Konjungtiva Benda asing di konjungtiva 4A Konjungtivitis 4A Pterigium 3A Perdarahan subkonjungtiva 4A Mata kering 4A Kelopak Mata Blefaritis 4A Hordeolum 4A Chalazion 3A Laserasi kelopak mata 3B Entropion 2 Trikiasis 4A Lagoftalmus 2 Epikantus 2 Ptosis 2 Retraksi kelopak mata 2 Xanthelasma 2 Aparatus Lakrimalis Dakrioadenitis 3A Dakriosistitis 3A Dakriostenosis 2 Laserasi duktus lakrimal 2 Sklera Skleritis 3A Episkleritis 4A Kornea Erosi 2 Benda asing di kornea 2 Luka bakar kornea 2 Keratitis 3A Kerato-konjungtivitis sicca 2 Edema kornea 2 Keratokonus 2 Xerophtalmia 3A Bola Mata Endoftalmitis 2 Mikroftalmos 2 Anterior Chamber Hifema 3A Hipopion 3A Iris dan Badan Silier Iridosisklitis, iritis 3A Tumor iris 2 Lensa Katarak 2 Afakia kongenital 2 Dislokasi lensa 2 Akomodasi dan Refraksi Hipermetropia ringan 4A Miopia ringan 4A Astigmatism ringan 4A Presbiopia 4A Anisometropia pada dewasa 3A Anisometropia pada anak 2 Ambliopia 2 Diplopia binokuler 2 Buta senja 4A Skotoma 2 Hemianopia, bitemporal, and homonymous 2 Gangguan lapang pandang 2 Retina Ablasio retina 2 Perdarahan retina, oklusi pembuluh darah retina 2 Degenerasi makula karena usia 2 Retinopati (diabetik, hipertensi, prematur) 2 Korioretinitis 1 Diskus Optik dan Saraf Mata Optic disc cupping 2 Edema papil 2 Atrofi optik 2 Neuropati optik 2 Neuritis optik 2 Glaukoma Glaukoma akut 3B Glaukoma lainnya 3A Konjungtiva Benda asing di konjungtiva 4A Konjungtivitis 4A Pterigium 3A Perdarahan subkonjungtiva 4A (artificial tears dan vitamin) Mata kering 4A Konjungtivitis Pterigium Definisi Pterigium (Yunani: sayap) adalah adalah pertumbuhan jaringan fibrovaskular berbentuk segitiga yang tumbuh dari arah konjungtiva menuju kornea pada daerah interpalpebra, umumnya berasal dari sisi nasal dan bilateral. Pterygium tumbuh berbentuk sayap pada konjungtiva bulbi. Gejala meliputi gangguan kosmetik, iritasi okular (gangguan tear film), penurunan visus (mencapai kornea). Etiologi Paparan tinggi sinar UV merupakan faktor risiko utama. Faktor lainnya meliputi herediter dan genetik, mekanisme imun dan infeksi virus. Pencegahan primer Menghindari paparan sinar UV dengan menggunakan sun glasses atau topi. Penegakkan diagnosis Anamnesis Riwayat paparan sinar UV kronik Rasa iritasi, terbakar dan tearing okular Pandangan kabur Pandangan ganda (jarang) Pemeriksaan fisik Penatalaksanaan Asimptomatik UV protection Melindungi mata mereka dari paparan sinar UV dengan menggunakan sunglasses dan topi. Rasa iritasi, terbakar, atau gatal okular tanpa gangguan visual, tumbuh cepat, atau pertimbangan cosmesis. Artificial tears: hypromellose ophthalmic: 2 drops into the affected eye(s) every hour when required atau carmellose ophthalmic: 2 drops into the affected eye(s) every 4 hours when required Kortikosteroid topikal Jika ditemukan tanda inflamasi dapat diberikan fluorometholone ophthalmic: (0.1%) 1-2 drops into the affected eye(s) 2 to 4 times daily dibawah pengawasan oftalmolog. Gangguan visual atau perluasan cepat atau cosmesis buruk: Operatif Mata Kering A multi-factorial condition associated with increased tear film osmolarity and ocular surface inflammation. It can cause discomfort, visual disturbances, tear film instability, and ocular surface damage. Definisi Berbagai faktor kondisi berkaitan dengan peningkatan osmolaritas tear fil dan inflamasi permukaan ukular. Dapat menyebabkan ketidaknyamanan, gangguann visual, instabilitas tear film, dan kerusakan permukaan okular. Etiologi Usia tua, penurunan fungsi kelenjar lakrimal secara alami sekunder terhadap obstruksi duktus Blepharitis, inflamasi tepi bulu mata dan obstruksi glandula Meibom dapat memicu penurunan lapisan lipin dalan tear fil dan meningkatkan evaporasi tear film Meibomian oil deficiency: intrinsic evaporative abnormality that directly affects tear film evaporation. Sekunder akibat Sjogren's syndrome: dapat terjadi pada rheumatoid arthritis, systemic lupus erythematosus, systemic sclerosis, and mixed connective tissue disorder. Defisiensi vitamin A, abnormalitas evaporasi ekstrinsik terjadi berkaitan degan penurunan jumlah sel goblet dan ketidakkstabilan film. Defisien si aqueous juga terjadi pad abeberpa pasien. Defisiensi androgen berkaitan dengan terapi ulih hormon post menopause, dapat berkontribusi pada disfungsi kelenjar meibom dan abnormalitas evaporatif. HIV: infiltrasi sel T pada kelenjar lakrimal menyebabkan defisiensi aqueous. Contact lenses: extrinsic evaporative abnormality occurring due to increased tear film thinning times, which causes tear film hyperosmolality. [14] Ocular surface irritation: may lead to reflex tear secretions and may be the cause of dry eyes in diabetic patients. [2] [15] Preservatives (such as benzalkonium chloride) that are used in preserved topical ophthalmic medicines: can cause corneal surface cell damage that interferes with surface wetting. [1] Sarcoidosis: lacrimal gland involvement may lead to aqueous deficiency. [1] [16] Parkinson's disease: patients may develop dry eye due to autonomic dysfunction and reduced blink rates. [17] Low blink rates cause intrinsic evaporative abnormalities that directly affect tear film evaporation. Photo-refractive keratectomy and laser in situ keratomileusis (LASIK): can decrease corneal sensation, leading to reduced tear secretions and reduced tear film stabilities. [18] [19] Environmental factors such as wind, low humidity, and increased air temperature: cause increases in tear film evaporation. [1] [9] Occupations requiring sustained visual attention, such as microscope work and computer screen usage: can cause intrinsic evaporative abnormalities from low blink rates that directly affect tear film evaporation