tetapi berdasarkan hasil penyelidikan sinar-X, sebenarnya silikat-silikat itu terdiri dari
molekul-molekul Si4O11.
Yang banyak digunakan dalam industri adalah asbes jenis krisotil.
Perbedaan dalam serat asbes selain karena panjang seratnya berlainan, juga karena sifatnya yang
berbeda. Satu jenis serat asbes pada umumnya dapat dimanfaatkan untuk beberapa penggunaan yaitu
dari serat yang berukuran panjang hingga yang halus.
Pembagian atas dasar dapat atau tidaknya serat asbes dipintal ialah :
1) Serat asbes yang dipintal, digunakan untuk :
- Kopling, tirai dan layar, gasket, sarung tangan, kantong-kantong asbes, pelapis ketel uap, pelapis
dinding, pakaian pemadam kebakaran, pelapis rem, ban mobil, bahan tekstil asbes, dan lain-lain.
- Alat pemadam api, benang asbes, pita, tali, alat penyam-bung pipa uap, alat listrik, alat kimia, gasket
keperluan laboratorium, dan pelilit kawat listrik.
2) Serabut yang tidak dapat dipintal terdiri atas:
- Semen asbes untuk pelapis tanur dan ketel serta pipanya, dinding, lantai, alat-alat kimia dan listrik
- Asbes untuk atap;
- Kertas asbes untuk lantai dan atap, penutup pipa isolator-isolator panas dan listrik;
- Dinding-dinding asbes untuk rumah dan pabrik, macam-macam isolasi, gasket, ketel, dan tanur;
- Macam-macam bahan campuran lain yang menggunakan asbes sangat halus dan kebanyakan asbes
sebagai bubur.
Asbes amfibol yang biasa digunakan sebagai bahan serat tekstil adalah dari jenis varitas krosidolit. Hal
ini berhubungan dengan daya pintalnya yang sesuai dengan kebutuhan industri tekstil. Krisotil dan
antagonit termasuk ke dalam golongan asbes serpentin. Krisotil juga merupakan jenis asbes yang
sangat penting dalam industri pertekstilan
2. BAUKSIT
1
Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mempunyai mineral dengan susunan terutama dari
oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al2O3H2O) dan mineral gibsit (Al2O3 .3H2O).
Secara umum bauksit mengandung Al2O3 sebanyak 45 – 65%, SiO2 1 – 12%, Fe2O3 2 – 25%, TiO2
>3%, dan H2O 14 – 36%.
Bijih bauksit terjadi di daerah tropika dan subtropika dengan memungkinkan pelapukan sangat kuat.
Bauksit terbentuk dari batuan sedimen yang mempunyai kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan
kadar kuarsa (SiO2) bebasnya sedikit atau bahkan tidak mengandung sama sekali. Batuan tersebut
(misalnya sienit dan nefelin yang berasal dari batuan beku, batu lempung, lempung dan serpih. Batuanbatuan tersebut akan mengalami proses lateritisasi, yang kemudian oleh proses dehidrasi akan
mengeras menjadi bauksit.
Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi kedudukannya di kedalaman tertentu.
Potensi dan cadangan endapan bauksit terdapat di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, Pulau Bangka, dan
Pulau Kalimantan.
3. EMAS
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3
(skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu
dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals).
Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non
logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi.
Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa
emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas
nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20%.
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan
terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian
secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu
endapan primer dan endapan plaser
Emas banyak digunakan sebagai barang perhiasan, cadangan devisa, dll.
Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di Pulau Sumatera,
Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
4. GIPSUM
Gipsum (CaSO4.2H2O) mempunyai kelompok yang terdiri dari gypsum batuan, gipsit alabaster, satin
spar, dan selenit. Gipsum umumnya berwarna putih, namun terdapat variasi warna lain, seperti warna
2
kuning, abu-abu, merah jingga, dan hitam, hal ini tergantung mineral pengotor yang berasosiasi dengan
gypsum. Gipsum umumnya mempunyai sifat lunak, pejal, kekerasan 1,5 – 2 (skala mohs), berat jenis
2,31 – 2,35, kelarutan dalam air 1,8 gr/l pada 00C yang meningkat menjadi 2,1 gr/l pada 400C, tapi
menurun lagi ketika suhu semakin tinggi.
Gipsum terbentuk dalam kondisi berbagai kemurnian dan ketebalan yang bervariasi. Gipsum
merupakan garam yang pertama kali mengendap akibat proses evaporasi air laut diikuti oleh anhidrit
dan halit, ketika salinitas makin bertambah. Sebagai mineral evaporit, endapan gypsum berbentuk
lapisan di antara batuan-batuan sedimen batugamping, serpih merah, batupasir, lempung, dan garam
batu, serta sering pula berbentuk endapan lensa-lensa dalam satuan-satuan batuan sedimen. Gipsum
dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat terjadinya (Berry, 1959), yaitu: endapan danau garam,
berasosiasi dengan belerang, terbentuk sekitar fumarol volkanik, efflorescence pada tanah atau goa-goa
kapur, tudung kubah garam, penudung oksida besi (gossan) pada endapan pirit di daerah batugamping.
5. KAOLIN
Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari material lempung dengan kandungan besi yang
rendah, dan umumnya berwarna putih atau agak keputihan. Kaolin mempunyai komposisi hidrous
alumunium silikat (2H2O.Al2O3.2SiO2), dengan disertai mineral penyerta.
Proses pembentukan kaolin (kaolinisasi) dapat terjadi melalui proses pelapukan dan proses hidrotermal
alterasi pada batuan beku felspartik. Endapan kaolin ada dua macam, yaitu: endapan residual dan
sedimentasi.
Mineral yang termasuk dalam kelompok kaolin adalah kaolinit, nakrit, dikrit, dan halloysit
(Al2(OH)4SiO5.2H2O), yang mempunyai kandungan air lebih besar dan umumnya membentuk
endapan tersendiri.
Sifat-sifat mineral kaolin antara lain, yaitu: kekerasan 2 – 2,5, berat jenis 2,6 – 2,63, plastis,
mempunyai daya hantar panas dan listrik yang rendah, serta pH bervariasi.
Potensi dan cadangan kaolin yang besar di Indonesia terdapat di Kalimantan Barat, Kalimantan
Selatan, dan Pulau Bangka dan Belitung, serta potensi lainnya tersebar di Pulau Sumatera, Pulau Jawa,
dan Sulawesi Utara.
6. NIKEL
Nikel digunakan sebagai bahan paduan logam yang banyak digunakan diberbagai industri logam.
Nikel biasanya terbentuk bersama-sama dengan kromit dan platina dalam batuan ultrabasa seperti
peridotit, baik termetamorfkan ataupun tidak. Terdapat dua jenis endapan nikel yang bersifat komersil,
3
yaitu: sebagai hasil konsentrasi residual silika dan pada proses pelapukan batuan beku ultrabasa serta
sebagai endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan pirit, pirotit, dan kalkopirit.
Potensi nikel terdapat di Pulau Sulawesi, Kalimantan bagian tenggara, Maluku, dan Papua.
7. TALK
Talk adalah mineral yang sangat lunak dengan komposisi kimia 3Mg.4SiO4H2O, dan biasanya terjadi
sebagai mineral sekunder hasil hidrasi batuan pembawa magnesium (magnesium bearing rock), seperti
peridotit, gabro, dan dolomit.
Endapan talk umumnya hampir sama di setiap daerah, sebagian besar batuan induk untuk formasi talk
merupakan batuan dolomit (kemurnian talk tinggi) dan ultramafik (kemurnian talk rendah).
Talk mempunyai sifat halus, licin, penghisap minyak dan lemak, konduktivitas listrik rendah,
penghantar panas tinggi, dan electric strength tinggi.
Potensi endapan talk yang telah diketahui terdapat di Kebumen (Jawa Tengah), dan Halmahera Tengah
(Maluku).
8. ZIRKON
Mineral utama yang mengandung unsur zirkonium adalah zirkon/zirkonium silika (ZrO2.SiO2) dan
baddeleyit/zirkonium oksida (ZrO2). Kedua mineral ini dijumpai dalam bentuk senyawa dengan
hafnium. Pada umumnya zirkon mengandung unsur besi, kalsium sodium, mangan, dan unsur lainnya
yang menyebabkan warna pada zirkon bervariasi, seperti putih bening hingga kuning, kehijauan, coklat
kemerahan, kuning kecoklatan, dan gelap, sisitim kristal monoklin, prismatik, dipiramida, dan
ditetragonal, kilap lilin sampai logam, belahan sempurna – tidak beraturan, kekerasan 6,5 – 7,5, berat
jenis 4,6 – 5,8, indeks refraksi 1,92 – 2,19, hilang pijar 0,1%, dan titik lebur 2.5000C.
Zirkon terbentuk sebagai mineral asseccories pada batuan yang mengandung Na-feldspa (batuan beku
asam dan batuan metamorf). Jenis cebakannya dapat berupa endapan primer atau endapan sekunder.
Kegunaann zirkon adalah untuk bahan baku elektronik, keramik.
Potensi zirkon menyebar di Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, dan Kalimantan
bagian barat. Potensi ini mengikuti penyebaran kasiterit, yang dikenal dengan nama tin belt.
4
9. BARIT
Pada umumnya, barit (BaSO4) mengandung campuran unsur Cr, Ca, Pb, dan Ra, yang senyawanya
mempunyai bentuk kristal yang sama.
Unsur pengotor barit adalah besi oksida, lempung, dan unsur organik, yang semuanya dapat
memberikan beragam warna pada warna kristal barit murni adalah putih atau abu-abu.
Sebagai unsur Barium (Ba), barit juga dijumpai sangat terbatas mengandung feldspar (3% BaO),
plagioklas (7,3% BaO), muskovit (9,9% BaO), dan biotit (6-8% BaO). Kerak bumi rata-rata
mengandung unsur barium sekitar 0,05%. Barit juga dijumpai sebagai mineral ikutan (gangue mineral)
terutama pada cebakan logam sulfida, seperti timah.
Sebagian besar produksi barit dunia digunakan dalam industri perminyakan. Pemakaian ini mencapai
sekitar 85-90% dari produksi barit secara keseluruhan. Sisanya digunakan sebagai bahan baku dalam
industri kimia barium, sebagai bahan pengisi dan pengembang (filler dan extender), dan agregat semen
10. BELERANG
Belerang atau sulfur adalah mineral yang dihasilkan oleh proses vulkanisme, sifat-sifat fisik belerang
adalah : Kristal belerang berwarna kuning, kuning kegelapan, dan kehitam-hitaman, karena pengaruh
unsur pengotornya. Berat jenis : 2,05 - 2,09, kekerasan : 1,5 - 2,5 (skala Mohs), Ketahanan :
getas/mudah hancur (brittle), pecahan :berbentuk konkoidal dan tidak rata. Kilap : damar Gores :
berwarna putih. Sifat belerang lainnya adalah : tidak larut dalam air, atau H2SO4. Titik lebur 129oC
dan titik didihnya 446oC. Mudah larut dalam CS2, CC14, minyak bumi, minyak tanah, dan anilin,
penghantar panas dan listrik yang buruk. Apabila dibakar apinya berwarna biru dan menghasilkan gasgas SO2 yang berbau busuk.
Kegunaan:
Belerang banyak digunakan di industri pupuk, kertas, cat, plastik, bahan sintetis, pengolahan minyak
bumi, industri karet dan ban, industri gula pasir, accu, industri kimia, bahan peledak, pertenunan, film
dan fotografi, industri logam dan besi baja.
Lokasi:
Potensi dan penyebaran endapan belerang Indonesia saat ini baru diketahui di enam propinsi, dengan
total cadangan sekitar 5,4 juta. Untuk tipe sublimasi, karena proses terjadinya didasarkan kepada
aktivitas gunung berapi, maka selama gunung berapi aktif, belerang tipe ini dapat diproduksi. Dengan
demikian sumber daya belerang sublimasi dapat dianggap tidak terbatas.
5
11. FELDSPAR
Sebagai mineral silikat pembentuk batuan, felspar mempunyai kerangka struktur tektosilikat yang
menunjukkan 4 (empat) atom oksigen dalam struktur tetraheral SiO2 yang dipakai juga oleh struktur
tetraheral lainnya. Kondisi ini menghasilkan kisi-kisi kristal seimbang terutama bila ada kation lain
yang masuk ke dalam struktur tersebut seperti penggantian silikon oleh aluminium.
Terlepas dari bentuk strukturnya, apakah triklin atau monoklin, felspar secara kimiawi dibagi menjadi
empat kelompok mineral yaitu kalium felspar (KAlSi3O8), natrium felspar (NaAlSi3O8), kalsium
felspar (CaAl2Si2O8) dan barium felspar (Ba Al2Si2O8) sedangkan secara mineralogi felspar
dikelompokkan menjadi plagioklas dan K-felspar. Plagioklas merupakan seri yang menerus suatu
larutan padat tersusun dari variasi komposisi natrium felspar dan kalsium felspar
Plagioklas felspar hampir selalu memperlihatkan kenampakan melidah yang kembar (lamellar
twinning) bila sayatan tipis mineral tersebut dilihat secara mikroskopis. Sifat optis yang progresif
sejalan dengan berubahnya komposisi mineralogi memudahkan dalam identifikasi mineral-mineral
felspar yang termasuk ke dalam kelompok plagioklas tersebut. Na-plagioklas banyak ditemukan dalam
batuan kaya unsur alkali (granit, sienit). Andesin dan oligoklas terdapat pada batuan intermediate
seperti diorit sedangkan labradorit, bitownit dan anortit biasanya sebagai komponen batuan basa
(gabro) dan anortosit.
Mineral yang termasuk kelompok K-felspar diklasifikasikan berdasarkan suhu ristalisasinya, mulai
dari sanidin (suhu tinggi), ortoklas, mikroklin sampai adu-laria (suhu rendah). Keempat mineral
mempunyai rumus kimia sama yaitu KAlSi3O8 dan (terutama) ditemukan pada batuan beku asam
seperti granit dan sienit, selain itu ditemukan pula pada batuan metamorfosis dan hasil re-work pada
batuan sedimen.
Keberadaan felspar dalam kerak bumi cukup melimpah. Walaupun demikian untuk keperluan
komersial dibutuhkan felspar yang memiliki kandungan (K2O + Na2O) > 10%. Selain itu, material
pengotor oksida besi, kuarsa, oksida titanium dan pengotor lain yang berasosiasi dengan felspar
diusahakan sesedikit mungkin.
Felspar dari alam setelah diolah dapat dimanfaatkan untuk batu gurinda dan felspar olahan untuk
keperluan industri tertentu. Mineral ikutannya dapat dimanfaatkan untuk keperluan industri lain sesuai
spesifikasi yang ditentukan. Industri keramik halus dan kaca/gelas merupakan dua industri yang paling
banyak mengkonsumsi felspar olahan, terutama yang memiliki kandungan K2O tinggi dan CaO
rendah.
Berbicara mengenai potensi endapan felspar di Indonesia, sebaran material ini terdapat hampir di
seluruh negeri dengan bentuk endapan berbeda dari satu daerah dengan daerah yang lain tergantung
jenis endapan, primer atau sekunder.
Data dari Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral menunjukkan cadangan terukur (proved),
tereka (probable) dan terindikasi (possible) masing-masing sebesar 271.693, 11.728 dan 56.561 ribu
ton.
6
12. GRAFIT
Grafit umumnya berwarna hitam hingga abu-abu tembaga, kekerasan 1 – 2 (skala Mohs), berat jenis
2,1 – 2,3, tidak berbau dan tidak beracun, serta tidak mudah larut, kecuali dalam asam hidroflorik atau
aqua regia mendidih. Proses dekomposisi berlangsung lambat pada suhu 6000C dan dalam kondisi
oksida atau pada suhu 3.5000C bila kondisi bukan oksida.
Grafit adalah mineral yang dapat berasal dari batuan beku, sedimen, dan metamorf. Secara kimia,
grafit sama dengan intan karena keduanya berkomposisi karbon, yang membedakannya adalah sifat
fisik. Intan dikenal sangat keras, langka, dan transparan, sedangkan grafit agak lunak, mudah
ditemukan, dan opak.
Menurut Kuzvart (1984) grafit dapat terjadi secara proses magnetik awal, kontak magmatik,
hidrotermal, metamorfogenik, dan residual.
Belum ditemukan daerah yang berpotensi di Indonesia. Sampai saat ini Indonesia masih megimpor
grafit.
13. KROMIT
Kromit merupakan satu-satunya mineral yang menjadi sumber logam kromium. Mineral ini
mempunyai komposisi kimia FeCr2O3. Kromit mempunyai sifat antara lain berwarna hitam, bentuk
kristal massif hingga granular, sistim kristal oktahedral, goresan berwarna coklat, kekerasan 5,5 (skala
mohs), dan berat jenis 4,5 – 4,8. Komposisi kimia kromit sangat bervariasi karena terdapat usur-unsur
lain yang mempengaruhinya, karena itu berdasarkan nisbah Cr:Fe, kromit dapat dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu: kromit kaya krom, kaya aluminium, dan kaya besi.
Kromit dapat terjadi sebagai endapan primer, yaitu: tipe cebakan stratiform dan podiform, atau sebagai
endapan sekunder berupa pasir hitam dan tanah laterit.
Potensi kromit di Indonesia cukup besar, hal ini dikarenakan kromit terbentuk pada batuan induknya
yaitu ofiolit, sedangkan penyebaran ofiolit di Indonesia diperkirakan lebih dari 80 ribu km2.
Penyebaran kromit tersebut terdapat di Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, dan Papua.
7
14. PASIR BESI
Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral
non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin. mineral tersebut
terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit, Titaniferous magnetit adalah
bagian yang cukup penting merupakan ubahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir besi
terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitik volkanik.
Kegunaannya pasir besi ini selain untuk industri logam besi juga telah banyak dimanfaatkan pada
industri semen
Pasir besi ini terdapat seperti di Sumatera, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, dan Timor.
15. TEMBAGA
Tembaga (Cu) mempunyai sistim kristal kubik, secara fisik berwarna kuning dan apabila dilihat
dengan menggunakan mikroskop bijih akan berwarna pink kecoklatan sampai keabuan.
Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral, tetapi hanya sedikit saja yang komersial. Pada
endapan sulfida primer, kalkopirit (CuFeS2) adalah yang terbesar, diikuti oleh kalkosit (Cu2S), bornit
(Cu5FeS4), kovelit (CuS), dan enargit (Cu3AsS4). Mineral tembaga utama dalam bentuk deposit
oksida adalah krisokola (CuSiO3.2HO), malasit (Cu2(OH)2CO3), dan azurit (Cu3(OH)2(CO3)2).
Deposit tembaga dapat diklasifikasikan dalam lima tipe, yaitu: deposit porfiri, urat, dan replacement,
deposit stratabound dalam batuan sedimen, deposit masif pada batuan volkanik, deposit tembaga nikel
dalam intrusi/mafik, serta deposit nativ. Umumnya bijih tembaga di Indonesia terbentuk secara
magmatik. Pembentukan endapan magmatik dapat berupa proses hidrotermal atau metasomatisme.
Logam tembaga digunakan secara luas dalam industri peralatan listrik. Kawat tembaga dan paduan
tembaga digunakan dalam pembuatan motor listrik, generator, kabel transmisi, instalasi listrik rumah
dan industri, kendaraan bermotor, konduktor listrik, kabel dan tabung coaxial, tabung microwave,
sakelar, reaktifier transsistor, bidang telekomunikasi, dan bidang?bidang yang membutuhkan sifat
konduktivitas listrik dan panas yang tinggi, seperti untuk pembuatan tabung?tabung dan klep di pabrik
penyulingan. Meskipun aluminium dapat digunakan untuk tegangan tinggi pada jaringan transmisi,
tetapi tembaga masih memegang peranan penting untuk jaringan bawah tanah dan menguasai pasar
kawat berukuran kecil, peralatan industri yang berhubungan dengan larutan, industri konstruksi,
pesawat terbang dan kapal laut, atap, pipa ledeng, campuran kuningan dengan perunggu, dekorasi
rumah, mesin industri non?elektris, peralatan mesin, pengatur temperatur ruangan, mesin?mesin
pertanian.
Potensi tembaga terbesar yang dimiliki Indonesia terdapat di Papua. Potensi lainnya menyebar di Jawa
Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan.
8
16. BATU APUNG (PUMICE)
Batu apung (pumice) adalah jenis batuan yang berwarna terang, mengandung buih yang terbuat dari
gelembung berdinding gelas, dan biasanya disebut juga sebagai batuan gelas volkanik silikat.
Batuan ini terbentuk dari magma asam oleh aksi letusan gunungapi yang mengeluarkan materialnya ke
udara, kemudian mengalami transportasi secara horizontal dan terakumulasi sebagai batuan piroklastik.
Batu apung mempunyai sifat vesicular yang tinggi, mengandung jumlah sel yang banyak (berstruktur
selular) akibat ekspansi buih gas alam yang terkandung di dalamnya, dan pada umumnya terdapat
sebagai bahan lepas atau fragmen-fragmen dalam breksi gunungapi. Sedangkan mineral-mineral yang
terdapat dalam batu apung adalah feldspar, kuarsa, obsidian, kristobalit, dan tridimit.
Jenis batuan lainnya yang memiliki struktur fisika dan asal terbentuknya sama dengan batu apung
adalah pumicit, volkanik cinter, dan scoria.
Didasarkan pada cara pembentukan, distribusi ukuran partikel (fragmen), dan material asalnya, batu
apung diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, yaitu: sub-areal, sub-aqueous, new ardante, dan hasil
endapan ulang (redeposit).
Sifat kimia dan fisika batu apung antara lain, yaitu: mengandung oksida SiO2, Al2O3, Fe2O3, Na2O,
K2O, MgO, CaO, TiO2, SO3, dan Cl, hilang pijar (Loss of Ignition) 6%, pH 5, bobot isi ruah 480 –
960 kg/cm3, peresapan air (water absorption) 16,67%, berat jenis 0,8 gr/cm3, hantaran suara (sound
transmission) rendah, rasio kuat tekan terhadap beban tinggi, konduktifitas panas (thermal
conductivity) rendah, dan ketahanan terhadap api sampai dengan 6 jam.
Keterdapatan batu apung selalu berkaitan dengan rangkaian gunungapi berumur Kuarter sampai
Tersier. Penyebaran meliputi daerah Serang, Sukabumi, Pulau Lombok, dan Pulau Ternate.
17. BENTONIT
Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorillonit dalam dunia perdagangan dan
termasuk kelompok dioktohedral. Penamaan jenis lempung tergantung dari penemu atau peneliti, misal
ahli geologi, mineralogi, mineral industri dan lain-lain.
Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan alu-munium silikat hydrous, yaitu
activated clay dan fuller's Earth. Activated clay adalah lempung yang kurang memiliki daya pemucat,
tetapi daya pemucatnya dapat ditingkatkan melalui pengolahan tertentu. Sementara itu, fuller's earth
digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan wool dari lemak.
Sedangkan berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Tipe Wyoming (Na-bentonit – Swelling bentonite)
Na bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila dicelupkan ke dalam air, dan
tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air. Dalam keadaan kering berwarna putih atau cream, pada
9
keadaan basah dan terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap. Perbandingan soda dan kapur
tinggi, suspensi koloidal mempunyai pH: 8,5-9,8, tidak dapat diaktifkan, posisi pertukaran diduduki
oleh ion-ion sodium (Na+).
b. Mg, (Ca-bentonit – non swelling bentonite)
Tipe bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi di dalam
air, tetapi secara alami atau setelah diaktifkan mempunyai sifat menghisap yang baik. Perbandingan
kandungan Na dan Ca rendah, suspensi koloidal memiliki pH: 4-7. Posisi pertukaran ion lebih banyak
diduduki oleh ion-ion kalsium dan magnesium. Dalam keadaan kering bersifat rapid slaking, berwarna
abu-abu, biru, kuning, merah dan coklat. Penggunaan bentonit dalam proses pemurnian minyak goreng
perlu aktivasi terlebih dahulu.
Endapan bentonit Indonesia tersebar di P. Jawa, P. Sumatera, sebagian P. Kalimantan dan P. Sulawesi,
dengan cadangan diperkirakan lebih dari 380 juta ton, serta pada umumnya terdiri dari jenis kalsium
(Ca-bentonit) .
Beberapa lokasi yang sudah dan sedang dieksploitasi, yaitu di Tasikmalaya, Leuwiliang, Nanggulan,
dan lain-lain. Indikasi endapan Na-bentonit terdapat di Pangkalan Brandan; Sorolangun-Bangko;
Boyolali.
Na-bentonit dimanfaatkan sebagai bahan perekat, pengisi (filler), lumpur bor, sesuai sifatnya mampu
membentuk suspensi kental setelah bercampur dengan air. Sedangkan Ca-bentonit banyak dipakai
sebagai bahan penyerap.
Untuk lumpur pemboran, bentonit bersaing dengan jenis lempung lain, yaitu atapulgit, sepiolit dan
lempung lain yang telah diaktifkan.
Dengan penambahan zat kimia pada kondisi tertentu, Ca-bentonit dapat dimanfaatkan sebagai bahan
lumpur bor setelah melalui pertukaran ion, sehingga terjadi perubahan menjadi Na-bentonit dan
diharapkan terjadi peningkatan sifat reologi dari suspensi mineral tersebut Agar mencapai persyaratan
sebagai bahan lumpur sesuai dengan spesifikasi standar, perlu ada penambahan polimer. Hal itu dapat
dilakukan melalui aktivasi bentonit untuk bahan lumpur bor.
18. FIRECLAY
Fire clay adalah mineral yang terdiri dari mineral kaolinit yang bentuk kristalnya tidak sempurna,
dengan mengandung sedikit mika atau ilit, kuarsa, dan mineral lempung yang bersifat lunak dan tidak
mempunyai perlapisan. Lempung tersebut mempunyai nilai PCE >19, sehingga tahan terhadap suhu
tinggi (>15000 C) tanpa adanya pembentukan masa gelas. Fireclay terbentuk karena soil yang
tertimbun oleh sedimen lain di daratan atau cekungan lakustrin ataupun delta yang umumnya
mengandung batubara.
Penggunaan fire clay terutama untuk refraktori, isolator, dll.
Potensi fireclay terdapat di Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan
Sulawesi Selatan.
10
19. GRANIT
Granit merupakan salah satu batuan beku, yang bertekstur granitik dan struktur holokristalin, serta
mempunyai komposisi kimia ±70% SiO2 dan ±15% Al2O3, sedangkan mineral lainnya terdapat dalam
jumlah kecil, seperti biotit, muskovit, hornblende, dan piroksen. Umumnya granit berwarna putih
keabuan, Sebagai batu hias warna granit lainnya adalah merah, merah muda, coklat, abu-abu, biru,
hijau, dan hitam, hal ini tergantung pada komposisi mineralnya.
Granit merupakan batuan beku asam plutonik atau terbentuk dan membeku dalam kerak bumi. Bentuk
cebakan yang terjadi dapat berupa dike, sill, atau dalam bentuk masa yang besar dan tidak beraturan.
Batuan lelehan dari granit disebut rhiolit, yang mempunyai susunan kimia dan mineralogy yang sama
dengan granit tetapi tekstur dan strukturnya berlainan.
Granit mempunyai sumber cadangan yang potensial, namun sampai saai ini belum banyak yang
ditambang. Potensi tersebut terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.
20. MAGNESIT
Magnesium merupakan logam yang teringan, dengan berat jenisnya 1,74, cukup kuat dan dalam bentuk
alloy, tahan terhadap korosi di udara tetapi tidak tahan terhadap air laut, serta mudah terbakar. Jumlah
mineral yang mengandung magnesium tercatat sebanyak 244 buah. Magnesit dapat ditemukan dalam
mineral sekunder dan biasanya berasosiasi dengan batuan sedimen atau batuan metamorfik, berasal
dari endapan marin, kecuali brukit. Magnesit ditemukan didalam batuan serpentin. Mineral-mineral
lain yang sering ditemukan bersama magnesium adalah talk, limonit, opal, dan kalsit.
Magnesit umumnya jarang ditemukan dalam bentuk mineral, tetapi secara utuh terdapat pada larutan
padat siderit (FeCO3) bersama-sama Mn dan Ca yang dapat menggantikan unsur Mg.
Magenesit sering digunakan untuk bahan refraktori, industri semen sorel, bahan isolasi, pertanian,
peternakan, industri karet, dll.
Mineral magnesit keterdapatannya berasosiasi dengan batuan ubahan, sehingga cadangan magnesit
akan mengikuti pola cadangan bahan ubahan tersebut. Batuan atau mineral yang mengandung
mangnesit adalah dolomit (Ca Mg(CO3)2, magnesit zedin (Mg CO3), epsonil (Mg So4) 7 H2O, dan
brukit (Mg (OH) 2.
Batuan dan mineral tersebut dapat ditemukan di DI. Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa
Tengah , Jawa Timur, Sulawesi Tengah, Maluku, Irian Jaya.
11
21. PASIR KWARSA
Pasir kuarsa adalah bahan galian yang terdiri atas kristal-kristal silika (SiO2) dan mengandung
senyawa pengotor yang terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa juga dikenal dengan nama
pasir putih merupakan hasil pelapukan batuan yang mengandung mineral utama, seperti kuarsa dan
feldspar. Hasil pelapukan kemudian tercuci dan terbawa oleh air atau angin yang terendapkan di tepitepi sungai, danau atau laut.
Pasir kuarsa mempunyai komposisi gabungan dari SiO2, Fe2O3, Al2O3, TiO2, CaO, MgO, dan K2O,
berwarna putih bening atau warna lain bergantung pada senyawa pengotornya, kekerasan 7 (skala
Mohs), berat jenis 2,65, titik lebur 17150C, bentuk kristal hexagonal, panas sfesifik 0,185, dan
konduktivitas panas 12 – 1000C.
Dalam kegiatan industri, penggunaan pasir kuarsa sudah berkembang meluas, baik langsung sebagai
bahan baku utama maupun bahan ikutan. Sebagai bahan baku utama, misalnya digunakan dalam
industri gelas kaca, semen, tegel, mosaik keramik, bahan baku fero silikon, silikon carbide bahan
abrasit (ampelas dan sand blasting). Sedangkan sebagai bahan ikutan, misal dalam industri cor, industri
perminyakan dan pertambangan, bata tahan api (refraktori), dan lain sebagainya.
Cadangan pasir kuarsa terbesar terdapat di Sumatera Barat, potensi lain terdapat di Kalimantan Barat,
Jawa Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Pulau Bangka dan Belitung.
22. TIMAH
Timah adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah, berat jenis 7,3 g/cm3,
serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi. Dalam keadaan normal (13 –
1600C), logam ini bersifat mengkilap dan mudah dibentuk.
Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan batuan endapan
metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan
sekunder, yang di dalamnya terdiri dari endapan alluvium, elluvial, dan koluvium.
Mineral yang terkandung di dalam bijih timah pada umumnya mineral utama yaitu kasiterit, sedangkan
pirit, kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnite, kalkopirit, kuprit, xenotim, dan
monasit merupakan mineral ikutan.
Kegunaan timah banyak sekali terutama untuk bahan baku logam pelapis, solder, cendera mata, dan
lain-lain.
Potensi Timah di Indonesia terdapat di Pulau Bangka, Pulau Belitung, Pulau Singkep, dan Pulau
Karimun
12
23. BATU KAPUR/GAMPING
Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik, secara mekanik, atau
secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal
dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari
kerangka binatang koral/kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat
bahkan hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya.
Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur adalah aragonit (CaCO3),
yang merupakan mineral metastable karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah menjadi kalsit
(CaCO3). Mineral lainnya yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur atau dolomit, tetapi
dalam jumlah kecil adalah Siderit (FeCO3), ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit (MgCO3).
Penggunaan batu kapur sudah beragam diantaranya untuk bahan kaptan, bahan campuran bangunan,
industri karet dan ban, kertas, dan lain-lain.
Potensi batu kapur di Indonesia sangat besar dan tersebar hampir merata di seluruh kepulauan
Indonesia. Sebagian besar cadangan batu kapur Indonesia terdapat di Sumatera Barat
24, DIATOMEA
Diatomit atau tanah diatomea adalah suatu batuan sedimen silika, yang secara geologi terbentuk dari
akumulasi dan pengendapan kulit atau kerangka diatomea (fosil tumbuhan air atau binatang kersik atau
ganggang bersel tunggal) dan terendapkan di danau atau non marin. Diatomea berasosiasi dengan
elemen pengotor dan bervariasi, baik jenis maupun jumlahnya. Elemen pengotor diatomea tersebut
yaitu abu vulkanik, larutan garam, lempung, senyawa karbonat, pasir silica, dan unsur organik lainnya.
Diatomit mempunyai sifat porous, permeabel, ringan, mudah pecah, dan abrasif, densitas ruah 0,5 – 1
ton/m3, berat jenis, 2 – 2,3, porositas < 90%, dan kandungan cangbangl 1,7 – 30 juta/cm3, dengan
ukuran 0,001 – 0,4 mm. Sebagian diatomit berwarna putih atau abu-abu, akan tetapi ada juga yang
berwarna kuning, coklat, merah muda, hitam, dan hijau, yang tergantung dari unsur pengotornya.
Secara kimia, komposisi utama diatomit adalah silika, tetapi ada unsure lainnya seperti alumina, besi
oksida, magnesium, sodium, potassium oksida, titanium oksida, fosfat, dan kalsium oksida.
Potensi endapan diatomea di Indonesia tersebar di berbagai tempat, antara lain di Sumatera Utara,
Pulau Jawa, dan Maluku Utara.
13
25. FOSFAT
Fosfat adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan kandungan fosfor
ekonomis. Biasanya, kandungan fosfor dinyatakan sebagai bone phosphate of lime (BPL) atau
triphosphate of lime (TPL), atau berdasarkan kandungan P2O5.
Fosfat apatit termasuk fosfat primer karena gugusan oksida fosfatnya terdapat dalam mineral apatit
(Ca10(PO4)6.F2) yang terbentuk selama proses pembekuan magma. Kadang kadang, endapan fosfat
berasosiasi dengan batuan beku alkali kompleks, terutama karbonit kompleks dan sienit.
Fosfat komersil dari mineral apatit adalah kalsium fluo-fosfat dan kloro-fosfat dan sebagian kecil
wavellite, (fosfat aluminium hidros). Sumber lain dalam jumlah sedikit berasal dari jenis slag, guano,
crandallite [CaAl3(PO4)2(OH)5.H2O], dan millisite (Na,K).CaAl6(PO4)4(OH)9.3H2O. Sifat yang
dimiliki adalah warna putih atau putih kehijauan, hijau, berat jenis 2,81-3,23, dan kekerasan 5 H.
Fosfat adalah sumber utama unsur kalium dan nitrogen yang tidak larut dalam air, tetapi dapat diolah
untuk memperoleh produk fosfat dengan menambahkan asam .
Fosfat dipasarkan dengan berbagai kandungan P2O5, antara 4-42 %. Sementara itu, tingkat uji pupuk
fosfat ditentukan oleh jumlah kandungan N (nitrogen), P (fosfat atau P2O5), dan K (potas cair atau
K2O).
Fosfat sebagai pupuk alam tidak cocok untuk tanaman pangan, karena tidak larut dalam air sehingga
sulit diserap oleh akar tanaman pangan. Fosfat untuk pupuk tanaman pangan perlu diolah menjadi
pupuk buatan.
Di Indonesia, jumlah cadangan yang telah diselidiki adalah 2,5 juta ton endapan guano (kadar P2O5=
0,17-43 %). Keterdapatannya di Propinsi Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi
Utara, Sulawesi Tengah dan NTT, sedangkan tempat lainnya adalah Sumatera Utara, Kalimantan, dan
Irian Jaya.
Di Indonesia, eksplorasi fosfat dimulai sejak tahun 1919. Umumnya, kondisi endapan fosfat guano
yang ada ber-bentuk lensa-lensa, sehingga untuk penentuan jumlah cadangan, dibuat sumur uji pada
kedalaman 2 -5 meter. Selanjutnya, pengambilan conto untuk analisis kandungan fosfat. Eksplorasi
rinci juga dapat dilakukan dengan pemboran apabila kondisi struktur geologi total diketahui.
26. KALSIT/BATU BINTANG
Kalsit merupakan mineral utama pembentuk batugamping, dengan unsur kimia pembentuknya terdiri
dari kalsium (Ca) dan karbonat (CO3), mempunyai sistem kristal Heksagonal dan belahan
rhombohedral, tidak berwarna dan transparan.
14
Unsur kalsium dalam kalsit dapat tersubtitusi oleh unsur logam sebagai pengotor yang dalam
prosentasi berat tertentu membentuk mineral lain. Dengan adanya substitusi ini ada perubahan dalam
penulisan rumus kimia yaitu CaFe (CO3)2 dan MgCO3 (subtitusi Ca oleh Fe), CaMgCO3, Ca2MgFe
(CO3)4 (subtitusi oleh Mg dan Fe) dan CaMnCO3 (substitusi oleh Mn).
Sifat fisika dari kalsit adalah bobot isi 2,71; kekerasan 3 (skala Mohs); bentuk prismatik; tabular; pejal;
berbutir halus sampai kasar; dapat terbentuk sebagai stalaktit, modul tubleros, koraloidal, oolitik atau
pisolitik. Warna kalsit yang tidak murni adalah kuning, coklat, pink, biru, lavender, hijau pucat, abuabu, dan hitam.
Penggunaan kalsit saat ini telah mencakup berbagai sektor yang didasarkan pada sifat fisik dan
kimianya. Penggunaan tersebut, meliputi sektor pertanian, industri kimia, makanan, logam dan lainnya.
Dilihat dari kejadiannya, kalsit secara umum berkaitan erat dengan batu-gamping dan aktifitas magma,
namun berdasarkan data hasil penelitian baru diketahui di sepanjang pantai barat Sumatera, Jawa
bagian selatan dan utara (sebagian kecil). Bentuk endapan dapat datar, bukit atau berupa lensa.
Cadangan yang diketahui merupakan klasifikasi cadangan tereka di daerah Indarung (10,1 juta ton),
Sumatera Barat (10 juta ton) dan Begelan di Kabupaten Purwokerto (0,1 Juta ton).
27. MANGAN
Mangan termasuk unsur terbesar yang terkandung dalam kerak bumi. Bijih mangan utama adalah
pirolusit dan psilomelan, yang mempunyai komposisi oksida dan terbentuk dalam cebakan sedimenter
dan residu. Mangan mempunyai warna abu-abu besi dengan kilap metalik sampai submetalik,
kekerasan 2 – 6, berat jenis 4,8, massif, reniform, botriodal, stalaktit, serta kadang-kadang berstruktur
fibrous dan radial. Mangan berkomposisi oksida lainnya namun berperan bukan sebagai mineral utama
dalam cebakan bijih adalah bauxit, manganit, hausmanit, dan lithiofori, sedangkan yang berkomposisi
karbonat adalah rhodokrosit, serta rhodonit yang berkomposisi silika.
Cebakan mangan dapat terjadi dalam beberapa tipe, seperti cebakan hidrotermal, cebakan sedimenter,
cebakan yang berasosiasi dengan aliran lava bawah laut, cebakan metamorfosa, cebakan laterit dan
akumulasi residu.
Sekitar 90% mangan dunia digunakan untuk tujuan metalurgi, yaitu untuk proses produksi besi-baja,
sedangkan penggunaan mangan untuk tujuan non-metalurgi antara lain untuk produksi baterai kering,
keramik dan gelas, kimia, dan lain-lain.
Potensi cadangan bijih mangan di Indonesia cukup besar, namun terdapat di berbagai lokasi yang
tersebar di seluruh Indonesia. Potensi tersebut terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau
Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
15
28. PERAK
Perak merupakan logam yang terbentuk dan selalu bersama-sama dengan logam emas, yang
mempunyai warna putih.
Mineral-mineral yang terpenting yang mengandung perak adalah Perak alam (Ag), Argentite (Ag2S),
Cerrargyrite (AgCl), Polybasite (Ag16 Sb2 S11), Proustite (Ag2 As S3) dan Pyrargyrite (Ag3 Sb S3).
Kebanyakan perak di dunia berasal dari cebakan hydrothermal yang mengisi rongga-rongga.
Kegunaannya adalah untuk perhiasan, cindera mata, logam campuran, dll.
Potensinya selalu berasosiasi dengan logam lainnya seperti emas dan tembaga
29. YODIUM
Yodium biasanya terjadi di alam hanya sebagai yodat dan yodida atau kombinasi keduanya. Unsur yodium
dalam kerak bumi, diantaranya adalah lautarit (IO3)2 atau kalsium yodat, dan dietzet (Ca (IO3)2 (CrO4)
atau kalsium yodat kromat.
Keberadaan yodium di Indonesia tidak jauh berbeda kondisi kegeologiannya dengan keberadaan air dan
minyak bumi, yaitu merupakan air konat atau air purba yang mengan-dung yodium dengan berbagai variasi
dalam suatu endapan permeabel yang terjebak bagian atas dan bawahnya oleh lapisan impermeabel. Seperti
halnya di Watudakon Jawa Timur reservoar yang mengandung yodium terjebak dalam suatu Antiklin
Pucangan, Tempuran, dan Antiklin Segunung. Mineral yang mengandung yodium ini bersifat halus, dengan
kilap kaca, berwarna abu-abu kehitaman mengandung unsur non logam, berat jenis sekitar 4,9. Potensi
yodium di Watukadon total volume struktur antiklinnya sekitar 4,847 milyar m3, dengan total potensi
struktur terisi gas adalah 472,19 juta m3, sedangkan struktur terisi brine adalah 4,375 milyar m3 dan
cadangan potensial mencapai 288 juta m3.Yodium mempunyai titik leleh pada 113°C, dan menguap pada
temperatur 184,4 ° C menjadi gas biru-ungu dengan bau kurang sedap.
Dalam industri farmasi yodium dimanfaatkan sebagai bahan baku utama untuk tingtur (larutan obat dalam
alkohol), kesehatan (sanitary), industri desinfektan, dan herbisida. Yodium digunakan dalam garam rakyat
untuk meningkatkan kualitas garam tersebut agar layak dan sehat untuk dikonsumsi.
Potensi yodium di Indonesia berdasarkan Tushadi Madiadipoera (1990) tersebar di beberapa lokasi dengan
cadangan yang umumnya masih sumberdaya. Kandungannya berkisar dari yang terkecil hingga mencapai
182 mg/lt. Di beberapa tempat, muncul sebagai air lolosan (seepage) dengan debit 0,5 – 170 m3/hari. Lokasi
cadangan yodium yang sudah dieksploitasi adalah di Watokadon Mojokerto, Jawa Timur dengan kapasitas
400 - 600 kl/air asin/hari dan mutu sekitar 112 - 182 mg/lt. Yodium di daerah ini terdapat dalam Formasi
Kalibeng umur Miosen.
16
30. BATUBARA
Batubara merupakan batuan hidrokarbon padat yang terbentuk dari tetumbuhan dalam lingkungan
bebas oksigen, serta terkena pengaruh tekanan dan panas yang berlangsung sangat lama. Proses
pembentukan (coalification) memerlukan jutaan tahun, mulai dari awal pembentukan yang
menghasilkan gambut, lignit, subbituminus, bituminous, dan akhirnya terbentuk antrasit.
Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di
bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan
batubara tersebut tergolong usia muda, yang dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Tersier
Bawah dan Tersier Atas.
Potensi batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera,
sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batubara walaupun dalam jumlah kecil, seperti di Jawa
Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi.
31. DOLOMIT
Dolomit termasuk rumpun mineral karbonat, mineral dolomit murni secara teoritis mengandung 45,6%
MgCO3 atau 21,9% MgO dan 54,3% CaCO3 atau 30,4% CaO. Rumus kimia mineral dolomit dapat
ditulis meliputi CaCO3.MgCO3, CaMg(CO3)2 atau CaxMg1-xCO3, dengan nilai x lebih kecil dari
satu. Dolomit di alam jarang yang murni, karena umumnya mineral ini selalu terdapat bersama-sama
dengan batu gamping, kwarsa, rijang, pirit dan lempung. Dalam mineral dolomit terdapat juga
pengotor, terutama ion besi.
Dolomit berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan dengan kekerasan lebih lunak dari
batugamping, yaitu berkisar antara 3,50 - 4,00, bersifat pejal, berat jenis antara 2,80 - 2,90, berbutir
halus hingga kasar dan mempunyai sifat mudah menyerap air serta mudah dihancurkan. Klasifikasi
dolomit dalam perdagangan mineral industri didasarkan atas kandungan unsur magnesium, Mg
(kimia), mineral dolomit (mineralogi) dan unsur kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Kandungan unsur
magnesium ini menentukan nama dolomit tersebut. Misalnya, batugamping mengandung ± 10 %
MgCO3 disebut batugamping dolomitan, sedangkan bila mengandung 19 % MgCO3 disebut dolomit
Penggunaan dolomit dalam industri tidak seluas penggunaan batugamping dan magnesit. Kadangkadang penggunaan dolomit ini sejalan atau sama dengan penggunaan batugamping atau magnesit
untuk suatu industri tertentu. Akan tetapi, biasanya dolomit lebih disukai karena banyak terdapat di
alam.
Madiapoera, T (1990) menyatakan bahwa penyebaran dolomit yang cukup besar terdapat di Propinsi
17
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Madura dan Papua. Di beberapa
daerah sebenarnya terdapat juga potensi dolomit, namun jumlahnya relatif jauh lebih kecil dan hanya
berupa lensa-lensa pada endapan batugamping.
- Propinsi Nangroe Aceh Darussalam; Aceh Tenggara, desa Kungki berupa marmer dolomit. Cadangan
masih berupa sumberdaya dengan kandungan MgO = 19%.
- Propinsi Sumatera Utara; Tapanuli Selatan, desa Pangoloan, berupa lensa dalam batugamping.
Cadangan berupa sumberdaya dengan kandungan MgO = 11 - 18%.
- Propinsi Sumatera Barat; Daerah Gunung Kajai. (antara Bukittinggi - Payakumbuh). Umur
diperkirakan Permokarbon.
- Propinsi Jawa Barat; daerah Cibinong, yaitu di Pasir Gedogan. Dolomit di daerah ini umumnya
berwarna putih abu-abu dan putih serta termasuk batugamping dolomitan yang bersifat keras, kompak
dan kristalin.
- Propinsi Jawa Tengah; 10 km timur laut Pamotan. Endapan batuan dolomit dan batugamping
dolomitan.
- Propinsi Jawa Timur;
· Gn. Ngaten dan Gn. Ngembang, Tuban, formasi batu-gamping Pliosen. MgO = 18,5% sebesar 9 juta
m3, kandungan MgO = 14,5% sebesar 3 juta m3;
· Tamperan, Pacitan. Cadangan berupa sumberdaya dengan cadangan sebesar puluhan juta ton.
Kandungan MgO = 18%;
· Sekapuk, sebelah Utara Kampung Sekapuk (Sedayu – Tuban). Terdapat di Bukit Sekapuk, Kaklak
dan Malang, formasi gamping umur Pliosen, ketebalan 50 m, bersifat lunak dan berwarna putih.
Cadangan sekitar 50 juta m3; Kandungan MgO di Sekapuk (7,1 - 20,54%); di Sedayu (9,95- 21,20 %);
dan di Kaklak (9,5 - 20,8%);
· Gunung Lengis, Gresik. Cadangan sumberdaya, dengan kandungan MgO = 11,1- 20,9 %, merupakan
batuan dolomit yang bersifat keras, pejal, kompak dan kristalin;
· Socah, Bangkalan, Madura; satu km sebelah Timur Socah. Cadangan 430 juta ton dan sumberdaya.
Termasuk Formasi Kalibeng berumur Pliosen, warna putih, agak lunak, sarang. Ada di bawah
batugamping dengan kandungan MgO 9,32 -20,92%.
· Pacitan, Sentul dan Pancen; batugamping dolomitan 45,5 - 90,4%, berumur Pliosen. Di Bukit Kaklak,
Gresik endapan dolomit terdapat dalam formasi batu-gamping Pliosen, tebal + 35 m dan jcadangan
sekitar 70 juta m3.
- Propinsi Sulawesi Selatan; di Tonassa, dolomit berumur Miosen dan merupakan lensa-lensa dalam
batugamping.
- Propinsi Papua; di Abe Pantai, sekitar Gunung Sejahiro, Gunung Mer dan Tanah Hitam; kandungan
MgO sebesar 10,7-21,8%, dan merupakan lensa-lensa dan kantong-kantong dalam batugamping.
32. GARAM
Garam (NaCl) terjadi dari air laut yang memiliki salin yang cukup tinggi yang kemudian terevaporasi
membentuk endapan garam. Di Indonesia garam diproduksi dengan cara mengalirkan air laut ke
petakan-petakan dan ditampung. Akibat terik matahari air tersebut menguap dan akhirnya menyisakan
garam waluapun masih berkualitas rendah.
Komposisi mineral ini adalah NaCl (Na = 39,34 %, CI2 60,66 %), dengan ciri fisik diantaranya adalah
18
: warna : putih, putih kotor, bentuk kristal isometrik, hexagonal, Ref. Index: 1,554, kekerasan sekitar 2,
BJ 2,168. Penggunaan : untuk berbagai keperluan, selain untuk dikonsumsi secara langsung oleh
manusia, juga dimanfaatkan oleh industri diantaranya ada1ah oleh industri kimia mencapai sekitar
22,70 %, industri pulp dan kertas : 8 %, industri makanan ternak 7 %, industri plastik /fiber: 5 -6 %,
industri sabun : 5 -6, dan untuk keperluan industri-industri lainnya.
33. MARMER
Marmer atau batu pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa atau malihan dari batu
gamping. Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh gaya endogen menyebabkan terjadi
rekristalisasi pada batuan tersebut membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi.
Akibat rekristalisasi struktur asal batuan membentuk tekstur baru dan keteraturan butir. Marmer
Indonesia diperkirakan berumur sekitar 30–60 juta tahun atau berumur Kuarter hingga Tersier.
Marmer akan selalu berasosiasi keberadaanya dengan batugamping. Setiap ada batu marmer akan
selalu ada batugamping, walaupun tidak setiap ada batugamping akan ada marmer. Karena keberadaan
marmer berhubungan dengan proses gaya endogen yang mempengaruhinya baik berupa tekan maupun
perubahan temperatur yang tinggi. Di Indonesia penyebaran marmer tersebut cukup banyak, seperti
dapat dilihat pada
Penggunaan marmer atau batu pualam tersebut biasa dikategorikan kepada dua penampilan yaitu tipe
ordinario dan tipe staturio. Tipe ordinario biasanya digunakan untuk pembuatan tempat mandi, mejameja, dinding dan sebagainya, sedangka tipe staturio sering dipakai untuk seni pahat dan patung
34. PHIROPILIT
Piropilit adalah paduan dari alumunium silikat, yang mempunyai rumus kimia Al2O3.4SiO2H2O.
Mineral yang termasuk piropilit adalah kianit, andalusit, dan diaspor. Bentuk kristal piropilit adalah
monoklin serta mempunyai sifat fisik dan kimia yang mirip dengan talk.
Piropilit terbentuk umumnya berkaitan dengan formasi andesit tua yang memiliki kontrol struktur dan
intensitas ubahan hidrotermal yang kuat. Piropilit terbentuk pada zone ubahan argilik lanjut (hipogen),
seperti kaolin, namun terbentuk pada temperatur tinggi dan pH asam.
Kegunaan piropilit adalah untuk pakan ternak, industri kertas sebagai pengganti talk, dan lain-lain .
Piropilit terdapat di beberapa tempat yang diakibatkan munculnya formasi andesit tua, seperti di Pulau
Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Pulau Sulawesi.
19
35. ZEOLIT
Zeolit alam merupakan senyawa alumino silikat terhidrasi, dengan unsur utama yang terdiri dari kation
alkali dan alkali tanah. Senyawa ini berstruktur tiga dimensi dan mempunyai pori yang dapat diisi oleh
molekul air.
Mineral zeolit yang paling umum dijumpai adalah klinoptirotit, yang mempunyai rumus kimia
(Na3K3)(Al6Si30O72).24H2O. Ion Na+ dan K+ merupakan kation yang dapat dipertukarkan,
sedangkan atom Al dan Si merupakan struktur kation dan oksigen yang akan membentuk struktur
tetrahedron pada zeolit. Molekul-molekul air yang terdapat dalam zeolit merupakan molekul yang
mudah lepas.
Zeolit alam terbentuk dari reaksi antara batuan tufa asam berbutir halus dan bersifat riolitik dengan air
pori atau air meteorik
Penggunaan zeolit adalah untuk bahan baku water treatment, pembersih limbah cair dan rumah tangga,
untuk industri pertanian, peternakan, perikanan, industri kosmetik, industri farmasi, dan lain-lain.
Zeolit terdapat di beberapa daerah di Indonesia yang diperkirakan mempunyai cadangan zeolit sangat
besar dan berpotensi untuk dikembangkan, yaitu Jawa Barat dan Lampung
36. KALSIUM KARBONAT CA CO3
20
21
22
Download